Modul 30 Batu Ureter Lengkap
Modul 30 Batu Ureter Lengkap
Modul 30 :
BATU URETER
Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan
diagnosis, melakukan penatalaksanaan, dan menangani komplikasi batu ureter.
Strategi Pembelajaran
Diskusi, kuliah, penugasan, latihan, praktek keterampilan klinik
Persiapan sesi
Peralatan audiovisual
Materi presentasi : Power Point tentang batu ureter
Kasus : 1. Penderita batu ureter distal
Alat bantu latih : model gambar anatomi dari teks dan alat peraga
Referensi : 1. Campbell’s Urology edisi 9
2. Smith's General Urology Edisi 14
3. Guidelines IAUI tentang penatalaksanaan penyakit batu saluran
kemih 2007
Kompetensi
Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang batu ureter.
Gambaran Umum
Batu ureter adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter. Gejala
yang umumnya dikeluhkan adalah nyeri pinggang baik kolik maupun non kolik. Tanda yang
mungkin didapatkan adalah nyeri ketok di daerah kostovertebra. Penanganannya umumnya
adalah tindakan minimal invasif atau operatif. Bila tidak ditangani penyakit ini bisa menimbulkan
komplikasi yang bisa menimbulkan morbiditas dan penurunan kualitas hidup yang signifikan.
Contoh kasus
Penderita pria 45 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 hari yang lalu. Disamping
itu juga dikeluhkan adanya mual. Nyeri pinggang timbul tiba – tiba dan menjalar ke perut dan
kemaluannya. Nyeri juga dirasakan pasien bila kencing dan sering kencing. Kadang – kadang
kencingnya kemerah-merahan Pemeriksaan radiologis pada foto polos abdomen menunjukkan
gambaran batu di distal ureter kiri
Diskusi :
Manakah data yang menyokong diagnosis saat itu ?
Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding?
Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut?
Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil :
1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ureter
2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter
3. Melakukan langkah – langkah diagnosis penderita batu ureter
4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter
5. Melakukan pilihan terapi penderita batu ureter
6. Melakukan langkah follow up batu ureter
Proses Pembelajaran
Menguatkan proses pembelajaran
Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta
bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh
dari peserta didik.
Penilaian Kompetensi
Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan ketrampilan
Hasil kuesioner
Hasil penilaian peragaan ketrampilan
9. Evaluasi faktor metabolik setelah terapi batu ureter, untuk mencegah timbul kembali:
a. Hipercalsiuria
b. Hiperuricosuria
c. Hiperoxaluria
d. Hipositraturia
PENUNTUN BELAJAR
BATU URETER
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai.
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya. Pelatih hanya
membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannnya dan waktu kerja yang sangat
efisien.
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak diperlukan)
KEGIATAN KASUS
I. Melakukan anamnesa penderita batu ureter
1. Keluhan utama
2. Menyingkirkan diagnosis banding lain
II. Melakukan pemeriksaan fisik penderita batu ureter
1. Pemeriksaan urologis
III. Menentukan pemeriksaan laboratorium pada
penderita batu ureter
Berikan penilaian tentang kinerja psikomototrik atau ketrampilan yang diperagakan oleh peserta
pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan sperti yang
diuraikan di bawah ini :
V : Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar.
X : Tidak memuaskan : Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar.
T/T: Tidak ditampilkan : Langkah, kegiatan atau ketrampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama evaluasi oleh pelatih.
KEGIATAN KASUS
I. Melakukan anamnesa penderita batu ureter
Komentar/Ringkasan :
Rekomendasi :
Batu Ureter
Batasan
Batu ureter adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter.
Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat berhentinya batu
yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka
dan muara ureter di dinding buli. Untuk kepentingan alternatif terapi (minimal invasif), ureter
dibagi 2 saja, yaitu proksimal (diatas pelvic brim) dan distal (dibawah pelvic brim).
Gejala dan tanda
Gejala yang ditimbulkan tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan penyulit yang
telah terjadi. Keluhan yan paling dirasakan pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises atau pun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Nyeri pada pinggang bisa disertai nyeri rujukan pada
kandung kemih, vulva atau skrotum dan testis.
Hematuria bisa dikeluhkan oleh karena trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan
oleh batu. Kadang – kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa
hematuria mikroskopik.
Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di
bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan
pemberian antibiotik.
Tanda yang terjadi mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada
sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda – tanda gagal ginjal, retensi urin, dan jika disertai
infeksi didapatkan demam/menggigil.
Diagnosis
Diagnosis batu ureter dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Pada anamnesa, berdasarkan keluhan kolik yang disertai nyeri rujukan ke daerah ke lipat paha,
testis atau sampai ujung penis, tergantung pada lokasi obstruksi. Hematuria baik gross maupun
mikroskopis juga bisa dikeluhkan.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan sedimen urin, fungsi ginjal, dan
juga kultur urin.
Terapi
Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm, dimana batu dengan ukuran tersebut
bisa keluar spontan. Karena itu dimungkinkan untuk pilihan terapi konservatif berupa :
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/hari
b. α – blocker
c. NSAID
Batas lama konservatif adalah 6 minggu. Disamping ukuran batu syarat lain untuk observasi
adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik
berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan
adanya obstruksi, apalagi pada pasien – pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal
transplan dan penurunan fungsi ginjal) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini
harus segera dilakukan intervensi.
Shock Wave Lithotripsy (SWL)
SWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kencing. Prinsip SWL adalah
memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin dan luar tubuh.
Ureteroskopi
Batu ureter dapat diekstraksi langsung dengan tuntunan URS. Dikembangkannya semirigid
URS dan fleksibel URS telah menambah cakupan penggunaan URS untuk terapi batu ureter.
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar.
Sehingga perlu alat pemecah batu seperti ESWL, Laser dll. Pilihan untuk menggunakan jenis
pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing – masing operator
PNL
PNL lebih diindikasikan untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat
Bedah Terbuka
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Tergantung pada
anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau
anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1-
2 persen saja, terutama pada penderita – penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
Pemasangan Stent
Merupakan tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter, misalnya pada penderita sepsis
yang disertai tanda – tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter
yang melekat (impacted)
Kepustakaan:
1. Tanagho EA, Mc Aninch JW. Smith’s urology 17th Ed, Lange Medical Books/Mc Graw
Hill,2008
2. Wein,Kavoussi, Novick,Partin, Peters. Campbell’s Walsh Urology 9th Ed ,Saunders,2008.