Anda di halaman 1dari 15

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Konsep Seni Teater dan


Pembelajarannya
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Seni Teater: Unsur,
Jenis, dan Estetika
2. Teater Tradisional,
Modern, dan Kontemporer
3. Naskah Teater tradisional,
Modern dan Kontemporer,
dan
4. Pembelajaran Pengetahuan
Seni dan Estetika Seni Teater.
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Konsep Seni Teater (KB1)
dipelajari Drama berasal dari kata yang dalam bahasa
Yunani draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya.
Dalam bahasa Inggris, pengertian tersebut
setara dengan kata action yang berarti
perbuatan atau tindakan. Drama sebagai
pertunjukan suatu lakon merupakan tempat
pertemuan dari beberapa cabang kesenian
yang lain seperti seni sastra, seni peran, seni
tari, seni deklamasi, dan tak jarang seni
suara.
- Unsur Drama
Drama mengandung unsur yang membentuk
dan membangun dari karya itu sendiri atau
disebut unsur instrinsik dan unsur yang
mempengaruhi penciptaan yang berasal dari
luar karya atau disebut unsur ekstrinsik.
Kreativitas pengarang dan unsur realitas
objektif (kenyataan semesta) merupakan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik karya
drama meliputi penokohan, alur, latar,
konflik-konflik, tema, amanat, dan aspek
gaya bahasa.
- Pengertian Teater
Kalau kita menelusuri asal kata teater dalam
bahasa Yunani, kita akan menemukan kata
theatron yang artinya tempat pertunjukan.
Ada juga yang mengartikan gedung
pertunjukan atau “panggung” (stage).
Dengan demikian, dalam arti luas teater
adalah segala tontonon yang dipertunjukan
didepan orang banyak, misalnya wayang
golek, lenong, ketoprak, ludruk, akrobat,
debus, sulap, reog, dan sebagainya.
Sementara itu dalam arti sempit teater
adalah kisah hidup dan kehidupan manusia
yang diceritakan diatas pentas, disaksikan
oleh orang banyak,
dengan media percakapan, gerak dan laku,
dengan atau tanpa dekor, dan didasarkan
pada naskah tertulis dengan diiringi musik,
nyanyian dan tarian.
- Unsur Teater
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan
manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk
menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang
ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi,
dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan tentang kehidupan manusia. Jadi,
unsur- unsur teater menurut urutannya
adalah sebagai berikut :
 Tubuh manusia sebagai unsur utama
(pemeran/ pelaku/ pemain/aktor).
 Gerak sebagai unsur penunjang (gerak
tubuh,gerak suara,gerak bunyi, dan
gerak rupa).
 Suara sebagai unsur penunjang (kata,
dialog, dan ucapan pemeran).
 Bunyi sebagai efek penunjang (bunyi
benda, efek, dan musik).
 Rupa sebagai unsur penunjang
(cahaya, skeneri, rias, dan kostum).
 Lakon sebagai unsur penjalin (cerita,
noncerita, fiksi, dan narasi).
- Jenis Teater
 Teater Tradisional
Teater tradisi yang menjadi salah satu
bentuk ungkap kehendak masyarakat
memiliki fungsi sebagai berikut. Pertama,
sebagai alat pendidikan anggota masyarakat
pemilik cerita lisan tersebut. Kedua, sebagai
alat penebal perasaan solidaritas kolektif.
Ketiga, sebagai alat seseorang menegur
orang lain yang melakukan kesalahan.
Keempat, sebagai alat protes terhadap
ketidakadilan. Kelima, sebagai kesempatan
seseorang melarikan diri untuk sementara
dari kehidupan nyata yang membosankan ke
dunia khayalan yang indah. Teater tradisi
merupakan hasil kreativitas dan
kebersamaan suatu kelompok sosial yang
berakar dari budaya setempat, seperti,
dongeng, pantun, syair, tari, dan musik.
 Teater Modern Indonesia
Teater modern adalah teater yang tumbuh di
kota-kota besar. Teater ini umumnya
merupakan persinggungan budaya setempat
dengan budaya Barat. Salah satu contoh
teater modern adalah sastra tulis (drama)
yang berbentuk lakon. Penggarapannya
mengikuti konsep dramaturgi Barat.
Penontonnya pun umumnya dari golongan
terpelajar. Apa yang dimaksud teater
Indonesia? Teater Indonesia adalah teater
yang “bertolak dari teater modern Barat,
tetapi dalam perkembangannya semakin
dipengaruhi dan memanfaatkan teater
daerah/tradisional sebagai sumber”.
Perkembangan drama modern (abad 19-20)
dibeberapa negara adalah melanjutkan
kejayaan tradisi pementasan dan penulisan
drama yang telah dimulai pada zaman
Yunani Kuno. Gaya pementasan diwarnai
gaya realisme sosial dan psikologis,
ekspresionisme, simbolisme dan absurd.
Ciri-ciri aliran dan naskah zaman modern :
a. Aliran realisme. Aliran ini melukiskan
semua kejadian apa adanya bukan
berlebihan dan bukan dengan
lambang. Ada dua aliran realisme,
yaitu realisme sosial dan psikologis.
Realisme sosial adalah realisme yang
menggambarkan problem sosial yang
sangat berpengaruh terhadap
kehidupan psikologis pelaku. Titik
berat permasalahan dalam konflik
drama itu adalah problem sosial,
seperti kemiskinan, kesenjangan
sosial, kepalsuan, penindasan,
keluarga retak, politik, dan lain-lain.
Aktingnya wajar dan menggunakan
bahasa sederhana, bahasa sehari-hari.
Realisme psikologis adalah realisme
yang menekankan pada unsur
kejiwaan secara apa adanya. Sedih,
gembira, bahagia, kecewa, semua
dilukiskan secara wajar. Dialog dan
aktingnya wajar seperti potret
kehidupan sehari-hari.
b. Aliran Ekspresionisme adalah seni
menyatakan, yang dipentaskan adalah
chaos atau kekosongan dalam
psikologis. Aliran ini didasarkan pada
perubahan sosial seperti terjadinya
revolusi industri di Jerman dan
Inggris, atau revolusi Rusia. Ciri-ciri
aliran ekspresionisme adalah
pergantian adegan cepat, penggunaan
pentas yang ekstrem, dan adegan-
adegan disajikan secara filmis.
- Estetika Teater
Evaluasi dan analisis estetika teater
merupakan perwujudan dari penggalian
kembali berbagai kemungkinan kinerja
teater yang telah dipertunjukkan.
Selain itu, evaluasi dan analisis
estetika teater merupakan
pengkajian ulang terhadap
pertumbuhan estetika sebagai aktivitas
terapan dalam teater. Selanjutnya, evaluasi
dan analisis estetika teater merupakan
perbincangan yang dapat didiskusikan
melalui berbagai forum atau pertemuan yang
dapat menemukan berbagai perbedaan dari
estetika teater. Teater Ritual merupakan
temuan mendasar dalam teater. Drama ritual
muncul sekitar 2.750 sebelum masehi di
Mesir. Teater sosial yang muncul pada akhir
abad 18 dan berkembang pada abad 19
semakin mengokohkan peran yang diambil
teater untuk menyampaikan pesan-pesan
sosial–bahkan politik–agar dapat diterima
masyarakat penontonnya. Teater pendidikan
berada dalam dua konsep mendasar, yakni
teater yang berdasarkan pada dasar-dasar
kependidikan teater dan teater yang
berorientasi secara spesifik untuk
mengembangkan pendidikan. Teater
kontemporer merupakan salah satu cara baru
atau merupakan teater yang mencoba
membuka perspektif baru dalam
memperlakukan teater. Perkembangan pesat
teater kontemporer dan mulai memudarnya
batas-batas seni menjadikan teater
eksperimental pilihan berekspresi yang
terbuka dan menarik perhatian pelaku
teater. Teater tradisional yang tumbuh
dalam masyarakat pinggiran kota dan desa
tidak serta merta tersingkir dengan lahirnya
teater modern. Bahkan, teater-teater
modern yang tumbuh mampu bersinergi
dengan teater tradisional.

2. Teater Tradisional (KB2)


Pertunjukan teater tradisi yang diadakan di
pedesaan sering dianggap sebagai teater
komunal karena sifatnya yang ditujukan
untuk kepentingan masyarakat. Pemainnya
adalah semua anggota masyarakat atau
komunitas bersangkutan. Sifat pertunjukan
ini improvisasi, tanpa koreografi yang pasti.
Bentuk teater komunal dianggap juga
sebagai teater primitif.
- Bentuk Teater Tradisional
Teater tradisional merupakan hasil
kreativitas suatu suku bangsa. Teater
tradisional bersumber dari karya sastra
lama atau sastra lisan daerah yang
berupa dongeng, hikayat, atau cerita-cerita
daerah lainnya. Saat peringatan tingkat-
tingkat hidup seseorang (kelahiran,
khitanan, naik pangkat, status,kematian,
dan lain-lain) juga selalu ditandai dengan
peristiwa-peristiwa teater dengan
penampilan berupa tarian, nyanyian
maupun cerita, dan dengan acara atau tata
cara yang unik dan menarik.
- Ciri-ciri Umum Teater Tradisional
a. Cerita tanpa naskah dan digarap
berdasarkan peristiwa sejarah,
dongeng, mitologi, atau kehidupan
sehari-hari.
b. Penyajian dengan dialog, tarian, dan
nyanyian
c. Unsur lawakan selalu muncul.
d. Nilai dan laku dramatik dilakukan
secara spontan dan dalam satu adegan
terdapat dua unsur emosi sekaligus,
yaitu tertawa dan menangis.
e. Pertunjukan mempergunakan
tetabuhan atau musik tradisional.
f. Penonton mengikuti pertunjukan
secara santai dan akrab bahkan
terlibat dalam pertunjukan dengan
berdialog langsung dengan pemain.
g. Mempergunakan bahasa daerah.
h. Tempat pertunjukan terbuka dalam
bentuk arena (dikelilingi penonton).
- Fungsi Teater Tradisional
a. Pemanggil kekuatan gaib.
b. Menjemput roh-roh pelindung untuk
hadir ditempat terselenggaranya
pertunjukan.
c. Memanggil roh-roh baik untuk
mengusir roh-roh jahat.
d. Peringatan pada nenek moyang
dengan mempertontonkan kegagahan
maupun kepahlawanannya.
e. Pelengkap upacara sehubungan
dengan peringatan tingkat-tingkat
hidup seseorang seperti keberhasilan
menempati suatu kedudukan, jabatan
kemasyarakatan, menjadi kepala suku
atau adat.
f. Pelengkap upacara untuk saat-saat
tertentu dalam siklus waktu. Upacara
kelahiran, kedewasaan, dan kematian.
g. Sebagai media hiburan. Fungsi
hiburan ini yang lebih menonjol di
kalangan teater rakyat.
- Konsep Teater Tradisional
Salah satu ciri teater tradisonal Indonesia
pada umunya adalah tidak menggunakan
naskah cerita yang lengkap. Cerita yang akan
dimainkan hanya dituturkan dan diceritakan
oleh pimpinan rombongan secara garis
besarnya saja dan pemain
mengembangkannya secara improvisasi. Hal
ini tentunya mempunyai kelebihan dan
kekurang. Kelebihannya adalah memberikan
keleluasaan bagi pemain untuk
mengembangkan permainan sebebasnya
sesuai dengan kemampuan
improvisasinyanya dan menuntut pemain
untuk hapal cerita di luar kepala. Namun,
kelemahannya adalah cerita tidak terkontrol,
baik waktu maupun batasan dialog tiap
peran. Tanpa adanya naskah karya seni yang
merupakan ekspresi dan ide seniman maka
tidak dapat terdokumentasikan. Oleh karena
itu, meskipun memainkan teater tradisional,
sebaiknya menaskahkan ide-ide cerita yang
dimainkan.
- Jenis Teater Tradisional Indonesia
Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh
bentuk pertunjukan teater tradisional
Indonesia :
a. Wayang Orang
Wayang orang adalah bentuk kesenian
tradisional yang multimedia karena seni lain
dengan berbagai medianya juga menjadi
bagian dari pertunjukan tersebut.
b. Ketoprak
Ketoprak mirip dengan wayang orang.
Bedanya adalah lakon yang dibawakan
merupakan cerita rakyat dan kisah
kepahlawanan. Unsur dagelan atau humor
masih ada, namun gerakan/tariannya lebih
sederhana dan waktu petunjukannya lebih
singkat.
c. Ludruk
Ludruk berasal dari daerah Jawa Timur.
Pertunjukan ini merupakan sejenis ketoprak
yang semuanya pemainnya pria. Ludruk
diawali dengan tarian yang ditarikan sambil
bernyanyi dan disebut tari Ngremo.
d. Lenong Betawi
 Lenong Dines yaitu lenong yang
mempergunakan dialog dalam
bahasa Melayu tinggi dan cerita
yang dibawakan adalah cerita-
cerita hikayat lama, latar belakang
cerita berlangsung di istana-istana
dengan tokoh- tokoh seperti Raja,
Pangeran, Puteri Jin-jin, dan lain-
lain.
 Lenong Preman yaitu lenong yang
mempergunakan dialog bahasa
Betawi sehari-hari juga cerita yang
akrab dengan masalah kehidupan
rakyat seperti kehidupan
dilingkungan masyarakat
kampung, rumah tangga, dan lain-
lain. Unsur humor dan lawakan
lenong jenis ini sangat dominan.
e. Teater Dul Muluk
Teater Dulmuluk adalah teater tradisional
yang berkembang di daerah Sumatra selatan
dan sekitarnya. Bentuk dan ciri pementasan
Dul Muluk selalu diiringi dengan musik yang
khas seperti biola, gendang melayu,
terompet, dan lain-lain.
f. Randai
Randai adalah salah satu teater tradisional
yang berkembang dI daerah Sumatra Barat.
Bentuk pertunjukan Randai merupakan
perpaduan gerakan tarian pola silat
Minangkabau dan cerita yang bersumber
dari tradisi Bakaba.
- Teater Modern Indonesia
Teater modern adalah teater yang tumbuh di
kota-kota besar. Teater ini umumnya
merupakan persinggungan budaya setempat
dengan budaya Barat. Salah satu contoh
teater modern adalah sastra tulis (drama)
yang berbentuk lakon. Penggarapannya
mengikuti konsep dramaturgi Barat.
Penontonnya pun umumnya dari golongan
terpelajar.
a. Ciri-Ciri Aliran dan Naskah Zaman
Modern.
 Realisme sosial adalah realisme
yang menggambarkan problem
sosial yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan psikologis
pelaku. Titik berat permasalahan
dalam konflik drama itu adalah
problem sosial, seperti
kemiskinan, kesenjangan sosial,
kepalsuan, penindasan, keluarga
retak, politik, dan lain-lain.
Aktingnya wajar dan
menggunakan bahasa sederhana,
bahasa sehari-hari.
 Realisme psikologis adalah
realisme yang menekankan pada
unsur kejiwaan secara apa adanya.
Sedih, gembira, bahagia, kecewa,
semua dilukiskan secara wajar.
Dialog dan aktingnya wajar seperti
potret kehidupan sehari-hari.
b. Kilasan Sejarah Teater Indonesia
Sejarah perkembang teater modern
Indonesia dalam perjalanannya diwarnai
oleh berbagai gaya dan pengaruh sehingga
memberi bentuk serta identitas teater
Indonesia yang khas.
 Sebelum Abad ke-20
 Permulaan Abad ke-20
 Zaman Pujangga baru
 Zaman Jepang
 Zaman Kini
c. Fungsi Teater Menurut Putu Wijaya
 Fungsi Hiburan
 Fungsi Ritual
 Fungsi Ekspresi (Kreatif)
 Fungsi Ekonomi
d. Jenis Teater Modern
 Pantomim
Kita sudah lama mengenal pertunjukan
pantomim. Pantomim adalah salah satu seni
pertunjukan yang penampilannya lebih
mengandalkan pada gerak-gerik tubuh dan
ekspresi wajah. Pantomim dalam bahasa
Latinpantomimus, artinya meniru segala
sesuatu, merupakan suatu pertunjukan
teater yang menggunakan tubuh, dalam
bentuk ekspresiwajah atau gerak tubuh,
sebagai dialog.Pantomim adalah pertunjukan
teater tanpa kata-kata yang dimainkan
dengan gerak dan ekspresi wajah dan
biasanya diiringi musik.
 Bentuk Penampilan Pantomim
 Pantomim tunggal
 Pantomim Berpasangan
 Pantomim Kelompok
- Drama Musikal dan Operete
Drama musikal atau disebut juga teater
musikal adalah bentuk ekspresi seni yang
berkolaborasi antara musik, perilaku,
gerakan dan tarian yang menggambarkan
sebuah cerita yang dikemas dengan
koreografi dan dengan sistem musik yang
apik sehingga terjadilah drama musikal atau
kadang-kadang dikenal sebagai "musical
play", faktor emosional drama hingga humor,
cinta, kemarahan yang dikomunikasikan
melalui kata-kata, musik, gerakan dan aspek
teknis dari hiburan yang dikombinasikan
secara keseluruhan. Perbedaan operet dan
Drama Musikal : Pertama, Durasi lagu pada
operet lebih pendek daripada drama
musikal. Kedua, Operet mengutamakan
dialog daripada musik, sedangkan
drama musikal lebih mengutamakan musik
dan seluruh dialognya
dibuat seperti nyanyian. Dan
Ketiga, Musik pada operet mendeskripsikan
kata yang ada pada dialog.
 Monolog
Monolog salah satu genre teater yang
menampilkan satu orang pemeran dalam
pertunjukannya. Pada dasarnya, monolog
merupakan pertunjukan teater yang lengkap
yang biasa kita lihat menggunakan kaidah-
kaidah seni peran dan pemanggungan yang
sama. Yang membedakan adalah monolog
hanya dimainkan oleh satu orang aktor.
Cerita yang ditampilkan mengungkapkan
kondisi hati, perasaan, dan pengalaman
seseorang yang dikisahkan kepada penonton.
- Teater Kontemporer
Kata Kontemporer menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah pada waktu yang
sama; semasa; sewaktu; pada masa kini;
dewasa ini. Teater kontemporer adalah
karya teater yang menampilkan tanda-
tandadan permasalahan kekinian atau masa
sekarang. Jadi teater kontemporer
merupakan wujud kreativitas
seniman teater untuk
menemukan jati dirinya sehingga teater ini
berfungsi sebagai presentasi estetis yang
senimannya hanya ingin mengomunikasikan
gagasannya kepada penonton. Teater
kontemporer adalah ide atau gagasan yang
orisinal dan baru sehingga karya
pertunjukannya menjadi pengetahuan bagi
para penontonnya. Teater kontemporer sering
juga disebut teater mutakhir.

3. Pengertian Naskah (KB3)


- Pengertian Naskah
Naskah atau biasa disebut naskah lakon
adalah sebuah rangkaian peristiwa yang
disampaikan melalui dialog tokoh-tokoh
yang ada didalamnya. Didalamnya memuat
bahasa verbal dan sering disertai dengan
keterangan tempat, waktu, dan adegan.
Unsur pokok di dalam teater adalah konflik.
Berikut adalah jenis-jenis konflik :
a. Konflik Manusia dengan Manusia
b. Konflik Manusia dengan dirinya
sendiri
c. Konflik Manusia dengan Lingkungan
d. Konflik Manusia dengan Tuhan
- Fungsi Naskah
Naskah lakon yang pokok materinya adalah
konflik sebenarnya karena pencarian
kebenaran. Kebenaran terbagi menjadi tiga,
yaitu :
 Kebenaran Ilahiyah, kebenaran
berdasarkan kitab atau agama beserta
ajaranya (kebenaran ini
dikembangkan ini bersifat absolut
bagi penganutnya)
 Kebenaran alamiah, pencapaian
kebenaran berdasarkan tradisi, dan
 Kebenaran ilmiah, kebenaran yang
terukur, terbukti secara logika.
Materi pokok dari teater atau drama adalah
manajemen konflik. Konflik yang
terbentukmerupakan kerangka pencarian
pembenaran setiap tokoh didalamnya.
Konflik tercipta karena ada dua karakter
yang berbeda sehingga terjalin argumen-
argumen di dalam komunikasinya. Argumen
dan peristiwa tersebut dituliskan sehingga
tersusunlah sebuah peristiwa yang
dituliskan dan orang menyebutnya dengan
naskah lakon dari asal kata laku.
- Pembuatan Naskah
Berkaitan dengan lakon cerita ini, yang
menjadi landasan sebuah lakon adalah tema
atau nada dasar cerita. Tema merupakan
gagasan pokok yang terkandung dalam
drama, tema berhubungan dengan premis
dari drama tersebut yang berhubungan pula
dengan nada dasar dari sebuah drama dan
sudut pandangan (point of view) yang
dikemukakan oleh pengarangnya. Premis
adalah landasan pokok yang menentukan
arah tujuan lakon yang merupakan landasan
bagi pola konstruksi lakon.
Bahan–bahan untuk pengarang :
 Karakter = Karakter digunakan untuk
mengembangkan konflik. Pengarang
menggunakan watak manusia sebagai
bahan (konflik hidup adalah hukum
drama).
 Situasi = Lakon adalah rentetan
situasi, dimulai dengan situasi yang
akan berkembang selama aktion
terlaksana. Bahannya bersumber pada
kehidupan, sedangkan seni dari drama
terletak pada penggarapan bahannya.
 Subjek = Subjek atau tema ialah ide
pokok lakon atau drama.
Alat-alat pengarang :
 Dialog = Lewat dialog tergambarlah
watak-watak sehingga latar belakang
perwatakan bisa diketahui.
 Action = Dalam hal banyak laku
(action) lebih penting daripada dialog
karena “laku berbicara lebih keras
daripada kata-kata” karena to see is to
believe.
Proses mengarang :
a. Seleksi = Dengan hati-hati, pengarang
memilih situasi yang harus
memberikan saham bagi keseluruhan
drama, dalam kebanyakan lakon
situasi merupakan kunci laku.
b. Re-arrangement = Pengarang
mengatur/menyusun kembali
kekalutan hidup menjadi pola yang
berarti.
c. Intensifikasi = Pengarang mempunyai
kisah untuk diceritakan, kesan untuk
digambarkan, suasana hati untuk
diciptakan. Segala anasir dalam proses
artistik harus direncanakan
sedemikian rupa untuk
mengintensifkan (meningkatkan)
komunikasi.
- Jenis Naskah
Naskah lakon terbagi menjadi beberapa jenis:
 Naskah tragedi yaitu naskah lakon
yang mengkisahkan tokoh lakon yang
selalu tertimpa ketidak beruntungan,
kesialan, atau mengalami kesedihan di
dalam perjalanannya.
 Naskah komedi yaitu naskah yang
tokohnya senantiasa mengalami
kesedihan/ketidakberuntungan atau
sering gagal dalam segala sesuatu.
Pembagian dalam naskah
Ada tingkatan pembagian dalam naskah,
yaitu pembabakan dan adegan :
 Pembabakan
Pembabakan yaitu rangkaian adegan
yang terjadi dalam satu rangkaian
persoalan.
 Adegan
Rangkaian peristiwa yang terjadi
dalam satu persoalan.
- Analisis Naskah
Analisis atau lebih dikenal dengan istilah
bedah naskah adalah tahap pengkajian
naskah yang ditujukan untuk mendapatkan
kedalaman pemahaman tentang naskah yang
diantaranya adalah menentukan dimana
latar cerita, menentukan konflik dan
kompilkasi, tema dan penokohan, serta
rancangan artistik.
a. Menentukan latar cerita
 Latar tempat, dimana terjadinya
cerita di dalam naskah,
 Latar waktu, kapan terjadinya
cerita di dalam naskah, dan
 Latar peristiwa, apa yang terjadi di
dalam naskah tersebut.
b. Menentukan Konflik dan Komplikasi
Konflik merupakan permasalahan
yang terjadi di dalam naskah.
Sementara itu, komplikasi merupakan
awal bagaimana bisa terjadi
permaslahan di dalam cerita naskah.
c. Menentukan Tema
Tema adalah sesuatu yang menjiwai
cerita atau sesuatu yang menjadi
pokok masalah dalam cerita.Dalam
tema tersirat amanat atau tujuan
pengarang menulis cerita.Tema secara
intrinsik berarti inti, esensi. atau
pokok ide suatu cerita/penceritaan.
d. Menentukan Penokohan
Penokohan adalah pengkajian
terhadap para tokoh yang ada di
dalam naskah. Hal yang perlu
diperhatikan ada tiga aspek, yaitu :
 Dimensi Fisiologis Tokoh
 Dimensi Psikologis Tokoh
 Dimensi Sosiologis Tokoh
Peran adalah hal paten yang akan selalu ada
di setiap cerita pun demikian dengan naskah.
Karakter dibagi menjadi empat, yaitu sebagai
Berikut :
 Protagonis, tokoh utama yang
membawa alur cerita. Tanpanya cerita
akan menjadi selasai atau tak pernah
terjadi di dalam cerita. Protagonis bisa
memiliki sifat baik dan buruk.
 Antagonis, tokoh yang membawa
permasalahan dalam cerita dan peran
yang menghambat apa yang dicita–
citakan oleh tokoh protagonis. Bisa
juga disebut musuh peran protagonis.
 Tritagonis, tokoh penengah atau
pelerai dalam pertikan peran
protagonis dan antogonis. Termasuk
dalam peran penting karena peran ini
bisa menyelesaikan masalah saat
hendak menutup sebuah pementasan.
 Deutragonis, peran pembantu untuk
peran protagonis. Dia adalah kawan
dari protagonis dan membantu tokoh
sagitarus.
 Foil, bila deutragonis adalah peran
pembantu untuk tokoh protagonis.
Sedangakan foil adalah peran
pembantu untuk peran antagonis.
Dalam menentukan casting pemain atau
mencari pemeran yang pas dapat dilakukan
beberapa hal, yaitu :
 Casting by Fisiologis, Pemilihan
pemeran berdasarkan kecocokan
antara fisik pemeran dan tokoh.
 Casting by Psycologys, Pemilihan
pemeran berdasarkan kecocokan
pemeran dan tokoh dari dimensi
psikologis.
 Casting by Ability, Pemilihan pemeran
berdasarkan kemampuan aktor
tersebut memerankan tokoh yang ada
di dalam naskah.
- Sumber Cerita Teater Tradisional
Teater Tradisional hidup dan berkembang di
tengah masyarakat pendukungnya. Secara
turun temurun, kekayaan estetika teater
tradisional diwariskan dari generasi ke
generasi, kemudian dipertahankan.
Keberadaannya disesuaikan dengan
kemajuan zaman. Keterujiannya melalui
waktu yang panjang adalah bukti bahwa
teater tradisional memiliki nilai-nilai yang
tinggi, baik dari segi estetika maupun moral.
Sebagai generasi penerus sudah sepatutnya
saling melestarikan dan mengembangkan
teater tradsional. Berikut ini akan kita bahas
beberapa sumber cerita teater
tradisional diantaranya :
 Cerita Ramayana dan Mahabrata
 Gurindam
 Hikayat
 Pantun
 Cerita Rakyat
 Cerita sehari-hari

4. Estetika Teater (KB4)


- Pembelajaran Estetika
Pembelajaran pengetahuan Estetika Teater
merupakan perwujudan dari penggalian
kembali berbagai kemungkinan kinerja
teater yang telah dipertunjukkan. Selain itu,
evaluasi dan analisis estetika teater
merupakan pengkajian ulang terhadap
pertumbuhan estetika sebagai aktivitas
terapan dalam teater. Selanjutnya,
Pembelajaran pengetahuan estetika teater
merupakan perbincangan yang dapat
didiskusikan melalui berbagai forum atau
pertemuan, sehingga dapat ditemukan
berbagai perbedaan dari estetika teater.
- Estetika Teater Tradisional
Estetika teater tradisional di Indonesia
didasari oleh cerita turun temurun,
gambaran sejarah lokal,dan cerita sehari-
hari yang sering terjadi di lokasi munculnya
teater tradisional. Teater tradisional berbasis
budaya setempatdan berkarakter manusia-
manusia yang menjadi pahlawan bagi
masyarakatnya. Di samping itu, estetika
teater tradisional didasarkan pada empat
komponen pembentuknya, yaitu tari,
nyanyian beserta musik pengiringnya, lawak
(dagelan), dan dialog (percakapan), yang
sebagian juga disertai dengan bentuk pantun
maupun parikan.
- Estetika Teater Modern
Estetika teater modern di Indonesia
merupakan teater yang berbasis pada bentuk
Teater Realis. Teater realis menggunakan
bentuk cerita sehari-hari maupun
mengandung sejarah lokal yang berasal dari
bentuk lakon dengan pijakan filsafat
romantisme, realisme, naturalisme,
eksistensialisme, dan absurdisme. Sebagian
besar pijakan filsafat lakon teater realis
bersumber atau terlebih dahulu berkembang
dalam disiplin sastra dan senirupa. Oleh
karena itu, pengaruh sastra dan senirupa
cukup besar dalam teater realis.
- Estetika pada Teater Ritual
Estetika pada Teater Ritual berasal dari
peristiwa upacara yang dianut oleh suku-
suku di Indonesia. Upacara tersebut
mengandung tata nilai yang dipercaya
sebagai penguat terhadap tata nilai yang
dianut masyarakatnya. Nilai intrinsik ritual
merupakan kepercayaan yang dijalani
masyarakat. Kepatuhan pada alam semesta
menjadi pilihan dalam menjalani proses
ritual.
- Estetika pada Teater Sosial
Estetika pada Teater Sosial bertolak dari
pandangan-pandangan sosial yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Pandangan
sosial merupakan potret kehidupan
sekaligus proyeksi aspirasi masyarakat
terhadap kondisi sosialnya. Hal tersebut
dapat berupa protes atau sekadar
pengetahuan terhadap nilai-nilai sosial yang
menjadi kesadaran masyarakat.
- Estetika pada Teater Pendidikan
Estetika pada Teater Pendidikan merupakan
bagiandari proses pendidikan yang
mendorong terbangunnya nilai-nilai
pendidikan pada karya teater. Teater
pendidikan di Indonesia belum begitu
popular, meski banyak teater berbasis
pendidikan, yang diajarkan melalui sekolah-
sekolah seni maupun lembaga pendidikan
seni.
- Estetika pada Teater Kontemporer
Estetika pada teater Kontemporer merupakan
suatu pengembangan cara berteater yang
mengarah pada objek-objek kekinian. Teater
Kontemporer berada dalam transformasi
teater modern dan eksperimental. Identitas
khusus yang dimilikinya merujuk pada teater
pascamodern, teater eksperimental, dan
postdramatik. Di Indonesia, perkembangan
dan aktivitas teater kontemporer
tidak sebesar yang dilakukan dalam tari
kontemporer.
- Estetika pada Teater Eksperimental
Estetika pada teater Eksperimental bertolak
dari metode berteater secara non verbal
yang tidak lagi berdasarkan pada suatu
proses
penceritaan (naratif).
2 Daftar materi yang sulit 1. Langkah–Langkah Mempersiapkan
dipahami di modul ini Penerapan Metode Pembelajaran CTL
3 Daftar materi yang sering 1. Jenis Naskah
mengalami miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai