Anda di halaman 1dari 56

KETETAPAN-KETETAPAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
(P M K R I)

KUPANG

TAHUN 2002
KE TET APAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 01/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG TOMOHON
MENJADI PMKRI CABANG TOMOHON

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Tomohon untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI
Cabang Tomohon;
- Bahwa Sidang MPA XXII PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya perlu ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Tomohon menjadi PMKRI Cabang Tomohon.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13, dan 14;
- TAP MPA No.: 03/TAP/MPA XX/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG TOMOHON MENJADI
PMKRI CABANG TOMOHON

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Tomohon menjadi PMKRI Cabang Tomohon.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd.
ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 02/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG SORONG
MENJADI PMKRI CABANG SORONG

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Sorong untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI
Cabang Sorong;
- Bahwa Sidang XXII MPA PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya untuk ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Sorong menjadi PMKRI Cabang Sorong.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG SORONG MENJADI PMKRI
CABANG SORONG

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Sorong menjadi PMKRI Cabang Sorong.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 03/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG TUAL
MENJADI PMKRI CABANG TUAL

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Tual untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI Cabang
Tual;
- Bahwa Sidang XXII MPA PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya untuk ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Tual menjadi PMKRI Cabang Tual.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG TUAL MENJADI PMKRI
CABANG TUAL

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Tual menjadi PMKRI Cabang Tual.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 04/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG NABIRE
MENJADI PMKRI CABANG NABIRE

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Nabire untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI
Cabang Nabire;
- Bahwa Sidang XXII MPA PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya untuk ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Nabire menjadi PMKRI Cabang Nabire.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG NABIRE MENJADI PMKRI
CABANG NABIRE

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Nabire menjadi PMKRI Cabang Nabire.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 05/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG MERAUKE
MENJADI PMKRI CABANG MERAUKE

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Merauke untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI
Cabang Merauke;
- Bahwa Sidang XXII MPA PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya untuk ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Merauke menjadi PMKRI Cabang Merauke.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG MERAUKE MENJADI PMKRI
CABANG MERAUKE

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Merauke menjadi PMKRI Cabang merauke.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 06/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG MENPAWAH
MENJADI PMKRI CABANG MENPAWAH

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa PP PMKRI telah melakukan pemantauan secara langsung tentang kesiapan
PMKRI Calon Cabang Menpawah untuk ditingkatkan statusnya menjadi PMKRI
Cabang Menpawah;
- Bahwa Sidang XXII MPA PMKRI telah menganggap layak untuk meningkatkan
status tersebut dan selanjutnya untuk ditetapkan dalam suatu ketetapan tentang
pengesahan PMKRI Calon Cabang Menpawah menjadi PMKRI Cabang
Menpawah.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN PMKRI CALON CABANG MENPAWAH MENJADI
PMKRI CABANG MENPAWAH

Pasal 1 : Menetapkan PMKRI Calon Cabang Menpawah menjadi PMKRI Cabang


Menpawah.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 07/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENINJAUAN KETETAPAN NO : 05/TAP/MPA XX/1998
TENTANG PROSES PEMBENTUKAN CABANG

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa dalam rangka menembus amanat penderitaan rakyat,PMKRI perlu
diperluas wilayahnya dengan mendirikan cabang-cabang baru;
- Bahwa untuk mendirikan cabang-cabang baru tersebut diperlukan prosedur yang
cepat,sederhana dan konsisten dengan konstitusi-konstitusi perhimpunan;

Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11 dan 14;


- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XX/1998;

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PENINJAUAN


KETETAPAN NO : 05/TAP/MPA XX/1998 TENTANG PROSES
PEMBENTUKAN CABANG

Pasal 1 : Peninjauan kembali yang dimaksud untuk menjadi kota jajakan maka syarat yang
harus dipenuhi adalah Minimal terhadap satu buah perguruan tinggi setingkat S1 di
kota tersebut menjadi Minimal terdapat satu buah perguruan tinggi setingkat S0.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 08/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN KOTA JAJAKAN BENGKAYANG MENJADI CALON CABANG
BENGKAYANG

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa adanya usulan dari sekelompok mahasiswa untuk membentuk Calon
Cabang di tempat seperti yang disebutkan dalam ketetapan ini;
- Bahwa untuk itu dianggap perlu didirikan sebuah cabang yang prosedurnya
didahului dengan calon cabang
- Bahwa untuk itu dipandang perlu untuk dikeluarkannya suatu ketetapan tentang
pengesahan kota jajakan Bengkayang menjadi PMKRI Calon Cabang
Bengkayang.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN KOTA JAJAKAN BENGKAYANG MENJADI CALON
CABANG BENGKAYANG

Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Bengkayang menjadi PMKRI calon cabang Bengkayang.
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Pontianak sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Bengkayang
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 09/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN KOTA JAJAKAN FAKFAK MENJADI CALON CABANG FAKFAK

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa adanya usulan dari sekelompok mahasiswa untuk membentuk Calon
Cabang di tempat seperti yang disebutkan dalam ketetapan ini;
- Bahwa untuk itu dianggap perlu didirikan sebuah cabang yang prosedurnya
didahului dengan calon cabang
- Bahwa untuk itu dipandang perlu untuk dikeluarkannya suatu ketetapan tentang
pengesahan kota jajakan Fakfak menjadi PMKRI Calon Cabang Fakfak.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN KOTA JAJAKAN FAKFAK MENJADI CALON CABANG
FAKFAK

Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Bengkayang menjadi PMKRI calon cabang Fakfak
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Jayapura sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Fakfak
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 10/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN KOTA JAJAKAN KEFA MENJADI CALON CABANG KEFA

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa adanya usulan dari sekelompok mahasiswa untuk membentuk Calon
Cabang di tempat seperti yang disebutkan dalam ketetapan ini;
- Bahwa untuk itu dianggap perlu didirikan sebuah cabang yang prosedurnya
didahului dengan calon cabang
- Bahwa untuk itu dipandang perlu untuk dikeluarkannya suatu ketetapan tentang
pengesahan kota jajakan Kefa menjadi PMKRI Calon Cabang Kefa.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN KOTA JAJAKAN KEFA MENJADI CALON CABANG
KEFA

Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Kefa menjadi PMKRI calon cabang Kefa
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Kupang sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Kefa
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 11/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGESAHAN KOTA JAJAKAN LARANTUKA MENJADI CALON CABANG
LARANTUKA

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/ menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa adanya usulan dari sekelompok mahasiswa untuk membentuk Calon
Cabang di tempat seperti yang disebutkan dalam ketetapan ini;
- Bahwa untuk itu dianggap perlu didirikan sebuah cabang yang prosedurnya
didahului dengan calon cabang
- Bahwa untuk itu dipandang perlu untuk dikeluarkannya suatu ketetapan tentang
pengesahan kota jajakan Larantuka menjadi PMKRI Calon Cabang Larantuka.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XX/1998.

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGESAHAN KOTA JAJAKAN LARANTUKA MENJADI CALON
CABANG LARANTUKA

Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan Larantuka menjadi PMKRI calon cabang Larantuka
Pasal 2 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Kupang sebagai cabang pendamping untuk
segera membantu menyiapkan Masa Orientasi dan Rapat Umum Anggota Cabang
guna memenuhi kelengkapan organisasi PMKRI Calon Cabang Larantuka
Pasal 3 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan da lam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 12/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
KOTA-KOTA JAJAKAN PMKRI

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan PMKRI harus mampu
menjangkau/menampung para mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia;
- Bahwa untuk itu dipandang perlu penjajakan-penjajakan kota-kota di seluruh
Indonesia yang memungkinkan didirikannya cabang PMKRI
- Bahwa untuk itu dipandang perlu dikeluarkannya suatu ketetapan tentang kota -
kota jajakan PMKRI
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal, 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XXII/2000;
- TAP MPA No.: 05/TAP/MPA XXI/1998;
- TAP MPA No.: 06/TAP/MPA XXI/1998;
- TAP MPA No.: 04/TAP/MPA XIX/1996;
- TAP MPA No.: 04/TAP/MPA XVI/1990;
- TAP MPA No.: 04/TAP/MPA XV/1988.
Memperhatikan: Usul dan saran-saran yang dikemukakan dalam Sidang XXII MPA PMKRI di
Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG KOTA-KOTA


JAJAKAN PMKRI

Pasal 1 : Menetapkan kota jajakan PMKRI seperti terlampir dalam ketetapan ini.
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya..

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
Lampiran Ketetapan No: 12/TAP/MPA XXII/2002

KOTA JAJAKAN PMKRI DAN CABANG PENDAMPING

Nomor Kota Jajakan Cabang Pendamping


1. Mashoi Ambon
2. Soasiu Ambon
3. Sumlaki Ambon
4. Metro B.Lampung
5. Air Madini Bitung
6. Sangihe Bitung
7. Talaud Bitung
8. Badung Denpasar
9. Singaraja Denpasar
10. Bekasi DKI Jakarta
11. Depok DKI Jakarta
12. Tangerang DKI Jakarta
13. Boawae Ende
14. Biak Jayapura
15. Timika Jayapura
16. Nias Medan
17. Sanggau Mempawah
18. Singkawang Mempawah
19. Batam Pekan baru
20. Ketapang Pontianak
21. Ciamis Sumedang
22. Cianjur Sumedang
23. Cimahi Sumedang
24. Cirebon Sumedang
25. Garut Sumedang
26. Kediri Surabaya
27. Gorontalo Tondano
28. Maubau Tondano
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 13/TAP/MPA XXI/2002
Te nt a n g
PEMEKARAN PMKRI CABANG DKI JAKARTA

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa ada usulan dari PMKRI Cabang DKI Jakarta untuk memekarkan PMKRI
Cabang DKI Jakarta yang terdiri dari rayon-rayon menjadi cabang-cabang;
- Bahwa jumlah perguruan tinggi di DKI Jakarta meningkat sangat pesat;
- Bahwa terjadi kendala geografis yang berjauhan antara rayon dan cabang sehingga
menghambat komunikasi rayon dan cabang;
- Bahwa rayon-rayon telah melakukan pembinaan formal berjenjang, informal, dan
nonformal.
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11, 12,13 dan 14;
- TAP MPA No.09/TAP/MPA/XXI/2000
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang XXII MPA PMKRI di Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXI PMKRI TENTANG PEMEKARAN


PMKRI CABANG DKI JAKARTA

Pasal 1 : Menetapkan rayon-rayon di lingkungan PMKRI Cabang DKI Jakarta dalam masa
transisi menjadi cabang-cabang.
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Menteng menjadi PMKRI Cabang Menteng
dengan wilayah garapan Jakarta Pusat
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Mangga Besar menjadi PMKRI Cabang
Mangga Besar dengan wilayah garapan Jakarta Utara
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Petojo menjadi PMKRI Cabang Petojo dengan
wilayah garapan Jakarta Barat
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Jatinegara menjadi PMKRI Cabang Jatinegara
dengan wilayah garapan Jakarta Timur
- PMKRI cabang Jakarta Rayon Kebayoran menjadi PMKRI Cabang
Kebayoran dengan wilayah garapan Jakarta Selatan

Pasal 2 : Dengan terbentuknya rayon-rayon menjadi cabang seperti pada pasal1,maka


keberadaan PMKRI Cabang DKI Jakarta beserta perangkat keorganisasianny a
dinyatakan berakhir.
Pasal 3 : Menyangkut pendampingan terhadap kota jajakan Depok,Tangerang dan Bekasi
yang diusulkan Cabang DKI Jakarta seperti yang tercantum pada TAP MPA
No.12/TAP/MPA XXII/2002 dialihkan menjadi :
- Kota Jajakan Depok didampingi oleh Cabang Menteng
- Kota Jajakan Tangerang didampingi oleh Petojo
- Kota Jajakan Bekasi didampingi oleh cabang Jatinegara
Pasal 4 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 5 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 22 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 14/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
MEMORANDUM KEMASYARAKATAN MPA XXII PMKRI

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa sebagai bagian integeraldari masyarakat dan bangsa Indonesia,PMKRI
turut bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bangsa saat ini maupun di
masa datang;
- Bahwa konsekuensi atas tanggung jawabnya membawa kewajiban bagi PMKRI
untuk memberikan partisipasinya dalam seluruh proses pembangunan
masyarakat,berbangsa dan negara Indonesia;
- Bahwa sebagai wujud nyata partisipasi PMKRI dianggap perlu untuk
menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam bentuk memorandum kemasyarakatan
yang ditetapkan dlam suatu ketetapan

Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 05 dan 06;


- Anggaran Rumah Tangga PMKRI Pasal 7

Memperhatikan : Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di
Kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


MEMORANDUM KEMASYARAKATAN MPA XXII PMKRI

Pasal 1 : Menetapkan kota Memorandum Kemasyarakatan Sidang MPA XXII seperti


terlampir dalam lampiran ini
Pasal 2 : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bonamora Restu Haspari Beni Mibaria


Ketua Sekretaris Anggota
Lampiran Ketetapan MPA No.14/TAP/MPA-XXII/2002

MOMORANDUM KEMASYARAKATAN
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

Berbagai peristiwa yanng mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia


dari kasus Maluku,Aceh,Papua,Arogansi wakil rakyat hingga otonomi daerah telah melenceng dari
cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.Falsafat hidup bernegara yakni
pancasila yang merupakan jati diri dan kepribadian bangsa sebenarnya telah mengakomodir berbagai
nilai-nilai yang ada.Mulai dari nilai Ketuhanana sebagai dasar kebebasan terhadap keyakinan
seseorang yang memberikan jaminan terhadap hak beribadah sesuai dnegan agama dan
kepercayaannya samapai nilai humanisme sebagai landasan penghormatan terhadap harkat dan
mertabat manusia juga pentingnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa adalah wadah bagi kita
untuk meneruskan cita-cita kemerdekaan menuju masyarakat adil dan makmur.
Adanya prinsip keterwakilan rakyat dalam sistem ketatanegaraan sebagai wujud
kedaulatan rakyat dan yang terakhir adalah azas keadilan sosial di mana sistem kenegaraan harus
menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam kehidupan seluruh rakyat indonesia.PMKRI
memandang bahwa aktualisasi Pancasila relevan untuk diterapkan di jaman yang berkembang
sekarang ini sekaligus menolak berbagai paham dan ideologi lain berbau primordial dan sektarian
yang menggeser pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan bangsa indonesia.
Pancasila dalam kenyataan sejara pada masa orde baru telah dicoba untuk dimanipulir
dengan indoktrinasi penataran P4 oleh badan-badan bentukan rezim pemerintahan orde baru demi
kepentingan pelanggengan kekuasaan.Wajar jika kemudian pandangan d an pola perilaku dalam
masyarakat menyimpang dari kandungan nilai-nilai pancasila yang sebenarnya namun fenomena yang
muncul ke permukaan seakan-akan penyimpangan pandangan dan pola perilaku tersebut berawal dari
pancasila itu sendiri.Perkembangan dewasa ini timbul fenomena apatisme terhadap pancasila sebagai
jati diri dan kepribadian bangsa.Hal ini menuntut diperlukannya usaha -usaha untuk membawa
pemahaman kembali terhadap niali-nilai Pancasila sebagai upaya untuk mengembalikan pada jati diri
yang sebenarnya sebagai nafas dan falsafah hidup berbangsa dan bernegara.
Pemilu 2004 sebagai proses penentuan arah kepemimpinan negara harus dilahirkan
dari proses yang demokrasi.Apabila tidak maka produk yang dihasilkan oleh mekanisme tersebut juga
tidak akan membawa hasil yang cukup signifikan bagi proses perbaikan kehidupan bernegara.Pada
pemilu 2004 mendatang kita menghadapi mekanisme pemilu yang berbeda bahkan sama sekali baru
terkait hasil amandemen UUD 1945 khususnya mengenai mekanisme pemilihan pejabat publik
(Presiden,DPR,DPD,DPRD provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten) langsung oleh rakyat.UU politik
yang menjadi sebuah kebutuhan mendesak sebagai dasar pelaksana pemilu 2004 tersebut,saat ini
masih dalam tahap pembahasan sehingga harus ada penekanaan kepada dewan Pe rwakilan Rakyat
untuk mempercepat lahirnya Undang-Undang Politik Tersebut.Perangkat hukum bagi pemilu 2004
nantinya harus mencerminkan azas akuntabilitas publik dimana harus ada sebuah jaminan
pertanggung jawaban wakil rakyat sebagai pemilihannya.Pemilu 1999 menjadi refleksi bagi kita
semua bahwa prinsip akuntabilitasnya sangat rendah karena terjadi banyak pengebirian terhadap
aspirasi rakyat yang diwakilnya.PMKRI melihat bahwa kebohongan publik tidak bisa dibiarkan
terlembaga secara berkesinambungan sehingga upaya penghilangannya harus dilaksanakan seefektif
mungkin melalui mekanisme pemilu yang tepet.Apabila jaminan terhadap akuntabilitas publik ini
tidak terakomodir dalam perangkat pemilu 2004 maka rakyat berhak untuk tidak berpartisipasi dalam
pemilu sebagi wujud protes terhadap mekanisme pemilu yang tidak berpihak kepada rakyat.
Desentralisasi kekuasaan sebagai juwa undang-undang Otonomi Daerah memberikan
legitimasi kepada daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri secara otonom.Hal ini
dimaksudkan guna memacu pertumbuhan daerah dan untuk memberikan kemakmuran kepada daerah
yang selama masa orde baru pendapatannya banyak disedot oleh jakarta.Undang-Undang yang
seharusnya memberikan kesempatan kepada daerah untuk berkembang daerah itu sendiri.Seirin g
dengan implementasi otonomi daerah,banyak maslaah -masalah bermunculan karena penafsiran
beberapa daerah melenceng dari apa yang menjadi tujuan pemberlakukan Undang-Undang
tersebut.DPRD dan pejabat eksekutif daerah telah menjadi layaknya raja-raja kecil di daerah.
Sebagai contoh kasus seringkali DPRD dan pejabat eksekutif daerah secara gegabah
menaikan pajak tanpa memikirkan kepentingan rakyat dalam jangka panjang hanya untuk mengejar
pendapatan daerah.Sebagai evaluasi terhadap pemberlakuan otonomi daerah ,PMKRI memndang
bahwa hal tersebut bukan disebabkan faktor implementasi secara ansich,Undang -undang otonomi
daerah sendiri juga menyimpan celah-celah ini berpotensi pada manipulasi-manipulasi yang dilakukan
oleh birokrat-birokrat oportunis untuk menyiasati Undang-Undang demi kepentingan politik pribadi
dan kelompoknya.Maka menjadi sebuah kebutuhan urgen untuk mengevaluasi kemudian meninjau
kembali Undang-Undang yang menjadi landasan pelaksanaan otonomi daerah.
Terjadinya aksi-aksi daerah di berbagai tempat menjadi bukti nyata bahwa dewasa
kekerasan telah menjadi warna dominan.Pemboman ataupun konflik SARA telah banyak menelan
korban-korban tak berdosa.PMKRI sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sebagai termaktub dalam visi dan misi perhimpuan secara tegas menolak sikap-sikap
yang mengedepankan kekerasan karena merupakan pengingkaran terhadap Hak Asasi
Manusia.Demikian juga pelembagaan terhadap simbol-simbol yang mengedepankan kekerasan juga
harus dilarang dengan keras sebagaimana terjadi dengan masih adanya para militer (semi militer)
yakni milisi-milisi sipil yang dimobilisir demi kepentingan politik kelompok tertentu.
Lepasnya timor-timur (Timor leste) dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
masih menyisakan beragam persoalan.Perdamaian kawasan dan masalah pengungsian Timor Leste di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor
Leste harus diperhatikan oelh seluruh pihak.Perhatian Pemerintah Indeonesia terhadap Provinsi Nusa
Tenggara Timur menjadi sebuah prioritas untuk menjaga perdamaian dan menjembatani kerjasama
dengan negara tetangga terdekat Timor Leste bahka Astralia Guna meningkatkan kerjasama agar
menjadi lebih efektif.
Kondisi perdamaian di Indoensia semakin lama semakin tidak menunjukan arah yang
lebih baik,justru diperparah lagi dengan adanya komentar para tokoh politik yang mengundang
polemik dan menimbulkan pro-kontra bagi kalangan rakyat.
Budaya masyarakat yang berbau patron semakin menjebak rakyat dalam polemik isu
yang kontraproduktif terhadap cita-cita persatuan.Penginjak-injakan HAM di berbagai tempat belum
disikapi serius oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini sebenarnya telah dimiliki legirimasi kuat
berupa adanya pernagkat hukum yang memadai,suprastruktur dan infrastruktur politik guna
mengambil tindakan terhadap para pelanggar HAM berat tersebut.
Kondisi Maluku yang kini semakin membaik pasca kekerasan berdarah harus
mendapat perlakuan yang peka dan tanggap dari pemerintah Indonesia.Peran militer sebagai kekuatan
utama penjaga keamanan harus segera digantikan oleh fungsi keamanan dan pengayoman sipil yakni
polisi,tentunya dengan dukungan dari seluruh rakyat maluku.Status darurat sipil harus segera dirubah
menjadi tertib sipil guna mendukung upaya perdamaian dan rekonsiliasi di bekas daerah konflik
tersebut.
Melihat kondisi kebangsaan yang sedemikian rupa,maka PMKRI secara tegas
menyatakan sikap sebagai berikut :
1. Tetap konsisten pada nilai-nilai pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara.
2. Perlunya usaha-usaha sosialisasi nilai-nilai pancasila.
3. Menuntut kepada DPR agar mempercepat lahirnya Undang-Undang Politik sebagai dasar
pelaksanaan Pemilu 2004
4. Pemilu 2004 harus memenuhi akuntabilitas politik dan jika hal tersebut tidak terpenuhi maka
PMKRI secara nasional menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk tidak menggunakan
hak pilihnya pada pemilu 2004
5. Menuntut kepada Pemerintahan dan DPR agar meninjau kembali undang-undang Otonomi
daerah sehubungan dengan masalah-masalah yang bermunculan di daerah sebagai dampak
pelaksanaan Otonomi daerah.
6. Menolak segala bentuk kekerasan dan terorisme
7. Penghapusan Para Militer (semi militer)
8. Meminta kepada pemerintah agar memberikan perhatian khusus kepada Propinsi Nusa
Tenggara Timur sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan daerah Timor Leste dan
Australia terkait dengan adanya jalur hubungan Kupang-Dili-Darwin.
9. Menyerukan kepada tokoh-tokoh politik untuk mengeluarkan komentar-komentar yang
mengundang polemik dan berbau SARA
10. Menuntut kepada pemerintah agar menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Papua,Maluku
dan Aceh.
11. Menuntut kepada pemerintah agar mengubah status darurat Sipil Maluku menjadi Tertip Sipil.
PMKRI sebagai organisasi mahasiswa yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikan
konsisten untuk terlibat dalam membela kepentingan rakyat bersama seluruh elemen bangsa dalam
menyikapi situasi dan kondisi bangsa menuju terwujudnya keadilan sosial,kemanusiaan dan
persaudaraan sejati.
Pro Ecclesia et patria
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 15/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
STRATEGI HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Repub lik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa untuk mendorong keterlibatan PMKRI di kampus diperlukan wadah yang
berfungsi sebagai media penyatu;
-bahwa wadah ini membantu DPC dalam melakukan rekrutmen dan pembinaan:
- Bahwa wadah ini akan membantu peningkatan peran dan eksistensi PMKRI
dalam interaksinya dengan mahasiswa lain dikampus masing-masing
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 5, dan 6;
- TAP MPA No. 17/TAP/MPA XX/1998;
- TAP MPA No. 07/TAP/MPA XIX/1996;
- TAP MPA No. 23/TAP/MPA XVIII/1994.
- TAP MPA No. 22/TAP/MPA XVIII/1994
- TAP MPA No. 26/TAP/MPA XVI/1990
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang XXII MPA PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG STRATEGI


HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI
Pasal 1 : Menetapkan strategi hubungan perguruan tinggi melalui pembentukan komisariat
kampus.
Pasal 2 : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 3 : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bunamura Yoris Maskendari Edi Widiantoro


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 16/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
STRATEGI PENGEMBANGAN ORGANISASI

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa dalam rangka melakukan transformasi organisasi perlu dirumuskan
strategi pengembangan organisasi di PMKRI;
-bahwa Strategi Pengembangan Organisasi perlu dijabarkan dalam tahapan dan
langkah-langkah yang lebih terarah dan sistematis:
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 15;
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG STRATEGI


PENGEMBANGAN ORGANISASI
Pasal 1 : Menetapkan strategi Pengembangan organisasi melalui lokakarya Nasional
Transformasi Organisasi
Pasal 2 : Menetapkan penyeklenggaraan Lokakarya Nasional Transformasi organisasi
paling lama satu tahun setelah MPA dan DPC Surakarta sebagai penyelenggara.
Pasal 3 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bunamura Yoris Maskendari Edi Widiantoro


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 17/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
FORMAT KEUANGAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa untuk meningkatkan ketertiban organisasi maka perlu dibuat format
keuangan;
-bahwa untuk keakuratan laporan maka perlu dibuat suatu format keuangan:
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 13;
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG FORMAT


KEUANGAN
Pasal 1 :Menetapkan Format Keuangan seperti yang terlampir dalam lampiran ketetapan
ini sebagai format laporan keuangan PMKRI
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bunamura Yoris Maskendari Edi Widiantoro


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 18/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PMKRI

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa Anggaran Dasar sebagai landasan Yuridis perlu selalu disesuaikan dengan
perkembangan organisasi dan masyarakat;
-bahwa untuk penyesuaiandianggap perlu untuk mengubah Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga yang disesuaikan dengan redaksionalnya sehingga
mendapatkan pemahaman yang jelas bagi organisasi dan anggota :
- Bahwa perubahan tersebut perlu di tetapkan dalam suatu ketetapan tentang
perubahan angaran Dasar PMKRI pasal 18
Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 19;
- TAP MPA No.07/MPA XX /1998
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PERUBAHAN


ANGGARAN DASAR PMKRI
Pasal 1 : Menetapkan perubahan Anggaran Dasar PMKRI sebagai berikut :
Pasal 12
2) Presidium harian ,terdiri atas Ketua Presidium ditambah dengan tiga orang
presidium yang berkedudukan di mana Pengurus Pusat berada
Menjadi:
2) Presidium Harian, terdiri atas ketua Presidium ditambah dengan minimal empat
(4) orang presidium dan maksimal enam (6) orang presidium yang berkedudukan
di mana pengurus Pusat berada
Pasal 12
c. Komisaris Daerah (sisingkat Komda)
1. Komisaris Daerah diangkat oleh cabang-cabang yang menjadi wilayahnya
dan disahkan oleh mandataris MPA
2. Komisaris daerah berad di daerah tingkat I atau dimana dianggap perlu
Menjadi :
c. Komisaris Daerah (disingkat Komda)
1) Komisaris Daerah diangkat oleh cabang-cabang yang menjadi wilayahnya
dan disahkan oleh mandataris MPA
2) Bila Cabang-cabang dalam wilayah komisariat daerah tidak dapat
melakukan koordinasi untuk mengangkat komda dalam waktu enam (6)
bulan terhitung sejak dilantiknya Pengurus Pusat PMKRI,maka
Mandataris MPA dapat menggunakan hak prerogatifnya untuk
mengangkat seorang komda dengan tetap memperhatikan usulan dari
cabang-cabang dalam wilayah komisariat daerah tersebut
3) Bila dalam waktu 6 bulan sejak diturunkannya surat pengangkatan
komda,komda tidak melakukan fungsi dan wewenangnya ,maka cabang-
cabang yang berada diwilayah tersebut berhak mengajukan usulan
penjauan kembali.
4) Untuk membentuk wilayah komisariat daerah baru,maka sekurang-
kurangnya diusulkan oleh 3 cabang yang leta geografisnya berdekatan dan
disahkan oleh PP.
5) Komda berhak membentuk tim bila mana dirasa perlu.
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 : ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Sutan Bunamura Yoris Maskendari Edi Widiantoro


ketua Sekretaris Sidang Anggota
Lampiran Ketetapan MPA No. 18/TAP/MPA-XXII/2002

ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya kami, mahasiswa Katolik Republik Indonesia, menyadari sepenuhnya tugas dan
kewajiban terhadap Gereja dan tanah air. Oleh Karena itu, kami harus menyumbangkan dharma bakti
untuk menembus amanat penderitaan rakyat demi tercapianya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

Maka, untuk menunjukkan dharma bakti yang mulia itu, kami menghimpun diri dalam perhimpunan
yang berasaskan Pancasila, dijiwai oleh Kekatolikkan, dan disemangati oleh Kemahasiswaan, dengan
Anggaran Dasar sebagai berikut :
Pasal 1
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN,SANTO PELINDUNG, DAN SEMBOYAN
Nama : PERHIMPUAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK
INDONESIA
(Disingkat PMKRI)
Waktu : PMKRI Didirikan Di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947 untuk
waktu yang Tak tertentu.
Kedudukan : PMKRI Bertempat kedudukan di tempat Pengurus Pusat.
Santo Pelindung : Sanctus Thomas Aquinas
Semboyan : Religio Omnium Scientiarum Anima ( Agama adalah jiwa segala
ilmu
Pengetahuan )
Pasal 2
ASAS
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya berasaskan Pancasila.
Pasal 3
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya dijiwai oleh kekatolikkan
Pasal 4
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya disemangati oleh kemahasiswaan.
Pasal 5
VISI
Visi PMKRI : Terwujudnya keadilan Sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.
Pasal 6
MISI
Misi PMKRI : Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi
intelektual
Populis yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikkan demi terwujudnya keadilan sosial,
Kemanusiaan, dan Persaudaraan sejati.
Pasal 7
USAHA-USAHA
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PMKRI berusaha dilapangan :
1. Kerohanian
2. Kemasyarakatan-kenegaraan.
3. Kemahasiswaan.
Pasal 8
KEANGGOTAAN
Anggota PMKRI terdiri atas ;
1. Anggota Biasa, yaitu mahasiswa S0 atau S1, warga negara Indonesia yang masih aktif kuliah
atau seperti yang diatur dalam Rapat Umum Anggota Cabang dengan batasan waktu paling
lama 11 ( sebelas ) tahun – terhitung sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa.
2. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang berjasa dalam PMKRI menurut ketetapan MPA.
3. Penyatu, ialah mereka yang pernah menjadi anggota PMKRI yang berhak penuh.
4. Penyokong, ialah mereka yang memberikan sokongan-sokongan tetap berupa uang atau hak.
Pasal 9
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
1. Keanggotaan biasa atau penyatu berakhir karena :
a) permintaan sendiri
b) Meninggal dunia
c) Anggota tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam pasal 8 sub 1 dan 3
d) Dipecat.
2. Keanggotaan biasa atau penyatu dapat diberhentikan untuk sementara.
3. Pemberhentian penyokong terjadi karena :
a) Permintaan sendiri secara tertulis
b) Meninggal dunia
c) Perkumpulan atau Badan Hukum yang bersangkutan dibubarkan
d) Penyokong tidak lagi memenuhi seperti yang dimaksud dalam pasal 8 sub 4
Pasal 10

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA


1. Anggota biasa memperoleh hak-hak yang ada dalam perhimpunan
2. Anggota diwajibkan menanti peraturan- peraturan yang ada dalam perhimpunan
Pasal 11
SUSUNAN ORGANISASI
PMKRI terdiri atas:
1. Pusat
2. Cabang - cabang
Pasal 12
KEPENGURUSAN
1. PMKRI mempunyai Pengurus pusat dan Pengurus Cabang .
2. a. Pengurus Pusat mempunyai suatu badan yang terdiri atas:
1) Presidium Paripurna, ialah Presidium Harian bersama – sama Komisaris Daerah yang
mewakili wilayahnya, dan Ketua- Ketua Lembaga.
2 ) Presidium Harian , terdiri atas Ketua Presidium ditambah dengan 4 (empat) orang
Presidium dan maksimal 6 (enam) orang presidium yang berkedudukan dimana Pengurus
Pusat berada.
3 ) Lembaga- lembaga mempunyai otonomi yang diatur secara khusus.
4 ) Sekretariat, dikoordinir oleh oleh seorang Sekretaris Jendral.
b. Presidium Paripurna:
1) Presidium Parnipura merupakan badan kolegial dan kolektif serta adalah Badan Pelaksana
( eksekutif ) tertinggi dari PMKRI.
2) Presidium Parnipura bersidang sedikit- dikitnya tiga bulan sekali dan apabila diangap
perlu.
c. Pekerjaan sehari- hari Presidium dilakukan oleh Presidium Harian yang berhak penuh untuk
bertindak atas nama Presidium Paripurna dan harus dipertangungjawabkan.
d.Baik Presidium Paripurna maupun Presidium harian dipimpin oleh seorang Ketua Presidium
merangkap anggota Presidium Harian.
e. Komisaris Daerah ( disingkat Komda ):
1) Komisaris daerah diangat oleh Cabang- Cabang yang menjadi wilayahnya dan disahkan
oleh Mandataris MPA.
2) Bila Cabang- Cabang dalam wilayah komisariat daerah tidak dapat melakukan koordinasi
untuk mngangkat Komda dalam waktu enam (6) bulan terhitung sejak dilantiknya Pengurus
Pusat PMKRI, maka Mandataris MPA dapat mengunakan hak prerogatifnya untuk
mengangkat seorang Komda dengan tetap memperhatikan usulan dari Cababng - Cabang
dalam wilayah komisariat daerah tersebut.
3) Bila dalam waktu (6) bulan sejak diturunkanya surat keputusan pengangkatan
Komda,Komda tidak melakukan fungsi dan wewenangnya, maka cabang- cabang yang
berada diwilayah tersebut berhak mengajukan usulan peninjauan kembali.
4) Untuk membentuk sebuah wilayah Komisariat daerah baru , maka sekurang- kurangnya
diusulkan oleh tiga cabang yang letak geografisnya berdekatan dan disahkan oleh PP.
5) Komda berhak membentuk tim bilamana dirasa perlu.
3. Pengurus Cabang:
a. Susunan Pengurus Cabang sedapat mungkin disesuaikan dengan susunan Pengurus Pusat
dengan memperhatikan kebutuhan Cabang.
b. Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Umum Angota Cabang.
Pasal 13
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS CABANG
1. Pengurus Pusat:
a. Pengurus Pusat untuk bertindak atas nama PMKRI seluruhnya dalam hal- hal mengenai
kepentingan umum perhimpunan serta memberi petunjuk- petunjuk dan nasehat- nasehat
kepada Pengurus Cabang;
b. Hal- hal mngenai keadaan Cabang, Pengurus Pusat tidak berhak untuk mengambil
keputusan;
c. Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada cabang tiap (6) bulan
sekali.
2. Komisaris Daerah:
a. Komisi daerah mengkoordinir cabang- cabang di daerahnya;
b. Komisaris Daerah berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada tiap cabang setiap 3
(tiga) bulan sekali.
3. Pengurus Cabang:
a. Pengurus cabang berhak mengambil keputusan mengenai hal- hal keadaan umum cabang;
b. Pengurus cabang dapat bertindak atas nama PMKRI seluruhnya setelah mendapat ijin dari
Pengurus Pusat untuk dikerjakan;
c. Pengurus cabang berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan kepa da angota secara
periodik;
d. Pengurus cabang berkewajiban memberikan laporan cabang kepada Pengurus Pusat tentang
keadaan dan perkembangan cabang tiap (6) bulan sekali.
Pasal 14
CABANG - CABANG
Cabang – cabang didirikan di tempat di mana yang di anggap perlu oleh Pengurus Pusat dan diatur
dalam Tap MPA.
PasaL 15
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
1. Majelis permusyawaratan anggota (MPA) mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Perhimpunan.
2. Majelis Permusyawaratan Angota diadakan :
a. Sekali dalam dua tahun dibawah pimpinan Pusat Waktu dan tempat penyelengaraan ditentukan
oleh MPA sebelumnya.
b. Apabila dikehendaki oleh Pengurus Pusat.
c. Apabila dikehendaki oleh sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah cabang dengan mandat
persetujuan Pengurus Pusat (dengan ketentuan, bilangan – bilangan pecahan dibulatkan kebawah).
Jika dalam tiga bulan Pengurus Pusat belum juga melaksanakan MPA, maka cabang – cabang yang
bersangkutan berhak memimpin MPA tersebut.
Pasal 16
KONGRES
1.Kongres adalah pertemuan antara para anggota untuk membicarakan isu- isu strategi nasional dan
mempertebal persaudaraan.
2.Kongres diadakan sekurang – kurangnya sekalidalam 2 (dua) tahun Waktu dan tempat
penyelenggaraanya di tentukan oleh MPA sebelumnya.
3. Kongres dibiyayai oleh anggota, Kekurangan biaya dipikul oleh cab ang penyelenggaraan dan
Pengurus Pusat.
Pasal 17
KEUANGAN
1. Kekayaan organisasi didapat dari:
a. Uang pangkal
b. Uang iuran
c. Sokongan- sokongan yang tidak mengikat
d. Usaha – usaha lain yang sah
2. Kekayaan Pengurus Pusat didapat dari:
a. Iuran dari tiap- tiap cabang
b. Sokongan- sokongan yang tidak mengikat
c. Usaha- usaha yang sah

Pasal 18
PEMBUBARAN
Dilakukan oleh MPA tahunan atau MPA khusus yang diadakan untuk magsud tersebut dalam suasana
musyawarah yang dibimbing asas pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh
kemahasiswaan.
Pasal 19
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Angaran Dasar dilakukan oleh MPA dengan musyawarah yang dibimbing oleh asas
Pancasila , dijiwai oleh kekatolikan , dan disemagati oleh kemahasiswaan .
2. Perubahan Angaran Dasar harus diberitahukan kepada wali gereja yang bersangkutan.
Pasal 20
PENUTUP
Hal –hal yang belum diatur dalam Angaran Dasar ini diatur dalam Angaran Rumah Tangga (disingkat
ART) yang tidak boleh bertentagan dengan Angaran Dasar dan yang akan dibuat:
1. a. Untuk PMKRI seluruhnya: Angaran Rumah Tangga ini harus mendapat persetu juan dan
pegesahan
dari MPA.
b. Untuk tiap- tiap cabang: Angaran Rumah Tangga cabang harus mendapat persetujuan dari Rapat
Umum Angoota Cabang yang bersangkutan dan dikukuhkan oleh Pengurus Pusat.
2. Angaran dasar ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Kongres VII tangal 31 Desember 1997 di
Jakarta.
3. Ada berapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tangal 28 Desember 1961di Yogyakarta;
b. Keputusan Sidang MPA VII tangal 31 Desember 1964 di malang;
c. Keputusan Sidang MPA VIII tangal 6 April 1967 di Bandung;
d. Keputusan Sidang MPA IX tangal 6 April 1969 di Surabaya;
e. Keputusan Sidang MPA X tangal 27 Agustus 1971 di Surakarta;.

f. Keputusan Sidang MPA XI tangal 13 Oktober 1975 di Semarang;


g. Keputusan Sidang MPA XIV tangal 17 Maret 1985 di Jakarta;
h. Keputusan Sidang MPA XV tangal 9 Mei 1988 di Surabaya;
i. ketetapan Sidang MPA XVI tangal 3 September 1990 di Ujung Pandang;
j. Keputusan Sidang MPA XVII tangal 29 November 1992 di Bandung;
k. Keputusan Sidang MPA XVIII tangal 27 November 1994 di Medan;
l. Keputusan Sidang MPA XX tangal 23 Oktober 1998 di Banjarmasin;
m. Keputusan Sidang MPA XXI tangal 30 November 2000 di Jakarta.

PENJELASAN ANGGARAN DASAR


Pasal 2
Bagi PMKRI asas mempunyai pengertian:
- Suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar tumpuan berpikir atau berpendapat.
- Cita- cita yang menjadi dasar perkumpulan atau negara.
Berdasarkan pengertian di atas, asas sama dengan ideologi . Pancasila adalah ideologi negara
Republik Indonesia. PMKRI sebagai suatu perhimpunan adalah bagian intergal dari bangsa/ negara
Indonesia. Jadi asas PMKRI sebagai suatu perhimpunan adalah Pancasila. Pancasila yang di maksud
sebagai asas PMKRI
adalah Pancasila yang termuat dalam pembukaan UUD 1945.
Pasal 3
Jiwa kekatolikan adalah sesuatu yang hidup dan menghidupkan dengan pengertian sebagai sumber
inspirasi dan bukan sebagi suatu ideologi.
Pasal 4
Semangat kemahasiswaan adalah daya dorong yang tumbuh dari suatu proses penyempurnaan
intelektual dalam kehidupan kemahasiswaan.
Pasal 10
Yang dimaksud dalam pasal ini adalah hak material.
Pasal 12
Ayat 2 e : Komisaris Daerah adalah nama jawaban sekaligus pejabat yang ditunjuk oleh cabang –
cabang dan disahkan oleh mandataris MPA serta mewakili Pengurus Pusat di wilayah
regional tertentu.
Pasal 13
Ayat 3 : Pengurus Cabang adalah nama perangkat organisasi ekseklusif PMKRI di cabang.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

PASAL 1
KEANGGOTAAN
PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENOLAKAN
1. Permintaan untuk menjadi Anggota Biasa, Penyatu dan Penyokong harus diajukan dengan
surat kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan.
2. Permintaan untuk menjadi Anggota Biasa harus disertai bukti bahwa ia adalah mahasiswa
berupa:
a. Surat keterangan dari Perguruan Tinggi Negeri atau lainnya yang diakui oleh pemerintah
sebagai Perguruan Tinggi yang sederajat dengan Perguruan Tinggi Negeri, di mana
dimungkinkan mencapai tingkat pengetahuan sarjana.
b. Surat keterangan Perguruan Tinggi yang belum diakui pemerintah, yang dimungkinkan
mencapai tingkat pengetahuan sarjana beserta ijasah sekolah lanjutan atas.
3. Seorang mahasiswa dilantik oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan menjadi Anggota Biasa
setelah menempuh dengan baik masa percobaan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh Rapat Umum Anggota.
4. Penerimaan seorang Anggota Penyatu dilakukan oleh Pengurus Cabang bersangkutan dengan
persetujuan RUA Cabang.
5 Penerimaan sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong harus disertai tanda-tanda bukti
dalam bentuk yang ditetapkan oleh RUA Cabang yang bersangkutan.
6. Keberatan terhadap penerimaan sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong harus
diajukan kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan yang dalam 14 hari memutuskan atas
keberatan-keberatan itu.
7. Bila seseorang tidak dapat diterima sebagai Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong maka
penolakan itu diberitahukan dengan surat kepada calon yang bersangkutan dengan menyebut
alasan penolakan itu.

PENOLAKAN
(Penyatu dan Penyokong)

• Keberatan atas penolakan pada poin 5, dapat diajukan kpd DPC pada kepengurusan
berjalan secara tertulis paling lambat 14 hari setelah keputusan penolakan dikeluarkan
• Apabila keberatan pada poin 6 diterima atau ditolak hrs diberitahukan kpada pihak yg
bersangkutan secara tertulis dengan alasan-alasan paling lambat 14 hari sejak surat
keberatan diterima
• Apabila keberatan diterima maka akan diambil keputusan oleh DPC lewat
persetujuan RUAC dan diberitahukan kpd yg bersangkutan plng lambat 7 hari sejak
keputusan dikeluarkan.

PASAL 2
ANGGOTA KEHORMATAN
1. Seorang yang telah berjasa kepada PMKRI dapat diangkat menjadi Anggota Kehormatan oleh
MPA atas usul Pengrus Pusat dan Pengurus Cabang yang bersangkutan, dengan alasan yang
membuktikan jasa-jasanya. Usul ini harus diajukan kepada semua cabang sebelum MPA
dimulai.
2. Penerimaan sebagai Anggota Kehormatan disertai tanda-tanda bukti dalam bentuk yang
ditetapkan MPA.
3. Anggota Kehormatan bebas dari pembayaran iuran atau sokongan dan berhak menghadiri
semua rapat Pengurus Pusat lengkap, Pengurus Cabang, RUA Cabang dan MPA/Kongres
tanpa hak suara.

PASAL 3
PEMBERHENTIAN
1. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong yang hendak berhenti dari PMKRI harus
memberitahukan keinginan itu dengan surat kepada Pengurus Cabang-nya paling lambat 1
bulan sebelum tanggal pemberhentiannya.
2. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong yang men urut Badan Pengurus Cabang
melakukan tindakan yang patut dicela, ia akan menerima peringatan-peringatan dari Badan
Pengurus Cabang sebanyak 2 kali dan apabila peringatan ini tidak diindahkan maka ia dapat
dipecat sementara.
3. Seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong dapat diberhentikan untuk sementara oleh
Pengurus Cabang yang bersangkutan, setelah terbukti bahwa ia telah melanggar ketentuan -
ketentuan AD/ART atau telah merugikan kepentingan PMKRI.
4. Pemecatan seorang Anggota Biasa, Penyatu atau Penyokong hanya boleh dilakukan atas usul
Pengurus Cabang yang bersangkutan juga atas usul anggota yang berhak penuh dari
cabangnya yang jumlahnya ditentukan oleh peraturan yang berlaku oleh RUA yang
bersangkutan dengan musyawarah yang dibimbing oleh azas Pancasila, dijiwai kekatolikan
disemangati kemahasiswaan dan setelah memberi kesempatan yang cukup untuk membela
diri. Pemecatan ini diberitahukan kepada Pengurus Pusat.
5 Seorang anggota yang dipecat (karena sebab-sebab yang merugikan kepentingan Umum
PMKRI atau yang pemecatannya berakibat merugikan kepentingan umum PMKRI) dapat
mengajukan banding kepada Pengurus Pusat. Keputusan banding ini tidak dapat diganggu
gugat.

PASAL 4
HAK-HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Hak-hak anggota terdiri dari:
a. Hak berbicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih;
d. Hak dipilih;
e. Hak ikut serta dalam usaha perhimpunan.
2. Kewajiban anggota terdiri dari:
a. Menaati AD/ART dan semua aturan Perhimpunan;
b. Membayar uang iuran pada waktunya, kecuali yang diberi pengecualian;
c. Menjunjung tinggi nama baik perhimpunan;
d. Membantu usaha-usaha perhimpunan dalam mengejar tujuannya.
3. Hak suara diberikan secepat-cepatnya tiga bulan sesudah menjadi anggota atau diatur dalam
ART Cabang.
4. a. Penyatu mendapat hak seperti pada ayat (1) sub a dan e;
b. Penyokong mendapat hak seperti pada ayat (1) sub e;
c. Penyatu dan penyokong dapat menghadiri RUA Cabang, MPA/Kongres.
5. Hak-hak dan kewajiban tersebut di atas diatur dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
PASAL 5
SUSUNAN ORGANISASI/PENGURUS
1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.
2. a. Pemilihan Pengurus Pusat diadakan dengan pemilihan Ketua Presidium oleh MPA. Ketua
Presidium ini ditunjuk sekaligus sebagai formatur Pengurus Pusat.
b. Komisaris Daerah dicalonkan oleh cabang-cabang yang bersangkutan yang berada dalam
wilayahnya.
3. Anggota Biasa yang berhak penuh dapat menjabat jabatan sebagai berikut:
a. Presidium Harian;
b. Komisaris Daerah;
c. Sekretaris Jenderal;
d. Sekretaris/Ketua Biro;
e. Utusan yang mewakili PMKRI ke luar.
4. Masing-masing anggota Presidium mempunyai hak yang sama.
5. Rapat Presidium hanya sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya dua per tiga dari seluruh
anggota Presidium.
6. Keputusan Presidium diambil secara musyawarah sampai tercapai kata sepakat.
PASAL 6
PENASIHAT ROHANI DAN DEWAN PERTIMBANGAN

1. Penasihat Rohani ialah seorang padri (imam) yang ditunjuk oleh Waligereja dengan
pertimbangan Pengurus Pusat.
2. Dewan Pertimbangan adalah dewan yang terdiri dari sejumlah cendekiawan Katolik Indonesia
yang diangkat oleh Presidium/Pengurus Cabang yang bersangkutan dan bertugas memberikan
pertimbangan-pertimbangan pada Presidium atau Pengurus Cabang baik diminta atau tidak
mengenai semua persoalan yang dianggap penting.
3. Penasihati Rohani dan Dewan Pertimbangan berhak atas undangan untuk menghadiri semua
rapat, MPA/Kongres tanpa hak suara.
4. Penasihat Rohani mempunyai hak untuk memberikan nasihat yang berhubungan dengan hal
kerohanian, baik diminta atau tidak.
5. Jika di antara Pengurus dan Penasihat Rohani tidak tercapai kesesuaian paham tentang
sesuatu hal, keputusan terakhir ditentukan oleh Waligereja yang bersangkutan.
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS/UTUSAN
1. Presidium Pusat berkewajiban:
a. Mengusahakan dan menjaga agar persatuan antar anggota tetap terpelihara;
b. Membina perhimpunan ke arah kesempurnaan;
c. Mengawasi pekerjaan dan kehidupan seluruh perhimpunan supaya sesuai dengan asas,
jiwa, semangat, dan tujuan perhimpunan.
d. Memenuhi segala kewajiban sesuai dengan AD/ART PMKRI dan keputusan-keputusan
MPA.
2. Anggota Pengurus Pusat berkewajiban dan berhak:
a. Ketua Presidium, memimpin rapat bersama-sama dengan anggota presidium yang lain,
bertanggungjawab dan berhak atas segala pelaksanaan urusan perhimpunan.
Menandatangani surat-surat penting bersama dengan anggota presidium yang lain atau
dengan Sekretaris Jenderal atau dengan Sekretaris atau dengan Ketua Biro.
b. Anggota Presidium, bersama-sama dengan Ketua Presidium, bertanggung jawab dan
berhak atas sagala pelaksanaan urusan perhimpunan. Membantu dan mewakili Ketua
Presidium bila yang bersangkutan berhalangan, menyelenggarakan tugas-tugas yang
diserahkan kepadanya. Menandatangani surat-surat penting bersama dengan Sekretaris
Jenderal/Sekretaris.
c. Komisaris Daerah melaksanakan tugas Pengurus Pusat di daerahnya. Membawa suara
daerah kepada Pengurus Pusat.
d. Sekretaris Jendral adalah koordinator dari sekretariat Pengurus Pusat.
e. Sekretaris/Ketua Biro bertanggung jawab atas segala urusan yang berkenaan dengan
bironya dan menandatangani surat-surat bersama Presidium.
f. Bendaharawan, bertanggung jawab atas keuangan perhimpunan. Menjalankan usaha
untuk kekayaan perhimpunan. Jabatan ini dirangkap oleh sekretaris atau ketua biro usaha.
3. Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang diadakan setiap kali bila dianggap perlu, baik atas
permintaan Pengurus Pusat maupun Pengurus Cabang yang bersangkutan.
4. Utusan PMKRI ke luar diwajibkan mengadakan hubungan, pertanggungjawaban dan laporan
kepada Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Cabang yang bersangkutan.
PASAL 8
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA (MPA)
1. Jumlah perwakilan untuk MPA ditentukan oleh MPA sebelumnya dengan ketentuan bahwa
tiap cabang sedikitnya berhak atas empat utusan. Setiap utusan harus mempunyai surat kuasa
dari RUA cabang yang bersangkutan.
2. Cabang yang tidak dapat mengirim utusan untuk menghadiri MPA dapat memberikan kuasa
penuh secara tertulis kepada anggota cabang lainnya dengan ketentuan harus melalui
Pengurus Cabang yang bersangkutan.
3. Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan kepada Cabang:
a. Acara dan persoalan yang akan dibicarakan di MPA dalam waktu sebulan sebelum MPA
dimulai.
b. Risalah MPA terakhir pada waktu sebelum MPA dimulai.
c. Putusan-putusan MPA dalam waktu sebulan setelah MPA selesai.
4. MPA sah jika dihadiri oleh cabang yang hadir dengan sebenarnya (tidak termasuk mandat),
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang seluruhnya, dengan ketentuan harus dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah cabang-cabang, dengan catatan bilangan pecahan
setengah atau lebih dibulatkan ke atas dan selainnya dibulatkan ke bawah.
5. MPA masih dapat disahkan apabila salah satu kuorum dalam ayat (4) terpenuhi dengan
ketentuan:
a. Syarat-syarat yang tidak dipenuhi sekurang-kurangnya harus mencapai setengah kuorum
ditambah satu
.
b. Disetujui oleh 2/3 dari cabang yang hadir.
PASAL 9
KONGRES
Kongres sebagai alat untuk mempertebal rasa persaudaraan antara para anggota Perhimpunan
dilaksanakan dalam bentuk seminar, ceramah, peninjauan-peninjauan dan atau pertemuan olah
raga, kesenian, dan lain-lain yang bermanfaat.

PASAL 10
KEUANGAN
1. Dasar iuran cabang, jenis sokongan dan penghasilan lain sebagaimana termaksud dalam pasal
16 ayat 2 (c) Anggaran Dasar, ditetapkan oleh MPA dan atau dalam hal-hal luar biasa oleh
Pengurus Pusat bersama dengan Pengurus Harian Cabang.
2. Sokongan dari seorang penyokong, dilakukan secara sukarela.
3. Pengeluaran oleh anggota Pengurus Pusat berhubungan dengan menjalankan kewajibannya
dipikul oleh perhimpunan setelah mendapat persetujuan dari Presidium Harian.
4 Ongkos-ongkos untuk keperluan MPA dan Kongres yang berlebihan dari uang sokongan
Pengurus Pusat dan cabang-cabang, harus diberikan kepada Pengurus Pusat untuk dimasukkan
dalam dana MPA dan Kongres yang akan datang.
PASAL 11
PENERBITAN DAN PERS
Penerbitan PMKRI dan pertanggungjawaban redaksi diatur dalam peraturan tersendiri yang
disahkan oleh MPA.
PASAL 12
PEMBUBARAN
Bila perhimpunan ini dibubarkan, maka segala kekayaan perhimpunan diserahkan kepada badan-
badan lainnya menurut keputusan MPA yang membubarkannnya.

PASAL 13
PERUBAHAN
Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini harus dilakukan oleh MPA dalam suasana musyawarah
yang dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh
kemahasiswaan.
PASAL 14
PENUTUP
Segala sesuatu yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga ini
diputuskan oleh Pengurus Pusat lengkap dan harus dipertanggungjawabkan kepada MPA.
PERATURAN PERALIHAN
1. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada saat disahkan oleh Sidang I MPA PMKRI di
bandung pada tanggal 28 September 1959.
2. Segala sesuatu yang berdasarkan Anggaran Rumah Tangga lama, yang tidak bertentangan
dengan Anggaran Rumah Tangga baru, tetap berlaku sebagaimana biasa.
3. Ada beberapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tanggal 28 Desember 1961 di Yogyakarta.
b. Keputusan Sidang MPA VII tanggal 31 Desember 1964 di Malang.
c. Keputusan Sidang MPA VIII tanggal 6 April 1967 di Bandung.
d. Keputusan Sidang MPA IX tanggal 6 April 1969 di Surabaya.
e. Keputusan Sidang MPA X tanggal 27 Agustus 1971 di Surakarta.
f. Keputusan Sidang MPA XI tanggal 13 Oktober 1975 di Semarang.
g. Keputusan Sidang MPA XIV tanggal 17 Maret 1985 di Jakarta.
h. Keputusan Sidang MPA XV tanggal 9 Mei 1988 di Surabaya.
i. Ketetapan Sidang MPA XVI tanggal 3 September 1990 di Ujung Pandang.
j. Ketetapan Sidang MPA XVII tanggal 29 November 1992 di Bandung.
k. Ketetapan Sidang MPA XVIII tanggal 27 November 1994 di Medan.
l. Ketetapan Sidang MPA XX tanggal 23 Oktober 1998 di Banjarmasin.

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 19/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PENGANGKATAN KETUA PRESIDIUM CABANG MENTENG SEBAGAI EX OFFICIO PP
PMKRI
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa Pengurus Pusat PMKRI mengawasi pekerjaan dan kehidupan seluruh
perhimpunan supaya sesuai dengan asas,jiwa,semangat dan tujuan perhimpunan,;
-Bahwa dalam operasional kerja pengurus pusat perlu dibantu oleh cabang dimana
pengurus pusat berada :

Mengingat : - Anggaran Dasar PMKRI pasal 11 dan 12;

Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG


PENGANGKATAN KETUA PRESIDIUM CABANG MENTENG SEBAGAI EX OFFICIO PP
PMKRI
Pasal 1 : Mengangkat ketua presidium cabang menteng sebagai Ex Officio PP PMKRI

Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 : ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Restu Hapsari Edi Widyantoro Yorist Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota
LAMPIRAN KETETAPAN MPA: Nomor: 17/TAP/MPA XXII/2002

FORMAT KEUANGAN
1. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan system keuangan adalah bendahara yang ditunjuk oleh mandataris
b. Bendahara merupakan pengawas sekaligus pelaksana utama pemasukan dan pengeluaran
keuangan
c. Setiap penggalian dana atau pengeluaran dana dengan menggunakan nama perhimpunan
harus dengan sepengetahuan bendahara
2. System operasiaonal
a. Dalam pelaksanaan sehari-hari bendahara berkordinasi dengan ketua presidium sebagai
pengambilan kebiajkan dan sekretaris jenderal sebagai coordinator pelaksanaan kegiatan
b. Penggalian dana dapat dilakukan oleh Ketua Presidium,Sekretris Jendral,Presidium
Harian atau Panitia Kegiatan dengan sepengetahuan Bendahara.
3. Laporan
a. Bendahara wajib memberikan laporan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran dana
dalam rapat Presidium harian yang mengagendakan pelaporan tersebut minimal 3 (tiga)
bulan sekali atau bila mana dianggap perlu.
b. Bendahara wajib memberikan laporan keuangan kepada Badan Pemeriksaan keuangan
(BPK) minimal 6 bulan sekali atau bila mana dianggap perlu
c. Bendahara wajib memberikan laporan dana kepada donatur yang memberi dana
d. Laporan keuangan akhir suatu periode kepengurusan diserahkan oleh bendahara kepada
Mandataris pada akhir periode kepengurusan
e. Format laporan keuangan (Cash Flow) menggunakan standar yang baku.
KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 20/TAP/MPA-XXII/2002
Tentang
STANDARISASI PEMBINAAN PMKRI

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia
setelah:

Menimbang :
- Bahwa dalam kerangka melakukan transformasi organisasi perlu dirumuskan
dan ditegaskan standarisasi pembinaan PMKRI
- Bahwa demi menjawab tuntutan kebutuhan jaman perlu untuk mengadakan
penyesuaian atau standarisasi pembinaan PMKRI yang merupakan satu
kesatuan dari sistem pembinaan formal, nonformal dan informal.

Mengingat : Anggaran Dasar PMKRI PMKRI Pembukaan, Pasal 2, 3, 4, 5 dan 6

Memperhatikan : Usaul dan saran yang dikemukan dalam siding MPA XXII di kupang.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG STANDARISASI


PEMBINAAN PMKRI.

Pasal 1 : Menetapkan standarisasi pembinaan PMKRI seperti yang terlampir dalam


lampiran
ketetapan ini
Pasal 2 : Menugaskan kepada cabang-cabang untuk membentuk tim di cabangnya
untuk membantu
tim di cabangnya untuk memantau pelaksanaan standarisasi
pembinaan.
Pasal 3 : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini dapat
ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
Ttd Ttd Ttd

Restu Hapsari Edi Widyantoro Yorist Maskendari


Ketua Sekretaris Anggota

LAMPIRAN KETETAPAN MPA No. 20/TAP/MPA-XXII/2002

Garis Besar standar dan Kontinum Pembinaan Kader PMKRI

Masa Penerimaan Anggota Baru


Formal Infromal

1. Pengenalan konperhensif, 1. Pendampingan calon anggota untuk menjadi


organisasi dan gerak PMKRI anggota keluarga.
2. Pengenalan nilai-nilai PMKRI 2. Partisipasi dalam forum studi cabang
(diskusi)
3. Partisipasi kepanitiaan
“What and Why PMKRI is?” 4. Partisipasi/aktualisasi dalm kelompok minat
Non Formal Target Kader
Setelah melewati/memenuhi jenjang dan Jenis
1. Pelatihan metodologi riset pembinaan:
2. pengenalan tujuh kebiasaan yang 1. Calon anggota tertarik bergabung di
efektif PMKRI setelah melihat dan merasakan
3. pelatihan pemanfaatan teknologi bahwa pembinaan-pembinaan PMKRI
informasi (e-mail-internet- bermanfaat dalam mendorong prestasi
CDS/SIS-OPAC-CD ROM dsb) belajar di kampus serta member gairah
untuk menjadi manusia pembelajar.
2. Calon anggota merasakan menemukan
komonitas yang bisa memberikan nilai
pembeda atau nilai lebih bagi dirinya.

Masa Bimbingan
Formal Informal

1. Pemberdayaan kader untuk dapat 1. Pendampingan anggota baru untuk


menjalankan roda organisasi berpartisipasi aktif menjalankan roda
2. internalisasi/ideology nilai-nilai organisasi.
dasar perhimpunan 2. Partisipasi dalam forum studi cabang
(menjadi narasumber diskusi)
“ Yesus is Chief Executif Officer” 3. Aktualisasi ilmu pengetahuan dalam
“Quantum Learning” kelompok minat
“Ethics Education” 4. Aktualisasi dalam pengkaderan
5. Anak-anak SLTA
Non formal Target Kader

1. Training for Trainer (TFT) 1. Anggota baru menjadi kader muda yang
2. Workshop Teologi Pembebasan berperan aktif mewarnai/menggarami
3. Civil Education (berpartisipasi dalam) aktivitas-aktivitas
4. Human Right education PMKRI
5. Pelatihan Analisa Sosial 2. Anggota baru menjadi kader muda yang
6. Fund Raising and Financial berperan aktif mewarnai/menggarami
Management Training (berpartisipasi dalam) aktivitas-aktivitas di
7. Pelatihan 7 kebiasaan manusia dalam kampus, mudika, ataupun komunitas
yang efektif tempatnya bernaung.
8. Palatihan gender

Latihan Kepemimpinan Kader


Formal Informal

1. Memotivasi dan memampukan 1. Pendampingan dalam memimpin organisasi


kader untuk dapat memimpin 2. Berpartisipasi aktif dalam gerak kemasyrakatan
organisasi PMKRI maupun PMKRI bersamakelompok/umat lain.
komonitasnya yang lain. 3. Partisipasi aktif dalam memimpin forum studi
2. Aktualisasi nilai-nilai cabang dan aktif dalam forum study
3. Radikalisasi pemikiran dan skill local/regional
organisasi 4. berpartisipasi dalam perumusan dan pembaruan
4. Kader mulai mampu menentukan konseppembinaan atau metodologi konsep
pilihan politis/panggilan hidupnya. pembinaan atau metodologi gerakan di PMKRI
(cabang) dan masyarakat basis
“Yesus yang Radikal” local/kodya/kabupaten.
“Principle Centered Leadership”
“Stragic Planing”
“Conduct Organization Transformation”
Non formal Target Kader

1. Desiging desain program Anggota menjadi kader pertama yang mampu dan
2. Pelatihan advokasi mendapat kepercayaan menjadi pemimpin (perintis,
3. Managing public relation penggerak, organizer) di komunitas dia berada)
4. Terlibat aktif dalam
pemberdayaan/pendampingan
masyarakat basis
5. Retret panggilan kader

Konfrensi Studi regional


Formal Infromal

1. Kader mampu memaknai, 1. Praksis advokasi dan pemberdayaan masyrakat


memetakan, menganalisis secara setempat.
kritis, konprehensif, lateral, dan 2. membanguin jejaringan ditingkat local/regional.
logis atas situasi masyrakat 3. mendampingi dan memberdayakan kader-kader
local/regionalnya. di cabangnya (kaderisasi)
2. kontekstualisasi nilai-nilai. 4. berpartisipasi dalam perumusan dan
pembaharuan konsep pembinaan atau
“Yesus Sang Pembaharu” metodologi gerakan di dalam dan di luar
Analisis Kebijakan Regional Publik” PMKRI-regional (komda)
“Scenario Planning”

Non Formal Target Kader


Anggota menjadi kader penegak, yang menjadi
Pelatihan rekonsiliasi konflik center of excellent bagi komunitasnya, tanpa
1. Pelatihan management strategic kehadiran kader kita komunitas tidak akan mampu
2. pelatihan manajemen resiko bergerak sesuai dengan tujuannya (ditingkat
regional)

Konfrensi Studi regional


Formal Infromal

1. kader mampu memaknai, 1. Pengorganisasian jaringan di tingkat


memetakkan, menganalis secara nasional
kritis, konprehensif, literal dan 2. Pendampingan dan pemberdayaan
logis atas situasi masyarakat 3. Berpartisipasi dalam perumusan
nasional dan internasional. danpembaruan konsep pembinaan atau
2. aktualisasi dan kontekstualisasi metologi gerakan di PMKRI regional
nilai-nilai (komda) dan masyarakat basis
regional/provinsi
“Yesus sebagai pembebas” 4. Aktif dalam gerakan-gerakan
“Transformational leadership” kemasyrakatan nasional dan internasional
“Analisis kebijakan nasional public” (forum diskusi)
“Anaslisis hubungan internasional”
Non Formal Target Kader

1. Platihan dipliomasi dan kampanye 1. Anngota kita menjasi kader tamtama yang
internasional memiliki visi global dan mampu berkiprah
2. pelatihaan-pelatihan dalam dan mempengaruhi aktivitas
pemberdayaan masyarakat di kemasyarakatan di tingkat nasional.
tingkat internasional 2. Anggota kita mampu berperan dan
berpartisipasi aktif dalam forum-forum
internasional dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat yang
terpinggirkan

DESKRIPSI RENCANA STRATEGIS PEMBINAAN KADER PMKRI

MASALAH VISI ACTION PLAN INDIKATOR


KINI STRATEGIS KEBERHASILAN

Pemerataan Memiliki 1. Mapping pembinaan kader (input- 1. Adanya database


kesempatan kualitas kader proses-output) pembinaan kader
memperoleh yang standar 2. Standarisasi kader nasional yang lengkap
pembinaan dan (minimal 3. Desentralisasi kurikulum yang selalu
pemeretaan krakternya) 4. Pembentukan sentra-sentra diolah dan
kualitas output pembinaan di region/komda didayagunakan
pembinaan 5. Orientasi kesempatan fasilitasi oleh cabang-
pembinaan kader ke PMKRI-PMKRI cabang
yang dianggap tertinggal dalam 2. Komda dan PP
kualitas fasilitatornya, metode dan PMKRI memiliki
fasilitas pembinaan oleh PP PMKRI database
pembinaan kader
seluruh indonesia
3. Terbentuknya
sentra-sentra
pembinaan di tiap
komda
4. Terciptanya
kurikulum
nasional dan local
dengan
presentase (40 %
materi nasional,
60 % materi
local)
5. Meningkatnya
kerja sama
pembinaan antar
cabang dengan
PP PMKRI,
PMKRI sebagai
fasilitatornya

Kapasitas Pengembangan 1. Mengikuti dan mengadakan pelatihan 1. seluruh cabang


Kemampuan sumber daya pengembangan kemampuan telah mengadakan
pengelola manusia yang pengelolaan pembinaan misalnya TFT TFT dan DPT.
pengembangan mampu (training for trainer) dan DPT 2. Cabang dan
kemampuan melakukan (designing training program) komda mampu
pengetahuan pengelolan 2. Cabang harus memfasilitasi follow- mengadakan TFT
skill, dan teknis up-follow-up pembinaan yang diikuti dan DPT secara
kemampuan professional kader, baik pembinaan yang berasal mandiri dan
manusia disemua jenis dari luar PMKRI maupun di dalam kontinum
pembelajar. dan jenjang PMKRI (berkelanjutan)
pembinaan 3. cabang dan
(materi, komda melalui
metode, sentra
fasilitas) pembinaannya
mampu
menciptakan dan
menerbitkan
modul pembinaan
yang kontekstual
dangan situasi
setempat
Output Pembinaan 1. penggalian need assessment lewat 1. adanya pelatihan-
pembinaan yang mampu berbagai metode, seperti riset-riset pelatihan riset
tidak jelas, mendorong kebutuhan kader dan lingkungan 2. cabang-cabang
kader yang loyalitas, organisasi serta optimalisasi aktif melakukan
dihasilkan kreavitas, daya pemanfaatan database kader untuk riset kebutuhan
kuirang kritis, menganeble anggota. anggota
komitment kemandirian 2. sistem pembinaan organisasi dan 3. yang hasilnya
kepada visi dan mengorganisir kemasyrakatan yang menerapkan didokumentasika
misi PMKRI dan komitment metode pembinaan alternatif, yang n dan dijadikan
keberpihakan membebaskan ekspresi dan aktualisasi database
kepada yang anggota, yang mendorong daya pembinaan
tertindas cipta/kreavitas anggota, serta tidak perhimpunan
lepas dengan realitas sosial yang ada 4. pembentukan dan
3. proses pembinaan yang berlandaskan pendampingan
prisnsip review of life (see-judge-act) kelompok minat
5. cabang-cabang
mampu
menciptakan
berbagai variasi
metode dalam
setiap jenjang dan
jenis
pembinaannya
(minimal dapat
dilihat dari modul
atau kurikulum)
6. selalu adanya
aksi dan refleksi
ndalam setiap
pembinaan atau
pembinaan yang
kontinum (fllow
up atau
memfllow up)
antara pembinaan
formal, informal
dan non formal,
anata pembinaan
keorganisasian
dan
kemasyarakatan.
Pradigma Pengelolaan
1. perubahan paradigma bahwa, yang Cabang-cabang
pengelolaan dinamaika dipenting dalam pembinaan adalah mampu
fasiliotas dan belajar yangdipahaminya makna dari isi materi mengakomodasi
lingkungan efisisen serta
belajar yang disampaikan, bukan pada kebutuhan aktualisasi
belajar yang mengurangi tampilan fisik yang berkesan elit minat anggota
berorientasi elit pemborosan dan”wah” dengan tetap
high cost dan dalam 2. penyadaran bahwa pembinaan itu mengacu kepada
jangka pendek investasi bersifat preparatotis, antisipatif serta terinternalisasinya
sector investasi jangka panjang sehingga nilai dasar
pembinaan penggalangan dana serta pengeluaran perhimpunan lewat
dana yang besar bagi pembinaan berbagai kegiatan
adalah lebih bermanfaat, daripada secara aktif dan
lebih banyak mengadakan kegiatan terkontrol
yang sifatnya missal dan jangka
pendek.
3. kegiatan pembinaan yang ekonomis
namun tidak mengurangi tujuan, sprit
dan pemaknaan proses belajar
Ketergantungan Swabina - 1. melakukan empowerment angota 1. kegiatan formal
narasumber membina dalam setiap jenjang dan jenis berjenjang
pembinaan dari dengan pembinaan baik di dalam maupun di MPAB dan
eksternal mengandalkan luar internal organisasi berdasarkan MABIM harus
organisasi kekuatan diri dengan tingkat kemampuan dikade oleh kader
pengalaman dan posis organisasi DPC sendir (tidak
dengan
mendatang kan
narasumber dari
luar organisasi).
sedangkan LKK,
KSR dan KSN
boleh
mendatangkan
narasumber dari
luar tetapi porsi
bagi kader
cabang (PHC)
juga diperluas (60
% cabang – 40 %
narasumber
eksternal)
2. kader-kader yang
telah lulus
MABIM dan
aktif dalam
kegiatan
kontinum
(kelanjutan)
MABIM
(informal dan
nonformal)
diberikan
tanggungjawab
untuk melakukan
pengkaderan di
komunitas
basisnya
(misalnya
menjadi
pembicara
MPAB) serta
pelajar-pelajar
SLTA. kader-
kader yang telah
menyelesaikan
LKK dan
kegiatan
kontinumnya
wajib melakukan
kaderisasi dan
pendampingan
para lulusasan
MABIM
(misalnya
menjadi pemateri
MABIM).
sedangkan yang
telah mengikuti
KSR dan KSN
mendampingi
fungsionaris DPC

Minimnya dana Ketersediaan 1. menambah dan memperkuat jaringan Cabang mampu


pembinaan dana belajar kerja internal dan eksternal dibidang membiayai
kader yang pembinaan melalui peningkatan pembinaan melalui
mencukupi inklusifitas, proses serta akuntabilitas pelatihan yang
dan pembinaan diadakan dan jaringan
menunjang 2. mengadakan pelatihan penggalangan yang telah dibentuk.
kebutuhan dana (fund raising)
pembinaan
Pendampingan Kader 1. mengadakan pelatihan pendampingan Terwujudnya dan
kader yang memiliki corps 2. menfromat sistem pendampingan dilaksanakan format
lemah yang tinggi krakter pendampingan kader
serta kualitas 3. fasilitasi bantuan dana studi lanjut dan ditingkat cabang dan
kader yang kerja antara DPC/PP PMKRI dengan terbentuknya lembaga
unggul tidak anggota penyatu fasilitasi studi lanjut
saja dalam dan kerja.
berorganisasi
dan
bermasyrakat
tetapi juga
dalam prestasi
akademik

catatan: rencana strategis ini akan menjadi lebih baik apabila diberikan ruang untuk tahapan-tahapan
periodik waktu persiapan, pelaksanaan dan target keberhasilan. Rentang priode (waktu) tergantung
situasi dan kondisi cabang.
DESKRIPSI UMUM
KURIKULUM
LATIHAN KEPEMIMPINAN KADER (LKK) PMKRI
Materi Tujuan Metode Waktu
(Tentatif)
RADIKALIT 1. Peserta memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi, Nonton 3 jam
AS YESUS politik Yesus pada jamannnya film “King
2. peserta menyadari bentuk keradikalan Yesus dalam of King”,
memperjuanagkan kaum tertindas study injil.
3. peserta mampu mengambil inspirasi dan spirit diskusi
keteladanan Yesus
4. peserta mampu menemukan relevansi perjuangan Yesus
pada jamannya dengan konteks kekinian
DASAR- 1. peserta memahami dan menyadari perlunya kebiasaan Games, 24 jam
DASAR yang efektif bagi pribadi maupun dalam kelompok studi kasus,
TUJUH 2. peserta memahami unsure-unsur tujuh kebiasaan manusia role play,
KEBIASAA yang efektif seperti proaktivitas, sinergi, win-win solution dianmika
N dsb. kelompok,
MANUSIA diskusi
YANG
EFEKTIF
KEPEMIMPI 1. Peserta mampu membedakan kepemimpinan dan Games, 24 jam
NAN manajemen. diskusi,
BERPRINSI 2. peserta memahami arti visi dan fungsinya bagi pemimpin outbond
P 3. peserta memahami perbedaan prinsip dan nilai
4. peserta memahami fungsi prinsip dalam kepemimpinan
5. peserta memahami proses dari layak dipercaya menjadi
percaya
6. peserta mengetahui gaya kepemimpinan
transaksional/situasional
7. peserta memahami unsure-unsur kepemimpinan
transformatif
8. peserta memahami proses menuju kepemimpinan
transformatif

TEAM 1. peserta memahami pentingnya team work untuk Nonton 3 jam


WORK menjalankan dan memimpin organisasi film “King
2. pesreta memahami perbedaan tim dengan kelompok of King”,
3. peserta mampu membangun sinergi atas kebhinekaan study injil.
karakter, peran dan fungsi anggota team. diskusi
EMPOWER 1. Peserta memahami konsep empowerment Dinamika 2 jam
MENT AND 2. peserta memahami konsep enablement kelompok
ANABLEME 3. peserta memahami perbedaan kedua konsep
NT 4. peserta memahami latar belakang konsep tersebut
5. peserta memahami unsure-unsur empowerment dan
enablement
6. peserat memahami penerapan empowerment dan
enablement

KONSEP 1. peserta memahami perkembangan konsep masyarakat Studi 4 jam


MASYARA sipil kasus,
KAT SIPIL 2. peserta memahami perbedaan konsep masyarakat madani Diskusi
dengan masyarakat sipil
3. peserta memahami syarat-syarat terwujudnya masyarakat
sipil
4. peserta memahami persoalan masyarakat sipil kontekstual
dan actual
KONSEP 1. peserta mengetahui ragam gerakan sosial untuk advokasi Studi kasus 3 jam
DAN masyarakat Diskusi
METODOL 2. peserta memahami kelemahan dan kelebihan masing-
OGI masing gerakan sosial
GERAKAN 3. peserta memahami cara-cara melakukan gerakan sosial
SOSIAL dengan segala konsekuensi
TRANSFOR 1. peserta memahami makna transformasi organisasi Diskusi, 5 jam
MASI 2. peserta memahami alasan transformasi organisasi games
ORGANISA 3. peserta memahami faktor-faktor yang perlu
SI DAN ditransformasi
MANAJEME 4. peserta memahami actor yang perlu melakukan
N KONFLIK transformasi organisasi
5. peserta mengetahui jenis-jenis respon terhadap
transformasi organisasi
6. peserta mengetahui konsekuensi menjalani transformasi
organisasi
7. peserta mengetahui strategi/langkah-langkah melakukan
transformasi organisasi
8. peserta dapat mendiagnosa konflik sendini mungkin
9. peserta memahami bentuk bentuk-bentuk pengelolaan
konflik
10. peserta dapat memahami konsep dan metologi win-win
solution
KEBIJAKA 1. peserta memahami positioning secara nasional dan Diskusi 5 jam
N PMKRI regional
2. peserta memahami kebijakan-kebijakan yang diambil
oleh PMKRI secara nasional dan regional
3. peserta memahami kebijakan cabang yang bersangkutan
PERENCAN 1. peserta mampu membuat proses perencanaan strategis, Simulasi 5 jam
AAN dari analisa SWOT hingga analisas potensi jejaringan.
STRATEGIS 2. peserta memahami unsur-unsur dan proses membuat
analisa SWOT
3. peserta mampu menentukan prioritas persoalan dan
menetukan strategi mengatasi persoalan tersebut
berdasarkan pemetaan unsu-unsur SWOT
4. peserta mampu menetukan orientasi gerak organisasi
berdasarkan analisa SWOT yang didapat.
5. peserta mampu membuat peta dan analisa potensi
jaringan
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 21/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PEMBENTUKAN LEMBAGA PENDAMPINGAN DAN PENDIDIKAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa dibutuhkan rekayasa ulang terhadap system pendidikan PMKRINdan
pendampingan terus menerus;
-bahwa system pendidikan PMKRI harus teintegrasi guna tercapainya standar
kualitas kader:
Mengingat : -TAP MPA NO 07/TAP/MPA XIX/ tahun 1996
- TAP MPA NO 15/TAP/MPA XVIII/ tahun 1994
- TAP MPA NO 13/TAP/MPA XVIII tahun 1994
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PEMBENTUKAN


LEMBAGA PENDAMPINGAN DAN PENDIDIKAN
Pasal 1 :Menetapkan dibentuknya lembaga pendamingan dan pendidikan
Pasal 2 : menugaskan kepada pengurus pusat untuk membentuk lembaga seperti yang
termaksud dalam pasal 1
Pasal 3 :Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Restu Hapsari Edi Widiantoro Yoris Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 22/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PEMBENTUKAN TIM PERUMUS GARIS-GARIS BESAR HALUAN PERHIMPUNAN 2004-
2006

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa untuk mencapai visi dan misi PMKRI dalam menembus amanat
penderitaan rakyat dibidang perlu usaha kemahasiswaan dan kemasyarakatan perlu
dijabarkan secara sistematis dan strategis lewat garis-garis besar haluan
perhimpunan;
-bahwa sidang MPA XXII telah menerapkan GBHP sebagai pencabaran visi dan
misi PMKRI:
- bahwa untuk itu dipandang perlu untuk dikeluarkan suatu ketetapan tentang GBHP
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 5, 6, 11, 12, 14
-anggaran rumah tangga pasal 7 dan 8
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PEMBENTUKAN


TIM PERUMUS GARIS-GARIS BESAR HALUAN PERHIMPUNAN 2004-
2006
Pasal 1 : menugaskan kepada pengurus pusat PMKRI untuk membentuk Tim perumus
GBHP 2004-2006
Pasal 3 :Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Restu Hapsari Edi Widiantoro Yoris Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 23/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PEMUTIHAN LAPORAN KEUANGAN MANDATARIS MPA XVIII/ FORMATUR
TUNGGAL/ KETUA PRESIDIUM PP PMKRI PERIODE 1994-1996

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa laporan keuangan merupakan bagian yang tidaak terpisahkan dari laporan
pertanggung jawaban Mandataris MPA XVIII/ Formatur Tunggal Ketua Presidium
pengurus Pusat PMKRI Periode 1994-1996;
-bahwa pada sidang MPA XIX, XX, XXI dan XXII belum bisa dilakukan laporan
keuangan tim verivikasi keuangan mandataris MPA XVIII/ Formatur Tunggal/
Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 1994-1996:
- Bahwa pada sidang MPA XXII tim verivikasi keuangan Mandataris MPA XVIII/
Formatur Tunggal Ketua Presidium pengurus Pusat PMKRI Periode 1994 -1996
tidak dapat melaporkan laporan keuangan Mandataris MPA XVIII/ Formatur
Tunggal Ketua Presidium pengurus Pusat PMKRI Periode 1994-1996;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PEMUTIHAN


LAPORAN KEUANGAN MANDATARIS MPA XVIII/ FORMATUR
TUNGGAL/ KETUA PRESIDIUM PP PMKRI PERIODE 1994-1996
Pasal 1 : Memutihkan Laporan keuangan Mandataris MPA XVIII/ Formatur Tunggal
Ketua Presidium pengurus Pusat PMKRI Periode 1994-1996 Antonius Doni D
Pasal 2 :Sehubungan dengan pasal 1 maka tim veroivikasi laporan keuangan keuangan
Mandataris MPA XVIII/ Formatur Tunggal Ketua Presidium pengurus Pusat
PMKRI Periode 1994-1996dinyatakan dibubarkan.
Pasal 3 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
ttd. ttd. ttd

Restu Hapsari Edi Widiantoro Yoris Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 24/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
TIM VERIFIKASI MANDATARIS MPA XVIII/ FORMATUR TUNGGAL/ KETUA
PRESIDIUM PP PMKRI PERIODE 1996-1998

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - Bahwa laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
pertanggung jawaban Mandataris MPA XVIII/ Formatur Tunggal Ketua Presidium
pengurus Pusat PMKRI Periode 1996-1998;
-bahwa pada sidang MPA XX belum bisa dilakukan laporan keuangan tim
verivikasi keuangan mandataris MPA XIX/ Formatur Tunggal/ Ketua Presidium
Pengurus Pusat PMKRI Periode 1996-1998:
- Bahwa pada sidang MPA XXI dan XXII tim verivikasi keuangan Mandataris MPA
XIX/ Formatur Tunggal Ketua Presidium pengurus Pusat PMKRI Periode 1996 -
1998
- bahwa untuk itu perlu dibentuk tim verifikasi keuangan yang telah dipilih melalui
sidang MPA XXII di Kupang yang dituangkan dalam ketetapan Sidang MPA
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG TIM VERIFIKASI


MANDATARIS MPA XVIII/ FORMATUR TUNGGAL/ KETUA
PRESIDIUM PP PMKRI PERIODE 1996-1998
Pasal 1 : meugaskan kepada cabang Petojo, Cabang Medan dan Cabang Pekan Baru untuk
menyerivikasi laporan keuangan mandataris MPA XIX/ Formatur Tunggal/ Ketua
Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 1996-1998 I Riza Primahendra:
Pasal 2 :tim verifikasi yang dimaksud pada pasal 1 berkewajiban melaporkan hasil
pekerjaannya pada sidang MPA XXIII PMKRI.
Pasal 3 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Edi Widiantoro Beni Miharja Yoris Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 25/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
PANITIA AD-HOC

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - bahwa sebelum mengakhiri keuangan Mandataris MPA XXI/ Formatur Tunggal
Ketua Presidium pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002 harus menyampaikan
laporan pertanggung jawaban didepan sidang MPA XXII untuk dinilai dan
memperoleh pengesahan ;
-bahwa dengan berakhirnya masa bakti mandataris MPA XXI/ Formatur Tunggal/
Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002 Perlu dipilih
Mandataris MPA XXII/ Formatur Tunggal Ketua Presidium pengurus Pusat
PMKRI Periode 2002-2004 demi kesinambungan jalannya rodaperhimpunan:
- Bahwa untuk kedua masksud diatas perlu dipilih dan diangkat pimpinan sidang
Panitia AD-HOC
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG PANITIA AD-HOC


Pasal 1 : mengangkat panitia AD-HOC sidang MPA XXII sebagai berikut:
1. ketua : M Widhi D WIcaksono (Surakarta)
2. sekretaris : Andreas (padang)
3. Anggota : Maksi L Making (Kupang)
Pasal 2 :menugaskan kepada nama-nama yang tersebut pada pasal 1 untuk memimpin
sidang dengan agenda:
1. Laporan badan pemeriksa keuangan PP PMKRI periode 2000-2002
2. Laporan Pertanggung Jawaban Mandataris MPA XXI/ Formatur Tunggal/
Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002
3. Pemilihan Badan Pemeriksa Keuangan Pengurus Pusat PMKRI Periode
2002-2004
4. Pemilihan Mandataris MPA XXII/ Formatur Tunggal/ Ketua Presidium
Pengurus Pusat PMKRI Periode 2002-2004
Pasal 3 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 4 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 25 November 2002

SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII


PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

Edi Widiantoro Beni Miharja Yoris Maskendari


ketua Sekretaris Sidang Anggota

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 26/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
LAPORAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PENGURUS PUSAT PMKRI 2000-2002

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - bahwa Laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
pertanggung jawaban Mandataris MPA XXI/ Formatur Tunggal Ketua Presidium
Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002;
-bahwa sidang MPA XXII perlu menilai laporan keuangan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002:
- Bahwa Hasil penilaian itu perlu disahkan dalam ketetapan MPA;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG LAPORAN


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PENGURUS PUSAT PMKRI 2000-2002

Pasal 1 : Menerima Laporan Badan Pemeriksa Keuangan Pengurus Pusat PMKRI 2000 -
2002;
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002

PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

M Widhi D Wicaksono Andreas Maksi L Making


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 27/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN MANDATARIS MPA XXI/FORMATUR
TUNGGAL/ KETUA PRESIDIUM PP PMKRI 2000-2002
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:
Menimbang : - bahwa kepengurusan Mandataris MPA XXI/ Formatur Tunggal Ketua Presidium
Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002 telah berakhir;
- bahwa sidang MPA XXII perlu menilai laporan keuangan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Pengurus Pusat PMKRI Periode 2000-2002:
- Bahwa Hasil penilaian itu perlu disahkan dalam ketetapan MPA;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG LAPORAN


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PENGURUS PUSAT PMKRI 2000-2002

Pasal 1 : Menerima Laporan Badan Pemeriksa Keuangan Pengurus Pusat PMKRI 2000 -
2002;
Pasal 2 : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam ketetapan
ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali
Pasal 3 :ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002

PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

M Widhi D Wicaksono Andreas Maksi L Making


ketua Sekretaris Sidang Anggota
KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 28/TAP/MPA XXII/2002
Te nt a n g
BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN PP PMKRI 2002-2004

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:

Menimbang : - bahwa laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
pertanggungjawaban Mandataris MPA XXII/Formatur Tunggal/Ketua Presidium
PP PMKRI periode 2002-2004;
- bahwa sidang MPA XXII perlu menilai laporan keuangan Pengurus Pusat PMKRI
Periode 2002-2004:
- Bahwa untuk kedua maksud kedua diatas perlu diangkat Badan Pemeriksaan
Keuangan PP PMKRI Periode 2002-2004;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG BADAN


PEMERIKSAAN KEUANGAN PP PMKRI 2002-2004

Pasal 1 : Menugaskan kepada PMKRI Cabang Mempawah,Cabang Palangkaraya, dan


Cabang Petojo untuk melakukan pemeriksaan Keuangan PP PMKRI 2002-2004;
Pasal 2 : Badan Pemeriksaan keuangan seperti yang disebut pada pasal 1 berkewajiban
melaporkan hasil pekerjaannya pada Sidang MPA XXIII PMKRI.
Pasal 3 : Apabila di Kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 26 November 2002

PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd


M Widhi D Wicaksono Andreas Maksi L Making
ketua Sekretaris Sidang Anggota

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 29/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
MANDATARIS MPA XXII/FORMATUR TUNGGAL/KETUA PRESIDIUM PP PMKRI 2002-
2004

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:

Menimbang : - bahwa laporan Pertanggungjawaban Mandataris MPA XXI/Formatur


Tunggal/Ketua Presidium PP PMKRI Periode 2000-2002 telah diterima oleh
Sidang MPA XXII;
- bahwa dalam rangka regenerasi kepengurusan dan kepemimpinan nasional
perhimpunan perlu dipilih mandataris MPA XXII/Formatur Tunggal/Ketua
Presidium PP PMKRI Periode 2002-2004:
- Bahwa untuk itu perlu dituangkan dan ditetapkannya suatu ketetapan tentang
mandatarais MPA XXII/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PP PMKRI Periode
2002-2004;
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG MANDATARIS
XXII/FORMATUR TUNGGAL/KETUA PRESIDIUM PP PMKRI 2002-2004

Pasal 1 : Mengangkat Restu Haspari,anggota PMKRI Cabang Surakarta,sebagai


Mandataris MPA XXII/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PP PMKRI 2002 -
2004;
Pasal 2 : Menugaskan Kepada nama yang tersebut pada pasal 1 untuk :
- Melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yuridis
perhimpunan.
- Menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara tertulis mengenai
pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Sidang MPA PMKRI yang
dilaksanakan untuk maksud tersebut.
Pasal 3 : Apabila di Kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya
Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 27 November 2002

PANITIA AD HOC
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd. ttd. ttd

M Widhi D Wicaksono Andreas Maksi L Making


ketua Sekretaris Sidang Anggota

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 30/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
PENYELENGGARAAN RAPAT KERJA NASIONAL

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:

Menimbang : - bahwa Fungsi Rapat Kerja Nasional III sebagai forum konsultasi,dialog dan
refleksi atas pelaksanaan program dan aktivitas PMKRI di tingkat Pusat Maupun
cabang;
- bahwa perlu dilakukan perumusan strategi dan program kerja yang ssinergis antara
pengurus Pusat dan Cabang:
- Bahwa untuk untuk mempersiapkan penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional III
PMKRI Perlu ditentukan calon tempat dan panitia pelaksana;
- Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan ketetapan tentang penyelenggaraan Rapat Kerja
Nasional III PMKRI
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG
PENYELENGGARAAN RAPAT KERJA NASIONAL

Pasal 1 : Menetapkan tempat penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional PMKRI di Kota


Medan;
Pasal 2 : Sehubungan dengan pasal 1,maka Panitia Nasional Pelaksana Rapat Kerja
Nasional PMKRI adalah Cabang Medan.
Pasal 3 : Apabila di Kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 27 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd

Restu Hapsari
Pimpinan Sidang

KE TE T APA N
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
P MKRI
Nomor: 31/TAP/MPA-XXII/2002
Te nt a n g
PENYELENGGARAAN KONGRES XXIV DAN SIDANG MPA XXIII

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXII Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia setelah:

Menimbang : - bahwa kedudukan dan fungsi Kongres PMKRI merupakan temu ilmiah dan sarana
mempertebal rasa persaudaraan diantara anggota PMKRI secara Nasional;
- bahwa kedudukan dan fungsi sidang MPA merupakan lembaga legislative yang
mempunyai kekuasaan tertinggi untuk mengambil keputusan yang menyangkut
kebijakan-kebijakan perhimpunan:
- Bahwa untuk untuk mempersiapkan penyelenggaraan Kongres XXIV dan Sidang
MPA XXIII PMKRI perlu ditentukan calon tempat dan panitia pelaksanaan;
- Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan ketetapan tentang penyelenggaraan Kongres
XXIV dan Sidang MPA XXIII PMKRI
Mengingat : - Anggaran dasar PMKRI pasal 15
Memperhatikan: Usul dan saran yang dikemukakan dalam Sidang MPA XXII PMKRI di Kupang

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN:
KETETAPAN SIDANG MPA XXII PMKRI TENTANG
PENYELENGGARAAN KONGRES XXIV DAN SIDANG MPA XXIII

Pasal 1 : Menetapkan tempat penyelenggaraan Kongres XXIV dan sidang MPA XXIII
PMKRI tahun 2004 di kota Manado ;
Pasal 2 : Sehubungan dengan pasal 1,maka Panitia Nasional Pelaksana Kongres XXIV dan
sidang MPA XXIII PMKRI tahun 2004 di kota Manado.
Pasal 3 : Apabila di Kemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
ketetapan ini, maka ketetapan ini dapat ditinjau kembali.
Pasal 4 : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Kupang
Pada Tanggal : 27 November 2002
SIDANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA XXII
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

ttd

Restu Hapsari
Pimpinan Sidang

Anda mungkin juga menyukai