B. Lintang Setianti Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (elsam), Jakarta.
ponsel pintar dengan se-
gala aplikasinya telah mengubah kebiasaan hi- dup masyarakat modern. Misal- nya, kita mengawali hari de- ngan berolahraga mengguna- kan aplikasi untuk mengukur detak jantung dan jarak tem- puh, menggunakan jasa trans- portasi berbasis aplikasi untuk menuju tempat kerja.atau se- kolah, atau jasa transportasi publik dengan metode pemba- yaran berupa uang elektronik. Kemudian makan siang de- ngan jasa pemesanan makanan daring dengan sejumlah reward, berkomunikasi dengan keluar- ga dan rekan kerja. Tak jarang juga pembayaran pajak dan asu- ransi, serta berbelanja kebu- tuhan harian keluarga, hingga mendaftar pekerjaan dapat di- lakukan dengan genggaman da- lam jaringan internet. Tentu ak- tivitas di atas menunjukkan ba- gaimana teknologi berkontribu- si dalam pemenuhan kebutuh- an. Konsekuensinya, jejak di- gital konsumen termasuk data Kompas. 24 Februari 2020
pribadi juga tersebar oleh ber-
bagai pihak, termasuk dengan mudah ditelusuri oleh perusa- haan. Pertanyaannya, mungkin- kah kita menikmati kemajuan teknologi tanpa harus menum- balkan privasi kita? Demografi ekonomi digital Indonesia memang sangat bo- nafide. Berdasarkan data We Are Social (2019)/ setiap hari, rata-rata masyarakat Indonesia mengakses internet selama 8 jam 36 menit. Dalam konteks konsumsi digital, 93 persen ma- syarakat Indonesia mencari produk yang ingin dikonsum- sinya melalui internet, dan 86 persen membeli produk dan ja- sa di semua perangkat. Di balik angka-angka tersebut terdapat konsekuensi dan tuntutan lain, yakni melindungi data pribadi konsumen sebagai hak privasi. Studi The Economist (2018) menunjukkan banyak perusa- haan mendapatkan keuntungan dari data yang dikumpulkan. Investasi dalam teknologi baru akan terus bertumbuh, mem- buat data menjadi penting da- lam pengambilan keputusan. Menjaga privasi tetap men- jadi perhatian utama karena Kompas. 24 Februari 2020
perusahaan berusaha menda-
patkan lebih banyak keuntung- an dari data mereka. Hanya 34
persen dari eksekutif menga-
takan perusahaan mereka sa- ngat efektif dalam bersikap transparan dengan pelanggan tentang bagaimana mereka menggunakan data mereka. Se- mentara 9 persen mengaku "agar' atau "sama sekali tak efektif', yang berarti regulator sudah seharusnya tetap was- pada pada bidang ini. Hak konsumen Secara sederhana, hukum perlindungan data pribadi memberikan perlindungan hu- kum bagi data yang bersifat personal atåu yang merupakan data pribadi suatu individu. Se- lain istilah data pribadi yang umumnya digunakan oleh ne- gara-negara Uni Eropa, bebe- rapa negara seperti AS, Kanada, dan Australia menggunakan is- tilah informasi pribadi (perso- nally identifiable information) untuk mendefinisikan jenis da- ta yang bersifat personal ini (Wahyudi Djafar, 2016). Indo- nesia sendiri memilih meng- adopsi istilah "data pribadi" se- Kompas. 24 Februari 2020
bagaimana terlihatp dalam RUU
Pelindungan Data Pribadi. Sayangnya, dalam konteks hak konsumen, data privasi be- lum menjadi salah satu poin yang diakui. Data is New Oil sebagai jargon favorit dalam na- rasi pembangunan ekonomi di- gital menunjukkan bagaimana data diperlakukan sebagai ener- gi baru. Padahal, dalam konteks HAM, pemanfaatan data harus melindungi privasi. Hak ini di- kenal dengan terminologi se- perti hak penghormatan atas privasi atau kehidupan pribadi (keluarga), jaminan perlin- dungan atas rumah, dan tidak adanya intervensi sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Uni- versal Hak Asasi Manusia (DU- HAM) 1948, Kovenan Interna- sional Hak Sipil dan Politik. Dalam konteks kehidupan digital yang terhubung dengan internet, pemanfaatan informa- si data pribadi sebagai salah satu aset untuk pengembangan teknologi harus menguatkan perlindungan terhadap konsu- men. Konsep perlindungan data pribadi sebenarnya berasal dari hak privasi yang keduanya me- rupakan instrumen penting da- Kompas. 24 Februari 2020
lam perlindungan dan mem-
promosikan nilai-nilai funda- mental hak asasi yang menguji penikmatan hak lain, termasuk kebebasan berekspresi dan ber- kumpul. Data dikumpulkan se- tiap kali kita menggunakan in- ternet, baik melalui komputer, ponsel pintar, maupun serang- kaian alat elektronik dengan sensor mampu merekam in- formasi. Data tersebut kemudian di- nilai sebagai sebuah aset yang dimanfaatkan untuk pengem- bangan teknologi atau perlu- asan pasar. Kebocoran data konsumen serta analisisnya akan memengaruhi persaingan usaha karena pihak pesaing da- pat dengan mudah membaca pasar lawan. Dalam arti lain, perlindungan konsumen, khu- susnya dalam hal data, saling berkaitan sebagai kunci dalam penikmatan hak asasi lainnya serta kebutuhan pasar dan per- saingan usaha. Entitas bisnis memiliki tanggung jawab dalam perlindungan dan penghormat- an hak asasi manusia. Salah satu unsur penting da- lam pengelolaan data pribadi adalah persetujuan konsumen Kompas. 24 Februari 2020
sebagai bentuk kendali atas da-
tanya. Melalui kebijakan pri- vasi, perusahaan menjelaskan operasional bisnisnya dalam pemanfaatan data yang dilaku- kan. Sebab, dalam kebijakan tersebut, konsumen diberitahu- kan mengenai hak-hak konsu- men dan proses pengolahan da- ta dalam produk dan layanan- nya. Dengan demikian, cermin komitmen perusahaan dalam melindungi privasi konsumen- nya bermula dari penyusunan kebijakan privasi. Memberikan informasi ke- pada konsumen adalah tugas penting perusahaan. Konsumen harus diberi tahu dengan jelas mengenai kebijakan privasi atas produk atau layanan yang di- gunakannya, termasuk hak-hak yang dimiliki konsumen ber- kaitan dengan kebijakan ter- sebut. Dengan demikian, kon- sumen yang memiliki informasi cukup dapat memberikan per- setujuan untuk memberikan datanya guna menikmati layan- an dan produk yang ditawarkan perusahaan. Pemberian perse- tujuan ini merupakan salah satu alternatif justifikasi suatu pihak mengelola data tertentu. Kompas. 24 Februari 2020
Adapun persetujuan yang di-
berikan kepada konsumen ha- rus diberikan secara bebas, spe- sifik, berdasarkan informasi yang memadai, dan tidak am- bigu. Persetujuan harus dinya- takan tak valid ketika terdapat situasi ketidakseimbangan an- tara konsumen sebagai pemilik data dan pengontrol data. Pem- beritahuan terkait kebijakan privasi untuk memberikan per- setujuan dari konsumen tak bo- leh menimbulkan "kelelahan" yang berpengaruh pada psiko- logis konsumen yang mendo- rong memberikan persetujuan- nya tanpa kesadaran dan in- formasi yang utuh. Dengan de- mikian, dari penyusunan ke- bijakan privasi sangat signifikan dalam membangun ekosistem bisnis digital yang menyadar- kan konsumen akan kendalinya atas data privasi. Tanggung jawab perusahaan Terdapat dua alasan untuk memperkuat peran korporasi dalam hal mendayagunakan in- ternet, termasuk menjamin perlindungan data pribadi. Per- tama, sektor privat merupakan pihak yang kuat yang berpar- Kompas. 24 Februari 2020
tisipasi dalam memberikan
standar arsitektur internet se- hingga memiliki pengaruh lang- sung bagi kemungkinan untuk menginkorporasi prinsip-prin- sip HAM dalam pengambilan kebijakan. Kedua, korporasi juga mam- pu meregulasi pengguna selama beraktivitas dalam jaringannya melalui klausa kontrak yang da- pat sama persis dengan norma hukum yang berlaku di teritori pengguna berada. Dengan de- mikian, perusahaan dalam ke- giatan bisnisnya memiliki tang- gung jawab dalam penghormat- an HAM. Jika mengacu pada tren glo- bal, beberapa upaya telah di- lakukan, baik pada tingkat re- gional maupun internasional dalam rangka memperkuat per- lindungan hak privasi. Misalnya sejak era awal migrasi teknologi konvensional ke digital, tahun 1990 PBB telah memublikasi- kan Panduan tentang Kompu- terisasi Dokumen terkait Data Pribadi, yang menegaskan bah- wa informasi pribadi seorang individu tak dapat dikumpul- kan atau diproses secara me- lawan hukum dan tidak adil. Kompas. 24 Februari 2020
Lebih lanjut pada 2017, Se-
kretaris Jenderal PBB melun- curkan inisiatif Global Pulse tentang big data. Inisiatif ini memiliki fungsi untuk mem- bangun jaringan inovatif labo- ratorium data yang bergerak di bidang big data untuk pem- bangunan. Lalu bagaimana dengan In- donesia? Sebagaimana disebut- kan sebelumnya, angka per- tumbuhan internet dan tran- saksi elektronik di Indonesia yang signifikan sebenarnya me- nunjukkan urgensi bagi peme- rintah dan pelaku usaha dalam membangun ekosistem ekono- mi digital yang memiliki per- spektif perlindungan privasi konsumen. Dengan memperku- at rezim perlindungan data pri- vasi, Indonesia tidak hanya menjadi pasar besar dalam me- nyumbang data untuk mem- bangun teknologi, tetapi juga mengembangkan langkah eko- nomi digital yang sehat dan bermanfaat bagi seluruh ma- syarakat Indonesia, tanpa men- cederai hak-hak warganya.