Askep Hipospadia - Kelp6
Askep Hipospadia - Kelp6
DENGAN HYPOSPADIA
Dosen Pembimbing: Ibu Ami Novianty S, S.Kep., Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yan telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Hipospadia
Penyusunan laporan ini merupakan tugas dalam materi Blok 1.4 yaitu tentang Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia. Dalam penelusuran artikel menggunakan
metode PICO kami mengalami beberapa kendala, diantaranya kesulitan menemukan
keyword yang cocok. Keyword yang keliru sangat mempengaruhi hasil akhir dari laporan
ini yang sesuai dengan latar belakang yang kami ambil. Dalam pembuata Asuhan
Keperawatan pada anak dengan Hipospodia ini kami mengucapkan terima kasih atas
bimbingan dan arahan dari Ibu Ami Noviayanti S, S.,Kep.,Ns.M.Kep. Kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman RPL dan khususnya kelompok 6 yang sudah kompak
dan kerjasama dalam menyelesaikan laporan Asuhan keperawatan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penelusuran , analisa jurnal dan pembuartan asuhan
keperawatan masih sangat terbatas dan jauh dari sempurna, namun kami berusaha dengan
maksimal untuk hasil yang memuaskan. Dengan kerendahan hati, mohon berikan masukan
dan kritikan agar dalam penelusuran dan analisa jurnal menjadi lebih baik. Kami berharap
penelusuran, analisa jurnal dan penulisan Asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
profesi keperawatan dan bermanfaat bagi kita.
Penulis
Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN
HYPOSPADIA
A. Latar Belakang
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi
baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis. Prevalensi hipospadia sekitar 0,3%-0,8%,
menempati frekuensi paling banyak di antara kelainan kongenital malformasi genitalia
eksternal pria (Nuraini, S., 2019)
Data tersedia dari tahun 1910 hingga 2013. Masa studi rata-rata adalah 9 tahun
(kisaran: 1-36 tahun). Sekitar 90.255.200 kelahiran telah diskrining di semua
penelitian. Prevalensi rata-rata adalah: Eropa 19,9 (kisaran: 1-464), Amerika Utara
34,2 (6-129,8), Amerika Selatan 5,2 (2,8-110), Asia 0,6-69, Afrika 5,9 (1,9-110), dan
Australia 17,1- 34.8. Ada perbedaan besar geografis, regional, dan etnis, dengan
heterogenitas ekstrim dari studi yang diterbitkan. Sejumlah penelitian menunjukkan
peningkatan prevalensi; di sisi lain, ada banyak data yang bertentangan tentang
prevalensi hipospadia. (Springer A, et.all., 2016)
B. Pengertian
Hypospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan bawaan pada
laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran kemih di bagian ventral
atau bagian arterior penis, biasanya disertai lengkung penis yang tidak normal dan
ukurannya lebih pendek daripada laki-laki normal. Letaknya bervariasi sepanjang
bagian ventral dari penis atau di perineum sebagai akibat gagalnya penyatuan dari
lempeng uretra, Hypospadia berat didefinisikan sebagai suatu kondisi Hypospadia
yang disertai dengan letak muara uretra eksternal diantara proximal penis sampai
dengan di perbatasan penis dan skrotum dan mempunyai chrodee (Keays & Sunit,
2017).
C. Etiologi
Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya Hypospadia. Lingkungan yang tinggi
terhadap aktivitas estrogen sering ditemukan pada pestisida di sayuran dan buah, dan
obat-obatan, namun pada pil kontrasepsi tidak menimbulkan Hypospadia. Bahwa ibu
hamil yang terpapar diethylstilbestrol meningkatlan resiko terjadinya Hypospadia
(Krisna & Maulana, 2017). Beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
D. Klasifikasi
lokasi, yaitu:
b. Hipospadia scrotal, lubang kencing berada tepat dibagian depan buah zakar
c. Hipospadia perineal, lubang kencing berada diantara anus dan buah zakar
Dibagi menjadi:
1. Mild Hypospadia atau grade 1, yaitu muara uretra dekat dengan lokasi normal dan
berada pada ujung tengah glans (glanular, coronal, subcoronal).
2. Moderate Hypospadia atau grade 2, muara uretra berada di tengah-tengah lokasi
normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft).
3. Severe Hypospadia atau grade 3 dan 4, yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi
yang seharusnya (Perineal, Scrotal, Penoscrotal) (Krisna & Maulana, 2017).
Gambar Klasifikasi Hypospadia
E. Gejala
1. Lubang
penis tidak
terdapat di
ujung penis, tetapi
berada di bawah
penis
2. Penis melengkung
ke bawah.
3. Penis tampak
seperti berkerudung
karena kelainan
pada kulit depan
penis.
4. Jika berkemih, anak harus duduk
F. Patofisiologi
Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap, sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini,
dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal
dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis
G. Pemeriksaan diagnostik
H. Komplikasi
1. Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas,
nekrosis flap, dan edema.
2. Komplikasi lanjut
a. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat
anastomosis yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya
dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari pasca operasi
b. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama
c. Fistula uretrocutaneus, merupakan komplikasi yang tersering dan ini
digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada
prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima
adalah 5 – 10%
d. Adanya rambut dalam uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas
e. Striktur uretra, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut
g. Residual chordee / rekuren chordee, akibat dari rilis chordee yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang.
I. Penatalaksanaan
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini
bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat
yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya
dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini
dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu
“spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain
biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus
melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang
menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan
tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk
menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini
dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang
merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita
bengkok.Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan
memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada
glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis
yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk
sebelumnya melalui tahap pertama,Variasi teknik yang populer adalah
tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1) Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan
2) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi kronik
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Pre Operasi
1) Diagnosa keperawatan: Kecemasan orang tua berhubungan dengan
prosedur pembedahan
Tujuan : mengurangi kecemasan orang tua, orang tua terlihat tenang
NOC : Kontrol ansietas
Indikator :
f) Hubungan sosial
g) Tidur adekuat
i. Respon cemas
NIC : Pengurangan cemas
Intervensi :
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan,Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
( independen) dan tindakan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi dan implementasinya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Anak “A” usia 13 bulan, dirawat di RSUP Dr. Sardjito sejak tanggal 17 Maret 2022
di bangsal Melati 2, dengan diagnosa Hypospadia dengan chordee post
chordectomy, post uretroplasty. Dari pemeriksaan fisik KU sedang, kesadaran
composmentis TD 100/60 mmHg, Nadi : 145 x/mnt
RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c Pengukuran antropometri : BB 9 kg, LLA 16 cm, TB
75 cm, LK 45 cm, skala nyeri (wong baker) skala 6. Anak sering rewel karena
nyeri pada luka post urethroplasty yang dilakukan hari kamis, 17 Maret 202.
Nyeri bertambah ketika anak banyak bergerak, anak jadi takut bergerak. Saat
pengkajian pasien terpasang infus NaCl 0,9 % ditangan kanan. Luka post op/penis
pasien terbalut kasa, terpasang urin kateter hari ke -3.
B. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : An “A”
No CM : 02003626
Umur : 13 bulan
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Anak sering rewel karena nyeri pada luka post chordectomy, post
urethroplasty yang dilakukan hari kamis, 17 Maret 202. Nyeri
bertambah ketika anak banyak bergerak, anak jadi takut bergerak. Saat
pengkajian pasien terpasang infus NaCl 0,9 % ditangan kanan. Luka
post op/penis pasien terbalut kasa, terpasang urin kateter hari ke -3.
2) Nutrisi/Metabolik
Ibu pasien mengatakan minum ASI kurang lebih 8 kali sehari.
Saat sakit ibu pasien Dengan menu sayur lauk. Minum ASI 8 x
sehari dan saat menangis pasti di beri ASI
3) Pola elimninasi
Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1 x sehari kadang 2 kali feses
lembek warna kekuningan. BAK kurang lebih 7 kali. Saat sakit ibu
pasien mengatakan BAB 1 X sehari, warna kekuningan lembek.
Setelah operasi anak dipasang kateter, urin kuning jernih, bau
khas urin, tidak ada darah, anak rewel/menangis saat kesakitan.
4) Pola aktivitas
Sebelum sakit anak aktif bermain, ADL mandiri sesuai usia.
Setelah operasi anak hanya ditempat tidur untuk penyembuhan
luka jahit, ADL dibantu orang tua.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
KU sedang, kesadaran composmentis
TD 100/60 mmHg, Nadi : 145 x/mnt
RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c
Pengukuran antropometri : BB 9 kg, LLA 16 cm, TB 75 cm, LK 45 cm
Skala nyeri ( Wong Baker face ) 6 (0-10) mengganggu aktivitas
Gb. skala nyeri
1) Kulit : Terlihat bersih, Capillary refill time (CRT) < 2 detik, akral
hangat
2) Kepala
a) Bentuk : mesochepal
c) Mata : Mata kanan dan kiri simetris fungsi penglihatan baik, mata
terlihat sembab, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d) Telinga : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, bersih tidak
ada cairan yang keluar, tidak ada gangguan pendengaran
5) Dada
7) Abdomen
10) Ekstremitas
a) Atas :
Anggota gerak lengkap, tidak terdapat luka, gerakan simetris,
kekuatan otot penuh 5, kuku tangan kanan pendek, akral
hangat, pada tangan kanan terpasang infus NaCl 800 cc/24
jam mikro sejak tanggal 17 Maret 2022.
b) Bawah
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb 11 g/dl
AL 14 rb/mmk
Hmt 35%
Trombosit 32 rb/mmk
Albumin 4 g/dl
C. ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH
DS :
- Ibu pasien mengatakan pasien BAK Pembedahan Gangguan
melalui selang urin kateter sejak tanggal chordectomy dan eliminasi urin
17 Maret 2022 uretroplasty
- Ibu pasien mengatakan produksi urin yang
keluar banyak
- Anak sering rewel karena nyeri di
daerah luka post urethroplasty
DO :
- Pasien post operasi chordectomy dan
uretroplasty hari ke-3
- Terpasang kateter urin hari ke-3
- Luka post op/penis terbalut kasa sejak
tanggal 17 Maret 2022
- Urin berwarna kuning jernih
DS :
- Ibu p a s i e n mengatakan anaknya sering Agen cidera fisik Nyeri akut
rewel dan menangis setelah di operasi
chordectomy dan uretroplasty
- Nyeri memburuk ketika klien banyak
melakukan gerakan.
- Anak tampak takut bergerak
DO :
- Pasien post operasi chordectomy dan
uretroplasty hari ke-3
- Pasien terlihat menangis
- Skala nyeri 6 ( 0 – 10 )
TTV
- TD 100/60 mmHg
- Nadi : 145 x/mnt RR : 45 x/mnt Suhu :
36.7 °c
- Mata terlihat sembab
- Akral teraba hangat
DS : Prosedur invasif Resiko infeksi
- Ibu pasien mengatakan (terpasang infus,
infus dipasang sejak terpasang kateter )
tanggal 17 Maret 2022 saat
akan di operasi
chordectomy dan
uretroplasty
DO :
- Pasien terpasang infus NaCl
- 800cc/24jam ditangan kanan.
- Terpasang kateter urin dari
- tanggal 17 Maret 2022
- Luka post op/penis terbalut kasa
kering/tidak rembes
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
- Ibu pasien mengatakan pasien BAK melalui selang urin kateter sejak tanggal
17 Maret 2022
- Ibu pasien mengatakan urine yang keluar banyak
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan menangis setelah dilakukan
operasi
- Nyeri memburuk ketika klien banyak melakukan gerakan.
- Anak tampak takut bergerak
DO :
- Ibu pasien mengatakan infus terpasang sejak tanggal 17 Maret 2022 saat akan
dilakukan operasi
DO :
Umur : 13 bulan
Rohmat
2 Kamis, 17 -3- Kamis, 17 -3-2022 jam 10.00 Kamis, 17 Maret 2022 Jam : 13.00 WIB
202jam 10.00 WIB
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
S : Ibu mengatakan anak mudah rewel setelah operasi, takut
- Mengobservasi respon nonverbal dari
bergerak
ketidaknyamanan
- Mengkaji pengalaman nyeri pasien O : Anak tampak takut bergerak, tidur mudah
- Mengevaluasi keefektifan manajemen nyeri yang terbangun, sering menangis, nyeri skala 6
pernah diajarkaan sebelumnya A : Nyeri akut
P : Beri intervensi sesuai respon anak
Tin
3 Kamis, 17 -3-202 Kamis, 17 -3-2022 jam 11.00 Kamis, 17 Maret 2022 Jam : 13.00 WIB
jam 11.00 WIB
- Mengkaji tanda infeksi
S : Ibu mengatakan anak tidak panas, mau minum ASI
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
O:
infeksi
Suhu 36.5 °C, RR 35x/mnt, TD 110/60 mmHg
- Memonitor tanda-tanda vital
Antibiotik masuk sesuai jadwal
Balutan kering/tidak rembes
A : Resiko Infeksi
P : Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi perawatan luka
Nik
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EEC
Noer Sjaifullah H. M. 1999. Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FKUI. Jakarta
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2018. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 6thEdition. SA : Elsevier Mosby.
NANDA Internasional. 2021-2023. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi, Edisi 12,
EGC
Oktarina,R .dkk. Hipospadia Subkoronal pada pasien sindrom klinefelter Anak. Jurnal
Kedokteran Vol 7(1) Juni 2020
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC
Zang,Z, at all.Analysis of The Social and Clinical Factor Affecting the Age of Children When
Recerving Sugery For Hipospadia:a retrospective study off 1611 cases in a single
center.Asian Jurnal off Andrologi(2021) 23.527-531. www.asiaandro.com.
www.anjandrologi.com
Van der Horst HJ, de Wall LL. Hypospadias, all there is to know [published correction appears
in Eur J Pediatr. 2017 Oct;176(10 ):1443]. Eur J Pediatr. 2017;176(4):435-441.
doi:10.1007/s00431-017-2864-5