Anda di halaman 1dari 4

1. a).

Menurut Undang-Undang no 13/2003, PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil


perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban
kedua belah pihak.
b.) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal sepuluh orang wajib
membuat Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang mulai
berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk, peraturan ini diatur dalam
Undang-Undang no.13/2003 pasal 108 mengharuskan Konvensi ILO no. 98 tentang
berlakunya dasar-dasar dari hak untuk bernegosiasi dan berunding bersama. Karena memang
diperlukan untuk adanya kejelasan mengenai tata tertib, mengenai hak dan kewajiban antara
pengusaha dan pekerja yang berada dalam suatu perusahaan.
C). Jika bicara lebih lanjut maka Perjanjian Kerja Bersama (PKB) disusun bersama dengan
peursahaan maupun pekerja dengan adanya perundingan. Sehingga dapat dikatakan ini
merupakan komitmen antara kedua pihak yaitu karyawan dan perusahaan. Sedangkan
tujuannya sendiri untuk menekankan kewajiban pekerja dan pengusaha, agar keduanya
berbanding lurus. Hal ini perlu dilakukan agar semua pihak dapt menemui jalan tengah
bersama.
d.) Masa berlakunya perjanjian ini berlaku sampai 2 tahun, namun dapat diperpanjang hingga
1 tahun tentunya dengan perjanjian tertulis. Perjanjian baru ini umumnya dimulai cepat 3
bulan sebelum masa perjanjian lama berakhir. Namun jika tidak ada kesepakatan maka
perjanjian paling lama hanya 1 tahun.
e). Memang bukanlah dokumen wajib, namun merupakan sarana yang harus dibuat untuk
kesepakatan baru yang dibutuhkan perusahaan dan pekerja. Dibuat berdasarkan perundingan,
terdaftar pada pihak terkait (Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja) dan mengikat kedua belah pihak.  Berharap dengan adanya perjanjian ini akan ada
keseimbangan yang tercapai. Manfaat ini sendiri terbagi atas 3 (tiga) 
1. Bagi Perusahaan dan Pekerja 
Agar kedua belah pihak dapat memahami tentang hak dan kewajibannya masing-masing.
Menghindari munculnya perselisihan yang akan muncul di masa mendatang. Hal ini juga
membantu kelancaran proses produksi dan peningkatan usaha.
2. Bagi Perusahaan
Penilaian positif akan didapat perusahaan dari pemerintah, karena dianggap melakukan
tindakan yang membuat hubungan semua pihak berjalan dengan lancar.  Menciptakan
hubungan yang kondusif antara perusahaan dan pekerja. Serta dapat melakukan anggaran
biaya tenaga kerja sesuai dengan masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama.
3. Bagi Pekerja 
Menjadi motivasi bagi karyawan yang lebih produktif dan termotivasi karena adanya
kesepakatan bersama. Adanya kepuasaan hak inilah membuat nilai positif terjadi. 
f). Banyak yang menganggap perjanjian kerja sama bersama atau PKB, sama dengan
perjanjian kerja pada umumnya. Akan tetapi dua hal ini sangat berbeda.  Sederhananya kedua
perjanjian ini berbeda dari cara berlakunya, serta pihak yang membuatnya. Jika PKB dibuat
secara bersama-sama dan merupakan hasil perundingan antara perusahaan dan pekerja,
dimana para pekerja bisa turut memberikan pendapatnya. Lalu PKB hanya satu yang berlaku
dan mengikat pihak pembuatnya. Berbeda dengan perjanjian kerja yang mengikat pekerja
secara individu dan pekerja tidak memiliki hak atau kesempatan untuk memberikan saran
dalam pembuatan perjanjian kerja yang berisi syarat-syarat kerja, kewajiban, hak yang
diberikan. 
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 61 Ayat 1 menyatakan bahwa perjanjian kerja
berakhir apabila:
a. pekerja meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan
kerja

kesimpulannya adalah sesuai UU no.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan pasal 61


karyawan tersebut harus mengganti rugi apabila dia mengundurkan diri.karena kontrak
diperusahaan itu masih ada 3 bulan lagi.
3. Jaminan Hari Tua
JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia
pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.[3] Setiap pemberi kerja selain
penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya dalam program JHT kepada
BPJS Ketenagakerjaan sesuai penahapan kepesertaan dan pekerja berhak untuk mendaftarkan
diri sebagai peserta program JHT atas tanggungan pemberi kerja apabila pemberi kerja telah
nyata-nyata tidak mendaftarkan pekerjanya pada BPJS Ketenagakerjaan.

Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan
yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta
memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.[10] Manfaat pensiun
adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang paling sedikit
ditetapkan Rp300 ribu per bulan dan paling banyak ditetapkan Rp3,6 juta per bulan.[11] Besaran
tersebut berlaku untuk pembayaran pertama kali, karena setiap tahunnya besaran tersebut setiap
tahun disesuaikan dengan tingkat inflasi umum tahun sebelumnya

4. Dalam menentukan sistem upah dan gaji ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu:

 Masa kerja
 Tinggi rendahnya produktivitas
 Faktor profesionalisme
 Faktor volume dan beban kerja
 Tinggi rendahnya tanggung jawab atas wewenang dan jabatan
 Aspek kepribadian
 banyaknya uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi yang dimiliki, atau tinggi-
rendahnya kualifikasi pendidikan (sebagai basic start awal dalam bekerja).

Banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan besarnya upah
dan gaji seseorang, biasanya perusahaan telah menyiapkan standar tersendiri terhadap sistem
pengupahan. seperti lamanya masa kerja, perbedaan kualifikasi pendidikan atau perbedaan
sertifikasi kompetensi serta perbedaan jabatan dan tanggung-jawab, perbedaan lokasi/tempat
kerja dan lain sebagainya, masing-masing dari pekerja akan memiliki kualifikasi yang berbeda-
beda. namun, penilaian tiap-tiap aspek tersebut mempunyai ukuran yang sangat relatif. Oleh
karenanya, perlu ada struktur dan skala upah yang dibuat atas dasar beberapa ukuran penilaian,
sehingga terukur (transparan) dan dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai