Pembelajarannya Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Seni Teater: Unsur, Jenis, dan Estetika 2. Teater Tradisional, Modern, dan Kontemporer 3. Naskah Teater tradisional, Modern dan Kontemporer, dan 4. Pembelajaran Pengetahuan Seni dan Estetika Seni Teater. No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Garis besar materi yang 1. Konsep Seni Teater (KB1) dipelajari Drama berasal dari kata yang dalam bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris, pengertian tersebut setara dengan kata action yang berarti perbuatan atau tindakan. Drama sebagai pertunjukan suatu lakon merupakan tempat pertemuan dari beberapa cabang kesenian yang lain seperti seni sastra, seni peran, seni tari, seni deklamasi, dan tak jarang seni suara. - Unsur Drama Drama mengandung unsur yang membentuk dan membangun dari karya itu sendiri atau disebut unsur instrinsik dan unsur yang mempengaruhi penciptaan yang berasal dari luar karya atau disebut unsur ekstrinsik. Kreativitas pengarang dan unsur realitas objektif (kenyataan semesta) merupakan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik karya drama meliputi penokohan, alur, latar, konflik-konflik, tema, amanat, dan aspek gaya bahasa. - Pengertian Teater Kalau kita menelusuri asal kata teater dalam bahasa Yunani, kita akan menemukan kata theatron yang artinya tempat pertunjukan. Ada juga yang mengartikan gedung pertunjukan atau “panggung” (stage). Dengan demikian, dalam arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, ketoprak, ludruk, akrobat, debus, sulap, reog, dan sebagainya. Sementara itu dalam arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, dan didasarkan pada naskah tertulis dengan diiringi musik, nyanyian dan tarian. - Unsur Teater Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Jadi, unsur- unsur teater menurut urutannya adalah sebagai berikut : Tubuh manusia sebagai unsur utama (pemeran/ pelaku/ pemain/aktor). Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi, dan gerak rupa). Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, dan ucapan pemeran). Bunyi sebagai efek penunjang (bunyi benda, efek, dan musik). Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, skeneri, rias, dan kostum). Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, noncerita, fiksi, dan narasi). - Jenis Teater Teater Tradisional Teater tradisi yang menjadi salah satu bentuk ungkap kehendak masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut. Pertama, sebagai alat pendidikan anggota masyarakat pemilik cerita lisan tersebut. Kedua, sebagai alat penebal perasaan solidaritas kolektif. Ketiga, sebagai alat seseorang menegur orang lain yang melakukan kesalahan. Keempat, sebagai alat protes terhadap ketidakadilan. Kelima, sebagai kesempatan seseorang melarikan diri untuk sementara dari kehidupan nyata yang membosankan ke dunia khayalan yang indah. Teater tradisi merupakan hasil kreativitas dan kebersamaan suatu kelompok sosial yang berakar dari budaya setempat, seperti, dongeng, pantun, syair, tari, dan musik. Teater Modern Indonesia Teater modern adalah teater yang tumbuh di kota-kota besar. Teater ini umumnya merupakan persinggungan budaya setempat dengan budaya Barat. Salah satu contoh teater modern adalah sastra tulis (drama) yang berbentuk lakon. Penggarapannya mengikuti konsep dramaturgi Barat. Penontonnya pun umumnya dari golongan terpelajar. Apa yang dimaksud teater Indonesia? Teater Indonesia adalah teater yang “bertolak dari teater modern Barat, tetapi dalam perkembangannya semakin dipengaruhi dan memanfaatkan teater daerah/tradisional sebagai sumber”. Perkembangan drama modern (abad 19-20) dibeberapa negara adalah melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno. Gaya pementasan diwarnai gaya realisme sosial dan psikologis, ekspresionisme, simbolisme dan absurd. Ciri-ciri aliran dan naskah zaman modern : a. Aliran realisme. Aliran ini melukiskan semua kejadian apa adanya bukan berlebihan dan bukan dengan lambang. Ada dua aliran realisme, yaitu realisme sosial dan psikologis. Realisme sosial adalah realisme yang menggambarkan problem sosial yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan psikologis pelaku. Titik berat permasalahan dalam konflik drama itu adalah problem sosial, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kepalsuan, penindasan, keluarga retak, politik, dan lain-lain. Aktingnya wajar dan menggunakan bahasa sederhana, bahasa sehari-hari. Realisme psikologis adalah realisme yang menekankan pada unsur kejiwaan secara apa adanya. Sedih, gembira, bahagia, kecewa, semua dilukiskan secara wajar. Dialog dan aktingnya wajar seperti potret kehidupan sehari-hari. b. Aliran Ekspresionisme adalah seni menyatakan, yang dipentaskan adalah chaos atau kekosongan dalam psikologis. Aliran ini didasarkan pada perubahan sosial seperti terjadinya revolusi industri di Jerman dan Inggris, atau revolusi Rusia. Ciri-ciri aliran ekspresionisme adalah pergantian adegan cepat, penggunaan pentas yang ekstrem, dan adegan- adegan disajikan secara filmis. - Estetika Teater Evaluasi dan analisis estetika teater merupakan perwujudan dari penggalian kembali berbagai kemungkinan kinerja teater yang telah dipertunjukkan. Selain itu, evaluasi dan analisis estetika teater merupakan pengkajian ulang terhadap pertumbuhan estetika sebagai aktivitas terapan dalam teater. Selanjutnya, evaluasi dan analisis estetika teater merupakan perbincangan yang dapat didiskusikan melalui berbagai forum atau pertemuan yang dapat menemukan berbagai perbedaan dari estetika teater. Teater Ritual merupakan temuan mendasar dalam teater. Drama ritual muncul sekitar 2.750 sebelum masehi di Mesir. Teater sosial yang muncul pada akhir abad 18 dan berkembang pada abad 19 semakin mengokohkan peran yang diambil teater untuk menyampaikan pesan-pesan sosial–bahkan politik–agar dapat diterima masyarakat penontonnya. Teater pendidikan berada dalam dua konsep mendasar, yakni teater yang berdasarkan pada dasar-dasar kependidikan teater dan teater yang berorientasi secara spesifik untuk mengembangkan pendidikan. Teater kontemporer merupakan salah satu cara baru atau merupakan teater yang mencoba membuka perspektif baru dalam memperlakukan teater. Perkembangan pesat teater kontemporer dan mulai memudarnya batas-batas seni menjadikan teater eksperimental pilihan berekspresi yang terbuka dan menarik perhatian pelaku teater. Teater tradisional yang tumbuh dalam masyarakat pinggiran kota dan desa tidak serta merta tersingkir dengan lahirnya teater modern. Bahkan, teater-teater modern yang tumbuh mampu bersinergi dengan teater tradisional.
2. Teater Tradisional (KB2)
Pertunjukan teater tradisi yang diadakan di pedesaan sering dianggap sebagai teater komunal karena sifatnya yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Pemainnya adalah semua anggota masyarakat atau komunitas bersangkutan. Sifat pertunjukan ini improvisasi, tanpa koreografi yang pasti. Bentuk teater komunal dianggap juga sebagai teater primitif. - Bentuk Teater Tradisional Teater tradisional merupakan hasil kreativitas suatu suku bangsa. Teater tradisional bersumber dari karya sastra lama atau sastra lisan daerah yang berupa dongeng, hikayat, atau cerita-cerita daerah lainnya. Saat peringatan tingkat- tingkat hidup seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat, status,kematian, dan lain-lain) juga selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian, nyanyian maupun cerita, dan dengan acara atau tata cara yang unik dan menarik. - Ciri-ciri Umum Teater Tradisional a. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari. b. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian c. Unsur lawakan selalu muncul. d. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yaitu tertawa dan menangis. e. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional. f. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dengan berdialog langsung dengan pemain. g. Mempergunakan bahasa daerah. h. Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton). - Fungsi Teater Tradisional a. Pemanggil kekuatan gaib. b. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan. c. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat. d. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya. e. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang seperti keberhasilan menempati suatu kedudukan, jabatan kemasyarakatan, menjadi kepala suku atau adat. f. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu. Upacara kelahiran, kedewasaan, dan kematian. g. Sebagai media hiburan. Fungsi hiburan ini yang lebih menonjol di kalangan teater rakyat. - Konsep Teater Tradisional Salah satu ciri teater tradisonal Indonesia pada umunya adalah tidak menggunakan naskah cerita yang lengkap. Cerita yang akan dimainkan hanya dituturkan dan diceritakan oleh pimpinan rombongan secara garis besarnya saja dan pemain mengembangkannya secara improvisasi. Hal ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurang. Kelebihannya adalah memberikan keleluasaan bagi pemain untuk mengembangkan permainan sebebasnya sesuai dengan kemampuan improvisasinyanya dan menuntut pemain untuk hapal cerita di luar kepala. Namun, kelemahannya adalah cerita tidak terkontrol, baik waktu maupun batasan dialog tiap peran. Tanpa adanya naskah karya seni yang merupakan ekspresi dan ide seniman maka tidak dapat terdokumentasikan. Oleh karena itu, meskipun memainkan teater tradisional, sebaiknya menaskahkan ide-ide cerita yang dimainkan. - Jenis Teater Tradisional Indonesia Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh bentuk pertunjukan teater tradisional Indonesia : a. Wayang Orang Wayang orang adalah bentuk kesenian tradisional yang multimedia karena seni lain dengan berbagai medianya juga menjadi bagian dari pertunjukan tersebut. b. Ketoprak Ketoprak mirip dengan wayang orang. Bedanya adalah lakon yang dibawakan merupakan cerita rakyat dan kisah kepahlawanan. Unsur dagelan atau humor masih ada, namun gerakan/tariannya lebih sederhana dan waktu petunjukannya lebih singkat. c. Ludruk Ludruk berasal dari daerah Jawa Timur. Pertunjukan ini merupakan sejenis ketoprak yang semuanya pemainnya pria. Ludruk diawali dengan tarian yang ditarikan sambil bernyanyi dan disebut tari Ngremo. d. Lenong Betawi Lenong Dines yaitu lenong yang mempergunakan dialog dalam bahasa Melayu tinggi dan cerita yang dibawakan adalah cerita- cerita hikayat lama, latar belakang cerita berlangsung di istana-istana dengan tokoh- tokoh seperti Raja, Pangeran, Puteri Jin-jin, dan lain- lain. Lenong Preman yaitu lenong yang mempergunakan dialog bahasa Betawi sehari-hari juga cerita yang akrab dengan masalah kehidupan rakyat seperti kehidupan dilingkungan masyarakat kampung, rumah tangga, dan lain- lain. Unsur humor dan lawakan lenong jenis ini sangat dominan. e. Teater Dul Muluk Teater Dulmuluk adalah teater tradisional yang berkembang di daerah Sumatra selatan dan sekitarnya. Bentuk dan ciri pementasan Dul Muluk selalu diiringi dengan musik yang khas seperti biola, gendang melayu, terompet, dan lain-lain. f. Randai Randai adalah salah satu teater tradisional yang berkembang dI daerah Sumatra Barat. Bentuk pertunjukan Randai merupakan perpaduan gerakan tarian pola silat Minangkabau dan cerita yang bersumber dari tradisi Bakaba. - Teater Modern Indonesia Teater modern adalah teater yang tumbuh di kota-kota besar. Teater ini umumnya merupakan persinggungan budaya setempat dengan budaya Barat. Salah satu contoh teater modern adalah sastra tulis (drama) yang berbentuk lakon. Penggarapannya mengikuti konsep dramaturgi Barat. Penontonnya pun umumnya dari golongan terpelajar. a. Ciri-Ciri Aliran dan Naskah Zaman Modern. Realisme sosial adalah realisme yang menggambarkan problem sosial yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan psikologis pelaku. Titik berat permasalahan dalam konflik drama itu adalah problem sosial, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kepalsuan, penindasan, keluarga retak, politik, dan lain-lain. Aktingnya wajar dan menggunakan bahasa sederhana, bahasa sehari-hari. Realisme psikologis adalah realisme yang menekankan pada unsur kejiwaan secara apa adanya. Sedih, gembira, bahagia, kecewa, semua dilukiskan secara wajar. Dialog dan aktingnya wajar seperti potret kehidupan sehari-hari. b. Kilasan Sejarah Teater Indonesia Sejarah perkembang teater modern Indonesia dalam perjalanannya diwarnai oleh berbagai gaya dan pengaruh sehingga memberi bentuk serta identitas teater Indonesia yang khas. Sebelum Abad ke-20 Permulaan Abad ke-20 Zaman Pujangga baru Zaman Jepang Zaman Kini c. Fungsi Teater Menurut Putu Wijaya Fungsi Hiburan Fungsi Ritual Fungsi Ekspresi (Kreatif) Fungsi Ekonomi d. Jenis Teater Modern Pantomim Kita sudah lama mengenal pertunjukan pantomim. Pantomim adalah salah satu seni pertunjukan yang penampilannya lebih mengandalkan pada gerak-gerik tubuh dan ekspresi wajah. Pantomim dalam bahasa Latinpantomimus, artinya meniru segala sesuatu, merupakan suatu pertunjukan teater yang menggunakan tubuh, dalam bentuk ekspresiwajah atau gerak tubuh, sebagai dialog.Pantomim adalah pertunjukan teater tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah dan biasanya diiringi musik. Bentuk Penampilan Pantomim Pantomim tunggal Pantomim Berpasangan Pantomim Kelompok - Drama Musikal dan Operete Drama musikal atau disebut juga teater musikal adalah bentuk ekspresi seni yang berkolaborasi antara musik, perilaku, gerakan dan tarian yang menggambarkan sebuah cerita yang dikemas dengan koreografi dan dengan sistem musik yang apik sehingga terjadilah drama musikal atau kadang-kadang dikenal sebagai "musical play", faktor emosional drama hingga humor, cinta, kemarahan yang dikomunikasikan melalui kata-kata, musik, gerakan dan aspek teknis dari hiburan yang dikombinasikan secara keseluruhan. Perbedaan operet dan Drama Musikal : Pertama, Durasi lagu pada operet lebih pendek daripada drama musikal. Kedua, Operet mengutamakan dialog daripada musik, sedangkan drama musikal lebih mengutamakan musik dan seluruh dialognya dibuat seperti nyanyian. Dan Ketiga, Musik pada operet mendeskripsikan kata yang ada pada dialog. Monolog Monolog salah satu genre teater yang menampilkan satu orang pemeran dalam pertunjukannya. Pada dasarnya, monolog merupakan pertunjukan teater yang lengkap yang biasa kita lihat menggunakan kaidah- kaidah seni peran dan pemanggungan yang sama. Yang membedakan adalah monolog hanya dimainkan oleh satu orang aktor. Cerita yang ditampilkan mengungkapkan kondisi hati, perasaan, dan pengalaman seseorang yang dikisahkan kepada penonton. - Teater Kontemporer Kata Kontemporer menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Teater kontemporer adalah karya teater yang menampilkan tanda- tandadan permasalahan kekinian atau masa sekarang. Jadi teater kontemporer merupakan wujud kreativitas seniman teater untuk menemukan jati dirinya sehingga teater ini berfungsi sebagai presentasi estetis yang senimannya hanya ingin mengomunikasikan gagasannya kepada penonton. Teater kontemporer adalah ide atau gagasan yang orisinal dan baru sehingga karya pertunjukannya menjadi pengetahuan bagi para penontonnya. Teater kontemporer sering juga disebut teater mutakhir.
3. Pengertian Naskah (KB3)
- Pengertian Naskah Naskah atau biasa disebut naskah lakon adalah sebuah rangkaian peristiwa yang disampaikan melalui dialog tokoh-tokoh yang ada didalamnya. Didalamnya memuat bahasa verbal dan sering disertai dengan keterangan tempat, waktu, dan adegan. Unsur pokok di dalam teater adalah konflik. Berikut adalah jenis-jenis konflik : a. Konflik Manusia dengan Manusia b. Konflik Manusia dengan dirinya sendiri c. Konflik Manusia dengan Lingkungan d. Konflik Manusia dengan Tuhan - Fungsi Naskah Naskah lakon yang pokok materinya adalah konflik sebenarnya karena pencarian kebenaran. Kebenaran terbagi menjadi tiga, yaitu : Kebenaran Ilahiyah, kebenaran berdasarkan kitab atau agama beserta ajaranya (kebenaran ini dikembangkan ini bersifat absolut bagi penganutnya) Kebenaran alamiah, pencapaian kebenaran berdasarkan tradisi, dan Kebenaran ilmiah, kebenaran yang terukur, terbukti secara logika. Materi pokok dari teater atau drama adalah manajemen konflik. Konflik yang terbentukmerupakan kerangka pencarian pembenaran setiap tokoh didalamnya. Konflik tercipta karena ada dua karakter yang berbeda sehingga terjalin argumen- argumen di dalam komunikasinya. Argumen dan peristiwa tersebut dituliskan sehingga tersusunlah sebuah peristiwa yang dituliskan dan orang menyebutnya dengan naskah lakon dari asal kata laku. - Pembuatan Naskah Berkaitan dengan lakon cerita ini, yang menjadi landasan sebuah lakon adalah tema atau nada dasar cerita. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama, tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan (point of view) yang dikemukakan oleh pengarangnya. Premis adalah landasan pokok yang menentukan arah tujuan lakon yang merupakan landasan bagi pola konstruksi lakon. Bahan–bahan untuk pengarang : Karakter = Karakter digunakan untuk mengembangkan konflik. Pengarang menggunakan watak manusia sebagai bahan (konflik hidup adalah hukum drama). Situasi = Lakon adalah rentetan situasi, dimulai dengan situasi yang akan berkembang selama aktion terlaksana. Bahannya bersumber pada kehidupan, sedangkan seni dari drama terletak pada penggarapan bahannya. Subjek = Subjek atau tema ialah ide pokok lakon atau drama. Alat-alat pengarang : Dialog = Lewat dialog tergambarlah watak-watak sehingga latar belakang perwatakan bisa diketahui. Action = Dalam hal banyak laku (action) lebih penting daripada dialog karena “laku berbicara lebih keras daripada kata-kata” karena to see is to believe. Proses mengarang : a. Seleksi = Dengan hati-hati, pengarang memilih situasi yang harus memberikan saham bagi keseluruhan drama, dalam kebanyakan lakon situasi merupakan kunci laku. b. Re-arrangement = Pengarang mengatur/menyusun kembali kekalutan hidup menjadi pola yang berarti. c. Intensifikasi = Pengarang mempunyai kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati untuk diciptakan. Segala anasir dalam proses artistik harus direncanakan sedemikian rupa untuk mengintensifkan (meningkatkan) komunikasi. - Jenis Naskah Naskah lakon terbagi menjadi beberapa jenis: Naskah tragedi yaitu naskah lakon yang mengkisahkan tokoh lakon yang selalu tertimpa ketidak beruntungan, kesialan, atau mengalami kesedihan di dalam perjalanannya. Naskah komedi yaitu naskah yang tokohnya senantiasa mengalami kesedihan/ketidakberuntungan atau sering gagal dalam segala sesuatu. Pembagian dalam naskah Ada tingkatan pembagian dalam naskah, yaitu pembabakan dan adegan : Pembabakan Pembabakan yaitu rangkaian adegan yang terjadi dalam satu rangkaian persoalan. Adegan Rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu persoalan. - Analisis Naskah Analisis atau lebih dikenal dengan istilah bedah naskah adalah tahap pengkajian naskah yang ditujukan untuk mendapatkan kedalaman pemahaman tentang naskah yang diantaranya adalah menentukan dimana latar cerita, menentukan konflik dan kompilkasi, tema dan penokohan, serta rancangan artistik. a. Menentukan latar cerita Latar tempat, dimana terjadinya cerita di dalam naskah, Latar waktu, kapan terjadinya cerita di dalam naskah, dan Latar peristiwa, apa yang terjadi di dalam naskah tersebut. b. Menentukan Konflik dan Komplikasi Konflik merupakan permasalahan yang terjadi di dalam naskah. Sementara itu, komplikasi merupakan awal bagaimana bisa terjadi permaslahan di dalam cerita naskah. c. Menentukan Tema Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.Dalam tema tersirat amanat atau tujuan pengarang menulis cerita.Tema secara intrinsik berarti inti, esensi. atau pokok ide suatu cerita/penceritaan. d. Menentukan Penokohan Penokohan adalah pengkajian terhadap para tokoh yang ada di dalam naskah. Hal yang perlu diperhatikan ada tiga aspek, yaitu : Dimensi Fisiologis Tokoh Dimensi Psikologis Tokoh Dimensi Sosiologis Tokoh Peran adalah hal paten yang akan selalu ada di setiap cerita pun demikian dengan naskah. Karakter dibagi menjadi empat, yaitu sebagai Berikut : Protagonis, tokoh utama yang membawa alur cerita. Tanpanya cerita akan menjadi selasai atau tak pernah terjadi di dalam cerita. Protagonis bisa memiliki sifat baik dan buruk. Antagonis, tokoh yang membawa permasalahan dalam cerita dan peran yang menghambat apa yang dicita– citakan oleh tokoh protagonis. Bisa juga disebut musuh peran protagonis. Tritagonis, tokoh penengah atau pelerai dalam pertikan peran protagonis dan antogonis. Termasuk dalam peran penting karena peran ini bisa menyelesaikan masalah saat hendak menutup sebuah pementasan. Deutragonis, peran pembantu untuk peran protagonis. Dia adalah kawan dari protagonis dan membantu tokoh sagitarus. Foil, bila deutragonis adalah peran pembantu untuk tokoh protagonis. Sedangakan foil adalah peran pembantu untuk peran antagonis. Dalam menentukan casting pemain atau mencari pemeran yang pas dapat dilakukan beberapa hal, yaitu : Casting by Fisiologis, Pemilihan pemeran berdasarkan kecocokan antara fisik pemeran dan tokoh. Casting by Psycologys, Pemilihan pemeran berdasarkan kecocokan pemeran dan tokoh dari dimensi psikologis. Casting by Ability, Pemilihan pemeran berdasarkan kemampuan aktor tersebut memerankan tokoh yang ada di dalam naskah. - Sumber Cerita Teater Tradisional Teater Tradisional hidup dan berkembang di tengah masyarakat pendukungnya. Secara turun temurun, kekayaan estetika teater tradisional diwariskan dari generasi ke generasi, kemudian dipertahankan. Keberadaannya disesuaikan dengan kemajuan zaman. Keterujiannya melalui waktu yang panjang adalah bukti bahwa teater tradisional memiliki nilai-nilai yang tinggi, baik dari segi estetika maupun moral. Sebagai generasi penerus sudah sepatutnya saling melestarikan dan mengembangkan teater tradsional. Berikut ini akan kita bahas beberapa sumber cerita teater tradisional diantaranya : Cerita Ramayana dan Mahabrata Gurindam Hikayat Pantun Cerita Rakyat Cerita sehari-hari
4. Estetika Teater (KB4)
- Pembelajaran Estetika Pembelajaran pengetahuan Estetika Teater merupakan perwujudan dari penggalian kembali berbagai kemungkinan kinerja teater yang telah dipertunjukkan. Selain itu, evaluasi dan analisis estetika teater merupakan pengkajian ulang terhadap pertumbuhan estetika sebagai aktivitas terapan dalam teater. Selanjutnya, Pembelajaran pengetahuan estetika teater merupakan perbincangan yang dapat didiskusikan melalui berbagai forum atau pertemuan, sehingga dapat ditemukan berbagai perbedaan dari estetika teater. - Estetika Teater Tradisional Estetika teater tradisional di Indonesia didasari oleh cerita turun temurun, gambaran sejarah lokal,dan cerita sehari- hari yang sering terjadi di lokasi munculnya teater tradisional. Teater tradisional berbasis budaya setempatdan berkarakter manusia- manusia yang menjadi pahlawan bagi masyarakatnya. Di samping itu, estetika teater tradisional didasarkan pada empat komponen pembentuknya, yaitu tari, nyanyian beserta musik pengiringnya, lawak (dagelan), dan dialog (percakapan), yang sebagian juga disertai dengan bentuk pantun maupun parikan. - Estetika Teater Modern Estetika teater modern di Indonesia merupakan teater yang berbasis pada bentuk Teater Realis. Teater realis menggunakan bentuk cerita sehari-hari maupun mengandung sejarah lokal yang berasal dari bentuk lakon dengan pijakan filsafat romantisme, realisme, naturalisme, eksistensialisme, dan absurdisme. Sebagian besar pijakan filsafat lakon teater realis bersumber atau terlebih dahulu berkembang dalam disiplin sastra dan senirupa. Oleh karena itu, pengaruh sastra dan senirupa cukup besar dalam teater realis. - Estetika pada Teater Ritual Estetika pada Teater Ritual berasal dari peristiwa upacara yang dianut oleh suku- suku di Indonesia. Upacara tersebut mengandung tata nilai yang dipercaya sebagai penguat terhadap tata nilai yang dianut masyarakatnya. Nilai intrinsik ritual merupakan kepercayaan yang dijalani masyarakat. Kepatuhan pada alam semesta menjadi pilihan dalam menjalani proses ritual. - Estetika pada Teater Sosial Estetika pada Teater Sosial bertolak dari pandangan-pandangan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pandangan sosial merupakan potret kehidupan sekaligus proyeksi aspirasi masyarakat terhadap kondisi sosialnya. Hal tersebut dapat berupa protes atau sekadar pengetahuan terhadap nilai-nilai sosial yang menjadi kesadaran masyarakat. - Estetika pada Teater Pendidikan Estetika pada Teater Pendidikan merupakan bagiandari proses pendidikan yang mendorong terbangunnya nilai-nilai pendidikan pada karya teater. Teater pendidikan di Indonesia belum begitu popular, meski banyak teater berbasis pendidikan, yang diajarkan melalui sekolah- sekolah seni maupun lembaga pendidikan seni. - Estetika pada Teater Kontemporer Estetika pada teater Kontemporer merupakan suatu pengembangan cara berteater yang mengarah pada objek-objek kekinian. Teater Kontemporer berada dalam transformasi teater modern dan eksperimental. Identitas khusus yang dimilikinya merujuk pada teater pascamodern, teater eksperimental, dan postdramatik. Di Indonesia, perkembangan dan aktivitas teater kontemporer tidak sebesar yang dilakukan dalam tari kontemporer. - Estetika pada Teater Eksperimental Estetika pada teater Eksperimental bertolak dari metode berteater secara non verbal yang tidak lagi berdasarkan pada suatu proses penceritaan (naratif). 2 Daftar materi yang sulit 1. Langkah–Langkah Mempersiapkan dipahami di modul ini Penerapan Metode Pembelajaran CTL 3 Daftar materi yang sering 1. Jenis Naskah mengalami miskonsepsi