Tugas KMB KLP2 Bu Marnila
Tugas KMB KLP2 Bu Marnila
DOSEN:Ns.Marnila Yesni,S.Kep
1
Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: 2579-3837
Vol. 5, No. 2, 2021
Abstrak
Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah
secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti
bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai
dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Tanda dan
gejala klinis penyakit gagal jantung kongestif sebelah kanan menimbulkan masalah
seperti: edema, anorexia, mual dan sakit di daerah perut. Sementara gagal jantung
kiri menimbulkan gejala seperti: cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk
dan penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian kanan dan kiri sama-sama
mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan,
maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Dari hasil survey menurut (WHO) tahun (2019) penderita kardiovaskuler
merenggut sekitar 17,9 juta orang, angka tersebut menyumbang (31%) dari total
kematian dunia. Jumlah kematian akibat penyakit jantung meningkat lebih dari 2
juta sejak tahun 2000, menjadi hampir 9 juta pada tahun 2019. Tujuan penulisan
laporan studi kasus ini mencari pengalaman secara nyata dalam pemberian asuhan
keperawatan pada Tn. W dengan gangguan sistem kardiovaskuler akibat gagal
jantung kongestif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual melalui pendekatan
proses keperawatan dengan metode penulisan diantaranya wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.
W pada gagal jantung kongestif yaitu resiko penurunan curah jantung, gangguan
pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas. Semua diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien teratasi semua pada hari ke-4.
Abstract
Congestive heart failure is the inability of the heart to pump blood effectively
throughout the body. The heart is said to fail not because it stops working, but
because it doesn't pump as hard as it should. As a result, blood can return to the
lungs and other parts of the body. Clinical signs and symptoms of right-sided
congestive heart failure cause problems such as: edema, anorexia, nausea and pain
in the abdominal area. Meanwhile, left heart failure causes symptoms such as
fatigue, palpitations, shortness of breath, coughing and decreased kidney function.
If the right and left sides of the heart both experience failure due to impaired blood
flow and the presence of dams, symptoms of heart failure will appear in the
systemic circulation and pulmonary circulation. From the results of a survey
according to (WHO) in (2019) cardiovascular sufferers claimed about 17.9 million
people, this figure contributed (31%) of the total world deaths. The number of
2
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
deaths due to heart disease
Kongestifhas increased
Di Ruang Rosellaby more
RSUD than 2Kota
Kardinah million
Tegal since 2000, to
almost 9 million in 2019
The purpose of writing this case study report is to seek real experiences in providing
nursing care to Mr. W with cardiovascular system disorders due to congestive heart
failure including aspects bio-psycho-social and spiritual through the nursing process
approach with writing methods including interviews, observations, physical
examinations and documentation. Nursing diagnoses that appeared on Mr. W in
congestive heart failure were the risk of decreased cardiac output, impaired gas
exchange, and activity intolerance. All nursing diagnoses that appeared in the patient
were resolved on the 4th day.
3
Pendahuluan
Menurut Misbach (2011) dalam Miyarti (2019, hal.1), menungkapkan bahwa
kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling utama, karena setiap
manusia berhak untuk memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang dapat
memiliki derajat kesehatan yang optimal karena berbagai masalah diantaranya:
lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah, gaya hidup yang tidak sehat mulai
dari makanan, kebiasaan, maupun lingkungan sekitarnya. Dampak dari melakukan gaya
hidup yang buruk dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, salah satunya yaitu
penyakit degeneratif (Suiraoka, 2012 hal.21).
Penyakit degeneratif merupakan istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit
yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yang dari keadaan normal
menjadi buruk. Dalam proses tersebut seseorang dapat terkena berbagai penyakit kronik
seperti penyakit kardiovaskular, obesitas, diabetes mellitus, stroke, sirosis hepatis, batu
empedu dan lain-lainnya (Elsa Churia Jannety, 2019 hal.3). Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa jika usia sudah diatas 40 tahun semua faktor resiko akan meningkat,
dengan begitu jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural
maupun fungsional seperti sistem aorta dan arteri menjadi kaku dan tidak lurus.
Perubahan ini akibat hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Proses
perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan kekakuan dan
ketebalan yang disebut arterosklerosis yaitu merupakan salah satu penyebab seseorang
mengalami penyakit jantung (Purbianto dan Dwi Agustanti, 2015 hal.199-200).
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal
Jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke (Kemenkes RI, 2014 hal.2).
Sedangkan menurut Elsa Churia Jannety (2019 hal.1), penyakit jantung (kardiovaskuler)
adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan yang dimana gangguan tersebut bisa
bermacam-macam. Gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah jantung, katup jantung,
irama jantung atau gangguan akibat bawaan lahir yang dapat berujung pada keadaan
yang disebut gagal jantung.
Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat (Wajan Juni Udjianti, 2013 hal.153).
4
Fina Alfiani,
Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah
secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja,
namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa
berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya (Anggraini Zaenab, dkk, 2017 hal.73).
Penyebab gagal jantung kongestif digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung
yang mengalami kegagalan. Jika domina pada sisi kiri yaitu: penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, amioliodosis jantung, kedaan curah tinggi (tiroktoksitiosis, anemia,
fistula arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu: gagal jantung kiri,
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit
jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (Aspiani,
2016) dalam (Fajriah Nur Rahmadhani, 2020 hal.2-3).
Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung kongestif sebelah
kanan akan menimbulkan masalah seperti: edema, anorexia, mual dan sakit di daerah
perut. Sementara itu gagal jantung kiri menimbulkan gejala seperti: cepat lelah,
berdebar- debar, sesak napas, batuk dan penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian
kanan dan kiri sama-sama mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan
sirkulasi paru (Aspiani, 2016) dalam (Fajriah Nur Rahmadhani, 2020 hal.3).
Pada pasien gagal jantung kongestif akan menimbulkan masalah keperawatan
aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia
seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola napas tidak efektif,
perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit
nutrisi dan gangguan integritas kulit (Samsi, 2018 hal.3)
Perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien
gagal jantung kongestif yaitu memperbaiki kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat
total dalam posisi, memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan
volume cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspiani, 2016)
dalam (Fajriah Nur Rahmadhani, 2020 hal.3).
Penyakit jantung adalah penyebab kematian nomor 1 di dunia, merenggut sekitar
17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, angka tersebut menyumbang
(31%) dari total kematian dunia. Angka kematian ini, (85%) diakibatkan oleh serangan
jantung dan stroke. Penyakit jantung tetap menjadi penyebab utama kematian di tingkat
global selama 20 tahun terakhir. Namun, sekarang membunuh lebih banyak orang dari
pada sebelumnya. Jumlah kematian akibat penyakit jantung meningkat lebih dari 2 juta
sejak tahun 2000, menjadi hampir 9 juta pada tahun 2019. Penyakit jantung saat ini
mewakili (16%) dari total kematian semua penyebab. Lebih dari 2 juta kematian
tambahan berada di wilayah Pasifik Barat. Sebaliknya, wilayah Eropa telah mengalami
penurunan relatif pada penyakit jantung, dengan kematian turun sebesar (15%) (WHO,
2020).
Di Indonesia data dari Rikesdas tahun (2018), prevalensi penyakit jantung
berdasarkan diagnosis dokter sebanyak (1,5%) atau sebanyak 1.017.290 kasus.
Tertinggi
8
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
pada umur 75+ tahun (4,7%) untuk yang terdiagnosis dokter, sedikit menurun 65-74
tahun (4.6%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi perempuan
(1.6%) dibanding laki-laki (1.3%). Di provinsi jawa tengah prevalensi penyakit jantung
sebanyak (1,6%) atau sebanyak 132.565 kasus (Kemenkes RI, 2019 hal.148-149).
Berdasarkan uraian diatas dan angka kejadian penyakit jantung khususnya di
provinsi jawa tengah masih sangat tinggi maka penulis tertarik untuk menggali lebih
dalam dan membahas kasus tentang penyakit jantung dalam Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
akibat Gagal Jantung kongestif di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal”.
Metode Penelitian
Metode penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Menurut Maesaroh (2020 hal.47), pada situasi darurat mengharuskan tipe
teknik wawancara dimana perawat mengajukan pertanyaan fokus berkaitan dengan
status fisik klien. Perawat dapat menggunakan berbagai teknik wawancara untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dari klien atau sumber lainnya.
Kegiatan wawancara memiliki 4 teknik, antara lain sebagai berikut:
a. Teknik Mencari Masalah. Wawancara mencari masalah mengidentifikasi masalah
potensial klien, dan mengumpulkan data selanjutnya difokuskan pada masalah
tersebut.
b. Teknik Pemecah Masalah. Teknik wawancara pemecah masalah difokuskan pada
pengumpulan data yang lebih mendalam pada masalah spesifik yang diidentifikasi
oleh klien atau perawat.
c. Teknik Pertanyaan Langsung. Wawancara pertanyaan langsung adalah format
terstruktur yang membutuhkan jawaban satu atau dua kata yang sering kali
digunakan untuk mengklarifikasi informasi sebelumnya atau memberikan
informasi tambahan.
d. Teknik Pertanyaan Terbuka. Wawancara pertanyan terbuka ditujukan untuk
mendapatkan respons lebih dari satu atau dua kata. Teknik ini mengarah kepada
diskusi dimana klien secara aktif menguraikan status kesehatan mereka.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan instrument pengamatan langsung
adalah memperoleh data dengan mata tanpa pertolongan alat standar tertentu. Namun
secara psikologik, pengamatan tidak saja didasarkan pada indra mata, tetapi dapat
dilakukan oleh indra lainnya, misalnya indra penciuman, indra pendengaran, indra
peraba dan indra pengecap. Artinya penelitian dengan menggunakan alat evaluasi
yang berbentuk pengamatan langsung dapat dilakukan dengan tes, angket, rekaman
gambar dan rekaman suara (Badriah, 2012 hal.118).
8
Fina Alfiani,
3. Pemeriksaan fisik
Menurut Maesaroh (2020 hal.50), pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-
tanda vital dan pengukuran lainnya, serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Kegiatan pemeriksaan fisik menggunakan 4 teknik, antara lain sebagai berikut:
a. Inspeksi, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
b. Palpasi, adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba: tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan bentuk, ukuran, kelembaban, dan penonjolan.
c. Perkusi, adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan
konsistensi jaringan.
d. Auskultasi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut
stetoskop.
4. Studi dokumentasi
Menurut Setiawan (2016 hal.34), studi dokumentasi yang bisa dijadikan acuan
oleh perawat antara lain adalah KMS, Kartu Keluarga dan cacatan kesehatan lainnya
misalna informasi-informasi tertulis maupun lisan dari rujukan bebagai lembaga
yang menangani keluarga dan dari anggota tim kesehatan lainnya, data sekunder
seperti contoh: hasil laboratorium, hasil X-Ray, dan yang lainnya.
8
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
- pasien mengatakan
nyeri seperti tertekan
Penurunan perfusi
benda berat
- pasien mengatakan jaringan
nyeri pada bagian
dada dan tidak
menjalar ke anggota
tubuh lainnya
DO :
- Pasien tampak pucat
- konjungtiva anemis
- Tampak terdapat
pembesaran vena
jugularis 2 cm
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak
memegangi dada
- Skala nyeri 5 (1-10)
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak
bedrest
- Ukuran jantung
pasien kardiomegali
- Bunyi jantung
murmur
- Irama jantung
irregular
- TD : 150/90 mmHg.
- N : 108 x/menit
- Hb : 12,3 g/dL
2. DS : Gagal pompa ventrikel Gangguan
- Pasien mengatakan
kiri pertukaran gas
sesak
- Pasien mengatakan
pusing
Back failure
- Pasien mengatakan
penglihatan kabur
LVED (Left Ventricular
DO :
- Saat dipalpasi End Diastolik) naik
terdapat nyeri tekan
dikepala
- Terdapat pergerakan Tekanan vena pilmonalis
cuping hidung
meningkat
- Bunyi nafas mengi
8
Fina Alfiani,
Fatigue
Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
kongestif vena sekunder terhadap kegagalan kompensasi jantung ditandai
dengan, pasien mengatakan nyeri dada, pasien mengatakan lemah, pasien
mengatakan nyeri bertambah saat beraktivitas, pasien mengatakan nyeri
berkurang apabila sudah minum obat dan beristirahat, pasien mengatakan nyeri
seperti tertekan benda berat, pasien mengatakan nyeri pada bagian dada dan
9
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
tidak menjalar ke anggota tubuh lainnya, pasien tampak pucat, tampak terdapat
pembesaran vena jugularis 2 cm, pasien tampak meringis kesakitan, pasien
tampak memegangi dada, skala nyeri 5 (1-10), pasien tampak lemas, pasien
tampak bedrest, ukuran jantung pasien kardiomegali, bunyi jantung murmur,
irama jantung irregular, TD : 150/90 mmHg, N : 108 x/menit, Hb : 12,3 g/dL.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumuluasi cairan dalam
alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil ditandai
dengan, pasien mengatakan sesak, pasien mengatakan pusing, pasien
mengatakan penglihatan kabur, terdapat pergerakan cuping hidung, bunyi nafas
mengi, nafas pasien tampak dangkal dan cepat, pengembangan sama dan berat,
terdapat retraksi sterna, tingkat kesadaran apatis (E3M4V5), pasien tampak
terpasang nasal kanul dengan kecepatan 3 L/menit, R : 27 x/menit, saturasi
oksigen 94%.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen jaringan yang kebutuhan akibat sekunder dari penurunan curah jantung
ditandai dengan pasien mengatakan lemah, pasien mengatakan letih, pasien
mengatakan sesak saat melakukan aktivitas, pasien terlihat lemah, pasien
terlihat letih, TD: 150/90 mmHg, N : 108 x/menit, R : 27 x/menit, tonus otot
3 3
3 3
3. Perencanaan
Nama : Tn. W
Umur : 67 tahun
No. Register 986008
Ruang : Rosella
DX Perencanaan
No. Tanggal
Kep. Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 23-06-2021 I Tupan : 1. Atur posisi tidur yang 1. Posisi tersebut
Setelah dilakukan nyaman (fowler/high memfasilitasi ekspansi
tindakan keperawatan fowler). paru.
selama 3x24 jam 2. Bed rest total dan 2. Pembatasan aktivitas
Resiko penurunan mengurangi aktivitas dan istirahat
curah jatung dapat yang merangsang mengurangi konsumsi
teratasi, dengan timbulnya respons oksigen miokard dan
kriteria hasil : valsava/vagal beban kerja jantung.
a. Pasien tampak manuver. Catat reaksi
tidak pucat klien terhadap
b. Tidak terdapat aktivitas yang
pembesaran vena dilakukan.
jugularis 3. Monitor tanda-tanda 3. Tanda dan gejala
c. Nyeri dada pasien vital dan denyut tersebut membantu
hilang apical setiap jam diagnosis gagal
(pada fase akut) dan jantung kiri.
kemudian tiap 2-4
9
Fina Alfiani,
9
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
l. Hb : 13,3 g/dL
2. 23-06-2021 II Tupan : 1. Posisikan pasien semi 1. Memfasilitasi
Setelah dilakukan fowler dan batasi ekspansi paru dan
tindakan keperawatan jumlah pengunjung. mengurangi konsumsi
selama 3x24 jam 2. Bed rest total dan oksigen miokard.
Gangguan pertukaran batasi aktivitas 2. Meminimalkan
gas dapat teratasi, selama periode sesak kelelahan dan
dengan kriteria hasil : napas, bantu membantu
a. Pernapasan mengubah posisi. keseimbangan suplai
pasien adekuat 3. Auskultasi suara dan kebutuhan
b. Pasien tidak napas dan catat oksigen.
merasa pusing adanya rales 3. Terdengarnya
c. Penglihatan (crackles) atau ronkhi crackles, pola napas
pasien tidak dibasal paru, PND atau orthopnea,
kabur wheezing. sianosis, peningkatan
d. Tidak terdapat PAWP
pergerakan mengindikasikan
cuping hidung 4. Observasi kecepatan kongesti pulmonal,
e. Bunyi nafas pernapasan dan akibat peningkatan
normal kedalaman (pola tekanan jantung sisi
f. Nafas pasien napas) tiap 1-4 jam. kiri.
tampak tidak 4. Takipnea, pernapasan
dangkal dan cepat dangkal dan gerakan
g. Tidak terdapat 5. Monitor tanda dan dada tak simetris
retraksi sterna gejala hipoksia sering terjadi karena
h. Tingkat (perubahan nilai gas ketidaknyamanan
kesadaran darah; takikardia; gerakan dada atau
compos mentis peningkatan sistolik cairan paru.
(E4M5V6). tekanan darah; 5. Tanda gejala hipoksia
i. Pasien tidak gelisah; bingung, megindikasikan tidak
terpasang pusing, nyeri dada, adekuatnya perfusi
oksigen. sianosis di bibir dan jaringan akibat
j. R : 20 x/menit. membran mukosa). kongesti pulmonal
k. Saturasi oksigen 6. Observsi tanda-tanda dampak dari gagal
98% kesulitan respirasi, jantung kiri.
pernapasan Cheyne. 6. Pernapasan Cheyne
Tupen : stokes
Setelah dilakukan 7. Auskultasi suara mengindikasikan
tindakan keperawatan napas dan catat kerusakan.
selama 1x24 jam adanya rales 7. Terdengarnya
Gangguan pertukaran (crackles) atau ronkhi crackles, pola napas
gas teratasi sebagian, dibasal paru, PND atau orthopnea,
dengan kriteria hasil : wheezing. sianosis, peningkatan
a. Sesak nafas PAWP
pasien berkurang 8. Observasi kecepatan mengindikasikan
b. Pusing pada pernapasan dan kongesti pulmonal,
pasien berkurang kedalaman (pola akibat peningkatan
c. Penglihatan kabur napas) tiap 1-4 jam. tekanan jantung sisi
berkurang kiri.
d. Pergerakan 9. Monitor tanda dan 8. Takipnea, pernapasan
cuping hidung gejala hipoksia dangkal dan gerakan
berkurang (perubahan nilai gas dada tak simetris
e. Bunyi nafas darah; takikardia; sering terjadi karena
mengi berkurang peningkatan sistolik ketidaknyamanan
f. Nafas dangkal tekanan darah; gerakan dada atau
dan cepat gelisah; bingung, cairan paru.
berkurang pusing, nyeri dada, 9. Tanda gejala hipoksia
g. Retraksi sterna megindikasikan tidak
berkurang
9
Fina Alfiani,
9
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
aktivitas
berkurang
d. TD : 140/80
mmHg
e. N : 100 x/menit
f. R : 20 x/menit
g. Tonus
otot 3 3
3 3
4. Implementasi
Nama : Tn. W
Umur : 67 tahun
No. Register : 986008
Ruang : Rosella
DX.
No. Tanggal Kep. Implementasi Paraf
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 24 Maret 2021 I Jam 09.15 wib Fina
T1: Mengatur posisi tidur yang nyaman Alfiani
(fowler/high fowler).
R1: pasien mengatakan sesak berkurang.
Jam 09.20 wib
T2: menganjurkan pasien bed rest total dan
mengurangi aktivitas yang merangsang
timbulnya respons valsava/vagal
manuver. Catat reaksi klien terhadap
aktivitas yang dilakukan.
R2: pasien mengurangi aktivitas sehingga
mengurasngi nyeri dada dan sesak.
Jam 09.25 wib
T3: Memonitor tanda-tanda vital dan
denyut apical setiap jam (pada fase akut)
dan kemudian tiap 2-4 jam bila fase akut
berlalu.
R3: TD: 140/80 mmHg
N : 106 x/menit
R : 25 x/menit
Jam 09.30 wib
T4: Memonitor dan catat tanda-tanda
distritmia, auskultasi perubahan bunyi
jantung
R4: bunyi jantung murmur
Jam 09.35 wib
T5: Berkolaborasi tim gizi untuk memberikan
diet rendah garam, rendah protein dan
rendah kalori (bila pasien obesitas) serta
cukup selulosa.
R5: pasien diberikan makanan berupa sayuran
Jam 09.40 wib
T6: Melakukan latihan gerak secara pasif (bila
fase akut berlalu) dan tindakan lain
untuk mencegah tromboemboli.
9
Fina Alfiani,
9
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
5. Evaluasi
Nama : Tn. W
Umur : 67 tahun
No. Register : 986008
Ruang : Rosella
Dx.
No. Tanggal Evaluasi Paraf
Kep.
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 24 Maret 2021 I S: Fina
- Pasien mengatakan masih nyeri dada Alfiani
- Pasien mengatakan masih lemah
- pasien mengatakan masih merasa nyeri
seperti tertekan benda berat
- pasien mengatakan nyeri pada bagian dada
dan tidak menjalar ke anggota tubuh lainnya
O:
- Pasien tampak pucat
- Tampak terdapat pembesaran vena jugularis
2 cm
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien tampak memegangi dada
- Skala nyeri 5 (1-10)
- Pasien tampak lemasUkuran jantung pasien
kardiomegali
- Bunyi jantung murmur
- Irama jantung irregular
- TD : 150/90 mmHg
- N : 108 x/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2. 24 Maret 2021 II S: Fina
- Pasien mengatakan sesak berkurang Alfiani
- Pasien mengatakan masih sedikit pusing
- Pasien mengatakan penglihatan kabur
berkurang
O:
9
Fina Alfiani,
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara teori dengan kasus
yang diperoleh penulis. Penulis telah melakukan asuhan keperawatan kepada Tn.W
dengan gangguan sistem kardiovaskuler akibat gagal jantung kongestif di ruang
rosella RSUD Kardinah Kota Tegal selama 4 hari yaitu tanggal 23 maret 2021
sampai 26 maret 2021. Penulis menemukan kesenjangan antara teori yang didapat
dengan kenyataan yang ada. Untuk mempermudah pada pembahasan ini, penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses-proses keperawatan. Dalam
hal ini penulis menggunakan suatu pendekatan untuk mengumpulkan data dari
pasien, keluarga, atau catatan medis baik berupa data subjektif maupun objektif.
Pada saat melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak mengalami
hambatan karena pasien dan keluarga bisa diajak kerjasama dengan baik, sehingga
tahap pengkajian bisa dilaksanakan dengan lancar.
Pada tahap ini, penulis mendapatkan data yang diperoleh dari hasil
wawancara yaitu pasien mengeluh nyeri dada, sesak, lemah, pusing, penglihatan
kabur dan pucat. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh data terdapat nyeri tekan
saat dipalpasi, konjungtiva anemis, terdapat pergerakan cuping hidung, terdapat
9
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
pembesaran vena jugularis, terdapat retraksi sterna, saat diauskultasi bunyi nafas
pasien mengi, napas pasien nampak dangkal dan cepat, ukuran jantung
kardiomegali, bunyi jantung murmur, irama jantung irregular, tonus otot
ekstremitas atas dan bawah bernilai tiga. Pada tahap ini, penulis menemukan
kesenjangan antara kasus dengan teori menurut Wajan Juni Udjianti (2013,
hal.160) yang tidak dikeluhkan oleh pasien yaitu palpitasi atau berdebar-debar,
paroxysmal nocturnal dispnea (PND) atau orthopnea, batuk (hemaptoe), tidur
harus pakai bantal lebh dari dua buah, tidak nafsu makan, mual, muntah,
insomnia, Kaki bengkak dan berat badan bertambah, jumlah urin menurun,
serangan timbul mendadak/sering kambuh.
2. Diagnosis Keperawatan
Setelah melakukan tahap pengkajian penulis melakukan analisa data dan
penegkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Penulis
menemukan bahwa tidak semua diagnosa keperawatan secara teoritis dapat
ditegakkan, ada satu diagnosa yang tidak ada dalam teoritis, tetapi dapat
ditemukan sebagai masalah yang harus diselesaikan.
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori menurut Wajan Juni Udjianti (2013,
hal.161-172), adalah sebagai berikut :
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
kongestif vena sekunder terhadap kegagalan kompensasi jantung.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumuluasi cairan dalam
alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil.
c. Risiko terhadap atau kelebihan volume cairan : edema berhubungan dengan
peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, penurunan aliran darah ke
ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus (peningkatan peroduksi ADH dan
retensi air
+ garam).
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri, sesak napas dan lingkungan
rumah sakit yang asing bagi klien.
e. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit: ulkus dekubitus berhubungan
dengan imobilisasi/intoleransi aktivitas, edema dan perubahan perfusi jaringan.
f. Risiko terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan efek terapi diuretik
yang berlebihan.
g. Perubahan konsep diri (peran,harga diri) berhubungan dengan perubahan
kondisi fisik dan prognosis penyakit.
Sedangkan diagnosa yang didapatkan penulis pada kasus Tn.W adalah :
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
kongestif vena sekunder terhadap kegagalan kompensasi jantung.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumuluasi cairan dalam
alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tapi tidak muncul pada
tinjauan teoritis adalah:
9
Fina Alfiani,
1
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan keperawatan, mulai tanggal 23 sampai dengan tanggal 26
maret 2021yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien sehingga
mempunyai kemampuan hidup mandiri guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Metode
penulisan yang digunakan adalah dengan pendekatan proses keperawatan. Pengumpulan
data melalui wawancara dan observasi melalui data subjektif dan objektif yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Berdasarkan data di Indonesia dari Rikesdas tahun (2018), prevalensi penyakit
jantung berdasarkan diagnosis dokter sebanyak (1,5%) atau sebanyak 1.017.290 kasus.
Tertinggi pada umur 75+ tahun (4,7%) untuk yang terdiagnosis dokter, sedikit menurun
65-74 tahun (4.6%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi
perempuan (1.6%) dibanding laki-laki (1.3%). Di provinsi jawa tengah prevalensi
penyakit jantung sebanyak (1,6%) atau sebanyak 132.565 kasus.
Dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa gagal jantung kongestif adalah
kegagalan memompa darah keseluruh tubuh sehingga tidak dapat mencukupi
kebutuhan. Hal ini disebabkan karena kerusakan kontraktilitas jantung yang berkurang
dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk dan lama-
kelamaan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrien ke seluruh
tubuh.
Penyebab gagal jantung kongestif digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung
yang mengalami kegagalan. Jika domina pada sisi kiri yaitu: penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, amioliodosis jantung, kedaan curah tinggi (tiroktoksitiosis, anemia,
fistula arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu: gagal jantung kiri,
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit
jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif.
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.W dengan gangguan sistem
kardiovaskuler akibat gagal jantung kongestif, didapatkan masalah keperawatan
berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada pasien yaitu : 1. Resiko penurunan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung kongestif vena sekunder
terhadap kegagalan kompensasi jantung ditandai dengan, pasien mengatakan nyeri dada,
pasien mengatakan lemah, pasien mengatakan nyeri bertambah saat beraktivitas, pasien
mengatakan nyeri berkurang apabila sudah minum obat dan beristirahat, pasien
mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat, pasien mengatakan nyeri pada bagian
dada dan tidak menjalar ke anggota tubuh lainnya, pasien tampak pucat, tampak
terdapat pembesaran vena jugularis, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
memegangi dada, skala nyeri 5 (1-10), pasien tampak lemas, pasien tampak bedrest,
ukuran jantung pasien kardiomegali, bunyi jantung murmur, irama jantung irregular, TD
: 150/90
1
Fina Alfiani,
1
Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal
Daftar Pustaka
103