Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN HYPOSPADIA

              
        Dosen Pembimbing: Ibu Ami Novianty S, S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

Rohmat Setiahadi 21/475338/KU/22999


Kartini 21/475344/KU/23001
Niken Widi Astuti 21/475344/KU/23006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yan telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Hipospadia

Penyusunan laporan ini merupakan tugas dalam materi Blok 1.4 yaitu tentang Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia. Dalam penelusuran artikel menggunakan
metode PICO kami mengalami beberapa kendala, diantaranya kesulitan menemukan
keyword yang cocok. Keyword yang keliru sangat mempengaruhi hasil akhir dari laporan
ini yang sesuai dengan latar belakang yang kami ambil. Dalam pembuata Asuhan
Keperawatan pada anak dengan Hipospodia ini kami mengucapkan terima kasih atas
bimbingan dan arahan dari Ibu Ami Noviayanti S, S.,Kep.,Ns.M.Kep. Kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman RPL dan khususnya kelompok 6 yang sudah kompak
dan kerjasama dalam menyelesaikan laporan Asuhan keperawatan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penelusuran , analisa jurnal dan pembuartan asuhan
keperawatan masih sangat terbatas dan jauh dari sempurna, namun kami berusaha dengan
maksimal untuk hasil yang memuaskan. Dengan kerendahan hati, mohon berikan masukan
dan kritikan agar dalam penelusuran dan analisa jurnal menjadi lebih baik. Kami berharap
penelusuran, analisa jurnal dan penulisan Asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
profesi keperawatan dan bermanfaat bagi kita.

Yogyakarta, 20 Oktober 2021

Penulis

Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN

HYPOSPADIA

A. Latar Belakang

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi
baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis. Prevalensi hipospadia sekitar 0,3%-0,8%,
menempati frekuensi paling banyak di antara kelainan kongenital malformasi genitalia
eksternal pria (Nuraini, S., 2019)

Data tersedia dari tahun 1910 hingga 2013. Masa studi rata-rata adalah 9 tahun
(kisaran: 1-36 tahun). Sekitar 90.255.200 kelahiran telah diskrining di semua
penelitian. Prevalensi rata-rata adalah: Eropa 19,9 (kisaran: 1-464), Amerika Utara
34,2 (6-129,8), Amerika Selatan 5,2 (2,8-110), Asia 0,6-69, Afrika 5,9 (1,9-110), dan
Australia 17,1- 34.8. Ada perbedaan besar geografis, regional, dan etnis, dengan
heterogenitas ekstrim dari studi yang diterbitkan. Sejumlah penelitian menunjukkan
peningkatan prevalensi; di sisi lain, ada banyak data yang bertentangan tentang
prevalensi hipospadia. (Springer A, et.all., 2016)

B. Pengertian

Hypospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak di


ventral atau proximal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan ini terbentuk pada masa
embryonal karena adanya defek pada masa perkembangan alat kelamin dan sering
dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer ataupun gangguan aktivitas
seksual saat dewasa (Snodgrass & Bush, 2016)
Hipospadia adalah salah satu anomali urogenital yang paling umum pada laki-laki
baru lahir. Ini adalah anomali kongenital kedua yang paling umum pada laki-laki
setelah testis tidak turun. Ini didefinisikan sebagai kombinasi dari perpindahan
pembukaan uretra di sisi ventral penis, kelengkungan ventral penis yang abnormal,
yang disebut "chordee," dan distribusi abnormal kulup dengan "tudung" yang ada di
punggung dan kekurangan. kulup secara ventral. Hipospadia dapat menyebabkan
masalah dalam berkemih, dan pada orang dewasa, dapat menyebabkan masalah
seksual dan infertilitas. Hal ini juga terkait dengan persepsi citra tubuh yang
abnormal. . (Anand, S., et.all, 2021).

Frekuensi anomali terkait meningkat dengan tingkat keparahan hipospadia. Untuk


hipospadia anterior atau tengah yang terisolasi, pemeriksaan laboratorium biasanya
tidak diperlukan. Skrining untuk anomali saluran kemih harus dipertimbangkan pada
pasien dengan hipospadia posterior dan pada pasien dengan anomali setidaknya satu
sistem organ tambahan. Usia ideal untuk perbaikan bedah pada anak yang sehat adalah
antara usia 6 dan 12 bulan. Sebagian besar kasus dapat diperbaiki dalam satu operasi
dan secara rawat jalan. Bahkan pasien dengan hasil pembedahan yang kurang
sempurna biasanya dapat menikmati kehidupan seksual yang memuaskan. (Leung AK,
et.all, 2007)

Hypospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan bawaan pada
laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran kemih di bagian ventral
atau bagian arterior penis, biasanya disertai lengkung penis yang tidak normal dan
ukurannya lebih pendek daripada laki-laki normal. Letaknya bervariasi sepanjang
bagian ventral dari penis atau di perineum sebagai akibat gagalnya penyatuan dari
lempeng uretra, Hypospadia berat didefinisikan sebagai suatu kondisi Hypospadia
yang disertai dengan letak muara uretra eksternal diantara proximal penis sampai
dengan di perbatasan penis dan skrotum dan mempunyai chrodee (Keays & Sunit,
2017).
C. Etiologi

Etiologi Hipospadia sangat bervariasi dan multifactorial, namun belum ditemukan


penyebab pasti dari kelainan ini. Adanya defek pada produksi testosterone oleh testis
dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testosterone ke dihidrotestosteron,
defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan ikatan antara
dihidrostestosteron dengan reseptor andogren dapat menyebabkan Hypospadia (Krisna
& Maulana, 2017).

Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya Hypospadia. Lingkungan yang tinggi
terhadap aktivitas estrogen sering ditemukan pada pestisida di sayuran dan buah, dan
obat-obatan, namun pada pil kontrasepsi tidak menimbulkan Hypospadia. Bahwa ibu
hamil yang terpapar diethylstilbestrol meningkatlan resiko terjadinya Hypospadia
(Krisna & Maulana, 2017). Beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone-hormone yang dimaksud di sini adalah


hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Pembesaran
tuberkel genitalia dan perkembangan lanjut dari phallus dan uretra tergantung dari
kadar testosteron selama proses embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi
sejumlah testosteron, atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri
di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen
sendiri telah terbentuk cukupakan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgenandrogen converting enzyme (5 alpha-reductase)
tidak mencukupi akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadikarena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan danzat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Hipospadia sering disertai
kelainan penyerta yang biasanya terjadi bersamaan pada penderita hipospadia.
Kelainan yang sering menyertai hipospadia adalah :
a. Undescensus testikulorum (tidak turunnya testis ke skrotum)
b. Hidrokel.
c. Mikophalus / mikropenis
d. Interseksualitas

D. Klasifikasi

Klasifikasi Hypospadia terbagi berdasarkan lokasinya. Klasifikasi yang paling

sering digunakan adalah klasifikasi Duckett yang membagi Hypospadia menjadi 3

lokasi, yaitu:

1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior:


a. Hipospadia Glandular yaitu lubang kencing sudah berada pada kepala penis
hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
b. Hipospadia Subcoronal yaitu lubang kencing berada pada sulcus coronarius
penis (cekungan kepala penis).
c. Hipospadia Distal penile, lubang kencing berada di bawah ujung batang
penis
2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah/middle:
a. Hipospadia Mediopenean yaitu lubang kencing berada di bawah bagian
tengah dari batang penis.
b. Hipospadia proksimal penile yaitu lubang kencing berada dibawah pangkal
penis.
3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
a. Hipospadia Penoscrotal, lubang kencing berada di antara buah zakar

(skrotum) dan batang penis

b. Hipospadia scrotal, lubang kencing berada tepat dibagian depan buah zakar

c. Hipospadia perineal, lubang kencing berada diantara anus dan buah zakar

Lokasi yang paling sering ditemukan adalah di subcoronal. Klasifikasi Hypospadia

berdasarkan derajat sangat subyektif tergantung dari ahli bedah masing-masing.

Dibagi menjadi:

1. Mild Hypospadia atau grade 1, yaitu muara uretra dekat dengan lokasi normal dan
berada pada ujung tengah glans (glanular, coronal, subcoronal).
2. Moderate Hypospadia atau grade 2, muara uretra berada di tengah-tengah lokasi
normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft).
3. Severe Hypospadia atau grade 3 dan 4, yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi
yang seharusnya (Perineal, Scrotal, Penoscrotal) (Krisna & Maulana, 2017).
Gambar Klasifikasi Hypospadia

E. Gejala
1. Lubang
penis tidak
terdapat di
ujung penis, tetapi
berada di bawah
penis
2. Penis melengkung
ke bawah.
3. Penis tampak
seperti berkerudung
karena kelainan
pada kulit depan
penis.
4. Jika berkemih, anak harus duduk
F. Patofisiologi

Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap, sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini,
dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum.

Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal
dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis

G. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan


tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadia. Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada
ginjal.

H. Komplikasi
1. Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas,
nekrosis flap, dan edema.
2. Komplikasi lanjut
a. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat
anastomosis yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya
dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari pasca operasi
b. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama
c. Fistula uretrocutaneus, merupakan komplikasi yang tersering dan ini
digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada
prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima
adalah 5 – 10%
d. Adanya rambut dalam uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas
e. Striktur uretra, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut
g. Residual chordee / rekuren chordee, akibat dari rilis chordee yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang.

I. Penatalaksanaan

Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini
bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat
yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya
dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini
dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu
“spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain
biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus
melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang
menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan
tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk
menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.

Tahapan operasi rekonstruksi antara lain:

1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini
dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang
merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita
bengkok.Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan
memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada
glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis
yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk
sebelumnya melalui tahap pertama,Variasi teknik yang populer adalah
tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine

a. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap :


1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glands penis. Dilakukan pada usia 1 ½-
2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang
abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan prepusium bagian
dorsal dan kulit penis.
2) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi saat parut
sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih)
sampai ke glands, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah
uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit prepusium dibagian
sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah.
Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka
operasi pertama telah matang.
b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih
besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadia
jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap
mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki)
kemudian dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya prepusium untuk bahan
dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan
dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadia.

Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan


pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin
karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang
dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada
vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter bedah
sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

J. Asuhan Keperawatan Anak dengan Hipospadia


1. Pengkajian
a. Pengkajian Fisik
1) Pemeriksaan genetalia
2) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
3) Kaji fungsi perkemihan
4) Adanya lekukan pada ujung penis
5) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
6) Terbukanya uretra pada ventral
7) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
dysuria, drinage.
b. Pengkajian Mental
1) Sikap pasien sewaktu diperiksa
2) Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
3) Tingkat kecemasan
4) Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1) Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan
2) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi kronik

b. Diagnosa Keperawatan Post Operasi


1) Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur operasi
2) Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
3) Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan trauma
operasi

3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Pre Operasi
1) Diagnosa keperawatan: Kecemasan orang tua berhubungan dengan
prosedur pembedahan
Tujuan : mengurangi kecemasan orang tua, orang tua terlihat tenang
NOC : Kontrol ansietas
Indikator :

a) Tingkat kecemasan di batas normal

b) Mengetahui penyebab cemas

c) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas

d) Informasi untuk mengurangi kecemasan

e) Strategi koping untuk situasi penuh stress

f) Hubungan sosial

g) Tidur adekuat
i. Respon cemas
NIC : Pengurangan cemas
Intervensi :

a) Ciptakan suasana yang tenang

b) Sediakan informasi dengan memperhatikan diagnosa, tindakan dan


prognosa, dampingi keluarga untuk meciptakan suasana aman dan
mengurangi ketakutan.

c) Dengarkan dengan peuh perhatian

d) Kuatkan kebiasaan yang mendukung


e) Ciptakan hubungan saling percaya

f) Identifikasi perubahan tingkatan kecemasan

g) Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan


kecemasan.

2) Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi


mekanik
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan retensi urin berkurang.

NOC : Pengawasan urin


a) Mengatakan keinginan untuk BAK
b) Menentukan pola BAK
c) Mengatakan dapat BAK dengan teratur
d) Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan
mengeluarkan BAK ke toilet
e) Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
f) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
g) Mengesankan kandung kemih secara komplet
NIC : Perawatan retensi urin

a) Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus


kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten,
fungsi kognitif dan masalah urin)
b) Menjaga privasi untuk eliminasi
c) Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet
d) Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader
e) Menyediakan perlak di kasur
f) Monitor intake dan output
g) Monitor kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
b. Intervensi Post Operasi
1) Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur
operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 diharapkan nyeri
berkurang.
NOC 1 : Level nyeri
Indikator

a) Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)

b) Perubahan vital sign dalam batas normal

c) Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri

NOC 2 : Tingkat kenyamanan


Indikator
a) Melaporkan kondisi fisik yang nyaman

b) Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri

NOC 3: Kontrol nyeri


Indikator
a) Mengungkap faktor pencetus nyeri

b) Menggunakan tetapi non farmakologi

c) Dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri

d) Melaporkan nyeri terkontrol


NIC 1 : Manajemen nyeri

a) Kaji secara komperhensif mengenai lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
b) Observasi keluhan nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi).
d) Bantu pasien & keluarga untuk mengontrol nyeri.
e) Beri informasi tentang nyeri (penyebab, durasi, prosedur antisipasi
nyeri)

NIC 2 : Monitor tanda vital

a) Monitor TD, RR, nadi, suhu pasien


b) Monitor keabnormalan pola napas pasien
c) Identifikasi kemungkinan perubahan TTV
d) Monitor toleransi aktivitas pasien
e) Anjurkan untuk menurunkan stress dan banyak istirahat
NIC 3 : Manajemen lingkungan

a) Cegah tindakan yang tidak dibutuhkan


b) Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman

2) Diagnosa keperawatan: Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi


kateter
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi infeksi.
Intervensi:
NOC 1:Deteksi resiko

a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko


b) Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi
faktor resiko
c) Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk
mendapat sumber informasi

NOC 2 : Kontrol resiko


a) Memonitor faktor resiko dari lingkungan
b) Memonitor perilaku yang dapat meningkatkan faktor resiko
c) Memonitor & mengungkapkan status kesehatan

NOC 3 : Status imun

a. Tidak menunjukan infeksi berulang


b. Suhu tubuh dalam batas normal
c. Sel darah putih tidak meningkat

3) Diagnosa keperawatan: Perubahan eliminasi urine (retensi urin)


berhubungan dengan trauma operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 diharapkan
retensi urin berkurang.

NOC : Pengawasan urin


a) Mengatakan keinginan untuk BAK
b) Menentukan pola BAK
c) Mengatakan dapat BAK dengan teratur
d) Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan
mengeluarkan BAK ke toilet
e) Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
f) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
g) Mengesankan kandung kemih secara komplet
NIC : Perawatan retensi urin

a) Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus


kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten,
fungsi kognitif dan masalah urin)
b) Menjaga privasi untuk eliminasi
c) Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet
d) Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader
e) Menyediakan perlak di kasur
f) Monitor intake dan output
g) Monitor kandung kemih dengan palpasi dan perkusi

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan,Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
( independen) dan tindakan kolaborasi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi dan implementasinya.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Anak “A” usia 13 bulan, dirawat di RSUP Dr. Sardjito sejak tanggal 17 Maret 2022
di bangsal Melati 2, dengan diagnosa Hypospadia dengan chordee post
chordectomy, post uretroplasty. Dari pemeriksaan fisik KU sedang, kesadaran
composmentis TD 100/60 mmHg, Nadi : 145 x/mnt
RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c Pengukuran antropometri : BB 9 kg, LLA 16 cm, TB
75 cm, LK 45 cm, skala nyeri (wong baker) skala 6. Anak sering rewel karena
nyeri pada luka post urethroplasty yang dilakukan hari kamis, 17 Maret 202.
Nyeri bertambah ketika anak banyak bergerak, anak jadi takut bergerak. Saat
pengkajian pasien terpasang infus NaCl 0,9 % ditangan kanan. Luka post op/penis
pasien terbalut kasa, terpasang urin kateter hari ke -3.

B. Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama : An “A”

No CM : 02003626

Tempat ,Tanggal : Sleman, 19 Feb 2021


Lahir

Umur : 13 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Ngaglik Sleman

Penanggung jawab : Bp “T”


Hubungan dg pasien : Ayah

Diagnosa medis : Hypospadia dengan chordee, post chordectomy


post uretroplasty
Tanggal Masuk : 17 Maret 2022

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama
Anak sering rewel karena nyeri pada luka post chordectomy, post
urethroplasty yang dilakukan hari kamis, 17 Maret 202. Nyeri
bertambah ketika anak banyak bergerak, anak jadi takut bergerak. Saat
pengkajian pasien terpasang infus NaCl 0,9 % ditangan kanan. Luka
post op/penis pasien terbalut kasa, terpasang urin kateter hari ke -3.

2) Alasan masuk Rumah sakit


Ibu pasien mengatakan penis pasien bengkong dan pipisnya tidak
diujung penis. Anak datang untuk operasi hipospadia

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu pasien mengatakan anaknya sakit paling hanya panas, batuk pilek
saja tidak sampai di rawat.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada yang menderita penyakit hipertensi
dan penyakit berat lainnya seperti jantung, ginjal, dan diabetes
melitus. Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat alergi
makanan.

d. Pengkajian menurut Pola Gordon


1) Pola Kesehatan/manajemen Kesehatan
Keluarga biasanya periksa ke puskesmas bila anak mengalami
sakit

2) Nutrisi/Metabolik
Ibu pasien mengatakan minum ASI kurang lebih 8 kali sehari.
Saat sakit ibu pasien Dengan menu sayur lauk. Minum ASI 8 x
sehari dan saat menangis pasti di beri ASI

3) Pola elimninasi
Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1 x sehari kadang 2 kali feses
lembek warna kekuningan. BAK kurang lebih 7 kali. Saat sakit ibu
pasien mengatakan BAB 1 X sehari, warna kekuningan lembek.
Setelah operasi anak dipasang kateter, urin kuning jernih, bau
khas urin, tidak ada darah, anak rewel/menangis saat kesakitan.

4) Pola aktivitas
Sebelum sakit anak aktif bermain, ADL mandiri sesuai usia.
Setelah operasi anak hanya ditempat tidur untuk penyembuhan
luka jahit, ADL dibantu orang tua.

5) Pola kognitif persepsi


Pasien tidak ada gangguan pendengaran dan panglihatan terbukti
dengan pada saat ada orang yang datang langsung menoleh
melihat orang yang datang.

6) Pola tidur istirahat


Ibu pasien mengatakan sebelum sakit jam 20.00 sudah tidur.
Bangun waktu subuh. Malam kadang – kadang terbagun. Selama
sakit tidak ada gangguan tidur, tidur jam 20.00 wib sampai subuh
kadang malam bangun jika haus.
7) Pola persepsi diri – konsep diri
Belum bisa terkaji karena pasien berumur 13 bulan

8) Pola peran hubungan


Hubungan orang tua dan anaknya baik, selama di rumah sakit
pasien ditunggu kedua orang tuanya.

9) Pola seksualitas reproduksi


Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berumur 13 bulan

10) Pola koping – toleransi stres


Ibu pasien mengatakan kalau anaknya sakit, nyeri sering merengek
dan menangis.

11) Pola nilai dan keyakinan


Pasien mengikuti keyakinan kedua orang tuanya.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum
KU sedang, kesadaran composmentis
TD 100/60 mmHg, Nadi : 145 x/mnt
RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c
Pengukuran antropometri : BB 9 kg, LLA 16 cm, TB 75 cm, LK 45 cm
Skala nyeri ( Wong Baker face ) 6 (0-10) mengganggu aktivitas
Gb. skala nyeri

b. Pemeriksaan secara sistematik (cephalo - caudal).

1) Kulit : Terlihat bersih, Capillary refill time (CRT) < 2 detik, akral
hangat

2) Kepala

a) Bentuk : mesochepal

b) Rambut : pendek , warna hitam, pertumbuhan rambut rata.

c) Mata : Mata kanan dan kiri simetris fungsi penglihatan baik, mata
terlihat sembab, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

d) Telinga : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, bersih tidak
ada cairan yang keluar, tidak ada gangguan pendengaran

e) Hidung : Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, Tidak


ada secret yang keluar.

f) Mulut dan tenggorokan : Mukosa bibir lembab berwarna pink, tidak


kesulitan menelan

3) Leher: Tidak ada penbesaran kelenjar tyroid. Tidak ada luka

4) Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk dan tidak ada luka

5) Dada

a) Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak ada luka.

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.

c) Perkusi : Terdengar bunyi sonor.


d) Auskultasi: Terdengar bunyi vesikuler, bunyi jantung teratur, tidak
ada suara tambahan seperti mengi.

6) Punggung : Tidak ada gangguan pada punggung seperti lordosi,


skoliosis

7) Abdomen

a) Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, bentuk simetris

b) Auskultasi : Ada suara peristaltik usus.

c) Perkusi : Terdengar suara tympani.


d) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
8) Anus dan Rectum : Tidak ada haemoroid dan tidak ada massa atau
tumor.
9) Genitalia
Luka post operasi/penis terbalut kasa kondisi kasa tidak
merembes. Bekas operasi chordectomy dan uretroplasty hari ke-3.
Terpasang kateter urin hari ke-3.

10) Ekstremitas
a) Atas :
Anggota gerak lengkap, tidak terdapat luka, gerakan simetris,
kekuatan otot penuh 5, kuku tangan kanan pendek, akral
hangat, pada tangan kanan terpasang infus NaCl 800 cc/24
jam mikro sejak tanggal 17 Maret 2022.

b) Bawah

Anggota gerak lengkap, tidak ada edema kekuatan otot penuh


5, kuku pendek, tidak terdapat luka.

4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

Hb 11 g/dl

AL 14 rb/mmk

Hmt 35%

Trombosit 32 rb/mmk

Albumin 4 g/dl

C. ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH

DS :
- Ibu pasien mengatakan pasien BAK Pembedahan Gangguan
melalui selang urin kateter sejak tanggal chordectomy dan eliminasi urin
17 Maret 2022 uretroplasty
- Ibu pasien mengatakan produksi urin yang
keluar banyak
- Anak sering rewel karena nyeri di
daerah luka post urethroplasty

DO :
- Pasien post operasi chordectomy dan
uretroplasty hari ke-3
- Terpasang kateter urin hari ke-3
- Luka post op/penis terbalut kasa sejak
tanggal 17 Maret 2022
- Urin berwarna kuning jernih
DS :
- Ibu p a s i e n mengatakan anaknya sering Agen cidera fisik Nyeri akut
rewel dan menangis setelah di operasi
chordectomy dan uretroplasty
- Nyeri memburuk ketika klien banyak
melakukan gerakan.
- Anak tampak takut bergerak
DO :
- Pasien post operasi chordectomy dan
uretroplasty hari ke-3
- Pasien terlihat menangis
- Skala nyeri 6 ( 0 – 10 )
TTV
- TD 100/60 mmHg
- Nadi : 145 x/mnt RR : 45 x/mnt Suhu :
36.7 °c
- Mata terlihat sembab
- Akral teraba hangat
DS : Prosedur invasif Resiko infeksi
- Ibu pasien mengatakan (terpasang infus,
infus dipasang sejak terpasang kateter )
tanggal 17 Maret 2022 saat
akan di operasi
chordectomy dan
uretroplasty
DO :
- Pasien terpasang infus NaCl
- 800cc/24jam ditangan kanan.
- Terpasang kateter urin dari
- tanggal 17 Maret 2022
- Luka post op/penis terbalut kasa
kering/tidak rembes
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan pembedahan chordectomy dan


uretroplasty ditandai dengan :
DS:

- Ibu pasien mengatakan pasien BAK melalui selang urin kateter sejak tanggal
17 Maret 2022
- Ibu pasien mengatakan urine yang keluar banyak

- Anak sering rewel karena nyeri didaerah luka post urethroplasty


DO :

- Pasien post operasi chordectomy dan uretroplasty hari ke-3


- Terpasang kateter urin hari ke-3
- Luka post op/penis terbalut kasa sejak tanggal 17 Maret 2022
- Urine berwarna kuning jernih

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan :


DS :

- Ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan menangis setelah dilakukan
operasi
- Nyeri memburuk ketika klien banyak melakukan gerakan.
- Anak tampak takut bergerak
DO :

- Pasien post operasi chordectomy dan uretroplasty hari ke 3


- Pasien terlihat menangis
- Skala nyeri 6 ( 0 – 10 )
- TTV
- TD 100/60
- Nadi : 145 x/mnt RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c
- Mata terlihat sembab
- Akral teraba hangat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (terpasang infus, terpasang
kateter) ditandai dengan :
DS :

- Ibu pasien mengatakan infus terpasang sejak tanggal 17 Maret 2022 saat akan
dilakukan operasi

DO :

- Pasien terpasang infus NaCl 800 cc/24jam ditangan kanan.


- Terpasang kateter urin sejak tanggal 17 Maret 2022.
- Luka post op/penis terbalut kasa.
- Kasa terlihat kering/tidak rembes
E. ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / No. RM : An. “A” / 02003626 Ruangan : Melati 2

Umur : 13 bulan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan pembedahan Eliminasi urine - Monitor intake dan output
chordectomy dan uretroplasty ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor urin output, warna, bau,
selama 3x24 jam diharapkan pasien produksi urin,
DS : mampu mencapai urinary elimination - Monitor balance cairan
- Ibu pasien mengatakan pasien BAK melalui selang urin kateter dengan kriteri hasil: - Fasilitasi alat dan ajarkan pada
sejak tanggal 17 Maret 2022 - Pasien terbebas dari penggunaan keluarga untuk mencatat urin
- Ibu pasien mengatakan Produksi urin yang keluar banyak kateter output
DO : - Urin di produksi dengan spontan - Sediakan privasi untuk
- Pasien post operasi chordectomy dan uretroplasty hari ke-3 dengan lancar eliminasi
- Terpasang kateter urin hari ke-3 - Urin warna kuning jernih, bau khas
- Luka post op/penis terbalut kasa sejak tanggal 17 Maret 2022 urin
- Urine berwarna kuning jernih - Pengosongan kandung kemih tidak
terganggu
2 - Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
DS : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji status nyeri dan respon
selama 3x24 jam diharapkan nyeri verbal serta non verbal
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan menangis
berkurang dengan kriteria hasil: - Kontrol lingkungan yang dapat
setelah dilakukan operasi
- TTV normal mempengaruhi nyeri (suhu
- Nyeri memburuk ketika klien banyak melakukan gerakan.
- Skala nyeri <3 ruangan, pencahayaan, dan
- Anak tampak takut bergerak
DO : - Klien tidak sering rewel kebisingan)
- dan menangis. - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pasien post operasi chordectomy dan uretroplasty hari ke 3
- Klien menunjukkan - Bantu pasien & keluarga untuk
- Pasien terlihat menangis
- ekspresi wajah rileks. mengontrol nyeri
- Skala nyeri 6 ( 0 – 10 )
- Frekuensi nyeri berkurang. - Beri informasi tentang nyeri
- TTV
(penyebab, durasi, prosedur,
- TD 100/60
antisipasi nyeri)
- Nadi : 145 x/mnt RR : 45 x/mnt Suhu : 36.7 °c
- Kelola pemberian analgetik sesuai
- Mata terlihat sembab
program
- Akral teraba hangat
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri yang
tidak berhasil
3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (terpasang infus, Kontrol Infeksi - Kaji tanda-tanda infeksi tiap
terpasang kateter) ditandai dengan 24 jam sekali
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
DS : - Monitor tanda-tanda vital tiap 4
selama 3 x 24 jam tidak terdapat tanda-
jam sekali
- Ibu pasien mengatakan infus terpasang sejak tanggal 17 Maret tanda infeksi dengan kriteria hasil:
- Lakukan perawatan luka setiap
2022 saat akan dilakukan operasi
- Tidak muncul tanda-tanda infeksi 3
(kalor, dolor, rubor dan functio laesa) hari dan ganti infus setiap 3 hari
DO :
- Tanda-tanda vital dalam batas - Pertahankan teknik aseptic saat
- Pasien terpasang infus NaCl 800 cc/24jam ditangan kanan. normal (Suhu 36,5 – 37,5 C, tindakan
- Terpasang kateter urin sejak tanggal 17 Maret 2022. - Batasi pengunjung bila perlu
- Luka post op/penis terbalut kasa. - Cuci tangan setiap sebelum dan
- Kasa terlihat kering/tidak rembes setelah tindakan
- Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kemih
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotic
- Pertahankan teknik isolasi
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Hari/tgl/jam IMPLEMENTASI EVALUASI


DX
1 Kamis, 17 -3-2022 Kamis, 17 Maret 2022 Jam 09.00 wib Kamis, 17 Maret 2022 Jam : 14.00 WIB
jam 09.00 WIB - Memonitor urin output, warna, produksi urin, bau S:
urin . - ibu pasien mengatakan urin yang keluar banyak, warna
- Memonitor intake output kuning jernih, bau khas urin
- ibu pasien mengatan urin yang keluar banyak, - Ibu menyatakan pasien sudah minum ASI 4X sampai
warna kuning jernih, bau khas urin) siang ini (pukul 14.00)
Jam 13.40 wib O:
- Mengajarkan keluarga untuk mengukur dan mencatat - keluarga pasien sudah diajarkan cara mengukur dan

urin yang keluar menggunakan pispot. mencatat urin menggunakan pispot


A : Masalah gangguan eliminasi urin teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi:
- Monitor urin output, warna, bau, produksi urin
- Anjurkan keluarga untuk mencatat urin output
- Fasilitasi alat untuk mengukur urin output

Rohmat
2 Kamis, 17 -3- Kamis, 17 -3-2022 jam 10.00 Kamis, 17 Maret 2022 Jam : 13.00 WIB
202jam 10.00 WIB
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
S : Ibu mengatakan anak mudah rewel setelah operasi, takut
- Mengobservasi respon nonverbal dari
bergerak
ketidaknyamanan 
- Mengkaji pengalaman nyeri pasien  O : Anak tampak takut bergerak, tidur mudah
- Mengevaluasi keefektifan manajemen nyeri yang terbangun, sering menangis, nyeri skala 6
pernah diajarkaan sebelumnya A : Nyeri akut
P : Beri intervensi sesuai respon anak
Tin
3 Kamis, 17 -3-202 Kamis, 17 -3-2022 jam 11.00 Kamis, 17 Maret 2022 Jam : 13.00 WIB
jam 11.00 WIB
- Mengkaji tanda infeksi
S : Ibu mengatakan anak tidak panas, mau minum ASI
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
O:
infeksi
Suhu 36.5 °C, RR 35x/mnt, TD 110/60 mmHg
- Memonitor tanda-tanda vital
Antibiotik masuk sesuai jadwal
Balutan kering/tidak rembes

A : Resiko Infeksi
P : Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi perawatan luka
Nik
DAFTAR PUSTAKA

Anand, S., & Lotfollahzadeh, S. (2021). Hypospadias Urogenital Reconstruction. In StatPearls.


StatPearls Publishing.

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing

Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.

Betz, Cecily. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EEC

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EEC

Hall and Guyton. 1997. Fisiologi Kedokteran, EGC: Jakarta

Horst,.H.J.R & Wall,.L.L.Hypospadia,all there is to know.Eur J Pediatric(2017) 176:435-41. Doi


10.1007/s00431-017-2864-5.

Krisna, DM., Hipospadia : Bagaimana Karakteristiknya Di Indonesia?, 2017, Berkala Ilmiah


Kedokteran Duta Wacana 2(2):325, DOI:10.21460/bikdw.v2i2.52

Noer Sjaifullah H. M. 1999. Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FKUI. Jakarta

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2018. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 6thEdition. SA : Elsevier Mosby.

NANDA Internasional. 2021-2023. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi, Edisi 12,
EGC

Nursing Intervention Classification (NIC), 2018. Edisi Ketujuh, Elsivier

Nuraini, S, 2019. Repositori Riset Kesehatan Nasional, Badan Litbangkes, Kemenkes RI

Nurarif, AH & Kusuma, H., Asuhan Keperawatan Praktis, Jilid 2, 2016

Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Oktarina,R .dkk. Hipospadia Subkoronal pada pasien sindrom klinefelter Anak. Jurnal
Kedokteran Vol 7(1) Juni 2020
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC

Zang,Z, at all.Analysis of The Social and Clinical Factor Affecting the Age of Children When
Recerving Sugery For Hipospadia:a retrospective study off 1611 cases in a single
center.Asian Jurnal off Andrologi(2021) 23.527-531. www.asiaandro.com.
www.anjandrologi.com

Springer A, van den Heijkant M, Baumann S. Worldwide prevalence of hypospadias. J Pediatr


Urol. 2016;12(3):152.e1-152.e1527. doi:10.1016/j.jpurol.2015.12.002

Van der Horst HJ, de Wall LL. Hypospadias, all there is to know [published correction appears
in Eur J Pediatr. 2017 Oct;176(10 ):1443]. Eur J Pediatr. 2017;176(4):435-441.
doi:10.1007/s00431-017-2864-5

Anda mungkin juga menyukai