Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR KERJA 4

MENYUSUN KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


DOLMEN PTK TAHUN 2021

Nama Guru : Kurniasih Fajarwati


Instansi : SMAN 1 Wonogiri
Mata pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas : XI

Setelah mengerjakan LK 3, kembangkanlah ide yang bapak/ibu tulis menjadi kalimat utuh yang
saling bersinergi. LK 3 adalah ide awal yang mendasari proposal PTK bab 2. Bapak/ ibu bisa
menulis proposal bab 2 dengan kerangka sebagai berikut:

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Kemampuan Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk
berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara.
Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, diantaranya sebagai
berikut.
Hariyadi dan Zamzami (1996/1997:13) mengatakan berbicara pada
hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi
pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang sudah disebutkan
dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan,
atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat
dipahami oleh orang lain.
Burhan Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah
aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian
manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.
Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan
menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 2008:14). Dapat
dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide
yangdikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.
Selanjutnya berbicara menurut Mulgrave (melalui Tarigan, 2008:16)
merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah
pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah ia bersikap tenang atau dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia
waspada serta antusias atau tidak.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama
dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan
mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan
pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan
berbahasa yang paling umum dipakai.
Berdasarkan pengertian berbicara yang telah disampaikan oleh beberapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian berbicara adalah aktivitas
mengeluarkan kata-kata atau bunyi berwujud ungkapan, gagasan informasi
yang mengandung makna tertentu secara lisan.
2. Unggah-Ungguh Basa Jawa
Bahasa Jawa merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia,
adanya pembinaan dan pengembangan masih tetap dalam bingkai
Keindonesiaan. Bahasa Jawa berkembang sebagai identitas diri dengan cara
mempertahankan nilai-nilai luhur yang termuat didalamnya. Sejalan dengan itu
bahasa Jawa tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan Jawa. Bahasa Jawa bukan
sekedar artefak budaya Jawa, tetapi juga merupakan bahasa kebudayaan
Jawa.
Bahasa Jawa memiliki tingkat tutur dalam menggunakan percakapan.
Tingkat tutur kata dalam Bahasa Jawa menunjukkan adab sopan santun
berbahasa Jawa dalam masyarakat. Sehubungan dengan adanya tingkat tutur
dalam bahasa Jawa, banyak ahli bahasa yang membuat perincian atau tingkat
tutur tersebut. Bahasa Jawa diartikan sebagai seperangkat aturan yang
digunakan oleh pemakai bahasa Jawa, bertujuan untuk memelihara rasa saling
menghormati atau menghargai orang lain, bertindak serta bertingkah laku,
tercermin dalam pemilihan kata, serta membentuk kalimat serta lagu dalam
berbicara (Andayani, 2011: 84).
Ragam unggah-ungguh basa terdapat banyak sekali, tetapi disini hanya
disebutkan empat macam, yaitu ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama
alus. Sasongko (2009:128) menegaskan bahwa secara emik, unggahungguh
bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ngoko dan krama. Kemudian
secara etik unggah-ungguh bahasa Jawa terdiri atas ngoko lugu, ngoko alus,
krama lugu, dan krama alus.
1) Ragam Ngoko
Ragam ngoko yaitu bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan
leksikon ngoko dan bukan leksikon lain. Pada ragam ini, semua afiks muncul
berbentuk ngoko, misalnya di-, -e dan –ake. Varian dari ragam ngoko adalah
ngoko lugu dan ngoko alus. a) Ngoko Lugu Ngoko lugu merupakan bentuk
unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua bentuk semua kosa katanya ngoko
atau netral (leksikon ngoko lan netral) tanpa terselip krama, krama inggil, atau
krama andhap. Dalam ragam ini afiks yang digunakan adalah afiks di-, -e, dan –
ake bukan afiks dipun-, -ipun, dan –aken. b) Ngoko alus Ngoko alus yaitu
bentuk unggah-ungguh yang terdapat bukan hanya terdiri dari leksikon ngoko
dan netral saja, tetapi juga terdiri dari leksikon krama inggil, krama andhap, dan
krama. Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan –ne.
2) Krama lugu
Krama lugu adalah suatu bentuk ragam krama yang tingkat kehalusannya
rendah. Saat dibandingkan dengan bentuk ngoko alus, ragam krama lugu masih
tetap menunjukkan kadar kehalusannya. Masyarakat yang masih belum
mengetahui akan hal ini masih menyebut dengan sebutan krama madya.
Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada afiks
dipun-, -ipun, dan –aken.
3) Krama alus
Krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang terdiri dari
semua kosakatanya bentuk leksikon krama dan dapat ditambah dengan
leksikon krama inggil atau krama andhap. Intik dari leksikon dalam ragam ini
hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Dalam tingatan ini leksikon madya
dan leksikon ngoko tidak pernah muncul. Penggunaan dari leksikon krama inggil
dan andhap yaitu untuk penghormatan terhadap lawan bicara. Dalam tingkat
tutur ini afiks dipun-, - ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul 20
daripada afiks di-, -e, dan -ake. (dalam Arafik (2011:83)
Jadi unggah-ungguh basa sangat penting untuk diajarkan kepada peserta
didik di sekolah. Selain untuk melestarikan budaya daerah, unggah-ungguh
basa juga berfungsi sebagai penerapan sopan santun dalam hal berkata,
maupun berbuat saat berhadapan dengan orang lain, serta agar tumbuh
karakter pada diri anak tersebut.
3. Quantum Learning
Quantum Learning adalah gabungan yang seimbang antara bekerja dan
bermain. Quantum Learning juga menyertakan kesadaran bahwa belajar itu
bukan hanya tentang informasi yang dipelajari, melainkan cara dan alasan
mempelajarinya (Deporter, 2011). Metode ini menjaga keseimbangan antara
belajar dan bermain yang dapat menghilangkan kejenuhan yang ada dalam diri
siswa.
Pembelajaran Quantum Learning berupaya memadukan, menyinergikan
dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku peserta didik dengan
lingkungan yang berupa fisik dan mental sebagai konteks pembelajaran. Lebih
tepatnya dikatakan bahwa pembelajaran Quantum Learning, lingkungan fiskal-
mental dan keampuan pikiran atau diri manusia sama pentingnya dan saling
mendukung. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau
potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulus yang
seimbang agar pembelajaran berjalan dengan baik.
Karakteristik berikutnya adalah Quantum Learning memusatkan perhatian
pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral
dalam Quantum Learning. Oleh karena itu, Quantum Learning memberikan
tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi, dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna. Proses pembelajaran ini dipandang sebagai penciptaan
interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi
kemampuan pikiran dan bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya-cahaya
yang bermanfaat bagi keberhasilan. Pembelajaran interaksi yang tidak mampu
mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, jika perlu dibuang jauh dalam
proses pembelajaran. Sehingga, dalam kaitan inilah kumunikasi menjadi sangat
penting dalam pembelajaran Quantum Learning
Metode pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada
pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola
secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya
salah satu diantaranya. Dikatakan demikian, karena pembelajaran yang berhasil
bukan hanya terbentuk keterampilan akademis dan prestasi fiskal
pembelajaran, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup
pembelajar. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga
dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis,
keterampilan hidup, dan prestasi fiskal.
Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses
pembelajaran kurang bermakna. Oleh karena itu, pembelajaran harus memiliki
nilai dan keyakinan tertentu yang bersifat positif dalam proses pembelajaran.
Selain itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan
positif dalam diri pembelajar. Misalnya, pembelajaran perlu memiliki keyakinan
bahwa kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir dari segalanya.
Quantum Learning juga memiliki karakteristik yang mengutamakan
keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan keterbatasan.
Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain
interaksi. Dari pernyataan tersebut perlu diakui keragaman gaya belajar siswa
atau peserta didik, dikembangkan aktivitas-aktivitas peserta didik yang
beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran
Karakteristik Quantum Learning juga mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran,
membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih
optimal. Selain itu, Quantum Learning lebih bersifat humanistis bukan
positivistis-empiris, “hewani-istis”, ataupun nativiistis. Manusia selaku peserta
didikdiyakini dapar berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan
hukuman dipandang sebgai gejala manusiawi, karena menunjukkan bahwa
semua yang ada pada manusia harus dilihat dalam perspektif humanistis.
Penerapan metode Quantum Learning memiliki tujuan yang menunjukkan
bahwa metode ini sangat dianjurkan untuk diterapkan. Pertama, Quantum
Learning digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Kedua,
metode ini juga dapat digunkan untuk menciptakan proses belajar yang
menyenangkan. Ketiga, Quantum Learning dapat menyesuaikan kemampuan
otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak. Keempat, Quantum Learning dapat
membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir. Kelima, Quantum
Learning digunakan untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran.

2.Langkah-langkah Metode Pembelajaran Quantum Learning


Langkah-langkah metode pembelajaran Quantum Learning antara lain
(1) kekuatan “AMBAK” (Apakah manfaatnya bagiku),
(2) penataan lingkungan belajar,
(3) memupuk sikap juara,
(4) bebaskan gaya belajarnya,
(5) membiasakan mencatat,
(6) membiasakan membaca,
(7) jadikan anak kreatif,
(8) melatih kekuatan memori otak.
Langkah pertama yaitu kekuatan “AMBAK” (apakah manfaatnya bagiku).
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara dan
akibat-akibat suatu keputusan (Depporter dan Henarcki, 2011). Motivasi sangat
diperlukan dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan
untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini, siswa akan diberi motivasi oleh
guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah
mempelajari suatu materi.
Langkah kedua yaitu penataan lingkungan belajar. Dalam proses
pembelajaran diperlukan penataan lingkungan yang dapat siswa merasa betah
dalam belajar. Penataan lingkungan belajar yang tepat dan efektif dapat
mencegah kebosanan dalam diri siswa.
Langkah ketiga adalah memupuk sikap juara. Langkah ini perlu dilakukan
untuk lebih memacu belajar siswa di kelas. Seorang guru hendaknya tidak
segan memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya.
Namun, tidak pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi.
Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.
Langkah keempat adalah bebaskan gaya belajar peserta didik. Ada
berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa. Gaya belajar tersebut
yaitu visual, auditoria dan kinestetik. Pada pembelajaran Quantum Learning,
guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan
janganlah terpaku pada satu gaya belajar siswa.
Langkah kelima adalah membiasakan mencatat. Belajar akan benar-
benar dipakai sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima
melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan
dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa masing-masing. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yanng mudah
dimengerti oleh siswa tersebut. Simbol-simbol tersebut juga dapat berupa
tulisan.
Langkah keenam adalah membiasakan membaca. Salah satu aktivitas
yang cukup penting adalah membaca. Dampak dari membaca adalah siswa
akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, penambahan wawasan,
serta daya ingat. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca
buku pelajaran serta buku-buku pengetahuan umum yang lain.
Langkah ketujuh adalah menjadikan anak lebih kreatif. Siswa yang kreatif
adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba, dan senang bermain. Dengan
adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang
segar dalam belajarnya.
Langkah terakhir adalah dengan melatih kekuatan memori otak siswa.
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam proses belajar anak. Oleh sebab itu
siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik (pusat
kurikulum, 2002)
Metode pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan
peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajar melalui panca
indera baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.
Sehingga hasil pepenelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat
yaitu katakan dan lakukan yang berarti metode ini mengutamakan keaktifan
siswa. Siswa mencobamempraktekkan media melalu kelima inderanya dan
kemudian melaporkannya dalam laporan dan dapat mencapai daya ingat 90%.
Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi
pelajaran akan semakin bermakna.
4. Podcast
Media audio podcast sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang, berawal
hanya pengguna Apple Broadcast hingga sekarang dapat di akses bebas
menggunakan platform online. Media yang berasal dari Amerika ini memiliki
revolusi siaran konvensional dengan kebebasan on demand. Saat sedang
menikmati siaran podcast pendengar tidak lagi harus menunggu acara yang
ingin di dengar, hanya dengan mencari topik siaran maka pengedengar dapat
menikmati saat itu juga. Munculnya ide podcast pertama kali adalah saat
pertemuan antara Adam Curry dan Dave Winer pada awal tahun 2000. Lalu di
kembangkan hingga tahun 2004, Adam berhasil menulis program iPodder, yang
memungkinkan dirinya mengunduh secara otomatis internet radio broadcast ke
iPod miliknya. Podcast hadir pada tamun 2005 namun baru mulai dilirik
pendengarnya pada tahun 2007. Pada saat itu belum banyak pengunggah
podcast yang menjadikan banyak variasi podcast sesuai kategori nya (Watson,
2019).
Podcast dapat didengarkan dengan segala suasana, karena memiliki
banyak kriteria dalam isi sebuah rekaman audio yang diuungah dalam podcast.
Terdapat beberapa platform yang mendukung tersedia nya podcast, seperti :
a. iTunes
b. Stitcher
c. Google Play
d. Spotify
Dari empat ruang tersebut, Spotify memiliki ruang paling sering dikunjungi
pendengar podcast. Spotify memberikan kategori tersendiri untuk menampung
berbagai jenis podcast. Hal ini memudahkan pendengar untuk memilih sesuai
dengan suasana yang sedang terjadi. Di dalam kategori yang disediakan oleh
Spotify masih menampilkan detil dari sub-kategori nya seperti, Stories podcast,
True Crime podcst, News & Politics podcast, Comedy podcast, Sports &
Recreation podcast, Society & Culture podcast, Educational podcast, Life &
health podcast, Business & Techonoly podcast, Arts & Entertaiment podcast,
Music Podcast, Games Podcast, dan Kid & Family Podcast. Sub-kategori ini
sangat menggambarkan jumlah keragaman tipikal dan tema dari konten creator
podcast.
Pertengahan tahun 2019 podcast merambah materi dalam bentuk video.
Sehingga saat ini podcast mengacu pada podcast audio dan podcast video. Kini
istilah podcast diartikan dengan materi audio dan video yang tersedia di internet
yang dapat dipindah secara otomatis ke media portable baik secara gratis dan
berlangganan (Efi, Yudhapramesti, & Aristi, 2017).
Sama seperti hal nya jenis music dan genre film, podcast pun memiliki
banyak jenis yang dapat di kategorikan sesuai dengan pendengarnya.
Walaupun podcast merupakan salah satu dari hasil media baru, namun podcast
tidak melibatkan pendengar nya berinteraksi. Podcast merupakan komunikasi
satu arah yang hanya dapat memberikan informasi, berbeda dengan radio yang
memberikan kesempatan pendengarnya untuk berinteraksi. Ada tiga jenis
podcast, seperti (Putra, 2018) :
1. Podcast Interview
Jenis ini merupakan yang paling sering ditemui dalam konten podcast.
Podcast interview merupakan siaran yang dilakukan antara dua penyiar dan
mebahas suatu topic tertentu. Jenis podcast ini biasanya dilakukan oleh satu
penyiar dan satu bintang tamu. Isi dari podcast ini biasa nya menyesuaikan
dengan bintang tamu yang diundang saat siaran berlangsung. Obrolan yang di
rekam juga tidak terlalu perlu disiapkan, karena penyiar akan mengulik bintang
tamu secara reflek seperti sedang mengajak berdiskusi. Banyak para podcaster
menggeluti jenis podcast ini, karena dirasa mudah dan dapat menggunakan isu
yang lebih luas. Contoh nya seperti podcast dari Cerita Kumparan yang biasa
membahas dengan beragam kategori berbeda setiap unggahan yang biasa nya
membahas mengenai kehidupan sosial. PORD (Podcast Raditya Dika) yang
sering membahas mengenai keresahan kehidupan bersama artis-artis ternama.
Dan salah satu nya pula podcast dari Dochisadega merupakan jenis Podcast
Interview. Dochisadega Podcast merupakan salah satu podcast yang mengulik
tema perusahaan dalam komunitas pengguna street wear.
2. Solo Podcast
Salah satu jenis podcast ini digeluti oleh pengguna podcast yang baru. Jenis
ini mempermudah podcaster baru dalam memperlajari proses membangun
konten podcast. Dengan memulai dengan jenis solo podcast ini hanya
dilakukan oleh satu penyiar saja. Tidak banyak yang perlu disiapkan oleh
solo podcaster, hanya memerlukan alat perekam dan ide yang akan direkam
untuk diunggah dalam podcast. Dalam penacarian ide konten podcast pun
dipermudah tanpa mengimbangi lawan bicara dalam siaran. Ide yang di
gunakan lebih sering membahas keresahan sang pemilik akun podcast,
menceritakan tentang opini dari pengalam diri, dan membahas isu tertentu
yang dekat dari pengalaman podcaster. Contoh dari beberapa jenis solo
podcast seperti Kita dan Waktu Podcast yang membahas mengenai
pengalaman sehari-hari dari pemilik podcast. Dan podcast BiarLega yang
kontennya membahas mengenai beberapa kritik sosial dan pengalaman
pemilik podcaster.
3. Multi-Host Podcast
Jenis podcast yang dilakukan secara dinamis karena dibawakan oleh dua
penyiar. Multi-Host podcast juga menyajikan diskusi tentang suatu topik
dengan kesiapan lebih matang dari interview podcast. Kedua penyiar
mengutarakan opini masing-masing dari segi tema yang telah ditentukan.
Tidak jarang Multi-Host Podcast juga mengundang bintag tamu untuk
mengutarakan opini. Bebas nya berkarya dan berpendapat di media
podcast, menjadikan salah satu podcaster Magdalane’s mind mampu
berargumen tentang pendidikana sex. Rekaman siaran ini dilakukan oleh
dua perempuan. Tema ini dibawa cukup lengkap dan terasa lebih santai.
Ada pula podcast dari Spicy Talks yang membahas tentang sosial dan
keresahan sosial politik yang sedang terjadi pada saat ini.
Setelah mengetahui jenis-jenis podcast maka perlu diketahui beberapa
kriteria podcast yang menjadi rekomendasi, seperti : a. Topik yang relevan b.
Dikemas dengan santai dan terdapat humor c. Menghibur d. Unik e. Sederhana
dalam segi materi namun terdengar percakapan yang akrab f. Dll (Efi et al.,
2017)
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
N Judul Penelitian Pengarang Hasil penelitian
o dan Instasi
yang
menerbitkan
1 The Use Of https:// Tujuan dari penelitian
Podcast To ejournal.undik ini adalah peningkatan
Improve The sha.ac.id/ kemampuan berbicara
Speaking index.php/ siswa dalam Bahasa
Competency Of JPBI/article/ Inggris dengan
The Tenth view/6067 penggunaan podcast
Grade Students dalam kegiatan belajar
Of Sma Negeri mengajar Bahasa
1 Amlapura In Inggris. Penelitian ini
Academic Year dilaksanakan di SMA
2015/2016 Negeri 1 Amlapura.
Subjek dari penelitian
ini adalah siswa kelas X
MIA 1, dengan
kemampuan  siswa
kelas X MIA 1 dalam
berbicara dengan
menggunakan Bahasa
Inggris sebagai objek
penelitian. Metode
penelitian yang
digunakan adalah
penelitian tindakan
kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua
siklus, masing-masing
siklus meliputi langkah-
langkah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan
tindakan,
observasi/evaluasi dan
refleksi. Data yang
diambil dalam
penelitian ini adalah
data kualitatif dan data
kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari
hasil kuisioner dan
observasi. Sementara
data kuntitatif didapat
melalui hasil pre-test
dan post-test yang
diberikan kepada
siswa. Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan bahwa
nilai rata-rata
kemampuan berbicara
siswa dengan
menggunakan Bahasa
inggris saat pre-test
sebesar 60.43, pada
post-test 1 sebesar
72.46, pada post-test 2
mencapai 79.78 dan
jumlah siswa yang
mencapai nilai
ketuntasan dalam
berbicara Bahasa
Inggris naik menjadi
83.33%. Oleh karena
itu, dapat dikatakan
bahwa implementasi
podcast sebagai media
pembelajaran dalam
kegiatan belajar
mengajar Bahasa
Inggris dapat
meningkatkan
kemampuan berbicara
siswa. Selain itu,
berdasarkan hasil
kuesioner dan
observasi selama
kegiatan belajar
mengajar berlangsung,
dapat disimpulkan
bahwa media
pembelajaran ini juga
dapat meningkatkan
motivasi siswa untuk
belajar Bahasa Inggris.
2 Peranan https://www.e- Penelitian ini bertujuan
Podcast And prosiding.umn untuk mengetahui
Guessing aw.ac.id/ peranan penggunaan
Technique index.php/ Podcast dan Guessing
Sebagai penelitian/ Technique
Media Untuk article/ untuk meningkatkan
Meningkatkan download/ kemampuan berbicara
Kemampuan 777/752 mahasiswa dalam
Berbicara Bahasa Inggris.
Mahasiswa Kemampuan
Bahasa Inggris berbicara dalam
bahasa Inggris menurut
penelitian terdahulu
terbukti secara
signifikan
berhubungan dengan
teknik-teknik
pembelajaran yang
digunakan guru
didalam kelas. Dalam
penelitian ini, penulis
mengungkapkan
permasalahan-
permasalahan yang
dialami mahasiswa
sehingga dalam
penelitian ini peneliti
ingin mencoba
memberikan alternative
media baru yaitu
podcast dan
menggabungkannya
dengan metode
pembelajaran
yangmenyenangkan
yaitu guessing
technique” untuk
mengatasi kebosanan
siswa sehingga
kegiatan belajar
mengajar dapat
berjalan
efektif dan juga
menyenangkan.Jenis
penelitian ini adalah
penelitian
eksperimental.
Berdasarkan
analisis data,
penggunaan teknik
menebak kata dengan
menggunakan media
podcast memiliki
peranan yang
significant dalam
meningkatkan
keterampilan berbicara
siswa. Dengan nilai T-
test
15, 888 sedangkan
Ttabel 2, 00 dari nilai
tersebut dapat diambil
kesimpulan teknik
menebak dan
Podcast dapat
meningkatkan prestasi
belajar siswa.
3 Peningkatan http:// an analisis deskriptif
Keterampilan repository.unw kualitatif. Berdasarkan
Berbicara idha.ac.id/ hasil penelitian dapat
Bahasa Jawa 405/1/Sri disimpulkan bahwa
Krama Alus %20Wahyuni.fi pembelajaran
Melalui Metode x.pdf keterampilan berbicara
Bermain Peran bahasa Jawa krama
Pada Siswa alus dengan metode
Kelas Viiid Smp bermain peran pada
Negeri 1 Baki siswa kelas VIIID SMP
Sukoharjo Negeri 1 Baki
Tahun Sukoharjo dapat
Pelajaran meningkatkan aktivitas
2015/2016 siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dari
meningkatnya aktivitas
siswa pada setiap
siklusnya. Pada siklus I
jumlah skor aktivitas
siswa adalah 800
dengan rata-rata skor
sebesar 26,7 dan
memperoleh kriteria
baik. Jumlah skor
aktivitas siswa pada
siklus II meningkat
menjadi 940 dengan
rata-rata skor 31,3 dan
termasuk kriteria
sangat baik.
Keterampilan berbicara
bahasa Jawa krama
alus siswa juga
mengalami peningkatan
pada setiap siklusnya.
Hal ini ditunjukkan dari
jumlah skor
keterampilan berbicara
bahasa Jawa krama
alus siswa pada siklus I
adalah 451 dan 493
pada siklus II. Rata-rata
nilai evaluasi siswa pun
mengalami
peningkatan. Pada
siklus I nilai rata-rata
siswa 75,2 kemudian
meningkat menjadi 82,2
pada siklus II.
Sedangkan persentase
ketuntasan klasikal juga
mengalami
peningkatan, yaitu pada
siklus I sebesar 70%
meningkat menjadi
93,3% pada siklus II.
4 Implementasi Penelitian ini bertujuan
Model https://ejournal untuk mengetahui
Pembelajaran .undiksha.ac.id peningkatan
Quantum /index.php/JJP keterampilan berbicara
Learning GSD/article/do Bahasa
Dengan Gaya wnload/ Indonesia siswa kelas
Belajar Vak 1443/1304 VB semester I SD No 2
Untuk Banyuasri melalui
Meningkatkan implementasi model
Keterampilan pembelajaran Quantum
Berbicara Learning dengan Gaya
Bahasa Belajar VAK (visual,
Indonesia auditorial, dan
Berbantuan kinestetik) berbantuan
Media Film media Film Pendek.
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus.
Setiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu
tahap perencanaan,
pelaksanaan,
observasi/evaluasi dan
refleksi dengan
pengumpulan data
menggunakan metode
non tes (tes performan)
melalui
pengamatan/penilaian
secara langsung pada
siswa menggunakan
lembar rubrik
penilaian keterampilan
berbicara dengan
Indikator dalam
keterampilan berbicara
yang
menjadi amatan antara
lain, tekanan kata,
pilihan kata, kelancaran
dan ketepatan isi
dan pemberian skor
pada tiap indikator
keterampilan berbicara
disesuaikan dengan
kemampuan siswa
dalam keterampilannya
berbicara. Hasil
penelitian menunjukan
bahwa keterampilan
berbicara Bahasa
Indonesia siswa
dengan implementasi
model
pembelajaran Quantum
Learning dengan gaya
belajar VAK (visual,
auditorial, dan
kinestetik) berbantuan
media film pendek
dapat meningkatkan
keterampilan berbicara
siswa. Terjadi
peningkatan
persentase pada siklus
I sebesar 65 %
mengalami
peningkatan sebesar
90 % pada siklus II.
5 Penerapan https:// Berdasarkan catatan
Metode journal.uncp.a guru, aktivitas siswa
Quantum c.id/ dalam tanya jawab dan
Learning Dalam index.php/ diskusi kelas masing-
Upaya onoma/ masing hanya sebesar
Meningkatkan article/view/ 30% dan 35% dari 25
Hasil Belajar 1119 siswa yang ada.
Siswa Kelas Sebagian besar dari
Viii.A Smp siswa justru
Pesantren memperlihatkan
Datok Sulaiman aktivitas yang tidak
Palopo relevan dengan
Khususnya pembelajaran, seperti
Pada kelihatan bengong dan
Pembelajaran melamun, kurang
Bahasa bergairah, kurang
Indonesia memperhatikan,
bermain-main sendiri,
berbicara dengan
teman ketika
dijelaskan, canggung
berbicara atau
berdialog dengan
teman waktu diskusi,
dan lain sebagainya.
Salah satu metode
pembelajaran yang
sesuai adalah metode
Quantum Learning
yaitu salah satu bentuk
pembelajaran yang
membangun ikatan
emosional sehingga
tercipta kesenangan
dalam belajar pada diri
siswa. Berdasarkan hal
tersebut, maka
permasalahan yang
diselidiki dalam
penelitian ini adalah
bagaimana langkah-
langkah penerapan
metode Quantum
Learning yang tepat
agar dapat
meningkatkan hasil
belajar bahasa
Indonesia siswa Kelas
VIII.A SMP Pesantren
Datok Sulaiman
Palopo? Penelitian ini
bertujuan untuk
mendapatkan langkah-
langkah penerapan
metode Quantum
Learning yang tepat
agar dapat
meningkatkan hasil
belajar bahasa
Indonesia siswa Kelas
VIII.A SMP Pesantren
Datok Sulaiman
Palopo. Penelitian ini
dilaksanakan di SMP
Pesantren Datok
Sulaiman Palopo
dengan subjek
penelitian siswa kelas
VIII.A yang berjumlah
32 siswa. Analisis data
dilakukan dengan
menggunakan statistik
deskriptif. Berdasarkan
hasil yang diperoleh
jika dari skor rata-rata
hasil belajar bahasa
Indonesia siswa pada
siklus I adalah 66,3
mengalami penurunan
pada siklus II dengan
skor 65,1. Hal ini terjadi
karena materi yang
disajikan pada siklus I
berada dengan materi
pada siklus II, sehingga
rata-rata kelasnya turun
tidak berarti bahwa
hasil belajar siswa
menurun karena jika
dilihat perolehan skor
untuk materi
pembelajaran
menyampaikan
gagasan dalam diskusi
sudah cukup baik
dimana menyampaikan
gagasan dalam diskusi
merupakan pelajaran
yang mem-butuhkan
pemahaman baik untuk
mampu
menghubungkan antara
teori yang ada
kemudian digunakan
untuk menganalisis
soal-soal. Disisi lain,
jika dilihat rentang skor
pada siklus I yaitu 69,5
kemudian semakin
menurun pada siklus II
yaitu 53,0. Hal ini
menunjukkan suatu
peningkatan, artinya
pada siklus II siswa
sudah mulai memacu
atau mengoptimalkan
potensi yang mereka
miliki, sehingga
perbedaan skor antara
siswa yang sangat baik
dan sangat kurang
sudah tidak terlalu jauh.
Dari data di atas jelas
terlihat bahwa dengan
penerapan metode
Quantum Learning
yang membawa siswa
bergembira dalam
belajar telah mengubah
citra diri siswa yang
semula pesimis akan
kemampuan yang
dimilikinya kini
menunjukkan
optimisme yang
ditunjukkan dari hasil
pekerjaannya dalam tes
dan perilaku siswa
selama proses belajar
mengajar
C. KERANGKA BERPIKIR

Kondisi pratindakan

Kemampuan berbicara menggunakan


unggah-ungguh basa Jawa rendah

Implementasi Tindakan
Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara unggah
ungguh basa Jawa melalui metode quantum learning
berbantuan podcast

Guru menerapkan metode pembelajaran quantum


learning berbantuan podcast:
- Memudahkan siswa memahami unggah-
ungguh bahasa Jawa
- Berlajar menyenangkan dan bermakna
- Mendapatkan pengalaman belajar yang baru
- Siswa menjadi lebih aktif dan atusias dalam
pembelajaran

- Kemampuan berbicara dengan


unggaj ungguh bahasa Jaw
meningkat

Anda mungkin juga menyukai