Aflaha Marisa - 1915012009 - S1 Arsitektur - Teori Paradigma
Aflaha Marisa - 1915012009 - S1 Arsitektur - Teori Paradigma
TEORI ARSITEKTUR II
S1
ARSITEKTUR
DOSEN PENGAMPU :
AGUNG CAHYO N., S.T., M.T.
DINI HARDILLA, S.T., M.T.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Perbedaan antara kultur di Barat dan kultur di Timur secara garis besar
adalah Barat ingin menguasai alam, sedang Timur ingin menyelaraskan
dengan alam. Kultur Barat didominasi oleh pemikiran-pemikiran Yahudi
dan Kristen sedangkan kultur Timur lebih banyak didominasi oleh
pemikiran-pemikiran Hindu, Budha di belahan bumi India dan Asia
Tenggara, bercampur dengan Tao, LaoTse, Konghucu di belahan bumi
Cina, Korea dan Indocina, di Jepang bercampur dengan Shinto. Islam
sebagai agama terkemudian mempengaruhi sebagian besar pemikiran-
pemikiran di Mediteranian, Arab, Persia dan sebagian besar Asia Tenggara.
2.6.1. Fenomenologis
Beberapa teoritisi yang melakukan kajian terhadap
fenomenologi arsitektur sebagai berikut. Husserl, “investigasi yang
seksama atas kesadaran beserta obyeknya”. Martin Heidegger,
“bangunan berbeda dengan hunian (tinggal bersama benda).”
Christian Norberg-Schultz, “potensi yang dimiliki oleh arsitektur
adalah mendukung keberadaan dan kehadiran dari hunian.”
2.6.2. Linguistik dan Semiotika
Sumbangan penting dari semiotika/logi diantaranya adalah
bahasa dikaji secara sinkronik. Tanda sebuah pertalian struktural dari
penanda dengan tertanda. Josef Prijotomo mengatakan “bahasa adalah
sebuah sistem istilah/sebutan yang interdependen dimana nilai dari
setiap istilah/sebutan yang lain.”
2.6.3. Strukturalisme dan Postrukturalisme
Terry Eagleton mengatakan strukturalisme membagi tanda dari
sisi pengacu. Post-strukturalisme membagi penanda dan tertanda
dengan ientitas mandiri. Akibatnya, makna-makna tidak dengan serta
merta hadir dalam sebuah tanda.
2.6.4. Dekonstruksi
Dekonstruksi merupakan salah satu manifestasi post-
strukturalisme yang paling benar.
Sumber 1 sains.kompas.com
Estetika pada awalnya merupakan salah satu cabang ilmu filsafat dan
sudah berkembang lebih luas.
Paradigma Estetika mendorong tiga prinsip dari Vitruvius dan Henry
Wotton pada sisi “venustas” dan “delight”nya. Di era Yunani dan Romawi,
venustas dijabarkan dalam teori estetika, yaitu teori proporsi. Dimasa
Renaissance, ditambahi dengan penemuan Teori Perspektif. Bila di Barat
ada perkembangan perspektif ini, di Timur berkembang sebagai “Arabesque
Geometri”. Kemudian, estetika menjadi ornamentasi, seperti Barok dan
Rokoko. Dimasa yang lebih kontemporer, bosan dengan ornamentasi,
delight, menginspirasi untuk melawannya. Lalu, teori estetikat, geometri
,dan matematika melahirkan bentuk struktural yang indah geometri.
Sumber 6dekoruma.com
Sumber 7ebtke.esdm.go.id
BAB IV
PENUTUP
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/19600
2051987031R._IRAWAN_SURASETJA/Hand_Out/PARADIGMA_DALA
M_BERTEORI_ARSITEKTUR.pdf/08-10-2020/11.46
https://sappk.itb.ac.id/archives/23944/08-10-2002/11.48