Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

METODE PENGEMBANGAN DAKWAH ZULKARNAINI,M.Ag

LAPORAN PENELITIAN

METODE DAKWAH DI PERKOTAAN DI LEMBAGA DAKWAH IKATAN


KEMAKMURAN MESJID INDONESIA (IKMI)

Disusun Oleh :

M. AGUS BUDIMAN ( 12040415137)

LILLA NURUL HIDAYAH (12040426842)

INTAN MAYSARAH (12040421625)

EDO SAPUTRA (12040415355)

FAJRI KURNIADI (12040417273)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami haturkan kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah metode pengembangan dakwah dengan
judul metode dakwah di perkotaan di lembaga dakwah ikatan kemakmuran mesjid
indonesia

kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa saran dan kritik sehingga laporan ini dapat
terselesaikan kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahan kritik yang membangun dari berbagai
pihak akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru , 5 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
KERANGKA TEORI .............................................................................................................................. 4
A. Pengertian metode dakwah ....................................................................................................... 4
B. Macam – macam metode dakwah ............................................................................................. 6
BAB III .................................................................................................................................................. 9
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................................... 9
A. LOKASI PENELITIAN ............................................................................................................ 9
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA .......................................................................................... 9
C. TEKNIK ANALISA DATA ....................................................................................................... 9
............................................................................................................................................................ 9
BAB IV............................................................................................................................................. 11
HASIL PENELITIAN ........................................................................................................................... 11
BAB V .................................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tingkat dinamisasi kehidupan global yang semakin tinggi dan komprehensif telah
menggiring umat manusia senantiasa memandang persoalan hidup secara pragmatis, logis
serba instant dan matematis. Keadaan demikian disamping membawa manfaat berupa
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mempermudah aktivitas
manusia, juga telah membawa implikasi negatif berupa lemahnya semangat trasendental
dan memudarnya hubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama,
sehingga dewasa ini telah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup paradoksal
dengan cita ideal Islam. Islam adalah agama wahyu yang selalu berhadapan dengan
zaman yang terus berubah. Untuk itu, umat Islam selalu ditantang bagaimana
mensintesakan keabadian wahyu dengan kesetaraan zaman. Mendakwahkan Islam berarti
memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Setiap manusia yang
lahir ke muka bumi ini memiliki kewajiban untuk berdakwah. Karna berdakwah
merupakan salah satu aktivitas yang menunjukkan kualitas value atau nilai umat manusia,
tentu saja dakwah yang dimaksud adalah dakwah Islam.
Dakwah yang senantiasa mengajak mad’u untuk ( ta’amuruna bil ma’ruf
watanhau na’anil mungkar ) Mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang kepada
keburukan. Sebagaimana Allah SWT berfirman : Artinya :“kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentu itu lebih
baik dari mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik”( Qs. Al-Imran : 110 ) Dari ayat tersebut, jelas bahwa kita
sebagai umat manusia sudah digariskan untuk berdakwah setelah Rasullah wafat, untuk
merubah situasi yang buruk ke setuasi yang lebih baik, menggugah hati manusia untuk
berbuat kebaikan serta dakwah ini merupakan suatu petunjuk agar manusia tidak terjebak
kedalam lembah kenistaan. adapun dakwah yang dilakukan hendaknya dengan metode
dan media yang sesuai dengan keadaan orang yang didakwahi, (mad’u).

1
Aktivitas dakwah pada awalnya hanya merupakan tugas sederhana yakni
kewajiban untuk menyampaikan apa yang terima dari Rasullah SAW, walaupun hanya
satu ayat. Hal ini dapat dipahami sebagaimana yang ditegaskan oleh hadist Rasulullah :
“Balighu ’anni walau ayat.” Inilah yang membuat kegiatan dakwah atau aktivitas dakwah
boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk
menyebarkan nilai-nilai Islam. Perkembangan masyarakat yang semakin meningkat,
tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara
terdisional. Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi satu profesi yang menuntut
keahlian, terencana dan strategi yang handal. Untuk itu diperlukan sekelompok orang
atau lembaga yang secara terus-menerus mengkaji, meneliti dan meningkatkan aktivitas
dakwah secara baik. Idharah kemakmuran masjid indonesia ( IKMI ) sebagai salah satu
lembaga dakwah Indonesia, diharapkan keikutsertaanya dalam membangun umat
manusia seutuhnya yang dengan syarat iman yang mantap, amal ibadah
berkesenambungan dan keseimbangan dengan membangun fisik. Lembaga ini menjadi
wadah untuk menghidupkan Syiar Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan
melakukan, pengkrerutan, pembinaan, terhadap mubaligh dan manajeman masjid. Di
samping itu IKMI juga melakukan penyaluran para mubaligh di masjid atau mushalla,
yang bertujuan mengajak masyarakat untuk memakmurkan masjid. Karna melalui masjid
dapat membawa perubahan bagi lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang menjadi cita-
cita Islam bisa tercapai yakni manjadi masyarakat mardhatillah.
Dengan kata lain, bagaimana kegiatan dakwah itu direncan akan dengan sebaik
mungkin. Karna suatu prencanaan yang baik harus didasarkan hasil penelitian yang
secara objektif. Tahap perencanaan dakwah sangat menentukan keberhasilan dakwah.
Jika seorang dai’ atau suatu lembaga dakwah gagal dalam merumuskan suatu
perencanaan dakwah. Maka akan mengalami suatu kegagalan dari sebuah proses dakwah.
Akan tetapi sebagian mubaligh saat ini, menurut hemat penulis masih menggunakan
Kegiatan dakwah secara tradisonal dan secara lisan, dalam bentukceramah dan pengajian.
Para juru dakwah ini berpindah dari satu majlis kemajlis lainnya. Dari satu mimbar
kemimbar lainya. Bila dipanggil untuk berdakwah yang terbesit di hatinya ceramah
agama. Maka dakwah akan muncul dengan makna sempit dan terbatas, yakni hanya
berceramah melalui mimbar. Tentu hal ini tidak akan mebawa perubahan, jika juru

2
dakwah berpikiran sempit dalam memaknai dakwah itu sendiri. Yang hanya sebatas
ceramah di mimbar saja. Tampa memikirkan strategi apa yang harus dilakukan, dan
target yang ingin dicapai untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dimuka bumi ini.
Kegiatan ini hendaknya dilakukan secara terencana yang mengarah pada peningkatan
kualitas keberagamaan Islam. Kualitas itu meliputi pemahaman ajaran Islam secara utuh
dan tuntas, wawasan keberagamaan, penghayatan dan pengamalannya. Sebagai proses
maka tuntutan dasarnya adalah perubahan sikap dan perilaku yang akan diorientasikan
pada sumber nilai yang Islami.

B. Rumusan Masalah
1. Metode apa yang digunakan IKMI dalam mengembangkan dakwah diperkotaan ?

C. Tujuan
1. Bertujuan untuk mengetahui metode apa saja yang di pakai dalam
mengembangkan dakwah di perkotaan
2. Bertujuan untuk mengetahui perkembangan dakwah di perkotaan

3
BAB II

KERANGKA TEORI
A. Pengertian metode dakwah
Pengertian metode menurut bahasa metode berasal dari bahasa Yunani methodos
yang merupakan kombinasi kata meta (melalui) dan hodos (jalan), dalam bahasa Inggris
metode berarti method yang berarti cara. 10 Metode dalam bahasa Jerman methodicay
artinya jalan, sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq. 1 Dalam kamus ilmiah
popular metode juga dapat diartikan sebagai cara yang sistematis dan tertatur untuk
melaksanakan sesuatu atau cara kerja.2 Sedangkan pengertian metode secara istilah
metode adalah jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan. Banyak usaha yang tidak
dapat berhasil atau pasti tidak membuahkan hasil optimal, kalau tidak dipakai cara yang
tepat.13Metode juga dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam
proses penelitian.3 Sedangkan menurut Munir metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.4
Bisa disimpulkan bahwa metode ialah suatu cara yang telah diatur melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Islam adalah
agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual
menjadi manusia yang beradab, berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu
membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang
adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari
ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Istilah dakwah dalam agama Islam
nampaknya tidak asing lagi, bahkan sudah dapat dikatakan popular sekali di kalangan
masyarakat saat ini. Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa istilah

1
Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Gerafindo Persada, 2012), h. 242 12
2
Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), h. 461 13 K.
3
Bertens, Metode Belajar Untuk Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 2 14
4
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 24

4
dakwah oleh kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian, ceramah, khutbah,
atau mimbar seperti hal nya yang dilakukan oleh para mubaligh, ustadz, atau khatib.
Dakwah sering diartikan sebagai sekedar ceramah dalam arti sempit. Kesalahan ini
sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi di dalam pelaksanaannya tetap saja
terjadi penciutan makna. 5Apabila kita memperhatikan Al-Quran dan As-sunah maka kita
akan mengetahui sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral,
strategis, dan menentukan.
Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam
sejarah maupun praktiknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan untuk
umatnya. Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berfikir, bersikap, dan bertindak. Oleh karena itu istilah dakwah perlu dipertegas lagi
dalam pengertiannya. Secara harfiah dakwah merupakan masdar dari fi’il da’a dengan
arti ajakan, seruan, panggilan, undangan. Seperti yang terdapat pada surat al-Nahl ayat
125 , artinya “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.6”Sedangkan
pengertian dakwah secara terminologi atau istilah sangat beraneka ragam. Diantara

pendapat para ahli ilmu dakwah tentang pengertian dakwah adalah sebagai berikut :
a. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-
peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada
keadaan lain.
b. Pendapat Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

5
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 68-69
6
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1-5

5
c. Menurut Hamzah Ya’qub dalam bukunya Publistik Islam memberikan pengertian
dakwah dalam Islam ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya”7

B. Macam – macam metode dakwah


Dalam aktifitas berdakwah untuk membentuk kondisi umat Islam yang baik, baik
dalam wujud individu maupun wujudnya sebagai komunitas masyarakat, wajib
mengunakan metode dalam berdakwah. Meskipun tugas seorang da’i hanya untuk
menyampaikan, sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada Allah SWT, akan tetapi sikap ini tidak menafikan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan. Dakwah dalam Islam,
sering terjadi bahwa disebabkan metode dakwah yang salah. Islam dianggap sebagai
agama yang tidak simpatik, penghambat perkembangan, atau tidak masuk akal. Sesuatu
yang biasa namun melalui sentuhan metode yang tepat menjadi sesuatu yang luar biasa.
Dakwah memerlukan metode, agar mudah diterima oleh mitra dakwah. Metode yang
dipilih harus benar, agar Islam dapat diterima dengan benar dan menghasilkan pencitraan
yang benar pula. 8 Seperti beberapa dasar metode berdakwah yang sudah dijelaskan dalam
Al Quran.
 Metode Dakwah Bil Lisan
Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah, serta kenyataan dakwah yang
terjadi di lapangan, maka di dalam Al-Quran al-Karim telah meletakkan dasar-
dasar metode dakwah dalam sebuah surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” Dari ayat tersebut
dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah meliputi: hikmah, mau’idhah
hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik. Menurut Imam al-Syaukani, hikmah
adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut penafsiran hikmah
adalah argumenargumen yang kuat dan meyakinkan. Sedangkan mau’idhah

7
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), h. 17
8
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h. 358

6
hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat
bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau menurut penafsiran,
mau’idhah hasanah adalah argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak
yang mendengarkan dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa
argumen itu. Sedangkan diskusi dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan
cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada.9
 Metode Dakwah bil Hikmah
Kata “hikmah” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 20 kali, baik dalam nakiroh
maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukuman” yang diartikan secara
makna aslinya yaitu mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah
dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-
hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut al-Ashma’i
adal mula didirikan hukuman (pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari
perbuatan zalim. 10Al hikmah diartikan sebagai al’adl (keadilan), al-haq
(kebenaran), al-ilm (pengetahuan), dan an-nubuwwah (kenabian). Al hikmah juga
berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat sehingga menjadi lebih
sempurna. Hikmah adalah bekal da’i menuju sukses. Karunia Allah yang
diberikan kepada orang yang mendapatkan hikmah insyaAllah juga akan
berimbas kepada para mad’u nya, sehingga mereka termotivasi untuk megubah
diri dan mengamalkan apa yang disampaiakan da’i kepada mereka. Tidak semua
orang mampu meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk orang
yang layak mendapatkannya. Barang siapa mendapatkannya, maka dia
memperoleh karunia besar dari Allah. Allah berfirman: Artinya: Allah
menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Ayat
tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya menjadikan hikmah sebagai sifat dan
bagian yang menyatu dalam metode dakwah dan betapa perlunya dakwah

9
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000), h. 121-122
10
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada, 20012), h. 244

7
mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah
menunjukkan metode dakwah praktis kepada juru dakwah yang mengandung arti
mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah
yang benar.
 Metode Dakwah Al Mau’idhah Al-Hasanah
Terminologi mau’idhah hasan dalam prespektif dakwah sangat popular, bahkan
dalam acara-acara seremonial keagaman (baca dakwah atau baligh) seperti
Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilah mau’idhah hasanah mendapat porsi khusus
dengan sebutan “acara yang ditunggutunggu” yang merupakan inti acara dan
biasanya menjadi salah satu target keberhasilan suatu acara. Namun demikian
agar tidak menjadi salah paham, maka di sini akan dijelaskan pengertian
mau’idzah hasanah. Secara bahasa mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu
mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari bahasa Arab yaitu wa’adza-
ya’idzu-wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan.
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian diantaranya:
a. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh
Hasanuddin adalah sebagai berikut: al Mau’idzatil Hasanah adalah
perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau
memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Quran.
b. Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’idzah al-Hasanah merupakan salah
satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.37 Dari beberapa definisi diatas, metode
mau’idzah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya: nasehat,
tabsyir watanzir, dan wasiat.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini kami memilih meneliti metode apa saja yang dipakai di Ikatan
Kemakmuran Mesjid Indonesia( IKMI) kota pekanbaru . mengapa kami memilih di
IKMI tersebut , karena IKMI kota pekanbaru ini adalah salah satu lembaga yang berdiri
di bidang dakwah bertujuan untuk mengembangkan dakwah di perkotaan.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Adapun jenis data dan teknik pengumplan datayang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Sumber data primer
Sumber data primer , yaitu sumber data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertanyaan yang diajukan kepada pihak yang mengetahui bagaimana
metode dakwah di IKMI kota pekanbaru tersebut.

2. Sumber data sekunder


Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orangh
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini diperoleh
dari literasi atau dari laporan-laporan terdahulu.

C. TEKNIK ANALISA DATA


Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian ini adalah tahap
pengumpulan data. Hal ini karena data merupakan faktor terpenting dalam suatu
penelitian, tanpa adanya data yang terkumpul maka tidak mungkin suatu penelitian akan
berhasil. Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah
dengan cara:
a. Teknik Wawancara

9
Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih yang
berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan
mengumpulkan data-data berupa informasi. Oleh karena itu, teknik
wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data, misalnya
untuk penelitian tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengetahui
informasi terkait IKMI :
 Pengembangan metode dakwah di perkotaan pekanbaru .
 Program-program apa saja yang sudah jalankan di kota
pekanbaru.

Responden yang diwawancarai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

 Pengurus IKMI kota pekanbaru

b. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
berupa sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data
tertulis dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah,
arsip, ataupun dokumen pribadi dan juga foto (Sudarto, 2002: 71).
Dokumen-dokumen yang dijadikan arsip dalam penelitian ini
meliputi:
 Dokumentasi terkait profil IKMI
 Dokumentasi kegiatan wawancara
c. Teknik observasi
Teknik Observasi Observasi adalah proses pengumpulan data
dengan cara mengamati kegiatan. Hasil pengamatan kemudian
dibuat catatan sebagai data dalam penelitian. Obyek observasi
dalam penelitian ini dipusatkan pada aktivitas dakwah di perkotaan
pekanbaru.

10
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam rangka mengembangkan Kegiatan dakwah diperkotaan, IKMI kota pekanbaru


menggunakan dan menjalakan serangkaian metode yang mana akan kami jabarkan dibawah ini:

1. Metode Khutbah
Pengertian khutbah adalah menyampaikan nasihat dan pesan tentang takwa. Secara
umum, pengertian khutbah adalah kegiatan berdakwah mengajak atau menyeru orang lain
untuk meningkatkan ketakwaan, keimanan, dan pesan keagamaan lainnya dengan rukun
dan syarat tertentu. Metode dakwah dilakukan IKMI adalah khutbah jum’at di seluruh
mesjid di pekanbaru.
Adapun materi yang disampaikan dalam khutbah yaitu tentang hukum islam, syariat
islam, fiqih islam, dll. Setiap jum’at pagi para da’i dikumpulkan di aula IKMI bertujuan
untuk membahas materi khutbah yang akan disampaikan di mesjid .
2. Metode cermah
Pengertian ceramah adalah menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan cara
penyampaian pembelajaran dengan penuturan secara lisan ataupun penjelasan secara
langsung kepada jama’ah. Adapun metode cermah ini dilaksanakan di mesjid-mesjid, apa
lagi ketika bulan ramdhan datang IKMI menyiapkan para da’i nya untuk disebarkan di
seluruh mesjid kota pekanbaru .yang mana biasa nya dilaksakan cermah singgkat setelah
sholat terawih atau setelah sholat isya .
3. Metode radio
Radio dakwah adalah sebuah stasiun radio yang visi, misi, dan semua program dan materi
siarannya tentang dakwah (syiar Islam). Sedangkan dakwah radio itu aktivitas dakwah di
media radio.Radio dakwah diformat atau diprogram untuk syiar Islam. Semua
programnya bermuatan atau bernuansa syiar Islam. Radio di IKMI menjadi salah satu
metode dakwah diperkotaan, karna dengan menggunakan radio ini lebih memudahkan
untuk menyiarkan dakwah diperkotaan . Namun metode radio ini sudah tidak berjalan
lagi dikarenakan kekurangan dana .

11
4. Metode tanya jawab
Metode dakwah selanjutnya yang telah dipaparkan yaitu metode tanya jawab “Metode
tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya
(obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan
mubaligh /da’inya sebagai penjawab”. Biasanya metode ini digunakan dalam pengajian
ibu” / bpk” di mesjid atau di suatu tempat.

kegiatan khutbah yang dilakukan seminggu sekali dan ceramah ramdhan .


 Khutbah yang dilaksanakan seminggu sekali diseluruh mesjid kota pekanbaru
 Ceramah agama yang dilaksanakan setiap bulan ramdhan di seluruh mesjid kota
pekanbaru.11

Khutbah jum’at dilaksakan pada setiap hari jum’at diseluruh mesjid yang ada di kota pekanbaru ,
ada sekitar 547 mubaligh yang diturun kan ke mesjid-mesjid untuk melakukan khutbah . setiap
mubalig yang duturunkan kemesjid-mesjid mendapatkan komisi dari pengurus mesjid, dan untuk
materi yang disampaikan sama ditiap-tiap mesjid. Dengan adanya IKMI ini mempermudah untuk
para pengurus mesjid mencari mubalig untuk khutbah setiap jum’at nya .

Cermah agama setiap bulan ramadhan ini menjadi tradisi yang dilakukan diseluruh mesjid-
mesjid kota pekanbaru , ceramah agama dibulan ramdhan ini bukan hanya dilaksanakan dimesjid
saja , tapi musholla pun banyak yang ikut dalam mengikuti tradisi ini , jadi ketika datang nya
bulan ramdahan disitulah peluang untuk para da’i menyebarkan ajaran islam. Ada sekitar 564
mubalig untuk bercermah di mesjid.

Terlepas dari berbagai macam metode yang dijalankan di IKMI ada pembagian devisi-devisi dan
program-program yang dibentuk , namun dikarenakan kekurangan nya dalam biaya dan sdm
membuat banyak program yang tidak berjalankan sampai saat ini. 12

11
Amirullah,03 oktober 2022, kantor IKMI kota pekanbaru ,12:30
12
Amirulah, 03 oktober 2022, kantor IKMI kota pekanbaru, 12:30

12
BAB V

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengembangan metode dakwah Di ikatan kemakmuran mesjid inonesia ( IKMI)
merupakan pengembangan metode dakwah bil hal dengan melakukan rekayasa keadaan
melalui kegiatankegiatan Pengajian dan sosial yang bertujuan untuk mengaktifkan
masyarakat serta remaja dalam kegiatan keagamaan dan praktek keagamaan individu.
Ditinjau dari aspek komunikasi, pengembangan metode dakwah di IKMI cenderung
pada jenis komunikasi perubahan perilaku secara utuh di mana aspek kognitif, afektif
dan perilaku menjadi satu kesatuan dalam proses dakwah. Nilai-nilai yang diselipkan
dalam proses pengembangan metode dakwah juga memiliki kompleksitas yakni nilai
keagamaan, kepemimpinan, tanggung jawab, keahlian dan nilai sosial yang dapat
menjadi bekal remaja dalam mengarungi fase peralihan anak-anak menuju dewasa.
2. Metode dakwah yang dikembangkan di IKMI memiliki kelebihan-kelebihan: mesyiarkan
agama islam, dan membentuk calon-calon da’i atau penerus ulama’.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan:
1. Perlunya adanya evaluasi untuk mengembangkan dan
menjalankan program-program yang belum dilaksanakan .
2. Mencari orang-orang yang minat dalam bidang dakwah untuk
menigkatkan sdm .

13
DAFTAR PUSTAKA

Yaqub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000),
Wahidin, Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada, 20012),
Syukir, Asmuni ,Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004),

Amirullah,03 oktober 2022, kantor IKMI kota pekanbaru ,12:30

14

Anda mungkin juga menyukai