Anda di halaman 1dari 24

Modul 1

(Hakikat Pendidikan Khusus)

Kegiatan Belajar 1

Definisi dan Jenis Kebutuhan Khusus

A. Definisi

Menurut Pasal 32 ayat 1 Pendidikan khusus “ merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa”.

B. Klasifikasi Anak dengan Kebutuhan Khusus

Kategori anak/peserta didik dengan kelainan atau kebutuhan khusus

berdasarakan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrahchman (2000) dibuat

untuk keperluan pembelajaran. Kategori tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang inelektual, terdiri dari

anak yang luar biasa cerdas dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah

(tunagrahita).

2. Kelompok yang mengalami penyimpangan karena hambatan sensoris atau indra,

terdiri dari anak tuna netra dan tuna rungu

3. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi

4. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku yang terdiri dari anak

tuna laras dan penyandang gangguan emosi termasuk autis

5. Kelompok anak yang yang mempunyai keluarbiasaan ganda yang sering disebut

sebagai tuna ganda.

Jenis-jenis kelainan dibawah normal: Tuna netra (kurang penglihatan), tunarungu

(gangguan pendengaran), Gangguan komunikasi, Tunagrahita (cacat mental),

1
Tunadaksa (cacat fisik), Tunalaras (gangguan emosi), anak berkesulitan belajar,

Tunaganda (kelainan lebih dari satu)

Kegiatan Belajar 2

Penyebab dan Dampak Munculnya Kebutuhan Khusus

A. Penyebab Munculnya Kebutuhan Khusus

Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Penyebab Prenatal, penyebab yang beraksi sebelum kelahiran.

2. Penyebab Perinatal, penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses

kelahiran.

3. Penyebab Postnatal, penyebab yang muncul setelah kelahiran

Selain penyebab diatas masih ada penyebab yang lain yaitu penyebab bawaan

dan penyebab dari yang didapat atau dapatan. Penyebab yang yang berasal dari

bawaan selalu diasosiakan dengan keluarga atau orang tua ABK. Sedangkan penyebab

yang didapat atau dapatan terjadi pada kelainan yang muncul dalam masa hidup anak.

B. Dampak Kelainan dan Kebutuhan Khusus

Dampak kelainan dan kebutuhan khusus ada 3 yaitu:

1. Dampak kelainan bagi anak

Jenis dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi anak.

Kelainan yang diatas normal, anak mempunyai kemampuan/bakat luar biasa yang

disebut anak berbakat. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai kelainan dibawah

normal, kelainan itu akan menghambat perkembangan anak.

2. Dampak kelainan bagi keluarga

Sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu anggota

keluarganya dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan, latar

2
belakang budaya status sosial ekonomi, tingkat kelainan yang diderita. Keluarga

yang berpendidikan dan dari latar belakang budaya tertentu akan menerima

kelainan yang diderita oleh anaknya karena dianggap sebagai anugrah dari Tuhan

yang wajib diberi kasih sayang. Dan sebaliknya ada keluarga yang yang tidal

peduli, bahkan menyembunyikan anaknya karena rasa malu.

3. Dampak kelainan bagi masyarakat

Dampak bagi masyarakat berbeda-beda ada yang bersimpati bahkan ikut

membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh bahkan ada

yang bersikap antipati sehingga melarang anaknya bergaul ABK yang dibawah

normal.

Kegiatan Belajar 3

Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus

A. Kebutuhan Anak Berkelainan ( Berkebutuhan Khusus)

Kebutuhan anak berkelainan terdiri dari:

1. Kebutuhan Fisik/kesehatan

Layanan kesehatan bagi ABK sebaiknya disediakan sesuai dengan

kebutuhannya. Terkait dengan jenis kelainan yang disandangnya berbagai layanan

kesehatan khusus diperlukan untuk anak ini antara lain physical therapy dan

occupational therapy.

2. Kebutuhan sosial-emosional

Untuk memenuhi kebutuhan sosial-emosional ABK memerlukan lindungan

dan bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan yang dapat

membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan

sosialisasi dan menjadi remaja.

3
3. Kebutuhan Pendidikan

Secara umum semua penyandang kelainan memerlukan latihan ketrampilan

dan bimbingan karier yang memungkinkan mereka mendapat pekerjaan dan hidup

mandiri tanpa banyak bergantung pada orang lain.

B. Hak Penyandang Kelainan

Sebagai warga Negara, para penyandang kelainan mempunyai hak yang sama

dengan warga Negara lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa semua

warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab

IV Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dari

Bab IV itu ada empat ayat dapat dijadikan acuan dalam menentukan hak para

penyandang kelainan yaitu Pasal 6 ayat (1), (2), (4), dan (5).

C. Kewajiban Penyandang Kelainan

Sebagai warga Negara para penyandang kelainan juga mempunyai kewajiban

yang harus dipenuhi. Undang-undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab IV, Pasal 6

menetapkan bahwa:

1. Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar;

2. Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan.

MODUL 2

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

KB 1.

Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di

Indonesia

4
A. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK

1. Kegiatan pelayanan (service) merupakan suatu jasa yang diberikan kepada

seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,pelayanan :

a. Perihal/cara melayani

b. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang

c. kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa

Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga

negara berhak mendapat pengajaran. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang-

undang no 20 tentang system pendidikan nasional ( UUSPN ).

• Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang erat hubungan dengan

pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai berikut ;

• Bab 1( pasal 1 ayat 18 ) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang

harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan

pemerintah daerah

• Bab II ( pasal 4 ayat 1 ) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan

HAM, agama, kultural, dan kemajemukan bangsa.

• Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

• Bab V bagian 11 Pendidikan khusus ( pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi

peserta yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan.

5
B. Sejarah Perkembangan

Layanan Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus tumbuh dari satu kesadaran awal bahwa beberapa anak

membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan biasa agar dapat

mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada

tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk

pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Salah satu upaya tersebut dengan mendirikan lembaga-lembaga residensial yang

didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an.

Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi negara yang memimpin negara-negara lain

dalam pengembangan pendidikan khusus di seluruh dunia.

• Dewasa ini, peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam

mengolah system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga

pendidikan tidak hanya sebatas untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga

memberi skil hidup yang diharapkan bermanfaat di masyarakat.

• Lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang normal saja, tapi

juga anak-anak keterbelakangan mental.

• B. Sejarah Perkembangan Layanan pendidikan Khusus di Indonesia

• Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana

dengan memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat, untuk

pendidikan bagi anak penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga

pertama untuk anak tunanetra, tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun

1930 yang ketiganya terletak di Kota Bandung.

6
• Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah RI mengundang-

undangkan tentang pendidikan. Undang-undang tersebut menyebutkan pendidikan

dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang

membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut berhak dan

diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8).

• Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-

sekolah baru yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak

tunadaksa dan tunalaras yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

• Sekolah Luar Biasa

• Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori

kecacatan SLB dikelompokkan menjadi:

1.      SLB A untuk anak tunanetra

2.      SLB B untuk anak tunarungu

3.      SLB C untuk anak tunagrahita

4.      SLB D untuk anak tunadaksa

5.      SLB E untuk anak tunalaras

6.      SLB F untuk anak tunaganda

MACAM-MACAM PENDIDIKAN LUAR BIASA

A. System Pendidikan Segregasi

System pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari system pendidikan anak

normal. Penyelenggaraan system pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan

terpisah dari penyelenggaran pendidikan untuk anak normal.

Ø Keuntungan system pendidikan segregasi

- Rasa ketenangan pada anak luar biasa

- Komunikasi yang mudah dan lancar

7
- Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak

- Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa

- Sarana dan prasarana yang sesuai

  Ø Kelemahan system pendidikan segregasi

- Sosialisasi terbatas

- Penyelenggaraan pendidikan yang relative mahal

B.System Pendidikan Integrasi

Pengertian :

• Sistem Pendidikan Integrasi adalah sistem pendidikan luar biasa yang bertujuan

memberikan pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh

kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal agar dapat

mengembangkan diri secara optimal.

• Keuntungan System Integrasi

• Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh

pendidikan

• Dapat mengembangkan bakat ,minat dan kemampuan secara optimal

• Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal

• Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi

• Harga diri anak luar biasa meningkat

• c. Pendidikan Inklusi

• Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan inklusi adalah

termasuk hal yang baru di Indonesia .

8
Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik

bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Di DKI Jakarta tahun 2015 sudah menyatakan bahwa seluruh sekolah negeri

menerima pelayanan thd ABK

• Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah

siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan

layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi

keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak

yang belum mendapatkan pendidikan

• Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

• Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan

Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Tuna Netra

2) Tuna Rungu

3) Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)

4) Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)

5) Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)

6) Tuna Grahita Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa

(MultipleIntelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic,

Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).

7) Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis,

Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)

8) Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )

9
9) Autis

10)Korban Penyalahgunaan Narkoba

11)Indigo

Gagasan pendidikan inklusi Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang

mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam

program yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang

cacat adalah pentingnya pendidikan inklusi, tidak hanya memenuhi target

B. Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus

1. Layanan di sekolah biasa

2. Sekolah Biasa dengan guru konsultan

3. Sekolah Biasa dengan guru kunjung

4. Model Ruang sumber

5. Model Kelas Khusus

6. 6.Model sekolah khusus siang hari

7. Model sekolah dalam panti asuhan/rumah sakit

C. Pendekatan Kolaboratif Dalam Pelayanan Pendidikan ABK

• Pelayanan Pendidikan tidak dapat dilakukan satu orang tetapi melibatkan banyak

pihak

• Anggota team mencakup para pakar sbb:

- guru sekolah biasa - ahli terapi fisik

- Guru Pendidikan khusus - Guru bina wicara

- Kepala sekolah - Pekerja sosial

- Pengawas sekolah - Guru penjas

- orang tua ABK - ABK sendiri

- Psikolog sekolah

10
- dokter dari beberapa spesialis

- perawat sekolah

MODUL 3

PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERBAKAT

KB. I Definisi dan Dampak Anak Berbakat

 A. Pengertian

 Pengertian anak berbakat sangat beragam tergantung dari pandangan masyarakat.

a. Menurut Publik Law (AS)

a. Anak berbakat adalah anak yg menunjukkankemampuan yg tinggi dalam bidang

bidang. Misalnyaintelektual, kreatif, seni dsb.

b. Versi Indonesia

mereka mendefinisikan oleh orang orang profesional mampu mencapai profesi yang

tinggi karena memiliki kemampuan yang luar biasa.

 Implikasi dari keberbakatan

 `

B. Dampak Keberbakatan

1. Aspek Akademik

a) Perkembangan kognitif lebih cepat

b) Bosan dalam pengajaran reguler

c) Kecepatan perk kognitif tdk direspon orangtua anak akan kecewa

2. Aspek sosial/emosi

a) emosi tidak stabil

b) individu rawan terhadap kritik

c) mengambil jln pintas menyelesaikan masalah

 CIRI ANAK BERBAKAT

11
a) Diterima oleh teman sebaya

b) Keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial

c) Cenderung jadi juru damai dlm pertengkaran

d) Memiliki kejujuran

e) Tenggang rasa

f) Bebas dari tekanan emosi

g) Mampu bergaul dengan teman sebaya

h) Mampu memotivasi orla

i) Memiliki humor

3. Dampak anak berbakat thd kesehatan

a) Memiliki penampilan yang menarik dan rapi

b) Kesehatannya lebih baik dari teman lainnya

Menurut Renzuli karakteristik anak berbakat sbb:

a. Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata rata

b. Memiliki kreativitas yang tinggi

a. c,. Tanggung jawab atau pengikatan diri thd tugas

Kb. 2 kebutuhan pendidikan dan jenis layanan bagi abk

1. Kebutuhan Pend anak berbakat

a. dari segi anak itu sendiri

- membutuhkan peluang untuk aktualisasi diri

- berinteraksi dengan dng teman

- mengembangkan kreativitas

2. kebutuhan AB berkaitan dengan masyarakat

- membutuhkan kepedulian dari masyarakat thd pengemb bakatnya

- membutuhkan pengembangan SDM berbakat

12
- membutuhkan keserasian antara kemampuan dng pengalaman belajar.

- mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata

B. Jenis layanan bagi anak berbakat

1. Komponen Sebagai Persiapan

Penentuan Jenis Layanan

a. Pengidentifikasian anak berbakat

b. Tujuaan umum pend anak berbakat

c. Kebutuhan pend anak berbakat

2. Komponen sbg alternatif implementasi jenis layanan

a. Ciri khas layanan kebutuhan anak berbakat

- adaptasi lingkungan belj

- adaptasi program

b. Strategi pembelajaran dan model layanan

- strategi pembelajaran

- model model layanan

 Adaptasi lingkungan belajar

1. Kelas pengayaan

2. Guru konsultan

3. Ruangan sumber belajar

4. Studi mandiri

5. Kelas khusus

6. Sekolah khusus

 Adaptasi program

1. Melalui percepatan akselerasi (perlompatan tingkat kelas )

2. Melalui pengayaan (siswa diberikan materi yang lebih luas )

13
3. Pencanggihan materi pelajaran (diberikan materi yang lebih tinggi agar tertantang )

4. Pembaruan ( agar anak menguasai ide ide yg penting )

5. Modifikasi kurikulum sebagai alternatif

- kurikulum plus

- Kurikulum berdeferensiasi

 Strategi pembelajaran dan model layanan

1. Strategi Pembelajaran

Hal Hal yang perlu diperhatikan:

a. Pembelajaran AB harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang

lebih.

b. Pengembangan kecerdasan IQ juga emosi

c. Berorientasi pada modifikasi proses, isi dan produk

2. Model Layanan

Model model layanan

a. Model layanan kognitif afektif

b. Model layanan pengembangan moral

c. Model pengembangan nilai afektif

d. Layanan bidang khusus

c. Layanan pengembangan kreativitas

Tingkat kreativitas pertama

- fleksibelitas,

- originalitas,

- keterbukaan thd

masalah

Tingkat kreativitas kedua

14
- pemecahan masalah

Tingkat kreativitas ketiga

- perumusan masalah berdasarkan asumsi tertentu

simulasi imajinasi dan proses inkubasi

MODUL 4

DEFINISI ,KLARIFIKASI ,PENYEBAB,DAN CARA PENCEGAHAN

TERJADINYA KETUNANETRAAN

Terdapat 2 miskronsepsi yang saling bertentangan dikalangan masyarakat yang

terbentuk bila orang kehilangan indra penglihatan.Pertama , banyak orang yang

percaya bahwa bila orang kehilangan penglihatannya, maka hilang pulalha semua

pesepsinya. Kedua, bahwa secara otomatis orang tunanetra akan mengembangkan

indra ke-6 untuk menggantikan fungsi indra penglihatan.

Sesungguhnya, sumber-sumber lain yang diperoleh melalui indra selain

peglihatan itu tersedia bagi semua orang,dan hanya apabila sumber utama informasi

yang berkaitan dengan indra penglihatan itu berkurang, maka sumber –sumber lain

persepsi melalui indra lainnya)itu menjadi lebih dihargainya dan ketrampilan

berdasarkan informasi nonvisualitu terasa.Jadi, sesungguhnya tidak ada indra keenam

sebagaimana dipersepsikan masyarakat awam dan bahkan juga tidak benar bahwa

indra pendengaran ,perabaan, dan penciuman orang tunanetra otomatis lebih tajam

daripada orang awas.

Orang –orang pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan

dan mengirimkannya ke otak untuk diproses, disimpan,ditindaklanjuti. Masing –

masing organ pengindraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda-beda.Semua

15
informasi yang dipersepsi melalui organ-organ pengindraan itu melewati 3 prosesor

dan dikodekan dalam bentuk linguistic ,nonlinguistik,atau efektif.

Melalui latihan,pendengaran menjadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil seperti

tetesan air dari keran yang bocor ,desau computer yang lupa tidak dimatikan ,atau

desis kompor gas yang belum dimatikan secara sempurna . Oleh karena itu, tanpa

menggunakan indra penglihat ,seorang tunanetra dapat menyadari apa yang sedang

dilakukan oleh orang-orang disekitar Anda-melalui sumber informasi bunyi yang ada.

Bagi individu tunanetra ,tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra

perabaan.Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan ,tetapi juga memberikan

informasi tentang tekstur permukaan jalan, sehingga orang tunanetra dapat

mengetahui apakah yang akan diinjakannya itu tanah becek,rumput ,semen,dll

Indra penciuman anak tunanetra dikembangkan untuk membantunya

mengenali lingkungan .Bila seorang tunanetra memasuki pusat perbelanjaan ia pasti

dapat membedakan aroma took makanan ,took pakaian ,took sepatu,toko obat.

Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih mempunyai

penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi ,begitupula kemampuan mereka

untu memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.Kondisi fisik secara keseluruhan ,jenis

gangguan mata yang dialami ,bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi

baiknya penglihatan,kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa baik

individu yang low vision dapat menggunakan sisa penglihatannya.

Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan keyamanan didalam

lingkungnnya dan membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan

menggunakan ingatan visual (peta mental) ,ingatan kinestetik ,serta persepsi obyek.

Tidak semua orang tunanetra berhasil mengoptimalkan pengembangan semua

indranya dan tidak seluruh fungsi indra penglihatan dapat digantikan dengan

16
mengoptimalkan fungsi indra –indra lain.Oleh karena itu,dalam situasi tertentu orang

tunanetra masih memerlukan bantuan orang awas.Namun, sebelum memberikan

bantuan ,sebaiknya orang awas bertanya dulu apakah dia membutuhkan bantuan atau

tidak.

Orang awas yang ingin membantu seorang tunanetra,harus mengetahui

bagaimana cara-cara membantunya ,seperti cara menuntun orang tunanetra dan

mengorientasikan lingkungan, sehingga memberikan kenyamananbagi orang tersebut.

MODUL 5

KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN

GANGGUAN KOMUNIKASI

Sebagaimana anak lainnya yang mendengar,anak tunarungu membutuhkan

pendidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal.Untuk

memenuhikebutuhan tersebut ,diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan

dengan karakteristik,kemampuan,dan ketidakmampuan.Disamping segala

kebutuhan,pemberian layanan pendidikan kepada anak tunarungu ,didasari oleh

beberapa landasa, yaitu landasan agama,kemanusiaan ,hukum,dan pedagogis.

Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu,meliputi

layanan umum dan khusus.Layanan umum merupakan layanan yang diberikan kepada

anak mendengar /normal,sedangkan layanan khusus merupakan layanan yang

diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya,yang meliputi layanan bina bicara

serta bina persepsi bunyi dan irama.

Ditinjau dari tempat atau system pendidikannya ,layanan pendidikan ,layanan

pendidikan bagi anak tunarungu dikelompokan menjadi system segregasi dan

17
integrase /terpadu.Sistem segregasi merupakan sisitem pendidikan yang terpisah dari

penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar /normal.Tempat pendidikan bagi

anak tunarungu melalui sekolah khusus (SLB-B),SDLB,dan kelas jauh atau kelas

kunjung.Sistem pendidikan integrase/terpadu ,merupakan system pedidikan yang

memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak

mendengar/normal disekolah umum atau biasa.Melalui system ini anak tunarungu

ditemppatkan didalam berbagai bentuk keterpaduan yang sesuai dengan

kemampuannya.Depdikbud (1984)mengelompokan bentuk keterpaduan tersebut

menjadi:kelas biasa,kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus,serta kelas khusus.

Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan

strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak mendengar

/normal ,akan tetapi dalam pelaksanaanya,harus bersifat visual ,artinya lebih banyak

memanfaatkan indera penglihatan siswa tunarungu.

Pada dasarnya,tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa

tunarungu sama dengan siswa mendengar atau normal,yaitu untuk mengukur tingkat

peguasaan materi pelajaran,serta untuk umpan balik bagi guru.Kegiatan evaluasi bagi

siswa tunarungu ,harus memperhatiakan prinsip-prinsip: berkesinambungan,

menyeluruh, objektif,dan pedagogis.Sedangkan alat evaluasi secara garis besar diberi

atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran

dikelas biasa dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam pembelajaran dikelas

khusus dan ruang bimbingan khusus.

Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis

gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut,karna banyak

gangguan komunikasi yang merupakan hambatan peyerta bagi hambatan utama yang

18
dialami anak.Mereka meperoleh layanan pendidikan sesuai dengan hambatan

utamanya serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.

Strategi,materi,media,maupun penilaian yang digunakan dalam layanan

pendidikan khusus bagai anak dengan gagguan komunikasi,sangat beragam sesuai

jenis gangguan komunikasi yang dialami anak.Namun,prosedur umum layanan

intervensigangguan komunikasi meliputi melakuakan assessment ,meganalisis hasil

assessment,membuat program intervensi,melaksanakan program

intervensi,penilaian/assessment ulang,serta tindak lanjut,serta tindak lanjut.

MODUL 6

DEFINISI ,KLARIFIKASI, PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN

TUNAGRAHITA

Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai tunagrahita,selalu menujnjukan

pada keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada dibawah usia

kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.

Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal,yanitu keterhambatan

fungsi kecerdasan secara umum dibawah rata-rata,disertai ketidakmampuan dalam

perilaku adaptif ,dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun)

Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh factor gen dan kromosom,faktor

prakelahiran,saat lahir,dan faktor yang terjadi selama masa perkembangan anak-anak

dan remaja.

Alternatif pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya mengadakan

penyuluhan genetik,pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil ,sanitasi

lingkungan ,imunisasi ,intervensi dini,dan diet sesuai petunjuk ahli kesehatan.

19
MODUL 7

PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS

1. Kebutuhan pidikan anak tunalaras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan

sekolah yang kondusif, agar anak tidak berkembang kearah tunalaras dan

kegagalan akademik. Lingkungan yang menyenangkan, tidak membosankan,

harmonis dalam hubungan, penuh perhatian, menerima apa adanya dan terbuka,

serta teladan yang baik akan mengantarkan anak untuk mencapai keberhasilan

pendidikannya.

2. Teknik penyembuhan dan program pendidikan bagi anak tunalaras berdasarkan

pada berbagai model, diantaranya adalah model biogenetic, model behavioral,

psikodinamika, dan model ekologis.

3. Teknik pendekatan atau cara mengatasi masalah perilaku anak tunalaras adalah

gabungan dari beberapa teknik atau model diatas. Seperti teknik perawatan dengan

obat, modifikasi perilaku, strategi psikodinamika, dan ekologis.

4. Hiperaktivitaas mempunyai ciri gerak yang terlalu aktif, tidak bertujuan, tidak mau

diam, suka mengacau teman, mudah tersinggung, dan sulit memperhatikan dengan

baik. Penyebabnya adalah disfungsi otak, kekurangan oksigen, kecelakaan fisik,

keracunan serbuk timah, kekurangan gizi, minuman keras, dan mengonsumsi obat

terlarang saat kehamilan.

5. Beberapa teknik utama mengatasi perilaku yang menyimpang pada anak hiperaktif

adalah dengan medikasi/ penggunaan obat, diet, modifikasi tingkah laku,

lingkungan yang terstruktur, pengendalian diri, modeling dan biofeedback.

20
6. Distrakbilitas merupakan kesulitan memusatkan perhatian pada stimulus yang

relevan secara efesien. Penyebabnya adalah adanya disfungsi minimal otak,

gangguan metabolism, kelainan fisik minimal, factor lingkungan, dan

keterlambatan perkembangan.

7. Pendekatan untuk menangani distrakbilitas adalah dengan lingkungan yang

terstruktur dan stimulus yang terkendali,modefikasi materi, dan strategi pembeljara,

serta modifikasi tingkah laku.

8. Anak dikatakan implusif jika cenderung menuruti kemauan hatinya dan terbiasa

bereaksi cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas-tugas

akademik. Penyebabnya adalah factor keturunan, cemas, budaya, disfungsi saraf,

perilaku yang dipelajari dari lingkungan, salah asuh, fan trauma kehidupannya.

9. Beberapa cara/ metode untuk mengendalikan implusif diantaranya adalah melatih

verbalisme aktivitasnya, modifikasi tingkah laku, serta mengajarkan seperangkat

ketrampilan kepada anak.

MODUL 8

DEFINISI, PENYEBAB, DAN JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR

1. Layanan intervensi terhadap anak berkesulitan membaca

a. Melakukan asesmen untuk menemukan kesulitan/ kesalahan membaca.

Asesmen terhadap kemampuan membaca, terdiri dari asesmen formal dan

informal. Tes-tes yang digunakan untuk mengasesmen secara formal antara lain

tes survey dan tes diagnostic, sedangkan jenis asesmen informal antara lain:

informal reading inventories (IRI), cloze procedure, dan asesmen minat

membaca.

b. Program layanan intervensi terhadap anak berkesulitan membaca dapat

dibedakan atas program delivery (menyerahkan kasus pada orang yang ahli

21
bidangnya) dan program kurikuler yang dilakukan dengan pengajaran remedi

(remedial teaching).

Teknik yang dapat dipergunakan pada pengajaran remedial membaca antara

lain teknik Fernald serta teknik Gillingham dan Stillman.

2. Layanan intervensi terhadap anak berkesulitan menulis.

a. Melakukan asesmen untuk menemukan kesalahan anak dalam menulis.

Asesmen terdiri dari asesmen formal dan informal. Salah satu asesmen formal

untuk anak berkesulitan menulis adalah Basic School Skill Inventory-

Diagnostic yang dikemukakan oleh Hammill & Leigh (1983) untuk anak usia

4-71/2 tahun. Asesmen informal dapat dilakukan melalui observasi dan

menganalisis tulisan siswa. Observasi dilakukan pada saat anak menulis.

Analisis pola-pola kesalahan tulisan siswa mencakup bentuk huruf,

proposional, ukuran, proposional dan kesejajaran, kualitas garis, jarak huruf,

kemiringan huruf, kecepatan menulis.

b. Perbaikan terhadap kesalahan anak dalam menulis dilakukan melalui

pengajaran remedy yang sesuai dengan tipe kesalahannya.

3. Layanan bantuan terhadap anak berkesulitan matematika.

a. Pola kekeliruan khusus yang dilakukan anak berkesulitan berhitung factual,

antara lain sebagai berikut.

1) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan penempatan nilai.

2) Keseluruhan angka dijumlahkan

3) Ketika kolom puluhan dijumlahkan, angka kesatuan hasil penjumlahan

bilangan satuan, tidak turut dijumlahkan melainkan dijumlahkan sebagai

ratusan.

4) Angka dijumlahkan dari kiri ke kanan.

22
5) Setiap bilangan yang lebih kecil merupakan pengurangan dari bilangan

yang lebih besar tanpa memperhatikan penempatan nilai.

6) Melakukan peminjaman angka yang sebenarnya tidak diperlukan.

7) Apabila peminjaman angka diperlukan lebih dari satu, anak tidak

melakukan pengurangan bilangan pada kolom kedua.

8) Kesatuan angka hasil perkaliaan bilangan satuan ditambahkan pada

bilangan puluhan dan diikutkan pada oprasi perkalian.

9) Kesatuan angka hasil perkalian bilangan satuan, tidak ditambahkan pada

hasil perkalian bilangan puluhan.

10) Antara pembagi dan yang dibagi terbalik

b. Untuk mengasesmen anak berkesulitan belajar matematika, guru dapat

menggunakan teknik diagnostic interview dan tes yang disusun oleh guru itu

sendiri.

c. Pengajaran remedy yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar

matematika harus sistematis, yaitu harus sesuai dengan urutan dari tingkat

konkret, semi konkret, dan tingkat abstrak.

MODUL 9

MENDIDIK ANAK BERKEBUTHAN KHUSUS

Tindak lanjut hasil asesmen adalah pengembangan program yang diawali dengan

penetapan jenis pelayanan pendididkan yang dibutuhkan siswa. Penetapan jenis layanan

pendidikan yang dilakukan melalui langkah-langkah, yaitu

1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa,

2. Mendeskripsikan kemampuan nyata yang dikuasai berdasarkan asesmen,

3. Membnadingkan kemampuan ideal dengan kemapuan nyata, serta

23
4. Mendiskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal dengna kemampuan nyata.

Deskripsi kesenjangan merupakan kebutuhan layanan pendidikan yang kemudian

dikembangkan dengan bentuk Program Pengajaran Individual (PPI). PPI memuat identitas

siswa secaa jelas lengkap dengan masalah dan kemmapuan yang dikuasai, serta dilengkapi

dengna komponen rancangan pembelajaran, yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan penilaian.

Bagi anak-anak tertentuyang tidak mungkin ditangani oleh guru, perlu dilakukan

tindakan referral, yaitu merujuk atau mengirim siswa ke ahli lain untuk asesmen dan

pelayanan program. Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan

berbagai hal yang diperlukan seperti jadwal, materi dan media, serta lembar observasi.

Penilaian program dilakukan selama layanan pendidikan diberikan dan pada akhir

program. Hasil penilaian dalam proses digunakan untuk mengkaji ulang seluruh komponen

program. Kolaborasi dengan anggota tim dilakukan sejak perencanaan sampai dengan

penilaian program.

24

Anda mungkin juga menyukai