Uas Kelompok Manajemen Konstruksi
Uas Kelompok Manajemen Konstruksi
Disusun Oleh :
1
2
1.6 Perumahan dan Barak untuk Staf dan Tenaga Penyedia Jasa
Jika tidak ditentukan lain, penyedia jasa harus menyediakan, merawat, dan
membongkar semua bangunan sementara dimana direksi pekerjaan atau pengguna jasa, staf
penyedia jasa dan sub-penyedia jasa akan berada termasuk perabot, penerangan, air minu,
saluran, jalan, tempat parkir, tempat buangan dan akomodasi yang bersifat sementara.
Sekurang-kurangnya 7 hari sebelum penanganan pekerjaan ini. Penyedia jasa harus
mengirimkan rencana dan detail usulan bangunan termasuk fasilitasnya kepada direksi
pekerjaan.
4
5
6
geomteri dan badan sungai harus stabil; adanya kontrol penampang; bagian alur
sungai atau saluran yang terbuka lurus.
Pertimbangan hidraulik meliputi: pola aliran yang seragam dan mendekati sub
kritis; tidak terkena pengaruh arus balik dan aliran lahar.
Lama dan periode pelaksanaan: lama pengukuran debit tergantung dari keadaan
aliran pada saat pengukuran jika aliran rendah pengukuran debit dilaksanakan dua
kali dalam sekali periode waktu pengukuran dan jika kondisi banjir pengukuran
debit dilaksanakan sekali dalam periode waktu pengukuran sedangkan periode
pelaksanaan pengukuran tergantung dari musim, jika musim kemarau pengukuran
debit dilaksanakan cukup sekali dalam satu bulan dan jika musim penghujan
pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berulang kali paling sedikit 3 kali setiap
bulannya.
Keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan dan sarana penunjang harus
dipelihara agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya antara lain dengan kalibrasi
secara berkala, dibersihkan dan dirawat dengan baik.
Cara pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan merawas, menggunakan perahu,
menggunakan jembatan dan menggunakan kerata gantung. Kedalaman pengukuran
minimal 3,5 kali diameter baling-baling sesuai dengan SNI 03-2819-1992. Jika
metode pengukuran di atas tidak dapat digunakan karena berbagai hal, dapat
dilakukan pengukuran dengan pelampung permukaan sesuai dengan SNI 03-2820-
1992.
8
- Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal dengan maupun tanpa cold milling machine seperti yang ditunjukkan
9
10
gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa
atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah
ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui direksi pekerjaan dan telah
dipadatkan.
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus cukup kuat untuk menjamin bahwa
keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan
terjadi.
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah
permukaan tanah, maka penyedia jasa harus menempatkan seorang pengawas
keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan
digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang ekstra ketat sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Penyedia jasa harus
bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat
atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya
dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan bertanggungjawab.
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap
galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu Jalan harus diberi
rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis)
beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan,
sesuai dengan yang diperintahkan direksi pekerjaan.
Ketentuan yang disyaratkan dalam seksi 1.8, pemeliharaan lalu lintas harus
diterapkan pada seluruh galian di daerah milik jalan.
d. Kecuali diperintahkan lain oleh direksi pekerjaan, semua struktur sementara seperti
cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh
penyedia jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran
harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
12
e. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik penyedia jasa
atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh direksi pekerjaan, dapat dipergunakan
untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut mata pembayaran yang relevan sesuai
dengan yang terdapat dalam daftar penawaran.
f. Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
g. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh penyedia
jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng
yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
3.1.2 Timbunan
Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk pembuatan timbunan, penimbunan kembali galian pipa atau struktur,
dan timbunan umum, yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan
garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan
pilihan akan digunakan untuk lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya
dukung tanah dasar dan stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan
lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
a. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis
Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer.
(AASHTO T 88 - 90) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan
Alat Casagrande.
(AASHTO T 89 - 90) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
(AASHTO T 90 - 87) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan
Untuk Tanah.
(AASHTO T 99 - 90) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk
Tanah.
13
pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
- Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan
pipa atau pengecoran struktur beton graviti, pemasangan pasangan batu graviti
atau pasangan batu dengan mortar graviti. Sebelum penimbunan kembali di
sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
- Bila timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh vegetasi pada permukaan lereng dan
dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama
sedemikian sampai diterima oleh direksi pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang
diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi
tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian
yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.
Pemadatan Timbunan
- Setiap lapis timbunan harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui direksi pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
- Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
- Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
15
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan dalam spesifikasi.
- Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh direksi pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
- Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang
sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan
di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi
agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
- Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
- Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
- Terkecuali disetujui oleh direksi pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan
ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang
abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
- Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
a. Pengeboran
Pengeboran dilakukan pada lokasi sisi kanan dan sisi kiri dari lokasi tembok pangkal,
dan pada as bendung masing-masing 1 titik pengeboran.
b. Sumur Uji
Sumur uji dilakukan pada lokasi calon sumber bahan material (borrow area) untuk
pembangunan bendung.
c. Pengeboran Tangan (Hand Bor)
Pengeboran tangan dilakukan pada lokasi calon tapak bangunan masing-masing 1 titik
pengeboran.
pengaduk (mixer) dan waktu pengadukan dapat dirubah oleh direksi bila
persetujuan penggunaan bahan pembantu diberikan.
Semua biaya penggunaan bahan pembantu harus sudah termasuk dalam harga
satuan kontrak per meter kubik dalam daftar kuantitas dan harga untuk pekerjaan
beton dimana bahan pembantu akan digunakan dan tidak ada pembayaran terpisah
untuk item yang sama harus dipertimbangkan oleh pemilik.
3.3.2 Agregat
Material untuk membuat agregat halus dan kasar dapat berupa pasir atau krikil alam
sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir/batu pecah buatan yang
dihasilkan dari pemecahan batu yang disetujui oleh direksi, kecuali juka kontraktor ingin
membeli beton jadi dari pabrik. Dalam hal kontraktor ingin membeli agregrat dari sumber
lain seperti dari pabrik atau supplier.
Kontraktor harus menyerahkan hasil uji, data dan informasi lainnya tenteng sifat-sifat
fisik dan kimiawi serta mutu agregrat yang akan dibeli dan dipakai sekurang-kurangnya tiga
puluh (30) hari sebelum agregrat itu digunakan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan atau pembelian agregrat beton
harus sudah dimasukkan dalam harga satuan dalam kontrak per meter kubik yang disebutkan
pada masing-masing item untuk beton dalam daftar kuantitas dan harga.
a. Agregat Halus
Agregrat halus adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir maksimum lima (5)
mm dan bahannya bersifat keras.
Agregrat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti panas matahari dan hujan).
Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur (butiran-butiran yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm) lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka agregat halus harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan Abrams-Harder (dengan larutan NaOH).
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai asal
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kuran dari
20
95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH
yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
Agregrat halus di uji terhadap “sodium sulphate soundness” sesuai dengan SNI
1750-90-A untuk lima (5) putaran dan harus menunjukkan kehilangan maksimum
tidak boleh lebih dari sepuluh (10%) persen.
Agregrat halus yang dapat menyebabkan perubahan warna pada permukaan beton
tidak boleh digunakan untuk beton yang ekpose.
Gradasi agregrat yang digunakan sesuai PBI 1971 N.1.2 harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
- sisa di atas ayakan 1mm, harus minimum 10% berat;
- sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.
Ayakan yang Dipakai dengan Standar Persentase Berdasar Bobot
Ukuran Lubang Rata-Rata yang Lolos dari Setiap Ayakan (%)
¾” 100
No. 4 90 – 100
No. 10 80 – 100
No. 16 50 – 90
No. 30 25 – 65
No. 50 10 – 35
No. 100 2 – 10
Prosentasi dari bahan yang merugikan agregrat halus tidak boleh lebih dari nilai-
nilai berikut:
Jenis Persentasi berat (%)
- Gumpalan lempung 1
- Material yang lolos dari ayakan ukuran 0,063 mm 5
- Material yang tertahan dari ayakan ukuran 0,297 mm 0,5
dan mengapung didalam cairan yang mempunyai berat
jenis 1,95
b. Agregat Kasar
Agregrat kasar adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir minimum lima (20)
mm dan bahannya bersifat keras.
21
Agregrat kasar untuk pekerjaan beton dapat berupa krikil sebagai hasil desintegrasi
alam dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu, dengan sifat-sifat karakteristik yang hampir sama, dengan ukuran butir antara
20 mm- 40 mm.
Agregrat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir
agregat kasar harus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus
dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji rudel off
dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24% berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22% berat
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan ISO, dengan ukuran lubang berturut-turut
yaitu 31,5 – 16 – 8 – 4 – 2 – 1 – 0,500 – 0,250 mm, harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
- sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
- sisa antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat
Penanganan dan penyimpanan agregat kasar harus sedemikian rupa sehingga dicegah
segregasi atau masuknya benda-benda asing kedalam bahan agregat. Direksi berhak
untuk meminta agar agregat kasar harus disimpan di dalam “platform” terpisah yang
memadai.
dan diaduk dengan sempurna serta diatur sesuai dengan kekentalan yang sesuai. Jenis beton
yang digunakan dibagi menjadi enam (6) kelas yang diantaranya juga termasuk beton kurus
(untuk lantai kerja). Masing-masing kelas beton yang digunakan harus sesuai dengan
spesifikasi, seperti ditunjukan dalam gambar ataupun sesuai dengan yang diperintahkan oleh
direksi.
Berbagai kelas beton yang digunakan diklasifikasikan berdasar atas pengujian kekuatan
desak silinder (15x30) pada umur 28 hari, perbandingan antara air-semen maksimum maupun
ukuran maksimum dari agregat kasar seperti yang tersaji dibawah ini:
a. Campuran Beton
Kontraktor harus mengajukan beberapa macam usulan campuran beton yang
diharapkan sesuai dengan ketentuan mutu beton dalam spesifikasi.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pencampuran beton dengan adukan sesuai
dengan takaran bahan-bahan yang diuji lebih dahulu di laboratorium yang telah
disetujui oleh direksi dengan menggunakan jumlah contoh yang memadai serta bisa
mewakili campuran agregat dan semen yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Kontraktor harus mempekerjakan tenaga ahli yang mampu dan berkualitas yang
sesuai untuk merencanakan campuran beton, mengawasi dan mengarahkan semua
kegiatan pekerjaan beton mulai tahap persiapan sampai dengan tahap pengecoran
beton.
Pada waktu pelaksanaan bila tipe semen atau jenis agregat berubah ataupun
komposisi gradasi dari agregat berubah, sedang hasil uji kekuatan tekan tidak bisa
memenuhi standar, maka adukan baru harus dibuat sesuai dengan cara / prosedur
seperti di atas.
Sekurang-kurangnya (30) tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pekerjaan beton
untuk bangunan dimulai, kontraktor harus memulai mencoba adukan yang akan
digunakan untuk masing-masing kelas beton dengan pengawasan direksi atau
wakilnya.
Adukan percobaan untuk beton dengan menggunakan semua jenis agregat, takaran
dan alat pengaduk beton yang sesuai dengan alat yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
24
mesin-aduk harus diperbaiki atau diganti bila ada bagian yang aus lebih dari dua
puluh (20) mm.
Jika dipakai semen curah dan volume takaran setengah (0,5) meter kubik atau lebih
maka timbangan dan berat corong semen harus dipisah dan dibedakan antara corong
agregat dan corong lainnya. Mekanik pengeluran dari corong timbangan untuk
semen curah harus dikunci pada saat pembukaan khususnya bila banyaknya semen
dalam corong-corong berkurang lebih dari satu persen (1%) atau bertambah berat
lebih dari tiga persen (3%) dibandingkan dengan banyaknya berat semen yang sudah
ditetapkan.
Bila agregat mengandung air melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan
saturated dry condition, contoh-contoh material harus diambil lagi dari masing-
masing agregat dan kadar-air diukur lagi untuk masing-masing jenis agregat,
kemudian kadar air dan takaran agregat harus diperhitungkan/dipertimbangkan
kembali.
Material campuran beton harus dimasukkan dengan baik ke dalam mesin-aduk,
dengan urutan air harus masuk lebih dulu baru kemudian semen dan agregat. Semua
air harus sudah masuk didrum dalam waktu sepertiga dari waktu pengadukan seperti
yang disyaratkan.
Semen harus ditakar dan dimasukkan ke dalam mesin-aduk dengan cara sedemikian
rupa sehingga berat semen tidak berkurang, karena tertiup angin atau menggumpal
dipermukaan corong atau di tempat lain yang bisa mengubah jumlah semen seperti
yang disyaratkan dalam adukan beton.
Semua beton harus diaduk sekurang-kurangnya 1,5 menit (90 detik) setelah semua
bahan termasuk air berada dalam mesin-aduk. Selama waktu pengadukan mesin-
aduk harus terus berputar sesuai dengan putaran rencana.
Mesin-aduk harus berputar secara otomatis sesuai dengan alat pengatur-waktu yang
dapat diatur dan dikunci oleh direksi. Alat pengatur-waktu dan mekanik pengeluaran
harus saling terkait, sehingga selama pengoperasian secara normal, adukan tidak
akan dikeluarkan secara otomatis sampai waktu yang ditetapkan terpenuhi.
Penakaran yang pertama dari bahan beton yang dimasukkan ke dalam mesin aduk
harus mengandung sedikit kelebihan semen, pasir dan air atau penakaran mortar
dengan perbandingan yang sama untuk beton dengan tujuan melapisi bagian dalam
drum tanpa mengurangi kandungan mortar dalam adukan.
26
Bila berhenti mengaduk selama satu jam atau lebih, maka mesin-aduk harus dicuci
bersih. Mesin-aduk dan truk-aduk yang telah ditempeli kerak beton yang telah
mengeras tidak boleh digunakan.
d. Beton Jadi (Ready-Mix)
Beton jadi yang dibeli dari supplier boleh digunakan setelah mendapatkan persetujuan
tertulis dari direksi. Persetujuan ini tidak mengikat dengan tanpa alasan, karena kontraktor
harus menunjukkan bahwa bahan beton yang dibeli memenuhi semua persyaratan yang
ditetapkan dalam spesifikasi ini. Persyaratan yang ditetapkan seperti pengambilan contoh,
adukan pendahuluan, pengujian dan mutu beton untuk berbagai kelas beton harus tetap
diikuti.
sehingga tidak akan menghasilkan agregat kasar terpisah dari adukan lainnya. Kontraktor
harus menggunakan cara yang cocok untuk menjaga agar besi dan bekisting tidak
bergeser dari tempatnya. Tinggi jatuh adukan beton harus tidak melebihi satu setengah
(1,5) meter.
Semua adukan harus dicurahkan lapis demi lapis secara horisontal dengan tebal lapisan
tidak melebihi empat puluh (40) cm. Direksi berhak untuk meminta tebal lapisan kurang
dari empat puluh (40) cm bilamana diperlukan. Bila ditetapkan pada tebal 40 cm sesuai
dengan spesifikasi, tinggi satu bagian yang dicor harus ditetapkan seperti ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai dengan pengarahan dari Direksi. Pengecoran dapat
menggunakan molen kapasitas 0,3 m3 dengan vibrator beton.
a. Persiapan Pengecoran
Sebelum kegiatan pengecoran dimulai semua permukaan yang akan ditempati
adukan beton harus dibersihakan dan tidak boleh ada minyak, lumpur, bahan
organis, potongan-kayu, segala macam lapisan cat, kotoran atau bahan-bahan lain
yang bisa membusuk. Pembersihan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
kompresor udara atau air atau alat-alat lain yang sesuai dan mendapat persetujuan
dari direksi.
Semua permukaan bekisting dan bahan-bahan yang akan tinggal/tertanam di dalam
cor-coran harus dibersihkan. Permukaan pondasi cadas yang akan diberi adukan
beton harus dibasahi dan jika ada genangan air harus dikeringkan terlebih dahulu.
Permukaan tanah, pasir atau krikil yang akan ditempati adukan beton untuk pondasi
harus dibersihkan dari genangan air, aliran air, potongan kayu atau bahan kotoran
lainnya. Permukaan tanah atau pasir dan kerikil harus dalam keadaan lembab
sebelum adukan beton untuk pondasi dicor/ditempatkan.
Permukaan construction joint (sambungan pelaksanaan untuk batas pengecoran)
yang akan ditempati adukan beton baru sebelumnya harus dibersihkan dan dibasahi
serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi. Kegiatan pembersihan
harus meliputi pembersihan untuk semua kotoran, sisa-sisa adukan yang lepas,
maupun cat-cat dan benda-benda lainnya.
Permukaan semua sambungan pelaksanaan harus dibersihkan dari kelebihan adukan
sebelumnya maupun benda-benda asing lainnya dengan jalan menyikat, memahat
atau dengan cara lain yang disetujui oleh direksi. Sambungan pelaksanaan harus diisi
karet (joint filler) atau material yang sesuai dengan petunjuk direksi.
b. Suhu Adukan Beton Selama Pengecoran
28
Suhu adukan beton selama waktu pengecoran tidak bolehlebih dari tiga puluh dua
(320 C) derajat celcius.
Penumpukan agregat harus terlindung dan terhindar dari cuaca panas atau material
agregat dapat juga disemprot dengan air.
Air untuk adukan harus cukup dingin atau campuran beton diisolasi, jika diperlukan,
untuk menjaga suhu adukan-beton di bawah batas-batas yang telah ditetapkan.
c. Pengecoran Beton di Dalam Air
Beton tidak boleh di cor di bawah air kecuali hal tersebut tidak dapat dihindari dan
dalam hal ini harus mendapat persetujuan dari direksi dan harus dilakukan dengan
pengawasan yang ketat dan teliti.
Banyaknya semen untuk setiap kelas beton yang dicor di dalam air harus ditambah,
sehingga faktor air-semen dalam adukan tidak lebih dari 0,47. Slump harus dijaga
tidak boleh melebih sepuluh (10) cm untuk menghindari segregasi.
Beton harus dituangkan hari-hati dalam gumpalan yang kompak pada posisi yang
tepat dengan bantuan penuntun ataupun alat bucket yang bisa dibuka dari bawah
atau alat lain yang disetujui oleh direksi. Usulan secara rinci untuk pengecoran
dalam air harus dibuat oleh kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari direksi.
d. Pemadatan dan Proses Pengerasan Adukan Beton
Masing-masing lapisan adukan harus dipadatkan segera setelah adukan di
cor dan dibiarkan berkonsolidasi dengan menggunakan peralatan yang sesuai,
sehingga beton dapat dipadatkan sampai batas yang memungkinkan. Pengecoran
lapisan adukan berikutnya tidak boleh dilakukan sebelum lapisan yang adukan
sebelumnya dikerjakan secara lengkap.
Umumnya, beton harus dipadatkan dengan alat penggetar mekanik atau pneumatik
tipe penggetar dalam yang bekerja dengan kecepatan sekurang-kurangnya tujuh ribu
(7.000) putaran per menit (RPM).
Sewaktu dibenamkan ke dalam adukan, kepala penggetar harus dibenamkan dalam
beton secara vertikal dan sekurang-kurangnya lima (5) cm kedalam lapisan
dibawahnya. Jika sulit menggunakan penggetar dalam, beton boleh digetarkan
dengan tipe penggetar eksternal seperti yang akan diuraikan berikut atau dipadatkan
dengan menusuk-nusuknya dengan tongkat seperti pengarahan direksi.
Pemadatan beton pada bagian struktur yang terbuka harus menggunakan alat-
penggetar tipe pembenaman, jika dipakai alat-penggetar bekisting heavy duty harus
mendapatkan persetujuan sebelumnya dari direksi sebelum dilaksanakan. Penggetar
29
bekisting harus ditempelkan secara kuat ke bekisting selama pemadatan, dan harus
dapat dilepaskan dengan cepat dan ditampelkan kembali keposisi lain pada bagian
bekisting dan harus bekerja dengan kecepatan sekurang-kurangnya delapan ribu
(8.000) putaran per menit (RPM) sewaktu dipakai untuk menggetarkan beton.
Alat-penggetar harus digunakan secara sistematis dengan pengaturan interval
tertentu, daerah yang terpengaruh tidak boleh bertumpang tindih sehingga beton
dapat dipadatkan secara merata dengan sebaik-baiknya.
Pemadatan pada masing-masing lapisan bagian beton yang baru dicor dan
berhubungan dengan beton yang telah mengeras, maka penggetar harus digunakan
lebih lama dan ditusukkan lebih dalam berdekatan/sepanjang bagian yang
berhubungan. Kepala penggetar tidak boleh menyentuh bagian yang telah mengeras
dan dinding bekisting.
dikerjakan sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka bekisting, tidak terjadi
kerusakan pada betonnya.
Semua sambungan yang ekspose, tepi dan sudut-sudut luar dipingul sekurang-
kurangnya dua (2) cm dengan sudut empat puluh lima (45) derajat, kecuali bila
disyaratkan lain dan diperintahkan oleh direksi.
Bekisting harus ditempatkan sedemikian sehingga tanda sambungannya pada
permukaan beton menjadi bagian dari satu aligment yang lurus baik kearah horizontal
maupun vertikal, dengan sambungan antara permukaan masing-masing bekisting harus
halus. Semua bagian tepi dan pojok dari beton yang terbuka secara permanen harus
dipingul seperti ditunjukkan dalam gambar.
Sebelum ditempatkan adukan beton semua bekisting harus kaku, kencang dan harus
benar-benar bersih dari semua potongan kayu-kayu, bubuk gergaji, debu, bongkahan
mortar kering, maupun benda-benda asing lainnya, dan bila ada kelebihan air harus
disingkirkan.
Permukaan bekisting harus dilapisi dengan minyak atau lapisan lain yang disetujui oleh
Direksi yang tidak akan meninggalkan warna pada beton.
Bekisting yang sudah ditinggalkan cukup lama dan sudah mulai kering harus dilabur
kembali permukaannya dengan oli seperti yang diarahkan oleh direksi.
Bekisting untuk permukaan yang menerus dipasang untuk lapisan berikutnya harus
dijaga kekakuan dan kekedapannya untuk seluruh permukaan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kebocoran mortar dari adukan beton serta untuk menjaga
kelurusan bagian permukaannya.
Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali harus dirawat dalam keadaan yang mudah
diperbaiki dan dibersihkan sebelum digunakan lagi. Apabila memungkinkan bekisting
untuk bidang luar dari tembok harus dibersihkan dengan splash boards.
Kontraktor tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras dan
mempunyai cukup kekuatan untuk menahan beban sendiri maupun beban kerja yang
akan disangga.
Pembukaan bekisting harus mendapat persetujuan dari direksi dengan suatu cara agar
agar tidak merusak beton dan umumnya bekisting harus dibiarkan tidak kurang dari
empat puluh delapan (48) jam sesudah beton dicor atau atas perintah direksi.
35
36
NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 335.144.700,00
1-01 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 2,00 3.200.000,00 2.640.000,00 29.040.000,00
1-02 Penyelenggaraan SMK3 Ls 1,00 179.819.000,00 17.981.900,00 197.800.900,00
1-03 Tempat Tinggal Ls 1,00 98.458.000,00 9.845.800,00 108.303.800,00
2 PEKERJAAN BENDUNG 1.061.333.460,00
2-01 Pembersihan Lokasi m2 95,00 55.100,00 523.450,00 5.757.950,00
2-02 Galian Tanah dengan Alat Berat m3 556 19.600,00 1.089.760,00 11.987.360,00
2-03 Timbunan Tanah Urug m3 150 56.700,00 850.500,00 9.355.500,00
2-04 Pasangan Batu Kali m3 150,00 700.800,00 10.512.000,00 115.632.000,00
2-05 Beton K. 300 m3 500,00 650.100,00 32.505.000,00 357.555.000,00
2-06 Penulangan kg 17.078,00 22.000,00 37.571.600,00 413.287.600,00
2-09 Bekisting m2 986,00 117.400,00 11.575.640,00 127.332.040,00
2-10 Plesteran m2 25,50 75.200,00 191.760,00 2.109.360,00
2-11 Siaran m2 255,00 65.300,00 1.665.150,00 18.316.650,00
37
NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
1.072.289.134,4
3 PEKERJAAN SALURAN PENGARAH 0
3-01 Pembersihan Lokasi m2 98,52 55.100,00 542.845,20 5.971.297,20
3-02 Galian Tanah Biasa m3 400,50 63.800,00 2.555.190,00 28.107.090,00
3-03 Timbunan Tanah Kembali m3 2.760,40 56.700,00 15.651.468,00 172.166.148,00
3-04 Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Ps m3 261,34 700.800,00 18.314.707,20 201.461.779,20
3-05 Siaran m2 7.568,00 65.300,00 49.419.040,00 543.609.440,00
3-06 Plesteran m2 254,00 75.200,00 1.910.080,00 21.010.880,00
3-07 Dewatering m3 1.250,00 72.700,00 9.087.500,00 99.962.500,00
NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
38
Jumlah 3.971.244.754,40
Dibulatkan 3.971.244.800,00
BAB V
CONTOH ANALISI MANAJEMEN KONSTRUKSI
39
40
dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana
(kontraktor) maupun pengawas (konsultan).
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing yaitu sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah organisasi.
Wadah organiasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional
yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
3. Actuating (Pergerakan)
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakan orang yang
tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam
planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk
menggerakan, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada anggota kelompoknya untuk
secara bersamasama memberikan kontribusi dalam mensukseskan manajemen proyek
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Controlling (Pengendalian)
Controlling adalah sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek, controlling terhadap
pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. Pengawas umum
berkewajiban melakukan pengendalian secara berjenjang terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh staf dibawah kendalinya untuk memastikan masing-masing staf sudah
melakukan tugasnya dengan baik dalam koridornya. Sehingga, tahaptahap pencapaian
sasaran yang direncanakan dapat dipenuhi.
Kurva S
Kurva S adalah grafik yang dibuat dengan sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif atau
penyelesaian (progress) kegiatan dan sumbu horizontal sebagai waktu (Soeharto, 1997).
Kurva S dapat menunjukkan kemampuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu, dan bobot
pekerjaan yang direpresentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Visualisasi kurva S memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkan terhadap jadwal rencana (Husen, 2011).
CPM (Critical Path Method)
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari
rangkaian kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek (Soeharto,
1995).
Cashflow
Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya berdasarkan time schedule
dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat anggaran biaya kas proyek (cashflow). Cashflow
merupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang dikerjakan. Adapun
kegunaan project cashflow yaitu dalam hal :
1. Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan datang.
2. Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas, serta kapan akan
terjadi kelebihan kas.
3. Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
4. Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja.
5. Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek.
dihitung berdasarkan pada gambar bestek dari bangunan yang akan dibuat. Semua
bagian/elemen konstruksi yang ada pada gambar bestek harus dihitung secara lengkap dan
teliti untuk mendapatkan perhitungan volume pekerjaan secara akurat dan lengkap.
44
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan Proyek
Pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut, maka dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Berdasarkan dari hasil perhitungan barchart volume pekerjaan diestimasikan penyelesaian
pekerjaan pada pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut membutuhkan waktu 20
Minggu atau 120 Hari/Kerja (1 Minggu = 6 Hari/Kerja dan 1 Hari = 8 Jam/Kerja).
2. Berdasarkan dari hasil perhitungan rencana arus kas (cashflow) didapat biaya tenaga kerja,
peralatan dan bahan sebagai berikut :
➢ Tenaga kerja : Rp. 2.132.010.000,00
➢ Peralatan : Rp. 2.199.000.000,00
➢ Bahan : Rp. 38.686.770.794,00
Dari ketiga komponen diatas dijumlahkan sehingga yang dikeluarkan pada proyek
Pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut kurang lebih membutuhkan biaya sebesar
48
Rp. 43.017.780.794,00 (Empat Puluh Tiga Milyar Tujuh Belas Juta Tujuh Ratus Delapan
Puluh Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Empat Rupiah).
3. Dengan menggunakan Metode Critical Path Method (CPM) dapat diketahui Jalur Kritis
yang terjadi pada proyek yaitu : Pekerjaan Pembersihan & Perintisan Tipe A, Pekerjaan
Galian Tipe-A Tanpa Jarak Angkut (V0), Pekerjaan Bagian Pondasi Bendung, Pekerjaan
Bagian Tubuh Bendung, Pekerjaan Bagian Intake, dan Pekerjaan Timbunan Earth Fill Tipe-
A1 Dari Material Galian (V0) dan Demobilisasi.