FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Nim : 190101082
Pengertian Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti obat dalam makna sempit,
dan dalam makna luas adalah semua zat selain makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan
atau fungsi jaringan tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia tersebut.
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah,
sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja,
absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Adapun beberapa istilah untuk farmakologi: 1. Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari cara kerja
obat, efek obat terhadap faal tubuh dan perubahan biokimia tubuh. 2. Farmakokinetik adalah ilmu yang
mempelajari cara pemberian obat, biotranformasi atau perubahan yang di alami obat di dalam tubuh
dan cara obat di keluarkan dari tubuh (ekskresi). 3. Farmakoterapi Merupakan cabang ilmu farmakologi
yang mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit 4. Farmakognosi
adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan
sumber obat 5. Khemoterapi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh mikroba patogen termasuk pengobatan neoplasma 6. Toksikologi adalah lmu yang
mempelajari keracunan zat kimia termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri,
maupun lingkungan hidup lain. Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan, pengenalan dan
penanggulangan kasus-kasus keracunan. 7. Farmasi adalah membidangi ilmu yang meracik obat,
penyediaan dan penyimpan obat, pemurnian, penyempurnaan dan penyajian obat.
SEJARAH FARMAKOLOGI
Sejarah farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kuno dan periode modern. Periode
kuno (sebelum tahun 1700) ditandai dengan observasi empirik penggunaan obat dapat dilihat di Materia
Medika. Catatan tertua dijumpai pada pengobatan Cina dan Mesir. Claudius Galen (129–200 A.D.), orang
pertama yg mengenalkan bahwa teori dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang dalam
penggunaan obat. Theophrastus von Hohenheim (1493–1541 A.D.), atau Paracelsus: All things are
poison, nothing is without poison; the dose alone causes a thing not to be poison.” Johann Jakob
Wepfer (1620–1695) the first to verify by animal experimentation assertions about pharmacological or
toxicological actions.
Periode modern dimulai Pada abad 18-19, mulai dilakukan penelitian eksperimental tentang
perkembangan obat, tempat dan cara kerja obat, pada tingkat organ dan jaringan. Rudolf Buchheim
(1820–1879) mendirikan the first institute of Pharmacology di the University of Dorpat (Tartu, Estonia) in
1847 pharmacology as an independent scientific discipline. Oswald Schmiedeberg (1838–1921), bersama
seorang internist, Bernhard Naunyn (1839–1925), menerbitkan jurnal farmakologi pertama. John J. Abel
(1857–1938) “The Father of American Pharmacology”, was among the first Americans to train in
Schmiedeberg‘s laboratory and was founder of the Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics (published from 1909 until the present).
2. a) Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk diagnosa,
pencegahan dan penyembuhan penyakit.
b) Farmakologi klinis adalah cabang dari farmakologi yang berhubungan dengan ilmu
kedokteran klinis. Ilmu ini mempelahari efek-efek dari obat-obatan pada sukarelawan
sehat dan pasien. Pada akhirnya, hasil dan efek samping dari ibat-obatan dapat
diketahui dan dibandingkan.
c) Farmakoterapi adalah sub ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
penanganan penyakit melalui penggunaan obat-obatan. Dalam ilmu ini obat-obatan
digunakan untuk membuat diagnosis, mencegah timbulnya, dan cara menyembuhkan
suatu penyakit.
d) Farmakokinetika adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh
manusia.
e) Farmakodinamik (PD) adalah studi tentang efek biokimia dan fisiologis obat
(terutama obat-obatan farmasi). Efeknya dapat termasuk yang dimanifestasikan dalam
hewan (termasuk manusia), mikroorganisme, atau kombinasi organisme (misalnya,
infeksi).
f) Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang
merugikan bagi organisme hidup.
3.
4. Secara teori semakin kontras beda pH obat dengan pH local maka semakin banyak
yang ter-ion maka obat asam lemah diabsorbsi optimal di lambung sedangkan obat
basa lemah diabsorbsi optimal di usus. Faktanya absorbsi obat asam maupun basa
lebih banyak terjadi di usus karena luas permukaan dan fungsi fisiologisnya
( terdapat fili ). Jadi intinya semakin banyak yang ter-ion maka semakin sedikit yang
terabsorbsi.
Obat bersifat asam seperti asetosal (aspirinR), ibuprofen (prorisR), asam mefenamat
(ponstanR) pasti akan mengalami absorpsi di lambung bukan di usus. Sebabnya adalah
dalam lambung yang bersuasana asam obat-obat asam akan mengalami bentuk molekul
yang lebih banyak dibandingkan bentuk ionnya (bentuk ion larut air mudah diekskresikan,
bukan diabsorpsi). Selama proses absorpsi, obat mengalami penurunan jumlah karena tak
semua obat diabsorpsi. Selain itu selama proses absorpsi, jika obat diberikan secara oral
maka akan mengalami siklus enterohepatik (perjalanan dari pembuluh darah di usus ke
portal hepar di mana terdapat enzim beta-glikosidase yang mengolah sebagian obat
sebelum sampai di reseptornya).
5.
6. Proses metabolisme terdiri dari tiga fase yaitu reaksi fase I, reaksi fase IIdan reaksi fase III.
Reaksi fase I meliputi biotransformasi suatu obat menjadimetabolit yang lebih polar melalui
pemasukan atau pembukaan (unmasking) suatugugus fungsional (misalnya -OH, - NH2, -SH).
Metabolisme reaksi fase Imeliputi reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi dan isomerasi.
Oksidasi merupakan reaksi yang paling banyak terjadi dalam reaksi fase I, reaksi inidikatalisis
oleh suatu kelas enzim yang penting yang disebut sebagai sistemoksidase kelas campuran
mikrosomal yaitu sitokrom P- 450. Reaksi fase II terjadiapabila obat atau metabolit obat dari
reaksi fase I tidak cukup polar untuk bisadiekskresi dengan cepat oleh ginjal, sehingga pada
reaksi fase II ini, obat ataumetabolit akan dibuat menjadi lebih hidrofilik melalui konjugasi
dengan senyawaendogen dalam hati yang dimana golongan enzim-enzim yang berbeda
akan bereaksi dengan tipe senyawa yang berbeda juga sebagai contoh sintesis UDP-asam
glukuronat hanya dapat terjadi apabila terjadi reaksi glukuronidasi denganenzim
UDPGlukuroniltransferase Sedangkan reaksi fase III dianggap oleh
para peneliti sebagai metabolisme lebih lanjut dari konjugat glutation yangmenghasilkan
konjugat sistein dan asam merkapturat.
Faktor intrinsik. Meliputi sifat fisika dan kimia obat, lipofilitas, dosis dan cara
pemberian.
Faktor fisiologis. ...
Faktor farmakologis. ...
Faktor patologi. ...
Faktor makanan. ...
Faktor lingkungan.
9. reaksi reduksi (reduksi aldehid, azo dan nitro)reaksi ini kurang penting dibandingkan reaksi oksodasi.
Reduksi terutama berperan pada nitrogen dan turunanya, kadang-kadang juga pada karbon. Hanya
beberpa obat yang mengalami metabolisme dengan jalan reduksi, baik dalam letak mikrosomal mapun
non mikrosomal.
10. reaksi hidrolisis, proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis dari ester
dan amida oleh enzim. Esterase yang terletak baik mikrosomal dan non mikrosomal akan menghidrolisis
obat yang mengandung gugus ester. Di hepar lebih banyak terjadi reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi
seperti hidrolisis peptidin oleh suatu enzim.
11.
12.
14.
15. Prodrug adalah obat yang diberikan dalam bentuk nonaktif yang kemudian diaktifkan
kedalam tubuh (misal : oleh enzim di hati, di otak, atau oleh bakteri di usus)
Contoh : L-dopa, Sulfasalazine
Mekanisme eksresi obat melalui ginjal : Pada jalur ekskresi melalui ginjal, metabolit-
metabolit obat diekskresikan melalui urine melalui mekanisme filtrasi glomerulus, sekresi
tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Obat mengalami ekskresi bertujuan untuk
mendetoksifikasi obat, karena telah diketahui bahwa obat dianggap racun/ zat asing oleh tubuh
17. hubungan kadar obat didalam plasma dengan efek obat juga mempengaruhu metabolisme sehingga
Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap sistem enzim mikrosomal hati oleh salah satu
obat dapat menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme obat lainnya secara bertahap,
sehingga menyebabkan rendahnya kadar plasma dan mengurangi efek obat. Penghentian obat
penginduksi tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar plasma obat yang lainnya sehingga
terjadi gejala toksisitas. Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi dan rifampisin adalah
penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang dipengaruhi antara lain warfarin dan kontrasepsi
oral.
Sebaliknya, saat suatu obat menghambat metabolisme obat lain, akan terjadi peningkatan kadar
plasma, sehingga menghasilkan peningkatan efek secara cepat dan juga meningkatkan risiko.
Beberapa obat yang meningkatkan potensi warfarin dan fenitoin memiliki mekanisme seperti di
atas.
18.