Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“STRATEGI HMI DALAM MEWUJUDKAN


KARAKTER IDEAL KADER HMI”
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti
“INTERMEDIATE TRAINING (LK II)” TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG PEKANBARU
TEMA
TERBIANANYA KADER HMI YANG MEMPUNYAI
KEMAMPUAAN INTELEKTUAL UNTUK MEMETAKAN
PARADABAN DAN MEMFORMULASIKAN GAGASAN DALAN
LINGKUP ORGANISASI

DISUSUN OLEH: DENGGAN MARULI TANJUNG

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI )


CABANG PERSIAPAN PADANG LAWAS
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan Rahmat, Taufiq dan
Hidayah-nya kepada kita sekalian sehingga kita dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, yang
menjadi panutan semua ummat, yang telah membawa kita dari jurang yang penuh
kesesataan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.

Penulis dapat menyelasaikan makalah ini dengan baik guna persyaratan


untuk mengikuti Intermediate Training (LK II) tingkat nasional yang dilaksanakan
oleh HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) Cabang Pekanbaru pada
tanggal 24 februari s/d 6 maret 2021. Adapun judul makalah penulis yakni ;“
STRATEGI HMI DALAM MEWUJUDKAN KARAKTER IDEAL KADER
HMI”.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya


kepada HMI Cabang Pekanbaru dan juga rekan-rekan kader-kader HMI yang
selalu berjuang, yang selalu memberikan saran, koreksi dan Motivasi yang sangat
membangun.Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Saran, kritik dan koreksi yang
membangun sangat penulis harapkan dari rekan-rekan semua.

Akhirnya, kepada Allah jualah kita memohon.Semoga makalah ini


bermanfaat bagi kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan.
Dan dengan memanjatkan Do’a dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini
menjadi Amal dan mendapat Ridho dan balasan serta ganjaran yang berlipat
ganda dari ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Idiopolistratak ......................................................... 3
B. Pengertian Strategi dan strategi menurut para ahli .................. 8
C. Kondisi kader HmI saat ini ....................................................... 9
D. Strategi HmI dalam mewujudkan karakter ideal kader HmI .... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan HmI pada saat ini, organisasi yang dirikan
pada tanggal 5 februari 1947 ini di ibaratkan seperti besi yang sedang
berkarat. Hal ini terjadi terjadi dikarenakan peran prgnaisasi sebagai
organisasi perjuangan yang mempu mencetak kader sebagai kader
yang menanamkan didalam dirinya lima kualitas insan cita kini telah
memudar. Memudarnya peranan HmI ini disinyalir salah satunya
karena kurangnya pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran agama islam diokalangan anggota dan pengurus.
Hampir-hampir tidak ada perbedaan pengetahuan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan agama islam seorang anggota HmI
sebelum dan sesudah masuk HmI. Hal ini disebabkan karena minimnya
pembinaan maupun program maupun implementasinya yang berkaitan
dengan pembinaan jiwa dan semangat beragama dikalangan HmI.
Semestinya seorang mahasiswa yang masuk HmI harus mendapatkan
nilai tambah atau nilai lebih tentang agama islam.
Lain dari pada itu, perbuatan jelek beberapa orang kader, anggota
dan alumni HmI berdampak membawa akibat yang negatif pada semua
kader termasuk kader yang baik maupun alumni HmI serta lingkungan
masyarakat pada umumnya.
HmI adalah suatu gerakan pembaharuan yang untuk membebaskan
umat islam dan bangsa indonesia dari keterbelakangan. Pemikiran
keislaman/keindonesiaan HmI menampilkan islam yang bercorak khas
Indonesia. Pemikiran ini akan mendatangkan perubahan sesuai
kebutuhan kontemporer menuju masa depan yang baru yang dicita-
citakan seluruh rakyat Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah swt. Namun HmI sudah berbalik sudah tidak mengikuti,
hanya menjadi kader olah mengolah pejabat yang mencari keuntungan

1
pribadi tanpa memikirkan apa yang di perbuatnya telah merugikan
orang lain.
Dalam setiap organisasi khususnya HmI , kader memiliki peran
sentral, dimana kader sebagai agen dalam rangka menerapkan cita
perjuangan HmI yang sesuai dengan tujuan HmI yaitu terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah SWT sehingga dibutuhkan kader yang berwawasan
keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan dengan kualitas lima
insan cita dan bersifat independent, penuh semangat dan militansi yang
tinggi dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian indeopolistratak ?
2. Apa pengertian strategi dan strategi menurut para ahli ?
3. Bagaimana kondisi kader HmI saat ini ?
4. Bagaimana strategi HmI dalam mewujudkan karakter ideal kader
HmI ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ideopolitor-stratak
2. Untuk mengetahui pengertian strategi dan strategi menurut para
ahli
3. Untuk mengetahui kondisi kader HmI saat ini
4. Untuk mengetahui strategi HmI dalam mewujudkan karakter ideal
kader HmI

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ideopolitor-stratak
1. Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata, yakni

ideo artinya pemikiran dan logis yang artinya logika, ilmu, atau

pengetahuan. Jadi, dapatlah didefinisikan ideologi merupakan ilmu

mengenai keyakinan dan cita-cita. Ideologi merupakan kata ajaib

yang menciptakan pemikiran dan semangat hidup di antara manusia

terutama kaum muda, khususnya di antara cendekiawan atau

intelektual dalam suatu masyarakat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ideologi merupakan rumusan alam pikiran yang

terdapat di berbagai subjek atau kelompok masyarakat yang ada,

dijadikan dasar untuk direalisasikannya. Ideologi meyangkut cita-cita

bersama, yang ingin ditegakkan menjadi kenyataan, dan selanjutnya

dipertahankan. Ia bisa timbul dari perseorangan, kelompok

masyarakat, yang bila berkembang bisa didukung oleh golongan dari

masyarakat secara banyak. Pada mulanya, cita-cita itu diperjuangkan

oleh kelompok yang jumlahnya kecil, tetapi kemudian membesar.

Ideologi secara lebih luas dikemukakan oleh sejumlah pemikir,

ilmuwan, maupun tokoh pergerakan politik. Alfian, seorang ilmuan

politik di Indonesia mengemukakan bahwa ideologi adalah

pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang

dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat.

3
Ciri dari suatu ideologi adalah cita-cita yang dalam dan luas

dan bersifat jangka panjang. Ia dirasakan milik dari suatu kelompok

manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran

tersebut. Ia juga mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan

mempertahankan sikap perbuatan kelompok.

Pada wilayah ideologi, tauhid jelas haruslah menjadi dasar

utamanya (sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia

secara umum tentang tauhid menjadi dasar dari epistemologinya.

Sehingga dengan pengetahuan yang bersumber dari tauhid tersebut

akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektif.

Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut

yang nantinya sebagai perangkat ideologi. Jika lebih disederhanakan

lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab

ideologi sebagai landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan

Ideologi bagi pengikutnya memiliki fungsi positif, yaitu:

a) Memberikan legitimasi dan rasionalisasi terhadap perilaku dan

hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat

b) Sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas social dalam

kehidupan kelompok atau masyarakat

c) Memberikan motivasi bagi para individu mengenai pola-pola

tindakan yang pasti dan harus dilakukan.

2. Politik

Politik berasal dari Bahasa Inggris, yaitu polite yang berarti

having or showing good manner maksudnya adalah mempunyai atau

4
menunjukkan kelakuan yang baik atau dengan kata lain dapat

diartikan dengan arti sopan. Kemudian term tersebut berkembang

menjadi politic yang berarti sensible atau wise. Jika dilihat dari akar

kata politik yaitu polite , dapat disimpulkan bahwa aspek penting

yang harus dimiliki oleh seorang politikus adalah adanya moral yang

baik, sebagai suatu upaya untuk membangun citra serta dapat

menjadi uswah hasanah bagi yang dipimpin.

Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu

media untuk mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan

pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan politik maksud

serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui

perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik.

Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak

pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.

Pada masa Yunani kuno, politik mencakup semua soal yang

berkaitan dengan masyarakat, termasuk pendidikan dan agama.

Dengan terpilahnya bidang-bidang kehidupan ini di Barat, terutama

dengan tumbuhnya pemikiran tentang Negara sekuler di satu pihak

dan Negara agama di pihak lain, politik yang menguasai kehidupan

di Barat terpisah dari soal dan ajaran agama. Perkembangan ini

diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terpisah dari

agama. Sebenarnya agama yang dimaksud disisni adalah agama

Kristen, karena memang pertentangan antara akal dan gereja, antara

raja dengan gereja. Baik raja, maupun gereja mengenai hierarki

5
kekuasaan. Gereja dengan pendetanya, yang berpuncak pada Paus,

dan raja dengan menteri dan hulubalangnya. Gereja dan raja seperti

itulah yang memperebutkan kekuasaan.

Di dalam Islam, sistem politik terdiri atas tiga prinsip pokok,

Tauhid, Risalah dan Khilafah. Prinsip yang pertama

termanifestasikan dalam pembahasan kita yang pertama mengenai

ideologi. Begitu juga dengan prinsip yang ke dua, selain

termanifestasikan dalam ideologi, juga termanifestasikan melalui

aturan-aturan serta tuntunan-tuntunan yang membatasi kekuasan

seorang khilafah. Sedangkan sebagai khilafah, setidaknya manusia

memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

a) Pemilik dari bumi sepenuhnya adalah tetap Tuhan, bukan wakil-

Nya yang bertugas mengelola.

b) Pengelola itu akan mengelola milik Tuhan sesuai dengan

instruksi-instruksinya (pemahaman kita terhadap tauhid yang

termanifestasikan sebagai ideologi).

c) Pengelola milik Tuhan akan akan melaksanakan kekuasannya

dalam batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan atas dirinya.

d) Dalam mengelola itu, ia akan melaksanakan melaksanakan

kehendak Tuhan, bukan kehendaknya sendiri (kemerdekaan

individu, keharusan universal dan tetap bertitik tolak dari

Tauhid).

Secara singkat politik adalah untuk kekuasaan, sebab hanya

dengan kekuasanlah tujuan dapat terwujud. Namun dengan kekuasan

6
yang telah didapatkan nantinya, kekuasan tersebut tetap harus

dijalankan berdasarkan atas ideologi yang sudah dipilihnya. Dalam

kaitanya dengan ini, politik tidak terlepas dari 4 hal; order

(susunan/pembagian, perintah), virtue (kebajikan), freedom (kebebasan

atau kemerdekaan) dan happiness/welfare (kebahagiaan dan

kesejahteraan). Kekuasaan yang diperoleh melalui politik haruslah

dapat mewujudkan empat hal tersebut di atas, jika tidak maka

kekuasaan yang ada bertentangan dengan fithrah dan tujuan kekuasaan

yang murni, tentu saja jalan yang dilalui oleh perjuangan politik adalah

tidak benar, sebab akibatnya pun tak selaras dengan tujuan idealnya.

“Ilmu tanpa amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.”

Pernyataan tersebut adalah yang disampaikan oleh Nabi

Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan perjuangan politik, maka

politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan ilmu

maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik

adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar ideologi dan juga

pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.

3. Strategi dan Taktik

Mengambil istilah “sebuah peperangan”, strategi adalah

memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan

taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu

pertempuran. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh

Dahlan Ranuwiharjo sebagai tokoh pendidik politik di HMI bahwa

7
strategi adalah Bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik

dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan,

sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap atau

menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu

pada saat tertentu.

B. Pengertian Strategi dan strategi menurut para Ahli


Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan
bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti.
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Sedangkan menurut para Ahli :


1. Robinson
Menurut Robinson strategi merupakan rencana dari perusahaan,
yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan tentang kapan,
dimana serta bagaimana merka harus bersaing dalam menghadapi
lawan dengan tujuan dan maksud tertentu.

2. Halim

Halim mengemukakan strategi yaitu cara dimana organisasi atau


lembaga akan mencapai sebuah tujuan yang sesuai dengan peluang dan
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi dan kemampuan internal
serta sumber daya.

8
C. Kondisi kader HMI Saat ini

Himpunan mahasiswa Islam (HmI) merupakan organisasi


mahasiswa tertua di Indonesia. Berdiri pada 5 Februari 1947, bisa kita
bayangkan 2 tahun pasca di umumkannya proklamasi kemerdekaan, HmI
telah lahir dan hidup serta ikut berkembang bersama perjuangan bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Adapun tujuan HmI adalah "Terbinanya insan akademis, pencipta,


pengabdi yang bernafaskan islam ,dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT" (Pasal 4
AD HmI).

Begitu besarnya tanggung jawab seorang kader HmI untuk


mempertahankan ruh islam dalam kehidupan dan menerapkannya kepada
masyarakat, sejarah telah mencatat bahwa alumni-alumni HmI sudah
banyak menjadi tokoh nasional yang berpengaruh terhadap peradaban
islam serta pemerintahan di Indonesia, misalnya Ayahanda Lafran Pane
beliau adalah pendiri Hmi dan juga pahlawan nasional, adalagi kakanda
Nurcholish Madjid (Cak Nur) adalah seorang pemikir islam,cendikiawan,
dan budayawan Indonesia, kemudian kakanda Jusuf kalla wakil presiden
RI, kakanda Akbar Tandjung, Kakanda Mahfud MD, kakanda Ridwan
Saidi, kakanda Anies Baswedan gubernur DKI Jakarta sekarang, dan
masih banyak lagi senior-senior HmI yang telah mampu berperan di
berbagai aspek agama, pendidikan, ketatanegaraan, budaya, dll.

Beberapa nama tersebut merupakan orang-orang besar yang juga


dilahirkan dari HmI dan berkiprah di berbagai bidang, tapi kita lihat HmI
sekarang, Kader HmI sekarang cenderung terjebak dalam pragmatisme
politik yang dilandasi oleh konflik kepentingan. Seakan HmI terjebak oleh
nilai-nilai pragmatis sehingga mengabaikan nilai-nilai idealisme, bahkan
HmI mengalami perubahan orientasi cendikiawan islam ke orientasi calon
politisi praktis.

9
Kondisi ini pun semakin menjalar sampai ke internal HmI, banyak
kader HmI yang melanggar konstitusi. Belum lagi, konflik HmI dengan
organisasi ektra lain sebagai efek dari politk praktis di dalam kampus,
tidak heran lambat laun HmI akan menjadi organisasi mahasiswa yang
akan mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, maka waktu
demi waktu tujuan HmI akan dilupakan. Akibatnya akan banyak orang
memandang buruk HmI sedangkan dalangnya adalah oknum yang tidak
tuntas tujuannya di HmI.

Harapan semua kader HmI ke depan adalah kembalikan marwah


HmI, ingat Lagi tujuan HmI pada (Pasal 4 AD HmI). Jadikanlah diri kita
sebagai kader umat dan kader bangsa yang mampu memberikan kontribusi
positif, bukan terbawa mimpi indah masa lalu. Jika tidak, tanpa di
bubarkan pun HmI akan ditelan sejarah dengan sendirinya.

D. Strategi HMI dalam mewujudkan karakter ideal kader HMI

Strategi HMI dewasa ini manghadapi dua tantangan besar dalam


mewujudkan perannya. Pertama menghadapi kondisi Internal tentang
HmI sat ini menunjukkan, bahwa dalam kehidupan sekarang dan
mendatang, HmI telah ditantang :
1. Masalah eksistensi dan keberadaan HmI, walaupun HmI ada tetapi
seolah-olah tidak ada karena tidak mampu melaksanakan fungsi dan
peranannya sebagaimana mestinya.
2. Menurunnya silaturahmi antar kader, senior dan alumni untuk tetap
mempertahankan ukhuwah islamiyah.
3. Masalah peran HmI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup
tampil dalam barisan terdepan sebagai avant garde, kader pelopor
bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan perubahan yang
sangat dibutuhkan masyarakat.

10
4. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HmI untuk melakukan
perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah
yang muncul diantara kader-kader HmI.

Sebagai jawabannya, menuntut pemecahan yang teoritis dan praktis,


akan tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, dan inklusif. Sebab
pendekatan yang tidak konseptual, parsial, dan eksklusif tidak akan
melahirkan jawaban yang efektif. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran
dari anggota aktivis, kader, dan pengurus HmI diseluruh jenjang
organisasi.
Kedua, kondisi eksternal HmI dalam pengembangan organisasi HmI.
Khusus untuk menyelesaikan tantangan kedua, gerakan mahasiswa harus
mengembangkan strategi-strategi baru untuk mewujudkan dan mengawal
perubahan karakter ideal kader hmi seperti:
1. Menciptakan karakter kader hmi yang memiliki 5 kualitas insan cita.
a) Kualitas insan akademis
1) Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir
rasional, objektif, dan kritis.
2) Memiliki kamampuan teoritis, mampu
memformulasikan apa yang diketahui dan
dirasakannya. Dia selalu berlaku dan menghadapi
susasana sekelilingnya dengan penuh kesadaran.
3) Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu
pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik
secara teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja
secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah,
pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.
b) Kualitas insan pencipta
1) Sanggup melihat kemungkinan – kemungkinan lain
yang lebih sekedar yang ada dan bergairah besar untuk
menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan

11
bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (ciptaan
Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan – gagasan
kemajuan, salalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
2) Bersikap independent dan terbuka, tidak isolatif, insan
yang menyadari dengan sikap demikian potensi,
kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk
yang indah-indah.
3) Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia
mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang
disemangati ajaran islam.
c) Kualitas insan pengabdi
1) Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang
banyak atau untuk sesama umat manusia.
2) Sadar membawa tugas insan pengadi, bukannya hanya
membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi
sekelilingnya menjadi baik.
3) Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang
bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas
mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
d) Kualitas insan yang bernafaskan islam
1) Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman
pola pikir dna pola lakunya tanpa memakai merk
islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya
dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
islam. Dengan demikian islam telah menafasi dan
menjawai karyanya.
2) Ajaran islam telah berhasil membentuk “unity
personality” dalam dirinya. Nafas islam telah
membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split
personality tidak pernah ada dilema pada dirinya
sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim.
Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah

12
suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam
suksesnya perjuangan umat islam indonesia dan
sebaliknya.
e) Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhai ALLAH SWT.
1) Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai
Allah SWT.
2) Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang
benar diperlukan adanya keberanian moral.
3) Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap
apatis.
4) Penuh rasa tnaggung jawab, takwa kepada Allah swt,
yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam
suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah swt.
5) Korektif pada setiap langkah yang berlawanan dalam
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
6) Percaya pada diri sendiri dan sadar akan
kedudukannya sebagai “khalifah fil ard” yang harus
melaksanakan tugas – tugas kemanusiaan.

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus


memahami dalam tiga kualitas insan cita yaitu kualitas insan
akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga
insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang
terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah swt.

13
2. Membina kader agar paham makna mission hmi
Dari masalah-masalah tersebut maka kita sebagai kader HmI
harus lebih kritis dan bersifat pro aktif dalam mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang kurang berpihak kepada karakter ideal kader hmi.
Selain itu kita harus berkoordinasi dengan kekuatan para kader dan
senior yang masih memegang teguh konstiusi. Maka dari itu perlu
adanya pembinaan tentang pemahaman nilai nilai yang terkandung
dalam mission hmi kepada jiwa jiwa fana kader HmI agar ruh HmI
yang sesungguh nya dapat terwujud dan tetap bejalan dijalan yang
lurus sehingga hmi tetap akan berputar pada poros nya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai catatan akhir, penulis perlu menyampaikan beberapa
kesimpulan dari uraian di atas. Penerapan ideopolistratak sangat penting
untuk menjalankan karir politik. Karena berpolitik tanpa didasari
pengetahuan tentang taktik dan strategi akan menghasilkan langkah yang
tidak efisien bahkan berbahaya.
Kader HmI sebagai bagian dari pemuda mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam membangun umat dan bangsa. Dia mempunyai
kesempatan dan peluang yang lebih dikarenakan semua tingkah pola yang
dilakukan kader HmI selalu menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan
berlandaskan islam.
Namun itu semua harus dibarengi dengan ketekunan dan kegigihan
dalam memperjuangkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran-ajaran islam setiap anggotanya. Karena masyarakat
yang diidam-idamkan sebagai civil society yang berakhlakul karimah
membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kepercayaan sebagai pemimpin
didalamnya.
Manusia diciptakan sebagai khalifah fil ard dimuka bumi. Oleh
karena itu kita sebagai kader HmI yang secara akademisi mempunyai
intelektual yang lebih serta mengemban amanah organisasi yang luhur
diharapkan mampu menghayati dan menerapkan ajaran-ajaran didalamnya.
sehingga karakter yang melekat pada diri setiap kader HmI dapat dicapai
sesuai dengan lima kualitas insan cita.

B. Saran
Kita sebagai kader HmI mengemban misi keumatan dan
kebangsaan untuk kembali membangun tradisi HmI dengan gerakan
intelektualnya, karena HmI adalah oraganisasi kader. Peran HmI sebagai

15
organisasi perjuangan harus selalu kita laksanakan, berjuang untuk
membela umat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Solichin, M, Alfan Alfian (ed). Candradimuka Mahasiswa.(Sinergi Persadatama


Foundation,2010).hlm.201-204
Sitompul,Agus Salim. 44 Indikator Kemunduran HmI.(Jakarta:CV Misaka
Galiza,2008).hlm.112-113
Muhtasyam,Aziz,dkk.Basic Training.(Ciputat: Bidang PA HmI Cabang
Ciputat,2016-2017).hlm.92
Bustami,abu yazid (ed).HmI Masih Ada Refleksi Para Kader.(Depok: Layar
Terkembang,2014)
Muniruddin,said.Bintang Arasyi.(Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press,2017)

17

Anda mungkin juga menyukai