Dalam bidang konstruksi, pekerjaan beton mempunyai peranan yang sangat
penting. Dapat dikatakan bahwa hampir semua bangunan yang didirikan seperti perumahan, gedung bertingkat, jalan, jembatan bendungan dan saluran irigasi serta bangunan lainnya memerlukan pekerjaan beton, baik sebagai main struktur maupun sub-struktur bangunan. Bahan-bahan utama pembentuk beton adalah agregat, semen, air dan beberapa bahan tambahan (admixture) yang sekiranya diperlukan untuk tujuan tertentu. Agregat mempunyai peran yang sangat penting terhadap kualitas beton. Hal tersebut dikarenakan 65%-75% total beton terdiri dari volume agregat, untuk itu agregat berfungsi sebagai bahan pengisi. Agregat dengan kekasaran, kepadatan, dan keawetan tinggi mempunyai sifat kekekalan yang baik. Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukankualitas akhir beton yang dikerjakan. Agregat dengan ukuran butiran lebih halus memerlukan semen lebih banyak daripada agregat dengan butiranyang lebih besar. Beberapa jenis agregat diantaranya adalah: 1. Menurut Susunan Kumpulan Butiran Berat jenis agregat batu pecah dimana berat agregat dibagi dengan volume padat adalah sebesar 1700 kg/m3-2000 kg/m3, sedangkan berat volume agregat merupakan berat agregat dibagi volume total. Agregat dibedakan menjadi 2 yaitu: Agregat Halus : agregat dengan memiliki ukuran butiran 0,075-4,8 atau 5 mm (lolos saringan no. 5 dan tertahan saringan no. 200). Agregat Kasar : Agregat dengan memiliki ukuran butiran lebih besar dari 5,0 mm. 2. Menurut Gradasi Butiran Gradasi agregat merupakan distribusi dari ukuran butiran agregat. Gradasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu menerus, seragam, dan sela. Dalam perencanaan beton, gradasi butiran yang disarankan adalah gradasi menerus karena susunan gradasi ini sangat ideal untuk digunakan sebagai agregat beton karena butiran dapat saling mengisi sehingga diperoleh beton dengan kepadatan yang tinggi, mudah dikerjakan dan mudah dialirkan. Gradasi yang baik adalah gradasi ukuran butiran yang bervariasi dimana butiran kecil dapat mengisi rongga diantara butiran besar. Serta tidak mengalami segregasi dimana agregat halus dan kasar terpisah akibat cara pengolahan maupun penuangan campuran yang kurang baik. Dalam pekerjaan beton, ukuran agregat yang kecil membutuhkan air yang sedikit begitu pula sebaliknya. 3. Menurut Asal Perolehan Agregat Alam : Berasal dari alam, biasanya berasal dari batu kali untuk menjadi pasir dan kerikil. Agregat Buatan : Agregat yang digunakan untuk menggantikan fungsi agregat alam. Contoh: agregat lempung bekah, bermis, perlit, agregat udara. 4. Menurut Kandungan Air Dalam Agregat Kandungan air dalam agregat penting untuk diperiksa dengan tujuan mengetahui kandungan air yang terkandung dalam agregat, mengetahui kandungan pori dan kandungan air permukaan agregat sebelum dioven, dan menghitung kebutuhan air dalam perencanaan mixed design. Agregat Kering : Agregat yang tidak mengandung air, dapat diperoleh dengan mengoven agregat. Agregat Basah : Agregat yang mengandung penuh air sehingga tidak terkandung udara sedikit pun, dapat diperoleh dengan merendam agregat di dalam air pada agregat basah tingkat penyerapan (presentase perbandingan atara berat air yang diserap pori terhadap berat agregat kering) sebesar 100%. Agregat Kering Udara (Saturated Surface Dry/ SSD) : Agregat yang permukaannya kering tetapi pori-pori di dalamnya mengandung penuh air, dapat diperoleh dengan merendam agregat selama ±24 jam kemudian menghilangkan air yang tersisa dengan meletakkan di tempat terbuka yang terlindung sinar matahari. Dari keadaan SSD ini dapat diketahui berat jenis kering permukaan dengan menghitung perbandingan antara berat agregat dalam keadaan SSD dengan volume padat agregat. Untuk memperoleh hasil gradasi butiran dan mengetahui susunan kumpulan butiran dilakukan analisis saringan sedangkan untuk mengetahui volume agregat adalah dengan menimbang agregat dalam air, dimana jika agregat ditimbang dalam air akan lebih ringan karena mendapat gaya ke atas seberat air yang dipindahkan. Berat volume agregat adalah perbandingan anatara berat dengan volume agregat dan rongga antara agregat. Dalam praktikum, pengukuran kadar air agregat halus diperlukan 500 gram pasir. Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Semen yang berbahab dasar batu kapur ini berfungsi sabagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai, memperbaiki keadaan beton yang dihasilkan serta sebagai pengikat antara agregat halus dan agregat kasar. Dalam praktek sehari-hari, pekerjaan beton dilakukan berdasarkan volume tanpa memperhatikan sifat-sifat agregat yang akan digunakan, dan secara umum masih dikenal dengan adanya campuran 1Pc : 2Ps : 3 Kr ayau 1 takar semen, 2 takar pasir, 3 takar kerikil dengan air yang digunakan ditakar dengan ember. Agar beton kedap air, pemakaian air harus minimum. Beberapa jenis semen menurut kegunaannya adalah: 1. Semen tipe I : semen yang sering digunakan dalam pekerjaan beton 2. Semen tipe II : semen yang digunakan pada pekerjaan beton yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang 3. Semen tipe III : semen yang digunakan pada pekerjaan beton yang memerlukan kekuatan awal tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Semen tipe IV : semen yang digunakan pada pekerjaan beton yang memerlukan panas hidrasi yang rendah. 5. Semen tipe V : semen yang digunakan pada pekerjaan beton yang memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Indonesia memiliki pabrrik semen portland modern dengan mutu internasional, diantaranya: Pabrik Semen Indarung yang memproduksi Semen Padang di Padang, Sumatera Barat. Pabrik Semen Gresik, Semen Cibinong, Semen Tiga Roda, dan Semen Nusantara di Jawa. Pabrik Semen Tonasa di Sulawesi. Apabila semen bereaksi dengan air salah satu bahan pembuat beton yang dibungkus dalam zak semen dengan berat 50 kg maka akan terjadi proses hidrasi. Selama proses hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang lazim disebut panas hidrasi. Semen yang bereaksi dengan air mulanya akan membentuk pasta dan akan melepaskan panas hidrasi. Setelah semen membatu, proses hidrasi akan selesai. Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (WCR) adalah perbandingan antara berat air dengan berat semen dimana FAS ini sangat berpengaruh pada mutu beton dan mempengaruhi susut beton. Semakin tinggi niali FAS maka makin rendah mutu beton, tetapi nilai FAS yang rendah bukan berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan karena kelecakan (workability) rendah atau kekentalan aduk yang tinggi. Ukuran FAS minimum sebesar 0,4 dan maksimum 0,65 adalah berat air 0,4 atau 0,65 kali dari berat semen. Admixture atau bahan tambahan adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat ayau selama pencampuran berlangsung. Bahan tambah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: bahan tambahan bersifat kimiawi (chimical admixture) dan bahan tambah bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan jenis admixture diantaranya: Bahan pengurang kadar air (water reducing agregat) Bahan penunda waktu pengikatan (retarder) Bahan pengelastis atau penahan workability Bahan pengikat mutu beton: dapat menggunakan abu terbang (fly ash) Dalam pembuatan campuran beton, perly dipikirkan kekuatan beton dan kemudahan dalam pelaksanaan (sifat kelecakan/workability). Sifat workability biasanya berbanding terbalik dengan kekuatan beton dimana kekuatan beton semakin tinggi, maka kelecekannya akan semakin rendah. Untuk menguji lekecekan beton, dilakukan test slump. Test slump ini bertujuan mengukur kekentalan adukan beton dimana apabila beton semakin kental maka beton tersebut mempunyai sifat workability yang rendah. Kekentalan adukan untuk tiap-tiap pekerjaan beton berbeda-beda. Misalnya untuk pekerjaan jalan mempunyai nilai slump yang lebih rendah dari plat, sedangkan nilai slump balok tinggi lebih tinggi daripada plat lantai. Dalam pembuatan benda uji, terdapat 2 macam jenis cetakan yaitu kubus 20 3 cm, 253 cm untuk benda uji beton dan 53 cm untuk benda uji pasta semen. Jenis cetakan kedua adalah silinder dengan ukuran 15x30 cm. Sekarang ini jenis cetakan silinder sering digunakan dan dijadikan standar dalam pengujian beton. Sebelum membuat benda uji, terlebih dahulu menentukan kuat tekan rata-rata terget (fcr). Mutu beton target selalu lebih besar dari nilai fc dimaksudkan agar terdapat faktor keamanan dari mutu beton yang ditentukan. Apabila data lapangan tidak tersedia sebelumnya maka kuat tekan terget ditambah 12 Mpa. Sedangkan apabila terdapat data lapangan, maka kuat tekan terget ditambah dengan 1,64 kali faktor pengali atau deviasi standar (s), sebagai contoh, apabila merencanakan beton mutu 25 Mpa dengan standar deviasi 4 MPa dan memakai 25 silinder, maka kuat tekan rata-rata target adalah 25+1,64x4=31,56 Mpa. Deviasi standar merupakan nilai karakteristik yang mengandung makna keandalan perhitungan mencapai 95% dan 5% penyimpangan benda uji rata-rata dalam evaluasi mutu beton. Jika benda uji 15 buah, digunkaan faktor pengali deviasi standar 1,16. Apabila benda uji >20 maka digunakan distribusi normal dalam statistika. Evaluasi yang digunakan dengan 20 benda uji silinder digunakan sesuai standar, benda uji yang digunakan lebih dari satu buah dikarenakan evaluasi statistika memerlukan banyak benda, tidak hanya satu. Sebelum menentukan berat masing-masing bahan dalam campuran beton, diperlukan perencanaan yang disebut mix design. Tujuan dari mix design adalah untuk mendapatkan perbandingan campuran bahan agar tercapai target mutu. Dengan mengetahui komposisi semen, agregat, dan air lewat perhitungan mix design, diharapakn nilai slump dan fc target terpenuhi. Hasil dari perhitungan mix design adalah berapa perbandingan bahan-bahan campuran beton. Semisal hasil akhirnya adalah campuran beton dengan perbandingan 1:1,5:2 maka berat semen 50% berat kerikil. Apabila berat semen 10 kg, maka berat pasir 15 kg dan berat kerikil 20 kg, dengan air seberat 4 kg, maka FAS adalah 0,4 untuk 1 m3 beton dengan mutu fc 30, diperlukan 250-300 kg semen. Dalam pembuatan benda uji, terlebih dahulu cettakan dilapisi dengan oli agar benda uji tidak melekat pada cetakan. Untuk benda uji kubus dengan ukuran 25 3 cm, cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis dengan 29 tusukan di tiap lapisnya. Untuk kubus dengan ukuran 153 cm, cetakan diisi dalam 2 lapis dengan 32 tusukan di tiap lapisnya. Untuk silinder ukuran 15 x 30 cm diperlukan 3 lapis dengan 25 tusukan di tiap lapisnya. Semua bahan-bahan campuran beton dituang dalam mesin pengaduk beton. Mesin pengaduk beton d tempat mempunyai volume 5 m 3 sedangkan tangki beton ready mix 3-5 m3. Setelah beton dituang dalam cetakan, diperlukan pemadatan campuran beton. Pemadatan campuran beton dapat dilakukan dengan memasang vibrator pada adukan beton yang harus dituang. Diameter vibrator yang dipakai untuk meratakan adukan adalah 12-20 cm. Cara pemadatan lainnya adalah menusuk-nusuk dengan tongkat campuran beton dalam cetakan. Setelah padat, permukaan benda uji diratakan dengan maksud pada saat pengujian nanti tekanan yang dibebankan beton dapat merata. Seteleh pengecoran selesai diperlukan perwatan tambahan agar proses pematangan (curing) berjalan sempurna. Perawatan beton yang biasa dilakukan adalah merendam di air, menutup dengan karung basah, menyiram beton setelah berumur 1 hari. Perawatan beton menjadi penting untuk menghindari proses susut yang mengakibatkan retak susut. Penyusutan yang cepat pada beton muda dihindari karena tegangan susut lebih besar daripada kekuatan beton. Salah satu cara agar susut beton dapat dihindari adalah mengairi beton dengan uap panas. Setelah beton berumur 28 hari, dimana pada umur tersebut merupakan baku mutu kekuatan beton, beton dapat diuji kekuatannya. Untuk kekuatan tarik beton yang berhubungan dengan kekuatan geser beton, dapat diketahui dengan melakukan uji belah, uji tekan, uji tarik langsung. Untuk kuat tekan beton dapat diketahui dari uji tekan beton, atau dengan menggunakan Hammer Test jika ingin mengetahui kuat tekan beton bangunan yang sudah ada. Untuk mengetahui modulus elastis beton yang berdiri dari modulus tangen, modulus sekan, dan modulus busu dapat diketahui dengan menggunakan ekstonsometer, dimana modulus elastis akan makin besar jika kuat tekan besar. Poisson ratio merupakan perbandingan tegangan tegak lurus beban dengan tegangan sejajar beban. Untuk mutu beton yang sama, kuat tekan kubus 153 cm lebih besar daripada kuat tekan silinder 15 x 30 cm. Tegangan karakteristik beton lebih kecil dari tegangan hancur rata-rata benda uji silinder.