Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang aktifitas kesehariannya

melakukan hubungan komunikasi, baik itu komunikasi yang lazim digunakan

menurut daerah masing-masing maupun komunikasi yang sudah mengikuti

aturan-aturan secara ilmiah yang sudah dipelajari dibangku perkuliahan.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-

lambang (pesan) yang mengandung arti/makna antara komunikator dan

komunikannya, dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan.1

Sebagai bagian dari keseharian manusia, komunikasi senantiasa

digunakan sebagai dasar dalam membangun hubungan timbal balik antara satu

orang dengan orang yang lain di lingkungannya untuk mencapai pengertian yang

sama. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, tidak

mengenal batas usia, waktu, bahkan tempat. Kapanpun, dimanapun, dan bersama

siapapun manusia pasti akan selalu berkomunikasi. Agar komunikasi berlangsung

efektif dan informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan

dipahami dengan baik oleh komunikan, maka seorang komunikator perlu

menetapkan pola komunikasi yang baik pula.2

Dalam kehidupan manusia, komunikasi semakin dirasakan

keberadaannya. Hasrat dasar manusialah yang menjadikan manusia itu

1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), 1-2.
2
Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 3.
membutuhkan komunikasi dengan lawan/manusia lainnya. Peran komunikasi

sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses

pembelajaran. Karena proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses

komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan (pendidik)

melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan (peserta didik).

Pesan yang dikomunikasikan adalah bahan atau materi pembelajaran

yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa pendidik, peserta didik,

dan lain sebagainya. Salurannya berupa media pendidikan, dan penerimanya

adalah peserta didik. Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi

sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual,

pembentukan akhlak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada

semua bidang kehidupan.5

“Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan


pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan
informasi yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan
dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu
menerapkan pola atau strategi komunikasi yang baik pula.”3
Aspek komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar

yaitu bagaimana komunikasi sebagai pendidik di samping sanggup mengajar

untuk memberikan instruktur kepada pelajar, juga memiliki metode dalam

menyampaikan pesan atau materi kepada pelajar. Komunikasi ini lebih mengarah

kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja

sama dengan peserta didiknya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan

dapat diterima dengan baik. Pada umumnya proses pembelajaran merupakan

3
H. A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Cet, III; Jakarta : Bumi
Aksara,1997), 11.
suatu komunikasi tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun

komunikasi antara pendidik dan peserta didik dalam kelas termasuk komunikasi

kelompok, pendidik bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan

menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog, di mana pendidik menjadi

komunikator dan peserta didik menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah

apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau

mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika peserta didik pasif saja,

atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu

pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka,

tetaplah berlangsung satu arah atau tidak efektif.4

Penanaman nilai-nilai agama bertujuan untuk menuntun siswa agar

meniru akhlak yang ditujukan Allah melalui RasulNya dan siswa juga tidak

mengalami penyimpangan perilaku, sehingga memiliki akhlak terpuji. Suatu

perubahan terpuji menurut pandangan akal dan syara (hukum Islam) disebut

akhlak yang baik.5 Untuk itu, komunikasi yang dijalankan perlu diatur dengan

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi, juga haruslah seimbang

dengan intelektual, cita, rasa, karsa dan tingkah laku. Sehingga pesan yang

disampaikan mudah dipahami, dan berjalan dengan baik. Seperti halnya yang

penulis lihat pada saat penelitian berlangsung, adanya aktivitas nilai-nilai agama

seperti dibiasakannya do’a bersama sebelum dan sesudah belajar dan pada saat

aktivitas berlangsung lainnya.

4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Cet, XIX; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), 101-102.
5
Hafidz Dasaki, Dkk, Dewan Redaksi EI, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, 102.
Dakwah melalui pendidikan dan pengajaran menekankan usahanya

kepada menanamkan watak dan kepribadian, sebagaimana firman Allah swt. Q.S

Qashash 28 :77:

           
              
   
Terjemahnya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Qashash/28:77)6

Pendidikan sebagai tugas pembinaan merupakan kebutuhan utama bagi

manusia, yang dimulai sejak lahir sampai meninggal dunia, bahkan manusia tidak

akan menjadi manusia yang berkepribadian utama tanpa melalui pendidikan.

Demikian pula dengan pembinaan akhlak pada sekolah-sekolah termasuk di MTs

Negeri 2 Palu sebagai salah satu faktor yang memengaruhi perubahan tingkah

laku peserta didik. Pembinaan akhlak merupakan dasar dari setiap pendidikan,

juga merupakan pondasi sebagai benteng dari pengaruh perkembangan zaman

yang tidak lepas dari budaya luar yang menyesatkan. Dengan demikian maka

pembinaan akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam pembentukan

tingkah laku peserta didik, sebab dalam pembinaan akhlak ini peserta didik tidak

hanya diarahkan kepada kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga untuk

kebahagiaan hidup di akhirat kelak.

6
Departemen Agama RI, Al- Quran ASSALAMAH (Cet. I; Semarang: CV.Asy Syifa’
Semarang), 875.
Masalah akhlak adalah masalah yang penting, maka dalam mendidik dan

membina akhlak peserta didik, pendidik dituntut untuk dapat berperan aktif,

karena peserta didik adalah masa remaja yang merupakan masa transisi. Hal ini

terbukti masih banyaknya peserta didik yang kurang memahami ajaran agama

sehingga peserta didik dengan mudah melakukan perbuatan yang tidak sesuai

dengan ajaran Islam. Hal tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya

pembinaan akhlak yang akan dipadu dengan pengaruh dasar yang disebut fitrah,

agar manusia dapat menjadi hamba Allah yang mampu berjalan di jalan yang

benar sesuai petunjuk-Nya.

Melihat fenomena tersebut cukup penting strategi komunikasi pendidik

dalam suatu kegiatan pembelajaran, karena itu menggugah penulis untuk

melakukan penelitian di MTs Negeri 2 Palu dengan judul: “Strategi komunikasi

guru dalam menanamkan nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Pau”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan guru dalam menerapkan

nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Palu ?

2. Faktor apa yang saja yang mendukung dan menghambat strategi komunikasi

guru dalam menerapkan nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Palu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki

tujuan untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan guru dalam

menerapkan nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Palu.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan-hambatan yang ditemui

guru dalam menerapkan nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Palu.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat

baik secara akademis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut :

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam

bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya dalam kajian yang berkaitan

dengan strategi komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, masukan dan

pendapat bagi penulis dan khususnya untuk guru dalam menanamkan nilai-nilai

agama kepada peserta didik. Serta dapat memberikan manfaat dan menambah

ilmu bagi mahasiswa yang berniat pada kajian komunikasi pada umumunya juga

bagi lapisan masyarakat.

D. Penegasan Istilah
Proposal ini berjudul “Strategi Komunikasi Guru dalam

Menanamkan Nilai-Nilai Agama di MTs Negeri 2 Palu”. Agar rumusan judul

proposal ini menjadi jelas dan tidak terjadi perbedaan penafsiran atau kesalah

pahaman terhadap makna judul ini, maka penulis memberikan pengertian kata-

kata yang terdapat pada judul tersebut sebagai berikut:

1. Strategi Komunikasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu dan seni

bagaimana menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan

kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai atau rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.7

Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan

komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni Journalism. Adapun

definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa

(etimologi) memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya

dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara

orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan dan dari sudut

istilah (terminologi) komunikasi merupakan proses menyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.8

Dengan melihat pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi dengan

manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai


7
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2004), edisi III, 1092.
8
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), 19-20.
tujuan tersebut perlu adanya strategi komunikasi yang mampu menunjukkan

bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.

2. Guru

Guru adalah seorang tenaga pendidik professional yang mendidik,

mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta

melakukan evaluasi kepada peserta didik.9

3. Nilai-Nilai Agama

Nilai agama adalah segala bentuk peraturan hidup yang harus diterima

oleh setiap manusia sebagai perintah, larangan, dan ajaran yang bersumber dari

Tuhan, jika dilanggar akan mendapat siksa dari Tuhan di akhirat nanti.10

E. Garis-Garis Besar Isi

Proposal ini membahas tentang Strategi Komunikasi Guru dalam

Menanamkan Nilai-Nilai Agama di MTs Negeri 2 Palu. Adapun sistematika

penulisan proposal ini disusun dalam bab yang saling terkait erat dalam satu

kesatuan proposal yang dirangkai dalam tiga bab dengan garis-garis besar isi

proposal sebagai berikut :

Bab I, pada bagian pendahuluan, dikemukakan latar belakang

permasalahan yang akan menjadi titik tolak pemabahasan proposal ini dan

selanjutnya diformulasikan dalam bentuk rumusan masalah. Kemudian

dikemukakan tujuan dan manfaat guna lebih terarahnya penelitian yang dimaksud.

9
https://smamyserang.sch.id/baca/pengertian-guru-definisi-tugas-dan-peran-guru-dalam-
pendidikan. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021
10
https://dosensosiologi.com/nilaiagama/
Definisinilaiagamaadalahsegala,dariTuhandiakhiratnanti. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021
Selanjutnya diuraikan tentang penegasan istilah untuk kesalahan interpretasi dari

judul dimaksud, dan bab ini diakhiri oleh uraian singkat tentang gambaran isi

skripsi.

Bab II, pada bagian kajian pustaka pertama dikemukakan mengenai

penelitian terdahulu untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan.

Kemudian kajian pustaka bagian kedua berkenaan mengenai beberapa hal tentang

Strategi Komunikasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di MTs Negeri

2 Palu.

Bab III, metode penelitian yang mencakup beberapa hal secara rinci

kerangka kerja metodologis yang digunakan dalam pelaksanaan hingga penulisan

skripsi, meliputi sub bab; jenis penelitian; lokasi penelitian; data dan sumber data;

analisis data; pengecekan keabsahan data.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penlitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan

acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.

Maka dalam kajian pustaka ini penulis mencantumkan hasil-hasil penelitian

mengenai strategi komunikasi guru dalam menanamkan nilai-nilai agama. Para

Mahasiswa di berbagai perguruan tinggi telah banyak melakukan penelitian

mengenai strategi komunikasi guru dalam menanamkan nilai-nilai agama. Dalam

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini, yaitu

sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Shochibul Hujjah dengan judul skripsi “Pola

Komunikasi guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak siswa SMK Negeri 1

Bangil”. Penelitian berfokus pada pembinaan akhlak siswa yang dilakukan

oleh pendidik agama di zaman sekarang yang perlu ditekankan untuk anak-

anak. Hubungannya dalam hal ini yaitu komunikasi guru agama dalam

pembinaan akhlak siswa. Adapun perbedaannya berfokus pada pola

komunikasi.11

2. Penelitian yang dilakukan oleh AR. Azlansyah dengan judul skripsi

“Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak Pada siswa

Madrasah Tsanawiyah Negeri 02 Makassar”. Hubungannya dalam hal ini

yaitu sama-sama membahas mengenai pembinaan akhlak di sekolah tetapi

11
Shochibul Hujjah, Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlak Siswa
SMK Negeri 1 Pasuruan, (Malang: UIN Maliki Malang, 2013).
lokasi penelitian yang berbeda, serta membahas penerapan managemen

dakwah.12

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Marlina dengan judul skripsi “Urgensi

perencanaan dakwah bagi pembinaan akhlak siswa Madrasah DDI

Cambalagi Kecamatan Maros Utara Kabupaten Maros”. Hubungannya

dalam hal ini yaitu sama-sama membahas mengenai pembinaan akhlak di

sekolah sekolah tetapi lokasi penelitian yang berbeda dan membahas tentang

urgensi penerapan dakwah.13

B. Konsep Strategi Komunikasi Guru

1. Pengertian Strategi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu dan seni

bagaimana menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai atau rencana

yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.14

Onong Uchjana Effendi mengatakan, strategi pada hakekatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.15

Sedangkan menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang

dipersatukan, komprehesif terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi

12
AR. Azlansyah, Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak Pada siswa
Madrasah Tsanawiyah Negeri 02 Makassar, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2015).
13
Sitti Marlina, Urgensi perencanaan dakwah bagi pembinaan akhlak siswa Madrasah
DDI Cambalagi Kecamatan Maros Utara Kabupaten Maros, (Makassar: UIN Alauddin Makassar,
2013).
14
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2004), edisi III, 1092.
15
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, 32.
perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang dirancang

untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan

pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.16

Berbeda dengan Syarif Usman, mendefinisikan strategi yaitu sebagai

kebijaksanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya,

dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.17 Dalam

suatu organisasi, kesuksesan sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan oleh

organisasi atau lembaga tersebut. Jika strategi yang digunakan sesuai dan baik

maka hasilnya pun akan mudah tercapai, sebaliknya jika strategi salah aturan atau

kurang efektif, maka hasilnya pun kemungkinan besar akan gagal dan tidak

menuju sasaran.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi itu

adalah cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam mencapai

suatu tujuan tertentu.

2. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan

komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni Journalism. Adapun

definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa

(etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi).

Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa

komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa


16
William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga,
1987), edisi II, 24.
17
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,
(Jakarta: Firma Djakarta), cet. Ke-1, 6.
yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang

yang menerima pesan. Jadi jika komunikasi itu menggunakan lambang atau

bahasanya tidak dimengerti oleh yang menerima, maka bukanlah komunikasi

yang efektif. Bahasa bisa saja sama, tetapi maknanya mungkin berbeda. Contoh:

kata “cokot”, dalam bahasa Jawa berarti “gigit”, dalam bahasa Sunda berarti

“ambil”. Selama orang yang memberi pesan dengan yang menerima pesan tidak

menyamakan maknanya, maka tidaklah terjadi komunikasi yang komunikatif. 18

Sedangkan secara terminologi komunikasi merupakan proses

menyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Adapun

menurut Carl I Hovland, komunikasi adalah proses dimana seorang individu

mengoper stimuli (biasanya lambang kata-kata) untuk merubah tingkah laku

individu lainnya.19 Berbeda dengan kutipan Alo Liliweri dari Saundra Hibels dan

Richard L. Weafer II, bahwa komunikasi merupakan setiap proses pertukaran

informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang

disampaikan tidak hanya lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya

maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk

memperkaya sebuah pesan.20

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi

berarti mengharapkan orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan

tujuan, dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus

sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan. Baik dengan lambang bahasa

18
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), h. 19-20.
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992),
cet. Ke-22, 3-4.
20
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Lkis,
2003), 3.
maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat

kesamaan makna. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tersebut tidak

akan berlangsung dengan baik.

3. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik dan cara

yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi untuk melancarkan

komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses

komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21

Menurut Middleton, seperti yang dikutip Hafied Changara dalam

bukunya perencanaan dan strategi komunikasi. Seorang pakar perencanaan

komunikasi, strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua

elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi

yang optimal.22

Hal terpenting dalam strategi komunikasi yang dilakukan suatu

kelompok atau organisasi adalah peran antara pemberi pesan (komunikator),

penerima pesan (komunikan dan pesan (message). Ketiga unsur ini akan

membantu jalannya strategi komunikasi dengan didukung unsur-unsur lainnya.

Hal ini dibuat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang efektif.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi komunikasi merupakan

perencanaan dan taktik yang dibuat sedemikian rupa yang akan dilaksanakan oleh

kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi

21
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, 166.
22
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, 61.
haruslah bersifat dinamis, sehingga jika ada perubahan atau faktor penghambat

dalam proses komunikasi, komunikator bisa mengambil langkah atau tindakan

lain yang tepat. Sehingga strategi komunikasi yang sudah direncanakan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Dalam melaksanakan strategi komunikasi perlu adanya langkah-langkah

strategi yang harus dijalankam, untuk menyusun langkah-langkah tersebut

dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan mempertimbangkan konten-konten

dalam komponen komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat

komunikasi. Berikut langkah-langkah dalam strategi komunikasi :23

a. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang harus dilakukan

komunikator sebagai pelaku strategi komunikasi dalam usaha mewujudkan

komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali

tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikasi bukan

hanya terjadi saling berhubungan melainkan juga saling memperngaruhi. Antara

komunikator dan juga komunikan, keduanya dapat saling mempengaruhi satu

dengan yang lainnya.

b. Menyusun Pesan

Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan.

Dalam hal ini yang harus dilakukan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu


23
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 184.
membangkitkan perhatian. Perhatian adalah pengamatan yang terpusat, karena itu

tidak semua yang diamati menimbulkan perhatiab. Dengan demikian awal dari

suatu efektifitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak

terhadap pesan-pesan yang disampaikan.24

Dalam masalah ini, Wilbbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk

berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut:25

1) Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

2) Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada

pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua

pengertian itu bertemu.

3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan

menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan hidup.

c. Menetapkan Metode

Mencapai efektivitas dari suatu komunikasi selainakan tergantung akan

kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya,

maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada

sasaran. Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian atau mempengaruhi

itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut

bentuk isinya.

Dalam metode penyampaian pesan dengan aspek pertama, semata-mata

hanya melihat itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi

24
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 193.
25
Ibid, 193-194.
pesannya. Sedangkan aspek kedua, yaitu melihat komunikasi dari segi pernyataan

atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.

Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang

komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal maupun

dan non verbal. Pesan dalam bentuk verbal dan non verbal tersebut dirancang

untuk disajikan dalam beberapa pertemuan, dan diterapkan sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, media, dan dalam alokasi waktu yang

sesuai dengan beban dan muatan materi. Guru sebagai komunikator dituntut untuk

mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik agar proses pembelajaran

berjalan dengan maksimal dan memberikan kesan yang baik kepada peserta didik

(siswa).26

Kemampuan guru untuk bersikap terbuka terhadap pendapat siswa dan

orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian

dan sabar. Dengan terjalinnya keterbukaan, masing-masing pihak bebas bertindak,

saling menjaga kejujuran dan saling berguna bagi pihak yang lain sehingga

merasakan adanya wahana tempat bertemunnya kebutuhan mereka untuk

memenuhi secara bersama-sama.

C. Konsep Nilai-Nilai Agama

1. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai Agama

Sebelum membahas lebih mendalam tentang apa nilai-nilai agama Islam

itu, terlebih dahulu penulis uraikan tentang pengertian nilai itu sendiri. Menurut

26
http//www.google.com//mellyasilaban.blog.co.id/2014/05/”guru-profesional-sebagai-
fasilisator.html?m=1”Diakses pada tanggal 05 Mei 2021.
Muhaimin yang mengutip pendapatnya Webster menjelaskan bahwa A value is “a

principle, or quality regarded as worthwhile or desirable”, yaitu nilai adalah

prinsip, standar atau kualitas yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan.

Nilai adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang

atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang

bermakna bagi kehidupannya.27

Pengertian nilai menurut Sidi Ghazalba sebagaimana dikutip oleh

ChabibToha, nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda

konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benar adalah yang menurut

pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi

maupun tidak disenangi.28

Dari beberapa pengertian nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan suatu hal yang melekat pada suatu hal yang lain yang menjadi bagian

dari identitas sesuatu tersebut. Bentuk material dan abstrak di alam ini tidak bias

lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas, dan indikasi dari setiap hal

konkret ataupun abstrak.

Menurut Chabib Thoha penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku

atau proses menanamkan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup

system kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan,

atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.29

27
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
148.
28
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 17.
29
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
61.
Keagamaan adalah merupakan sesuatu yang berhubungan dengan agama,

beragama, beriman. Yang penulis maksudkan disini adalah rasa keagamaan

(agama Islam) yang dimiliki oleh setiap individu (anak) melalui proses perpaduan

antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari luar individu.

Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, manusia

dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yan mencakup tata

keimanan, tata kepribadian, dan tata kaidah atau norma yang dibawa oleh

Rasulullah dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya.

Penanaman nilai-nilai keagamaan menurut penulis adalah suatu proses

edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan

dapat dipertanggungjawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing,

mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial, dan

praktek serta sikap keagamaan anak (akidah/tauhid, ibadah dan akhlak) yang

selanjutnya dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Jenis-Jenis Nilai-Nilai Agama

Peranan agama memiliki posisi penting dalam menjaga keseimbangan

hidup dan tingkah laku manusia khususnya bagi siswa yang masih memerlukan

pembinaan ajaran agama Islam. Sebelum menanamkan nilai-nilai agama Islam,

terlebih dahulu memahami ajaran agama Islam yang mencakup tiga hal pokok,

yaitu :30

30
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 125-153.
a. Iman, yaitu kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh

keyakinan, tidak bercampur dengan keraguan, serta memberikan pengaruh

terhadap pandangan hidup tingkah laku dan perbuatan sehari-hari, yang

meliputi Rukun Iman yaitu; iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya,

Rasul-Nya, Hari Akhir, Qadha dan Qadar.

b. Islam adalah panduan yang diberikan Allah dalam membimbing manusia

mengikuti ajaran-ajaran yang telah ditetapkan dalam hal ibadah, yang

meliputi Rukun Islam yaitu; mengucapkan dua kalimat syahadat,

mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan dan

melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.

c. Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah seorang hamba itu melihat

Allah dan jika tidak dapat melihat-Nya maka ia meyakini bahwa Allah-lah

yang melihatnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam sangat luas, namun dalam

hal ini dikategorikan menjadi dua aspek yaitu:

a. Nilai Akidah

Akidah memiliki peranan penting dalam ajaran Islam, sehingga

penempatannya diletakkan pada posisi pertama. Akidah atau keimanan merupakan

landasan atau pondasi dalam kehidupan umat Islam, sebab akidah dalam Islam

mengandung arti adanya keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang

wajib disembah, ucapan dalam lisan dalam bentuk kalimat syahadat, dan

perbuatan dengan amal shalih.


Akidah sebagai keyakinan akan membentuk tingkah laku, bahkan

mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Menurut Abu A’la al-Maududi,

pengaruh akidah dalam kehidupan sebagai berikut:31

1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik

2. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap

persoalan dan situasi

3. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri

4. Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi

resiko

5. Membentuk pendirian yang teguh, sabar, taat dan disiplin dalam

menjalankan peraturan ilahi

b. Nilai Akhlak

Dalam agama Islam, akhlak atau perilaku seorang muslim dapat

memberikan suatu gambaran akan pemahamannya terhadap agama Islam. Maka,

nilai-nilai yang mengandung akhlak sangat penting bagi agama Islam untuk

diketahuida diaktualisasikan oleh seoran muslim atau seseorang yang dalam

proses pembinaan dalam membentuk tingkah laku yang mencerminkan seorang

muslim sejati.

Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu,

suatu perbuatan tidak dapat disebut akhlak kecuali memenuhi beberapa syarat,

yaitu:

1. Perbuatan tersebut telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga

telah menjadi kepribadian


31
Ibid, 131.
2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini bukan

berarti perbuatan itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,

tidur, mabuk, atau gila

3. Perbuatan tersebut timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya

tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar

4. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main,

pura-pura atau sandiwara

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia

diibaratkan sebagai “buah” pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan

berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dalam al-Qur’an dan

hadits yang berkaitan dengan akhlak.32

D. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan

Strategi komunikasi yang dilakukan guru mengandung pengertian

rangkaian perilaku pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk

menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai

Islam agar dapat membentuk kepribadian muslim seutuhnya.33

Adapun strategi yang dilakukan dalam upaya pembinaan akhlak siswa

antara lain:34

1. Teladan

32
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), 348.
33
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi Pengajaran
Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 127.
34
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), 99.
Allah swt. dalam mendidik manusia menggunakan contoh atau teladan

sebagai model terbaik agar mudah diserap dan diterapkan pada manusia. Contoh

atau teladan itu diperankan oleh para Nabi atau Rasul, sebagaimana firman-Nya:

Terjemahan: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab/33: 21)35

Begitu pentingnya keteladanan sehingga Tuhan menggunakan pendekatan

dalam mendidik umatnya melalui metode yang harus dan layak di contoh. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa keteladanan merupakan pendekatan pendidikan

yang ampuh.

Keteladanan bukan hanya sekedar memberikan contoh dalam melakukan

sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat diteladani, termasuk

kebiasaan-kebiasaan yang baik merupakan contoh bentuk keteladanan.36

Keteladanan dalam bahasa arab disebut uswah, iswah, atau qudwah,

qidwah yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). 37

Dalam membina akhlak yang baik tidak hanya dalam dilakukan dengan pelajaran,

intruksi dan larangan melainkan dengan pemberian contoh teladan yang baik dan

nyata.

35
Departemen Agama RI, Al- Quran ASSALAMAH (Cet. I; Semarang: CV.Asy Syifa’
Semarang), 875.
36
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,
(Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 42.
37
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), 112.
Orang tua dan guru yang biasa memberikan keteladanan mengenai

perilaku baik, maka biasanya akan ditiru oleh anaknya dan siswanya dalam

mengembangkan pola perilaku mereka. Imam Al-Ghazali mengibaratkan bahwa

orang tua itu seperti cermin bagi anak-anaknya. Artinya bahwa perilaku orang tua

itu biasanya ditiru oleh anak-anaknya karena dalam diri anak kecenderungan suka

meniru.

Disini guru sebagai teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan sekolah

disamping orang tua di rumah. Guru hendaknya menjaga dengan baik perbuatan

maupun ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan

sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan baik itu orang maupun

guru. Sebagaimana pendapat salah seorang tokoh psikologi terapi yang sesuai

dengan ajaran Islam “si anak yang mendengar orang tuanya mengucapkan asma

Allah, dan sering melihat orang tuanya atau semua orang yang dikenal

menjalankan ibadah, maka yang demikian itu merupakan bibit dalam pembinaan

jiwa anak.”38

2. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk

membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan

ajaran Islam. Pembentukan akhlak melalui pembiasaan untuk melakukan

perbuatan yang bersifat edukatif secara berulang-ulang dikerjakan oleh anak sejak

kecil yang sangat mempengaruhi perkembangan pribadinya, seperti yang telah


38
Zakiah Daradjat, Op. Cit, 87.
diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya

dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Pembiasaan

diarahkan pada upaya pembuayaan aktivitas tertentu sehingga menjadi aktivitas

yang terpola atau tersistem.39

Strategi ini mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan dan

pembinaan akhlakul karimah yang baik. Karena dalam pembiasaan ini menjadi

tumbuh dan berkembang dengan baik dan tentunya dengan pembiasaan-

pembiasaan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehinggan muncul

suatu rutinitas yang baik tidak menyimpang dari ajaran Islam.

3. Koreksi dan Pengawasan

Adalah untuk mencegah dan menjaga, agar tidak terjadi sesuatu hal yang

tidak diinginkan. Mengingat manusia bersifat tidak sempurna maka kemungkinan

untuk berbuat salah serta penyimpangan-penyimpangan maka belum kesalahan-

kesalahan itu berlangsung lebih jauh lebih baik selalu ada usaha-usaha koreksi dan

pengawasan.

4. Hukuman

Adalah suatu tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar

dan sengaja sehingga menimbulkan penyesalan. Dengan adanya penyesalan

tersebut siswa akan sadar atas perbuatannya dan mengulanginya. Hukuman ini

dilaksanakan apabila larangan yang telah diberika ternyata masih dilakukan oleh

siswa. Namun hukuman tadi tidak harus hukuman badan, melainkan bisa

39
Furqon Hidayatullah, Op. Cit, 52.
menggunakan tindakan-tindakan, ucapan dan syarat yang menimbulkan mereka

tidak mau melakukannya dan benar-benar menyesal atas perbuatannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam ini,

maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif tentang permasalahan


objek yang ada dilapangan terkait strategi komunikasi guru dalam menanamkan

nilai-nilai agama di MTs Negeri 2 Palu. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang tidak mengadakan perhitungan dengan angka-angka, karena penelitian

kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang kondisi secara

faktual dan sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar-dasarnya saja.40

Menurut Miles dan Huberman metode kualitatif lebih berdasarkan pada

filsafat fenomenologi yang mengutamakan penghayatan (Verstehen). Metode

kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingka laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.41

Seluruh data yang dikumpulkan akan diolah dan diseleksi berdasarkan

menggunakan penelitian kualitatif yang menitik beratkan kepada kegiatan

penelitian di lokasi objek dalam melakukan penelitian yang ada, dengan tujuan

memperoleh data ilmiah yang bersifat alamiah dan tidak menimbulkan hipotesis

yang sifatnya menduga-duga berbagai hal yang menyangkut tentang Strategi

Komunikasi Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama di MTs Negeri 2 Palu.

B. Lokasi Penelitian

Seluruh kegiatan penelitian ini, penulis laksanakan di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Palu. MTs Negeri 2 Palu merupakan lembaga

pendidikan yang menjalankan kegiatan pendidikan seperti sekolah atau madrasah

40
Lexy. J Moeong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007),
Cet, ke-1, 11.
41
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial.; (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), Ed. 2 cet, ke-1, 78.
lain pada umumnya dan berada di bawah naungan Kementerian Agama. Memilih

lokasi ini berdasarkan pada alasan yaitu karena belum ada yang melakukan

penelitian sebelumnya yang membahas tentang Strategi Komunikasi Guru dalam

Menanamkan Nilai-Nilai Agama.

C. Kehadiran Peneliti

Demi keabsahan dan keakuratan data yang akan diperoleh, maka penulis

harus berada di lokasi secara langsung untuk meneliti, mengamati dan

mengumpulkan sumber-sumber atau data-data yang akan digunakan dalam

penelitian.

Kehadiran penulis adalah bertindak sebagai instrument sekaligus

pengumpul data. Penelitian ini telah mendapatkan surat mandat dari kampus

untuk melakukan penelitian kualitatif sebagai proses persiapan, sehingga

penelitian ini diketahui oleh informan di lokasi penelitian. Hal tersebut

dimaksudkan agar penulis dapat bekerja sama dengan informan yang mempunyai

kaitan erat dengan apa yang diteliti, sehingga hambatan-hambatan yang diketahui

selama penelitian dapat teratasi.

S. Margono mengemukakan bahwa kehadiran peneliti di lokasi penelitian

selaku instrument utama yang merupaka alat (instrument) utama pengumpul data,

penelitian kualitatif menghendaki peneliti atau dengan bantuan orang lain sebagai

alat utama pengumpul data. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengadakan

penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.42

42
S. Margono, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Aneka Putra Cipta, 2002), Cet. II, 38.
D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan suatu

penelitian. Menurut S Nasution, sumber data dalam suatu penelitian ini

dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: “Data Primer dan Data Sekunder”.43

jenis data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini terbagi

atas dua jenis yaitu:

1. Data Primer yaitu “jenis data yang diperoleh lewat pengamatan langsung di

lapangan”.44 Data primer juga merupakan data yang diperoleh informan

melalui observasi, dan wawancara yang diperoleh di lapangan yang terkait

dengan objek penelitian. Pada pola isi penulis membuat persyaratan-

persyaratanyang sesuai dengan tema dan informasi yang hendak diteliti

penulis. Seiring dengan itu, penulis menggali keterangan untuk mendapatkan

informasi melalui proses wawancara bersama informan yang terlibat langsung

terhadap pokok permasalahan yang diangkat, penelitian menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan.

2. Data sekunder adalah “data penunjang yang merupakan data terlengkap yang

diperoleh melalui literatul-literatul, dokumen-dokumen dan lain-lain, seperti

data statistic yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi

keperluannya”.45 Data ini diperoleh melalui dokumentasi dan catatan yang

berkaitan dengan objek penelitian, di samping itu sebagai pelengkap yang

menunjukkan kondisi objek.

43
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) Cet.
IV, 143.
44
Ibid, 147.
45
Imran Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang:
Kalimasada Press, 1996), Cet. III, 40.
E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang di butuhkan dalam penulisan skripsi secara umum terdiri dari

data yang bersumber dari penelitian lapangan, wawancara dengan mengajukan

beberapa pertanyaan penelitian dan dokumentasi, dan masing-masing sebagai

berikut:

1. Observasi

Dalam penelitian kualitatif obeservasi/pengamatan adalah satu teknik

utama dalam pengumpulan data. Observasi merupakan metode pertama yang

digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan

yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang

diteliti, yakni bagaimana strategi komunikasi guru dalam menanamkan nilai-nilai

agama di MTs Negeri 2 Palu. Sebagaimana dijelaskan oleh Winarno Surakhmad,

“teknik pengumpulan data dimana penulis mengadakan pengamatan secara

langsung (tanpa alat) terhadap masalah-masalah subjek yang diselidiki, baik

pengamatan yang dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun pengamatan itu

dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.46

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan. 47

Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data untuk


46
Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metode Ilmiah, (Bandung:
Tarsito, 1978), 155.
47
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2008), Cet. IV, 82.
mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung

kepada orang yang dapat memberikan keterangan. Teknik ini memberikan data

sekunder dan data primer yang akan mendukung penelitian.48

Wawancara dilakukan secara mendalam dengan objek yang akan diteliti

maupun dengan informan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai yang

dibutuhkan. Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang

yang terlibat sebagai guru agama di MTs Negeri 2 Palu maupun siswanya, dengan

tujuan untuk mendapatkan keterangan secara detail berupa strategi komunikasi

dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan dalam

penelitian ini. Tanya jawab ini tindak hanya melibatkan kepada guru saja, tetapi

kepada siswa guna sebagai cross check (pemeriksaan kembali). Sedangkan teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur dan tidak berstruktur.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang

diangkat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

cerita biografi dan peraturan kebijakan, sedangkan yang dokumen berbentuk

gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Proses pengumpulan

dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku,

48
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Ed. 1 (Cet. 4;
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), 23.
dokumentasi ataupun arsip-arsip milik MTs Negeri 2 Palu, ataupun tulisan-tulisan

lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasa penelitian ini. Jadi dokumentasi

merupakan hal yang urgen dalam melakukan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan kewajiban yang harus penulis lakukan

supaya data-data yang diperoleh dapat diinterpretasi dengan benar dan

memberikan arti sehingga berhubungan antara data yang satu dengan data yang

lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari tiga jenis :

1. Reduksi data, yakni proses pemilihan dan pengolahan data berupa wawacara,

catatan lapangan, dokumen resmi dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan

permasalahan dan inti proses, serta membuat pernyataan-pernyataan yang

sesuai dengan permasalahan tersebut.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan data yang telah direduksi dalam model-

model tertentu untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran terhadap data

tersebut. Pendekatan ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Oleh karena

itu, data yang disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

3. Verifikasi data, yaitu pengambilan kesimpulan dari penulis terhadap data

dengan cara mengevaluasi atau memeriksa kembali data yang telah disajikan,

sehingga penyajian dan pembahasan benar-benar dijamin akurat49.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam penelitian ini agar data

yang diperoleh terjamin validitas dan kreadibilitasnya. Selanjutnya menggunakan


49
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), 135.
teknik triangulasi, yaitu diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yng

telah ada. Triangulasi juga merupakan teknik pengecekan data terhadap sumber

data dengan mengecek kesesuaian sumber data yang diperoleh dengan

karakteristik sumber data yang telah ditentukan penulis, kesesuaian metode

penelitian yang digunakan, serta kesesuaian teori yang dipaparkan dalam tinjauan

pustaka dengan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis akan menggunakan

pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dengan cara data

yang diperoleh di lapangan dan setelah melalui proses analisis data, maka

selanjutnya penulis akan kembali untuk memperoleh keabsahan data. Cara kerja

dari triangulasi sumber adalah membandingka data hasil pengamatan dan hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi, dan membandingkan informasi antara informan yang

satu dengan yang lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zainal, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi,


Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan dan


Kepribadian Muslim, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pres, 2002.

Arifin, Imran, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan,


Malang: Kalimasada Press, 1996.

Asnawir, Usman Basyirudin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.


Azlansyah, AR., Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak Pada
siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 02 Makassar, Makassar: UIN Alauddin
Makassar, 2015.

Cangara, Hafied, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014.

Departemen Agama RI, Al- Quran ASSALAMAH, Cet. I; Semarang: CV.Asy


Syifa’ Semarang.

Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka, 2004.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi dan Praktek, Cet, XIX; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.

Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Glueck, William F., Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Jakarta:


Erlangga, 1987.

Hidayatullah, Furqon, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,


Surakarta: Yuma Pressindo, 2010.

http//www.google.com//mellyasilaban.blog.co.id/2014/05/”guru-profesional-
sebagai-fasilisator.html?m=1”Diakses pada tanggal 05 Mei 2021.
https://dosensosiologi.com/nilaiagama/
Definisinilaiagamaadalahsegala,dariTuhandiakhiratnanti. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2021

https://smamyserang.sch.id/baca/pengertian-guru-definisi-tugas-dan-peran-guru-
dalam-pendidikan. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021.

Hujjah, Shochibul, Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlak


Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan, Malang: UIN Maliki Malang, 2013.

Liliweri, Alo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Lkis,


2003.

Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Margono, S., Penelitian Pendidikan, Jakarta: Aneka Putra Cipta, 2002.


Marlina, Sitti, Urgensi perencanaan dakwah bagi pembinaan akhlak siswa
Madrasah DDI Cambalagi Kecamatan Maros Utara Kabupaten Maros,
Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2013.

Moeong, Lexy. J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,


2007.

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.

Nasution, S., Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta:


Rajagrafindo Persada, 2008.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta, 2008.

Surakhmad,Winarno, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metode Ilmiah,


Bandung: Tarsito, 1978.

Syafri, Ulil Amri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada, 2014.

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2000.
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi
Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Usman, Husaini, Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, Jakarta:


Bumi Aksara, 2008.

Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,


Jakarta: Firma Djakarta, 2003.

Widjaya, H. A.W., Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Cet, III; Jakarta :


Bumi Aksara,1997.

Anda mungkin juga menyukai