Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANTENATAL CARE”

OLEH

TRISAL RENEKONA MBOLIK

171111036

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Careadalahperawatan yang
dilakukanataudiberikankepadaibuhamilmulaidarisaatawalkehamilanhinggasaatpersalin
an. Antenatal Care(ANC) adalahsuatupelayanan yang
diberikanolehperawatkepadaibuhamil, sepertipemantauankesehatansecarafisik,
psikologis, termasukpertumbuhandanperkembanganjaninsertamempersiapkan proses
persalinandankelahiransupayaibusiapmenghadapiperanbarusebagai orang tua.
Pelayanan antenatal
merupakanpelayanankesehatanolehtenagakesehatanuntukibuselamamasa
kehamilannyasesuaidenganstandarpelayanan antenatal yang
ditetapkandalamStandarPelayananKebidanan (SPK). Sedangkantenagakesehatan yang
berkompetenmemberikanpelayanan antenatal kepadaibuhamilantara lain
dokterspesialiskebidanan, dokter, bidandanperawat(Wagiyo&Putrono, 2016).
2. Tujuan kunjungan Antenatal Care
Tujuan antenatal care
untukmenjaminperlindunganterhadapibuhamildanataujaninberupadeteksidinifaktorrisi
ko, pencegahan, danpenanganandinikomplikasikehamilan. Tujuanasuhankeperawatan
antenatal adalahmendeteksisecaradinirisikokomplikasi yang
mungkindialamiibuselamahamil, mencegahkomplikasiselamahamil,
memantaukesehatanibudanjanin, membantudanmemfasilitasi proses adptasi yang
terjadisehinggaibudapatberadaptasidenganperubahanfisikdanperanbarunya,
menginformasikankunjunganulang, menentukanusiakehamilandanperkiraanpersalinan,
menurunkanmorbiditasdanmortalitasibudan perinatal (Manurung, Tutiany, &
Suryati,2011).
3. JadwalkunjunganAntenatal Care
Program pelayanankesehatanibu di Indonesia menganjurkan agar
ibuhamilmelakukanpemeriksaankehamilan minimal empatkaliselama masa kehamilan.
Pemeriksaankehamilansesuaidenganfrekuensi minimal di tiap trimester:
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (usiakehamilan 0-12 minggu),
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (usiakehamilan 12-24 minggu),
3) minimal dua kali pada trimester ketiga (usiakehamilan 24 minggusampaipersalinan)
(Kemenkes RI, 2018).
Ibuhamilmelakukankunjungan antenatal careminimal empat kali yaitu :
1) Kunjungan pertama /K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data
dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE
pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan
laboratorium(Wagiyo&Putrono, 2016).
2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujunganantenatalcareminimal
satukali.Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, atau cacat bawaan.Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis
keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin
(Wagiyo&Putrono, 2016).
3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatalcaresetiap dua
minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan:
anamnesis keluhan dan gerakjanin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak
janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko
kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium
ulang(Wagiyo&Putrono, 2016)
4. Standar asuhan pelayanan antenatal care(ANC)
Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali (anamnesis, dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali kehamilan risiko tinggi/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, IMS/ infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan, serta tugas terkait
lainnyayang diberikan oleh Puskesmas, data tercatat dengan tepat pada setiap
kunjungan, bila di temukan kelainan mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikanharussesuai dengan standar dan
memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut(Kemenkes RI, 2018)
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundusuteri).
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana).
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus.
5. Manfaat Antenatal Care
Dapatditemukannyaberbagaikelainan yang menyertaikehamilansecaradini,
Sehinggadapatdiperhitungkandandipersiapkanlangkah-
langkahdalampertolonganpersalinanya(Manuaba, 2010).
6. Langkah-langkahdalamperawatankehamilanatau Antenatal Care
Pelayanan antenatal dalampenerapanoperasionalnyadikenaldenganstandar minimal
“10 T” yang terdiridari :
1) PengukuranTinggiBadandanBeratBadanpenimbanganberatBeratBadansetiap kali
periksa. Sejakbulan ke-4 pertambahanberatbadan paling sedikit 1kg/bulan (Buku
KIA 2016).
2) PengukuranTekananDarah
Tekanandarah normal 120/80 mmhg. Bilatekanandarahlebihbesaratausamadengan
140/90 mmhgada factor resikohipertensi (TekanandarahTinggi) dalamkehamilan
(Buku KIA 2016).
3) PengukuranLingkarLenganAtas (LILA)
Bila<kurangdari 23,5 cm
menunjukanibuhamilmenunjukanibuhamilKurangEnergiKronis ((ibuhamil KEK)
danberesikomelahirkanbayiBeratBadanRendah (BBLR) (Buku KIA 2016).
4) PengukuranTinggi Rahim
Pengukurantinggirahimbergunauntukmelihatpertumbuhanjaninapakahsesuaidengan
usiakehamilan (Buku KIA 2016).
5) PenentuanLetakJanin (Presentasejanin) danperhitungan
6) DenyutJantungJanin.
Apabila Trimester III
bagianbawahjaninbukankepalaataukepalabelummasukpanggul,
kemungkinanadakelainanletakatauadamasalah lain. Biladenyutjantungkurangdari
120 kali/menitmenujukanadatandagawatjanin, segerarujuk(Buku KIA 2016).
7) Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
olehpetugasuntukselanjutnyabilamanadiperlukanmendapatkansuntikan Tetanus
Toksoidsesuaianjuranpetugaskesehatanuntukmencegah Tetanus padaIbudanBayi
(Buku KIA 2016).2. PengukuranTekananDarah. Tekanandarah normal 120/80
mmhg. Bilatekanandarahlebihbesaratausamadengan 140/90 mmhgada factor
resikohipertensi (TekanandarahTinggi) dalamkehamilan (Buku KIA 2016).
8) PengukuranLingkarLenganAtas (LILA)
Bila<kurangdari 23,5 cm
menunjukanibuhamilmenunjukanibuhamilKurangEnergiKronis ((ibuhamil KEK)
danberesikomelahirkanbayiBeratBadanRendah (BBLR) (Buku KIA 2016).
9) PengukuranTinggi Rahim
Pengukurantinggirahimbergunauntukmelihatpertumbuhanjaninapakahsesuaidengan
usiakehamilan (Buku KIA 2016).
10) PenentuanLetakJanin (Presentasejanin) danperhitungan
DenyutJantungJanin.Apabila Trimester III
bagianbawahjaninbukankepalaataukepalabelummasukpanggul,
kemungkinanadakelainanletakatauadamasalah lain. Biladenyutjantungkurangdari
120 kali/menitmenujukanadatandagawatjanin, segerarujuk(Buku KIA 2016).
7. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
olehpetugasuntukselanjutnyabilamanadiperlukanmendapatkansuntikan. Tetanus
ToksoidsesuaianjuranpetugaskesehatanuntukmencegahTetanus padaIbudanBayi (Buku
KIA 2016).

8. Pemberian Tablet TambahDarah


Ibuhamilsejakawalkehamilanminum 1 tablet tambahdarahsetiaphari minimal
selama 90 hari. Tablet tambahdarahdiminumpadamalamhariuntukmengurangi rasa
mual (Buku KIA 2016).
9. Pemeriksaan Leopold
Palpasi Leopold terdiridari 4 langkahyaitu ( Wahyuningsih,2016)
1) Leopold I
Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundusuteri dan bagian janin yang
terdapat pada bagian fundusuteri
2) Leopold II
Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi
lateral maternal.
3) Leopold III
Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian presentasi dari janin dan
memastikan apakah bagian terendah janin masuk panggul.
4) Leopold IV
Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk
panggul.
Pemeriksaan palpasi Leopold dari deskripsi hasil pemeriksaan dengan rabaan
tangan, sehingga mampu menentukan diagnosa tentang janin tunggal atau ganda,
umur kehamilan, letak, presentasi, punggung kanan atau kiri yang berada pada sisi
lateral, area punctummaksium untuk auskultasi, serta menentukan sejauh mana janin
masuk panggul. Adapun mengenai deskripsi hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut.
a) Leopold 1: memperoleh rabaan seberapa tinggi fundusuteri dengan rabaan jari
tangan terhadap titik tunjuk area pada abdomen ibu. Selanjutnya mengestimasikan
umur kehamilan berdasarkan tinggi fundusuteri. Tinggi fundusuteri yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan Leopold 1 ini juga dapat menjadi cross cek terhadap umur
kehamilan yang telah dihitung dari HPMT (Hari Pertama Menstruasi
Terakhir).Pada pemeriksaan Leopold 1 juga meraba adanya bagian janin yang
berada di area fundusuteri. Deskripsi terhadap bagian janin yang berada di area
fundusuteri, apabila teraba bagian janin yang keras, bundar dan melenting, maka
interpretasinya bagian yang berada di area fundusuteri adalah kepala, berarti
peluang letak janin memanjang dan presentasinya adalah bokong. Biasanya kalau
kepala berada di area fundusuteri, secara subyektif ibu hamil akan mengeluh bagian
diafragma terasa lebih penuh karena terisi oleh bagian terbesar janin. Apabila
deskripsi hasil perabaan fundusuteri menunjukkan adanya bagian janin yang kurang
bundar, lunak dan tidak melenting, maka interpretasinya adalah bagian janin yang
berada di area fundusuteri adalah bokong. Sehingga peluangnya adalah letak
memanjang presentasi kepala. Hal ini merupakan letak dan presentasi yang normal
pada kehamilan.
b) Leopold 2: memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada pada sisi lateral
(samping) kanan dan kiri ibu. Apabila letak janin (situs) memanjang terhadap
sumbu badan ibu, maka akan teraba bagian janin yang merupakan tahanan yang
datar, keras dan memanjang pada bagian sisi lateral kanan atau kiri ibu. Sehingga
sisi lateral lain yang berlawanan akan teraba deskripsi bagian-bagian kecil janin
baik ekstremitas tangan atau kaki, dengan deskripsi rabaan menunjukkan bagian-
bagian kecil dan tidak teraba tahanan. Apabila deskripsi rabaan menunjukkan
tahanan memanjang pada sisi lateral kanan ibu, maka interpretasinya adalah letak
memanjang punggung kanan, maka bagian-bagian kecil janin berada pada
punggung kiri.Demikian pula sebaliknya apabila deskripsi tahanan memanjang
pada sisi lateral kiri ibu, maka interpretasinya adalah letak memanjang punggung
kiri, maka bagian-bagian kecil janin berada pada punggung kanan. Pada keadaan
letak janin melintang terhadap sumbu panjang ibu, maka pada sisi lateral ibu akan
teraba bagian yang kosong, karena bagian punggung janin atau bagian kecil janin
berada pada area presentasi atau pada area fundus.
c) Leopold 3: memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada di area bawah
uterus atau bagian terendah janin (presentasi) dan sudah masuk panggul atau belum.
Apabila deskripsi rabaan janin menunjukkan adanya bagian yang keras, bundar dan
melenting di area bawah rahim berarti menunjukkan interpretasi presentasi atau
bagian terendah janin adalah kepala. Berarti ini merupakan presentasi yang normal
dalam kehamilan. Apabila deskripsi rabaan menunjukkan adanya bagian yang
lunak, kurang bundar dan tidak melenting berarti menunjukkan interpretasi
presentasi bokong. Apabila area bawah rahim teraba kosong, berarti peluangnya
adalah letak lintang, sehingga bagian presentasi tidak teraba adanya bagian janin.
Kemudian untuk mengetahui apakah bagian terendah janin sudah tertangkap
panggul atau apakah sudah masuk penggul atau belum dengan cara tangan
pemeriksa meraba dengan teknik pawlik (mencekam/menangkap bagian terendah
dengan lembut, kemudian digoyangkan dengan ringan, apabila tidak dapat
digoyangkan, berarti interpretasinya adalah bagian terendah janin sudah masuk
panggul, tetapi apabila bagian terendah janin masih bisa digoyangkan, maka
interpretasinya adalah bagian terendah janin belum masuk panggul
d) Leopold 4: memperoleh rabaan mengenai sejauh mana bagian terendah janin sudah
masuk panggul, dengan cara pemeriksa menghadap kaki ibu hamil, pemeriksa
membelakangi ibu hamil. Kemudian kedua telapak tangan diletakkan secara
berpasangan pada area bagian terendah janin, dan cermati bagaimana arah kedua
ujung telapak tangan pemeriksa. Apabila perabaan kedua ujung telapak tangan
pemeriksa menunjukkan adanya konvergen (cembung), interpretasinya adalah
bagian terendah janin sebagian besar belum masuk panggul atau sebagian kecil saja
yang masuk panggul. Apabila gambaran kedua ujung telapak tangan menunjukkan
divergen/membuka, maka interpretasinya adalah bagian terendah janin belum
masuk panggul.
10. TesLaboratorium
1. Tesgolongandarahuntukmempersiapkan donor bagiibuhamilbiladiperlukan
2. Teshaemoglobinuntukmengetahuiapakahibukekurangandarah (Anemia).
3. Tespemeriksaan urine (air kencing).
4. Tespemeriksaandarahlainnya, seperti HIV dansifilis,sementarapemeriksaan
malaria dilakukan di daerahendemis (Buku KIA 2016).
11. KonselingatauPenjelasan
Tenaga kesehatanmemberipenjelasanmengenaiperawatankehamilan,
pencegahankelaianan, persalinandaninisiasimenyusuidini (IMD), ASI eksklusif,
KeluargaBerencanadanimunisasipadabayi.
Penjelasaninidiberikansecarabertahappadasaatkunjunganhamil (Buku KIA 2016)
a. Tatalaksanaataumendapatkanpengobatan.
Jikaibumempunyaimasalahkesehatanpadasaathamil (Buku KIA
2016).
b. CakupanPelayanan Antenatal
Cakupanpelayanan antenatal adalahpersentasiibuhamil yang
telahmendapatkanpemeriksaankehamilanolehtenagakesehatan di
suatuwilayahkerja yang terdiridaricakupan K1 dancakupan K4. Cakupan K1
adalahcakupanibuhamil yang pertama kali mendapatkanpelayanan antenatal
olehtenagakesehatan di suatuwilayahkerjapadakurunwaktutertentu.
c. PemeriksaanDiagnostik
a) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: selsabit).
b) Golongandarah: ABO DAN Rh
untukmengidentifikasiresikoterhadapinkompatibilitas
c) Usap vagina/rectal: tesuntuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
d) Tesserologi: menentukanadanyasefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e) PenyakitHubunganKelamin lain (PHS) sepertidiindikasikanolehkutil vagina,
lesi, rabas abnormal.
f) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simplekstipe 2
h) Urinalisis: skin untukkondisi media (mis: pemastiankehamilan
infeksi, diabetes penyakitginjal)
i) Ter serum/urinuntukgadadotropinkarionikmanusia (HCG) positif
j) Titer rubella > a : a O menunjukkanimunitas
k) Tessonografi: adajaninsetelahgestasi 8 minggu
l) Skin glukosa serum / 1 jam tesglukosa: < 140 jam mg/dl
(biasanyadilakukanantara 24 sampai 28 minggu.
Evaluasiselanjutnyadarifoluspengkajiandilakukanpadasetiapkunjunganprenata
l.
2. KonsepKeperawatan Ante Natal Care (Manuaba (2010).
1. Pengkajian Prenatal
a. AktivitasdanIstirahat
Tekanandarahagaklebihrendahdaripada normal (8 – 12 minggu)
kembalipadatingkatprakehamilanselamasetengahkehamilanterakhir.
Denyutnadidapatmeningkat 10 – 15 DPM. Murmur
sistolikpendekdapatterjadisampaidenganpeningkatan volumeepisode singkope.
b. Varises
Sedikit edema ekstremitasbawah/tanganmungkinada
(terutamapadatrisemesterakhir)
c. Integritas Ego
Menunjukkanperubahanpersepsidiri
d. Eliminasi
Perubahanpadakonsistensi/frekuensidefekasi,
peningkatanfrekuensiperkemihandanpeningkatanberatjenissertahemoroid
e. Makanan/Cairan
1. Mualdanmuntah, terutamatrisemesterpertama; nyeriuluhatiumumterjadi
2. Penambahanberatbadan : 2 sampai 4 lbtrisemesterpertama,
trisemesterkeduadanketigamasing-masing 11 – 12 lb.
3. Membranmukosakering: hipertropijaringangusidapatterjadimudahberdarah
4. HbdanHtrendahmungkinditemui (anemia fisiologis)
5. Sedikit edema dependen
6. Sedikitglikosuriamungkinada
7. Diastasis recti (separasiototrektus) dapatterjadipadaakhirkehamilan.
f. NyeridanKenyamanan
Kram kaki; nyeritekandanbengkakpadapayudara; kontraksiBraxton Hicks
terlihatsetelah 28 minggu; nyeripunggung.
g. Pernapasan
Hidungtersumbat; mukosalebihmerahdaripada normal.
Frekuensipernapasandapatmeningkatterhadapukuran/tinggi; pernapasantorakal.
h. Keamanan
1. Suhutubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC),
2. IramaJantungJanin (IJJ) terdengardenganDoptone (mulai 10 – 12 minggu)
ataufetoskop (17 - 20 minggu).
3. Gerakanjaninterasapadapemeriksaansetelah 20 minggu.
4. Sensasigerakanjaninpada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
5. Ballottement adapadabulankeempatdankelima.
i. Seksualitas
1. Penghentianmenstruasi.
2. Perubahanrespon /aktivitasseksual
3. Leukosa mungkin ada
4. Peningkatanprogresifpada uterus mis: Fundus ada di atassimfisis pubis (pada
10 – 12 minggu) padaumbilikolis (pada 20 – 30 minggu)
agakkebawahkartilagoensiform (pada 36 minggu).
5. Perubahanpayudara: pembesaranjaringanadiposa,
peningkatanvaskularitaslunakbiladipalpasi, peningkatan diameter
danpigmentasijaringanarcolar, hipertrofitberkelmontgemery, sensasikesemutan
(trisemesterpertamadanketiga);
kemungkinanstrialgravidarumkolostrumdapattampaksetelah 12 minggu
6. Perubahanpigmentasi: kloasma, lineanigra, palmar eritema, spicler nevi,
strialgravidarum.
7. Tanda-tanda Goodell, HegarScodwickpositif.
j. IntegritasSosial
1. Bingung/meragukanperubahanperan yang dintisipasi.
2. Tahapmaturasi/perkembanganbervariasidandapatmundurdengan stressor
kehamilan
3. Responsanggotakeluarga lain
dapatbervariasidaripositifdanmendukungsampaidisfungsional.
k. Harapanindividuterhadapkehamilan, persalinan/melahirkantergantungpadausia,
tingkatpengetahuan, pengalamanparitas, keinginanterhadapanak,
stabilitasekonomik.Pemeriksaan Leopold
Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenairespons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas, terhadap
situasiyangberkaitandengankesehatan(PPNI,2016).Diagnosiskeperawatanyang
ditegakkan dalam masalah ini adalah defisit pengetahuan.
Tabel 1
Diagnosa Keperawatan Defisit Pengetahuan

Kategori: Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
yang
berkaitan dengan topik tertentu
Penyebab a. Keterbatasankognitif
b. Gangguan fungsikognitif
c. Kekeliruan mengikutianjuran
d. Kurang terpaparinformasi
e. Kurang minat dalambelajar
f. Kurang mampumengingat
g. Ketidaktahuan menemukan
sumberinformasi
Gejala dan tanda mayor
Objektif
Subjektif
a. Menunjukan perilaku tidak
a. Menanyakan masalah sesuaianjuran
yang dihadapi. b. Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah.
Gejala dan tanda minor
Objektif
Subjektif
a. Menjalani pemeriksaan yang tidaktepat
a. (tidak tersedia)
b. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan, agitasi,histeria)
Kondisi klinis terkait : a. Kondisi klinis yang baru dihadapi
olehklien
b. Penyakitakut
c. Penyakitkronis
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakanoleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas (PPNI, 2018). Perencanaan untuk masalah
keperawatan defisit pengetahuan, sebagai berikut:
Tabel 2
Intervensi Keperawatan Defisit Pengetahuan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Interven
Keperawat si
an
1 Defisit SLKI SIKI
pengetahu Luaran Utama :Tingkat Edukasi Perawatan
Kehamilan
an Pengetahuan
a. Identifikasi pengetahuan
Kriteria hasil :
a. Kemampuanmenjelaska klien tentang perawatan

n suatu topik masa kehamilan.

meningkat b. Jelaskan tanda bahaya

b. Perilaku sesuaidengan kehamilan

pengetahuanmeningkat c. Berikan informasi

Luaran Tambahan : kunjungan minimal

Tingkat Kepatuhan antenatalcare.

Kriteria hasil : d. Anjurkan ibu untuk rutin


a.Verbalisasi kemauan memeriksakankehamilan
mematuhi program nya
perawatan meningkat e. Berikan kesempatan
untuk bertanya
(Sumber : PPNI, StandarIntervensiKeperawatan Indonesia, 2018. PPNI,
StandarLuaranKeperawatan Indonesia, 2018)

Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatandimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Potter& Perry, 2006). Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan
kolaborasi yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari
proses keperawatan,
penetapansuatukeberhasilansuatuasuhankeperawatandidasarkapadaperubahanperil
akudankriteriahasil yang telahditetapkan, yaituterjadinyaadaptasipadaindividu
(Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Buku KIA, DirektoratKesehatanKeluarga Tahun 2016

Manuaba 2010, Ilmu Kebidanan, PenyakitKandungan Dan Keluarga Berencana


UntukPendidikan Bidan EGC : Jakarta

WahyuningsihHeni, 2016. PraktikumAsuhanKebidananKehamilan. Pusdik : SDM


Kesehatan

Wagiyo, Ns, Putranto. 2016.AsuhanKeperawatan Antenatal,


IntranataldanBayiBaruLahirFisiologisdanPatologis. Yogyakarta : CV. Andi

Manurung, S, Tutiany, Suryati. 2011. Buku Ajar MaternitasAsuhanKeperawatan


Antenatal. Jakarta : CV. Trans Info Media.
LAPORANPENDAHULUAN 
PERSALINAN

OLEH 

TRISAL RENEKONA MBOLIK


171111036
 
 
 
 

FAKULTAS KESEHATAN 
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2021  
A. KONSEP PERSALINAN
1. Pengertian persalinan
4) Persalinan merupakan rangkaian yang
berakhirdenganpengeluaranhasilkonsepsiolehibu. Proses
inidimulaidengankontraksidandiakhiridengankelahiranplasenta (Varney 2016).
5) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalamjaln lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala,tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Hidayat, 2016).
6) Persalinanadalahsuatu proses pengeluaranhasilkonsepsi (janindanuri) yang
dapathidupkedunialuardarirahimmelaluijalanlahir (Elisabeth, 2016).
Berdasarkanpengertian di atasmakadapatdisimpulkanbahwapersalinanmerupakan
proses pengeluaranjanin yang terjadipadakehamilancukupbulan (37-42 minggu),
lahirspontandenganpresentasibelakangkepala yang berlangsungselama 18 jam
produkkonsepsidikeluarkansebagaiakibatkontraksiteratur,progresif,seringdankuat
yang
nampaknyatidaksalingberhubunganbekerjadalamkeharmonisanuntukmelahirkanbayi
(Elisabeth, 2016).

2. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu : penurunan kadar
progesteron, teori oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang berlebihan (destended
uterus), pengaruh janin, teori prostaglandin (Manuaba,2017).

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks,
faktor-faktor hormonal, pengaruh protaglandin, struktur uterus sirkulasi uterus,
pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus
mulai. Perubahan- perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira
12 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari
minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus. Seperti telah
dikemukakan, plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan.
Villi corealismengalamiperubahan-perubahan,
sehinggakadarprogesterondanestrogen menurun (Manuaba, 2017).Keadaan uterus
yang terusmembesardanmenjaditegangmengakibatkaniskemiaotot-otot uterus. Hal
inimungkinmerupakanfaktor yang
dapatmengganggusirkulasiuteroplasentersehinggaplasentamengalamidegenerasi.
TeoriberkurangnyanutrisipadajanindikemukakanolehHypocratesuntukpertamakaliny
a. Bilanutrisipadajaninberkurangmakahasilkonsepsiakansegeradikeluarkan. Faktor
lain yang dikemukakanialahtekananpada ganglion
servikaledaripleksusFrankenhauser yang terletakdibelakangserviks.Bila ganglion
initertekan, kontraksi uterus dapatdibangkitkan (Manuaba, 2017).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Manuaba, 2012) adalah
:

a. Power/tenaga yang mendorong anak


1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
His persalinanmenyebabkanpendatarandanpembukaanserviks. Terdiridari his
pembukaan, his pengeluarandan his pelepasanuri.
2) Tenaga mengejan
• Kontraksi otot-otot dinding perut.
• Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
• Paling efektif saat kontraksi/his
b. Passage(jalan lahir)
Passage ataujalanlahirterdiridaribagiankeras (tulang-tulangpangguldansendi-
sendinya) danbagianlunak (otot-otot, jaringan, danligamen).

Gambar2.3 Passage (jalanlahir)


Sumber : Manuaba(2017)
Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal paha (ossacoxae), 1 tulang
kelakangan (ossasacrum),dan 1 tulang tungging (ossacoccygis).
8. Bentuk-bentuk panggul wanita:

Gambar 2.4 Bentuk-bentukPanggulWanita


Sumber : Manuaba(2017)
• Platipeloid
Bentuk rongga panggul adalah oval, yang memipih adalah dari diameter
bagian depan ke belakang. Hal ini dapat menyebabkan janin melewati
panggul dengan posisi kepala melintang. Bentuk panggul ini berisiko
membuat ketidakmajuan persalinan normal melalui vagina.

d. Android

Sebenarnya bentuk ini merupakan tipikal panggul laki- laki, yang mana
ukuran rongga panggul kecil dan bentuknya menyerupai simbol hati.
Tulang iscium menonjol dan lengkungan pubik sempit. Bentuk panggul
android juga berisiko membuat ketidakmajuan persalinan normal melalui
vagina.

e. Ginekoid
Ini adalah bentuk panggul yang paling umum dan merupakan bentuk
panggul terbaik yang sesuai untuk melahirkan normal. Rongga dalamnya
berbentuk oval. Jarak dari sisi kanan ke sisi kiri panggul lebih lebar
dibandingkan dengan jarak dari bagian depan ke belakang. Pada bentuk
tulang panggul ini, tulang iscium tumpul dan lengkungan pubik cukup
besar, yaitu sekitar 90° atau lebih lebar.

f. Antropoid
Pada jenis panggul ini, rongga dalamnya berbentuk oval, tetapi jarak antara
sisi depan dan belakang lebih lebar dibandingkan sisi kanan dan sisi kiri.
Dinding samping sejajar dan bagian belakang cukup luas untuk
menampung bagian belakang kepala bayi. Hal ini mengakibatkan bayi lahir
menghadap keatas.

9. BidangHodge menurut Marmi (2017) antara lain sebagai berikut:


Gambar 2.5 Bidang Hodge
Sumber : Marmi (2017)
Keterangan Hodge

a) Hodge 1 dibentukpadalingkaranPAP
denganbagianatassymphisisdanpromontorium.

b) Hodge II sejajardenganhodgeI setinggipinggirbawahsymphisis.

c) Hodge III sejajarhodgeI dan II setinggispinaischiadikakanandankiri

d) Hodge IV sejajarhodgeI, II, III setinggioscoccygis.

c. Passanger
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor
passangeradalah:
1) Presentase janin dan janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir,
seperti presentase kepala (muka, dahi), presentasi bokong (letak lutut atau
letak kaki), dan presentase bahu (letak lintang).
2) Sikap janin
Hubunganbagianjanin (kepala) denganbagianjaninlainnya (badan),
misalnyafleksi, defleksi.
3) Posisijanin
Hubunganbagianatau point
penentudaribagianterendahjanindenganpanggulibu, dibagidalam 3 unsur:
a) Sisi panggul ibu : kiri, kanan danmelintang.
b) Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu, scapula.
c) Bagian panggul ibu : depan,belakang.
4) Bentuk atau ukuran kepala janin menetukan kemampuan kepala untuk
melewati jalan lahir
4. Tahapan Persalinan
Menurut (Hidayat, 2017) tahapan persalinan dibagi menjadi:

Gambar 2.6 TahapanPersalinan

Sumber : Hidayat(2017)

a. Kala I
1) Pengertian kala I
Kala 1 dimulai dengan serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimulai bila
timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersama darah
disertai dengan pendataran (effacement). Lendir bersama darah berasal dari
lendir kanalisservikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitarkanalisservikalis (kanalisservikalis pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka). (Sarwono, 2016).
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap, pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam dan multigravida kira-
kira 7 jam (Rukiyah,2015).Menurut (Erawati, 2011) berdasarkan kemajuan
pembukaan serviks kala I dibagi menjadi :
a) Fase laten
Fase laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3 cm
yang membutuhkan waktu ± 8 jam.
b) Fase aktif
Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi
menjadi :
(1) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
(2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
(3) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai
10 cm selama 2 jam.Pemantauan kemajuan persalinan kala I dengan
partograf.
a) Pengertianpartograf
Merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi atau
riwayat dan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan
b) Kemajuan persalinan
Menurut Hidayat dan Sujiyatini (2016) hal yang diamati pada
kemajuan persalinan dalam menggunakan partograf adalah :
(1) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks dinilai pada saat melakukan pemeriksaan
vagina dan ditandai dengan huruf (x). garis waspada adalah
sebua garis yang dimulai pada saat pembukaan servik 4 cm
hingga titik pembukaan penuh yang diperkirakan dengan laju 1
cm per jam.
(2) Penurunan bagian terbawa janin
Metode perlimaan dapat mempermudah penilaian terhadap
turunnya kepala maka evaluasi penilaian dilakukan setiap 4 jam
melalui pemeriksaan luar dengan perlimaandiatassimphisis,
yaitu dengan memakai 5 jari, sebelum dilakukan pemeriksaan
dalam. Bila kepada masih berada diatas PAP maka masih dapat
diraba dengan 5 jari (rapat) dicatat dengan 5/5, pada angka 5
digaris vertikal sumbu X pada partograf yang ditandai dengan
“O”. Selanjutnya pada kepala yang sudah turun maka akan
teraba sebagian kepala di atas simphisis (PAP) oleh beberapa
jari 4/5, 3/5, 2/5, yang pada partograf turunnya kepala ditandai
dengan “O” dan dihubungkan dengan garis lurus (Marmi, 2012).
(3) Kontraksi uterus (His)
Persalinan yang berlangsung normal his akan terasa makin lama
makin kuat, dan frekuensinya bertambah. Pengamatan his
dilakukan tiap 1 jam dalam fase laten dan tiap ½ jam pada fase
aktif. Frekuensi his diamati dalam 10 menit lama his dihitung
dalam detik dengan cara palpasi perut, pada partograf jumlah his
digambarkan dengan kotak yang terdiri dari 5 kotak sesuai
dengan jumlah his dalam 10 menit. Lama his (duration)
digambarkan pada partograf berupa arsiran di dalam kotak:
(titik-titik) 20 menit, (garis-garis) 20-40 detik, (kotak
dihitamkan) >40 detik (Marmi, 2012).
(4) Keadaan janin
(a) Denyut jantung janin
Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap setengah jam.
Saat yang tepat untuk menilai denyut jantung segera setelah
his terlalu kuat berlalu selama ± 1 menit, dan ibu dalam
posisi miring, yang diamati adalah frekuensi dalam satu
menit dan keterauran denyut jantung janin, pada parograf
denyut jantung janin dicatat dibagian atas, ada penebalan
garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas
normal denyut jantung janin.
(b) Warna dan selaput ketuban
Nilai kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Catat temuan– temuan dalam kotak yang sesuai dibawah
lajur DJJdenganmenggunakanlambang-lambang berikut ini :
Tabel2.4Lambang WarnadanSelaputKetuban

U Selaput ketuban masih utuh.

J Selaput ketuban sudah pecah dan air

ketuban jernih.

M Selaput ketuban sudah pecah dan air


ketuban bercampur mekonium.

D Selaput ketuban sudah pecah dan air


ketuban bercampur darah.

K Air ketuban pecah tapi sudah kering.

SumberMarmi, 2016
(c) Moulage tulang kepala janin
Moulage berguna untuk memperkirakan seberapa jauh
kepala bisa menyesuaikan dengan bagian keras panggul.
Kode moulageyaitu :
Tabel 2.5KodeMoulage

0 Tulang – tulang kepala janin terpisah,


sutura dapat dengan mudah dilepas.

1 Tulang–tulang kepala janin saling


bersentuhan.

2 Tulang – tulang kepala janin saling


tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan.

3 Tulang – tulang kepala janin saling


tumpang tindih dan tidak bisa dipisahkan.

Sumber: Marmi, 2016

(d) Keadaanibu
Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase aktif
adalah:DJJ setiap 30 menit, frekuensidan lamanya kontraksi
uterus setiap 30 menit, nadi setiap 30 menit tandai dengan
titik, pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan tiap 4 jam
tandai dengan panah, tekanandarahsetiap 4 jam, suhu setiap 2
jam.
(e)Urine, aseton, protein tiap 2-4 jam (catat setiap kali
berkemih).
3) Asuhan sayang ibu kala I
Menurut (Marmi, 2016) asuhan yang dapat diberikankepadaibu selama
kala I yaitu :
• Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan.
• Berikan dukungan dan yakinkan dirinya.
• Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinan.
• Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
perasaannya.
• Jika ibu tersebut tampak gelisah dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan.
• Lakukan perubahan posisi.
c. Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu di tempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri.
d. Sarankan ibu untuk berjalan.
• Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat
atau menggosok punggungnya.
• Ibu di perbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya.
• Ajarkan kepada ibu teknik bernafas.
• Menjaga hak perivasi ibu dalam persalinan.
• Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan.
• Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah BuangAirKecil dan BuangAirBesar.
• Berikan cukup minum untuk mencegah dehidrasi.
• Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
b. Asuhan Sayang Ibu Kala II
• Pengertian kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir Gejala dan tanda
kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak kepala janin melalui bukaan
introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rectum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan spingter ani
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. (Rukiyah, 2010).
• Asuhan sayang ibu kala II
Menurut (Marmi, 2016) asuhansayangibuadalahasuhan yang
menghargaibudaya, kepercayaandankeinginan sang ibu.
Asuhansayangibudalam kala II yaitu :

(1) Pendampingan keluarga
Selama proses persalinanberlangsung
ibumembutuhkantemandankeluarga. Biasadilakukanolehsuami, orang
tuaataukerabat yang disukaiibu. Dukungandarikeluarga yang
mendampingiibuselama proses
persalinansangatmembantumewujudkanpersalinanlancar.

(2) Libatkankeluarga
Keterlibatankeluargadalamasuhanantara lain bantu ibubergantiposisi,
temanbicara, melakukanrangsangantaktil,
memberikanmakanandanminuman, membantudalammengatasi rasa
nyeridenganmemijatbagianlumbalataupinggangbelakang.
• KIE proses persalinan
Penolongpersalinanmemberipengertiantentangtahapandan
kemajuanpersalinanataukelahiranjaninpadaibudankeluarga agar
ibutidakcemasmenghadapipersalinan, danmemberikan
kesempatanibuuntukbertanyahal yang
belumjelassehinggakitadapatmemberikaninformasiapa yang
dialamiolehibudanjaninnyadalamhasilpemeriksaan yang telahdilakukan.
• Dukunganpsikologi
Dukunganpsikologidapatdiberikandenganbimbingandanmenanyakanapak
ahibumemerlukanpertolongan.
Berusahamenenangkanhatiibudalammenghadapidanmenjalani proses
persalinandengan rasa nyaman.
• Membantuibumemilihposisi.
• Posisi jongkok atau berdiri
Menurut (Marmi, 2016) Posisi jongkok memudahkan penurunan
kepala janin, memperluas rongga panggul sebesar 28 persen lebih
besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.

Gambar 2.7 Posisi jongkok atau berdiri


Sumber : Marmi(2016)
Menurut (Erawati, 2017) keuntungan posisi jongkok atau berdiri yaitu
sebagai berikut : membantu penurunan kepala, memperbesar dorongan
untuk meneran,dan mengurangi rasa nyeri.Menurut (Marmi, 2016)
kekurangandariposisijongkokatauberdiriyaitu
membericiderakepalabayi,
posisiinikurangmenguntungkankarenamenyulitkanpemantauanperkem
banganpembukaandantindakan-tindakanpersalinanlainnya.
• Setengah duduk
Posisi ini posisi yang paling umum diterapkan diberbagai Rumah
Sakit di segenap penjuru tanah air, pada posisi ini pasien duduk
dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke
arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu merasa nyaman (Rohani,
2015).
Gambar 2.8 Posisi setengah duduk
Sumber : Rohani (2061)
Menurut (Rohani, 2011) keuntungan dari posisi ini adalah sebagai
berikut : memudahkan melahirkan kepala bayi, membuat ibu
nyamandan jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah.

• Posisi berbaring miring ke kiri


Posisi berbaring miring ke kiri dapat mengurangi penekanan pada
vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia karena suplay oksigen tidak terganggu dapat
memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapean dan dapat
pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir (Marmi, 2012).

Gambar 2.9Posisi miring/lateral


Sumber : Marmi (2012)
Menurut (Lailiyana, 2011) Keuntungan posisi berbaring miring ke kiri
yaitu sebagai berikut : memberi rasa santai pada ibu yang letih,
memberioksigenasi yang baik bagi bayidan membantu mencegah
terjadinya laserasi.
Sedangkankekurangannyayaitumenyulitkanbidandandokteruntukmem
bantu proses persalinankarenaletakkepalabayisusahdimonitor,
dipegangmaupundiarahkan.
• Posisi duduk
Posisi ini membantu penolong persalinan lebih leluasa dalam
membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat
memperhatikan perineum (Marmi, 2012).
Gambar 2.10 Posisi Duduk
Sumber : Marmi (2012)
Menurut (Erawati, 2011) keuntungan posisi duduk yaitu memberikan
rasa nyaman bagi ibu, memberikan kemudahan untuk istirahat saat
kontraksi, dan gaya gravitasi dapat membantu mempercepat kelahiran.
• Posisi merangkak
Menurut Erawati (2011) keuntungan posisi merangkak yaitu
mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan, membantu bayi
melakukan rotasi, dan peregangan perineum lebih sedikit.
• Cara meneran
Ibudianjurkanmeneranjikaadakontraksiataudorongan yang
kuatdanadanyaspontankeinginanuntukmeneran dan
padasaatrelaksasiibudianjurkanuntukistirahatuntukmengantisipasi agar
ibutidakkelelahanataudanmenghindariterjadinyaresikoafiksia (Marmi,
2012)
• Pemberiannutrisi
Ibubersalinperludiperhatikanpemenuhankebutuhancairan,
elektrolitdannutrisi. Hal iniuntukmengantisipasiibumengalamidehidrasi.
Dehidrasidapatberpengaruhpadagangguankeseimbangancairandanelektrol
it yang pentingartinyadalammenimbulkankontraksi uterus (Marmi, 2012).
c. Kala III
• Pengertian kala III
Dimulai dari bayi lahir sampai dengan plasenta lahir. Setelah bayi lahir uterus
teraba keras dengan fundusuteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan placenta dari dindingnya. Biasanya
placenta lepas dalam waktu 6-15 menit setelah bayi lahir secara spontan
maupun dengan tekanan pada fundusuteri (HidayatdanSujiyatini, 2010).
Menurut Lailiyana(2011). Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-
10 menit, dengan lahirnya bayi sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda - tanda dibawah ini :
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke bawa segmen bawah
rahim
c) Tali pusat bertambah panjang.
• Manajemen Aktif kala III
Menurut (HidayatdanSujiyatini, 2010) manajemen kala III yaitu :

a) Memberi oksitosin.
b) Lakukan PTT.
c) Masase fundus.
d. Kala IV
Kala IV (kala pengawasan) adalah kala pengawasan selama dua jam setelah
bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
bahaya perdarahan pascapartum. Kehilangan darah pada persalinan biasa
disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan
perineum. Dalam batas normal, rata–rata banyaknya perdarahan adalah 250
cc, biasanya 100–300 cc. Jika persalinan lebih dari 500 cc, ini sudah
dianggap abnormal dan harus dicari penyebabnya (Erawati, 2011).
5. Tujuan Asuhan Persalinan
Menurut Erawati (2011) tujuan dari asuhan persalinan antara lain sebagai berikut:
m)Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan
keluarga selama persalinan.
n) Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani komplikasi-
komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan dekteksi dini selama persalinan
dan kelahiran.
o) Melakukan rujukan pada kasus–kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk
mendapat asuhan spesialis jika perlu.
p) Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu sesuai dengan intervensi minimal
tahap persalinannya.
q) Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang
aman.
r) Selalu memberitahu kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya
penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan.
s) Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi setelah lahir.
t) Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.
6. Lima BenangMerah
Menurut Marmi (2012), Lima benang merah sangat penting dalam
memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Kelima
benang merah ini akan berlaku dari kala I hingga kala IV termasuk penatalaksanaan
BBL.
Aspek 5 benang merah dalam asuhan persaalinan normal yang harus
diperhatikan oleh bidan adalah asuhan sayang ibu, pencegahan infeksi,
pengambilan keputusan klinik, pencatatan dan rujukan.
11. Pengambilan keputusan klinik
Dalam keperawatan dikenal dengan proses keperawatan, para bidan
menggunakan proses serupa yang disebut sebagai proses penatalksanaan
kebidanan atau proses pengambilan keputusan klinik. Proses ini memiliki
beberapa tahap mulai dari pengumpulan data, diagnosis, perencanaan dan
penatalaksanaan, serta evaluasi yang merupakan pola pikir yang sistematis
bagi para bidan selama memberikan asuhan kebidanan khususnya dalam
asuhan persalinan normal. Keputusan klinik yang dibuat bidan sangat
menentukan dalam memastikan kelahiran yang aman. Dengan menggunakan
proses penatalaksanaan kebidanan atau langkah-langkah dalam menejemen
kebidanan yang benar, para bidan dapat secara sistematis
mengumpulkan data, menilai data, dan membuat keputusan sehubungan
dengan asuhan yang dibutuhkan pasien.
12. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi
Asuhan sayang ibu dan bayi yang harus diperhatikan para bidan yaitu:
1) Suami, saudara harus diperkenankan mendampingi ibu.
2) Standar persalinan yang besih harus selalu diperhatikan, penolong
persalinan harus bersikap sopan dan santun.
3) Penolong persalinan haus menerangkan pada ibu maupun keluarga
tentang proses persalinan, mendengar dan memberi jawaban atas keluhan
ibu, harus cukup fleksibilitis dalam memberikan dan menentukan pilihan.
4) Kontak segera ibu dan bayi serta pemberian aisr susu ibu harus
dianjurkan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang efektif, aman,
nyaman, dan dapat diterima oleh ibu bersalin maupun keluarganya.
Prinsip umum asuhan sayang ibu yang harus diikuti bidan adalah:

a) Merawat ibu dengan penuh hormat.


b) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu.
Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya, ingat
bahwa mendengarkan sama pentingnya dengan memberikan nasehat.
c) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu dan
sopan
d) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi
e) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum bidan
melakukanya serta meminta ijin dulu.
f) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, atau kepada siapa
saja yang memerlukan informasi
g) Selalu mendiskusikan rencana dan pilihan yang sesuai dan tersedia
bersama ibu
h) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya
selama persalinan, kelahiran dan pasca salin.
i) Mengizinkan menggunakan posisi apa saja yang di inginkan selama
persalinan dan kelahiran.
j) Menghindari menggunakan tindakan medis yang tidak perlu
(episiotomy,pencukurandanenema)
k) Memfasilitasi boundingattachment.
13. Aspek pencegahan infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau
dari peralatan atau sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan dengan
meletakkan pengalang diantara mikroorganisme dan individu. Penghalang ini
diantaranya: cuci tangan, pakai sarung tangan, penggunaan cairan antiseptik,
serta pemroresan alat bekas (cuci bilas, dekontaminasi, sterilisasi/DTT,
pembuangan sampah). Dalam memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
bidan harus melindungi pasien, diri sendri, dan rekan kerja dari infeksi. Cara
praktis, efektif, dan ekonomis dalam melakukan pencegahan infeksi meliputi
mencuci tangan, dengan menggunakan pelindung, serta pengolahan dan
pembuangan sampah yang aman harus betul-betul di ikuti oleh bidan Selama
penatalaksanaan asuhan kebidanan.

14. Aspek pencatatan (dokumentasi)


Dokumentasi kebidanan sangatlah penting. Dokumentasi menyediakan
catatan permanen tentang manajemen pasien, dapat digunakan sebagai
evaluasi untuk melihat apakah perawatan sudah dilakukan dengan tepat,
mengidentifikasi kesenjangan yang ada, mempekuat hasil manajemen,
sehingga metode dapat dilanjutkan dan disosialisasikan ke orang lain. Data
dokumentasi juga dapat digunakan untuk penilitian atau studi kasus dan
sebagai data statistik.

15. AspekRujukan
Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan
menunjang terwujudnya program Safe Motherhood. Singkatan
BAKSOKUDAPAN dapat digunakan untuk mengingat hal penting dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. Rujukan pada institusi yang tepat
dan tepat waktu, Untuk mendapat asuhan yang di butuhkan akan
menyelamatkan nyawa ibu. Walupun kebanyakan ibu akan mengalami
persalinan normal, namun sekitar 5-10% akan mengalami komplikasi. Sangat
penting bagi bidan untuk mengenali masalah dan menetukan penanganan
masalah tersebut serta merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan tepat
waktu. Ketika membuat rujukan bidan harus ingat siapa, kapan, ke mana, dan
bagaimana merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat.

B : Bidan
A : Alat
K : Kendaraan
S : Surat
O : Obat
K : Keluarga
U : Uang
D : Darah
P : Posisidiatur
N : Nutrisi
7. Tanda-TandaPersalinan
a. Terjadinya his
Menurut (Marmi, 2012) his yang menimbulkan pembukaan serviks dengan
kecepatan tertentu disebut his efektif. Pengaruh his sehingga dapat
menimbulkan desakan daerah uterus (meningkat), terhadap janin (penurunan),
terhadap korpus uteri (dinding menjadi tebal) terhadap istimusuteri (teregang
dan menipis) terhadap kanalisservikalis (effacement dan pembukaan). His
persalinan memiliki ciri–ciri sebagai berikut :

1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.


2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin besar.
3) Terjadi perubahan pada serviks.
4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka
kekuatan his akan bertambah
b. Pengeluaran lendir darah (BloodyShow)
Flak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir
selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang yang di maksud dengan
bloodyshow. Bloodyshow paling sebagai rabas lendir bercampur darah yang
lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.
Bloodyshow merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasanya dalam 24
sampai 48 jam (Sukarni dan Margareth, 2013).
c. Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-9, hasil pemeriksaan serviks menunjukan bahwa serviks
sebelumnya tertutup, panjang, dan kurang lunak menjadi lebih lunak. Hal ini
telah terjadi pembukaan dan penipisan serviks. Perubahan ini berbeda pada
masing– masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm
namun pada sebagian besar primipara, serviks masih dalam keadaan tertutup
(Erawati, 2011).
d. Pengeluaran cairan ketuban
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung 24 jam
(Lailiyana,2011).

8. PerubahandanAdaptasiFisiologiPsikologiPadaIbubersalin
11) Kala I
1) Perubahandanadaptasifisiologi
a) Perubahan uterus
Sejak kehamilan yang lanjut uterus terbagi menjadi 2 bagian, yaitu segmen
atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim
yang terbentuk oleh istmusuteri. SAR memegang peranan yang aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.
Sebaiknya segmen bawah rahim (SBR) yang memegang peranan pasif
makin tipis dengan majunya persalinan karena meregang. Jadi secara
singkat SAR berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar
sedangkan SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi
saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi (Lailiyana2011).
b) Perubahanserviks
Menurut Lailiyana(2011) perubahan pada serviks meliputi:

i. Pendataran
Pendataran adalah pemendekan dari kanalisservikalis, yang semula
berupa saluran yang panjangnya beberapa millimeter sampai 3 cm,
menjadi satu lubang saja dengan tepi yang tipis.
ii. Pembukaan
Pembukaan adalah pembesaran dari ostium eksternum yang semula
berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi
lubang yang dapat dilalui janin. Serviks dianggap membuka lengkap
setelah mencapai diameter 10 cm.
Perubahan kardiovaskuler
iii. Denyutjantungdiantarakontraksisedikitlebihtinggidibandingkanselamaper
iodepersalinanatausebelummasukpersalinan. Hal
inimencerminkankenaikandalam metabolism yang
terjadiselamapersalinan. Denyutjantung yang
sedikitnaikmerupakankeadaan yang normal, meskipun normal
perludikontrolsecaraperiodeuntukmengidentifikasiadanyainfeksi
(Kusmawati, 2013).
c) Perubahantekanandarah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan
sistolik rata-rata 10-20 mmHg, pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan dengan mengubah posisi tubuh
dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi
dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekwatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah (Marmi, 2012).
d) Perubahannadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama
fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring bukan telentang. Frekuensi denyut nadi diantara
kontraksi sedikit lebih meningkat dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
selama persalinan (Rukiyah, 2010).
e) Perubahansuhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama
dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila
peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5–1oCyang mencerminkan
peningkatan metabolisme selama persalinan (Rukiyah, 2010).
f) Perubahanpernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang
menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa
kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing) (Rukiyah, 2010).
g) Perubahanmetabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik
akan meningkat secara terus–menerus. Kenaikan ini sebagian besar
disebabkan oleh kecemasan serta kegiatan otot tubuh. Kenaikan
metabolisme tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut jantung,
pernapasan, curah jantung, dan kehilangan cairan. Kenaikan curah jantung
serta kehilangan cairan akan mempengaruhi fungsi ginjal sehingga
diperlukan perhatian dan tindakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi
(Lailiyana,2011)
h) Perubahanginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Mungkin diakibatkan oleh curah
jantung dan peningkatan filtrasi glomerulus serta aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit +1 dianggap normal dalam persalinan. Poliuria
menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran
urin berkurang selama persalinan (Lailiyana, 2011).
i) Perubahanpada gastrointestinal
Gerakan lambung dan penyerapan makanan padat secara subtansial
berkurang drastis selama persalinan. Selain itu pengeluaran asam lambung
berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh
dan meninggalkan lambung dalam tempo yang biasa. Rasa mual dan muntah
biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan (Lailiyana, 2011).
j) Perubahanhematologi
Haemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100ml selama persalinan dan kembali
seperti sebelum persalinan pada hari pertama postpartum jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal. Koagulasi darah akan berkurang dan
terjadi peningkatan plasma. Sel darah putih secara progresif akan meningkat
selama kala I persalinan sebesar 5000–15.000 saat pembukaan lengkap
(Lailiyana, 2011).
2) Perubahanadaptasipsikologi kala I
MenurutMarmi (2011) perubahan dan adaptasi psikologi kala I yaitu:
• Fase laten
Pada fase ini, wanita mengalami emosi yang bercampur aduk, wanita
merasa gembira, bahagia dan bebas karena kehamilan dan penantian yang
panjang akan segera berakhir, tetapi ia mempersiapkan diri sekaligus
memiliki kekhawatiran apa yang akan terjadi. Secara umum ibu tidak
terlalu merasa tidak nyaman dan mampu menghadapi keadaan tersebut
dengan baik. Namun wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri
terhadap apa yang akan terjadi.
Fase laten persalinan akan menjadi waktu dimana ibu akan banyak
berteriak dalam ketakutan bahkan pada kontraksi yang paling ringan
sekalipun dan tampak tidak mampu mengatasinya seiring frekuensi dan
intensitas kontraksi meningkat, semakin jelas bahwa ibu akan segera
bersalin. Bagi wanita yang telah banyak menderita menjelang akhir
kehamilan dan pada persalinan palsu, respon emosionalnya pada fase
laten persalinan kadang-kadang dramatis, perasaan lega, relaksasi dan
peningkatan kemampuan koping tanpa memperhatikan tempat persalinan.
• Fase aktif
Pada fase ini kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap dan
ketakutan wanita pun meningkat. Pada saat kontraksi semakin kuat, lebih
lama, dan terjadi lebih sering, semakin jelas baginya bahwa semua itu
berada diluar kendalinya. Dengan kenyataan ini wanita ingin seseorang
mendampinginya karena dia takut ditinggal sendiri dan tidak mampu
mengatasi kontraksi. Dia mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan
yang tidak dapat dijelaskan.
• Fase transisi
Pada fase ini biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang mencolok,
rasa tidak nyaman yang menyeluruh, bingung, frustasi, emosi akibat
keparahan kontraksi, kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis,
mudah marah, takut dan menolak hal-hal yang ditawarkan padanya.
Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis seorang wanita yang
sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung persiapan dan
bimbingan antisipasi yang diterima, dukungan yang ditterima dari
pasangannya, orang dekat lain, keluarga, dan pemberi perawatan,
lingkungan tempat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang
dikandung merupakan bayi yang diinginkan.
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada
ibu yang pertama kali bersalin yaitu:
2. Perasaan tidak enak dan kecemasan
Biasanya perasaan cemas pada ibu saat akan bersalin berkaitan
dengan keadaan yang mungkin terjadi saat persalinan, disertai rasa
gugup.
3. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapi
Ibu merasa ragu apakah dapat melalui proses persalinan secara
normal dan lancar
4. Menganggap persalinan sebagai cobaan
Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya. Kadang ibu berpikir apakah tenaga kesehatan akan
bersabar apabila persalinan yang dijalani berjalan lama, dan apakah
tindakan yang akan dilakukan jika tiba-tiba terjadi sesuatu yang
tidak dinginkan, misalnya tali pusat melilit bayi.
5. Apakah bayi normal atau tidak
Biasanya ibu akan merasa cemas dan ingin segera mengetahui
keadaan bayinya apakah terlahir dengan sempurna atau tidak.
6. Apakah ibu sanggup merawat bayinya
Sebagai ibu baru atau muda biasanya ada pikiran yang melintas
apakah ia sanggup merawat dan bisa menjadi seorang ibu yang baik
bagi anaknya.
12) Kala II
Adapun Perubahanfisiologipadaibubersalin kala II yaitu :
1) Kontraksi
Kontraksi uterus padapersalinanmempunyaisifattersendiri.
Kontraksimenimbulkannyeri,merupakansatu-satunyakontraksi normal
muskulus, kontraksiinidikendalikanolehsarafintrinsik, tidakdisadari,
tidakdapatdiaturolehibubersalin, baikfrekuensimaupun lama kontraksi.
2) Rasa sakitdari fundus meratakeseluruh uterus
sampaiberlanjutkepunggungbawah.
Penyebab rasa nyeribelumdiketahuisecarapasti. Beberapapenyebabantara
lain : padasaatkontraksiterjadikekurangan O2 padamiometrium, penekanan
ganglion saraf di serviksdan uterus bagianbawa,
pereganganserviksakibatdaripelebaranserviks, peregangan peritoneum sebagai
organ yang menyelimuti uterus.
3) Pergeseran organ dalampanggul
Setelahpembukaaanlengkapdanketubantelahpecahterjadiperubahan,
terutamapadadasarpanggul yang di regangkanolehbagiandepanjanin,
sehinggamenjadisaluran yang dinding–dindingnya tipis
karenasuaturegangandankepalasampai di vulva, lubang vulva
menghadapkedepanatasdan anus, menjaditerbuka, perineum
menonjoldantidak lama kemudiankepalajanintampakpada vulva (Rukiyah,
2010).
4) Ekspulsijanin
Setelahputaranpaksiluarbahudepansampaidibawa
simphisisdanmenjadihypomochlionuntukmelahirkanbahubelakang.
Kemudianbahudepanmenyusuldanselanjunyaseluruhbadananaklahirsearahden
ganpaksijalanlahir (Rukiyah, 2010).
13) Kala III
1) Fisiologi kala III
• Pengertian
Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga
uterus setelah kelahiran bayi, penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatanpalsenta. Oleh karena tempat
perlekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian melepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
vagina (Marmi, 2012)
Setelah bayi lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavumuteri tempat implantasi plasenta. Uterus teraba
keras, TFU setinggi pusat, proses 15-30 menit setelah bayi lahir, rahim
akan berkontraksi (terasa sakit). Rasa sakit ini biasanya menandakan
lepasnya plasenta dari perlekatannya di rahim. Pelepasan ini biasanya
disertai perdarahan baru (Lailiyana, 2011).
• Cara-carapelepasanplasenta
(1)Pelepasandimulaidaritengah (Schultze)
Plasentalepasmulaidaritengah (sentral) ataudaripinggirplasenta.
Ditandaiolehmakinpanjangkeluarnyatalipusatdari vagina
tanpaadanyaperdarahanpervaginam.
Lebihbesarkemungkinannyaterjadipadaplasenta yang melekat di
fundus (Ilmiah, 2015).
(2)Pelepasandimulaidaripinggir (Duncan)
Plasentalepasmulaidaribagianpinggir (marginal) yang
ditandaidenganadanyaperdarahandari vagina
apabilaplasentamulaiterlepa. Umumnyaperdarahantidakmelebihi 400
ml.
(3) Beberapaprasatuntukmengetahuiapakahplasentalepasdaritempatim
plantasinya
1. Perasatkustner
Tangankananmeregngkanataumenariksedikittalipusat,
tangankirimenekandaerah di atassimpisis.
Bilatalipusatmasukkembalikedalam vagina
berartiplasentabelumlepasdaridinding uterus.
2. Perasatstrassmann
Tangankananmeregangkanataumenariksedkittalipusat,
tangankirimengetok-ngetok fundus uteri.
Bilaterasagetaranpadapadatalipusat yang diregangkan,
berartiplasentabelumlepasdinding uterus.
3. Prasatklien
Wanitatersebutdisuruhmengejan,
talipusattampakturunkebawah.
Bilapengejanannyadihentikandantalipusatmasukkembalikedal
am vagina, berartiplasentabelumlepasdaridinding uterus.
• Tanda-tandapelepasanplasenta
Menurut (Ilmiah, 2015) tanda-tandapelepasanplasentayaitu:
(1) Perubahanbentukdantinggi fundus
Setelahbayilahirdansebelummiometriummulaiberkontraksi, uterus
berbentukbulatpenuhdantinggi fundus biasanya di bawahpusat. Setelah
uterus berkontraksidanpelepasanterdorongkebawah, uterus
berbentuksegitigaatausepertibuah pear ataualpukatdan fundus berada
di ataspusat.
(2) Talipusatmemanjang
Talipusatterlihatmenjulurkeluar.
(3) Semburandarahmendadakdansingkat
Darah yang
terkumpuuldibelakangplasentaakanmembantumendorongplasentakelua
rdibantuolehgayagravitasi.
Apabilakumpulandarahdalamruangdiantaradinding uterus
danpemukaandalamplasentamelebihikapasitastampungnyamakadaraht
ersemburkeluardaritepiplasenta yang terlepas.
• Pendokumentasian kala III
Semua asuhan dan tindakan harus didokumetasikan dengan baik dan benar.
Pada pendokumentasian kala III pencatatan dilakukan pada lembar
belakang partograf. Hal–hal yang dicatat adalah sebagai berikut (Marmi,
2012) :
8. Lama kala III
9. Pemberian Oksitosin berapa kali
10. Bagaimana penatalakasanaan PTT
11. Perdarahan
12. Kontraksi uterus
13. Adakah laserelasi jalan lahir
14. Vital sign ibu
15. Keadaan bayi baru lahir
14) Kala IV
1. Fisiologi kala IV
Persalinan kala IV dimulaidengankelahiranplasentadanberakhir 2 jam
kemudian. Periodeinimerupakansaat paling kritisuntukmencegahkematianibu,
terutamakematiandisebabkanperdarahan. Selama kala IV,bidan harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertam dan 30 menit pada jam kedua
setelah persalinan (Rukiyah, 2010).
a) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan ditengah-tengah
abdomen kurang lebih dua pertiga sampai tiga seperempat antara simfisis
pubis dan umbilicus. Jika uterus ditemukan ditengah, diatassimpisis, maka
hal ini menandakan adanya darah di kafumuteri dan butuh untuk ditekan
dan dikeluarkan. Uterus yang berada di atas umbilicus dan bergeser paling
umum ke kanan menandakan adanya kandung kemih penuh, sehingga
mengganggu kontraksi uterus dan memungkinkan peningkatan perdarahan.
Jika pada saat ini ibu tidak dapat berkemih secara spontan, maka sebaiknya
dilakukan kateterisasi untuk mencegah terjadinya perdarahan.
Uterus yang berkontraksi normal harus terasa keras ketika disentuh atau
diraba. Jika segmen atas uterus terasa keras saat disentuh, tetapi terjadi
perdarahan, maka pengkajian segmen bawah uterus perlu dilakukan.
Uterus yang teraba lunak, longgar, tidak berkontraksi dengan baik,
hipotonik, dapat menajadi pertanda atoniauteri yang merupakan penyebab
utama perdarahan postpartum (Marmi, 2012).
b) Serviks, vagina danperineum
Segera setelah lahiran serviks bersifat patulous, terkulai dan tebal. Tepi
anterior selam persalinan atau setiap bagian serviks yang terperangkap
akibat penurunan kepala janin selama periode yang panjang, tercermin
pada peningkatan edema dan memar pada area tersebut. Perineum yang
menjadi kendur dan tonus vagina juga tampil jaringan, dipengaruhi oleh
peregangan yang terjadi selama kala II persalinan. Segera setelah bayi lahir
tangan bisa masuk, tetapi setelah 2 jam introitus vagina hanya bisa
dimasuki dua atau tiga jari (Marmi, 2012).
c) Tanda vital
Tekanan darah, nadi dan pernapasan harus kembali stabil pada level
prapersalinan selama jam pertama pasca partum. Pemantauan takanan
darah dan nadi yang rutin selama interval ini merupakan satu sarana
mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan. Sedangkan suhu
tubuh ibu meningkat, tetapi biasanya dibawah 38ºC. Namun jika intake
cairan baik, suhu tubuh dapat kembali normal dalam 2 jam pasca partum
(Marmi, 2012).
d) Sistem gastrointestinal
Rasa mual dan muntah selama masa persalinan akan menghilang. Pertama
ibu akan merasa haus dan lapar, hal ini disebabkan karena proses
persalinan yang mengeluarkan atau memerlukan banyak energy.

e) Sistem renal
Urin yang tertahan menyebabkan kandung kemih lebih membesar karena
trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada uretra selama
persalinan. Mempertahankan kandung krmih wanita agar tetap kosong
selama persalinan dapat menurunkan trauma. Setelah melahirkan, kandung
kemih harus tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi
atonia. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan resiko
perdarahan dan keparahan nyeri. Jika ibu belum bisa berkemih maka
lakukan kateterisasi (Marmi, 2012).
9. Deteksi/PenapisanAwalIbuBersalin (19 Penapisan).
MenurutMarmi (2012) indikasi-indikasiuntukmelakukantindakanatau rujukan
segera selama persalinan (19 penapisan awal) :

1. Riwayat bedah sesar


2. Perdarahan pervaginam selain lendir dan darah
3. Persalinan kurang bulan (< 37 minggu)
4. Ketuban pecah dini disertai mekonial kental
5. Ketuban pecah pada persalinan awal ( >24jam)
6. Ketuban pecah bercampur sedikit mekonium pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat

9. Tanda gejala infeksi (suhu >38 , demam, menggigil, cairan ketuban berbau)
10. Presentase majemuk (ganda)
11. Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten memanjang
12. Tanda dan gejala partus lama
13. Tali pusat menumbun
14. Presentase bukan belakang kepala (letak lintang, letak sungsang)
15. Pimpinan dalam fase aktif dengan kepala masih 5/5
16. Gawat janin (DJJ <100 atau > 180 menit)
17. Preeklampsi berat
18. Syok
19. Penyakit – penyakitpenyertadalamkehamilan
10. Faktor 3 Terlambat dalam persalinan
Istilah 3 terlambat mengacu pada faktor eksternal atau faktor diluar kondisi ibu
yaitu pendidikan, sosial ekonomi, kultur dan geografis.
Tigaterlambat yang pertamaadalahterlambatmengetahuiadanya kelainan atau
penyakit pada ibu hamil yang kebanyakan disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu
yang rendah. Kedua, terlambat mengambil keputusan, yang akhirnya terlambat ke
rumah sakit atau terlambat mencapai fasilitas kesehatan. Faktor keterlambatan ini
dapat pula karena kondisi ekonomi dan letak geografis yang tidak strategis. Ketiga,
terlambat mengirim dan menangani. Apabila sudah terlambat sampai di tempat
rujukan, kondisi ibu sudah makin melemah, ditambah lagi bila sesampainya disana,
fasilitasnya kurang lengkap atau tenaga medisnya kurang, maka ibu benar-benar
terlambat ditangani (Kemenkes RI, 2010).
11. Asuhan kebidanan pada persalinan
Menurut Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal (2015) prosedur persalinan
normal adalah :
a. Mengenali tanda dan gejala kala II
Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala dua. Ibu merasa
dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rektum/vaginanya, perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani
membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
1) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk
asfiksia tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi, menggelar kain di atas
perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi, menyiapkanoksitosin
10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.
2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
4) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
5) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
6) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina perineum anus terkontaminasi
oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka
dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar, mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
7) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan.
9) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
dicatat pada partograf.
d. Menyiapkan ibu untuk membantu proses bimbingan meneran.
10) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya, menunggu
hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan
aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada anggota
bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
11) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.
12) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk
meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. Dukung
dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan
keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan
cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Segera rujuk bila bayi
tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran
(multigravida).
13) Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
14) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
15) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan.
17) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
18) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal. Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan
hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
19) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul
di bawah arkuspubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
22) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
23) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki
lahir memegang kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu kelahiran
bayi.
f. Penanganan bayi baru lahir
24) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa
kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas tidak
menangis lakukan resusitasi.
25) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau
kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
26) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
27) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar uterus
berkontraksi baik.
28) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin secara IM di
1/3 paha bagian distal lateral.
29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan menggunakan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari
klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
30) Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan memegang tali pusat
yang telah dijepit dan lakukan penjepitan tali pusat antara 2 klem tersebut
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan
masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
31) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel
di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari posisi puting payudara ibu.
32) Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
g. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearahdarsokranial secara hati-hati. Untuk
mencegah inversio uterus jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas.
36) Lakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM. Lakukan
kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta keluarga untuk menyiapkan
rujukan. Ulangi peregangan tali pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak
lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera
lakukan plasenta manual.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika
selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus,
letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
39) Menilai perdarahan
40) Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan pastikan selaput
ketuban utuh dan lengkap, masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau
tempat khusus.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penilaian
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
h. Melakukan prosedur pasca persalinan
42) Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%
44) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada
ibu selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
45) Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K1 mg secara IM di paha kiri anterolateral.
46) Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan kembali bayi
didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1 jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
47) Celupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan lepaskan secara terbalik
dan rendam, kemudian cuci tangan
48) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 2-3
kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan. Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pasca persalinan. Setiap 23-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atoniauteri.
49) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai kontraksi.
50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51) Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
Melakukan tindakan yag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
52) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC).
53) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
55) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT).
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
56) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
57) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %.
58) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%. Balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Lengkapi partograf.

ii. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

Adapun pengkajian yang dilakukan pada persalinan normal: memantau kontraksi


uterus, his adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai
dari daerah fundusuteri, di mana tuba falopi memasuki dinding uterus. Kontraksi
dimulai seperti tertusuk-tusuk, lalu mencapai puncak kemudian hilang, karakteristik
kontraksi persalinan palsu terjadi dalam pola yang tidak teratur, dan intensitasnya
tidak bertambah secara bermakna dari waktu kewaktu, kontraksi tersebut datang dan
pergi. Pada persalinan sejati kontraksi uterus yang terjadi secara involunter
berlangsung secara teratur, semakin kuat dari waktu ke waktu. Kontraksi tersebut
terjadi dari waktu sekitar 20-30 menit hingga pada waktu 2-3 menit. Pada awalnya
kontraksi persalinan sejati biasanya berlangsung 30 detik dan durasinya meningkat
seiring kemajuan persalinan.

Rasa nyeri pada persalinan terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi,


bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rektum tulang belakang, dan
tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim, berat dari kepala bayi ketika
bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Rasa sakit kontraksi
dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut
mungkin juga menyebar ke kaki. Pada saat sebelum atau sesudah kontraksi, sering
kali muncul lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan,
hal ini disebabkan karena terlepasnya sumbatan pada perlindungan leher rahim,
karena serviks mulai membuka dan mendatar (Wahyudi, 2017).

Palpasi abdomen dilakukan untuk memastikan bahwa posisi janin sudah benar
untuk persalinan yang normal. Posisi janin dianggap benar kalau posisi kepala janin
di bawah. Palpasi vagina, pemeriksaan vagina akan memperlihatkan, keadaaan
selaput ketuban apakah sudah ruptur ataubelum, penipisan dan dilatasi serviks.
Pembukaan serviks, besarnya pembukaan dalam cm dicatat kedaalampartograf
dengan tanda X. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi.
Pada fase aktif kecepatan pembukaan sekurang-kurangnya 1cm/ jam.

Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap setengah jam, yang diamati adalah
frekuensi dalam satu menit dan keteraturan denyut jantung janin dicatat dibagian
atas, ada penebalan garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas normal
pada denyut jantung janin, kalau diamati ada denyut jantung janin abnormal,
dengarkanlah setiap 15 menit, selama 1 menit segera setelah his hilang.

Warna dan selaput ketuban, apakah selaput ketuban sudah pecah? Bila sudah
pecah dicatat pada partograf sesuai dengan kualitas air ketuban tersebut, bila jernih
ditulis dengan C, bila bercampur dengan feases M (Meconiumstraid), dan bila air
ketuban tidak ada atau kering A (absent) (Wahyu Purwaningsih & Siti Fatmawati ,
2010).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, dan


masyarakat tentang masalah kesehatan, sebaagi dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai kewenangan perawat. Sesuai
dengan data pada tahap pengkajian penulis mengambil diagnosa yang berfokus pada
gangguan rasa nyaman yaitu nyeri. Berdasarkan gejala yang muncul pada pasien
dengan persalinan normal maka sesuai dengan standar SDKI data-data tersebut dapat
menjadi dasar dalam penegakan diagnosa keperawatan.

Tabel 2.1
Diagnosakeperawatan yang
mungkinmunculpadapasienpersalianan
normal

Dat Diagnosa NANDA Diagnosa SDKI


a
Nyeri Nyeripersalinan Nyerimelahirkan
kontraksi uterus
Kelelahan Resiko Cidera Pada Resiko Cidera Pada
Janin Janin
Ketubanpecah ResikoCideraPadaIbu Resiko Cidera Pada
Ibu
Mengalami Keletihan Keletihan
peningkatanenergi
Lelah karena
kehamilan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

3.RencanaKeperawatan.
Perencanaanadalahpenyusunanrencanatindakankeperawatan yang
akandilaksanakanuntukmenanggulangimasalahsesuaidenganmasalahkeperawatan
yang telahditentukandengantujuanterpenuhinyakebutuhanklien (Oda Debora,
2015). Berdasarkan data dandiagnosa yang
didapatkanmakarencanatindakankeperawatanpadakasuspersalinan normal
sebagaiberikut.
Tabel 2.2
RencanaTindakanKeperawatanpadaPersalinan
Normal

DiagnosaKeperaw NOC NIC


atan
Nyerimelahirkanberhubung Tingkat nyeri Manajemennyeri
andengannyeri, perineum 1. Nyeri yang dilaporkantidakada 1. Identifikasilokasi, karakteristik,
tertekan,kontraksi uterus 2. Dapatberistirahat durasi, frekuensi, kualitas,
ditandaidenganproses 3. Frekusinafasnormal intensitasnyeri.
persalinan 4. Tekanandarahnormal 2. Identifikasiskala.
5. Mengerangdanmenangistidakada 3. Identifikasifaktoryang memperberat
6. Berkeringattidakberlebihan rasa nyeri
4. Berikan terapi komplementer

untukmengurangirasanyeri(mis.Terapi
musik)
5. Kontrollingkungan yang memperberat
rasanyeri.
6. Ajarkan terapi komplementer
untukmenguranginyeri
(mis.Relaksasi)
7. Kolaborasi pemberian analgesik jika
diperlukan
Resikocederapadajanindita Status janinintrapartum Pemantauanfrekuensidenyutjantung
ndaidenganpersalinan kala h. Dasardenyutjantungjanin (120-160) l. Identifikasiadanyapenggunaanobat,die
I dan II, kelelahan. tidakterganggu. t, danmerokok.
i. Posisijanintidakterganggu. m. Monitor tanda vitalibu.
j. Warnacairanketubantidakterganggu. n. Anjurkanberbaringditempattidur.
o. Aturposisipasien.
4) Periksadenyutjantungjaninselamas
atumenit.
5) Jelaskan tentang tindakan
yang dilakukan
Resikocederapadaibuditan Tingkat kecemasan Teknikmenenangkan
daidenganpersalinan kala I c. Dapatistirahat. 5. Buatkontrak
dan II, cemasberlebihan, d. Perasaangelisahtidakada. 6. Diskusikanmasalah yangdialami.
ketubanpecah . e. Tekanandarahnormal 7. Ciptakanruangan yang
f. Berkeringatdingintidakada. tenangdannyaman.
g. Wajahtegangtidakada 8. Mintauntukmendengarkanmusik yang
h. Rasa cemas yang lembutdan yangdisukai.
disampaikansecaralisantidakada 9. Mimbinguntukberdoa, berdzikir,
membacakitabsuci,
ibadahsesuaidengan agama
yangdianut.
10. Lakukanhinggaperasaanmenjaditen
ang.
Keletihanberhubunganden Status Maternal: antepartum Manajemen energy
ganmerasaletih, 6. Tekanandarahnormal 1. Identifikasigangguanfungsitubuhya
mengalamipeningkatanene 7. Hbnormal ng mengakibatkankelelahan
rgi, 8. Tidakadamual 2. Sediakanlingkungannyamandanrend
lelahkarenahamilditandaid 9. Tidakmuntah ah
engankehamilan 10. Nyeriabdomenberkurang stimulus(mis.cahaya,suara,kunjunga
n)
3. Anjurkantirahbarang
4. Monitor poladan jamtidur
Sumber: SDKI (2016) & Nursing Outcomes Classification (2013), Nursing Interventions Classification (2013)
4.Implementasi
Implementasiadalahtahapkeempatdari proses keperawatan.
Tahapinimunculjikaperencanaanyang dibuatdiapliksaikanpadaklien. Aplikasi yang
dilakukandisesuaikandengankondisikliensaatitudankebutuhan yang paling
dirasakanolehklien.
Implementasikeperawatanmembutuhkanfleksibilitasdankreativitasperawat.
Sebelummelakukansuatutindakan,
perawatharusmengetahuialasanmengapatindakantersebutdilakukan.
5.Evaluasi
Evaluasiatautahappenilaianadalahtahapkelimadari proses
keperawatan.padatahapiniperawatmembandingkanhasiltindakan yang
telahdilakukandengankriteriahasil yang
sudahditetapkansertamenilaiapakahmasalah yang terjadisudahteratasiseluruhnya,
hanyasebagian, ataubahkanbelumteratasisemua (Oda Debora,2015).
DAFTAR PUSTAKA

Green, C. J &Wilkinson, J. M. (2012). Rencana asuhan keperawatan: Maternal & bayi baru
lahir. Jakarta: EGC

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012- 2014.


Jakarta: EGC

Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis & NANDA (NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS ASSOCIATION) NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediactionpublishing

Purwaningsih, W., & Fatmawati S. (2010). Asuhan keperawatan maternitas. Yogyakarta:


Nuha Medika

Reeder, S., Martin, L., &Griffin, K. (2011). Keperawatan maternitas: Kesehatan wanita,
bayi, & keluarga. Jakarta: EGC

Suryani, M. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas: Asuhan keperawatan intranatal.


Jakarta: TIM

Ujiningtyas, B., & Hari. S. (2009). Asuhan keperawatan persalinan normal. Jakarta:
Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN 
POST PARTUM

OLEH 

TRISAL RENEKONA MBOLIK


171111036
 
 
 

FAKULTAS KESEHATAN 
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2021  
A. KONSEP DASAR NIFAS
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang
dimulaisetelahplasentalahirdanberakhirketikaalatkandungankembalisepertikeadaansebelum
hamil, berlangsungkira-kira 6 minggu (Depkes, 2013).
Masa nifasatau masa puerperium adalah masa setelahpersalinanselesai 6 mingguatau
42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksisecaraperlahanakanmengalamiperubahansepertikeadaansebelumhamil.
Perubahan organ reproduksiini di sebut involusio (Martalita, 2012).
Masa nifasadalahsuatu masa yang dimulaisetelah kala III persalinan hingga organ
reproduksiibukembalike keadaan seperti sebelumhamildenganperiodewaktu 6 minggu.
2. TujuanAsuhanPada Masa Nifas
MenurutMartalita (2012), tujuanasuhanpada masa nifas, yaitu:
1) Menjagakesehatanibudanbayinya, baikfisikmaupunpsikologis.
2) Melaksanakanskriningsecarakomperhensif, deteksidini,
mengobatiataumerujukbilaterjadikomplikasipadaibumaupunbayi.
3) Memberikanpendidikankesehatantentangperawatankesehatandiri, nutrisi, KB,
caradanmanfaatmenyusui, pemberianimunisasisertaperawatanbayisehari-hari.
4) Memberikanpelayanankeluargaberencana (KB). 
3. PerubahanFisiologis Masa Nifas
Menurut Astutik (2015) Perubahan-perubahan yang terjadiselama masa nifasmeliputi:
a. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas
1) Tekanandarah
Tekanandarah <140 mmHg danbisameningkatdarisebelumpersalinansampai 1-3
hari masa nifas.
Bilatekanandarahmenjadirendahperludiwaspadaiadanyaperdarahanpada masa nifas.
Sebaliknyabilatekanandarahtinggi,
haltersebutmerupakansalahsatupetunjukkemungkinanadanya pre-eklampsi yang
bisatimbulpada masa nifasdandiperlukanpenangananlebihlanjut.
2) Denyut nadi
Setelahpersalinanjikaibudalamkeadaanistirahatpenuh, denyutnadisekitar
60x/menitdanterjaditerutamapadaminggupertama masa nifas. Frekuensinadi normal
yaitu 60-80x/menit. Denyutnadi masa
nifasumumnyalebihstabildibandingkansuhubadan. Padaibu
yang nervous, nadinyaakanlebihcepatkira-kira 110x/menit,
biladisertaipeningkatansuhutubuhbisajugaterjadi shock karenainfeksi.
3) Respirasi
Respirasi/pernapasan umumnyalambatatau normal,
karenaibudalamkeadaanpemulihanataukeadaanistirahat. Pernapasan yang normal
setelahpersalinanadalah 16-24x/menitatau rata-ratanya 18x/menit.
Jikaditandaitakipnea, makaperludikajitanda pneumonialataupenyakitnifaslainnya.
Bilarespirasicepatpada masa nifas (>30x/menit), kemungkinanadanya shock.
4) Suhu badan
Sekitarhari ke-4 setelahpersalinan, suhuibumungkinnaiksedikit, antara 37,2°C-
37,5°C. Bilakenaikanmencapai 38°C padahari ke-2 sampaihari-hariberikutnya,
perludiwaspadaiadanyainfeksiatau sepsis masa nifas.
b. Perubahansistemreproduksi
1) Uterus
Uterus berangsur-angsurmenjadikecil (involusi)
sehinggaakhirnyakembalisepertisebelumhamil. Selainterjadi involusi, jugaterjadi
proses autolysisyaitupencernaankomponen-komponenselolehhidrolase endogen
yang dilepaskandarilisosomsetelahkematian sel. 
2) Lochea
Loche adalahcairan/sekret yang berasaldari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam-macam lochea normal, adalah:
a) Lochearubra (cruenta): berisidarahsegardansisaselaputketuban, seldesidua,
vernikscaseosa, lanugo danmekonium, selama 2 harinifas. 
b) Locheasanguinolenta: berwarnakuningberisidarahdanlendir, harike 3-7 nifas.
c) Lochea serosa: berwarnakuning, cairantidakberdarahlagi, padaharike 7-14 nifas.
d) Lochea alba: cairanputih, keluarsetelah 2 minggu masa nifas.
Selainlocheadiatas, adajenislochea yang tidak normal, yaitu:
a) Locheapurulenta: terjadiinfeksi, keluarcairansepertinanahberbaubusuk.
b) Lochea statis: Lochea tidaklancarkeluarnya.
3) Serviks
Serviksmengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah 6
minggupersalinanserviksakanmenutup.
4) Vulva dan vagina
a) Vulva dan vagina mengalamipenekanansertaperegangan yang sangatbesarselama
proses melahirkanbayidandalambeberapaharipertamasesudah proses tersebut,
kedua organ initetapberadadalamkeadaankendur.
b) Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembalikepadakeadaansebelum hamil.
c) Setelah 3 minggu, ruggae (dindingdalam vagina)berangsur-
angsurakanmunculkembalisementara labia menjadilebihmenonjol.
5) Perineum
a) Segerasetelahmelahirkan, perineum
menajdikendurkarenasebelumnyateregangolehtekanankepalabayi yang
bergerakmaju.
b) Pada masa nifashari ke-5, tonus otot perineum
sudahkembalisepertikeadaansebelu, hamil,
walaupuntetaplebihkendurdaripadakeadaansebelummelahirkan.
Untukmengembalikan tonus otot perineum, makapada masa
nifasperludilakukansenamkegel.
6) Payudara
a) Penurunankadarprogesteronsedangkan hormonprolaktin meningkat setelahpersali
nan.
b) Kolostrumsudahadasaatpersalinanproduksi ASI terjadipadahari ke-2 atauhari ke-
3 setalahpersalinan.
c) Payudaramenajdibesardankerassebagaitandamulainya proses laktasi.
c. Perubahanpadasistemperkemihan
Buang air kecilseringsulitselama 24 jam pertama,
halinidikarenakankemungkinanterdapatspasme sphingter dan edema leherbuli-
bulisesudahbagianinimengalamikompresiantarakepalajanindantulang pubis
selamapersalinan.
Urindalamjumlah yang besarakandihasilkandalamwaktu 12-36 jam
sesudahmelahirkan.
d. Perubahanpadasistempencernaan
Diperlukanwaktu 3-4 harisbelumfaalususkembali normal.
Meskipunkadarprogesteronmenurunsetelahmelahirkan,
namunasupanmakananjugamengalamipenurunanselamasatuatauduahari,
geraktubuh berkurangdanususbagianbawahseringkosongjikasebelummelahirkandiberika
n enema. Rasa sakit di daerah perineum dapatmenghalangikeinginanuntuk BAB
sehinggapada masa nifasseringtimbulkeluhankonstipasiakibattidakteraturnya BAB.
e. Perubahanpadasistemkardiovaskular
Setelahterjadi diuresis akibatpenurunan estrogen, volume
darahkembalikepadakeadaan sebelum hamil. Jumlahseldarahmerahdan hemoglobin
kembali normal padahari ke-5. Plasma
darahtidakbegiitumengandungcairandandengandemikiandayakoagulasimeningkat.
Pembekuandarahharusdicegahdenganpenanganan yang
cermatdanpenekananpadaambulasidini.
f. Perubahanpadasistemendokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalamwaktusekitar 3 jam post partum.
Progesteronturunpadaharike 3 post partum. Kadar prolaktindalamdarahberangsur-
angsurhilang. 
g. SistemIntegumen
Perubahankulitselamakehamilanberupahiperpigmentasipadawajah
(cloasmagravidarum), leher, mammae,
dindingperutdanbeberapalipatansendikarenapengaruhhormon, akanmenghilangselama
masa nifas.
h. Perubahanpadasistemmuskuloskeletal
Adaptasisistemmuskuloskeletalmencakuphal-hal yang
membanturelaksasidanhipermobilitassendidanperubahanpusatgravitasiibu.
Stabilitassendilengkappadaminggu ke-6 sampaiminggu ke-8 setelahwanitamelahirkan.
Ambulasiumumnyadimulai 4-8 jam postpartum.
Ambulasidinisangatmembantumencegahkomplikasidanmempercepat proses involusi. 
i. Perubahanpadasistemhematologi
Padaharipertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akansedikitmenuruntetapidarahlebihmengentaldenganpeningkatanviskositassehinggame
ningkatkanfaktorpembekuandarah.
4. PerubahanPsikologi Masa Nifas
Menurut Maritalia (2012), terbagiatas 4, yaitu:
a. Fase Taking In
Merupakanfaseketergantungan yang
berlangsungdariharipertamasampaiharikeduasetelahmelahirkan.Ibuterfokuspadadirinyas
endirisehinggacenderungpasifterhadaplingkungannya. Padafaseini, kebutuhanistirahat,
asupannutrisidankomunikasi yang baikharusdapatterpenuhi.
b. Fase Taking Hold
Merupakanfase yang berlangsungantara 3-10 harisetelahmelahirkan.
Ibumerasakhawatirakanketidakmampuandan rasa
tanggungjawabdalamperawatanbayinya.
Perasaanibulebihsensitifsehinggamudahtersinggung.Hal yang
perludiperhatikanadalahkomunikasi yang baik,
dukungandanpemberianpenyuluhanataupendidikankesehatntentangperawatandiridanbay
innya. 
c. Fase Letting Go
Faseinimerupakanfasemnerimatanggungjawabakanperanbarunyasebagaiseorangibu.
Faseiniberlangsungselama 10
harisetelahmelahirkan.Ibusudahdapatmenyesuaikandiridenganketergantunganbayidansia
pmenjadipelindungbagibayinya. Perawatanibuterhadapdiridanbayinyasemakinmeningka
t. Rasa percayadiriibuakanperanbarunyamulaitumbuh,
lebihmandiridalammemenuhikebutuhandirinyadanbayinya.
Dukungansuamidankeluargadapatmembantuibuuntuklebihmeningkatkan rasa
percayadiridalammerawatbayinya.
5. Komplikasidalam Masa Nifas
MenurutDewi& Tri (2011), komplikasi yang bisaterjadipada masa nifasyaitu:
a. Perdarahan pervaginamadalahkehilangandarahsebanyak 500 cc
ataulebihdaritraktusgenetaliasetelahmelahirkan.
b. Komplikasi yang dapatterjadisaatnifasadalahinfeksinifas, yaitusuataukeadaan yang
mencakupsemuaperadanganalat-alatgenetaliaselama masa nifas. Masuknyakuman, virus
ataubakteridapatterjadi data kehamilan, waktupersalinandannifas.
1) Endometritis: peradangan yang terjadipada endometrium,
yaitulapisansebelahdalampadadindingrahim.
2) Peritonitis: peradanganpadaselaputronggaperut
3) Mastitis: peradanganpadapayudara yang biasanyaterjadi 1-3 minggusetelah post
partum.

6. Pemeriksaan Penunjang 
MenurutDewi& Tri (2011), Pemeriksaan yang biasadilakukan:
1) Kondisi uterus: palpasi fundus, TFU
2) JumlahPerdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma, pengeluaranlockia
3) Kandungkemih: distensi bladder
4) Tandatanda vital
5) Ujilaboratorium : fungsilumbal, hitungdarahlengkap, elektrolit, skriningtoksik, dai
serum danurin, AGD,dankadarkaliumdarah
7. PendidikanKesehatan (Dewi& Tri, 2011)
1) Pembalutandanperawatanawal
2) Diet
3) Mobilisasi
4) Menjagakebersihan genitalia
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASA NIFAS
1. Pengkajian Keperawatan
a. Informasi personal (biodata): Data yang dikumpulkanadalahidentitasibudansuaminya,
antara lain: nama, usia, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaandanalamat. Selainitu,
dapat pula ditambahkan data tentangtanggalpengkajiansertanomorrekammedis (Astuti,
dkk, 2015).
b. Keluhanutama: Kondisi yang dirasakantidaknyaman, rasa sakit yang
dialamiolehibusaatini,
bahkanadanyakelainansertakeluhanbaiksecarafisikmaupunpsikologis,
sepertikecemasandan rasa takut (Astuti, dkk, 2015).
c. Riwayat perkawinan: Mengkajiriwayatpernikahan, sepertipernikahankeberapa,
bertujuandalammemberikankonselingdanperawatanbayibarulahirsertaasuhandalamperub
ahanpsikologisteruatampadakehamilan yang tidakdiinginkan,
sepertihasilperkosaanataukehamilandariperkawinan yang tidaksahatautidakdirestui
orang tua (Astuti, dkk, 2015).
d. Riwayatobstetridankesehatan: MenurutAstuti, dkk (2015), merupakan riwayat yang
berhubungandengankehamilan, persalinandankeadaannifassaatini, baikkeadaan normal
maupun
abnormal. Riwayatkehamilan:Meliputijumlahpersalinandanjumlahabortussertaberapa
kali dilakukanpemeriksaan ANC. Hasillaboratorium mencakuppemeriksaan USG,
darahdanurin. Selinitudikaji pula
keluhanselamakehamilantermasukkondisiemosionaldanupayamengatasikeluhan,
tindakandanpengobatan yang diperoleh. Riwayatpersalinan: 
1) Tanggalpersalinan (hari, tanggal, jam, tempatibumelahirkan, dikaji pula siapa yang
menolongpersalinan, jenispersalinan, lama persalinan, kondisi perineum
danjaringansekitar vagina, lama pengeluaranplasenta, kelengkapanplasenta,
jumlahperdarahan, usiakehamilansaatmelahirkan, beratbadanbayi,
kelainanfisikdankondisianaksaatini).
2) Masalahselamahamil, bersalindannifas (hal-hal yang perludiperhatikan:
ketubanpecahdini, preeklampsia/eklampsia, kejang, anemia, riwayatperdarahan,
infeksiberat).
3) Riwayatnifassaatini (hal-hal yang perludiperhatikan: keadaanlochea (jenis, warna,
jumlahdanbaunya), bagaimanaibu BAK (terdapat rasa panassaat BAK atautidak),
keadaan perineal, abdominal, nyeripadapayudara, riwayatbayibarulahir
(lahirspontanataudenganinduksi/tindakankhusus, kondisibayisaatlahir
(langsungmenangisatautidak, apakahmembutuhkanresusitasi, nilaiskor APGAR,
jeniskelaminbayi, beratbadan, panjangbadandankelainankongenital).
e. Riwayat KB danperencanaankeluarga:
Pengkajiantentangpenegtahuanibudanpasangannyatentangkontrasepsi, jeniskontrasepsi
yang pernahdigunakan, rencanakontrasepsi yang
nantiaknadigunakanataupunrencanapenambahananggotakeluarga di masa mendatang
(Astuti, dkk, 2015).
f. Riwayatpenyakit dahulu: Anemia, HIV, sifilis, hepatitis, tuberkulosis, penyakitginjal,
diabetes dangondok. Ditanyakan pula tentanglamanyapenyakitdiderita,
bagaimanacarapengobatan yang dijalani (dirawatatautidak), apakahmenjalanioperasi, di
manamendapateprtolongan,
sertaapakahpenyakittersebutdideritasampaisaatiniataukambuhberulang-ulang. Selainitu,
dikaji pula tentangriwayatminumobat, diantaranyakonsumsiobattradisional, herbal,
vitamin atausuplemen (Astuti, dkk, 2015).
g. Riwayatkesehatankeluarga: Mengkajiadakahanggotakeluarga yang menderitapenyakit
yang diturunkansecaragenetika,
mengalamikelainankongenitalataupunpernahmenderitaatausedangmengalamipenyakitm
enularmaupungangguankejiwaan (Astuti, dkk, 2015).
h. Riwayatpsikososialdanbudaya: Mengkajiadaptasipsikologiibusetelahmelahirkan,
meliputipengalamantentangmelahirkan,
adakahmasalahperkawinandanketidakmampuanmerawatbayibarulahir, polakoping,
hubungandengansuami, hubungandenganbayi, hubungandengananggotakeluarga yang
lain,
dukungansosialdanpolakomunikasitermasukpotensikeluargauntukmemberikanperawatan
kepadabayidanibu. Selainitu, dikaji pula budaya yang dianuttermasukkegiatan ritual
yang berhubungandenganbudayaperawatanbayidanibu postpartum,
makananatauminuman yang dipantang, kebiasaan yang
merugikanmaupunmenguntungkan, sertaapakahibumenyendiribilamenyusui,
polaseksual, kepercayaandankeyakinan  (Astuti, dkk, 2015).
i. Pola ADL: MenurutAstuti, dkk (2015), data kebiasaansehari-
harimerupakanaktivitaspokokperawatandiriuntukmemenuhikebutuhanatautuntutanhidup
sehari-hari. Misalnya: 
1) Polanutrisi: nafsumakan, pola menu makanan yang
dikonsumsimeliputijumlahmakandanminum,
jenismakananfrekuensimakanataupunkonsumsimakananringan.
2) Polaistirahatdantidur: Lamanyatidur, waktutidur (siangdanmalam), hal-hal yang
menggangguistirahat, penggunaanselimut, lampureman-remangataulampugelap,
apakahmudahterganggudengansuara-suaradanposisisaattidur.
3) Polaeliminasi: Apakahibumengalami diuresis setalahmelahirkan,
adakahinkontinensia, apakahterjadiretensiurin, apakahperluakatatautindakansaat
BAK, sertapola BAB (frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karenaluka perineum
dankebiasaanpenggunaan toilet).
4) Personal hygiene: Polamandi, kebersihanmulutdangigi, penggunaanpembalut,
kebersihan genitalia, polaberpakaian, sertaatta rias rambutdanwajah.
5) Aktivitas: kemampuanmobilisasibeberapasaatsetelahmelahirkan,
sepertimelakukansenamnifas, kemampuanmerawatdiri, melakukaneliminasi,
sertakemampuanbekerjaatauberaktivitasdanmenyusui.
6) Rekreasidanhiburan: Mengkajikegiatan yang pernahdilakukan yang
membuatsegardanrileks, serta situasiatautempat yang menyenangkan.
j. Seksual: Mengkajibagaimanapolainteraksidanhubungandenganpasangan,
meliputifrekuensikoitus, pengetahuanpasangantentangseks,
sertakontinuitashubunganseksual. Selainitudikaji pula
pengetahuankapandimulainyahubungan intercourse pascapartum
(dapatdilakukansetelahlukaepisitomimembaikdanlocheberhenti, biasanyapadaakhirminggu
ke-3), riwayatlainnyameliputipenggunaanlubrikasiataupunadanyafaktor-
faktorpenggangguekspresiseksual, diantaranyabayimenangis, perubahan mood ibu,
gangguantidurdanfrustasi yang dapatmenurunkan libido atauhasratseksual (Astuti, dkk,
2015).
k. Pemeriksaanfisik (Purwanti, 2012)
a. Keadaanumum: Baikjikapasienmemperlihatkanrespon yang
baikterhadaplingkungandan orang lain,
sertasecarafisikkpasientidakmengalamiketergantungandalamberjalan.
Lemahjikapasienkurangatautidakmemberikanrespon yang baikterhadaplingkungandan
orang lain, sertapasiensudahtidakmampulagiuntukberjalansendiri.
b. Kesadaran: Untukmendapatkangambarantentangkesadaranpasien,
perludilakukanpengkajianderajatkesadaranpasiendaricomposmentissampaidengankom
a.
c. Tanda-tanda vital: Tekanandarah, nadi, pernapasan, suhu.
d. Kepala: bentukkepala, kebersihankepala, apakahadabenjolan, warnarambut,
kebersihanrambut, mudahrontokatautidak,
kebersihantelingadanadaatautidaknyagangguanpendengaran, konjuntiva, sklera,
gangguanpenglihatan, kebersihanhidung, adanyapolipatautidak,
alergiterhadapdebuatautidak, warnabibir, integritasjaringan, kebersihan, karies,
baumulutadaatautidak.
e. Leher: apakahadapembesarankelenjarlimfeatauparotitis.
f. Dada: Bentuk dada, simetris/tidak, bentukpayudara, ASI, keadaanputing, kebersihan,
bentuk BH, denyutjantung, gangguanpernapasan.
g. Abdomen: Bentuk abdomen, striae, linea, kontraksi uterus, TFU.
h. Ekstremitas: Atas (gangguan/kelainan, bentuk), bawah (bentuk, edema, varises).
i. Genital: Kebersihan, pengerluaranpervaginam, keadaanlukajahitan, tanda-tandainfeksi
vagina.
j. Anus: Haemorroid, kebersihan.
l. Data penunjang: Laboratorium (kadarHb, Hmt/hematokrit, kadarleukosit, golongandarah).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akutberhubungandengan agenscederafisik (pembedahan, trauma jalanlahir,
episiotomi) ditandaidenganmengekspresikannyerisecara verbal, tampakgelisah,
meringis, memegang area nyeri.
2) Gangguaneliminasiurin berhubungandengan gangguansensorikmotorikditandaidengandi
suria, seringberkemih.
3) Konstipasi berhubungandengan kelemahanotot abdomen ditandaidengannyeri abdomen,
distensi abdomen, perubahan pada poladefekasi, bisingusushipoaktif.
4) Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas yang ditandai dengan   keletih an
danketidaknyamanansetelahberaktivitas.
5) Ketidakefektifanpemberian ASI b.dkurangpengetahuan orang
tuatenrtangteknikmenyusuiditandaidenganbayimenangisdalam jam
pertamasetelahmenyusui, bayitidakmampu latch-on padapayudarasecaratepat,
tidakmenghisappayudaraterus-menerus.
6) Kesiapanmeningkatkanpemberian ASI
ditandaidenganibumengatakankeinginanuntukmemilikikemampuanuntukmemberi ASI
padabayi.
7) Ansietasberhubungandenganancamanpada status terkini.
8) Risikoinfeksiberhubungandenganprosedurinvasif.
9) Risikosyokhipovolemikberhubungandenganhipovolemia (pembedahan)
3. IntervensiKeperawatan
Pengkajiankeperawatandanperumusandiagnosakeperawatanmenggalilangkahperencanaa
ndari proses keperawatan. Perencanaanadalahkateoridariperilakukeperawatandimanatujuan
yang berpusatpadakliendanhasil yang
diperkirakanditetapkandanintervensikeperawatandipilihuntukmencapaitujuantersebut.
Selamaperencanaan, dibuatprioritas. Selainberkolaborasidengankliendankeluarganya,
perawatberkonsultasidengananggotatimperawatkesehatanlainnya, menelaahliteratur yang
berkaitanmemodifikasiasuhan, danmencatatinformasi yang
relevantentangkebutuhanperawatankesehatankliendanpenatalaksanaanklinik
4. Implementasi
Implementasikeperawatandilakukandenganmengacupadarencanatindakan/
intervensikeperawatan yang telahditetapkanataudibuat.
5. Evaluasi
Evaluasikeperawatandilakukanuntukmenilaiapakahmasalahkeperawatantelahteratasi,
tidakteratasi, atauteratasisebagiandenganmengacupadakriteriaevaluasi.
 
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2015. AsuhanKebidananNifasdanMenyusui. Jakarta: Erlangga.


 
Astutik, Yuli Reni. 2015. Buku Ajar: AsuhanKebidanan Masa NifasdanMenyusui. Jakarta:
Trans Info Media
 
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Ed. 6. United
Kingdom: Elsevier Global Rights.
 
Gloria, dkk. 2016. Nursing interventions Classification (NIC).Ed.6.Penerjemah:
IntansaridanRoxsana. Singapura: Elsevier Inc.
Herdman, T. Heather, et al. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
DefinisidanKlasifikasi 2015-2017. Ed. 10. Jakarta: EGC.
 
Saleha, Sitti. 2013. AsuhanKebidananpada Masa Nifas.Jakarta: SalembaMedika.
 

 
RESUME KEGIATAN DI POLI KIA PUSKESMAS OEBOBO KUPANG 08 JULI 2021

Jam 09.00

Ny. S

Ny. S usia 27 tahun dengan diagnosa obstetric G2P1A0AH1 dan usia kehamilan 20
minggu dating ke poli KIA dengan tidak ada keluhan, klien dating untuk control kehamilan agar
dapat mengetahui kondisi janin. Saat pengkajian diperoleh data menarche usia 14 tahun, siklus
teratur (28 hari), lamanya 5 sampai 6 hari, HPHT tanggal 20 Februari. Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes dan tidak menggunakan
kontrasepsi. Dilakukan pengukuran tanda tanda vital ibu diperoleh TD: 120/70 mmhg, BB:50 kg,
S:36,5 C, N:76x/menit, RR: 20x/menit sedangkan pengukuran denyut jantung janin (DJJ)
diperoleh 140 x/menit.

Pengkajian terkait pola pemenuhan kebutuhan sehari hari, pola istirahat/aktivitas,


personal hygene, nutrisi, psikososial dan spiritual serta eliminasi tidak ditemukan masalah.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh data sebagai berikut:

1. Kepala : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra normal, lapang pandang
jelas dan pergerakan bola mata baik. Wajah tidak sembab dan tidak terdapat cloasma
gravidarum. Pada mulut ditemukan mukosa membrane lembab, tidak ada candidiasis, tidak
ada sitomatitis, tidak ada caries dan tidak ada perdarahan gusi.
2. Dada dan aksila: mamae tampak membesar, papilla mamae menonjol, terdapat
hiperpgmentasi areola, colostrums belum keluar. Pola nafas teratur dan tidak ada
penggunaan otot bantu nafas.
3. Abdomen: belum dilakukan Leopold
4. Vulva dan perineum: tidak tampak pengeluran pervaginam, tidak ada varises dan edema.
5. Anus : tidak ada hemoroid
6. Ektremitas : tidak ada kekuatan sendi, pergerakan normal, reflek patella +/+ dan tidak ada
edema tungkai.

Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik ditemukan masalah keperawatan pada
Ny. S yaitu kesiapan peingkatan proses kehamilan-melahirkan. Pada pasien diberikan tindakan
keperawatan antara lain:
1. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat selama kehamilan untuk tumbuh kembang
janin dan kesehatan ibu
2. Membatasi aktivitas dan meningkatkan istirahat yang cukup
3. Mendiskusi cara untuk pemijatan payudara
4. Mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara

JAM 10.12

Ny. H. K

Melakukan penimbangan BB pada ibu H.K, mengukur TD, mengukul lingkar lengan, setelah
dilakukan pemeriksaan pasien dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan Leopold

Hasilnya:

 Kepala bayi sudah berada di PAP


 Djj bayi 140x/menit
 Lingkar perut 100 cm

JAM 10.42

Ny. M.I.L

Pasien baru pertama kali memeriksakan kehamilannya diketahui HPHT 02 juni 2021,
pemeriksaan yang dilakukan

 Mengukur tinggi badan: 154 cm


 Mengukur berat badan : 49 kg
 Mengukur tekanan darah; 120/70 mmhg
 Mengukur lingkar lengan : 27 cm

Hasil pemeriksaan urine pasien hamil, setelah pasien pulang pasien diberikan obat penambah
darah.

Kupang. 08 Juli 2021


Pengkaji
Rafidah Rasyid

Anda mungkin juga menyukai