Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013


Makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu :
Dr. H. Moh. Sahlan, M.Ag

Di Susun Oleh :
Ana Dewi Fatmawati (201944012585)
Dewi Astika (201944012584)
Dina Anisa’ul Khoiriyah (201944012579)
Gita Nuariska (201944012582)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH (INAIFAS)
KENCONG - JEMBER
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta salam tidak 
lupa pula kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai  pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. 

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Penilaian Autentik Dalam
Kurikulum 2013 bermanfaat untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jember, 23 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian penilaian autentik 5

B. tujuan dan ciri-ciri penilaian autentik 6

C. jenis-jenis penilaiaian autentik 8

D. Konsep Penilaian Autentik 10

E. Penilaian autentik 11

BAB III PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik
tidak hanya menuntut adanya perubahan perubahan dalam proses
pembelajaran, tetapi juga perubahan dalam melaksakan penilaian (Lindayani,
2014). Perubahan paradigma inilah, para pendidik merasa kebingungan dalam
proses pembelajaran dan penilaian. Penilaian yang seperti apa yang bisa
mencakup ke dalam beberapa aspek yang dapat memberikan gambaran yang
seutuhnya mengenai sikap, keterampilan, pengetahuan, dan bagaimana para
peserta didik itu menjalani kehidupan sehari-hari mereka dan mengaitkan
dengan apa yang mereka pelajari di sekolah serta bagaimana format untuk
mencakup semua aspek tersebut.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 dijelaskan penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan
informasi/ bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi
sikap spiritual dan sikap social, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses pembelajaran.
Dalam pendidikan, penilaian atau assessment didasarkan pada
pengetahuan kita tentang belajar dan tentang bagaimana kompetensi
berkembang dalam materi pelajaran yang kita ajarkan. Hal ini merupakan
kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu assessment dimana
pendidik dapat mempergunakannya untuk kegiatan pendidikan dan
mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks. Penilaian juga harus
bersifat menyeluruhh dari berbagai aspek.
Penilaian autentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta
peserta didik menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Otentik berarti
keadaan sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
peserta didik. Dalam pembelajaran di sekolah, salah satu bentuk penilaian
otentik adalah peserta didik diberi kegiatan untuk menerapkan pengetahuan

4
yang dimilikinya dalam kehidupan sehari - hari atau dunia nyata
(Baskoro&Wihaskoro,2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?
2. Apa tujuan dan ciri-ciri penilaian autentik?
3. Apa sajakah jenis-jenis penilaiaian autentik?
4. Bagaimanakah Konsep Penilaian Autentik?
5. Bagaimanakah Penilaian autentik?

C. Tujuan Pembahasan

1. untuk mengetahui apa yang dimaksud penilaian autentik.


2. untuk mengetahui tujuan dan ciri-ciri penilaian autentik.
3. untuk mengetahui jenis-jenis penilaian autentik.
4. untuk mengetahui Konsep Penilaian Autentik?
5. untuk mengetahui Penilaian autentik?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Autentik

Penilaian autentik berasal dari dua kosa kata yaitu penilaian dan autentik.
Penilaian itu sendiri berasal dari kata dasar nilai. Sedangkan pengertian
penilaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara,
perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar, mutu, harga). Pengertian dari
penilaian autentik secara umum adalah penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran dan merupakan evaluasi dari hasil kegiatan belajar siswa pada
disiplin ilmu Pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan menggunakan berbagai teknik yang tepat agar bisa
membuktikan bahwa siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.

Definisi penilaian autentik menurut para ahli :

1. Menurut Newton Public School menafsirkan bahwa penilaian autentik


adalah pengukuran atas hasil dari kapasitas yang berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari di kehidupan nyata siswa.
2. Wiginis berpendapat bahwa penilaian autentik merupakan usaha
memberikan tugas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan pembelajaran kepada siswa. Ini meliputi, menyimak, meneliti,
analisis, merevisi, menulis dan menjelaskan setiap permasalahan
kehidupan sehari-hari secara lisan, bekerjasama dengan grup dll.
3. American Library Association, Penilaian autentik merupakan kegiatan
evaluasi. Ini untuk menilai kemampuan, sikap, kinerja, motivasi dan
prestasi siswa pada kegiatan yang sesuai dalam pembelajaran.

Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment.


Pada akhir suatu program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan
penilaian. Hal ini dilakukan tidak lain untuk mengetahui seberapa
siswa/peserta didik memahami pelajaran yang sudah diberikan.

6
Penilaian autentik melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja yang
mencerminkan belajar, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada kegiatan yang
relevan dengan pembelajaran (O’Malley dan Pierce, 1996). Dengan penilaian
autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat,
penting, dan bermakna (Hart, 1994). Tugas yang diberikan dapat berupa
replika atau analogi dari permasalahan yang dihadapi oleh orang dewasa atau
profesional dalam bidangnya. Seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas
dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran:
melakukan penelitian, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan
analisa oral terhadap peristiwa politik terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain
melalui debat, dan seterusnya. Singkatnya, penilaian autentik meminta siswa
untuk mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam konteks dunia
nyata.

Beberapa karakteristik penilaian autentik antara lain; (1) berpusat pada


peserta didik, (2) merupakan bagian terintegrasi dari pembelajaran, (3) bersifat
kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran, (4) merefleksikan
kompleksitas belajar, (5) menggunakan metode/prosedur yang bervariasi, (6)
menginformasikan cara pembelajaran atau program pengembangan yang
seharusnya dilakukan, dan (7) bersifat kualitatif (Sani, 2016). Penilaian
autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau
konteks dunia “nyata” memerlukan berbagai macam pendekatan untuk
memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah
dapat mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain,
penilaian autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam
bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
situasi atau konteks dunia nyata.

Dalam suatu proses pembelajaran nyata, penilaian autentik mengukur,


memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam
domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil
akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan

7
perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran
didalam kelas maupun diluar kelas (Muller, 2008).

B. Tujuan dan Ciri-ciri Penilaian Autentik

Tujuan dari penilaian autentik adalah untuk mengetahui soft skill dan
hard skill yang dimiliki oleh anak didik, untuk mengetahui jenjang pemahaman
peserta didik, serta dapat meningkatkan kualitas dalam prosedur pembelajaran,
untuk mengerjakan penilaian secara menyeluruh pada aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, serta menentukan kebutuhan belajar anak didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat


penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut harus
dilakukan secara berkesinambungan atau berkelanjutan untuk memantau proses
dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan
informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar.
Berikut ciri-ciri penilaian autentik adalah:

1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus
mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang
dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan
produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan
kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut
untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses
(kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran)
dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik
penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan

8
berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang
menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam
melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi
tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil
tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian
kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan
penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka
harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan
setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasanya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian
peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman
terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.
C. Jenis-jenis Penilaian Autentik

Kunandar (2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013


mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari
penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik
(mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil)”. Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun
jejaring. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas
melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri
(Lindayani, 2014).

Berdasarkan yang sudah disebutkan di atas, terdapat 4 (empat) jenis


penilaian autentik, yaitu:

1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat

9
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-
unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis penyelesaiannya.
a) Daftar cek (checklist)
b) Catatann anekdot/narasi (anecdolttal/narative records)
c) Skala penilaian (rating scale)
d) Memori atau ingatan (memory approach)
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/wktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek.
a) Keterampilan peserta didik dalam meilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
c) Keasliann sebuah proyek pembelajaran yang dikerjjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.

3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain
yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran
(Baskoro & Wihaskoro, 2016).

10
Pada dasarnya penilaian portofolio itu melihat karya-karya peserta didik
dalam suatu periode (perminggu, perbulan, persemester, dan sebagainya)
untuk kemudian dinilai oleh guru dan peserta didik itu sendiri. Kemudian
hal tersebut akan dijadikan sebagai informasi yang menunjukkan kemajuan
siswa setelah mengikuti pembelajaran, dan akan dijadikan sebagai tolak
ukur untuk perkebangan siswa kedepannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan objek
penilaian dalam menggunakan penilaian portofolio (Baskoro & Wihaskoro,
2016), diantaranya adalah:
1) Karya siswa adalah karya peserta didik sendiri.
2) Saling percaya anatara guru dan peserta didik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.
5) Kepuasan
6) Kesesuaian
7) Penilaian proses dan hasil
8) Penilaian dan pembelajaran
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mengsintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah
dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik.
5. Penilaian Unjuk Kerja
Dalam salinan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
tertentu seperti: praktik dilaboratorium, praktik sholat, praktik olahraga,
bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi, membaca

11
puisi/deklamasi dan lain-lain. Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan
daftar cek dan skala penilaian. Penilaian unjuk kerja adalah kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, penilaian unjuk
kerja dilakukan terhadap apa yang dilakukan oleh peserta didik ketika
sedang berbuat melakukan tugas tertentu. Penilaian unjuk kerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa
sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja,
tingkah laku atau interaksi siswa .
6. Penilaian Pengamatan
Pengamatan atau pengindraan atau sering disebut juga observasi
adalah “merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan lembar observasi yang berisi
sejumlah indicator perilaku atau aspek yang diamati. Dalam pelaksanaanya
”pengamatan mesti dilakukan secara sistematis, berfokus pada tiap-tiap
anak dan perilaku tertentu agar bisa diperoleh gambaran yang lebih jelas
dan lebih akurat. Tidaklah praktis bila ini dilakukan untuk semua siswa
secara terus-menerus namun, perencanaan yang cermat dapat menciptakan
peluang pengamatan yang digunakan untuk mengecek simpulan dan
penilaian oleh guru.
7. Penilaian Diri
Penialian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual, maupun
sikap sosial . Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
Penialain diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian di mana
peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Dengan
menilai dirinya sendiri, maka dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
guru dalam memberikan nilai berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi baik mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotorik

12
8. Pekerjaan Rumah
Pekerjaan rumah yang dikerjakan peserta didik sebagai pendalaman
penguasaan kompetensi yang diperoleh dalam pembelajaran merupakan
salah satu penilaian autentik. Hasil pekerjaan rumah harus diberi respons
dan catatan oleh guru, sehingga peserta didik mengetahui kekurangan dan
kelemahan dari pekerjaan rumah yang dikerjakan.
9. Kuis
Kuis adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terhadap peserta didik terhadap materi atau
kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik.
10. Presentasi atau penampilan peserta didik
Presentasi atau penilaian peserta didik di kelas ketika melaporkan
proyek atau tugas yang diberikan oleh guru dapat menjadi bahan dalam
melakukan penilaian autentik.
11. Jurnal
Catatan-catatan perkembangan peserta didik yang menggambarkan
perkembangan atau kemajuan peserta didik berkaitan dengan pembelajaran
dapat menjadi bahan penilaian autentik.

D. Konsep Penilaian Autentik


Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini
menunjukkan rah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya
berkisar pada pandangan sebagai berikut:
1. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang
telah ditetpkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi,
termasuk efek samping yang mungkin timbul
2. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siwa, tetapi juga
melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik
masukan proses maupun keluaran.
3. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga mengetahui apakah tujuan-
tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.

13
4. Mengingat luasnya tujuan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam
penilaian sangant beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga
alat penilaian bukan tes (Sudjana, 2012).

E. Penilaian autentik

adalah komponen penting bagi dunia pendidikan khususnyasejak dari


reformasi pendidikan. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode
penilaiantradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda,
benar/salah, menjodohkan,dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta
didik yang sesungguhnya. Tessemacam ini telah gagal memperoleh gambaran
yang utuh mengenai sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik
dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolahatau masyarakat.

Berikut adalah bagaimana hubungan penilaian autentik dengan Kurikulum


2013 sebagai berikut:

a) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah


dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
b) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkaran hasil belajar
pesert didik. baik dalam rangka mengobservasi, menalar, membangun
jejaring, dan lain-lain.
c) Penilaian autentik cenderng fokus terhadap tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi
mereka dalam pengaturan yang lebih autentik
d) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu
dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata
pelajaran yang sesual
e) Penilaian aautentik sering dikontradiksikan dengan penilain yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan atau membuat jawaban singkat Tentu saja, pola pilihan
seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara ademik.

14
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan
Penilaian Autentik adalah jenis penilaian yang mencakup tiga ranah
yaitu ranahkognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan). Penilaianautentik juga merupakan hasil perkembangan dari
berbagai jenis penilaian karena jenispenilaian terdahulu dirasa belum secara
efektif digunakan untuk mengetahui kompetensisiswa atau peserta
didik.Penilaian autentik sangatlah erat hubungannya dengan Kurikulum 2013,
karenadalam Kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk menilai siswa atau
peserta didiknyaberdasarkan tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan),
ranah afektif (sikap), danpsikomotorik (keterampilan)

15
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati, Siti. 2017. Penilaian Autentik Dan Relevansinya Dengan Kualitas


Hasil Pembelajaran (Persepsi Dosen Dan Mahasiswa Ikip Pgri Bojonegoro).
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 27, No.1

Https://Www.Academia.Edu/28734636/Makalah_Penilaian_Autentik

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan


Kurikulum 2013,Jakarta: Rajawali Pers, 2015

Kurniawan, Syamsul, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2016

Rahmawati Selly,Sunarti,Penilaian Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: C.V


Andi, 2014

Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, Psikomotorik


(Konsep Dan Aplikasi), Rajawali Pers, 2016

16

Anda mungkin juga menyukai