Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PROYEK BENDUNG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi


Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Konstruksi Kelas B yang Dibimbing
Oleh:
Ir. Suwanto Marsudi, MS.

Disusun Oleh :

Adristi Shafiya 185060401111027

Dewi Amalia 185060401111005

Ken Diah Mangar N. 185060400111040

Vioni Auliya Damayanti 185060407111023

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM

1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi


a. Mobilisasi sebagaimana dalam kontrak akan meliputi pekerjaan persiapan yang
diperlukan untuk pengelolaan pelaksanaan pekerjaan kegiatan. Ini juga akan
mencakup demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan pekerjaan.
b. Kontraktor harus mengerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat dari kebutuhan
tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut dan bilamana perlu memberikan pelatihan
yang memadai.
c. Sejauh mungkin dan berdasarkan petunjuk direksi, kontraktor harus menggunakan
rute (jalur) tertentu dan menggunakan kendaraan-kendaraan yang ukurannya sesuai
dengan kelas jalan tersebut serta membatasi muatannya untuk menghindari
kerusakan jalan dan jembatan yang digunakan untuk tujuan pengangkutan ke
tempat kegiatan.
d. Kontraktor harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan pada jalan dan
jembatan, dikarenakan muatan angkutan yang berlebihan serta harus memperbaiki
kerusakan tersebut sampai mendapat persetujuan direksi.
e. Mobilisasi peralatan-peralatan dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus
dilaksanakan pada waktu lalu lintas sepi, dan truk-truk angkutan yang bermuatan
harus ditutup dengan terpal.
f. Kontraktor harus mengikuti hal-hal berikut:
 Memenuhi persyaratan peraturan-peraturan nasional, peraturan-peraturan
Propinsi dan peraturan-peraturan kabupaten.
 Mengadakan konsultasi dengan direksi teknik sebelum penempatan dan
pembuatan kantor kegiatan dan gudang-gudang serta pemasangan peralatan
produksi konstruksi.
 Mencegah terjadinya polusi di sekitar area tersebut sebagai akibat dari operasi
pelaksanaan konstruksi.
g. Pekerjaan tersebut juga akan mencakup demobilisasi dari lapangan pekerjaan
setelah selesai kontrak, meliputi pembongkaran semua instalasi, plant dan
peralatan konstruksi, serta semua bahan-bahan lebihan, semuanya berdasarkan
persetujuan direksi teknik.

1
2

1.2 Jalan Penghubung Sementara


a. Untuk memberikan akses menuju pekerjaan, kontraktor harus membangun,
memelihara, dan membongkar pekerjaan sementara yang telah selesai seperti yang
telah disyaratkan, jalan akses sementara, termasuk jembatan sementara, untuk
melakukan pembangunan instalasi, peralatan, dan kendaraan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan.
b. Pekerjaan jalan dan/atau jembatan sementara tersebut akan dibangun oleh
kontraktor dan diterima oleh konsultan pengawas, nammun kontraktor harus tetap
bertanggungjawab atas kerusakan pekerjaan sementara tersebut.
c. Desain jembatan sementara harus disiapkan oleh kontraktor dan disampaikan
kepada konsultan pengawas untuk persetujuan. Namun, persetujuan tersebut tidak
akan membebaskan kontraktor dari tanggungjawabnya berdasarkan kontrak.
d. Bila perlu atau bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus membuat
dan memelihara jalan penghubung sementara, dan menyediakan tenaga kerja dan
material yang diperlukan untuk itu.

1.3 Pengendalian Lingkungan


a. Kontraktor harus menjamin bahwa akan di berikan perhatian yang penuh terhadap
pengendalian pengaruh lingkungan dan bahwa semua syaratsyarat desain serta
persyaratan spesifikasi yang berhubungan dengan polusi lingkungan dan
perlindungan taman serta lintasan air di sekitarnya akan ditata.
b. Kontraktor tidak boleh menggunakan kendaraan-kendaraan yang memancarkan
suara sangat keras, dan di dalam daerah pernukiman suatu peredam kebisingan
harus dipasang serta dipelihara selalu dalam kondisi baik pada semua peralatan
dengan motor, di bawah pengendalian kontraktor.
c. Kontraktor harus juga menghindari penggunaan peralatan berat atau peralatan yang
berisik dalam daerah-daerah tertentu sampai larut malam atau dalam daerah-daerah
rawan seperti dekat rumah sakit.
d. Untuk mencegah polusi debu selama musim kering, kontraktor harus melakukan
penyiraman secara teratur kepada jalan angkutan tanah atau jalan angkutan kerikil
dan harus menutupi truk angkutan dengan terpal.
3

1.4 Laboratorium dan Peralatan


a. Penyedia jasa di dalam hal ini tidak diperkenankan melakukan pengujian
laboratorium, pengujian dilakukan oleh laboratorium yang telah ditunjuk oleh
direksi pekerjaan.
b. Penyedia jasa harus menyediakan peralatan pengetesan lain yang diperlukan seperti
yang disebutkan dalam spesifikasi teknis untuk mengontrol material pelaksanaan
dan tanah.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan jadwal pengujian kepada direksi pekerjaan untuk
mmendapatkan persetujuannya. Jadwal pengujian harus mencakup semua
pengujian material beton, pengujian pemadatan tanah triaxial dan pengujian alat-
alat laboratorium yang akan dipakai. Laboratoorium yang disediakan penyedia jasa
harus diatur dan dirawat penyedia jasa. Pengadaan listrik dan air untuk keperluan
laboratorium harus disediakan penyedia jasa.
d. Semua pengujian harus memenuhi seperangkat, standar di dalam spesifikasi.
Bilamana hasil pengujian tidak memuaskan, kontraktor harus melakukan pekerjaan
pekerjaan perbaikan dan peningkatannya jika diperlukan oleh pemimpin kegiatan
atau direksi teknik, dan harus melengkapi pengujian-pengujian untuk menunjukkan
terpenuhinya spesifikasi.

1.5 Kantor, Gudang, dan Bengkel untuk Penyedia Jasa


Penyedia jasa harus membuat, merawat, dan selanjutnya membongkar bangunan
sementara seperti kantor, bengkel, dan gudang yang hanya diperlukan pada saat pelaksanaan.
Penyedia jasa harus mengirimkan rencana pelaksanaan secara detail termasuk fasilitas
sementara kepada direksi pekerjaan.

1.6 Perumahan dan Barak untuk Staf dan Tenaga Penyedia Jasa
Jika tidak ditentukan lain, penyedia jasa harus menyediakan, merawat, dan
membongkar semua bangunan sementara dimana direksi pekerjaan atau pengguna jasa, staf
penyedia jasa dan sub-penyedia jasa akan berada termasuk perabot, penerangan, air minu,
saluran, jalan, tempat parkir, tempat buangan dan akomodasi yang bersifat sementara.
Sekurang-kurangnya 7 hari sebelum penanganan pekerjaan ini. Penyedia jasa harus
mengirimkan rencana dan detail usulan bangunan termasuk fasilitasnya kepada direksi
pekerjaan.
4

1.7 Air Kerja


Penyedia Jasa harus meneydiakan atau membuat sumber air baku untuk tempat tinggal
staf penyedia jasa, pekerja, laboratorium, bengkel, dan tempat lain yang perlu dilokasi
pekerjaan. Sistem jaringan air minum tersebut harus mendapatkan persetujuan direksi
pekerjaan.

1.8 Sumber Listrik untuk Pelaksanaan Pekerjaan


Penyedia jasa harus mengatur kebutuhan penerangan listrik di lokasi pekerjaan,
perumahan staf penyedia jasa, barak, laboratorium, bengkel, gudang, dan kantor. Penyedia
Jasa harus membuat jaringan listriknya, mengoperasikan dan merawat sampai dengan akhir
masa perawatan atau lebih cepat sesuai dengan pengarahan direksi pekerjaan dan kemudian
membongkar semua fasilitas listrik sementara yang ada antara lain: generator, kawat, alat-alat
penyambung dan lain sebagainya.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN KHUSUS

2.1 Kegiatan Survei


Pekerjaan ini bisanya terdiri dari persiapan peralatan dan personil, survei pendahuluan,
menginventarisasi data topografi, dan hidrometri, kemudian membuat rencana kerja.
a. Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Kegiatan ini akan dilakukan oleh penyedia jasa jika kondisi topografi daerah pekerjaan
banyak mengalami perubahan alur sungai baik yang diakibatkan oleh bencana atau proses
alamiah lainnya sehingga validitas data yang sudah ada diragukan lagi. Sesuai dengan KP-
02, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencaan Bangunan Utama,
pekerjaan pengukuran topografi dan pemetaan untuk kegiatan desain bendung meliputi:
 Pemetaan Situasi Sistem Sungai
Pemetaan situasi sungai dimana bangunan utama akan dibuat dengan skala
minimum 1:2000. Peta ini harus meliputi jarak 1,0 km ke arah hulu dan ke hilir
dari letak bangunan bendung rencana dan melebar 250 m dari masing-masing tepi
sungai. Peta ini harus dilengkapi dengan garis ketinggian setiap 1,0 m, kecuali
dasar sungai diperlukan garis ketinggian setiap 0,50 m. Peta ini juga harus
mencakup lokasi alternatif yang sudah diidentifikasi agar diperoleh informasi
mengenai bentuk denah sungai untuk merencakan tata letak dan trase tanggul
penutup. Peta situasi juga harus menampilkan titik-titik tetap (benchmark) yang
ditempatkan di sekitar daerah pemetaan lengkap dengan koordinat dan elevasinya.
 Pengukuran Detail Situasi Bendung
Pengukuran detail ini menghasilkan peta berskala 1:200 atau 1:500 untuk areal
dengan luas ≤ 50 Ha. Peta detail harus memperlihatkan bagian-bagian lokasi
bangunan utama secara lengkap. Peta ini harus dilengkapi dengan titik ketinggian
dan garis ketinggian yang tepat setiap 0,25 m.
b. Hidrometri
Sesuai dengan SNI 03-2414-1991 pelaksanaan pengukuran debit perlu diperhatikan
ketentuan dan persyaratan yang meliputi:
 Lokasi pengukuran debit perlu diperhatikan faktor: kesesuaian dengan
perencanaan; mudah pencapaian dalam segala situasi dan kondisi; mampu
melewatkan banjir;

5
6

geomteri dan badan sungai harus stabil; adanya kontrol penampang; bagian alur
sungai atau saluran yang terbuka lurus.

 Pertimbangan hidraulik meliputi: pola aliran yang seragam dan mendekati sub
kritis; tidak terkena pengaruh arus balik dan aliran lahar.
 Lama dan periode pelaksanaan: lama pengukuran debit tergantung dari keadaan
aliran pada saat pengukuran jika aliran rendah pengukuran debit dilaksanakan dua
kali dalam sekali periode waktu pengukuran dan jika kondisi banjir pengukuran
debit dilaksanakan sekali dalam periode waktu pengukuran sedangkan periode
pelaksanaan pengukuran tergantung dari musim, jika musim kemarau pengukuran
debit dilaksanakan cukup sekali dalam satu bulan dan jika musim penghujan
pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berulang kali paling sedikit 3 kali setiap
bulannya.
 Keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan dan sarana penunjang harus
dipelihara agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya antara lain dengan kalibrasi
secara berkala, dibersihkan dan dirawat dengan baik.
 Cara pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan merawas, menggunakan perahu,
menggunakan jembatan dan menggunakan kerata gantung. Kedalaman pengukuran
minimal 3,5 kali diameter baling-baling sesuai dengan SNI 03-2819-1992. Jika
metode pengukuran di atas tidak dapat digunakan karena berbagai hal, dapat
dilakukan pengukuran dengan pelampung permukaan sesuai dengan SNI 03-2820-
1992.

2.2 Investigasi Sungai


Kegiatan investigasi sungai dilakukan untuk mengetahui kondisi data-data fisik
sungai. Data fisik sungai seperti kandungan dan ukuran sedimen, tipe, dan ukuran sedimen
dasar serta distribusi ukuran butir. Untuk mengetahui data fisik sungai dilakukan kegiatan
sampling sedimen yang meliputi:
a. Sampling Sedimen Layang
Pengambilan sampel sedimen layang dilakukan pada lokasi yang tidak terpengaruh
adanya aliran balik yang diakibatkan oleh bangunan air dan sebelum dilakukan kegiatan
pengambilan sampel perlu dilakukan kegiatan pengukuran yang meliputi penampang
melintang dan debit. Perletakan peralatan pada lubang pengambilan harus berada 10 cm
di atas dasar sungai sesuai SNI 03-3414-1994.
7

b. Sampling Sedimen Dasar


Sampel diambil dari dasar sungai pada penampang memanjang dan penampang
melintang ditempat yang dianggap dapat mewakili kondisi material dasar sungai
setempat metode pengambilan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

2.3 Gambar Pelaksanaan


Umumnya dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi bendung, gambar-gambar teknik
yang diperlukan terdiri dari:
 Gambar konstruksi atau desain;
 Gambar pelaksanaan atau gambar kerja (work drawing) dan gambar tambahan;
 Gambar pabrikan (shop drawing);
 Gambar pemasangan;
 Gambar akhir pelaksanaan atau gambar terlaksana/ terbangun (as built drawing).
Gambar kerja ini harus dapat memperlihatkan cara dan urutan kerja, baik untuk
pekerjaan permanen maupun pekerjaansementara dan apabila dimungkinkan harus detail
menunjukkan bagian pembetonan, daftar potong/ bengkok dan perletakan pembesian, jenis
material yang digunakan, tingkat mutu, stasiun/ patok, dimensi pasti dan rincian lain yang
dibutuhkan. Dalam prosedur pembuatan gambar pelaksanaan (gambar kerja dan gambar
tambahan).
BAB III
PEKERJAAN KONSTRUKSI

3.1 Pengerjaan Tanah


3.1.1 Galian
Penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan
lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam
kontrak. Galian pada umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, formasi
galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, pembuangan
bahan yang tak terpakai dan tanahhumus, pekerjaan stabilisasi lereng, pembuangan bahan
longsoran, galian bahan konstruksi, pembuangan sisa bahan galian, pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, pembentukan profil dan
penampang sesuai dengan spesifikasi.
a. Jenis Galian
 Galian Biasa
Mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur,
galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.
 Galian Batu
Mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu
atau bahan lainnya yang penggaliannya memerlukan alat bertekanan udara atau
pemboran, dan peledakan sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
 Galian Struktur
- Mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau
ditunjukkan dalam gambar untuk struktur.
- Galian struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan
tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam
spesifikasi ini.
- Pekerjaan galian struktur meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang
disetujui oleh direksi pekerjaan, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai,
semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong,
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
 Galian Perkerasan Beraspal

8
- Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal dengan maupun tanpa cold milling machine seperti yang ditunjukkan

9
10

dalam gambar atau diperintahkan oleh direksi pekerjaan.


- Pemanfaatan kembali bahan ini untuk daur ulang harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan direksi pekerjaan.
b. Toleransi Dimensi
 Untuk galian biasa, galian batu, dan galian struktur.
 Kelandaian akhir, garis, dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 cm dari
yang ditentukan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan pada
setiap titik.
 Untuk galian perkerasan beraspal.
 Kelandaian akhir, garis, dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 cm dari
yang dipersyaratkan.
 Untuk galian biasa dan galian batu.
 Jika galian telah selesai dan terbuka terhadap aliran air, permukaan harus cukup rata
dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas
dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
c. Pengamanan Pekerjaan Galian
 Penyedia jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam:
- Menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
- Menjamin keselamatan penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi
galian.
 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, penyedia jJasa harus:
- Mempertahankan lereng sementara galian yang stabil agar tetap mampu
menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya.
- Memasang penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai untuk
menopang permukaan lereng galian yang mungkin tidak stabil.
- Bilamana diperlukan, penyedia jasa harus menyokong atau mendukung struktur
di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak
oleh pekerjaan galian tersebut.
 Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah
yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau
sebagaimana yang diperintahkan direksi pekerjaan
 Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk
11

gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa
atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah
ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui direksi pekerjaan dan telah
dipadatkan.
 Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus cukup kuat untuk menjamin bahwa
keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan
terjadi.
 Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah
permukaan tanah, maka penyedia jasa harus menempatkan seorang pengawas
keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
 Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan
digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang ekstra ketat sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Penyedia jasa harus
bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat
atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya
dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan bertanggungjawab.
 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap
galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu Jalan harus diberi
rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis)
beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan,
sesuai dengan yang diperintahkan direksi pekerjaan.
 Ketentuan yang disyaratkan dalam seksi 1.8, pemeliharaan lalu lintas harus
diterapkan pada seluruh galian di daerah milik jalan.
d. Kecuali diperintahkan lain oleh direksi pekerjaan, semua struktur sementara seperti
cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh
penyedia jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran
harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
12

e. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik penyedia jasa
atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh direksi pekerjaan, dapat dipergunakan
untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut mata pembayaran yang relevan sesuai
dengan yang terdapat dalam daftar penawaran.
f. Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
g. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh penyedia
jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng
yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

3.1.2 Timbunan
Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk pembuatan timbunan, penimbunan kembali galian pipa atau struktur,
dan timbunan umum, yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan
garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan
pilihan akan digunakan untuk lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya
dukung tanah dasar dan stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan
lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
a. Standar Rujukan
 Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis
Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer.
 (AASHTO T 88 - 90) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan
Alat Casagrande.
 (AASHTO T 89 - 90) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
 (AASHTO T 90 - 87) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan
Untuk Tanah.
 (AASHTO T 99 - 90) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk
Tanah.
13

 (AASHTO T180 - 90) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan


dengan Alat Konus Pasir. (AASHTO T191- 86) SNI 03-1744-1989 : Metode
Pengujian CBR Laboratorium.
 (AASHTO T193 - 81) AASHTO : AASHTO T145 – 73 : Classification of Soils and
Soil Aggregate Mixtures for Highway Construction Purpose
 AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial.
b. Penghamparan dan Pemadatan Timbunan
 Penyiapan Tempat Kerja
- Semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan
oleh direksi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi.
- Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
- Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat
beroperasi menyiapkan timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
 Penghamparan Timbunan
- Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Bilamana timbunan dihampar lebih
dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya.
- Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
- Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari
14

pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
- Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan
pipa atau pengecoran struktur beton graviti, pemasangan pasangan batu graviti
atau pasangan batu dengan mortar graviti. Sebelum penimbunan kembali di
sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
- Bila timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh vegetasi pada permukaan lereng dan
dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama
sedemikian sampai diterima oleh direksi pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang
diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi
tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian
yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.
 Pemadatan Timbunan
- Setiap lapis timbunan harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui direksi pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
- Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
- Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
15

batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan dalam spesifikasi.
- Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh direksi pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
- Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang
sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan
di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi
agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
- Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
- Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
- Terkecuali disetujui oleh direksi pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan
ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang
abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
- Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

3.2 Penyelidikan Geoteknik


Kegiatan penyelidikan geoteknik lapangan diperlukan untuk mengetahui data
karakteristik mekanika tanah lokasi bendung. Pelaksanaan kegiatan penyelidikan geoteknik
lapangan mengacu pada pada Pd T-xx-200x, pedoman penyusunan spesifikasi teknik,
kegiatan yang bersifat umum, bagian-3, pekerjaan penyeldikan geoteknik. Penyeldikan
geoteknik lapangan yang diperlukan meliputi:
16

a. Pengeboran
Pengeboran dilakukan pada lokasi sisi kanan dan sisi kiri dari lokasi tembok pangkal,
dan pada as bendung masing-masing 1 titik pengeboran.
b. Sumur Uji
Sumur uji dilakukan pada lokasi calon sumber bahan material (borrow area) untuk
pembangunan bendung.
c. Pengeboran Tangan (Hand Bor)
Pengeboran tangan dilakukan pada lokasi calon tapak bangunan masing-masing 1 titik
pengeboran.

3.3 Pekerjaan Beton


Pekerjaan beton pada pelaksanaan konstruksi bendungn harus memenuhi ketentuan dan
persyaratan yang mengacu pada kegitan detail desain. Pelaksanaan pekerjaan beton mengacu
dan berpedoman pada Pd T-xx-200x, pekerjaan yang bersifat umum, bagian-4, pekerjaan
beton.
a. Semua pekerjaan beton termasuk materialnya untuk bangunan-bangunan yang
strukturnya terdiri dari beton masa (mass concrete) maupun beton bertulang yang harus
dilaksanakan kontraktor sesuai sesuai dengan kewajibannya.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan uraian dibawah ini, dan atau yang
ditunjukkan dalam gambar maupun yang diperintahkan oleh direksi. Kegiatan
pekerjaan beton harus dilaksanakan dengan kehadiran direksi atau wakilnya.
c. Selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari sebelum peralatan untuk pekerjaan beton yang
akan digunakan oleh kontraktor untuk pengolahan, penakaran, pencampuran,
pengangkutan, pengecoran beton dan membuat adukan pasangan (mortar), kontraktor
harus menyerahkan bagan alir, gambar dan uraian tertulis untuk menghasilkan
pengelolaan yang benar dan efisien dari peralatan yang akan digunakan dan
menghasilkan metode pelaksanaan pengecoran beton yang memenuhi spesifikasi yang
ditentukan dalam kontrak.
d. Jika Kontraktor ingin membeli beton jadi (ready mix) atau mortar dari pabrik,
kontraktor harus memberi tahu direksi secara tertulis, selambat-lambatnya tiga puluh
(30) hari sebelum dimulainya pekerjaan beton sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
telah disetujui. Pemberitahuan tersebut mencakup; uraian lengkap tentang pabrik
beton, nama supplier, tempat dan kemampuan dari batching plant, alat-alat pendukung,
17

pengalaman beserta keandalannya untuk menghasilkan beton berkualitas baik, tepat


waktu dan lain-lain untuk mendapatkan persetujuan direksi.
e. Semua persiapan pengamanan yang memadai harus dipenyhi oleh kontraktor sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Sub-pasal 7.2 dan 7.3 dari spefikasi umum,
sehingga air buangan dari pengolahan maupun perawatan beton yang mengandung
endapan-endapan bahan-bahan tidak boleh langsung di buang ke sungai dan
dilimpahkan ke tempat disekitar pekerjaan.

3.3.1 Semen dan Bahan-Bahan Pembantu


a. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton maupun mortar adalah jenis-jenis
yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI
2049-90-A atau ASTM nomor C150, dan atau atas persetujuan direksi. Bahan
semen yang dimaksud adalah merk Semen Gresik.
 Sebelum pemesanan semen, kontraktor harus memberi tahukan terlebih dahulu
secara rinci kepada Direksi tentang semen yang akan digunakan. Semen harus
dikirim ke lokasi pekerjaan dengan disertai sertifikat mutu dan lulus pengujian dari
pabriknya. Setibanya dilapangan, sertifikat tersebut harus diserahkan ke direksi.
 Kontraktor harus menyediakan sarana penyimpanan semen dengan baik.
Tanki besi dan bak penyimpanan semen pada batching plant harus kedap air
dan konstruksinya harus sedemikiaan rupa sehingga tidak memungkinkan adanya
simpanan mati. Jika direksi memperkirakan bahwa ada simpanan mati pada bak
atau silo, maka bak atau silo itu harus dikosongkan dan dibersihkan.
 Semen yang dikemas dalam kantong harus dikirim sesuai dengan persetujuan dari
Direksi dan harus disimpan dalam gudang yang kedap air serta dilengkapi dengan
sarana untuk menyerap kelembaban, dan harus mendapat persetujuan direksi.
Penempatan semen harus diatur agar ada jalan longgar untuk pemeriksaan, serta
ditandai dengan nomor-nomor identitas masing-masing pengirim semen,
sedemikian rupa sehingga untuk semen yang pertama masuk harus dapat
dikeluarkan yang pertama pula.
 Semen harus disimpan di gudang yang mempunyai lantai dengan ketinggian + tiga
puluh (30) cm diatas permukaan tanah. Diantara masing-masing tumpukkan semen
harus diberi jarak yang cukup. Satu tumpukkan tidak boleh lebih dari tiga belas
18

(13) sak, sesuai dengan pengarahan direksi, bila penyimpanannya diperkirakan


lebih lama dari enam puluh (60) hari
 Semen tidak boleh disimpan di lapangan lebih lama dari sembilan puluh (90) hari
untuk pemakaian pekerjaan tetap kecuali hasil pengujian menunjukkan masih
memenuhi syarat.
 Jika semen rusak dalam pengiriman, penanganan atau penyimpanan maka harus
disingkirkan dari tempat kerja.
 Kontraktor harus menjamin agar selalu tersedia cukup semen di lokasi pekerjaan
dan harus melaporkan secara periodik (setiap tanggal 10 tiap bulan) kepada
direksi, tetapi tidak dibatasi, hal-hal berikut:
- Persediaan semen di lapangan pada akhir bulan sebelumnya;
- Penerimaan semen dalam bulan sebelumnya;
- Semen yang telah digunakan pad periode bulan sebelumnya;
- Data lainnya yang dianggap perlu oleh direksi
b. Bahan-Bahan Lain
 Kontraktor diijinkan secara tertulis oleh direksi untuk menggunakan bahan
pembantu yang diperlukan guna memperbaiki kelancaran pelaksanan, penyelesaian
akhir dan mutu dari pekerjaan beton dan adukan mortar dengan persetujuan direksi.
 Bahan pembantu jenis air-entraining admixture atau lainnya dapat dipakai untuk
semua beton kecuali ditentukan lain oleh direksi. Bahan pembantu harus sesuai
dengan ASTM nomor C. 260 atau yang setara dan disetujui oleh direksi, dengan
pengecualian untuk air-entraining admixture, kontraktor harus memberi tahu direksi
atas usul penggunaan bahan pembantu ini baik sebagai set-retarding, water reducing
ataupun mempercepat pengentalan beton termasuk sumber dari mana bahan
diperoleh, sekurangkurangnya sembilan puluh (90) hari sebelum waktu yang
direncanakan untuk penggunaan bahan pembantu tersebut.
 Semua pengujian bahan pembantu harus diakukan oleh kontraktor dengan biaya
sendiri dan hasilnya harus diserahkan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
 Banyaknya bahan pembantu yang dipakai pada masing-masing adukan beton dan
pada bagian dari pekerjaan beton yang akan menggunakan bahan pembantu akan
ditentukan oleh direksi. Batas-batas maksimum slump maupun berkurangnya slump
selama pengangkutan, waktu yang diijinkan untuk beton tetap berada dialat
19

pengaduk (mixer) dan waktu pengadukan dapat dirubah oleh direksi bila
persetujuan penggunaan bahan pembantu diberikan.
 Semua biaya penggunaan bahan pembantu harus sudah termasuk dalam harga
satuan kontrak per meter kubik dalam daftar kuantitas dan harga untuk pekerjaan
beton dimana bahan pembantu akan digunakan dan tidak ada pembayaran terpisah
untuk item yang sama harus dipertimbangkan oleh pemilik.

3.3.2 Agregat
Material untuk membuat agregat halus dan kasar dapat berupa pasir atau krikil alam
sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir/batu pecah buatan yang
dihasilkan dari pemecahan batu yang disetujui oleh direksi, kecuali juka kontraktor ingin
membeli beton jadi dari pabrik. Dalam hal kontraktor ingin membeli agregrat dari sumber
lain seperti dari pabrik atau supplier.
Kontraktor harus menyerahkan hasil uji, data dan informasi lainnya tenteng sifat-sifat
fisik dan kimiawi serta mutu agregrat yang akan dibeli dan dipakai sekurang-kurangnya tiga
puluh (30) hari sebelum agregrat itu digunakan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan atau pembelian agregrat beton
harus sudah dimasukkan dalam harga satuan dalam kontrak per meter kubik yang disebutkan
pada masing-masing item untuk beton dalam daftar kuantitas dan harga.

a. Agregat Halus
 Agregrat halus adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir maksimum lima (5)
mm dan bahannya bersifat keras.
 Agregrat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti panas matahari dan hujan).
 Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur (butiran-butiran yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm) lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka agregat halus harus dicuci.
 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan Abrams-Harder (dengan larutan NaOH).
 Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai asal
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kuran dari
20

95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH
yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
 Agregrat halus di uji terhadap “sodium sulphate soundness” sesuai dengan SNI
1750-90-A untuk lima (5) putaran dan harus menunjukkan kehilangan maksimum
tidak boleh lebih dari sepuluh (10%) persen.
 Agregrat halus yang dapat menyebabkan perubahan warna pada permukaan beton
tidak boleh digunakan untuk beton yang ekpose.
 Gradasi agregrat yang digunakan sesuai PBI 1971 N.1.2 harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
- sisa di atas ayakan 1mm, harus minimum 10% berat;
- sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.
Ayakan yang Dipakai dengan Standar Persentase Berdasar Bobot
Ukuran Lubang Rata-Rata yang Lolos dari Setiap Ayakan (%)
¾” 100
No. 4 90 – 100
No. 10 80 – 100
No. 16 50 – 90
No. 30 25 – 65
No. 50 10 – 35
No. 100 2 – 10
 Prosentasi dari bahan yang merugikan agregrat halus tidak boleh lebih dari nilai-
nilai berikut:
Jenis Persentasi berat (%)
- Gumpalan lempung 1
- Material yang lolos dari ayakan ukuran 0,063 mm 5
- Material yang tertahan dari ayakan ukuran 0,297 mm 0,5
dan mengapung didalam cairan yang mempunyai berat
jenis 1,95

b. Agregat Kasar
 Agregrat kasar adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir minimum lima (20)
mm dan bahannya bersifat keras.
21

 Agregrat kasar untuk pekerjaan beton dapat berupa krikil sebagai hasil desintegrasi
alam dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu, dengan sifat-sifat karakteristik yang hampir sama, dengan ukuran butir antara
20 mm- 40 mm.
 Agregrat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir
agregat kasar harus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus
dicuci.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat reaktif alkali.
 Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji rudel off
dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24% berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22% berat
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan ISO, dengan ukuran lubang berturut-turut
yaitu 31,5 – 16 – 8 – 4 – 2 – 1 – 0,500 – 0,250 mm, harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
- sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
- sisa antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat
 Penanganan dan penyimpanan agregat kasar harus sedemikian rupa sehingga dicegah
segregasi atau masuknya benda-benda asing kedalam bahan agregat. Direksi berhak
untuk meminta agar agregat kasar harus disimpan di dalam “platform” terpisah yang
memadai.

3.3.3 Adukan Beton


Beton harus terbuat dari semen Portland biasa, air, agregat halus, agregat kasar dan
obat semen atau bahan campuran tambahan jika diperlukan, yang telah disetujui oleh direksi
22

dan diaduk dengan sempurna serta diatur sesuai dengan kekentalan yang sesuai. Jenis beton
yang digunakan dibagi menjadi enam (6) kelas yang diantaranya juga termasuk beton kurus
(untuk lantai kerja). Masing-masing kelas beton yang digunakan harus sesuai dengan
spesifikasi, seperti ditunjukan dalam gambar ataupun sesuai dengan yang diperintahkan oleh
direksi.
Berbagai kelas beton yang digunakan diklasifikasikan berdasar atas pengujian kekuatan
desak silinder (15x30) pada umur 28 hari, perbandingan antara air-semen maksimum maupun
ukuran maksimum dari agregat kasar seperti yang tersaji dibawah ini:

Ukuran Maksimum Kuat Tekan Karakteristik Maksimum


Kelas
Agregat Kasar Silinder Usia 28 hari Rasio Air Semen
Beton
(mm) (kg/cm2) (%)
A (K 350) 25 350 45
B (K 300) 25 270 50
C (K 225) 25 210 50
D (K 225) 40 210 50
E (K 175) 25 180 55
F (K 175) 40 180 55
G (K 125) 25 125 65
Banyaknya air yang digunakan dalam beton dapat diubah oleh direksi selama dalam
batas-batas yang telah ditentukan, yang sesuai dengan perbandingan air semen yang
diperlukan guna menjamin beton mudah untuk dikerjakan, mempunyai kekentalan yang
benar, termasuk pula pertimbangan akibat penggunaan bahan campuran tambahan atau obat
semen, jika digunakan, beserta kemungkinan variasi dari besarnya kadar air maupun gradasi
agregat yang akan dicampur.
Slump adukan beton harus diambil serendah mungkin, dengan masih memungkinkan
pemadatan yang menggunakan dengan alat-alat yang disetujui untuk pekerjaan itu, tetapi
dalam setiap kelas beton besarnya slump tidak boleh melebihi batasan seperti tersebut
dibawah ini:
Kelas Penggunaan Beton pada Bangunan- Slump Minimum Slump Maksimum
Beton Bangunan Sungai (mm) (mm)
A Tiang pancang beton bertulang 100 140

Lantai dan balok jembatan, bangunan


B 120 160
sluiceway dan lantai beton untuk hoist,
23

bangunan syphon serta beton-beton


pelindung
Pilar dan abutment jembatan maupun
C 80 120
abutment bendung
Bagian pondasi bangunan pengaman
D 80 120
(revetment)
Beton massa untuk tubuh bendung, pelat
E 80 120
beton pada bangunan permanen sungai
F Beton untuk lantai kerja 80 120

a. Campuran Beton
 Kontraktor harus mengajukan beberapa macam usulan campuran beton yang
diharapkan sesuai dengan ketentuan mutu beton dalam spesifikasi.
 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pencampuran beton dengan adukan sesuai
dengan takaran bahan-bahan yang diuji lebih dahulu di laboratorium yang telah
disetujui oleh direksi dengan menggunakan jumlah contoh yang memadai serta bisa
mewakili campuran agregat dan semen yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
 Kontraktor harus mempekerjakan tenaga ahli yang mampu dan berkualitas yang
sesuai untuk merencanakan campuran beton, mengawasi dan mengarahkan semua
kegiatan pekerjaan beton mulai tahap persiapan sampai dengan tahap pengecoran
beton.
 Pada waktu pelaksanaan bila tipe semen atau jenis agregat berubah ataupun
komposisi gradasi dari agregat berubah, sedang hasil uji kekuatan tekan tidak bisa
memenuhi standar, maka adukan baru harus dibuat sesuai dengan cara / prosedur
seperti di atas.
 Sekurang-kurangnya (30) tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pekerjaan beton
untuk bangunan dimulai, kontraktor harus memulai mencoba adukan yang akan
digunakan untuk masing-masing kelas beton dengan pengawasan direksi atau
wakilnya.
 Adukan percobaan untuk beton dengan menggunakan semua jenis agregat, takaran
dan alat pengaduk beton yang sesuai dengan alat yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
24

 Adukan percobaan itu harus sepenuhnya berdasarkan hasil sifat-sifat campuran


beton pendahuluan.
b. Penakaran Adukan (Batching)
 Kontraktor harus menyediakan peralatan penakar dan pengaduk, yang mampu
mengaduk agregat, semen, bahan pembantu dan air menjadi adukan yang homogen
dan mengeluarkannya tanpa adanya segregasi. Alatpenakar/pengaduk ini juga harus
dapat mengantisipasi kemungkinan adanya kadar air agregat yang berubah secara
cepat maupun kemungkinan perubahan berat bahan yang sedang ditakar.
 Banyaknya masing-masing bahan untuk pembuatan beton harus dilakukan dengan
perbandingan berat untuk masing-masing bahan, kecuali untuk air dan bahan
pembantu yang dapat diukur dengan perbandingan volume ataupun perbandingan
berat.
 Bila tidak ditentukan lain oleh direksi maka bahan-bahan harus ditimbang dengan
ketelitian yang sudah mempertimbangkan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kecil dari operator pelaksana maupun kesalahan dari skala timbangannya sendiri:
- Semen boleh lebih sampai dengan dua persen (+ 2%)
- Agregat halus boleh lebih sampai dengan dua persen (+ 2 %)
- Agregat kasar boleh lebih sampai dengan tiga persen (+ 3%)
- Air boleh lebih sampai dengan satu persen (+ 1%)
- Bahan tambah (“admixture”) boleh lebih sampai dengan satu persen (+ 1%)
 Timbangan semen harus menggunakan timbangan yang mempunyai pembagian
skala terkecil tidak lebih dari dua (2) kg dan untuk timbangan agregat tidak boleh
lebih dari sepuluh (10) kg. Pada waktu peneraan atau perbaikan maka koreksi berat
yang ditunjukkan pada setiap angka skala tidak boleh lebih besar nol koma dua
persen (0,2%) dari skala maksimum timbangan. Pada setiap waktu saat
pengoperasian, berat yang ditunjukkan pada satu titik pada timbangan tidak boleh
lebih besar nol koma empat persen (0,4%) dari tanda maksimum timbangan.
 Kontraktor harus menyediakan alat untuk pengujian beban standar dan alat untuk
memeriksa ketelitian timbangan.
c. Pengadukan Beton dengan Mesin Aduk (Mixer)
 Mesin-aduk bisa berupa drum berputar atau sudu berputar dengan drum-pengaduk
atau sudu-pemutar harus dioperasikan merata pada kecepatan mengaduk
sebagaimana yang dianjurkan oleh pabriknya. Sudu pengumpan dan pengaduk dari
25

mesin-aduk harus diperbaiki atau diganti bila ada bagian yang aus lebih dari dua
puluh (20) mm.
 Jika dipakai semen curah dan volume takaran setengah (0,5) meter kubik atau lebih
maka timbangan dan berat corong semen harus dipisah dan dibedakan antara corong
agregat dan corong lainnya. Mekanik pengeluran dari corong timbangan untuk
semen curah harus dikunci pada saat pembukaan khususnya bila banyaknya semen
dalam corong-corong berkurang lebih dari satu persen (1%) atau bertambah berat
lebih dari tiga persen (3%) dibandingkan dengan banyaknya berat semen yang sudah
ditetapkan.
 Bila agregat mengandung air melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan
saturated dry condition, contoh-contoh material harus diambil lagi dari masing-
masing agregat dan kadar-air diukur lagi untuk masing-masing jenis agregat,
kemudian kadar air dan takaran agregat harus diperhitungkan/dipertimbangkan
kembali.
 Material campuran beton harus dimasukkan dengan baik ke dalam mesin-aduk,
dengan urutan air harus masuk lebih dulu baru kemudian semen dan agregat. Semua
air harus sudah masuk didrum dalam waktu sepertiga dari waktu pengadukan seperti
yang disyaratkan.
 Semen harus ditakar dan dimasukkan ke dalam mesin-aduk dengan cara sedemikian
rupa sehingga berat semen tidak berkurang, karena tertiup angin atau menggumpal
dipermukaan corong atau di tempat lain yang bisa mengubah jumlah semen seperti
yang disyaratkan dalam adukan beton.
 Semua beton harus diaduk sekurang-kurangnya 1,5 menit (90 detik) setelah semua
bahan termasuk air berada dalam mesin-aduk. Selama waktu pengadukan mesin-
aduk harus terus berputar sesuai dengan putaran rencana.
 Mesin-aduk harus berputar secara otomatis sesuai dengan alat pengatur-waktu yang
dapat diatur dan dikunci oleh direksi. Alat pengatur-waktu dan mekanik pengeluaran
harus saling terkait, sehingga selama pengoperasian secara normal, adukan tidak
akan dikeluarkan secara otomatis sampai waktu yang ditetapkan terpenuhi.
 Penakaran yang pertama dari bahan beton yang dimasukkan ke dalam mesin aduk
harus mengandung sedikit kelebihan semen, pasir dan air atau penakaran mortar
dengan perbandingan yang sama untuk beton dengan tujuan melapisi bagian dalam
drum tanpa mengurangi kandungan mortar dalam adukan.
26

 Bila berhenti mengaduk selama satu jam atau lebih, maka mesin-aduk harus dicuci
bersih. Mesin-aduk dan truk-aduk yang telah ditempeli kerak beton yang telah
mengeras tidak boleh digunakan.
d. Beton Jadi (Ready-Mix)
Beton jadi yang dibeli dari supplier boleh digunakan setelah mendapatkan persetujuan
tertulis dari direksi. Persetujuan ini tidak mengikat dengan tanpa alasan, karena kontraktor
harus menunjukkan bahwa bahan beton yang dibeli memenuhi semua persyaratan yang
ditetapkan dalam spesifikasi ini. Persyaratan yang ditetapkan seperti pengambilan contoh,
adukan pendahuluan, pengujian dan mutu beton untuk berbagai kelas beton harus tetap
diikuti.

3.3.4 Pengecoran Beton


Metode dan jenis peralatan yang digunakan untuk pengangkutan dan pengecoran beton
harus sedemikian sehingga beton mempunyai komposisi dan konsistensi yang diperlukan,
dan tidak akan menyebabkan segregasi atau kehilangan slump melebihi dua puluh lima (25)
mm, atau kehilangan kandungan udara sebelum konsolidasi melebihi satu (1%) persen pada
adukan beton.

Beton tidak boleh dicor/ditempatkan sebelum pemasangan bekisting, bagian-bagian


yang perlu dipasang di dalam beton dan persiapan permukaan beton selesai dilakukan oleh
Kontraktor dan diperisksa oleh Direksi. Kecuali bila disetujui oleh Direksi, beton tidak boleh
dicor pada waktu hujan atau tergenang air dan dalam segala hal tidak boleh dicor dalam air
yang mengalir. Selama proses ini sarana komunikasi antara lokasi pengadukan dan lokasi
pengecoran, bila dianggap perlu harus disediakan, dioperasikan dan dirawat oleh kontraktor
seperti yang ditentukan oleh direksi.
 Kontraktor harus memberitahu direksi, waktu dan tempat dimana akan dilakukan
pekerjaan pengecoran beton. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu
direksi atau wakilnya hadir di tempat pekerjaan. Adukkan-beton yang terlambat dicor
dan sudah mulai mengeras atau kecuali dapat diperbaiki dengan menambah air atau
menurunkan slump sebesar dua puluh lima (25) mm atau lebih sesuai dengan persetujuan
direksi, harus dibuang ke tempat yang ditunjuk oleh direksi dan biaya yang dikeluarkan
untuk pembuatan adukan dan pembuangannya ditanggung oleh kontraktor.
 Sejauh masih bisa dilaksanakan beton harus dicurahkan langsung ke tempat pengecoran
dan tidak perlu dilewatkan jalan lain untuk menghindari segregasi. Metode dan alat-alat
yang dipakai untuk mencurahkan beton ke dalam bekisting harus sedemikian rupa
27

sehingga tidak akan menghasilkan agregat kasar terpisah dari adukan lainnya. Kontraktor
harus menggunakan cara yang cocok untuk menjaga agar besi dan bekisting tidak
bergeser dari tempatnya. Tinggi jatuh adukan beton harus tidak melebihi satu setengah
(1,5) meter.
 Semua adukan harus dicurahkan lapis demi lapis secara horisontal dengan tebal lapisan
tidak melebihi empat puluh (40) cm. Direksi berhak untuk meminta tebal lapisan kurang
dari empat puluh (40) cm bilamana diperlukan. Bila ditetapkan pada tebal 40 cm sesuai
dengan spesifikasi, tinggi satu bagian yang dicor harus ditetapkan seperti ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai dengan pengarahan dari Direksi. Pengecoran dapat
menggunakan molen kapasitas 0,3 m3 dengan vibrator beton.
a. Persiapan Pengecoran
 Sebelum kegiatan pengecoran dimulai semua permukaan yang akan ditempati
adukan beton harus dibersihakan dan tidak boleh ada minyak, lumpur, bahan
organis, potongan-kayu, segala macam lapisan cat, kotoran atau bahan-bahan lain
yang bisa membusuk. Pembersihan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
kompresor udara atau air atau alat-alat lain yang sesuai dan mendapat persetujuan
dari direksi.
 Semua permukaan bekisting dan bahan-bahan yang akan tinggal/tertanam di dalam
cor-coran harus dibersihkan. Permukaan pondasi cadas yang akan diberi adukan
beton harus dibasahi dan jika ada genangan air harus dikeringkan terlebih dahulu.
 Permukaan tanah, pasir atau krikil yang akan ditempati adukan beton untuk pondasi
harus dibersihkan dari genangan air, aliran air, potongan kayu atau bahan kotoran
lainnya. Permukaan tanah atau pasir dan kerikil harus dalam keadaan lembab
sebelum adukan beton untuk pondasi dicor/ditempatkan.
 Permukaan construction joint (sambungan pelaksanaan untuk batas pengecoran)
yang akan ditempati adukan beton baru sebelumnya harus dibersihkan dan dibasahi
serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi. Kegiatan pembersihan
harus meliputi pembersihan untuk semua kotoran, sisa-sisa adukan yang lepas,
maupun cat-cat dan benda-benda lainnya.
 Permukaan semua sambungan pelaksanaan harus dibersihkan dari kelebihan adukan
sebelumnya maupun benda-benda asing lainnya dengan jalan menyikat, memahat
atau dengan cara lain yang disetujui oleh direksi. Sambungan pelaksanaan harus diisi
karet (joint filler) atau material yang sesuai dengan petunjuk direksi.
b. Suhu Adukan Beton Selama Pengecoran
28

 Suhu adukan beton selama waktu pengecoran tidak bolehlebih dari tiga puluh dua
(320 C) derajat celcius.
 Penumpukan agregat harus terlindung dan terhindar dari cuaca panas atau material
agregat dapat juga disemprot dengan air.
 Air untuk adukan harus cukup dingin atau campuran beton diisolasi, jika diperlukan,
untuk menjaga suhu adukan-beton di bawah batas-batas yang telah ditetapkan.
c. Pengecoran Beton di Dalam Air
 Beton tidak boleh di cor di bawah air kecuali hal tersebut tidak dapat dihindari dan
dalam hal ini harus mendapat persetujuan dari direksi dan harus dilakukan dengan
pengawasan yang ketat dan teliti.
 Banyaknya semen untuk setiap kelas beton yang dicor di dalam air harus ditambah,
sehingga faktor air-semen dalam adukan tidak lebih dari 0,47. Slump harus dijaga
tidak boleh melebih sepuluh (10) cm untuk menghindari segregasi.
 Beton harus dituangkan hari-hati dalam gumpalan yang kompak pada posisi yang
tepat dengan bantuan penuntun ataupun alat bucket yang bisa dibuka dari bawah
atau alat lain yang disetujui oleh direksi. Usulan secara rinci untuk pengecoran
dalam air harus dibuat oleh kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari direksi.
d. Pemadatan dan Proses Pengerasan Adukan Beton
 Masing-masing lapisan adukan harus dipadatkan segera setelah adukan di
cor dan dibiarkan berkonsolidasi dengan menggunakan peralatan yang sesuai,
sehingga beton dapat dipadatkan sampai batas yang memungkinkan. Pengecoran
lapisan adukan berikutnya tidak boleh dilakukan sebelum lapisan yang adukan
sebelumnya dikerjakan secara lengkap.
 Umumnya, beton harus dipadatkan dengan alat penggetar mekanik atau pneumatik
tipe penggetar dalam yang bekerja dengan kecepatan sekurang-kurangnya tujuh ribu
(7.000) putaran per menit (RPM).
 Sewaktu dibenamkan ke dalam adukan, kepala penggetar harus dibenamkan dalam
beton secara vertikal dan sekurang-kurangnya lima (5) cm kedalam lapisan
dibawahnya. Jika sulit menggunakan penggetar dalam, beton boleh digetarkan
dengan tipe penggetar eksternal seperti yang akan diuraikan berikut atau dipadatkan
dengan menusuk-nusuknya dengan tongkat seperti pengarahan direksi.
 Pemadatan beton pada bagian struktur yang terbuka harus menggunakan alat-
penggetar tipe pembenaman, jika dipakai alat-penggetar bekisting heavy duty harus
mendapatkan persetujuan sebelumnya dari direksi sebelum dilaksanakan. Penggetar
29

bekisting harus ditempelkan secara kuat ke bekisting selama pemadatan, dan harus
dapat dilepaskan dengan cepat dan ditampelkan kembali keposisi lain pada bagian
bekisting dan harus bekerja dengan kecepatan sekurang-kurangnya delapan ribu
(8.000) putaran per menit (RPM) sewaktu dipakai untuk menggetarkan beton.
 Alat-penggetar harus digunakan secara sistematis dengan pengaturan interval
tertentu, daerah yang terpengaruh tidak boleh bertumpang tindih sehingga beton
dapat dipadatkan secara merata dengan sebaik-baiknya.
 Pemadatan pada masing-masing lapisan bagian beton yang baru dicor dan
berhubungan dengan beton yang telah mengeras, maka penggetar harus digunakan
lebih lama dan ditusukkan lebih dalam berdekatan/sepanjang bagian yang
berhubungan. Kepala penggetar tidak boleh menyentuh bagian yang telah mengeras
dan dinding bekisting.

3.3.5 Perawatan Beton


Semua beton yang sudah dicor harus dirawat sesuai dengan spesifikasi dan seperti yang
diperintahkan oleh direksi. Kontraktor harus menyerahkan cara atau metode perawatan
beton untuk mendapatkan persetujuan direksi, sebelum dimulainya pengecoran. Perawatan
harus segera dilakukan supaya beton tidak kehilangan kelembabannya. Beton harus
dilindungi dari hujan deras selama dua belas (12) jam pertama, air mengalir selama empat
belas (14) jam pertama dari sinar matahari langsung untuk tiga (3) hari pertama. Semua beton
harus dilindungi secara memadai terhadap kemungkinan gangguan akibat adanya lalu lintas,
kebakaran atau panas yang berlebihan termasuk panas yang dihasilkan dari pengelasan besi.
Cara-cara perawatan berikut ini dapat dilaksanakan.
a. Cara Perawatan terhadap Kelembapan
 Beton harus dijaga tetap lembab terus menerus dengan menjaga kadar airnya
sekurang-kurangnya selama tujuh (7) hari pertama.
 Seluruh permukaan beton harus dijaga tetap lembab dengan cara membasahi dengan
air memakai alat nozzle, kain, kapas, keset, karpet basah, tanah atau lapisan pasir
yang juga bisa dipakai untuk menahan kelembaban.
 Pada waktu perawatan selesai, permukaan beton harus dibersihkan dari bahan-bahan
yang digunakan selama perawatan.
b. Cara Perawatan dengan Larutan Kimia
30

 Perawatan permukaan beton yang terbuka/ekpose dapat dilakukan dengan cairan


curing compund sesuai dengan ASTM C309, PBI 1971 N.1.-2 atau yang setara,
setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi.
 Larutan kimia tersebut harus digunakan dengan cara disemprotkan dengan tekanan
sedemikian rupa sehingga menutup seluruh permukaan beton dengan lapisan yang
merata, dan harus mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga lapisan ini akan
mengeras dalam waktu tiga puluh (30) menit sesudah pemakaian.
 Banyaknya larutan-kimia yang digunakan harus sanggup menutup rapat seluruh
permukaan beton. Mesin semprot harus dilengkapi dengan meteran penunjuk
tekanan pada waktu pengoperasian dan alat untuk mengendalikan tekanan.
 Curing compound harus digunakan untuk beton yang permukaannya langsung
dilakukan finishing segera setelah kelembaban dari permukaannya hilang, tetapi
penggunaannya harus dilakukan sebelum mulai terjadinya penyusutan akibat kering
atau retak yang besar mulai tampak.
 Jika terjadi keterlambatan pada pemakaian curing compound mungkin akan terjadi
pengeringan yang menimbulkan retakan pada permukaan, penyemprotan air dengan
semburan halus memakai nozzle harus dimulai segera dan harus dilakukan terus
menerus sampai pemakaian bahan kimia dapat dimulai.
 Bila lapisan bahan kimia rusak karena sebab-sebab tertentu sebelum masa
berakhirnya tujuh (7) hari pertama, maka bagian yang rusak segera diperbaiki
dengan tambahan bahan kimia.
 Curing compound tidak boleh mengeras selama disimpan, dan tidak boleh
dilarutkan atau dirubah dengan cara apapun selain sesuai standar dari pabrik. Pada
saat digunakan, bahan kimia harus berupa adukan yang merata.
 Jika bahan kimia tidak digunakan selama seratus dua puluh (120) hari sesudah
tanggal pembuatannya direksi bisa meminta pengujian tambahan sebelum bahan
tersebut digunakan untuk menentukan apakah bahan tersebut masih memenuhi
persyaratan.

3.3.6 Pengendalian Mutu


Pengujian-pengujian yang harus dilakukan untuk kontrol mutu, dengan standar uji dan
frekuensinya harus sesuai dengan Sub-pasal 2.3. Tambahan pengujian berikut harus juga
dilakukan oleh kontraktor.
a. Uji Kekuatan Tekan
31

 Selama pembuatan dan pengecoran beton, sekurang-kurangnya harus diambil dua


(2) contoh setiap hari dan sekurang-kurangnya satu (1) contoh setiap lima puluh (50)
meter kubik. Masing-masing contoh harus terdiri dari enam (6) silinder untuk diuji.
Tiap contoh harus terdiri dari enam (6) silinder dengan ukuran berdiameter sepuluh
(10) cm dan panjang dua puluh (20) cm dengan standar perawatan dan diuji pada
umur tujuh (7) hari untuk tiga (3) silinder pertama dan diuji dua puluh delapan (28)
hari untuk sisa tiga (3) silinder yang lainnya sesuai dengan persyaratan ASTM
C.39/C.42 atau ASHTO T.23.
 Jika ukuran maksimum agregat adalah empat puluh (40) mm, maka silinder harus
berukuran diameter lima belas (15) cm dengan panjang tiga puluh (30) cm.
 Kekuatan tekan-beton memenuhi jika rata-rata tiga (3) hasil uji kekuatan tekan yang
berurutan adalah sama atau melebihi kekuatan yang telah ditetapkan dan tidak ada
hasil uji yang nilainya dibawah kekuatan yang disyaratkan.
 Hasil pengujian dievalusi secara statistik, evaluasi harus dilakukan untuk sepuluh
(10) hasil rata-rata berkeseimbangan menurut basis seperti berikut:
- Probabilitas dari uji kekuatan tekan yang kurang dari 100 % kekuatan yang
disyaratkan (specified strength) dalam Sub-pasal 2.5.2 disini harus tidak boleh
dari dua puluh lima (25%) persen;
- Probabilitas dari uji kekuatan tekan yang kurang dari delapan puluh (80%)
persen dari
- kekuatan yang disyaratkan (specified strength) dalam Sub-pasal 2.5.2 disini
harus tidak lebih dari lima (5%) persen.
b. Uji Slump
 Uji slump harus dilakukan sebelum pengecoran dan pada waktu pengambilan contoh
pengujian atau jikadiperintahkan oleh direksi. Pengujian harus sesuai dengan ASTM
C.143, AASHTO T119 atau SNI 1972-90-F.
c. Pengujian Beton
 Uji slump harus dilakukan sebelum pengecoran dan pada waktu pengambilan contoh
pengujian atau jikadiperintahkan oleh direksi. Pengujian harus sesuai dengan ASTM
C.143, AASHTO T119 atau SNI 1972-90-F.
JIS AASHTO SNI
Aggregates
Standard Standard Standards
- Sieving analysis for coarse, E 11+C136 T-27 1968-90-F
32

fine aggregate and forstone


fineness
- Organic impurities in fine C 40 T-21 1755-90-A
aggregate
- Organic impurities in fine C 128 T-84 1970-90-F
aggregate
- Specific gravity and water C 127 T-85 1969-90-F
absorption test in
coarseaggregate
- Los Angeles abrasion test C 131 T-96 03-2417-1991
- Soundness of aggregates by C 88 T-104 1758-90-A
use of Sodium Sulphate
- Fineness test on cement C 150 T-128 15-2530-1991
- Strength test on mortar C 150 T-106 M-111-1990-03
specimens
3.4 Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting harus termasuk penyediaan, pemasangan dan pembongkaran
bekisting untuk pekerjaan beton dengan kekuatan yang cukup, lengkap dengan semua
pengikat-pengikat yang diperlukan, penyokong dan sebagainya sesuai dengan syarat-syarat
yang ditetapkan dibawah ini.
 Bingkai bekisting harus mempunyai kehalusan dan kekasaran yang diperlukan untuk
memenuhi syarat-syarat toleransi dengan penyelesaian akhir sebagaimana yang
ditetapkan di bawah ini dan bingkai bekisting harus dikerjakan sedemikian sehingga
jika ada sambungan horisontal tidak menerus sampai seluruh permukaan bekisting.
Bekisting harus benar-benar lurus dan sesuai dengan elevasi, kedap mortar dan cukup
kaku untuk menahan kemungkinan pelenturan yang terjadi akibat tekanan bahan
adukan-beton.
 Permukaan lengkung harus dibentuk dengan tali busur yang dibuat sesuai dengan
lengkungan yang tampak dalam gambar atau ditulis dalam spesifikasi yang telah
disetujui oleh direksi. Permukaan semua bekisting yang berhubungan langsung dengan
beton harus bersih, kaku dan cukup kedap air untuk mencegah kehilangan mortar.
Kontraktor bertanggungjawaban terhadap kelengkapan pembuatan bekisting, tetapi
tipe, bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan semua bahan untuk pembuatan bekisting
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi. Semua bekisting harus
33

dikerjakan sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka bekisting, tidak terjadi
kerusakan pada betonnya.
 Semua sambungan yang ekspose, tepi dan sudut-sudut luar dipingul sekurang-
kurangnya dua (2) cm dengan sudut empat puluh lima (45) derajat, kecuali bila
disyaratkan lain dan diperintahkan oleh direksi.
 Bekisting harus ditempatkan sedemikian sehingga tanda sambungannya pada
permukaan beton menjadi bagian dari satu aligment yang lurus baik kearah horizontal
maupun vertikal, dengan sambungan antara permukaan masing-masing bekisting harus
halus. Semua bagian tepi dan pojok dari beton yang terbuka secara permanen harus
dipingul seperti ditunjukkan dalam gambar.
 Sebelum ditempatkan adukan beton semua bekisting harus kaku, kencang dan harus
benar-benar bersih dari semua potongan kayu-kayu, bubuk gergaji, debu, bongkahan
mortar kering, maupun benda-benda asing lainnya, dan bila ada kelebihan air harus
disingkirkan.
 Permukaan bekisting harus dilapisi dengan minyak atau lapisan lain yang disetujui oleh
Direksi yang tidak akan meninggalkan warna pada beton.
 Bekisting yang sudah ditinggalkan cukup lama dan sudah mulai kering harus dilabur
kembali permukaannya dengan oli seperti yang diarahkan oleh direksi.
 Bekisting untuk permukaan yang menerus dipasang untuk lapisan berikutnya harus
dijaga kekakuan dan kekedapannya untuk seluruh permukaan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kebocoran mortar dari adukan beton serta untuk menjaga
kelurusan bagian permukaannya.
 Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali harus dirawat dalam keadaan yang mudah
diperbaiki dan dibersihkan sebelum digunakan lagi. Apabila memungkinkan bekisting
untuk bidang luar dari tembok harus dibersihkan dengan splash boards.
 Kontraktor tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras dan
mempunyai cukup kekuatan untuk menahan beban sendiri maupun beban kerja yang
akan disangga.
 Pembukaan bekisting harus mendapat persetujuan dari direksi dengan suatu cara agar
agar tidak merusak beton dan umumnya bekisting harus dibiarkan tidak kurang dari
empat puluh delapan (48) jam sesudah beton dicor atau atas perintah direksi.

3.5 Pekerjaan Pasangan


34

Pekerjaan pasangan pada pelaksanaan konstruksi bendungn harus memenuhi ketentuan


dan persyaratan yang mengacu pada kegitan detail desain. Kegiatannya meliputi pasangan
batu kali, pekerjaan siaran, pekerjaan plesteran, pekerjaan batu kosong, dan bronjong yang
berfungsi sebagai riprap. Pelaksanaan pekerjaan beton mengacu pada Pd T-xx-200x,
pekerjaan yang bersifat umum, bagian-5, pasangan batu, batu kosong, batu dengan mortar,
dan adukan semen.

3.6 Pekerjaan Pemancangan


Pelaksanaan pekerjaan pintu mengacu pada pd t-xx-200x, pekerjaan yang bersifat
umum, bagian-6, pekerjaan pemancangan.

3.7 Pekerjaan Pintu


Pelaksanaan pekerjaan pintu mengacu pada pd t-xx-200x, pekerjaan yang bersifat
umum, bagian-8, pekerjaan pintu.
BAB IV
PEKERJAAN LAIN-LAIN

4.1 Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB)

35
36

NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
               
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 335.144.700,00
  1-01 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 2,00 3.200.000,00 2.640.000,00 29.040.000,00
  1-02 Penyelenggaraan SMK3 Ls 1,00 179.819.000,00 17.981.900,00 197.800.900,00
  1-03 Tempat Tinggal Ls 1,00 98.458.000,00 9.845.800,00 108.303.800,00
               
2 PEKERJAAN BENDUNG 1.061.333.460,00
  2-01 Pembersihan Lokasi m2 95,00 55.100,00 523.450,00 5.757.950,00
  2-02 Galian Tanah dengan Alat Berat m3 556 19.600,00 1.089.760,00 11.987.360,00
  2-03 Timbunan Tanah Urug m3 150 56.700,00 850.500,00 9.355.500,00
  2-04 Pasangan Batu Kali m3 150,00 700.800,00 10.512.000,00 115.632.000,00
  2-05 Beton K. 300 m3 500,00 650.100,00 32.505.000,00 357.555.000,00
2-06 Penulangan kg 17.078,00 22.000,00 37.571.600,00 413.287.600,00
2-09 Bekisting m2 986,00 117.400,00 11.575.640,00 127.332.040,00
2-10 Plesteran m2 25,50 75.200,00 191.760,00 2.109.360,00
2-11 Siaran m2 255,00 65.300,00 1.665.150,00 18.316.650,00
               
37

NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
1.072.289.134,4
3 PEKERJAAN SALURAN PENGARAH         0
3-01 Pembersihan Lokasi m2 98,52 55.100,00 542.845,20 5.971.297,20
3-02 Galian Tanah Biasa m3 400,50 63.800,00 2.555.190,00 28.107.090,00
3-03 Timbunan Tanah Kembali m3 2.760,40 56.700,00 15.651.468,00 172.166.148,00
3-04 Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Ps m3 261,34 700.800,00 18.314.707,20 201.461.779,20
3-05 Siaran m2 7.568,00 65.300,00 49.419.040,00 543.609.440,00
3-06 Plesteran m2 254,00 75.200,00 1.910.080,00 21.010.880,00
3-07 Dewatering m3 1.250,00 72.700,00 9.087.500,00 99.962.500,00

4 PEKERJAAN PINTU AIR 30.319.300,00


Pemeliharaan Pintu Pembuang /
4-01 Unit 1,00 17.545.000,00 1.754.500,00 19.299.500,00
Pelimpah Kanan
Pemeliharaan Pintu Pembuang /
4-02 Unit 1,00 10.018.000,00 1.001.800,00 11.019.800,00
Pelimpah Kiri

NO Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) PPN 10% Jumlah
38

5 PEKERJAAN SALURAN PENGELAK 714.326.800,00


5-01 Uitset Trase Saluran m 2.550,60 3.500,00 892.710,00 9.819.810,00
5-02 Dewatering jam 1.050,30 72.700,00 7.635.681,00 83.992.491,00
5-03 Galian Tanah Manual Sedalam > 1 m m3 2.457,78 76.500,00 18.802.017,00 206.822.187,00
5-04 Timbunan Tanah Kembali m3 85,00 56.700,00 481.950,00 5.301.450,00
5-05 Pasangan Batu m3 170,00 725.800,00 12.338.600,00 135.724.600,00
5-06 Siaran m2 2.965,80 65.300,00 19.366.674,00 213.033.414,00
5-07 Plesteran m2 720,90 75.200,00 5.421.168,00 59.632.848,00

6 PEKERJAAN KANTONG LUMPUR 757.831.360,00


6-01 Pembersihan Lokasi m2 1.590,50 55.100,00 8.763.655,00 96.400.205,00
6-02 Galian Tanah Biasa m3 1.965,00 63.800,00 12.536.700,00 137.903.700,00
6-03 Timbunan Tanah Kembali m3 967,00 56.700,00 5.482.890,00 60.311.790,00
6-04 Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Ps m3 220,00 700.800,00 15.417.600,00 169.593.600,00
6-05 Siaran m2 2.950,50 65.300,00 19.266.765,00 211.934.415,00
6-06 Plesteran m2 770,00 75.200,00 5.790.400,00 63.694.400,00
6-07 Dewatering jam 225,00 72.700,00 1.635.750,00 17.993.250,00

Jumlah 3.971.244.754,40
Dibulatkan 3.971.244.800,00
BAB V
CONTOH ANALISI MANAJEMEN KONSTRUKSI

ANALISIS MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA BENDUNG COPONG


KABUPATEN GARUT

5.1 Latar Belakang


Manajemen bila di tinjau sebagai suatu proses adalah merupakan suatu rangkaian tahap
kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin
sumber-sumber yang ada dan tersedia. Menurut John F. Mee, manajemen ialah suatu seni
keahlian untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan usaha minimal dalam rangka untuk
mencapai kesejahteraan baik untuk pimpinan maupun para pekerja, serta memberikan
pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan proyek
adalah suatu usaha yang mempunyai awal dan akhir, dijalankan untuk memenuhi tujuan yang
sudah ditetapkan dalam biaya, jadwal, dan sasaran kualitas.
Manajemen proyek merupakan usaha untuk menggunakan sumber daya terbatas secara
efisien, efektif, dan tepat waktu dalam menyelesaikan suatu proyek yang telah
ditentukan/direncanakan. Ada 3 (tiga) kegiatan dari fungsi dasar manajemen proyek yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Dari ketiga kegiatan tersebut dilakukan
pengendalian terhadap sumber daya pada suatu proyek yang meliputi tenaga kerja
(manpower), peralatan (machine), bahan (material), uang (money), dan metode (method).
Setiap proyek memiliki karakteristik yang berbeda dari proyek yang satu dengan proyek
lainnya. Karakteristik proyek yang berbeda ini akan berpengaruh kepada progress pekerjaan
pelaksanaan dilapangan. Progress pekerjaan dapat mengalami keterlambatan atau sesuai
dengan schedule atau juga bisa lebih cepat dari yang sudah direncanakan. Oleh karena itu
diperlukan manajemen proyek yang baik agar tercapai sasaran tujuan proyek tersebut. Setiap
proyek memiliki tujuan khusus, didalam proses pencapaian tujuan tersebut ada tiga constraint
yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan Trade-of Triangle atau Triple Constraint. Triple
Constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga batasan yaitu : tepat biaya,
tepat waktu, dan tepat mutu.
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi hal ini, diantaranya adalah
Metode Network Planning seperti Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM),
Barchart, dan Kurva S. Metode Network Planning tersebut merupakan salah satu yang dapat
digunakan guna

39
40

membantu memutuskan berbagai masalah khususnya perencanaan, penjadwalan, dan


pengendalian proyek.
Melihat kondisi permasalahan tersebut, sudah seharusnya dilakukan upaya untuk
menghindari kerugian yang semakin membesar dengan mengoptimalkan kinerja proyek
dilapangan. Dalam mewujudkan hal tersebut maka diperlukan analisis manajemen konstruksi
Bendung Copong Kabupaten Garut. Analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kondisi proyek sehingga mempermudah kontraktor dalam melakukan pengambilan keputusan
untuk mengoptimalkan kinerja proyek.

5.2 Tinjauan Pustaka


Manajemen proyek (project management) merupakan salah satu ilmu yang sangat
penting dalam pengelolaan sebuah proyek agar pelaksanaan proyek dapat diselesaikan
dengan efisien dan efektif.
Untuk mencapai target pekerjaan pembangunan yang ingin dicapai dengan potensi
sumber daya dan waktu yang terbatas, maka harus diterapkan perencanaan, pelaksanaan
evaluasi, dan tindak lanjut dari pelaksanaan yang telah dievaluasi. Maka dalam dunia
konstruksi manajemen dapat disebut sebagai suatu teknik yang terdiri dari ilmu,
keterampilan, dan seni yang dilakukan di lingkungan proyek, dalam rangka untuk
mengkoordinasi antar pihak yang ada serta mengelola sumber daya proyek. Pada dasarnya
suatu proyek terdiri dari aspek pokok, yaitu:
1. Biaya (Money)
2. Mutu (Quality)
3. Waktu (Time)
Selain itu unsur-unsur yang harus dikelola oleh pelaksana proyek itu sendiri meliputi:
1. Tenaga Kerja (Man)
2. Peralatan (Machine)
3. Material (Material)
4. Metode (Method)
5. Biaya (Money)
Prinsip Umum Manajemen Proyek :
1. Planning (Perencanaan)
Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan dilakukan
41

dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana
(kontraktor) maupun pengawas (konsultan).
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing yaitu sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah organisasi.
Wadah organiasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional
yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
3. Actuating (Pergerakan)
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakan orang yang
tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam
planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk
menggerakan, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada anggota kelompoknya untuk
secara bersamasama memberikan kontribusi dalam mensukseskan manajemen proyek
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Controlling (Pengendalian)
Controlling adalah sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek, controlling terhadap
pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. Pengawas umum
berkewajiban melakukan pengendalian secara berjenjang terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh staf dibawah kendalinya untuk memastikan masing-masing staf sudah
melakukan tugasnya dengan baik dalam koridornya. Sehingga, tahaptahap pencapaian
sasaran yang direncanakan dapat dipenuhi.

5.3 Metode Analisis Data


Ada 3 metode analisis data yang digunakan dalam analisis ini, yaitu Metode Barchart,
Metode S Curve, dan Metode CPM (Critical Path Method) sebagai tindakan koreksi untuk
menganalisis jaringan kerja agar pelaksanaan proyek menjadi ideal.
Barchart
Barchart adalah sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam kolom vertikal,
sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal. Waktu mulai dan selesai setiap
kegiatan beserta durasinya ditunjukkan dengan menempatkan balok horizontal dibagian
sebelah kanan dari setiap aktivitas. Perkiraan waktu mulai dan selesai dapat ditentukan dari
skala waktu horizontal pada bagian atas bagan. Panjang dari balok menunjukkan durasi dari
42

aktivitas dan biasanya aktivitas-aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi pekerjaan


(Callahan, 1992).

Kurva S
Kurva S adalah grafik yang dibuat dengan sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif atau
penyelesaian (progress) kegiatan dan sumbu horizontal sebagai waktu (Soeharto, 1997).
Kurva S dapat menunjukkan kemampuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu, dan bobot
pekerjaan yang direpresentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Visualisasi kurva S memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkan terhadap jadwal rencana (Husen, 2011).
CPM (Critical Path Method)
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari
rangkaian kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek (Soeharto,
1995).
Cashflow
Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya berdasarkan time schedule
dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat anggaran biaya kas proyek (cashflow). Cashflow
merupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang dikerjakan. Adapun
kegunaan project cashflow yaitu dalam hal :
1. Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan datang.
2. Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas, serta kapan akan
terjadi kelebihan kas.
3. Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
4. Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja.
5. Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek.

5.4 Hasil Analisis


5.4.1 Analisis Perhitungan Volume Pekerjaan
Volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan
dalam satu kesatuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Volume (kubikasi)
yang dimaksud dalam pengertian ini bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya),
melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. Volume pekerjaan tersebut
43

dihitung berdasarkan pada gambar bestek dari bangunan yang akan dibuat. Semua
bagian/elemen konstruksi yang ada pada gambar bestek harus dihitung secara lengkap dan
teliti untuk mendapatkan perhitungan volume pekerjaan secara akurat dan lengkap.
44

Tabel 5.1 Barchart Rekapitulasi Perhitungan Volume Pekerjaan


45

5.4.2 Kalkulasi Analisis Biaya (Money)


Sebelum merencanakan perhitungan rencana arus kas (cashflow) diperlukan harga
satuan pekerjaan. Harga upah, sewa alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan harga satuan dari wilayah Provinsi Jawa Barat berdasarkan standar pemerintah
tahun 2018 seperti yang ada dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Daftar Harga Upah, Bahan, dan Sewa Alat
46

5.4.3 Perencanaan Perhitungan Aliran Kas Proyek (Cashflow)


Cashflow adalah perkiraan aliran dana yang akan dikeluarkan pada pembangunan
proyek sesuai dengan time schedule yang telah disusun oleh kontraktor. Pembuatan cashflow
ini biasanya digunakan pada saat awal-awal presentasi dengan owner karena bertujuan untuk
mengatur keuangan dari owner tentang jumlah pengeluaran tiap minggunya.

Gambar 5.1 Kurva S

Gambar 5.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM


47

Tabel 5.3 Perhitungan Total Float

5.5 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan Proyek
Pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut, maka dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Berdasarkan dari hasil perhitungan barchart volume pekerjaan diestimasikan penyelesaian
pekerjaan pada pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut membutuhkan waktu 20
Minggu atau 120 Hari/Kerja (1 Minggu = 6 Hari/Kerja dan 1 Hari = 8 Jam/Kerja).
2. Berdasarkan dari hasil perhitungan rencana arus kas (cashflow) didapat biaya tenaga kerja,
peralatan dan bahan sebagai berikut :
➢ Tenaga kerja : Rp. 2.132.010.000,00
➢ Peralatan : Rp. 2.199.000.000,00
➢ Bahan : Rp. 38.686.770.794,00
Dari ketiga komponen diatas dijumlahkan sehingga yang dikeluarkan pada proyek
Pembangunan Bendung Copong Kabupaten Garut kurang lebih membutuhkan biaya sebesar
48

Rp. 43.017.780.794,00 (Empat Puluh Tiga Milyar Tujuh Belas Juta Tujuh Ratus Delapan
Puluh Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Empat Rupiah).
3. Dengan menggunakan Metode Critical Path Method (CPM) dapat diketahui Jalur Kritis
yang terjadi pada proyek yaitu : Pekerjaan Pembersihan & Perintisan Tipe A, Pekerjaan
Galian Tipe-A Tanpa Jarak Angkut (V0), Pekerjaan Bagian Pondasi Bendung, Pekerjaan
Bagian Tubuh Bendung, Pekerjaan Bagian Intake, dan Pekerjaan Timbunan Earth Fill Tipe-
A1 Dari Material Galian (V0) dan Demobilisasi.

Anda mungkin juga menyukai