Ketetapan Mpa 2002 Kupang
Ketetapan Mpa 2002 Kupang
KUPANG
TAHUN 2002
KE TET APAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 01/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG TOMOHON
MENJADI PMKRI CABANG TOMOHON
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Tomohon menjadi PMKRI Cabang Tomohon.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
ttd. ttd.
ttd
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Sorong menjadi PMKRI Cabang Sorong.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Tual menjadi PMKRI Cabang Tual.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Nabire menjadi PMKRI Cabang Nabire.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Merauke menjadi PMKRI Cabang merauke.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Peninjauan kembali yang dimaksud untuk menjadi kota jajakan maka syarat yang
harus dipenuhi adalah Minimal terhadap satu buah perguruan tinggi setingkat S1 di
kota tersebut menjadi Minimal terdapat satu buah perguruan tinggi setingkat S0.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Bengkayang menjadi PMKRI calon cabang Bengkayang.
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Pontianak sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Bengkayang
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Bengkayang menjadi PMKRI calon cabang Fakfak
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Jayapura sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Fakfak
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Kefa menjadi PMKRI calon cabang Kefa
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Kupang sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Kefa
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Larantuka menjadi PMKRI calon cabang Larantuka
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Kupang sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Larantuka
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan da lam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan PMKRI seperti terlampir dalam ketetapan ini.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya..
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menetapkan rayon-rayon di lingkungan PMKRI Cabang DKI Jakarta dalam masa
transisi menjadi cabang-cabang.
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Menteng menjadi PMKRI Cabang Menteng
dengan wilayah garapan Jakarta Pusat
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Mangga Besar menjadi PMKRI Cabang
Mangga Besar dengan wilayah garapan Jakarta Utara
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Petojo menjadi PMKRI Cabang Petojo dengan
wilayah garapan Jakarta Barat
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Jatinegara menjadi PMKRI Cabang Jatinegara
dengan wilayah garapan Jakarta Timur
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Kebayoran menjadi PMKRI Cabang
Kebayoran dengan wilayah garapan Jakarta Selatan
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002
Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MOMORANDUM KEMASYARAKATAN
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MEMUTUSKAN
ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya kami, mahasiswa Katolik Republik Indonesia, menyadari sepenuhnya tugas dan
kewajiban terhadap Gereja dan tanah air. Oleh Karena itu, kami harus menyumbangkan dharma bakti
untuk menembus amanat penderitaan rakyat demi tercapianya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Maka, untuk menunjukkan dharma bakti yang mulia itu, kami menghimpun diri dalam perhimpunan
yang berasaskan Pancasila, dijiwai oleh Kekatolikkan, dan disemangati oleh Kemahasiswaan, dengan
Anggaran Dasar sebagai berikut :
Pasal 1
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN,SANTO PELINDUNG, DAN SEMBOYAN
Nama : PERHIMPUAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK
INDONESIA
(Disingkat PMKRI)
Waktu : PMKRI Didirikan Di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947 untuk
waktu yang Tak tertentu.
Kedudukan : PMKRI Bertempat kedudukan di tempat Pengurus Pusat.
Santo Pelindung : Sanctus Thomas Aquinas
Semboyan : Religio Omnium Scientiarum Anima ( Agama adalah jiwa segala
ilmu
Pengetahuan )
Pasal 2
ASAS
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya berasaskan Pancasila.
Pasal 3
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya dijiwai oleh kekatolikkan
Pasal 4
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya disemangati oleh kemahasiswaan.
Pasal 5
VISI
Visi PMKRI : Terwujudnya keadilan Sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.
Pasal 6
MISI
Misi PMKRI : Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi
intelektual
Populis yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikkan demi terwujudnya keadilan sosial,
Kemanusiaan, dan Persaudaraan sejati.
Pasal 7
USAHA-USAHA
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PMKRI berusaha dilapangan :
1. Kerohanian
2. Kemasyarakatan-kenegaraan.
3. Kemahasiswaan.
Pasal 8
KEANGGOTAAN
Anggota PMKRI terdiri atas ;
1. Anggota Biasa, yaitu mahasiswa S0 atau S1, warga negara Indonesia yang masih aktif kuliah
atau seperti yang diatur dalam Rapat Umum Anggota Cabang dengan batasan waktu paling
lama 11 ( sebelas ) tahun – terhitung sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa.
2. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang berjasa dalam PMKRI menurut ketetapan MPA.
3. Penyatu, ialah mereka yang pernah menjadi anggota PMKRI yang berhak penuh.
4. Penyokong, ialah mereka yang memberikan sokongan-sokongan tetap berupa uang atau hak.
Pasal 9
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
1. Keanggotaan biasa atau penyatu berakhir karena :
a) permintaan sendiri
b) Meninggal dunia
c) Anggota tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam pasal 8 sub 1 dan 3
d) Dipecat.
2. Keanggotaan biasa atau penyatu dapat diberhentikan untuk sementara.
3. Pemberhentian penyokong terjadi karena :
a) Permintaan sendiri secara tertulis
b) Meninggal dunia
c) Perkumpulan atau Badan Hukum yang bersangkutan dibubarkan
d) Penyokong tidak lagi memenuhi seperti yang dimaksud dalam pasal 8 sub 4
Pasal 10
Pasal 18
PEMBUBARAN
Dilakukan oleh MPA tahunan atau MPA khusus yang diadakan untuk magsud tersebut dalam suasana
musyawarah yang dibimbing asas pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh
kemahasiswaan.
Pasal 19
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Angaran Dasar dilakukan oleh MPA dengan musyawarah yang dibimbing oleh asas
Pancasila , dijiwai oleh kekatolikan , dan disemagati oleh kemahasiswaan .
2. Perubahan Angaran Dasar harus diberitahukan kepada wali gereja yang bersangkutan.
Pasal 20
PENUTUP
Hal –hal yang belum diatur dalam Angaran Dasar ini diatur dalam Angaran Rumah Tangga (disingkat
ART) yang tidak boleh bertentagan dengan Angaran Dasar dan yang akan dibuat:
1. a. Untuk PMKRI seluruhnya: Angaran Rumah Tangga ini harus mendapat persetu juan dan
pegesahan
dari MPA.
b. Untuk tiap- tiap cabang: Angaran Rumah Tangga cabang harus mendapat persetujuan dari Rapat
Umum Angoota Cabang yang bersangkutan dan dikukuhkan oleh Pengurus Pusat.
2. Angaran dasar ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Kongres VII tangal 31 Desember 1997 di
Jakarta.
3. Ada berapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tangal 28 Desember 1961di Yogyakarta;
b. Keputusan Sidang MPA VII tangal 31 Desember 1964 di malang;
c. Keputusan Sidang MPA VIII tangal 6 April 1967 di Bandung;
d. Keputusan Sidang MPA IX tangal 6 April 1969 di Surabaya;
e. Keputusan Sidang MPA X tangal 27 Agustus 1971 di Surakarta;.
PASAL 1
KEANGGOTAAN
PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENOLAKAN
1. Permintaan untuk menjadi Anggota Biasa, Penyatu dan Penyokong harus diajukan dengan
surat kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan.
2. Permintaan untuk menjadi Anggota Biasa harus disertai bukti bahwa ia adalah mahasiswa
berupa:
a. Surat keterangan dari Perguruan Tinggi Negeri atau lainnya yang diakui oleh pemerintah
sebagai Perguruan Tinggi yang sederajat dengan Perguruan Tinggi Negeri, di mana
dimungkinkan mencapai tingkat pengetahuan sarjana.
b. Surat keterangan Perguruan Tinggi yang belum diakui pemerintah, yang dimungkinkan
mencapai tingkat pengetahuan sarjana beserta ijasah sekolah lanjutan atas.
3. Seorang mahasiswa dilantik oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan menjadi Anggota Biasa
setelah menempuh dengan baik masa percobaan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh Rapat Umum Anggota.
4. Penerimaan seorang Anggota Penyatu dilakukan oleh Pengurus Cabang bersangkutan dengan
persetujuan RUA Cabang.
5 Penerimaan sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong harus disertai tanda-tanda bukti
dalam bentuk yang ditetapkan oleh RUA Cabang yang bersangkutan.
6. Keberatan terhadap penerimaan sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong harus
diajukan kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan yang dalam 14 hari memutuskan atas
keberatan-keberatan itu.
7. Bila seseorang tidak dapat diterima sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong maka
penolakan itu diberitahukan dengan surat kepada calon yang bersangkutan dengan menyebut
alasan penolakan itu.
PENOLAKAN
(Penyatu dan Penyokong)
• Keberatan atas penolakan pada poin 5, dapat diajukan kpd DPC pada kepengurusan
berjalan secara tertulis paling lambat 14 hari setelah keputusan penolakan dikeluarkan
• Apabila keberatan pada poin 6 diterima atau ditolak hrs diberitahukan kpada pihak yg
bersangkutan secara tertulis dengan alasan-alasan paling lambat 14 hari sejak surat
keberatan diterima
• Apabila keberatan diterima maka akan diambil keputusan oleh DPC lewat
persetujuan RUAC dan diberitahukan kpd yg bersangkutan plng lambat 7 hari sejak
keputusan dikeluarkan.
PASAL 2
ANGGOTA KEHORMATAN
1. Seorang yang telah berjasa kepada PMKRI dapat diangkat menjadi Anggota Kehormatan oleh
MPA atas usul Pengrus Pusat dan Pengurus Cabang yang bersangkutan, dengan alasan yang
membuktikan jasa-jasanya. Usul ini harus diajukan kepada semua cabang sebelum MPA
dimulai.
2. Penerimaan sebagai Anggota Kehormatan disertai tanda-tanda bukti dalam bentuk yang
ditetapkan MPA.
3. Anggota Kehormatan bebas dari pembayaran iuran atau sokongan dan berhak menghadiri
semua rapat Pengurus Pusat lengkap, Pengurus Cabang, RUA Cabang dan MPA/Kongres
tanpa hak suara.
PASAL 3
PEMBERHENTIAN
1. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong yang hendak berhenti dari PMKRI harus
memberitahukan keinginan itu dengan surat kepada Pengurus Cabang-nya paling lambat 1
bulan sebelum tanggal pemberhentiannya.
2. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong yang men urut Badan Pengurus Cabang
melakukan tindakan yang patut dicela, ia akan menerima peringatan-peringatan dari Badan
Pengurus Cabang sebanyak 2 kali dan apabila peringatan ini tidak diindahkan maka ia dapat
dipecat sementara.
3. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong dapat diberhentikan untuk sementara oleh
Pengurus Cabang yang bersangkutan, setelah terbukti bahwa ia telah melanggar ketentuan -
ketentuan AD/ART atau telah merugikan kepentingan PMKRI.
4. Pemecatan seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong hanya boleh dilakukan atas usul
Pengurus Cabang yang bersangkutan juga atas usul anggota yang berhak penuh dari
cabangnya yang jumlahnya ditentukan oleh peraturan yang berlaku oleh RUA yang
bersangkutan dengan musyawarah yang dibimbing oleh azas Pancasila, dijiwai kekatolikan
disemangati kemahasiswaan dan setelah memberi kesempatan yang cukup untuk membela
diri. Pemecatan ini diberitahukan kepada Pengurus Pusat.
5 Seorang anggota yang dipecat (karena sebab-sebab yang merugikan kepentingan Umum
PMKRI atau yang pemecatannya berakibat merugikan kepentingan umum PMKRI) dapat
mengajukan banding kepada Pengurus Pusat. Keputusan banding ini tidak dapat diganggu
gugat.
PASAL 4
HAK-HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Hak-hak anggota terdiri dari:
a. Hak berbicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih;
d. Hak dipilih;
e. Hak ikut serta dalam usaha perhimpunan.
2. Kewajiban anggota terdiri dari:
a. Menaati AD/ART dan semua aturan Perhimpunan;
b. Membayar uang iuran pada waktunya, kecuali yang diberi pengecualian;
c. Menjunjung tinggi nama baik perhimpunan;
d. Membantu usaha-usaha perhimpunan dalam mengejar tujuannya.
3. Hak suara diberikan secepat-cepatnya tiga bulan sesudah menjadi anggota atau diatur dalam
ART Cabang.
4. a. Penyatu mendapat hak seperti pada ayat (1) sub a dan e;
b. Penyokong mendapat hak seperti pada ayat (1) sub e;
c. Penyatu dan penyokong dapat menghadiri RUA Cabang, MPA/Kongres.
5. Hak-hak dan kewajiban tersebut di atas diatur dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
PASAL 5
SUSUNAN ORGANISASI/PENGURUS
1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.
2. a. Pemilihan Pengurus Pusat diadakan dengan pemilihan Ketua Presidium oleh MPA. Ketua
Presidium ini ditunjuk sekaligus sebagai formatur Pengurus Pusat.
b. Komisaris Daerah dicalonkan oleh cabang-cabang yang bersangkutan yang berada dalam
wilayahnya.
3. Anggota Biasa yang berhak penuh dapat menjabat jabatan sebagai berikut:
a. Presidium Harian;
b. Komisaris Daerah;
c. Sekretaris Jenderal;
d. Sekretaris/Ketua Biro;
e. Utusan yang mewakili PMKRI ke luar.
4. Masing-masing anggota Presidium mempunyai hak yang sama.
5. Rapat Presidium hanya sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya dua per tiga dari seluruh
anggota Presidium.
6. Keputusan Presidium diambil secara musyawarah sampai tercapai kata sepakat.
PASAL 6
PENASIHAT ROHANI DAN DEWAN PERTIMBANGAN
1. Penasihat Rohani ialah seorang padri (imam) yang ditunjuk oleh Waligereja dengan
pertimbangan Pengurus Pusat.
2. Dewan Pertimbangan adalah dewan yang terdiri dari sejumlah cendekiawan Katolik Indonesia
yang diangkat oleh Presidium/Pengurus Cabang yang bersangkutan dan bertugas memberikan
pertimbangan-pertimbangan pada Presidium atau Pengurus Cabang baik diminta atau tidak
mengenai semua persoalan yang dianggap penting.
3. Penasihati Rohani dan Dewan Pertimbangan berhak atas undangan untuk menghadiri semua
rapat, MPA/Kongres tanpa hak suara.
4. Penasihat Rohani mempunyai hak untuk memberikan nasihat yang berhubungan dengan hal
kerohanian, baik diminta atau tidak.
5. Jika di antara Pengurus dan Penasihat Rohani tidak tercapai kesesuaian paham tentang
sesuatu hal, keputusan terakhir ditentukan oleh Waligereja yang bersangkutan.
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS/UTUSAN
1. Presidium Pusat berkewajiban:
a. Mengusahakan dan menjaga agar persatuan antar anggota tetap terpelihara;
b. Membina perhimpunan ke arah kesempurnaan;
c. Mengawasi pekerjaan dan kehidupan seluruh perhimpunan supaya sesuai dengan asas,
jiwa, semangat, dan tujuan perhimpunan.
d. Memenuhi segala kewajiban sesuai dengan AD/ART PMKRI dan keputusan-keputusan
MPA.
2. Anggota Pengurus Pusat berkewajiban dan berhak:
a. Ketua Presidium, memimpin rapat bersama-sama dengan anggota presidium yang lain,
bertanggungjawab dan berhak atas segala pelaksanaan urusan perhimpunan.
Menandatangani surat-surat penting bersama dengan anggota presidium yang lain atau
dengan Sekretaris Jenderal atau dengan Sekretaris atau dengan Ketua Biro.
b. Anggota Presidium, bersama-sama dengan Ketua Presidium, bertanggung jawab dan
berhak atas sagala pelaksanaan urusan perhimpunan. Membantu dan mewakili Ketua
Presidium bila yang bersangkutan berhalangan, menyelenggarakan tugas-tugas yang
diserahkan kepadanya. Menandatangani surat-surat penting bersama dengan Sekretaris
Jenderal/Sekretaris.
c. Komisaris Daerah melaksanakan tugas Pengurus Pusat di daerahnya. Membawa suara
daerah kepada Pengurus Pusat.
d. Sekretaris Jendral adalah koordinator dari sekretariat Pengurus Pusat.
e. Sekretaris/Ketua Biro bertanggung jawab atas segala urusan yang berkenaan dengan
bironya dan menandatangani surat-surat bersama Presidium.
f. Bendaharawan, bertanggung jawab atas keuangan perhimpunan. Menjalankan usaha
untuk kekayaan perhimpunan. Jabatan ini dirangkap oleh sekretaris atau ketua biro usaha.
3. Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang diadakan setiap kali bila dianggap perlu, baik atas
permintaan Pengurus Pusat maupun Pengurus Cabang yang bersangkutan.
4. Utusan PMKRI ke luar diwajibkan mengadakan hubungan, pertanggungjawaban dan laporan
kepada Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Cabang yang bersangkutan.
PASAL 8
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA (MPA)
1. Jumlah perwakilan untuk MPA ditentukan oleh MPA sebelumnya dengan ketentuan bahwa
tiap cabang sedikitnya berhak atas empat utusan. Setiap utusan harus mempunyai surat kuasa
dari RUA cabang yang bersangkutan.
2. Cabang yang tidak dapat mengirim utusan untuk menghadiri MPA dapat memberikan kuasa
penuh secara tertulis kepada anggota cabang lainnya dengan ketentuan harus melalui
Pengurus Cabang yang bersangkutan.
3. Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan kepada Cabang:
a. Acara dan persoalan yang akan dibicarakan di MPA dalam waktu sebulan sebelum MPA
dimulai.
b. Risalah MPA terakhir pada waktu sebelum MPA dimulai.
c. Putusan-putusan MPA dalam waktu sebulan setelah MPA selesai.
4. MPA sah jika dihadiri oleh cabang yang hadir dengan sebenarnya (tidak termasuk mandat),
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang seluruhnya, dengan ketentuan harus dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah cabang-cabang, dengan catatan bilangan pecahan
setengah atau lebih dibulatkan ke atas dan selainnya dibulatkan ke bawah.
5. MPA masih dapat disahkan apabila salah satu kuorum dalam ayat (4) terpenuhi dengan
ketentuan:
a. Syarat-syarat yang tidak dipenuhi sekurang-kurangnya harus mencapai setengah kuorum
ditambah satu
.
b. Disetujui oleh 2/3 dari cabang yang hadir.
PASAL 9
KONGRES
Kongres sebagai alat untuk mempertebal rasa persaudaraan antara para anggota Perhimpunan
dilaksanakan dalam bentuk seminar, ceramah, peninjauan-peninjauan dan atau pertemuan olah
raga, kesenian, dan lain-lain yang bermanfaat.
PASAL 10
KEUANGAN
1. Dasar iuran cabang, jenis sokongan dan penghasilan lain sebagaimana termaksud dalam pasal
16 ayat 2 (c) Anggaran Dasar, ditetapkan oleh MPA dan atau dalam hal-hal luar biasa oleh
Pengurus Pusat bersama dengan Pengurus Harian Cabang.
2. Sokongan dari seorang penyokong, dilakukan secara sukarela.
3. Pengeluaran oleh anggota Pengurus Pusat berhubungan dengan menjalankan kewajibannya
dipikul oleh perhimpunan setelah mendapat persetujuan dari Presidium Harian.
4 Ongkos-ongkos untuk keperluan MPA dan Kongres yang berlebihan dari uang sokongan
Pengurus Pusat dan cabang-cabang, harus diberikan kepada Pengurus Pusat untuk dimasukkan
dalam dana MPA dan Kongres yang akan datang.
PASAL 11
PENERBITAN DAN PERS
Penerbitan PMKRI dan pertanggungjawaban redaksi diatur dalam peraturan tersendiri yang
disahkan oleh MPA.
PASAL 12
PEMBUBARAN
Bila perhimpunan ini dibubarkan, maka segala kekayaan perhimpunan diserahkan kepada badan-
badan lainnya menurut keputusan MPA yang membubarkannnya.
PASAL 13
PERUBAHAN
Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini harus dilakukan oleh MPA dalam suasana musyawarah
yang dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh
kemahasiswaan.
PASAL 14
PENUTUP
Segala sesuatu yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga ini
diputuskan oleh Pengurus Pusat lengkap dan harus dipertanggungjawabkan kepada MPA.
PERATURAN PERALIHAN
1. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada saat disahkan oleh Sidang I MPA PMKRI di
bandung pada tanggal 28 September 1959.
2. Segala sesuatu yang berdasarkan Anggaran Rumah Tangga lama, yang tidak bertentangan
dengan Anggaran Rumah Tangga baru, tetap berlaku sebagaimana biasa.
3. Ada beberapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tanggal 28 Desember 1961 di Yogyakarta.
b. Keputusan Sidang MPA VII tanggal 31 Desember 1964 di Malang.
c. Keputusan Sidang MPA VIII tanggal 6 April 1967 di Bandung.
d. Keputusan Sidang MPA IX tanggal 6 April 1969 di Surabaya.
e. Keputusan Sidang MPA X tanggal 27 Agustus 1971 di Surakarta.
f. Keputusan Sidang MPA XI tanggal 13 Oktober 1975 di Semarang.
g. Keputusan Sidang MPA XIV tanggal 17 Maret 1985 di Jakarta.
h. Keputusan Sidang MPA XV tanggal 9 Mei 1988 di Surabaya.
i. Ketetapan Sidang MPA XVI tanggal 3 September 1990 di Ujung Pandang.
j. Ketetapan Sidang MPA XVII tanggal 29 November 1992 di Bandung.
k. Ketetapan Sidang MPA XVIII tanggal 27 November 1994 di Medan.
l. Ketetapan Sidang MPA XX tanggal 23 Oktober 1998 di Banjarmasin.
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 19/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGANGKATAN KETUA PRESIDIUM CABANG MENTENG SEBAGAI EX OFFICIO PP
PMKRI
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa Pengurus Pusat PMKRI mengawasi pekerjaan dan kehidupan seluruh
perhimpunan supaya sesuai dengan asas,jiwa,semangat dan tujuan perhimpunan,;
-Bahwa dalam operasional kerja pengurus pusat perlu dibantu oleh cabang dimana
pengurus pusat berada :
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang
MEMUTUSKAN
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 : ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
FORMAT KEUANGAN
1. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan system keuangan adalah bendahara yang ditunjuk oleh mandataris
b. Bendahara merupakan pengawas sekaligus pelaksana utama pemasukan dan pengeluaran
keuangan
c. Setiap penggalian dana atau pengeluaran dana dengan menggunakan nama perhimpunan
harus dengan sepengetahuan bendahara
2. System operasiaonal
a. Dalam pelaksanaan sehari-hari bendahara berkordinasi dengan ketua presidium sebagai
pengambilan kebiajkan dan sekretaris jenderal sebagai coordinator pelaksanaan kegiatan
b. Penggalian dana dapat dilakukan oleh Ketua Presidium,Sekretris Jendral,Presidium
Harian atau Panitia Kegiatan dengan sepengetahuan Bendahara.
3. Laporan
a. Bendahara wajib memberikan laporan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran dana
dalam rapat Presidium harian yang mengagendakan pelaporan tersebut minimal 3 (tiga)
bulan sekali atau bila mana dianggap perlu.
b. Bendahara wajib memberikan laporan keuangan kepada Badan Pemeriksaan keuangan
(BPK) minimal 6 bulan sekali atau bila mana dianggap perlu
c. Bendahara wajib memberikan laporan dana kepada donatur yang memberi dana
d. Laporan keuangan akhir suatu periode kepengurusan diserahkan oleh bendahara kepada
Mandataris pada akhir periode kepengurusan
e. Format laporan keuangan (Cash Flow) menggunakan standar yang baku.
KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 20/TAP/MPA-XXII/2002
Tentang
STANDARISASI PEMBINAAN PMKRI
Menimbang :
- Bahwa dalam kerangka melakukan transformasi organisasi perlu dirumuskan
dan ditegaskan standarisasi pembinaan PMKRI
- Bahwa demi menjawab tuntutan kebutuhan jaman perlu untuk mengadakan
penyesuaian atau standarisasi pembinaan PMKRI yang merupakan satu
kesatuan dari sistem pembinaan formal, nonformal dan informal.
Memperhatikan : Usaul dan saran yang dikemukan dalam siding MPA XXII di kupang.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
Masa Bimbingan
Formal Informal
1. Training for Trainer (TFT) 1. Anggota baru menjadi kader muda yang
2. Workshop Teologi Pembebasan berperan aktif mewarnai/menggarami
3. Civil Education (berpartisipasi dalam) aktivitas-aktivitas
4. Human Right education PMKRI
5. Pelatihan Analisa Sosial 2. Anggota baru menjadi kader muda yang
6. Fund Raising and Financial berperan aktif mewarnai/menggarami
Management Training (berpartisipasi dalam) aktivitas-aktivitas di
7. Pelatihan 7 kebiasaan manusia dalam kampus, mudika, ataupun komunitas
yang efektif tempatnya bernaung.
8. Palatihan gender
1. Desiging desain program Anggota menjadi kader pertama yang mampu dan
2. Pelatihan advokasi mendapat kepercayaan menjadi pemimpin (perintis,
3. Managing public relation penggerak, organizer) di komunitas dia berada)
4. Terlibat aktif dalam
pemberdayaan/pendampingan
masyarakat basis
5. Retret panggilan kader
1. Platihan dipliomasi dan kampanye 1. Anngota kita menjasi kader tamtama yang
internasional memiliki visi global dan mampu berkiprah
2. pelatihaan-pelatihan dalam dan mempengaruhi aktivitas
pemberdayaan masyarakat di kemasyarakatan di tingkat nasional.
tingkat internasional 2. Anggota kita mampu berperan dan
berpartisipasi aktif dalam forum-forum
internasional dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat yang
terpinggirkan
catatan: rencana strategis ini akan menjadi lebih baik apabila diberikan ruang untuk tahapan-tahapan
periodik waktu persiapan, pelaksanaan dan target keberhasilan. Rentang priode (waktu) tergantung
situasi dan kondisi cabang.
DESKRIPSI UMUM
KURIKULUM
LATIHAN KEPEMIMPINAN KADER (LKK) PMKRI
Materi Tujuan Metode Waktu
(Tentatif)
RADIKALIT 1. Peserta memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi, Nonton 3 jam
AS YESUS politik Yesus pada jamannnya film “King
2. peserta menyadari bentuk keradikalan Yesus dalam of King”,
memperjuanagkan kaum tertindas study injil.
3. peserta mampu mengambil inspirasi dan spirit diskusi
keteladanan Yesus
4. peserta mampu menemukan relevansi perjuangan Yesus
pada jamannya dengan konteks kekinian
DASAR- 1. peserta memahami dan menyadari perlunya kebiasaan Games, 24 jam
DASAR yang efektif bagi pribadi maupun dalam kelompok studi kasus,
TUJUH 2. peserta memahami unsure-unsur tujuh kebiasaan manusia role play,
KEBIASAA yang efektif seperti proaktivitas, sinergi, win-win solution dianmika
N dsb. kelompok,
MANUSIA diskusi
YANG
EFEKTIF
KEPEMIMPI 1. Peserta mampu membedakan kepemimpinan dan Games, 24 jam
NAN manajemen. diskusi,
BERPRINSI 2. peserta memahami arti visi dan fungsinya bagi pemimpin outbond
P 3. peserta memahami perbedaan prinsip dan nilai
4. peserta memahami fungsi prinsip dalam kepemimpinan
5. peserta memahami proses dari layak dipercaya menjadi
percaya
6. peserta mengetahui gaya kepemimpinan
transaksional/situasional
7. peserta memahami unsure-unsur kepemimpinan
transformatif
8. peserta memahami proses menuju kepemimpinan
transformatif
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 24/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
TIM VERIFIKASI MANDATARIS MPA XVIII/ FORMATUR TUNGGAL/ KETUA
PRESIDIUM PP PMKRI PERIODE 1996-1998
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 25/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PANITIA AD-HOC
MEMUTUSKAN
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 26/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
LAPORAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PENGURUS PUSAT PMKRI 2000-2002
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menerima Laporan Badan Pemeriksa Keuangan Pengurus Pusat PMKRI 2000 -
2002;
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002
PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Pasal 1 : Menerima Laporan Badan Pemeriksa Keuangan Pengurus Pusat PMKRI 2000 -
2002;
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002
PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : - bahwa laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
pertanggungjawaban Mandataris MPA XXII/Formatur Tunggal/Ketua Presidium
PP PMKRI periode 2002-2004;
- bahwa sidang MPA XXII perlu menilai laporan keuangan Pengurus Pusat PMKRI
Periode 2002-2004:
- Bahwa untuk kedua maksud kedua diatas perlu diangkat Badan Pemeriksaan
Keuangan PP PMKRI Periode 2002-2004;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002
PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 29/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
MANDATARIS MPA XXII/FORMATUR TUNGGAL/KETUA PRESIDIUM PP PMKRI 2002-
2004
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG MANDATARIS
XXII/FORMATUR TUNGGAL/KETUA PRESIDIUM PP PMKRI 2002-2004
PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 30/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
PENYELENGGARAAN RAPAT KERJA NASIONAL
Menimbang : - bahwa Fungsi Rapat Kerja Nasional III sebagai forum konsultasi,dialog dan
refleksi atas pelaksanaan program dan aktivitas PMKRI di tingkat Pusat Maupun
cabang;
- bahwa perlu dilakukan perumusan strategi dan program kerja yang ssinergis antara
pengurus Pusat dan Cabang:
- Bahwa untuk untuk mempersiapkan penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional III
PMKRI Perlu ditentukan calon tempat dan panitia pelaksana;
- Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan ketetapan tentang penyelenggaraan Rapat Kerja
Nasional III PMKRI
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG
PENYELENGGARAAN RAPAT KERJA NASIONAL
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 27 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
ttd
Restu Hapsari
Pimpinan Sidang
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 31/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
PENYELENGGARAAN KONGRES XXIV DAN SIDANG MPA XXIII
Menimbang : - bahwa kedudukan dan fungsi Kongres PMKRI merupakan temu ilmiah dan sarana
mempertebal rasa persaudaraan diantara anggota PMKRI secara Nasional;
- bahwa kedudukan dan fungsi sidang MPA merupakan lembaga legislative yang
mempunyai kekuasaan tertinggi untuk mengambil keputusan yang menyangkut
kebijakan-kebijakan perhimpunan:
- Bahwa untuk untuk mempersiapkan penyelenggaraan Kongres XXIV dan Sidang
MPA XXIII PMKRI perlu ditentukan calon tempat dan panitia pelaksanaan;
- Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan ketetapan tentang penyelenggaraan Kongres
XXIV dan Sidang MPA XXIII PMKRI
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG
PENYELENGGARAAN KONGRES XXIV DAN SIDANG MPA XXIII
Pasal 1 : Menetapkan tempat penyelenggaraan Kongres XXIV dan sidang MPA XXIII
PMKRI tahun 2004 di kota Manado ;
Pasal 2 : Sehubungan dengan pasal 1,maka Panitia Nasional Pelaksana Kongres XXIV dan
sidang MPA XXIII PMKRI tahun 2004 di kota Manado.
Pasal 3 : Apabila di Kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 27 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
ttd
Restu Hapsari
Pimpinan Sidang