Anda di halaman 1dari 6

MEMORI BANDING

ATAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SANGATTA


NOMOR:447/PDT.G/2022/PA.SGTA
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Sangatta, 15 September 2022

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Samarinda
Jl. MT. Haryono No.24 Samarinda Ulu
di-
Samarinda

Melalui:

Yth. Ketua Pengadilan Agama Sangatta


Jl. Prof. Dr. H. Baharuddin Lopa, S.H. No.1
di-
Sangatta

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
ANISA RAMA WULAN binti DEDDY MULYA, berumur 38 Tahun, beragama Islam,
Pendidikan SMA, bekerja sebagai Wiraswasta, warga negara Indonesia,
beralamat di Jalan Angsana No. 199 RT. 04 Desa Swarga Bara, Keamatan
Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur; selanjutnya disebut sebagai
--------------------------------------------------------------------- PEMBANDING semula
PENGGUGAT

Dalam perkara a quo melawan:

HENDI PURWANA bin H. ABBAS SUTARNA, berumur 39 tahun, beragama Islam,


Pendidikan S1, Pekerjaan Karyawan Swasta, beralamat di Jalan Angsana No.
199 RT. 04 (Komplek perum panorama) Desa Swarga Bara, Kecamatan
Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur; selanjutnya disebut sebagai
------------------------------------------------------------------------------------- TERBANDING
semula TERGUGAT

Tanpa mengurangi rasa hormat Pembanding kepada Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa
perkara a quo pada Pengadilan Agama Sangatta. Perkenankan saya menyampaikan

1
memori banding atas putusan Pengadilan Agama Sangatta Nomor: 447/Pdt.G/2022/PA.Sgta
tertanggal 5 September 2022, yang telah saya susun sebagai berikut:

I. Tentang Putusan Pengadilan Agama Sangatta Nomor: 447/Pdt.G/2022/PA.Sgta

Bahwa isi putusan Nomor: 447/Pdt.G/2022/PA.Sgta, pada amar putusannya berbunyi


sebagai berikut:
M E N G A D I L I:
1) Menolak gugatan Penggugat;
2) Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp520.000 (Lima Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah).

II. Tentang Dalil-dalil/alasan Permohonan Banding


1. Bahwa setelah membaca dan memahi isi putusan Pengadilan Agama Sangatta
Nomor: 447/Pdt.G/2022/PA.Sgta, Pembanding merasa sangat keberatan sebab
petimbangan-pertimbangan Yang Mulia Majelis Hakim dalam perkara a quo
serta selama proses persidangan di tingkat pertama tersebut tidak memberikan
rasa keadilan kepada Pembanding semula Penggugat. Sebagaimana dalam
amar putusannya Yang Mulia Majelis Hakim telah menolak gugatan yang telah
diajukan Pembanding semula Penggugat;
2. Bahwa pada putusannya Yang Mulia Majelis Hakim hanya menilai berdasarkan
bukti surat dan jawab-jinawab secara lisan antara Pembanding dengan
Terbanding, tanpa memeriksa alat bukti lainnya. Padahal Pembanding dalam
persidangan memiliki hak untuk membuktikan dalil-dalil gugatan Pembanding
semula Penggugat dengan menghadirkan saksi-saksi dan buktin lainnya.
Namun, pada faktanya Yang Mulia Majelis Hakim tidak memberikan kesempatan
tersebut kepada Pembanding untuk menghadirkan saksi-saksi ataupun bukti
lainnya dalam persidangan tingkat pertama tersebut. Sehingga Penggugat
merasa putusan Yang Mulia Majelis Hakim tersebut tidak mencerminkan rasa
keadilan kepada Pembanding dimana hak Pembanding telah diabaikan;
3. Bahwa pada putusannya Yang Mulia Majellis Hakim menyatakan menolak,
dengan pertimbangan yang pada pokoknya menyebutkan: “dapat ditemukan
fakta hukum bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak adalagi
permasalahan, ditandai dengan kembalinya mereka melakukan hubungan suami
isteri, sehingga menurut Majelis Hakim alasan yang diajukan oleh Penggugat
dalam gugatannya menjadi gugur dan dianggap tidak terbukti”. Terhadap

2
pertimbangan Majelis Hakim tersebut Pembanding merasa sangat keberatan
sebab Majelis Hakim telah mengabaikan pengakuan Terbanding semula
Tergugat dalam persidangan yang mana dapat dijadikan bukti kebenaran
dalil gugatan Pembanding. Dimana dalam persidangan Terbanding mengakui
dan membenarkan semua dalil gugatan Pembanding kecuali posita gugatan
angka 4 poin c.
Selain itu, kejadian terjadinya hubungan suami isteri (hubungan batin)
antara Pembanding dan Terbanding terjadi pada Tanggal 4 September 2022
dimana setelahnya pada tanggal 5 September 2022 sebelum persidangan
antara Pembanding dan Terbanding telah dilakukan mediasi oleh mediator
bernama Bapak Adriansyah S.H.I, sebagaimana mediasi tersebut dilakukan
sebagai upaya perdamaian rumah tangga antara Pembanding dan Terbanding
serta telah sesuai dengan peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Bahwa pada faktanya dalam mediasi tanggal 5 September 2022, setelah
terjadinya tanggal 4 September 2022. Antara Pembanding dengan Terbanding
telah dilakukan upaya perdamaian, namun tetap saja upaya perdamaian
tersebut dapat dikatakan tidak berhasil mengupayakan rujuk atau
menyatukan kembali rumah tangga antara Pembanding dan Terbanding.
Pada intinya Pembanding ingin menegaskan kepada Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara Banding pada Pengadilan Tinggi Agama Samarinda, bahwa meskipun
telah terjadi hubungan batin dimana pada saat itu Pembanding merasa masih
memiliki kewajiban sebagai isteri namun, tetap saja Majelis Hakim tidak boleh
mengabaikan hati dan perasaan Pembanding yang tidak bahagia dan tetap
berkeinginan bercerai sehingganya rumah tangga antara Pembanding dan
Terbanding sudah tidak dapat disatukan kembali atau dirujukan kembali oleh
karenanya jalan satu-satunya hanya perceraian;
4. Bahwa apabila Yang Mulia Majelis Hakim memutus dengan pertimbangan
sebagaimana dalam putusan perkara a quo, maka sudah pasti Majelis Hakim
hanya menilai rumah tangga Pembanding dari masalah fisik semata. Padahal
masalah perasaan dan hati tidak bisa diabaikan, karena perkawinan bertujuan
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 3
Kompilasi Hukum Islam. Jika dalam hal ini Pembanding sudah merasa tidak
nyaman/tidak bahagia hidup berumah tangga dengan Tergugat, berarti ada hati
dan perasaan yang tersakiti, berarti rumah tangga antara Pembanding dan
Terbanding tidak sesuai lagi dengan tujuan perkawinan itu sendiri;

3
5. Bahwa perihal posita gugatan Pembanding pada angka 4 huruf c yang di
sangkalkan Terbanding pada jawab jinawab adalah sangkalan Terbanding yang
tidak berdasar. Sebab pada kenyataannya anak kandung Pembanding yang
bernama Putri Aliefyanda mengalami trauma keberpanjangan akibat sikap
Terbanding tersebut. Namun, sayangnya Pembanding tidak diberikan hak
menghadirkan saksi maupun bukti lain yang bisa membenarkan dalil itu, sebab
Majelis Hakim tidak memberikan kesempatan untuk itu. Selain itu selama
menjalin rumah tangga, Terbanding tidak pernah mencerminkan sikap sebagai
kepala rumah tangga ataupun ayah bagi anak kandung Pembanding tersebut.
Yang mana Terbanding sering mengucapkan kalimat-kalimat kasar bahkan
melakukan kekarasan didepan anak-anak.
Bahwa dengan hal ini sudah sepatutnya majelis hakim menilai dari sisi
kesehatan mental dan fisik anak-anak Pembanding apabila pernikahan ini tetap
dilanjutkan akan berakibat tidak baik dan malah menimbulkan masalah
berkepanjangan, dan tidak ada manfaat ataupun kebahagiaan di dalamnya.
Maka sudah sepatutnya Majelis Hakim dapat mengabulkan gugatan cerai
Pembanding sebagaimana petitum gugatan.
6. Bahwa perihal perkara perceraian sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 38/K/AG/1990 tanggal 5 Oktober 1991, sudah
sepatutnya Majelis Hakim dalam persidangan bukan semata mencari siapa yang
bersalah dan/atau siapa yang benar serta siapa yang menjadi penyebab
terjadinya perselisihan dan pertengkaran, akan tetapi lebih ditujukan pada
adanya kenyataan bahwa benar rumah tangga dimaksud telah pecah. Dan pada
faktanya dari pengakuan Terbanding membenarkan adanya perselisihan
dan pertengkaran yang terjadi terus menerus disebabkan sebagaimana
disebutkan pada angka 4 dalil posita gugatan Pembanding yaitu: Tergugat
memiliki WIL (Wanita idaman lain) dan telah pula diakui Terbanding dan
Tergugat sering mengucapkan kalimat kasar/menghina/merendahkan
Pembanding. Sudah sepatutnya gugatan Pembanding telah terbukti, cukup
beralasan dan berdasar hukum yiatu memenuhi ketentuan Pasal 39 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 19 huruf (f)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi
Hukum Islam. Maka sepatunya gugatan Pembanding dapat diterima dan
dikabulkan petitum gugatannya;
7. Bahwa dalam memori banding ini Pembanding mengutip pendapat Ahli Hukum
Islam sebagaimana dalam Kitab Al Mar’ah Bainal Figh wal Qanun, halaman 100
berbunyi sebagai berikut:

4
Artinya: ”Sesungguhnya kehidupan suami isteri tidak akan tegak dengan
adanya perpecahan dan pertentangan, selain itu justru akan
menimbulkan bahaya yang serius terhadap pendidikan anak-anak
dan perkembangan mereka, dan tidak ada kebaikannya
mengumpulkan dua orang yang saling membenci. Dan kadang-
kadang apapun sebab-sebab timbulnya perselisihan ini, baik yang
membahayakan atau patut dapat diduga membahayakan,
sesungguhnya yang lebih baik adalah mengakhiri hubungan
perkawinan antara dua orang suami isteri ini. Mudah-mudahan
(sesudah itu) Allah menyediakan bagi mereka pasangan lain dalam
hidupnya, barangkali dengan pasangan baru itu diperoleh
ketenangan dan kedamaian”
8. Bahwa Pembanding memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara a quo
pada Pengadilan Tinggi Agama Samarinda dapat menilai memori banding ini
sebagai bentuk keteguhan Pembanding untuk berbisah/bercerai dengan
Terbanding sebab pada faktanya Pembanding tidak memperoleh kenyamanan
dan kebahagian sesungguhnya dalam hidup berumah tangga dengan
Terbanding, sehingga jalan satu-satunya adalah bercerai.

III. Permohonan Memori Banding dari Pembanding

Berdasarkan dalil-dalil/alasan yang telah Pembanding uraikan di atas Pembanding


memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda yang memeriksa
dan mengadili berkas memori banding ini untuk dapat memberikan putusan yang
biijaksana, kearifan kemudian menilai dan mempertimbangkan fakta-fakta hukum
tersebut dan untuk itu Pembanding memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Agama Samarinda berkenan memberikan putusan dalam perkara a quo yang amarnya
sebagai berikut:

“MENGADILI”
1. Menerima permohonan Banding Pemohon Banding;
2. Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Sangatta Sangatta Nomor:
447/Pid.Sus/2022/PA.Sgta tanggal 5 September 2022;
“MENGADILI SENDIRI”

5
1. Mengabulkan ggugatan Pengugguat;
2. Menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat (HENDI PURWANA bin H.
ABBAS SUTARNA) terhadap Penggugat (ANISA RAMA WULAN binti DEDDY
MULYA);
3. Membebankan biaya perkara sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
4. Apabila Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda berpendapat lain
mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikianlah Memori Banding ini saya sampaikan semoga kita semua mendapat petunjuk
dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas terkabulanya permohonan banding saya kami ucapkan
terima kasih.

Hormat Saya,
Pemohon Banding

ANISA RAMA WULAN binti DEDDY MULYA

Anda mungkin juga menyukai