Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rishafa Rosicky

NPM : 223515516132
Prodi : Administrasi Publik

Resume
Judul buku : Dasar-Dasar Ilmu Politik
Prof. Miriam Budiarjo
Bab tentang pembagian kekuasaan secara vertikal dan horizontal.

Pembagian kekuasaan secara visual dibagi dengan dua cara yakni secara vertikal
dan secara horizontal.
▪ Secara vertikal, artinya pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam
hal ini yang dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat
pemerintahan atau dapat diartikan sebagai kekuasaan secara teritorial,
pembagian kekuasaan ini sangat jelas dapat kita saksikan kalau kita
bandingkan antara negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi.
Misalnya : Antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam suatu
negara kesatuan, atau antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian suatu negara federal.

▪ Secara horizontal, artinya pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara


horizontal. Pembagian ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi
pemerintah yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal
dengan istilah Trias Politika.

Persoalan federal merupakan bagian dari suatu persoalan yang lebih besar, yaitu persoalan
integrasi dari golongan-golongan yang berada dalam suatu wilayah. Di dalam teori kenegaraan
persoalan tersebut mengenai bentuk negara, dan persoalan negara bersusun. Bentuk-bentuk
akan diuraikan satu persatu dan akan dibandingkan satu sama lain.

Perbandingan Konfederasi, Negara Kesatuan dan Negara Federal


❖ Konfederasi
Menurut L.Oppenhim
Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh yang untuk
mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas dasar perjanjian
internasional yang diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan
tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap negara anggota
konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara negara-negara itu. Konfederasi
dibentuk untuk maksud-maksud tertentu saja yang umumnya terletak di bidang
politik luar negeri dan pertahanan bersama.
❖ Negara kesatuan
Menurut C.F.Strong
“Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang legislatif tertinggi
dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat.”2 Kekuasaan terletak pada
pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat
mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada
daerah berdasarkan hak otonomi (negara kesatuan dengan sistem desentralisasi),
tetapi pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat.

❖ Negara federal
Ciri negara federal menurut C.F.Strong bahwa ia mencoba menyesuaikan dua
konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam
keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Prinsip negara federal sendiri
yaitu bahwa soal-soal yang menyangkut negara dalam keseluruhannya diserahkan
kepada kekuasaan federal.

Untuk membentuk negara federal dibutuhkan 2 syarat ;


1. Adanya perasaan sebangsa di antara kesatuan-kesatuan politik yang
hendak membentuk federasi itu.
2. Keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak mengadakan
federasi untuk mengadakan ikatan terbatas, oleh karena apabila kesatuan-
kesatuan politik itu menghendaki persatuan, maka bukan federasilah yang
akan dibentuk melainkan negara-kesatuan.

Ditinjau dari segi integrasi antara kesatuan-kesatuan politik yang bergabung itu, maka negara
kesatuan integrasinya lebih kokoh daripada dalam negara federal. Bila ditinjau dari sudut
kenegaraan dan sudut hukum, perbedaan antara negara federal dengan negara kesatuan (yang
didesentralisir) hanya perbedaan nisbi (relatif ) saja.

Tidaklah dapat dikatakan bahwa bentuk negara kesatuan misalnya lebih baik ataupun lebih buruk
daripada bentuk federasi. Sebab kedua bentuk negara itu kita jumpai dalam dunia modern dewasa
ini maupun dalam lintasan sejarah dunia. Jadi, apakah bentuk federasi ataukah kesatuan yang
cocok untuk suatu negara tertentu haruslah dihubungkan dengan kondisi dan situasi dari negara
yang Bersangkutan itu sendiri.

Contoh Integrasi dalam sejarah


❖ Belanda: Pada tahun 1579 mulai dengan konfederasi yang lemah, yaitu United
Provinces of the Netherlands, yang terdiri atas tujuh provinsi dan akhirnya
menjadi negara kesatuan.
Beberapa macam negara federal
Boleh dikatakan bahwa tidak ada dua negara federal yang sama. Menurut C.F. Strong, perbedaan-
perbedaan itu terdapat dalam dua hal:

I. Cara bagaimana kekuasaan dibagi antara pemerintah federal dan pemerintah


negara-negara bagian.
II. Badan mana yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan perselisihan
yang timbul antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian.

Federalisme di Amerika Serikat


Bentuk negara Amerika Serikat umumnya dianggap sebagai federalisme yang paling sempurna.
Ia mempunyai ciri-ciri federalis kuat, yaitu :

(1) Dana kekuasan terletak di negara-negara bagian

(2) Kedudukan mahkamah agung federal sebagai penafsir utama dari undang-undang dasar
dalam memutuskan masalah kompetensi antara berbagai tingkat pemerintahan.

Jadi, pembagian kekuasaan menurut tingkat adalah paling sempurna. Di samping itu, dianggap bahwa
pembagian kekuasaan menurut Trias Politika juga yang paling sempurna, dalam arti paling mendekati
konsep seperti yang diajukan oleh Montesquieu. Sifat federalnya juga nampak dalam susunan badan
legislatifnya (Congress) yang terdiri atas dua majelis, yaitu House of Representatives dan senat..

Federalisme di Uni Soviet


Dilihat dari sudut dana kekuasaan, federalisme Uni Soviet secara formal bersifat
sempurna dalam arti bahwa menurut Undang-Undang Dasar Pasal 14 kekuasaan
pemerintah federal diperinci, sedangkan dana kekuasaan terletak pada negara bagian.
Tetapi ditentukan juga bahwa undang-undang dasar negara-negara bagian harus sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Uni Soviet.

Federalisme di Indonesia (Republik Indonesia Serikat, Desember


1949−Agustus 1950).
Republik Indonesia Serikat terdiri atas 15 negara bagian (disebut daerah bagian) yang
secara formal berkedudukan “saling sama martabat” (equal status) dan “saling sama hak”
(equal rights). Secara formaI pula bentuk federal bersifat sempurna, karena:
I. Kekuasaan pemerintah federal diperinci satu per satu, dan dana kekuasaan terletak
pada negara-negara bagian (Undang-Undang Dasar Pasal 51)
II. Dalam hal timbulnya pertentangan antara undang-undang federal dan Undang-
undang negara bagian, maka Mahkamah Agung Federal mempunyai wewenang untuk
menyelesaikannya dan keputusannya mengikat kedua belah pihak (Undang-Undang
Dasar Pasal 48).
Perkembangan Konsep Trias Politika : Pemisahan Kekuasaan Menjadi
Pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan menurut fungsinya dan ini ada hubungannya dengan doktrin Trias
Politika.
Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam
kekuasaan: Pertama, kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat undang-undang
(dalam peristilahan baru sering disebut rulemaking function); kedua, kekuasaan eksekutif
atau kekuasaan melaksanakan undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebut
rule application function); ketiga, kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas
pelanggaran undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule adjudication
function). Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan
(functions) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-
hak asasi warga negara lebih terjamin.
Doktrin ini untuk pertama kali dikemukakan oleh John Locke (1632−1704) dan
Montesquieu (1689−1755) dan pada taraf itu ditafsirkan sebagai pemisahan kekuasaan
(separation of powers).

Trias Politika di Indonesia


Indonesia menganut Trias Politika dalam arti pembagian kekuasaan. , ciri-ciri Trias
Politika dalam arti pembagian kekuasaan terlihat dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Akan tetapi dalam masa Demokrasi Terpimpin ada usaha untuk meninggalkan gagasan
Trias Politika.
Pemikiran ini jelas dari ucapan-ucapan presiden Indonesia masa itu, Ir. Soekarno, antara
lain pada upacara pelantikan menteri kehakiman pada 12 Desember 1963 yang
menyatakan bahwa “setelah kita kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, Trias Politika
kita tinggalkan sebab asalnya datang dari sumber-sumber liberalisme”. Penolakan asas
Trias Politika selanjutnya dituang dalam bentuk yang lebih resmi, yaitu dalam Undang-
undang No. 19 Tahun 1964 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
di mana Penjelasan Umum berbunyi: “Trias Politika tidak mempunyai tempat sama sekali
dalam hukum nasional Indonesia. Presiden/Pemimpin Besar Revolusi harus dapat melakukan
campur tangan atau turun tangan dalam pengadilan, yaitu dalam hal-hal yang tertentu”.

Komentar Resume
Kekuasaan yang ada di Indonesia memiliki keberagaman, sistem kekuasaan di Indonesia
walaupun berbeda tetap memiliki satu kesatuan yang baik dalam melakukan kewenangan. Dan
kekuasaan tersebut memiliki bagian kerja sama yang baik. Pembagian kekuasaan memiliki
fungsi penting dalam mencegah penyalahgunaan kekuasan oleh pihak-pihak yang berkuasa,
dalam hal ini tentu menjadikan hak asasi warga negara dapat terjamin. Dan ketatanegaraan di
dalam Negara Indonesia lebih terarah serta terorganisir.

Anda mungkin juga menyukai