Anda di halaman 1dari 11

Makalah PAI

Sejarah Tradisi Islam di Indonesia

Kelompok 4
Anggota:
 Demaulidimas Kuncoro (13)
 Fawaz Firzatullah (15)
 Hanun Daffa Andhika (16)
 Rafirijal Muhamad (27)

SMP NEGERI 1 CILEGON


2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah,
sekaten. Setiap daerah dimana Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang
merupakan pengaruh Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti
halnya di Sumatera, di daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun
dengan meberikan warna Islam.
1.2     Permasalahan
Macam-macam tradisi islam di nusantara?
Cara Melestarikan Tradisi Islam di Indonesia
Akulturasi Budaya Islam
1.3     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sejarah tradisi islam di Indonesia.
2.      Menambah wawasan.
3.      Memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Tradisi
Tradisi islam di nusantara adalah sesuatu yang menggambarkan tradisi islam dari berbagai
daerah di indonesia yang melambangkan kebudayaan islam dari daerah tersebut.
2.2    Tradisi dan seni bernuansa islam di nusantara
Setiap daerah dimana islam masuk sudah terdapat masing-masing. Ada yang merupakan
pengaruh hindu dan budha adapun tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya di
Sumatera, di daerah lainpun para mubaligh memulai memilih mempertahnkannya namun
memberikan warna islam.
Berikut ini beberapa tradisi Islam yang ada di Indonesia:
1.        Ziarah
Ziarah adalah kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi
lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara
melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat
syahadat dan  berdoa.
2.        Tahlilan
Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Allah dengan
membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil
(laailaaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan
sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT (tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah
meninggal dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1000 dan khaul (tahunan).
Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan
dan sesaji. Dalam agama islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung unsur
kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat atau laut pauk yang bisa dibawa
pulang oleh para peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan
maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi
mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.
3.        Sekaten
Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan
Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan pula pada bulan
Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari keraton ke halaman masjid
Agung Yogya dan dibunyikan  siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awwal. Tradisi
ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi
pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten.  Syair lagu berisi
pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat sahadat atau syahadatain,
kemudian menjadi sekaten. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur,
dan Cirebon.
4.        Grebeg Maulud 
Grebek Maulud merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Keraton yang rutin diadakan
pada setiap tahunnya. Grebeg Keraton sendiri merupakan upacara adat di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan serta melindungi agama
Islam. Nama grebeg berasal dari peristiwa miyos atau keluarnya dari dalam istana bersama
keluarga dan kerabatnya untuk memberikan gunungan kepada rakyatnya. Pada malam tanggal 11
Rabiul Awwal ini Sri Sultan beserta pembesar kraton Yogyakarta hadir di masjid Agung.
Dilanjutkan pembacaan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah agama.
5.        Takbiran
Takbir adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idhul Fitri
dan Idhul Adha. Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan mengucapkan
takbir bersama -sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung (takbir keliling).
6.        Muludan
 Muludan adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan
mengadakan Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk
membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang Salib. Peringatan maulid Nabi
sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di Indonesia
peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari Presiden sampai rakyat di desa.
Kegiatan ini diisi dengan pembacaan riwayat Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti
perlombaan.
7.         Tabut/Tabuik
 Dilaksanakan pada hari Asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan
dan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di
Karbela. Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir pantai
kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah terlaksananya acara
lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan makanan. Upacara ini dilaksanakan
secara turun temurun di daerah Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu.
8.        Adat Basandi Syara
Syara Basandi Kitabullah, Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama
Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al Quran (Kitabullah). Adat
Minangkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat basandi syara,
syara basandi Kitabullah (Adat bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Allah).  
9.        Seni Tradisi Genjring
Seni tradisi disini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada umumnya.
Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian ini tradisi ini lebih banyak ynag berbasisi di
mesjid. Pada masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk melakukan pembinaan generasi muda,
karena hampir setiap malam anak-anak muda bertemu di mesjid. Namun saat ini kesenian ini
sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua
(50 tahunan).
Dalam seni tradisi islam ini, syiiran shalawat dilantunkan secara rampak dengan diiringi
tabuhan rebana, tanpa tarian. Oleh masyarakat lokal, tabuhan rebana ini disebut genjring hal ini
mungkin dimaksudkan untuk mendekati bunyi rebana yang mirip bunyi “jring”, orang bilang “
genringan”. Seperti halnya kesenian islam lain yang memberikan puji-pujian bagi Nabi
Muhammad SAW.
Kesenian ini di msayarakat Banyumas seringkali digunakan untuk mengarak sunatan. Dalam
prosesi ini, gengring dilakukan sambil jalan beberapa ratus meter menyambut datangnya
pengantin sunatan yang datang dari tempat disunat tersebut. Si anak dinaikkan di becak yang
telah dihias, yang kemudian dibelakangnya diikuti para pemain genjring. Menurut keterangan
masyarakat Purwokerto dan Banyumas hal ini dimaksudkan selain untuk mnambah kemeriahan
pesta, mengurangi rasa sakit pada si anak (karena keramaian tertuju pada keramaian), juga
dimaksudkan dengan adanya hikmah dari pembacaan sholawat tersebut.
Kesenian ini biasanya dimainkan antara 12 sampai 30 orang. Penabuh terbang bisa
bergantian dan nyanyian dilakukan secara serempak dengan menggunakan bahasa arab.
10.     Kesenian singiran
Kesenian ini sangat jarang ditemui karena semakin punah, seiring kemajuan jaman,
meninggalnya para pelakunya, dan sengaja di counter kelompok tertentu (islam modern) karena
dianggap ada penyimpangan dari islam. Kesenia singiran merupakan salah satu bagian integral
dari ekspresi seni tardisi umat islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi
memperingati seribu hari kematian salah satu warga. Jika dilihat dari isinya, seni tradisi ini
berisikan nasihat-nasihat bagi si mayat dan nasehat kebaikan bagi anak cucu yang masih hidup
untuk selalu mendoakan orang tua mereka. Kelompok kesenian ditemukan salah satunya  di
daerah Tamantirto, Kasihan,Bantul,DIY. Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai “singir
ndajaratan” yang artinya “tembang kematian”. Selain menarasikan nasehat-nasehat kebaikan
kesenian ini jud=ga dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur melalui
pembacaan narasi syiiran. Kesenian semakin digerus oleh persperktif islam modenis dan banyak
digantikan dengan tahlil dan yasianan. Kesenian ini tidak menggunakan alat musik, namum
diiringi tahlil bersma sepanjang pembacaan singir-singirnya. Sedangkan irama atau langgam
singir digunakan langgam-langgam macapat. Secara garis besar kesenian ini diawali pembacaan
tahlil, kemudian bacaan singir secara bergantian, dan kemudian pembacaan sholawat (srokal)
serta diakhiri doa.
11.    Sholawat Jawi
Kesenian sholawat ditemuka di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di
sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan
salah satu bentuk ketegasan jawanisasi kesenian islam. Kesenian yang berkembang seiring
dengan tradisi peringatan maulid nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada
nabi Muhammad dengan medium bahasa jawa, bahakan juga dengan melodi-melodi jawa.
Kyai soleh yang menyebabkan tembang-tembang berbahasa jawa yang sampai saat ini
tulisannya menjadi pedoman para pelaku seni sholawat jawi, meskipun beliau sudah lama
meninggal.
12.    Muharram
Tanggal 1 Muharram dalam kalender kaum muslimin sedunia telah tercatat sebagai hari
bersejarah dalam kehidupan mereka. Pada 1426 tahun lalu Umar Bin Khattab, khalifah kedua
telah mencanangkan 1 muharram sebagai awal kalender kaum muslimin.
13.    Halal Bihalal
Halal bihalal adlah kata yang sering diucapkan dalam suasana idul fitri yang merupakan
suatu istilah keagamaan yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, kamus bahasa indonesia
menggantikan “acara maaf memaafkan pada hari lebaran” maka halal bihalal mengandung unsur
silaturahmi.
Halal bihalal sebagai tradisi islam Indonesia tentulah akhir sejarah yang di gali dari
kesadaran tokoh-tokoh umat masa lalu untuk membangun jalinan hubungan yang harmonis
antara berbagai komponen umat untuk meluruskan permasalahan umat islam menuju yang lebih
baik.
14.    Seni kaligrafi Al-Qur’an dan Al-Hadits
Seni kaligrafi yang artinya karya tulis tangan indah hasil kreasi estetik yang beguna untuk
memenuhi kebutuhan jiwa muslim (rohani) dalam mencintai Al-Qur’an dan As- Sunah Nabi.
Karena keindahannya, seni kaligrafi ini dapat difungsikan untuk hiasan, logo, stempel, sampul
kitab, pesan-pesan tauhid dan moral bagi kaum muslimin, penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, dan
masih banyak lagi funsi-fungsinya.
Di Indonesia, seni kaligrafi ini telah berkembang mulai abad 12 masehi atau semenjak
kerajaan islam muncul dan berdiri dibeberapa wilayah Indonesia, sepaerti Aceh, Demak,
Ternate, Tidore, Maluku, Cirebon, Banten, Madura, Nusa Tenggara barat, dan sebagainya.
Adapun corak atau gaya seni kaligrafi, yang berkembang di Indonesia, antara lain, seperti
gaya kufi, gaya naskhi, gaya Ri’ki, gaya Farisi, dan gaya Diwani.
Gaya kufi ini dibentuk oleh beberapa gaya geometris kaku dan matematik. Biasanya
digunakan untuk manghias masjid, gedung – gedung pemerintah, tembok-tembok dingding
istana raja, gapura masjid, majalah, benda-benda senjata, dsb.
15.     Hiasan (ornament) Arabeska
Ragam hias Arabeska, yaitu jenis hiasan yang salin jalin menjalin simpai, lilit melilit
tumpang tindih seperti irama huruf Arab. Ragam hias ini sebenarnya sederetan huruf arab, tetapi
dibentuk seperti bentuk binatang, manusia maupun buah-buahan, dan sebagainya.
16.    Kasidah
Kasidah adalah bentuk syair epik kesustraan arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan
lirik berisi puji-pujian untuk kaum muslim.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa indonesia selain arab. Grup kasidah
modern membawa seornag penyanyi bintang yang paduan suara wanita. Alat musik yang
dimainkan adlah rebana dan mandolin, disertai alat – alat modern, misalnya biola dll.
Cara melestarikan budaya islam :

Kenali Budaya

Dalam hal ini, ada berbagai macam cara yang dapat anda lakukan untuk mengenali
budaya anda.

1. Mencari tahu tentang budaya anda


Jika anda memang belum benar-benar memahami budaya anda, hal yang harus
anda lakukan ialah anda harus mencari tahu berbagai macam informasi yang
berhubungan dengan budaya anda. Anda bisa mendapatkan informasi tersebut melalui
bermacam-macam literatur seperti buku, ensiklopedi, atau bisa juga melalui surat kabar.
Apalagi, saat ini, banyak literatur yang membahas mengenai budaya dan kebudayaan
sehingga anda akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai budaya anda.
2. Mengikuti kegiatan budaya
Untuk dapat mengenal budaya yang ada di daerah anda, setelah mempelajari
tentang budaya anda, mengikuti kegiatan budaya merupakan langkah yang tepat. Jika
anda mengikuti kegiatan budaya ini, tentu saja anda akan lebih cinta terhadap budaya
yang ada. Dalam mengikuti kegiatan budaya, sebaiknya anda terlibat langsung di dalam
sebuah kontes misalnya sebab jika anda hanya mengikuti kegiatan budaya sebatas
sebagai penonton atau peserta saja, anda tidak akan mendapatkan pengalaman yang
mengesankan. Misalnya saja anda ingin mengikuti kegiatan budaya Banyumas seperti
pementasan kentongan. Akan lebih baik jika anda menjadi pemain kentongan tersebut
sebab anda akan lebih merasakan euforia kebudayaan anda.

Ajarkan Budaya kepada Orang Lain

Setelah anda mengenal betul budaya anda, mulai dari sejarahnya sampai macam-
macam kebudayaan yang lahir dari budaya tersebut, langkah selanjutnya yang harus anda
lakukan adalah memberikan pengajaran kepada orang lain.

1. Mengajar di sekitar lingkungan anda


Untuk melakukan ini, anda bisa membuka sebuah kelas khusus budaya. Dalam kelas
ini, sebaiknya siswa yang bergabung adalah anak-anak sampai remaja sebab dalam
rentang umur tersebutlah, mereka akan mudah terpengaruh dengan budaya asing yang
dianggap lebih kekinian. Dapat anda lihat bahwa saat ini, makin banyak anak-anak dan
remaja yang tidak tahu tentang budaya mereka yang tergantung dengan peran orang tua
dalam mendidik anak.

2. Mengajar di sekolah
Selain membuka kelas budaya di sekitar lingkungan anda, anda pun bisa berbagi
pengetahuan tentang budaya dengan anak-anak sekolah. Dalam hal ini, yang mungkin
dapat anda lakukan ialah dengan menjadi salah satu staf pengajar seni budaya atau bisa
juga dalam ekstrakulikuler budaya di sekolah. Jika anda bukanlah seorang lulusan guru
seni budaya, maka pilihan menjadi pelatih ekstrakulikuler merupakan ide yang bagus.
Anda bisa menjadi pelatih di SD, SMP, maupun di SMA.
Akulturasi Budaya Islam

1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, dan
makam.Contohnya Masjid Aceh di Aceh
Selain bangunan masjid, bentuk akulturasi juga terlihat dari makam, seperti Makam Sendang
Duwur 

2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias
Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil
perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias. ditengah ragam
hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.

3. Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau
biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan
bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai
motif hiasan ataupun ukiran.

4. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.

5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan
Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran
bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah,
sekaten. Setiap daerah dimana Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang
merupakan pengaruh Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti
halnya di Sumatera, di daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun
dengan meberikan warna Islam.

Anda mungkin juga menyukai