Anda di halaman 1dari 21

POLA ORGANISASI TEMATIK INTEGRATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum dan Inovasi Pembelajaran SD
yang diampu oleh Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd

Disusun Oleh:
Sulfadli 22112251076 (S2 DIKDAS E)
Tri Wardati Khusniyah 22106261065 (S3 DIKDAS C)

PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif ................................................. 3
B. Landasan Pembelajaran Tematik Integratif ................................................... 4
C. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik .................................................. 5
D. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif ...................................................... 5
E. Model Pembelajaran Tematik Integratif ....................................................... 6
F. Implikasi Model Pembelajaran Tematik ........................................................ 11
G. Pola Organisasi Tematik Integratif ............................................................... 13
H. Kelebihan dan Kelemahan Tematik Integratif ............................................... 14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 17
A. Simpulan .............................................................................................. 17
B. Saran .............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang
mendasar. Perubahan pendidikan dapat dilihat dari perubahan masyarakat
terhadap pandangan tentang pendidikan, perubahan sosial dan pertumbuhan
manusia. Perubahan-perubahan ini yang mendasari lahirmya kurikulum 2013
sebagai kurikulum yang menyempurnakan kurikulum KTSP dan diharapkan
mampu menjawab tantangan-tantangan yang ada di masa depan. Kurikulum 2013
menekankan terhadap proses pembelajaran yang diterapkan sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dari sebuah
keberhasilan proses pendidikan, pembelajaran yang dilakukan perlu
mengajak peserta didik untuk bersedia melakukan proses belajar tanpa adanya
paksaan dan tekanan. Penerapan pembelajaran tematik integratif merupakan salah
satu kebijakanyang akan diterapkan secara menyeluruh baik di sekolah dasar
maupun sekolah menengah.
Kebijakan tersebut dilandasi pada permasalahan konsep pembelajaran yang
terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang memperhatikan kebutuhan dan
pengembangan potensi peserta didik, serta cenderung bersifat sangat teoritik.
Akhirnya, proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian
informasi saja (transfer of knowledge), kurang terkait dengan aspek lingkungan
sehingga peserta didik tidak mampu memanfaatkan konsep keilmuan dalam
proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami peserta didik sehari-hari
untuk itu, pembaharuan dalam proses pembelajaran di SD sudah menjadi suatu
keharusan dengan memberikan tuntunan dalam proses pembelajaran di SD agar
menerapkan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik peserta didik
tidak lagi belajar dengan mata pelajaran terpisah-pisah, namun berdasarkan tema
yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dan sesuai
dengan kompetisi yang akan diajarkan. Guru dalam pembelajaranya dituntut
untuk memiliki pengetahuan yang luas, karena dalam penerapanya buku yang

1
berasal dari pemerintah harus sesuai dari kondisi di sekolah itu berada. Buku dari
pemerintah dijadikan sebagai pedoman atau bahan referensi dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun hal-hal
yang jadi permasalahan yaitu :
1. Apa Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif ?
2. Apa Saja Landasan Dari Pembelajaran Tematik Integratif ?
3. Bagaimana Krakteristik Model Pembelajaran Tematik ?
4. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif ?
5. Bagaimana Model-Model Pembelajaran Temati Integratif ?
6. Bagaimana Implikasi Model Pembelajaran Integratif ?
7. Bagaimana Pola Organisasi Tematik Integratif ?
8. Apa Kelebihan dan Kelemahan Tematik Integratif
C. Tujuan Makalah
Tujuan yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah peserta didik dapat
memahami tentang pembelajaran tematik integratif, baik dari karakteristik
landasan, prinsip, model, implikasi, pola organisasi tematik integratif dan
kelebihan serta kelemahan tematik integratif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Tematik


Tematik integratif adalah salah satu yang dianjurkan dalam implikasi
kurikulum 2013 pada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat satuan dasar
(SD/MI) sampai dengan Sekolah Menegah Atas (SMA/MA) (Khoirunnisa, 2019).
Pembelajaran tematik merupakan penyederhanaan dari pembelajaran kurikulum
KTSP, penyederhanaan ini dapat dilihat dari penyediaan buku kurikulum KTSP
pembelajaran tematiknya mengunakan buku terpisah pisah pada mata pelajaran,
sementara pada pembelajaran tematik integratif kurikulum 2013 penyediaan buku
berdasarkan pada tema yang terdiri dari beberapa subtema, guru tidak lagi
membuat tema yang akan menjadi tema saat proses pembelajaraan (Am et al.,
2018). Menurut Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 Pembelajaran tematik
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud: 2014). Pembelajaran terpadu
didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan,
konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam
satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu memberi penekanan pada
pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk
mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi
(Kemendikbud: 2014).
Trianto (2011) mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran tematik di
sekolah dasar sangat membantu, karena sesuai dengan tingkat peserta didik yang
masih dilihat segala sesuatu dengansecara menyeluruh atau holistik. Guru perlu
merencanakan dan mengemas pembelajaran tematik secara menyenangkan agar
peserta didik dapat tertarik pada pembelajaran sehingga proses pembelajaran
semakin bermakna. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan atau memudahkan bebrapa mata pelajaran atai bidang studi

3
menjadi sebuah tema yang diharapkan memberikan pengalaman yang bermakna
bagi peserta didik dalam proses pembelajaran dalam proses pembelajaran.
B. Landasan Pembelajaran Tematik
Penerapan pembelajaran tematik integratif tidak bisa dipisahkan dari tiga
landasan yaitu filosofis, psikologis dan yuridis. Menurut Yusrianti (2014)
pembelajaran tematik integratif dipengaruhi oleh tiga landasan yaitu :
1. Landasan filosofi
Landasan filosofis pembelajaran tematik integratif dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme dan humanisme, Aliran
progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang dialami
memperhatikan pengalaman peserta didik. Sedangkan konstruktivisme
melihat pengalaman langsung yang dialami peserta didik sebagai kunci dalam
pembelajaran. Pengetahuan adalah hasil kontruksi atau bentukan manusia.
Menusia mengontruksikan pemngetahuan melalui interaksi dengan objek
fenomena pengalaman dan lingkunganya. Aliran selanjutnya humanisme,
peserta didik dilihat sebagai suatu objek yang memiliki keunikan dan
kekhasan dengan segala potensi dan motivasi yang dimilikinya. Peserta didik
selain memiliki kesamaan juga memiliki perbedaan yang khas. Oleh sebab
itu, pembelajaran dikelas harus dapat menampung segala perbedaan karakter
dan kemampuan peserta didik.
2. Landasan psikologi
Pembelajaran tematik integratif juga didasarkan pada landasan psikologis
yang melihat pada aspek perkembangan psikologis peserta didik
dan psikologi belajarnya. Perkembangan psikologi peserta didik diperlukan
untuk menentukan isi materi yang akan diberikan agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan perkembangan peserta didik.
3. Landasan yuridis
Pembelajaran tematik integratif berkaitan dengan kebijakan atau pengaturan
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran disekolah dasar. Landasar
yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

4
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pembelajarandalam rangka mengembangkan pribadi dan tingkat kecerdasan
sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).
C. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif
Sebagai suatu bentuk pembelajaran di sekolah dasar, berdasarkan
Permendikbud No 57 Tahun 2014 pembelajaran tematik memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik;
3. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;
5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya;
6. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
D. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif dalam penerapanya terdapat prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan. Beberapa prinsip yang berkenaan dengan tematik
integratif sebagai berikut :
1. Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
2. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu nampak.
3. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema-
tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
4. Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang
berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
5. Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
6. Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai
dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan

5
7. Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat
mengakomodasi peserta didik yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan,
pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
8. Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan
tersendiri.
9. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences)
dari hal-hal yang konkret menuju ke abstrak.
E. Model-Model Pembelajaran Integratif
Berdasarkan pola pengintegrasian tema, menurut seorang ahli Robin Fogarty
(dalam Kemendikbud: 2014) terdapat sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran integratif. Kesepuluh cara atau model tersebut
adalah: a. The fragmented model (model tergambarkan), b. The connected model
(model terhubung), c.The nested model (model tersarang), d.The secuenced
model (model terurut), e.The shared model (model terbagi), f. The webbed model
(model terjaring), g. The threaded model (model tertali), h. The integrated model
(model terintegrasi/terpadu), i. The immersed model (model terbenam), dan, j.
The networking model (model jaringan). Dari sepuluh model pembelajaran
tersebut, berdasarkan sifat keintegratifannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
(Nurdin dan Adrianto, 2016).
1. Model dalam satu desain ilmu yang meliputi model
connected (keterhubungan) dan nested (terangkai).
2. Model antara bidang studi yang meliputi model sequenced (keteruntutan),
model shared (berbagi), model webbed ( jarring laba-laba), model treaded
(bergalur) dan model integrated (keintegratifan).
3. Model lintas peserta didik yang meliputi model immersed dan model network.
Ada tiga pembelajaran integratif yang dipilih dan dikembangkan diprogram
pendidikan guru di sekolah khususnya di Indonesia, yaitu model keterhubunga
(connected), model jarring Laba-laba(Spider Webbed) dan model keintegratifan
(integrated).
1. Model jaring laba-laba (webbed )

6
Model ini merupakan model pembelajaran integratif mengunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembanganya dimulai dengan
menentukan tema. Tema bisa diterapkan dengan negosiasi antara guru dan
peserta didik tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru atau
berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan yang lain. Setelah tema
disepakati, dikembangkan sub-subtemanya dengan memperhatikan kaitanya
dengan bidang-bidang studi. Dari sub-subtema ini dikembangkan aktivitasa
belajar yang harus dilakukan peserta didik. Tokoh yang mengembangkan
model ini adalah Lyndon B.Jhonson. Dalam prosesnya, jika perencanaan
tematik ini ada KD yang tidak terakomodasi oleh tema manapun, maka ada
cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan dua tipe, yaitu
tematik hanya berisi satu mata pelajaran, dan tematik yang berpusat pada
materi tertentu dalam satu pelajaran.

Kelebihan model jarring Laba-laba (webbed), meliputi:


a. Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk
belajar;
b. memudahkan perencanaan;
c. pendekatan tematik dapat memotivasi peserta didik;
d. memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-
kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Selain itu memiliki model webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara
lain :

7
a. sulit dalam menyeleks itema;
b. cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal;
c. dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan
pengembangan konsep (Jubaidah, 2017).
2. Model keterhubungan (connected)
Model ini mengkoneksikan beberapa konsep, beberapa keterampilan,
beberapa sikap, atau bahkan gabungan seperti keterampilan dengan sikap atau
keterampilan dengan konsep yang terdapat pada mata pelajaran tertentu.
Sebagai contoh, ketika guru akan membelajarkan pecahan, guru dapat
mengkoneksikan sikap adil yang dikaitkan dengan makna pecahan sebagai
bagian dari suatu keseluruhan dan keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian
yang sama, dan juga dikaitkan dengan keterampilan mengerjakan operasi
hitung pada pecahan. Pecahan juga berkaitan dengan decimal, persen, dan
jual beli. Ketika menjelaskan pengertian pecahan, guru dapat
mengkoneksikan konsep pecahan dengan bangun-bangun geometri. Guru
sengaja menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik
dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain,
atau tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada
hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya
dalam satu bidang studi, serta menyeimbangkan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Robert Maynard
Hutchins.

Menurut Fogarty (dalam Trianto, 2011) beberapa


keunggulan pembelajaran terpadu tipe connected antara lain sebagai berikut:

8
a. Dengan pengintegrasian peserta didik dapat memperoleh gambaran yang
lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan.
b. Peserta didik diberi kesempatan melakukan pendalaman, peninjauan,
perbaikan dan penyerapan (asimilasi) gagasan secara bertahap.
Sedangkan kelemahanya adalah model ini adalah kurang mendorong guru
untuk menghubungkan konsep yang terkait dari berbagai mata pelajaran yang
ada karena terfokus pada keterkaitan konsep yang ada pada mata pelajaran
tertentu.
3. Model Terpadu (integrated )
Model Terpadu (Integrated) menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran. Model ini dilaksanakan dengan menggabungkan mapel
(interdisipliner), menetapkan prioritas materi pelajaran, keterampilan, konsep
dan sikap yang saling berkaitan di dalam beberapa mata pelajaran. Model ini
memandang kurikulum sebagai kaleidoskop bahwa interdisiplin topic disusun
meliputi konsep-konsep yang tumpang tindih dan desain-desain dan pola-pola
yang muncul. Model ini dilaksanakan dengan menggabungkan mapel
(interdisipliner), menetapkan prioritas materi pelajaran, keterampilan, konsep
dan sikap yang saling berkaitan di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk
membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih dahulu konsep dari beberapa
mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi
beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap
yang diajarkan dalam satu semester dari mata pelajaran. Selanjutnya dipilih
beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang
erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran. Penerapan model
ini di SD, harus dapat memadukan semua aspek pembelajaran bahasa
sehingga ketrampilan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara
dikembangkan dengan rencana yang bulat utuh. Model ini digunakan pada
saat guru akan menyatukan beberapa kompetensi yang terlihat ‘serupa’ dari
berbagai mata pelajaran. Tema akan ditemukan kemudian setelah seluruh

9
kompetensi dasar diintegrasikan. Tokoh yang mengembangkan model ini
adalah John Milton.

Tipe integrated (keterpaduan) memiliki kelebihan yaitu:


a. peserta didik merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan
timbal balik antar berbagai disiplin ilmu,
b. memperluas wawasan dan apresiasi guru,
c. jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model
pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah melalui “integrated
day”.
d. guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih,
sehingga tercapailan efesiensi dan efektifitas pembelajaran.
Kekurangan tipe integrated antara lain yaitu ;
a. Model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lainnya
b. Sulit mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait
c. Membutuhkan kerjasama yang bagus antar tim pengajar mata pelajaran
terkait tema dengan perencanaan dan alokasi waktu mengajar yang
tepat.
d. Terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan
keterampilan yang diprioritaskan.

10
e. Pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing
bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam
(Trianto, 2011).
Dalam pembelajaran integratif terjadi kaitan-kaitan pengalaman belajar yang
bermakna. Pengalaman belajar yang lebih menunjukan kaitan unsur-unsur
konseptualnya akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang
lebih efektif.
Dengan kata lain, pembelajaran integratif bertujuan agar pembelajaran di
sekolah dasar menjadi lebih efektif. Pengorganisasian kelas di sekolah yang pada
umumnya dipegang oleh guru kelas, pengatur pembelajaran integratif model
jarring laba-laba (webbed) lebih memungkinkan untuk dilaksanakan. Artinya,
dengan kewenangan guru mengajar semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Pendidikan Olahraga, sebagai guru kelas, guru dapat
mengatur sendiri cara menyajikan beberapa mata pelajaranya disesuaikan dengan
ketersediaan alat pelajaran, ketersediaan waktu, ketersediaan buku pelajaran,
kondisi minat dan kemampuan peserta didik.
F. Implikasi Pembelajaran Tematik Integratif
Mengunakan pembelajaran tematik integratif di sekolah dasar mengarah pada
peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang dangat mendukung
terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Pembelajaran tematik dapat
mengembangkan wawasan dan aktifitas berfikir peserta didik melalui jarigan
tema yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh
peserta didik dalam pembelajaran yang utuh. Pengunaan tematik integratif ini
berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana
peserta didik mempelajari beberapa mata pelajaran secara terpadu dalam satu
tema pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan
yang ada dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.
Menurut Majid (2014) pembelajaran tematik disekolah dasar juga memberi
peluang untuk membangun pengetahuan secara utuh, tidak terpecah-pecah dalam
mata pelajaran.
1. Implikasi bagi guru

11
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap
berhasilnya penerapan model pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru
dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa inovatif. Hal pertama yang harus
dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara
konseptual maupun secara praktikal. Pada praktiknya, ada banyak hal yang
perlu dipahami dan dikuasai guru dalam pembelajaran tematik terpadu. Ada
guru yang masih kesulitan dalam mengintegrasikan beberapa mata pelajaran.
Sehingga dari sudut pandang guru perlu memperkuat pemahaman.
Hal–hal lain yang perlu diperhatikan guru untuk pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar yaitu bahwa pembelajaran tematik ini
dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mengkaji lebih
bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaanya perlu mempertimbangkan antara
lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak sedikitnya bahan
yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Pilihan tema-tema yang terdekat
dan familiar dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi
dasar yang akan dicapai dari tema-tema tersebut.
2. Implikasi bagi peserta didik
Peserta didik sebagai objek dan subjek merupakan faktor utama
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Penggunaan
cara baru dalam penyampaian isi kurikulum melalui penerapan model
pembelajaran tematik perlu diperkenalkan dan dikondisikan sejak dini agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Peserta didik perlu menyadari
atau didasarkan akan pentingya pengaitan materi isi kurikulum pada masing-
masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna bagi kehidupan
kelak. Kesiapan menerima pembelajaran yang mengharuskan adanya
keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainya
merupakan hal mutlak yang harus dipahami oleh peserta didik dalam
membangun pengetahuan yang lebih bermnakna dan dapat dipublikasikan.
3. Implikasi terhadap buku ajar
Penerapan model pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut
tersedianya bahan ajar, terutama buku ajar, yang memadai dan dapat

12
memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainya, bahkan dengan kehidupan.
Sekalipun, buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata
pelajaran masih dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pelajaran tematik,
namun pada masa mendatang perlu diupayakan dengan buku suplemen
khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi untuk membantu peserta
didik sejak dini memahami berbagai ilmu pengetahuan secara inter-disipliner.
Bahan ajar tersebut berpangkal dari tema-tema yang terkait dalam kehidupan
peserta didik dan lingkunganya.
4. Implikasi terhadap sasaran dan prasarana
Pembelajaran tematik diperlukan adanya berbagai sarana dan prasarana
pembelajaran yang pada dasarnya relative sama dengan pembelajaran lainya
hanya saja memiliki kekhasan sendiri dalam beberapa hal. Guru harus
memilih media yang akan digunakan, media yang dikunakan harus memiliki
kebermanfaatan dan kesesuaian dengan tema. Guru dalam pembelajaran
diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran.
5. Implikasi terhadap pilihan metode
Karakteristik dalam pembelajaran tematik, pembelajaran berprinsip
menyenangkan sehingga dalam kegiatan pembelajaran perlu
disiapkan berbagai variasi metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa dalam belajar yang bersifat inovasi, kreatif, dan menyenangkan.
6. Implikasi terhadap Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan pembelajaran yang telah
dicapai oleh peserta didik melalui program kegiatan pembelajaran.
G. Pola Organisasi Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif berpusat pada peserta didik ( student
centered-active learning ) dengan pembelajaran yang kontekstual, khususnya
terkait dengan pengembangan tema. Pembelajaran yang berpusat pada peserta

13
didik tersebut dipandu oleh guru dengan menerapkan pembelajaran
berbasis penelitian (inquiry-based learning ) dan pembelajaran berbasis project
( project based learning ) sebagaimana tampak dalam buku pegangan guru.
Dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah pendekatan dan pembelajaran tersebut
diterapkan guna membantu peserta didik mencapai kualifikasi kemampuan
lulusan yang memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Model pembelajaran berbasis penelitian yang disarankan dalam
kurikulum tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Implementasi
Kurikulum 2013 memfokuskan pada empat tahapan pembelajaran mulai dari
mengamati (observing), menanyakan (questioning), melakukan percobaan
(experimenting ), mengumpulkan dan menghubungkan informasi (collecting and
asosiating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Penerapan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah dasar
mengunakan pendekatan tematik integratif. Salah satu pendukung proses
pembelajaran adalah buku tematik terpadu yang diterbitkan oleh Pemerintah.
Mata pelajaran yang dapat dipadukan adalah PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS), Seni
Budaya dan Prakarya (SBdP), dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
(PJOK).
H. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif memiliki kelebihan dibandingkan pendekatan
konvensional menurut Majid (2014), yaitu sebagai berikut:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan
dengantingkat perkembangan anak
2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta
didik.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga
hasil belajar akan dapat bertahan lama.
4. Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan ketrampilan berpikir dan
sosial peserta didik.

14
5. Pembelajaran tematik menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.Dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta
didik.
6. Jika pembelajaran tematik dirancang bersama dapat meningkatkan kerjasama
antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam
situasi nyata, dandalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kelebihan, pembelajaran tematik memiliki kelemahan terutama
dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang
lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses dan tidak hanya
evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (tt;9)
mengidentifikasi beberapa aspek kelemahan pembelajaran tematik integratif, yaitu
sebagai berikut:
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, ketrampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas
dan mengembangkan materi.
2. Aspek Peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif
“baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini
terjadi karena pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitis
(mengurai), kemampun asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
3. Aspek Sarana dan Sumber Pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua iniakan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika
sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu juga.
4. Aspek Kurikulum
Kurikulum berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik
(bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi

15
kewenangan dalam pengembangan materi metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
5. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komperehensif) yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang
mengintegrasikanatau memdukan beberapa mata pelajaran atau bidang studi
menjadi sebuah temayang diharapkan memberikan pengalaman yang bermakna
bagi peserta didikdalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik peran
guru sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk memudahkan peserta didik dalam
belajar. Jadi guru diharuskan untuk lebih inovatif dalam pengembangan
pembelajaran yang ada, guru juga harus banyak mengunakan lingkungan sebagai
sumber belajar.
Penerapan pembelajaran tematik integratif tidak bisa dipisahkan dari tiga
landasan yaitu filosofis, psikologis dan yuridis. Selain itu, pembelajaran
tematikintegratif memiliki beberapa karakteristik yang diantaranya berpusat pada
anak,memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas,menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel,
hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dan
menggunakan prinsip belajar sambil bermain.
Tematik integratif terdapat dua model yang dapat dikatakan cocok atau
tepat diterapkan yaitu model yang mengintegrasikan model jaring laba-laba
(webbed ) dengan model keterhubungan (concected). Model pembelajaran yang
ada pada buku guru khususnya mengunakan model jaringan laba-laba yaitu
mengintegrasikan beberapa mata pelajaran menjadi sebuah tem. Pada Kurikulum
2013, guru perlu mengembangkan pola dari tematik integratif dengan disesuaikan
keadaan lingkungan sekolah sama halnya dengan pembelajaran lainya, tematik
integratif juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapany, namun
kelemahan dapat diminimilisir dengan guru memberikan yang terbaik saat proses
pembelajaran.

17
B. Saran
Makalah ini masih perlu adanya revisi demi perbaikan makalah yang
mencakup materi pola organisasi tematik integratif. Oleh karena itu,
penulismengharapkan kritik dan saran yang membangun agar semakin baik dalam
menyusun makalah-makalah pada kesempatan berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda


Karya
Am, I. A., Saputra, S. Y., & Amelia, D. J. (2018). PEMBELAJARAN TEMATIK
INTEGRATIF PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS RENDAH SD
MUHAMMADIYAH 07 WAJAK. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran),
4(1), 35. https://doi.org/10.22219/jinop.v4i1.4936
Jubaidah, S. (2017). KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-
LABA (WEBBED) DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN
SEDERHANA BAHASA JERMAN. 7.
Hartono, Rudi. (2013). Ragam Model Belajar Yang Diterima Murit. Yogyakarta:
DIVA Pres.
Kemendikbud. (2014). PERMENDIKBUD No.57 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. [Online].
https://jdih.kemdikbud.go.id/. Diakses dari laman web tanggal 07
November 2022.
Kemendikbud. (2016). PERMENDIKBUD Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah [Online].
https://jdih.kemdikbud.go.id/. Diakses dari laman web tanggal 07
November 2022.
Khoirunnisa, P. (2019). Desain Tes Hasil Belajar Matematika Tematik Integratif
Siswa. 8.
Nurdin,Syafruddin., Adriantoni. (2016). Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Trianto. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada..
Yusrianti, Susi. (2014). Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya

19

Anda mungkin juga menyukai