Anda di halaman 1dari 2

A.

Pendahuluan

Seperti kita ketahui bahwa untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu
negara dari tahun ke tahun dapat dilihat dari pendapatan nasional negara tersebut. Dengan
mengamati tingkat pertumbuhan yang dicapai dari tahun ke tahun maka dapatlah dinilai prestasi
dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek
dan upaya-upaya untuk mengembang kan perekonomiannya dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada kurun waktu tahun 1970 an hingga tahun 1990-an yang
ditandai dengan tingginya persentase tingkat pertumbuhan ekonomi di beberapa negara di wilayah
Asia. Kemudian Negara-negara tersebut digolongkan kedalam kelompok negara 'High-Performing
Asian Economies (HPAEs), Di samping tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, negara-negara
tersebut memiliki karakteristik khusus lainnya dibandingkan dengan negara-negara berkembang
pada umumnya. Karakteristik tersebut antara lain

output dan produktvitas sektor pertanian meningkat secara pesat ,

Tingginya pertumbuhan ekspor manufaktur

> pertumbuhan penduduk turun relatif lebih cepat dan lebih besar

> Tingginya pertumbuhan penyediaan barang.-barang modal yang didorong oleh tabungan dalam
negeri

, Tingginya tingkat inisiatif penduduk dan sumber daya manusia

> Tingginya tingkat produktivitas di segala sektor

Di samping itu tingkat pertumbuhan yang tinggi, kelompok negara HPAEs mampu melakukan
pemerataan distribusi pendapatan, baik dalam hal alokasi sumber daya maupun hasil dari
pertumbuhan sendiri.

Masalah Ketimpangan Pendapatan Dan kemiskinan

Dengan berlangsungnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka kelompok negara-negara
HPAEs mampu menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Fenomena ini sangat
menarik karena bertentangan dengan hipotesis yang dikemukakan Kuznets (1955) dan hipotesis U.
Menurut kedua hipotesis tersebut pada tahap awal pembangunan akan ditandai adanya
pertumbuhan yang tinggi dengan disertai tingkat ketimpangan pendapatan yang tinggi pula. Kondisi
tersebut akan berlangsung sampai pada titik krisis tertentu, di mana tingkat pertumbuhan
ketimpangan pendapatan. ekonomi yang tinggi akan diikuti oleh semakin menurunnya tingkat
ketimpangan pendapatan

A. Ketimpangna Pendapatan
Ketimpangan pendapatan sebagai akibat dari ketimpangan pembangunan, sangat dirasakan
Indonesia sampai saat ini. Dimana masyarakat dipulau Jawa memiliki pendapatan yang
cenderung lebih tinggi dan lebih merata dibanding pendapatan yang diterima oleh
masyarakat di luar Pulau Jawa. Adams (2003) dalam Sudarlan (2015) menjelaskan
ketimpangan pendapatan pada dasarnya dapat diukur dengan menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu : Indeks Gini dan Kurva Lorenz. Ketimpangan pendapatan akan
menurunkan daya beli masyarakat atas output (barang atau jasa). Daya beli masyarakat yang
rendah, maka akan menghambat aktivitas ekonomi dalam menghasilkan output.
Peningkatan output yang terhambat akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah juga terhambat. (Alesina dan Rodrik, 1994). Terbatasnya output (barang dan jasa)
yang dihasilkan mendorong terbatasnya lapangan kerja yang mampu diciptakan serta upah
(pendapatan) yang diterima. Lapangan pekerjaan yang terbatas membuat masyarakat tidak
akan memperoleh pendapatan dan pada akhirnya akan menimbulkan kemiskinan.
B. Jadi, kemiskinan memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi karena jika
tingkat kemiskinan suatu negara cukup tinggi, maka daya beli masyarakat akan kurang.
Akibatnya perusahaan atau produsen tidak dapat menjual banyak barang dan jasa dalam
negeri. Maka dari itu produsen di negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi akan
memproduksi sedikit barang sehingga mereka tidak mengalami kerugian. Dengan begitu,
jumlah produksi barang tidak akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga
dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak mengalami pertumbuhan.
Maka dari itu, semakin tinggi tingkat kemiskinan suatu negara atau wilayah, semakin rendah
pula tingkat pertumbuhan ekonomi negara atau wilayah tersebut. Sebaliknya, jika suatu
negara atau wilayah memiliki tingkat kemiskinan yang rendah, maka pertumbuhan ekonomi
negara atau wilayah tersebut semakin bagus. Untuk menghindari tingkat kemiskinan yang
tinggi, maka pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan jumlah
angkatan kerja yang ada atau memberikan pelatihan agar masyarakat memiliki kemampuan
pada bidang masing-masing sehingga akan mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu
meningkatkan daya beli masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai