Anda di halaman 1dari 60

MODUL X

FORMAT KONTRAK BERDIMENSI PUBLIK


TIM PENYUSUN:

Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H. (PJMK)


Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.
Dr. Mustafa Bola, S.H., M.H.
Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M.
Dr. Muh. Basri, S.H., M.H.
Dr. Ratnawati, S.H., M.H.
Dr. Hasbir Paserangi, S.H., M.H.
Dr. A. Tenri Famauri, S.H., M.H.
Dr. Aulia Rifai, S.H., M.H.
Dr. Marwah, S.H., M.H.
Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn.
Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
Amaliyah, S.H., M.H
Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
Andi Kurniawati, S.H., M.H.
A. Suci Wahyuni, S.H., M.Kn.

DEPARTEMEN HUKUM ACARA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga modul mata kuliah perancangan kontrak ini dapat
terselesaikan. Modul ini disusun oleh dosen pengajar yang tergabung dalam Tim
Pengampu Mata Kuliah Perancangan Kontrak, untuk menjadi panduan bagi
peserta Mata Kuliah Perancangan Kontrak dalam merancang kontrak berdimensi
publik.
Kami sangat menyadari bahwa Modul Mata Kuliah Perancangan Kontrak
ini masih belum sempurna, namun Tim Penyusun berharap bahwa modul ini
dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Pimpinan
Fakultas, Pimpinan Departemen Hukum Acara, dan Tim Dosen Pengampu Mata
Kuliah Perancangan Kontrak dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, atas arahan, dukungan dan kontribusinya sehingga modul ini dapat
selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makassar, Agustus 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………..……………………………………………….. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ………………………… iv
MODUL X
FORMAT KONTRAK BERDIMENSI PUBLIK ………………………………. 1
KEGIATAN BELAJAR …………………………………………………………. 2
A. Deskripsi Singkat …………………………………………………………... 3
B. Relevansi …………………………………………………………………….. 3
C. Capaian Pembelajaran 3
1. Uraian …………………………………………………………………… 3
2. Latihan ………………………………………………………………….. 36
3. Rangkuman ……………………………………………………………. 36
4. Pustaka ………………………………………………………………… 37
D. Tugas dan Lembar Kerja ………………………………………………... 37
E. Tes Formatif ……………………………………………………………….. 37
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………….. 38

iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN Kode
FAKULTAS HUKUM Dokumen:
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU HUKUM
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Mata Kuliah (MK) Kode: Rumpun Mata Bobot (sks): 2 Semester: Tanggal
Kuliah (RMK): Penyusunan:
Perancangan Kontrak 18B01132503 Hukum Acara T= 1 P= 1 V 02 Juli 2020
Otorisasi Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua Program Studi
Senat Fakultas

Dosen Pengampu Mata Kuliah Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H. Dr. Maskun, S.H., LL.M.
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran
CPL1 (S1) Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
(CP)
CPL2 (KU1) Mampu berpikir secara kritis, logis, dan sistematis
CPL3 (KK3) Mampu memberikan saran dan solusi hukum yang baik
CPL4 (KK4) Menguasai teknik perancangan kontrak dan perancangan perundang-undangan
CPL5 (P4) Menguasai konsep teoretis mengenai hukum materiil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK Mahasiswa memahami konsep teoretis dan memiliki keterampilan merancang berbagai jenis kontrak, mampu
memberikan saran dan penyelesaian masalah hukum yang terkait dengan kontrak melalui pemikiran yang kritis,
logis dan sistematis, dengan menerapkan etika profesi hukum yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
CPL Þ Sub-CPMK
CPL-1 Sub-CPMK 1: Mahasiswa mampu menguraikan prinsip-prinsip dasar kontrak meliputi pengertian hukum
kontrak: teori-teori yuridis dan konseptual tentang kontrak, asas-asas kontrak, unsur-unsur
kontrak, dan syarat-syarat kontrak.

iv
Sub-CPMK 14: Mahasiswa mampu memperagakan peran dan tugas konsultan hukum dalam perancangan
kontrak
Sub-CPMK 16: Mahasiswa mampu memperagakan tata cara bernegosiasi berdasarkan prinsip-prinsip
negosiasi dengan menggunakan strategi dan taktik dalam setiap tahap penyelesaian sengketa
secara negosiasi
CPL-2 Sub-CPMK 3: Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menguraikan bagian-bagian kontrak secara
sistematis berdasarkan anatomi kontrak
Sub-CPMK 7: Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai format kontrak dan mampu menguraikan esensi
kontrak bisnis domestik, kontrak bisnis internasional, dan kontrak berdimensi publik.
Sub-CPMK 11: Mahasiswa mampu membedakan antara kontrak nominaat dan kontrak innominaat
Sub-CPMK 15: Mahasiswa mampu menjabarkan prinsip-prinsip negosiasi, tahap-tahap penyelesaian
sengketa dalam negosiasi, faktor-faktor negosiator, strategi dan taktik-taktik bernegosiasi,
dan problem/dilema bagi para negosiator
CPL-3 Sub-CPMK 14: Mahasiswa mampu memperagakan peran dan tugas konsultan hukum dalam perancangan
kontrak
Sub-CPMK 16: Mahasiswa mampu memperagakan tata cara bernegosiasi berdasarkan prinsip-prinsip negosiasi
dengan menggunakan strategi dan taktik dalam setiap tahap penyelesaian sengketa secara
negosiasi
CPL-4 Sub-CPMK 4: Mahasiswa mampu merancang bagian-bagian kontrak secara sistematis berdasarkan anatomi
kontrak
Sub-CPMK 6: Mahasiswa mampu merancang struktur kontrak secara sistematis
Sub-CPMK 8: Mahasiswa mampu merancang kontrak berdasarkan format kontrak domestik
Sub-CPMK 9: Mahasiswa mampu merancang kontrak berdasarkan format kontrak internasional
Sub-CPMK 10: Mahasiswa mampu merancang kontrak berdasarkan format kontrak berdimensi publik
Sub-CPMK 12: Mahasiswa mampu merancang kontrak nominaat dan kontrak innominaat.
CPL-5 Sub-CPMK 2: Mahasiswa mampu menguraikan syarat sahnya kontrak
Sub-CPMK 5: Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menguraikan struktur kontrak secara sistematis
Sub-CPMK 7: Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai format kontrak dan mampu menguraikan esensi
kontrak bisnis domestik, kontrak bisnis internasional, dan kontrak berdimensi publik.
Sub-CPMK 13: Mahasiswa mampu menguraikan peran dan tugas konsultan hukum dalam perancangan
kontrak

v
Deskripsi Mata kuliah ini mempelajari prinsip-prinsip dasar kontrak, anatomi dan struktur kontrak, kontrak bisnis domestik, kontrak bisnis
Singkat MK internasional, kontrak berdimensi publik, kontrak nominaat dan kontrak innominaat, peranan konsultan hukum, serta prinsip-
prinsip negosiasi dan tahapan penyelesaian sengketa dalam negosiasi
Bahan Kajian/ 1. Prinsip-prinsip dasar kontrak meliputi pengertian hukum kontrak : Teori-teori yuridis dan konseptual tentang Kontrak dan
Materi Asas-asas kontrak;
Pembelajaran 2. Prinsip-prinsip dasar kontrak tentang unsur-unsur dan syarat-syarat sahnya kontrak;
3. Anatomi dan Struktur Kontrak;
4. Kontrak Bisnis Domestik;
5. Kontrak Bisnis Internasional;
6. Kontrak Berdimensi Publik;
7. Kontrak Nominaat dan Kontrak Innominaat
8. Peranan Konsultan Hukum;
9. Prinsip-prinsip Negosiasi dan Tahapan Penyelesaian Sengketa dalam Negosiasi.
Pustaka Utama :
1. Ahmadi Miru. 2007. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: Rajawali Pers.
2. Budiono Kusumohamidjojo. 2001. Panduan untuk Merancang Kontrak. Jakarta: Grasindo.
3. Gary Goodpaster. 1999. Panduan Negosiasi dan Mediasi terjemahan Nogar Simanjuntak. Jakarta: ELIPS.
4. J. Satrio. 1992. Hukum Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.
5. Munir Fuady. 2010. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua. Bandung: Citra Aditya Bakti.
6. Syahmin AK. 2006. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
7. Hikmahanto Juwana. Tahapan Kontrak Bisnis dan Peran In House Counsel. Modul Pembelajaran.
Pendukung:
Buku:
1. Agus Yudha Hernoko. 2011. Hukum Perjanjian: Asas Proposionalitas Dalam Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
2. Ahmadi Miru dan Sakka Pati. 2016. Hukum Perikatan, Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW. Jakarta: Rajawali
Pers.
3. . 2019. Hukum Perjanjian, Penjelasan Makna Pasal-pasal Perjanjian Bernama dalam BW.
Makassar: UPT Unhas Press.
4. Anshori Ilyas dkk. 2018. Kontrak Publik. UPT Unhas Press, Makassar.
vi
5. Budiono Kusumohamidjojo. 2015. Perbandingan Hukum Kontrak (Comparative Contract Law). Bandung: Mandar Maju.
6. F. Ibrahim A. E dan. Nathaniela. 2011. 300 Contoh Surat Perjanjian (Kontrak) dan Surat Resmi. Jakarta: Buku Kita.
7. Gamal Komandoko. 2007. Kumpulan Contoh Surat Kontrak dan Perjanjian Resmi. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
8. H.R. Daeng Naja. 2006. Contract Drafting. Bandung: Citra Aditya Bakti.
9. Huala Adolf. 2003. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Edisi 3. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
10. Huala Adolf. 2014. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: Refika Aditama.
11. J. Satrio. 1991. Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya). Bandung: Citra Aditya Bakti.
12. . 1992. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.
13. . 1999. Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya. Bandung: Alumni.
14. Jeremias Lemek. 2007. Mencari Keadilan: Pandangan Kritis Terhadap Penegakan Hukum di Indonesia. Yogyakarta:
Galang Press.
15. Jimmy Joses Sembiring. 2011. Cara Menyelesasikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, &
Arbitrase), Jakarta: Visimedia.
16. Joni Emirzon. 2000. Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
17. Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya. 2003. Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
18. Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni.
19. . 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
20. Salim HS, H. Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih. 2007. Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding
(MoU). Jakarta: Sinar Grafika.
21. Salim HS. 2003. Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
22. . 2003. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia Buku Kesatu. Jakarta: Sinar Grafika.
23. . 2008. Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata (Buku I). Jakarta: Rajawali Pers.
24. Subekti. 2014. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.
25. Sudargo Gautama. 1994. Contoh-contoh Kontrak, Rekes dan Surat Resmi Sehari-hari Jilid I. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
26. . 1993, Contoh-contoh Kontrak, Rekes dan Surat Resmi Sehari-hari Jilid 4, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Jurnal:
Jurnal ilmiah hukum yang terkait dengan hukum kontrak.

vii
Dosen 1. Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H. (PJMK) 9. Dr. Aulia Rifai, S.H., M.H.
Pengampu 2. Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. 10. Dr. Marwah, S.H., M.H.
3. Dr. Mustafa Bola, S.H., M.H. 11. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn.
4. Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M. 12. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
5. Dr. Muh. Basri, S.H., M.H. 13. Amaliyah, S.H., M.H
6. Dr. Ratnawati, S.H., M.H. 14. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
7. Dr. Hasbir Paserangi, S.H., M.H. 15. Andi Kurniawati, S.H., M.H.
8. Dr. A. Tenri Famauri, S.H., M.H. 16. A. Suci Wahyuni, S.H., M.Kn. (15 dan 16)
Mata kuliah
Hukum Perdata, Hukum Perikatan.
syarat
Bentuk Pembelajaran,
Metode Pembelajaran,
Sub-CPMK Penilaian Materi Bobot
Pekan Penugasan Mahasiswa,
(Kemampuan akhir tiap Pembelajaran Penilaian
Ke- (Estimasi Waktu)
tahapan belajar) (%)
Indikator Bentuk & Luring (offline) Daring (online)
Kriteria
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pembukaan mata kuliah, 1. Kemampuan Bentuk: Lisan TM (2x50 menit) Tatap Maya Pendahuluan 5%
Mahasiswa mampu menguraikan BP: Kuliah (Pilihan) 1. Kontrak
menguraikan prinsip- identitas, Kriteria: interaktif (2x50 menit) perkuliahan
prinsip dasar kontrak deskripsi dan 6= jika mampu 2. Penjelasan
yang meliputi pengertian tujuan mata menguraikan MP: BM (SIKOLA) RPS
hukum kontrak, teori-teori kuliah; pengertian • Perkenalan (2x60 menit)
yuridis dan konseptual 2. Kontrak kontrak, teori • Penelusuran Mengunduh dan
tentang kontrak, asas- Perkuliahan; yuridis dan Pustaka mempelajari bahan Pengertian
asas kontrak, unsur- 3. Ketepatan konseptual ajar pada Menu Alur Hukum Kontrak
unsur kontrak, dan dalam tentang Pembelajaran di 1. Teori-teori
syarat-syarat kontrak menguraikan kontrak, asas- pertemuan 1 yuridis dan
pengertian, asas kontrak, konseptual
teori yuridis unsur-unsur PT : tentang
dan kontrak, dan (2x60 menit) Kontrak
konseptual, syarat-syarat Peserta kuliah 2. Asas-asas
serta asas- kontrak, serta membaca referensi kontrak

viii
asas kontrak, mampu terkait materi
unsur-unsur menguraikan kemudian Pustaka:
kontrak, dan seluruh mengerjakan Tes • PU 1 (Ahmadi
syarat-syarat identitas mata Formatif dan Miru), hlm. 1-
kontrak kuliah. Lembar Tugas di 12.
3= jika mampu Modul I. • PU 4 (J. Satrio),
menguraikan hlm. 36-37.
pengertian • PU 5 (Munir
kontrak, teori Fuady), hlm. 4-
yuridis dan 11, 29-32.
konseptual • PU 6 (Syahmin
tentang AK), hlm. 4-13.
kontrak, asas- • PP 2 (Ahmadi
asas kontrak, Miru dan Sakka
unsur-unsur Pati), hlm. 67-
kontrak, dan 78.
syarat-syarat • PP 17 (Kartini
kontrak Mulyadi &
1= jika menjawab Gunawan
1 pertanyaan Widjaya),
dengan hlm.13-79.
benar.

2 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya 1. Unsur-unsur 5%
menguraikan unsur- dalam (Pilihan) Kontrak:
unsur dan syarat sahnya menguraikan Kriteria: BP: Kuliah (2x50 menit) - Esensialia,
kontrak unsur-unsur dan 6= Jika mampu interaktif - Naturalia,
syarat sahnya menguraikan 3 BM (SIKOLA) - Aksidentalia
kontrak unsur unsur MP: (2x60 menit) 2. Syarat sahnya
dan 4 syarat Ceramah Mempelajari bahan kontrak:
kontrak ajar pada Menu Alur - Sepakat
dengan benar - Kecakapan

ix
4= jika mampu Pembelajaran di para pihak
menguraikan 2 pertemuan 2 - Hal tertentu
unsur dan 3 - Kausa yang
syarat dengan PT: halal
benar (2x60 menit) Pustaka:
2= jika mampu Peserta kuliah • PU 1 (Ahmadi
menguraikan 1 membaca referensi Miru), hlm. 13-
unsur dan 2 terkait materi 38.
syarat dengan kemudian • PU 4
benar mengerjakan Tes (J. Satrio), hlm.
1= jika mampu Formatif dan 125-356.
menguraikan 1 Lembar Tugas di • PU 5 (Munir
syarat dengan Modul II. Fuady), hlm.
benar 33-79.
• PU 6 (Syahmin
AK), hlm. 14-16.
• PP 11
(J.Satrio), Hlm.
13-32.
• PP 17 (Kartini
Mulyadi &
Gunawan
Widjaya),
hlm.85-90.
3 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Anatomi Kontrak 5%
mengidentifikasi dan dalam BP: Kuliah (Pilihan) meliputi :
menguraikan bagian- mengidentifikasi Kriteria: interaktif (2x50 menit) - Bagian judul
bagian kontrak secara Anatomi 6= jika dapat kontrak
sistematis berdasarkan Kontrak yang menuliskan BM (SIKOLA) - Komparisi
anatomi kontrak meliputi : dengan benar (2x60 menit) - Bagian batang
- Bagian judul 4 bagian MP: Mempelajari bahan tubuh
kontrak anatomi Ceramah dan ajar pada Menu Alur - Bagian penutup
- Komparisi kontrak diskusi interaktif
x
- Bagian secara Pembelajaran di Pustaka:
batang tubuh sistematis dan pertemuan 3 • PU 1 (Ahmadi
- Bagian menjelaskan Miru), hlm. 152-
penutup isi yang PT: 161.
termuat dalam (2x60 menit) • PU 6,
bagian-bagian Peserta kuliah (Hikmahanto
tersebut membaca referensi Juwana),
4= Jika dapat terkait materi Modul:
menuliskan 3 kemudian Tahapan
bagian mengerjakan Tes Kontrak Bisnis
anatomi Formatif dan dan Peran In
kontrak dan Lembar Tugas di House Counsel
menjelaskan Modul III.
isi yang
termuat dalam
bagian-bagian
tersebut
2 = Jika dapat
menuliskan 2
bagian
anatomi
kontrak dan
menjelaskan
isi yang
termuat dalam
bagian-bagian
tersebut
1= Jika dapat
menuliskan 1
bagian
anatomi
kontrak dan
menjelaskan

xi
isi yang
termuat dalam
bagian-bagian
tersebut.
4 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Anatomi Kontrak 6%
merancang bagian- dalam BP: Kuliah (Pilihan) meliputi :
bagian kontrak secara merancang Kriteria: interaktif (2x50 menit) - Bagian judul
sistematis berdasarkan bagian kontrak 6= jika dapat kontrak
anatomi kontrak secara merancang BM (SIKOLA) - Komparisi
sistematis bagian-bagian (2x60 menit) - Bagian batang
berdasarkan kontrak secara MP: Mempelajari bahan tubuh
anatomi kontrak sistematis Ceramah dan ajar pada Menu Alur - Bagian penutup
yang meliputi : menurut Case Study Pembelajaran di Pustaka:
- Bagian judul anatomi pertemuan 4 • PU 1 (Ahmadi
kontrak kontrak Miru), hlm. 152-
- Komparisi 3= jika dapat PT: 161.
- Bagian merancang (2x60 menit) • PU 6,
batang tubuh bagian-bagian Peserta kuliah (Hikmahanto
- Bagian kontrak tetapi mengerjakan Tugas Juwana),
penutup belum merancang anatomi Modul:
sistematis kontrak secara Tahapan
menurut sitematis di Modul Kontrak Bisnis
anatomi III. dan Peran In
kontrak House Counsel
5 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya - Judul 5%
mengidentifikasi dan dalam BP: Kuliah (Pilihan) - komparisi
menguraikan struktur mengidentifikasi Kriteria interaktif (2x50 menit) - latar belakang
kontrak secara sistematis dan 6= jika dapat (recital)
menguraikan menguraikan BM (SIKOLA) - isi/subtansi
struktur kontrak struktur MP: (2x60 menit) (definisi, hak
secara kontrak secara Ceramah Mempelajari bahan dan kewajiban)
sistematis sistematis Small Group ajar pada Menu Alur - domisili
Discussion

xii
3= jika dapat Pembelajaran di - keadaan
menguraikan pertemuan 5 memaksa
struktur - kelalaian
kontrak tetapi PT: - pengakhiran
belum (2x60 menit) kontrak
sistematis Peserta kuliah - penyelesaian
membaca referensi sengketa
terkait materi - penutup
kemudian - tanda tangan
mengerjakan Tes para pihak
Formatif dan
Lembar Tugas di Pustaka:
Modul V. • PU 1 (Ahmadi
Miru), hlm.74-
76
• PU 5 (Munir
Fuady), Hlm.
27-29, 71, 76-
78, 87-88, 113-
115.
• PP 2 (Ahmadi
Miru dan Sakka
Pati) hlm. 7-11,
30, 76-78
6 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya - Bagian-bagian 7%
merancang struktur dalam BP: Kuliah (Pilihan) kontrak
kontrak secara sistematis merancang Kriteria interaktif (2x50 menit) - Garis besar
struktur kontrak 6= jika dapat transaksi
secara menguraikan MP: BM (SIKOLA) - Objek transaksi
sistematis, garis besar Ceramah (2x60 menit) Pustaka:
menyusun garis transaksi dan Case Study Mempelajari bahan • PU 2 (Budiono
besar transaksi, objek ajar pada Menu Alur Kusumohamidjo
dan dalam jo), Hlm. 21-78.

xiii
memahami transaksi Pembelajaran di • PU 5 (Munir
objek transaksi dengan benar pertemuan 6 Fuady), Hlm.
3= jika dapat 27-29, 71, 76-
menguraikan 78, 87-88, 113-
garis besar PT: 115.
transaksi atau (2x60 menit) • PP 2 (Ahmadi
objek Peserta kuliah Miru dan Sakka
transaksi mengerjakan Tes Pati) hlm. 7-11,
dengan benar Formatif dan 30, 76-78
Lembar Tugas di
Modul VI.
7 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Format kontrak: 5%
mengidentifikasi berbagai dalam BP: Kuliah (Pilihan) - Kontrak
format kontrak dan mengidentifikasi Kriteria: interaktif (2x50 menit) domestik
mampu menguraikan berbagai format 6= jika dapat - Kontrak
esensi kontrak bisnis kontrak dan membuat MP: BM (SIKOLA) internasional
domestik, kontrak bisnis mampu contoh kontrak Ceramah (2x60 menit) - Berdimensi
internasional, dan menguraikan dengan Case Study Mempelajari bahan Publik
kontrak berdimensi esensi kontrak menggunakan ajar pada Menu Alur
publik. bisnis domestik, bahasa hukum Pembelajaran di Pustaka:
kontrak bisnis yang tepat pertemuan 7 • PU 1 (Ahmadi
internasional, Miru), hlm. 139
dan kontrak PT: • PU 5 (Munir
berdimensi (2x60 menit) Fuady), hlm.
publik dengan Peserta kuliah 173-180.
menggunakan membaca referensi • PP 1 (Agus
bahasa hukum terkait materi Yudha
yang tepat kemudian Hernoko), hlm.
mengerjakan Tes 47, 147, dan
Formatif dan 225.
Lembar Tugas di • PP 19 (Mariam
Modul VII. Darus
Badrulzaman),

xiv
hlm. 58-75.
• PP 20 (Mariam
Darus
Badrulzaman),
hlm. 155, 247
• PP 21 (Salim
HS), hlm. 47-
94)
• PP 23 (Salim
HS), hlm. 257-
305).

8. Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Format kontrak 8%
merancang kontrak dalam membuat BP: Kuliah (Pilihan) domestik
berdasarkan format kontrak Kriteria: interaktif (2x50 menit)
kontrak domestik domestik 6= jika dapat Pustaka:
dengan membuat contoh MP: BM (SIKOLA) • PU 1 (Ahmadi
menggunakan kontrak kontrak Ceramah (2x60 menit) Miru), hlm. 139
bahasa hukum domestic dengan Case Study Mempelajari bahan • PU 2 (Budiono
yang tepat menggunakan ajar pada Menu Alur Kusumohamidjo
bahasa hukum Pembelajaran di jo), hlm. 41, 98-
yang tepat pertemuan 8 100.
• PU 5 (Munir
Fuady), hlm.
PT: 173-180.
(2x60 menit) • PP 6 (F. Ibrahim
Peserta kuliah A. E dan
mengerjakan Tes Nathaniela),
Formatif dan hlm. 74-76.
Lembar Tugas di • PP 22 (Salim
Modul VIII. HS), hlm. 47-
94.

xv
• PP 22 (Salim
HS), hlm. 257-
305.
• PP 26 (Sudargo
Gautama), hlm.
15.

9. Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Format kontrak 8%
merancang kontrak dalam membuat BP: Kuliah (Pilihan) internasional
berdasarkan format kontrak Kriteria: interaktif (2x50 menit)
kontrak internasional internasional 6= jika dapat Pustaka:
dengan membuat contoh MP: BM (SIKOLA) • PU 2 (Budiono
menggunakan kontrak kontrak Ceramah (2x60 menit) Kusumohamidjo
bahasa hukum internasional Discovery Mempelajari bahan jo), hlm. 41, 98-
yang tepat dengan Learning ajar pada Menu Alur 100.
menggunakan Pembelajaran di • PP 5 (Budiono
bahasa hukum pertemuan 9 Kusumohamidjo
yang tepat jo), hlm. 44-46.
PT: 118-135.
(2x60 menit) • PU 6,
Peserta kuliah (Hikmahanto
mengerjakan Tes Juwana),
Formatif dan Modul:
Lembar Tugas di Tahapan
Modul IX. Kontrak Bisnis
dan Peran In
House Counsel

10. Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Format kontrak 8%
merancang kontrak dalam membuat BP: Kuliah (Pilihan) berdimensi publik
berdasarkan format kontrak Kriteria: interaktif (2x50 menit)
kontrak berdimensi publik berdimensi 6= jika dapat Pustaka:
publik dengan membuat contoh • PP 4 (Anshory
xvi
menggunakan kontrak kontrak MP: BM (SIKOLA) Ilyas, dkk), hlm.
bahasa hukum berdimensi publik Ceramah (2x60 menit) 39-101.
yang tepat dengan Case Study Mempelajari bahan
menggunakan ajar pada Menu Alur
bahasa hukum Pembelajaran di
yang tepat pertemuan 10

PT:
(2x60 menit)
Peserta kuliah
mengerjakan Tes
Formatif dan
Lembar Tugas di
Modul X.
11. Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Kontrak nominaat 5%
membedakan antara dalam (Pilihan) dan kontrak
kontrak nominaat dan membedakan Kriteria: BP: Kuliah (2x50 menit) innominaat
kontrak innominaat antara kontrak 6= Jika mampu interaktif
nominaat dan membedakan BM (SIKOLA) Pustaka:
kontrak antara kontrak MP: (2x60 menit) • PU 1 (Ahmadi
innominaat nominaat dan Small group Mempelajari bahan Miru), hlm. 125-
kontrak discussion ajar pada Menu Alur 147.
innominaat Pembelajaran di • PU 4 (Satrio),
pertemuan 11 hlm. 115-124.
• PP 3 (Ahmadi
PT: Miru dan Sakka
(2x60 menit) Pati), hlm. 1-
Peserta kuliah 269.
mengerjakan Tes • PP 24
Formatif dan (Subekti),
Lembar Tugas di Hlm. 1-131.
Modul XI.

xvii
12 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Kontrak nominaat 8%
merancang kontrak dalam membuat Kriteria: (Pilihan) dan kontrak
nominaat dan kontrak minimal 1 (satu) 6= jika dapat BP: Kuliah (2x50 menit) innominaat
innominaat. jenis kontrak membuat interaktif
nominaat dan 1 minimal 1 Buku:
(satu) jenis (satu) jenis MP: BM (SIKOLA) • PU 1 (Ahmadi
kontrak kontrak Collaborative (2x60 menit) Miru), hlm. 125-
innominaat nominaat dan Learning Mempelajari bahan 147.
secara 1 (satu) jenis ajar pada Menu Alur • PU 2 (Budiono
sistematis kontrak Pembelajaran di Kusumohamidjo
dengan innominaat pertemuan 12 jo), hlm. 111-
menggunakan secara 116.
bahasa hukum sistematis PT: • PU 4 (Satrio),
yang tepat dengan (2x60 menit) hlm. 115-124.
menggunakan Peserta kuliah • PP 3 (Ahmadi
Bahasa Peserta kuliah Miru dan Sakka
hukum yang mengerjakan Tes Pati), hlm. 1-
tepat Formatif dan 269.
3= jika dapat Lembar Tugas di • PP 23 (Salim
membuat 1 Modul XII. HS), hlm. 128-
(satu) jenis 178.
kontrak • PP 24
nominaat atau (Subekti),
1 (satu) jenis Hlm. 1-131.
kontrak • PP 25 (Sudargo
innominaat Gautama), hlm.
secara 247-266.
sistematis
dengan
menggunakan
Bahasa
hukum yang
tepat

xviii
13 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya Peranan 5%
menguraikan peran dan dalam BP: Kuliah (Pilihan) konsultan hukum
tugas konsultan hukum menguraikan Kriteria: interaktif (2x50 menit) dalam setiap
dalam perancangan peranan 6= jika dapat tahapan kontrak:
kontrak konsultan menguraikan 1. Tahap
hukum pada: peranan MP: BM (SIKOLA) pendahuluan
1. Tahap konsultan Ceramah dan (2x60 menit) 2. Tahap
pendahuluan hukum di 4 Interactive Mempelajari bahan pembuatan
2. Tahap tahap Learning ajar pada Menu Alur kontrak
pembuatan 4= jika dapat Pembelajaran di 3. Tahap
kontrak menguraikan pertemuan 13 penandatangan
3. Tahap peranan an
penandatang konsultan 4. Tahap
anan hukum di 3 PT: pelaksanaan
4. Tahap tahap (2x60 menit) kontrak
pelaksanaan 2= jika dapat • Peserta kuliah
kontrak menguraikan membaca Pustaka:
peranan referensi terkait • PU 1 (Ahmadi
konsultan materi, serta Miru), hlm. 64
hukum di 2 mengerjakan Tes • PU 5 (Munir
tahap Formatif dan Fuady), hlm. 4
1= jika dapat Lembar Tugas di • PU 6
menguraikan Modul XIII. (Hikmahanto
peranan Juwana)
konsultan Tahapan
hukum di 1 Kontrak Bisnis
tahap dan Peran In
House Counsel
• PP 2 (Ahmadi
Miru dan Sakka
Pati)
• PP 4 (Anshory
Ilyas, dkk).
xix
• PP 8 (H.R.
Daeng Naja),
hlm. 20-21
• PP 11 (Satrio),
hlm. 31-32.
• PP 14
(Jeremias
Lemek), hlm. 75
• PP 20 (Mariam
Darus
Badrulzaman),
hlm. 79
• PP 22 (Salim),
hlm. 27, 98-99.
14 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Lisan TM (2x50 menit) Tatap Maya Peranan 8%
memperagakan peran dalam BP: Kuliah (Pilihan) konsultan hukum
dan tugas konsultan memperagakan Kriteria: interaktif (2x50 menit) dalam setiap
hukum dalam peranan 8= jika dapat tahapan kontrak:
perancangan kontrak konsultan memperagakan MP: BM (SIKOLA) 1. Pendahuluan
hukum pada peran dan tugas Role play and (2x60 menit) 2. Pembuatan
tahap: konsultan simulation Mempelajari bahan kontrak
1. Pendahuluan hukum pada 4 ajar pada Menu Alur 3. Penandatanga
2. Pembuatan tahap Pembelajaran di nan kontrak
kontrak 4= jika dapat pertemuan 14 4. Pelaksanaan
3. Penandatanga memperagakan kontrak
nan kontrak peran dan tugas PT: Pustaka:
4. Pelaksanaan konsultan (2x60 menit) • PU 6, Modul,
kontrak hukum pada 3 • Peserta kuliah (Hikmahanto
tahap mengerjakan Tes Juwana)
2= jika dapat Formatif dan Tahapan
memperagakan Tugas membuat Kontrak Bisnis
peran dan tugas video peragaan dan Peran In
konsultan peran dan tugas House Counsel
xx
hukum pada 2 konsultan hukum • PP 14
tahap di Modul XIV. (Jeremias
1= jika dapat Lemek)
memperagakan • PP 22 (Salim
peran dan tugas 2003), hlm. 98-
konsultan 99.
hukum pada 1
tahap

15 Mahasiswa mampu Ketepatan Bentuk: Tertulis TM (2x50 menit) Tatap Maya 1. Prinsip-prinsip 5%
menjabarkan prinsip- dalam BP: Kuliah (Pilihan) Negosiasi,
prinsip negosiasi, tahap- menjabarkan Kriteria: interaktif (2x50 menit) 2. Tahap-tahap
tahap penyelesaian 1. Prinsip- 6= jika dapat penyelesaian
sengketa dalam prinsip menguraikan 6 BM (SIKOLA) 3. Sengketa
negosiasi, faktor-faktor negosiasi kriteria dengan MP: (2x60 menit) dalam
negosiator, strategi dan 2. Tahap-tahap benar Ceramah dan Mempelajari bahan negosiasi,
taktik-taktik penyelesaian 5= jika dapat kuliah interaktif ajar pada Menu Alur 4. Faktor-faktor
bernegosiasi, dan 3. Sengketa menguraikan 5 Pembelajaran di Negosiator,
problem/dilema bagi para secara kriteria dengan pertemuan 15 5. Strategi dan
Negosiator negosiasi benar Taktik-taktik
4. Faktor-faktor 4= jika dapat PT: Bernegosiasi
negosiator menguraikan 4 (2x60 menit) 6. Problem/
5. Strategi dan kriteria dengan • Peserta Kuliah Dilema bagi
taktik benar membaca para
negosiasi 3= jika dapat referensi terkait Negosiator
6. Problema/ menguraikan 3 materi, serta
dilema bagi kriteria dengan mengerjakan Tes Pustaka:
para benar Formatif dan • PU 3 (Gary
negosiator 2= jika dapat Lembar Tugas di Goodpaster),
menguraikan 2 Modul XIII. Hlm. 11-28.
kriteria dengan • PP 9 (Huala
benar Adolf).

xxi
1= jika dapat • PP 10 (Huala
menguraikan 1 Adolf)
kriteria dengan • PP 19 (Joni
benar Emirzon), 44-
66.
16 Mahasiswa mampu Ketepatan TM (2x50 menit) TM (2x50 menit) Tatap Maya 1. Prinsip-prinsip 8%
memperagakan tata cara dalam BP: Lisan BP: Kuliah (Pilihan) Negosiasi,
bernegosiasi memperagakan interaktif (2x50 menit) 2. Tahap-tahap
berdasarkan prinsip- tata cara Kriteria: penyelesaian
prinsip negosiasi dengan bernegosiasi 8= jika dapat BM (SIKOLA) sengketa
menggunakan strategi berdasarkan memperagakan MP: (2x60 menit) dalam
dan taktik dalam setiap prinsip-prinsip tata cara Role Play and Mempelajari bahan negosiasi
tahap penyelesaian negosiasi bernegosiasi Simulation ajar pada Menu Alur 3. Faktor-faktor
sengketa secara dengan berdasarkan Pembelajaran di Negosiator
negosiasi menggunakan prinsip-prinsip pertemuan 16 4. Strategi dan
strategi dan negosiasi dengan Taktik-taktik
taktik dalam menggunakan PT: Bernegosiasi
setiap tahap strategi dan taktik (2x60 menit) 5. Problem/
penyelesaian dalam setiap Peserta kuliah Dilema bagi
sengketa secara tahap mengerjakan Tes para
negosiasi penyelesaian Formatif dan Tugas Negosiator
sengketa secara membuat video Pustaka:
negosiasi peragaan negosiasi • PU 3 (Gary
di Modul XVI. Goodpaster),
Hlm. 11-28.
• PP 15 (Jimmy
Joses
Sembiring),
hlm. 13-23.
• PP 16 (Joni
Emirzon), hlm.
44-66.

xxii
MODUL X
KONTRAK BERDIMENSI PUBLIK
===============================================================

Modul ini merupakan modul yang akan memaparkan mengenai kontrak


berdimensi publik. Dalam mempelajari modul ini, peserta kuliah diharapkan
membaca tahapan demi tahapan terlebih dahulu agar mudah memahami materi
yang terdapat di dalamnya. Setelah itu, peserta kuliah kemudian membaca
keseluruhan materi yang disediakan dalam modul ini. Untuk keperluan tersebut,
peserta kuliah diharapkan mengikuti langkah-langkah berikut dalam mempelajari
modul ini.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan satu kegiatan belajar
yaitu, kegiatan belajar untuk membuat format kontrak berdimensi publik dengan
menggunakan bahasa hukum yang tepat. Untuk mendapatkan capaian
pembelajaran yang optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan berikut
dalam mempelajari modul ini.
a. Bacalah bagian uraian dari setiap kegiatan belajar. Tahapan ini diperlukan
agar peserta kuliah mendapat informasi atau akhir dari setiap tahapan;
b. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian dengan seksama
agar dapat memahami penjelasan dengan baik;
c. Kerjakan latihan sesuai instruksi yang telah disediakan;
d. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek penting dari setiap kegiatan belajar. Namun, peserta kuliah juga
diminta untuk membuat rangkuman yang menurut peserta kuliah tersebut
merupakan inti dari kegiatan belajar dalam materi ini;
e. Kerjakan tes formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa baik peserta
kuliah mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat
rambu-rambu jawaban yang disediakan;
f. Bila peserta kuliah telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban anda dengan rambu-rambu jawaban yang telah disediakan. Bila nilai
peserta kuliah ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih

1
besar dari 80% setelah dihitung, peserta kuliah dipersilahkan ke kegiatan belajar
berikutnya.

2
KEGIATAN BELAJAR
KONTRAK BERDIMENSI PUBLIK

A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar ini, peserta kuliah akan mempelajari
mengenai membuat format kontrak berdimensi publik dengan
menggunakan bahasa hukum yang tepat.

B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini sangat penting peranannya dalam
menambah wawasan tentang berbagai aspek dan keterampilan dalam
membuat format kontrak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
kontrak berdimensi publik. Pada materi-materi yang telah dibahas
sebelumnya, peserta kuliah telah mengetahui tentang kontrak bisnis
domestik dan konrak bisnis internasional. Dengan mengetahui format
pembuatan kontrak berdimensi publik, akan membantu peserta kuliah
dalam mengasah keterampilan membuat kontrak, khususnya kontrak
berdimensi publik. Pengembangan dan penerapan materi dalam modul
ini akan menjadi keterampilan dasar bagi setiap lulusan fakultas hukum.
Oleh karena itu, peserta kuliah diharapkan dapat mempelajari kegiatan
belajar ini dengan baik sesuai dengan tahapan yang disiapkan.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
a. Pengertian Kontrak Publik
Fungsi pemerintahan salah satunya adalah untuk memberikan
pelayanan publik (provider). Namun pemenuhan barang dan jasa,
pengelolaan aset negara, termasuk penyediaan dan pembangunan
sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan publik pada
praktiknya tidak dapat diupayakan sendiri oleh pemerintah. Terdapat
keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah, sementara disisi lain
pemerintah juga diwajibkan untuk melakukan fungsi pemberdayaan.

3
Oleh karena itu, adakalanya pemerintah melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga/swasta dalam melakukan pembangunan,
pengadaanbarang dan jasa maupun dalam hal pegelolaan barang
milik negara/daerah yang diwujudkan dalam bentuk kontrak. Kontrak
tersebut merupakan tindakan nyata atau tindakan faktual untuk
mendukung dan menjalankan fungsi pemerintahan. Namun, istilah
kontrak publik masih dipengaruhi oleh kontrak privat.
Pengertian kontrak publik menurut Mariam Daruz Badrulzaman
adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum
publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa
(pemerintahan), misalnya perjanjian ikatan dinas dan perjanjian
pengadaan barangh pemerintahan. Meskipun istilah kontrak sangat
melekat pada hukum privat namun pada kenyataannya, jika
pemerintah membuat kontrak dengan badan hukum perdata dan
kontrak tersebut dilakukan demi pelaksanaan fungsi pemerintahan,
maka kontrak tersebut dapat dikatakan kontrak publik. Meskipun
secara teori dikatakan bahwa pemerintah dapat saja melakukan
tindakan hukum privat di mana pemerintah tidak sekadar menjalankan
kekuasaan dan wewenang hukum publik namun kerap kali pemerintah
juga melakukan pelbagi perbuatan hukum keperdataan, seperti halnya
orang atau badan hukum perdata. Selaku badan hukum, pemerintah
mengikat diri pada pelbagi perjanjian keperdataan, misalnya perjanjian
jual-beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian pemborongan bahkan
pengibahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
pemerintah kerap kali mengadakan hubungan hukum
perjanjian/kontrak dengan pihak swasta/badan hukum perdata. Hal ini
dapat dilihat pada kontrak pengadaan barang dan jasa. Pengadaan
barang dan jasa merupakan kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa
oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

4
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Ketentuan pengadaan barang dan jasa diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Pengadaan barang dan jasa yang dimaksud adalah pengadaan
dengan pembiayaan baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari
APBN/APBD. Kegiatan pengadaan barang dan jasa ini memiliki
tahapan/prosedur yang telah diatur dalam Peraturan Presiden. Setelah
adanya penetapan pemenang, maka pemerintah dan badan hukum
tersebut mengadakan kontrak pengadaan.
Selanjutnya, meskipun kontrak publik belum tegas diuraikan
dalam literatur Indonesia, namun konsep ini sudah digunakan dalam
negara-negara maju lainnya seperti Amerika, Singapura, Kenya, dan
lain-lain. Istilah yang digunakan adalah Government Contracts yang
diartikan sebagai Kontrak Pemerintah. Tiga karakteristik utama kontak
pemerintahan di Amerika, yaitu pertama, kontrak pemerintahan tunduk
pada berbagai undang-undang, peraturan dan kebijakan yang diatur
demi memajukan tujuan sosial ekonomi. Kedua, Kontrak Pemerintah
berisi klausul wajib dimana Pemerintah memiliki hak kontraktual
khusus, termasuk hak untuk secara sepihak mengubah syarat dan
ketentuan kontrak atau mengakhiri kontrak. Ketiga, karena status
khusus Pemerintah sebagai entitas berdaulat, klaim dan litigasi
mengikuti prosedur yang unik UU Sengketa Kontrak atau Contract
Disputes Act. Lebih lanjut bahkan Singapura, dan Kenya bahkan telah
memiliki Government Contract Act. Hal ini menandakan bahwa teori
tentang kontrak yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk kontrak
publik dapat dibenarkan.
Dengan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terjadi ketidakpastian dan kerancuan dalam penerapannya sebab
belum ada ketegasan. Sehingga dianggap perlu untuk membuat
kejelasan dan ketegasan tentang kontrak dalam bidang publik, yang

5
kemudian secara konkrit akan menghasilkan karakteristik kontrak
publik.
Kontrak publik masih jarang ditemukan pada literatur yang ada di
Indonesia, bahkan beberapa pakar yang membahas mengenai kontrak
dimana pemerintah adalah salah satu pihak (misalnya kontrak
Pengadaan Barang dan Jasa), cenderung berusaha memurnikan
bahwa kontrak tersebut adalah kontrak privat seperti lazimnya dimana
pemerintah dianggap sebagai badan hukum yang sedang melakukan
tindakan hukum perdata. Namun dapat ditegaskan bahwa ketika
pemerintah adalah satu pihak dalam kontrak, maka kontrak tersebut
merupakan kontrak publik sebab pemerintah dalam melakukan
tindakan selalu didasari atas fungsi-fungsi pemerintah yang diemban
sehingga kontrak hanya sebagai instrumen pemerintahan. Atau
dengan kata lain, perbuatan pemerintah dalam bentuk kontrak dapat
dikatakan sebagai tindakan hukum publik dengan menggunakan
instrumen hukum keperdataan (yaitu format kontrak) oleh karena
kaidah-kaidah yang diterapkan bersifat dan bertujuan untuk
kepentingan umum.
Secara garis besar maka terdapat 3 (tiga) bentuk kontrak yang
termasuk dalam lingkup kontrak publik, yaitu:
1) Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa, yakni perjanjian
yang dibuat dalam rangka kegiatan untuk memperoleh barang/ jasa
oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi
lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa.
2) Perjanjian/Kontrak Pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah,
yakni perjanjian yang dibuat dalam rangka pemanfaatan barang
milik negara atau daerah.

6
3) Perjanjian/Kontrak Pengelolaan Sumberdaya Alam, yakni
perjanjian yang dibuat dalam rangka pemanfaatan sumber-sumber
alam yang berguna dan mempunyai nilai dalam kehidupan
manusia.
Pembuatan kontrak dalam tiga lingkup kegiatan pemerintah di
atas tentu merupakan perwujudan dari kewajiban pemerintah dalam
melaksanakan fungsi dan tugas yang diemban. Idealnya negara
bertanggung jawab dan menjamin suatu standar minimum kehidupan
secara keseluruhan kepada masyarakat.
Hal ini merupakan perwujudan kewajiban negara dalam
melaksanakan fungsi negara maupun fungsi pemerintahan, yaitu
sebagai provider atau menyelenggarakan pelayanan publik (publik
service). Dalam upaya menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan
pelayanan publik, maka pemerintah dapat melakukan kerjasama yang
merupakan bagian dari tindakan pemerintah (bestuurhandelingen).
Makna tindakan pemerintahan adalah tindakan atau perbuatan yang
dilakukan oleh administrasi negara dalam melaksanakan tugas
pemerintahan. H.J.Romeijn menegaskan bahwa tindakan-tindakan
hukum administrasi adalah suatu keadaan khusus, dimaksudkan untuk
menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi, bukan
bidang hukum yang lain seperti hukum pidana maupun hukum perdata.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi
pemerintahan salah satunya adalah untuk memberikan pelayanan
publik (provider). Peran Negara Kesejahteraan Modern tidak lagi
terbatas untuk melindungi hak-hak individu, kebebasan dan
kepentingan yang sah. Oleh karena keragaman kegiatan negara
modern, perannya telah diperluas untuk mencakup penyediaan
layanan publik kepada warga negara, baik melalui sektor publik
maupun melalui kemitraan publik-swasta. Sebagaimana kepentingan
pribadinya, pemerintah juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan

7
publik secara permanen dan konstan. Namun, pemenuhan kebutuhan
pelayanan publik (misalnya barang dan jasa, pengelolaan SDA untuk
kemakmuran rakyat, pengelolaan aset negara, termasuk penyediaan
dan pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan
publik) pada praktiknya tidak dapat diupayakan sendiri oleh
pemerintah. Terdapat keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah,
sementara disisi lain pemerintah juga diwajibkan untuk melalukan
fungsi pemberdayaan sehingga pemerintah dapat memberdayakan
masyarakat dengan melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga/swasta dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang
diwujudkan dalam bentuk kontrak.
Kontrak tersebut merupakan tindakan nyata atau tindakan faktual
untuk mendukung dan menjalankan fungsi pemerintahan. Dalam
kajian hukum administrasi negara, kontrak yang dimaksud tidak lain
merupakan kontrak publik sebab dalam kontrak yang dimaksud tidak
lain merupakan kontrak publik sebab dalam kontrak yang diadakan
dimana pemerintah merupakan salah satu pihak, maka perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dilakukan menurut
hukum publik karena perbuatan-perbuatan didasarkan atas wewenang
khusus atau istimewa yang dilakukan oleh hukum publik dan
berdasarkan ketentuan/peraturan dalam hukum publik. Oleh
karenanya hanya dapat dilakukan atas wewenang-wewenang tersebut
sehingga tidak setiap orang dapat melakukan sesuai dengan keinginan
(tidak bersifat otonomi individu/tidak terdapat asas kebebasan
berkontrak). Di samping itu, perbuatan pemerintah dalam membuat
kontrak juga dapat dikatakan sebagai tindakan hukum publik dengan
menggunakan instrumen hukum keperdataan (yaitu format kontrak)
sebagai kaidah-kaidah yang diterapkan bersifat dan bertujuan untuk
kepentingan umum.

8
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan
pihak swasta dalam upaya pemenuhan pelayanan publik atau
pelaksanaan tugas-tugas pemerintah tentu harus dapat diwujudkan
melalui instrumen pemerintah yang ada. Dalam menjalankan tugas-
tugas pemerintahan, pemerintah melakukan berbagai tindakan hukum
dengan menggunakan sarana atau instrumen yuridis dalam
menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan
pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan Undang-
Undang, Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), peraturan kebijakan,
rencana-rencana (Het plan), perizinan dan instrumen hukum
keperdataan. Dalam kegiatan dengan membuat kontrak, maka sekali
lagi ditegaskan bahwa bentuk kontraknya hanya sebagai instrumen
pemerintah untuk mewujudkan fungsi-fungsi pemerintahan semata.
Penggunaan terminologi kontrak publik dimaksudkan untuk
menegaskan perbedaan antara kontrak publik dan jenis kontrak
lainnya. Dari berbagai literatur yang ada dapat disimpulkan bahwa
beberapa pakar mengakui adanya beberapa kerancuan dalam kontrak
(rezim perdata) ketika Pemerintah merupakan salah satu pihaknya.
Perbedaan prinsipil antara tulisan dalam beberapa literatur dengan
tulisan ini adalah beberapa pakar terdapat keinginan untuk
memurnikan kontrak yang dilakukan dengan pemerintah menjadi
kontrak yang tunduk pada rezim hukum perdata (mengeluarkan unsur
publiknya). Sementara tulisan ini sepenuhnya memaparkan bahwa
kontrak tersebut merupakan kontrak publik yang memiliki
karakteristiknya sendiri. Misalnya Russel ButarButar yang
mengemukakan bahwa dalam kontrak kerja kontruksi digunakan
kontrak baku (standart contract) yang menghilangkan hak dari pihak
penyedia jasa untuk mengadakan negosiasi pada saat pembentukan
kontrak sehingga posisi para pihak tidak setara (hanya satu pihak yang
menentukan isi/klausul kontrak). Pihak Penyedia Jasa hanya dapat

9
memilih antara dua, yakni menerima atau menolak Kontrak Kerja
Kontruksi yang telah dirumuskan oleh Pengguna Jasa terlebih dahulu.
Hal ini dianggap tidak mencerminkan fairness. Dalam konteks ini, teori
keadilan yang berkaitan Justice as Fairness, terjewantahkan dalam
Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Kontruksi mengenai kesetaraan kedudukan antara pihak penyedia
jasa dan pengguna jasa. Namun dalam kenyataannya, terjadi
kesenjangan antara pengaturan mengenai pembentukan kontrak kerja
konstruksi (das sollen) dan praktik pembentukan Kontrak Kerja
Konstruksi (das sein) karena Kontrak Kerja Konstruksi sudah dibentuk
terlebih dahulu oleh pihak pengguna jasa (dalam hal ini pemerintah).
Seperti diketahui, asas kebebasan berkontrak merupakan salah
satu dari asas hukum berkontrak dalam rezim hukum perdata. Adapun
asas-asas hukum perjanjian dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Asas Personalia
Asas ini dapat dipertemukan dalam Pasal 1315 KUHPerdata, yakni
“Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya
sendiri”. Pasal ini juga menunjukkan kewenangan bertindak dari
seseorang yang membuat atau mengadakan pernjanjian.
2) Asas Konsensualitas
Pada dasar, perjanjian dibuat secara lisan antara dua orang atau
lebih orang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan
kewajiban bagi salah satu pihak atau lebih dalam perjanjian
tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai
kesepakatan atau konsensus, meskipun kesepakatan tersebut
telah dicapai secara lisan semata-mata. Ini berarti pada prinsipnya
perjanjian yang mengikat dan berlaku sebagai perikatan bagi para
pihak yang berjanji tidak memerlukan formalitas, walau demikian
untuk menjaga kepentingan pihak debitur (atau berkewajiban untuk

10
memenuhi presentasi) diadakanlah bentuk-bentuk formalitas, atau
persyaratan adanya suatu tindakan nyata tertentu. Asas
konsensualitas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata
bahwa :
Untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat :
a) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) Suatu hal tertentu;
d) Suatu sebab yang halal.
3) Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak dapat pula ditemukan dalam Pasal
1320 KUHPerdata. Jika asas konsensualitas ditemukan dalam
Pasal 1320 pada angka 1, maka asas kebebasan berkontrak dapat
ditemukan dalam Pasal 1320 pada angka 4. Asas kebebasan
berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk
menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian sepanjang
prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang
dilarang. Dalam Pasal 1337 KUHPerdata dijelaskan bahwa “Suatu
sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau
apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban
umum”. Jadi, pada dasarnya perjanjian dapat dibuat dan
diselenggarakan oleh setiap orang. Hanya perjanjian yang
mengandungprestasi atau kewajiban pada salah satu pihak yang
melanggar undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum saja
yang dilarang”.
4) Perjanjian Berlaku Sebagai Penomoran (Pacta Sunt Servande)
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Pasal ini
merupakan konsekuensi logis dari pasal 1233 KUHPerdata yang

11
menyatakan bahwa setiap perikatan dapat lahir dari undang-
undang maupun karena perjanjian. Jadi perjanjian adalah sumber
dari perikatan. Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja,
atas kejendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu
yang telah disepakati, disetujui oleh para pihak sebagaimana telah
dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam
perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam
perjanjian tersebut berhak untuk memaksakan pelaksanaanya
melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah memang tidak memiliki
kebebasan secara penuh dalam berkontrak sehingga untuk melalukan
negosiasi secara uruh sulit untuk dilakukan. Dalam merumuskan
kontrak pengadaan barang dan jasa misalnya, pemerintah harus
tunduk dan terikat dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Hal ini terjadi karena pemerintah selalu memikul fungsi-fungsi
pemerintahan yang dilakukan untuk kepentingan umum. Tidak hanya
itu, secara prinsipil dikenal asas wetmatigheid van bestuur, yaitu
pemerintah dalam melakukan tindakannya harus didasari atas
peraturan dasar perundang-undangan. Hal ini untuk mencerminkan
asas letigasi dalam konteks hukum administrasi bahwa keabsahan
tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, maka rumusan kontrak dibuat dengan cara
sepihak oleh pemerintah oleh karena pemerintah tidak bebas
mengakomodir kehendak dari penyedia jasa. Atau dengan kata lain
wewenang publik dari pemerintah tetap mendominasi syarat-syarat
perjanjian dengan “standart contract”.
Selain itu dalam hal kebebasan berkontrak, ditekankan bahwa
setiap orang dapat melakukan kontrak kapanpun dan dengan
pihakmanapun. Apabila dengan kontrak komersial para pihak
mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengatur hubungan

12
hukum atau memgatur kewajiban kontraktual mereka, maka dalam
kontrak publik (seperti misalnya kontrak pengadaan barang dan jasa
oleh pemerintah) kebebasan itu tidak sepenuhnya berlaku sebab
terdapat rezim hukum publik yang mendominasi pembentukan dan
pelaksanaannya juga terkait prosedur yang sangat terikat pada hukum
publik. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa prinsip dan norma pada
kontrak privat juga dihormati. Seperti misalnya penerapan Pasal 1320
BW mengenai syarat sahnya perjanjian dimana kontrak publik tetap
tunduk pada keempat syarat sah tersebut, yakni (1) sepakat para
pihak; (2) cakapan atau kewenangan bertindak para pihak; (3) objek
tertentu, dan (4) klausa yang legal.
Selanjutnya hal yang paling mendasar mengenai kebebasan
berkontrak juga terlihat pada subjek pembuat kontrak. Apabila kontrak
privat, kebebasan subjek hukum untuk melakukan suatu kontraktual
sangat otonom bergantung pada individu. Namun pada kontrak publik,
pemerintah tidak memiliki kebebasan bertindak sebagaimana orang
sebagai subjek hukum karena setiap tindakannya harus didasar oleh
kewenangan. Oleh karena itu kecakapan bertindaknya pemerintah
disebut sebagai kewenangan bertindak. Kewenangan bertindak
pemerintah inilah yang menjadi pembeda dengan kebebasan
bertindak. Apa yang menjadi objek kontrak, dengan siapa harus
berkontrak, dan kapan akan dilakukan kontrak pada kewenangan dan
berbagai peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa
tindakan hukum pemerintah, bahkan dalam membuat kontrak,
memang merupakan tindakan hukum publik. Nuansa kepentingan
umum sangat erat kaitannya dalam tindakan pemerintah.
Loeff.Dooyewerd, dan Scholten pada pokoknya berpendapat bahwa
administrasi negara dalam menjalankan tugas pemerintahan tidak
memakai hukum privat. Sementara Huart, Krenenburg, dan Wiarda

13
pada pokoknya berpendapat bahwa dalam beberapa hal tertentu
administrasi negara dapat menggunakan hukum privat, tetapi dalam
menyelesaikan suatu soal khusus dalam lapangan administrasi
negara, telah tersedia atau diperlukan peraturan-peraturan hukum
publik. Karena itu, administrasi negara harus dapat menggunakan
peraturan-peraturan hukum publik itu dan tidak dapat menggunakan
peraturan hukum privat.
Selanjutnya dapat dilihat bahwa beberapa konsep yang ada pada
Negara lain untuk dapat disandingkan dengan gagasan tulisan ini.
Berdasarkan hasil penelusuran literature, maka beberapa Negara
menggunakan istilah kontrak administrative (administrative Contract)
dan ada juga yang menganut istilah kontrak pemerintah (Government
Contract). Stefan cel Mare menjelaskan mengenai perbedaan
penggunaan istilah kontak pemerintah, kontrak administrative, dan
kontrak publik yakni:
First of all, one must establish whether all contract enterend by
publik law individuals are administrative contract; in the words, could
the administration enter contracts which, according to their juridical
nature, are not administrative. If we start from the definition of
administrative contracts as stated in Law no. 554/2004, these include
contracts entered by publik authorities and focusing on the
capitalization of publik property, the execution of publik interest works,
provision of publik services, publik purchases and other categories of
administrative contracts specified by special laws and subject to the
competence of administrative contentious courts. Therefore, this very
definition states, per a contrario, that any contract entered by a publik
or private law contract. The “publik contract” is defined by the common
law as “a legally enforceable commitment to undertake the work or
improvement desired by a publik authority”. Both the English and

14
American doctrine and jurisprudence government largely incorporates
the meaning of central and local administration.
(pertama-tama, kita harus menetapkan apakah semua kontrak yang
masuk dalam hukum publik adalah kontrak administratif: dengan kata
lain,bisakah pemerintah memasukkan kontrak yang menurut adat
yurisnya tidak administrative? Jika kita mulai dari definisi kontrak
administrative sebagaimana tercantum dalam UU No.554/2004,
kontrak yang masuk oleh kewenangan publik dan berfokus pada
kapitalisasi property publik, pelaksanaan pekerjaan kepentingan
umum, penyediaan layanan publik, pembelian publik dan kategori
kontrak administrtif lainnya yang ditentukan oleh undang-undang
khusus dan tunduk pada kompetensi pengadilan administrasi. Oleh
karena itu, defnisi ini menyatakan, per contrario, bahwa setiap kontrak
yang termasuk kewenangan publik, kecuali ditentukan oleh Undang-
Undang No. 554/2004 atau undang-undang khusus lainnya yang
bersifat administrative, adalah jenis kontrak hukum publik atau pribadi
lainnya. “Kontrak Publik” didefinisikan oleh common law sebagai
“komitmen yang dapat ditegakkan secara hukum untuk melakukan
pekerjaan atau peningkatan yang diinginkan oleh otiritas publik”. Baik
doktrin dan yurisprudensi Inggris maupun Amerika Serikat
menggunakan istilah “kontrak pemerintah”, karena istilah pemerintah
sebagian besar memasukkan makna pemerintah pusat dan daerah.)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa di


Prancis, penggunaan istilah kontrak publik ditujukan untuk beberapa
jenis kontrak lainnya selain yang diatur dalam undang-undang yang
mengatur tentang kontrak administrative. Atau dengan kata lain,
makna kontrak publik memilik pengertian yang lebih luas selama
dilakukan oleh pemerintah dan tunduk pada hukum publik. Sementara
penggunaan istilah kontrak administratif adalah kesepakatan yang

15
dibuat oleh individu publik (pemerintah) dan dilakukan sebagai tujuan
pemenuhan layanan publik (pemerintah) dan dilakukan sebagai tujuan
pemenuhan layanan publik (contohnya kontrak mengenai kapitalisasi
properti publik, pelaksanaan pekerjaan kepentingan umum,
penyediaan layanan publik, pembelian publik dan kategori kontrak
administratif lainnya yang ditentukan oleh undang-undang khusus dan
tunduk pada kompetensi pengadilan administrasi). Sementara
penggunaan istilah kontrak pemerintah digunakan oleh Inggris dan
Amerika Serikat sebab kata “perintah” mewakili konteks sistem
pemerintahan, baik pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah. Sedangkan istilah Government Contracts atau kontrak
pemerintah lebih popular digunakan pada Negara-negara sistem
common law (Government contract sering juga diartikan sebagai
kontrak pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah (government
procurement) oleh karena dalam banyak hal substansinya memang
demikian).
Kenya dan Singapura memiliki Government Contracts Act
masing-masing. Sementara Negara-negara yang menganut sistem
civil law lebih popular menggunakan istilah Administrative Contacts
atau kontrak administratif. Namun pada tulisan ini memang
menggunakan istilah kontrak publik, namun dalam pemaknaannya
tidak dimaksudkan untuk membedakan dengan istilah kontrak
administratif maupun kontrak pemerintah.

b. Kontrak Publik Sebagai Instrumen Pemerintahan


1) Kontrak Subordinasi (Subordination Contract) adalah jenis kontrak
yang dibuat antara badan-badan subordinasi administrasi publik
atau antara badan administrasi publik dan orang pribadi;
2) Kontrak Koordinasi (Coordination Contract) dibuat antara dua
lembaga administrasi publik yang tidak tersubordinasi;

16
3) Kesepakatan Penyelesaian (Settlement Agreement) dapat dibuat
apabila ada beberapa ambiguitas dalam regulasi yang berkaitan
dengan para pihak dan ambiguitas ini dapat dieliminasi dengan
konsesi bersama; dan
4) Kontrak Pertukaran (Contract of Exchange) bisa dilakukan saat
pihak kontrak menerima sebuah counterbond yang rerbentuk
dalam kontrak dan berfungsi untuk realisasi fungsi administrasi
publik di bidang pelaksanaan tugas publik.

Berkaitan dengan hal di atas, Paterylo setuju bahwa ciri utama


kontrak administratif adalah hak dan kewajiban yang diterima oleh para
pihak. Dalam hal ini kontrak akan bersifat administratif bila hak dan
kewajiban para pihak akan diarahkan pada pemenuhan tugas publik
yang dialokasikan dalam hukum publik.
Terkait mengenai kontrak publik ini, sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa kontrak yang melibatkan pemerintah
sebagimana salah satu pihak di dalamnya dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
yakni, kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah, kontrak
pengelolaan barang milik (aset) negara/daerah, dan kontrak
pengelolaan sumber daya alam. Ada beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa pemerintah, pengelolaan barang milik (aset) negara/daerah,
dan pengelolaan sumber daya alam yang dapat diurai sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
Dalam Penjelasan Umum angka 3 Undang- Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dijelaskan bahwa :
Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dengan
para menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran.
Untuk meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya

17
saling-uji (checkandbalance) dalama proses pelaksanaan
anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas antara
pemegang kewenangan administratif dengan pemegang
kewenangan kebendaharaan. Penyelenggaraan kewenangan
admistratif diserahkan kepada kementerian negara/lembaga,
sementara penyelenggaran kewenangan kebendaharaan
diserahkan kepada kementerian Keuangan Keuangan. Kewengan
administratif tersebut meliputi melakukan perikatan atau tindakan-
tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau
pengeluaran negara, melakukan pengujian dan pembebanan
tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga
sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta
memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaaan yang
timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa negara dapat
melakukan perhubungan hukum perikatan dengan pihak lain yang
mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara.
Perikatan yang dilakukan oleh pemerintah dilaksanakan oleh
kementerian negara atau lembaga negara non-kementerian yang
digolongkan sebagai kewenangan administratif. Dengan demikian
Undang-Undang ini menjadi landasan yuridis kewengan
pemerintah untuk melakukan perhubungan hukum berupa
perikatan dengan pihak lain (swasta dan bahkan pihak asing).
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa Keuangan
Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

18
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.1 Selanjutnya dalam
Pasal 2 dijelaskan bahwa:
Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 1, meliputi:
a) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
b) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan
umum pemerintahan negara dan bayaran pihak ketiga;
c) Penerimaan negara;
d) Pengeluaran negara;
e) Penerimaan daerah;
f) Pengeluaran daerah;
g) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak ketiga berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintah dan/atau
kepentingan umum;
i) Kekayaan pihak yang yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, maka kemudian diterbitkan berbagai
peraturan perundang-undangan. Di bidang pengadaan barang dan
jasa pemerintah misalnya, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan Peraturan

1
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

19
Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang mengatur secara spesifik mengenai kontrak jasa
konstruksi dan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah. Semua
prosedur dan tahapan dalam berkontraknya diatur secara tegas dalam
kedua peraturan perundang-undangan tersebut.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Undang-Undang Pokok Agraria)
Secara spesifik Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
merupakan landasan yuridis pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia. Dalam kajian hukum agraria, definisi agraria dalam arti
luas mencakup seluruh sumber daya alam yang ada di seluruh
wilayah NKRI. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 2 UUPA yang
menjelaskan bahwa “Seluruh bumi, air, dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalammnya dalam
wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan nasional”. Untuk itu, maka pengelolaan
sumber daya alam haruslah ditujukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat sebagai amanah Pasal 33 ayat (3) UUD NRI
1945.
Selanjutnya yang menjadi dasar hukum tindakan pemerintah
untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam kaitannya
dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah, pengelolaan barang
(aset) milik negara/daerah, dan pengelolaan sumber daya alam adalah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (selanjutnya disebut Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan). Undang-Undang Administrasi Pemerintahan menjadi
landasan hukum oleh karena pengadaan barang dan jasa pemerintah,
pengelolaan barang (aset) milik negara/daerah, dan pengelolaan

20
sumber daya alam dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan
fungsi-fungsi pemerintahan.

c. Contoh-Contoh Kontrak Publik


Selanjutnya untuk merumuskan karakteristik kontrak publik,
maka terdapat analisis unsur-unsur yang ada dalam beberapa kontrak
yang dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yang terlihat dalam
beberapa contoh kontrak sebagai berikut:
1) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kabupaten Gowa dengan PT.
Media Fajar, Nomor: 503/030/Umum, Nomor 016 /MFP-KS/V/2010
tentang Pengelolaan Stadion Kolegowa.
a) Subjek yang melakukan kerja sama adalah Bupati selaku pihak
pertama, dan Direktur PT. Media Fajar selaku pihak kedua;
b) Peraturan perundang-undangan menjadi landasan kerja sama
atau dasar hukum, adalah Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Teknis Kerjasama
Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 TAhun
2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah;
c) Ruang lingkup kerjasama/objek adalah kegiatan pengelolaan
aset daerah kabupaten Gowa yang meliputi
kegiatan/kompetisi/pembinaan olahraga dalam stadion;
d) Mengatur hak dan kewajiban pihak pertama dan mengatur hak
pihak kedua (tidak mengatur kewajiban pihak kedua), salah satu
hak pihak pertama yaitu akan memperoleh seluruh aset yang
dibangun oleh pihak kedua apabila kerjasama telah berakhir;
e) Terdapat jangka waktu perjanjian yaitu 5 tahun;
f) Terdapat ketentuan lain-lain dan menyatakan naskah
kerjasama operasional Stadion Kolegowa antara Pemerintah
Kabupaten Gowa dengan Pengurus Persatuan Cabang Sepak
Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Gowa, Nomor:

21
4/IV/2009 dan Nomor : 043/PENGCAB-PSSI/GW/IV/2009
dinyatakan tidak berlaku lagi; dan
g) Naskah ditanda tangani oleh Bupati dan Direktur PT. Media
Fajar serta disaksikan oleh Ketua DPRD Kabupaten Gowa dan
Komisaris Utama PT. Media Fajar.
2) Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dengan Bosowa Corporation, Nomor:
420/2/KSD/I/2011, Nomor: 011/PK/HOSP-PP/0711 tentang
Kontrak Pengelolaan Objek Wisata Bahari Pulau Pannambungan.
a) Subjek dalam kontrak yaitu Bupati Pangkajene dan Kepulauan
sebagai pihak pertama, dan CE OPU Hospitality, Bosowa
Corporation sebagai pihak kedua;
b) Dasar hukum perjanjian tunduk pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentangPedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;
c) Maksud dan tujuan perjanjian kerjasama adalah untuk
mengelola aset agar berdaya guna dan berhasil guna dalam
memberikan pelayanan optilmal kepada masyarakat dalam
bentuk penyediaan tempat rekreasi dan sarana kepariwisataan
yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mampu memberikan
multifier efek terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat;
d) Bentuk dan objek perjanjian secara tegas disebutkan yaitu
perjanjian pengelolaan objek wisata dengan bentuk kerjasama
pemanfaatan barang milik daerah. Objek perjanjian adalah
aset/barang daerah berupa Objek Wisata Pulau
Pannambungan;
e) Jangka waktu perjanjian selama 30 tahun dan dapat
diperpanjang. Setiap 5 tahun dievaluasi untuk kelayakan

22
pengelolaan dan dasar nilai konstribusi. Semua fasilitas, sarana
dan prasarana setelah habis jangka waktu pihak kedua maka
akan menjadi milik pihak pertama;
f) Mengatur mengenai nilai kontribusi tetap (setiap 5 tahun) dan
pembayaran pajak dan retribusi;
g) Pengelolaan oleh pihak kedua dikuasai sepenuhnya terhadap
objek perjanjian;
h) Ketentuan mengenai pemutusan perjanjian dan sanksi, dan
ketentuan lain-lain; dan
i) Tanda tangan kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian beberapa kontrak di atas, maka secara garis
besar terdapat beberapa unsur yang selalu ada dalam kontrak yang
dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
1) Subjek, yaitu salah satu pihak adalah pemerintah;
2) Objek, yaitu perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan demi
kepentingan umum atau dalam rangka pelayanan publik sebagai
fungsi pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah;
3) Dasar Hukum, yaitu selalu mengacu pada ketentuan-ketentuan
dalam hukum publik. Meskipun asas-asas umum berkontrak tetap
diindahkan namun yang menjadi dasar hukum untuk menjadi acuan
teknis pelaksanaan kegiatan yaitu peraturan perundang-undangan
yang didominasi dalam lapangan hukum publik;
4) Jangka Waktu, bahwa untuk memberikan kepastian masa kontrak
beserta dengan segala akibat hukum yang akan timbul karenanya
harus diberikan jangka waktu. Atau secara spesifik khusus
mengenai kontrak pengadaan barang dan jasa jangka waktu
sangat terikat pada tahun anggaran berjalan sebab menggunkan
APBN/APBD sehingga tunduk pada ketentuan pembiayaan yang
ada;

23
5) Hak dan Kewajiban, umumnya ditetapkan pada kontrak
pengelolaan barang milik negara/daerah untuk menjamin bahwa
pelaksanaan kontrak tersebut dilakukan dengan menghasilkan
manfaat;
6) Substansi Teknis, berisi hal-hal yang menjadi dasar dari kontrak.
Substansi teknis ini sangat tergantung pada jenis dan objek
kontrak. Naumn, ksusu dalam kontrak pengadaan barang dan jasa,
substansi/isi kontrak ditentukan secara sepihak jasa oleh
pemerintah meskipun ada mekanisme untuk bertanya. Tetapi
perumusan kontrak tidak dilakukan secara bersama oleh kedua
belah pihak;
7) Penyelesaian Perselisihan, yaitu memilih cara penyelesaian jika
terjadi perselisihan. Hampir seluruh kontrak mengedepankan
proses penyelesaian musyawarah mufakat. Namun apabila tidak
tercapai mufakat maka terdapat beberapa pilihan penyelesaian
yaitu menunjuk arbitrasi tertentu atrau mengajukan ke Pengadilan
Negeri.
Dari uraian diatas, jika disandingkan dengan beberapa kontrak
yang telah diteliti di atas, maka dapat dirumuskan suatu hasil analisis
sebagai berikut:
1) Salah satu pihak dari kontrak tersebut adalah pemerintah. Kontrak-
kontrak yang dibuat tersebut selalu menjadikan pemerintah
sebahai salah satu pihak (bahkan secara spesifik pada beberapa
contoh kontrak yang dikaji, pihak pemerintah selalu menjadi
pengguna jasa).
2) Kewenangan pengadilan administrasi harus memiliki yurisdiksi
terhadap kontrak tersebut.
Berkaitan dengan kewenangan pengadilan administrasi, maka hal
ini tidak dipraktekkan di Indonesia. Dalam kontrak-kontrak yang
dibuat, selalu terdapat klausul mengenai pemilihan sarana

24
penyelesaian perselisihan di mana musyawarah untuk mufakat
biasanya diutamakan. Dalam kontrak pengadaan barang dan jasa
pada praktiknya biasa memilih jalur penyelesaian sengketa pada
Pengadilan Negeri maupun melalui badan arbitrase. Pemilihan
penyelesaian sengketa di PTUN tidak relevan di lakukan di
Indonesia karena PTUN tidak memiliki kompensi dalam hal
tersebut. Misalnya dalam sengketa konstruksi di mana
permasalahan dapat timbul karena klaim tidak dilayani seperti
misalnya keterlambatan pembayaran, keterlambatan penyelesaian
pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak,
ketidakmampuan secara teknis maupun manajerial dari para pihak.
Selain itu, sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila pengguna
jasa tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik
dan mungkin tidak memiliki dukungan dana yang cukup. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa sengketa konstruksi dapat timbul
karena salah satu pihak telah lalai terhadap kewajibannya.
Sengketa-sengketa yang demikian bukanlah merupakan
kompetensi pengadilan TUN. Pada praktiknya, meskipun
penyelesaian perselisihan dapat dipilih melalui gugatan di
Pengadilan Negeri. namun biasanya hal itu dilakukan oleh
penyedia jasa. Sementra pemerintah selaku pengguna jasa dapat
menerapkan sanksi administratif saja berupa denda dan
memasukkan penyedia jasa dalam daftar blacklist sehingga
kesempatan selanjutnya untuk mengadakan kontrak dengan
pemerintah sudah tidak dapat lagi dipercayakan kepadanya. Hal
tersebut dilakukan karena pemerintah memiliki fungsi pembinaan
kepada masyarakat sehingga tidak perlu mengajukan pihak
penyedia jasa yang lalai ke ranah pengadilan selama kerugian
yang dihasilkan telah dapat dipulihkan dengan adanya
pembayaran denda.

25
3) Harus menyangkut pelayanan publik atau diklasifikasikan oleh
undang-undang sebagai sebuah kontrak administratif.
Kontrak-kontrak yang dilakukan oleh pemerintah dalam praktiknya
selalu didasarkan atas kepentingan umum atau menyangkut
pelayanan publik. Misalnya perjanjian kerjasama tentang
pengelolaan Objek Wisata Bahari Pulau Pannambungan di mana
secara tegas dalam Pasal 2 ditetapkan bahwa maksud dan tujuan
perjanjian kerjasama tersebut dilakukan adalah untuk mengelola
aset agar berdaya guna dan berhasil guna dalam memberikan
pelayanan optimal kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan
tempat rekreasi dan sarana kepariwisataan yang dapat
memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) serta mampu memberikan multifier efek terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sementara dalam contoh
kontrak pengadaan barang dan jasa, objek perjanjian juga selalu
dalam rangka pelayanan publik atau tuga pelayanan. Misalnya
pembangunan jalan usaha tani Kelurahan Lembang
Gantarangkeke, secara jelas bahwa objek pembangunan jalan
diperuntukkan untuk masyarakat sesuai fungsi pembangunan dan
fungsi pelayanan. Sehubungan dengan kontrak “diklasifikasikan
oleh undang-undang sebagai sebuah kontrak administratif”, maka
di Indonesia belum terdapat undang-undang yang menegaskan
tentang kontrak administrative/publik, bahkan secara konsep saja
kontrak publik ini masih tergolong belum popular.
4) Harus memuat ketentuan khusus atau syarat-syarat dari hukum
publik atau dengan kata lain tunduk pada hukum publik.
Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada kewenangan-
kewenangan yang diberikan dalam ketentuan hukum publik.
Termasuk dalam tindakan membuat kontrak/perjanjian, maka
pemerintah harus tetap mendasarkan pada ketentuan hukum

26
publik jika telah diatur. Misalnya dalam kontrak pengadaan barang
dan jasa pemerintah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya di
mana definisi dalam syarat umum kontrak disadur dari definisi yang
telah ditentukan dalam peraturan-peraturan mengenai pengadaan
barang dan jasa pemerintah terutama Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dna Jasa Pemerintah
beserta keempat perubahannya (selanjutnya disebut Perpres
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah). Bukan hanya sekedar
definisi, tetapi ketentuan lainnya mengenai ruang lingkup atau jenis
pekerjaan, jenis kontrak, tahapan dalam proses pengadaan, dan
ketentuan-ketentuan lain yang sudah sangat diatur dalam
peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan
jasa pemerintah. Ketentuan tersebut mejadi aturan main dalam
proses pengadaan baik sebelum kontrak hingga berakhirnya
kontrak. Oleh karena itu, kontrak tidak dapat dinegosiasikan secara
terbuka dengan kedua belah pihak karena ketentuan-ketentuan
khusus berlaku dan menjadi substansi kontrak. Pada perjanjian
kerjasama yang dilakukan untuk pengelolaan aset juga tunduk
pada berbagai peraturan sesuai dengan konteks atau objek
pengelalolaan aset yang dilakukan.
Berdasarkan uraian mengenai peran pemerintah dalam
mengemban fungsi-fungsi pemerintah, ditambah dengan uraian
mengenai konsep-konsep mengenai kontrak administrative di
beberapa negara, dan kemudian dielaborasi dengan analisis unsur
kontrak, maka selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
karakteristik kontrak publik secara garis besar terdiri dari 2 (dua)
karakteristik utama, yaitu:

27
1) Karakteristik subjektif
Karakteristik subjektif dari kontrak publik adalah bahwa salah satu
pihak dalam kontrak tersebut adalah pemerintah. Hal ini
merupakan kriteria organik dalam kontrak publik.
2) Karakteristik objektif
Karakteristik objektif dari kontrak publik adalah bahwa objek yang
diperjanjikan merupakan kekayaan negara yang dilakukan dalam
rangka pelayanan publik atau sangat erat kaitannya dengan
kepentingan umum. Atau dengan kata lain apa yang diperjanjikan
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.
Teori hukum perjanjian dalam hukum perdata menjelaskan
mengenai prosedur dalam menyusun kontrak, yakni sebagai berikut:
1) Pra Kontraktual
a) Identifikasi para pihak
Para pihak dalam kontrak harus teridentifikasi secara jelas,
perlu diperhatikan peraturan perundang-undanagn yang
berkaitan, terutama tentang kewenangannya sebagai pihak
dalam kontrak yang bersangkutan dan apa yang menjadi
dasar kewenangan tersebut.
b) Penelitian awal aspek terkait
Pada dasarnya, pihak-pihak berharap bahwa kontrak yang
ditandatangani dapat menampung semua keinginannya
sehingga apa yang menjadi hakikat kontrak benar-benar
terperinci secara jelas. Pada akhirnya penyusunan kontrak
menyimpulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak,
memperhatikan hal terkait dengan isi kontrak, seperti unsur
pembayaran, ganti rugi, serta perpajakan.

28
c) Pembuatan Memorandum of Understanding (MoU)
Memorandum of Understanding (MoU) merupaka nota
kesepahaman yang dibuat oleh para pihak sebelum kontrak itu
dibuat secara rinci. Memorandum of Understanding (MoU) ini
memuat berbagai kesepakatanpara pihak dalam berbagai
bidang, seperti bidang investasi, pasar modal, pengembangan
pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.
d) Negosiasi
Negosiasi merupakan kedudukan dan peranan yang sangat
penting di dalam merancang dan menyusun kontrak, karena
tahap negosiasi merupakan tahap untuk menentukan objek
dan susbtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
2) Kontraktual
a) Pembuatan draft kontrak
Draft kontrak merupakan naskah atau konsep kontrak tang
dirancang oleh para pihak. Masing-masing pihak nantinya akan
menyodorkan konsepnya kepada pihak lainya untuk dikaji
secara mendalam. Draft kontrak meliputi judul kontrak,
pembukaan kontrak, pihak-pihak dalam kontrak, resital,
substansi kontrak dan penutup.
b) Tukar menukar draft kontrak
Setelah draft kontrak yang dibuat masing-masing telah
selesai,maka tahap selanjutnya adalah saling menukar draft
kontrak yang telah dibuatnya. Tujuan dari tukar menukar draft
kontrak ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para
pihak untuk mempelajari isi draft kontrak yang telah
disusunnya.
c) Revisi draft kontrak
Apabila naskah kontrak telah selesai dirancang, maka salah
satu naskah tersebut harus diserahkan kepada pihak lainnya,

29
apakah pihak pertama atau pihak kedua. Penyerahan kepada
salah satu pihak mempunyai arti penting yaitu, salah satu pihak
bisa melakukan revisi terhadap rancangan naskah kontrak.
Revisis adalah salah satu upaya melakukan perubahan-
perubahan terhadap substansi kontrak yang telah dibuat oleh
para pihak.
d) Penyelesaian akhir
Penyelesaian akhir merupakan upaya membereskan atau
menyudahi naskah kontrak yang dibuat oleh para pihak dan
para pihak yang telah menyetujui naskah kontrak yang telah
dirancang bersama oleh dua belah pihak.
e) Penutup
Bagian penutup merupakan bagian akhir dari tahap-tahap
perancangan kontrak. Bagian penutup ini merupakan tahap
penandatanganan kontrak oleh masing-masing pihak.
Penandatanganan kontrak merupakan wujud persetujuan atas
segala substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
3) Post Kontraktual
a) Pelaksanaan dan penafsiran
Setalah suatu kontrak disusun barulah dapat dilaksanakan.
Kadang-kadang kontrak yang telah disusun tidak jelas/tidak
lengkap sehingga masih diperlukan adanya penafsiran.
Penafsiran tentang kontrak diatur dalam Pasal 1342 s.d 1351
KUH Perdata. Pada dasarnya perjanjian yang dibuat oleh para
pihak haruslah dapat dimengerti dan dipahami isinya. Berkaitan
dengan hal tersebut, undang-undang telah menentukan sejauh
mana penafsiran dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
hal (a) Kata-kata yang dipergunakan dalam kontrak; (b)
Keadaan dan tempat dibuatnya kontrak; (c) Maksud para pihak;
(d) sifat kontrak yang bersangkutan; (e) Kebiasaan setempat.

30
b) Alternative penyelesaian sengketa
Dalam pelaksanaan kontrak mungkin terdapat sengketa. Para
pihak bebas menentukan cara yang akan ditempuh jika timbul
sengketa dikemudian hari. Biasanya penyelesaian sengketa
diatur secara tegas dalam kontrak. Para pihak dapat memilih
lewat pengadilan atau di luar pengadilan. Setiap cara yang
dipilih mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
yang harus dipertimbangkan sebelum memilih cara yang
dianggap cocok untuk diterapkan. Jika memilih lewat
pengadilan, apakah pengadilan berwenang menyelesaikan
sengketa tersebut, kemungkinan dapat dilaksanakan secara
penuh, juga waktu dan biaya yang diperlukan selama proses
pengadilan.
Dari pemaparan di atas, maka seharusnya penyusunan klausul
kontrak haruslah melalui proses negosiasi antara para pihak.
Walaupun isis perjanjian telah dibuat oleh satu pihak saja, namun
seharusnya pihak tersebut memberikan peluang kepada pihak lain
untuk bernegosiasi terkait isi/klausul perjanjian. Jika hal ini terjadi dan
para pihak berlandaskan pada itikad baik untuk melaksanakan isis
perjanjian, maka seharusnya tidak ada konflik terkait perjanjian.
Ahmadi Miru menjelaskan bahwa:
Dapat saja terjadi hanya salah satu pihak yang membuat draft
kontrak kemudian diserahkan kepada pihak lain untuk mencermati
apa-apa yang masih perlu diperbaiki (ditawar) oleh pihak lainnya,
kemudian diadakanlah perbaikan-perbaikan seperlunya sehingga
terjadi kesepakatan mengenai seluruh klausul yang terdapat dalam
draft kontrak tersebut.

31
Namun, dari aspek prosedur pembuatan kontrak publik, prosedur
penyusunan kontrak sebagamana diuraikan di atas tidak sepenuhnya
dapat dilakukan. Dalam penyusunan kontrak perdata, proses
negosiasi terbuka sangat besar bagi para pihak, bahkan dapat
dilakukan tukar menukar draft kontrak. Hal tersebut menjadi esensi
dari pembuatan kontrak, yaitu bagaimana para pihak merumuskan
kehendak yang kemudian dapat disepakati bersama. Tetapi, dalam
kontrak publik, khususnya dalam hal ini kontak pengadaan barang dan
jasa pemerintah, tidak mengikuti pola negosiasi dalam tahapan
penyusunan kontrak privat. Berkaitan dengan ini, Perpres Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah secara garis besar dapar diuraikan
sebagai berikut:
1. Dalam pelelangan umum, tidak ada negosiasi teknis dan harga;
2. Dalam Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung, tidak ada
negosiasi teknis dan harga;
3. Penunjukan Langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis
maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan;
4. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan melalui negosiasi
baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai
dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan;
Namun demikian, Pasal 49 ayat (7) Perpres Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah mengatur bahwa semua evaluasi penawaran
Pekerjaan Jasa Konsultansi harus diikuti dengan klarifikasi dan
negosiasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Harga Satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non-
personil yang dapat diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya
langsung personil yang dinilai tidak wajar;

32
b. Aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau negosiasi terutama:
1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
3) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku
dipasaran/kewajaran biaya.
c. Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya langsung
personil dilakukan berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit
dan/atau bukti setor Pajak Penghasilan tenaga ahli konsultan yang
bersangkutan.
Pada tahap pemilihan penyedia barang/pekerjaan/jasa
konstruksi tertentu memang mengakomodir tahapan negosiasi, namun
tahap negosiasi tersebut sangat terbatas dan bahkan dalam Perpres
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah disebut sebagai negosiasi
teknis. Secara normatif, hal ini dijelaskan pada Pasal 57 dan 58
Perpres Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, yakni sebagai
berikut:
a. Tahapan Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Lainnya dengan prakualifikasi, metode dua sampul,
tidak mengakomodir tahap negosiasi;
b. Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan/Jasa Lainnya dengan prakualifikasi atau
Pelelangan Terbatas untuk pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi, metode dua tahap, tidak mengakomodir tahap
negosiasi;
c. Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan/Jasa Lainnya dengan Pascakualifiaksi, tidak
mengakomodir tahap negosiasi;
d. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainya dengan metode
Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung untuk Pekerjaan
Konstruksi, tidak mengakomodir tahap negosiasi;

33
e. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya untuk penanganan darurat dengan metode Penunjukan
Langsung, tidak mengakomodir tahap negosiasi;
f. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya utnuk bukan penanganan darurat dengan metode
Penunjukan Langsung;
g. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainya dengan metode
Kontes/Sayembara;
h. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Seleksi
Umum, metode evaluasi kualitas, metode dua sampul;
i. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi metode evaluasi kualitas dan
biaya, metode dua, setalah proses sanggahan, dilakukan klarifikasi
dan negosiasi;
j. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi metode evaluasi biaya
terendah, metode 1 (satu) sampul, setelah proses sanggahan,
dilakukan klarifikasi dan negosiasi;
k. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Seleksi
Sederhana dengan metode evaluasi Pagu Anggaran atau metode
biaya terendah, setelah proses sanggahan, dilakukan klarifikasi
dan negosiasi;
l. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Penunjukan
Langsung untuk penanganan darurat, setelah proses pembukaan
dan evaluasi dokumen penawaran, dilakukan klarifikasi dan
negosiasi;
m. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Penunjukan
Langsung untuk bukan penanganan darurat, setelah proses
pembukaan dan evaluasi dokumen penawaran, dilakukan
klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya;
n. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Pengadaan
Langsung, dilakukan survai harga pasar untuk memilih calon

34
Penyedia Jasa Konsultansi, membandingkan harga penawaran
dengan nilai biaya langsung personil sebagaimana yang ditetapkan
dalam dan kemudian melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi
biaya;
o. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Sayembara,
tidak mengakomodir proses negosiasi;
p. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan menggunakan
tahapan Pelelangan Umum pasca kualifikasi satu sampul, dengan
menambahkan tahapan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya
setelah tahapan sanggah.
Ketentuan di atas merupakan berbagai jenis pemilihan dan
pelelangan yang dapat dilakukan dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Ketentuan mengenai negosiasi tidak selamanya masuk
dalam tahapan prosesnya. Bahkan tahap tukar-menukar draft kontrak
tidak pernah terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa. Pasal
64 ayat (4) huruf b angka 1 dan angka 2 menetapkan bahwa SSUK
dan SSKK dirancang oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Sekalipun metode pengadaan tertentu mengakomodir proses
negosiasi, namun negosiasi tersebut dimaksudkan sebagai bagian
dari klarifikasi, di mana jika terdapat hal-hal belum jelas dalam SSUK
dan SSKK dapat ditanyakan atau dapat dinegosiasikan khusus
mengenai hal teknis saja. Oleh sebab itu disebut sebagai tahap
klarifikasi dan negosiasi teknis.
Hal yang demikian juga terjadi pada kontrak pengadaan barang
milik negara/daerah dan pengelolaan sumber daya alam. Dalam
kontrak-kontrak tersbebut, maka prinsipnya apa yang akan dituangkan
dalam kontrak sebagai klausul kontrak sudah diatur dalam peraturan
perundang-undangan terkait. Misalnya Kontrak Karya dalam
pengelolaan mineral dan batubara, klausul-klausulnya pada prinsipnya
menegaskan isi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral

35
dan Batubara, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
terkait. Pada kontrak pengelolaan barang milik negara/daerah dan
pengelolaan sumber daya alam, yang dinegosiasikan dalam kontrak
ini adalah hal-hal yang khusus mengenai teknis saja. Dengan
demikian, maka tidak ada negosiasi terkait klausul kontrak dalam
kontrak pengelolaan barang milik negara/daerah dan pengelolaan
sumber daya alam.

2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan mampu menjawab soal-
soal berikut ini. Setelah peserta kuliah menjawab soal-soal tersebut,
diharapkan dapat menelusuri jawabannya pada bagian uraian.
Soal Pertama. Apakah perbedaan kontrak publik dan kontrak privat?
Jelaskan jawaban saudara.
Soal Kedua. Uraikanlah tahapan-tahapan dalam penyusunan kontrak
publik!
Hasil pekerjaan dapat didiskusikan dengan peserta lainnya. Tentu
saja, kolaborasi membahas jawaban dilakukan setelah semua peserta
kuliah telah menyelesaikan jawaban kedua soal secara mandiri.

3. Rangkuman
Karakteristik kontrak publik secara garis besar terdiri dari 2 (dua)
karakteristik utama, yaitu:
a. Karakteristik subjektif
Karakteristik subjektif dari kontrak publik adalah bahwa salah satu
pihak dalam kontrak tersebut adalah pemerintah. Hal ini
merupakan kriteria organik dalam kontrak publik.
b. Karakteristik objektif
Karakteristik objektif dari kontrak publik adalah bahwa objek yang
diperjanjikan merupakan kekayaan negara yang dilakukan dalam
rangka pelayanan publik atau sangat erat kaitannya dengan

36
kepentingan umum. Atau dengan kata lain apa yang diperjanjikan
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.

4. Pustaka
Dr. Anshori Ilyas, S.H., M.H., dkk. 2017. Kontrak Publik. Makassar:
UPT Unhas Press.

D. Tugas dan Lembar Kerja


Pada tugas ini, peserta kuliah diminta untuk mencari 1 (satu) contoh
kontrak publik kemudian menganalisis kontrak tersebut sebagaimana
telah diuraikan pada penjelasan di atas. Tugas ini dikerjakan secara
mandiri oleh masing-masing peserta dan akan dibahas pada pertemuan
dikelas maupun via daring.

E. Tes Formatif
Silahkan dipilih antara “Benar” atau “Salah” setiap pernyataan-
pernyataan berikut:
1. Pada kontrak publik, salah satu pihak harus pemerintah.
a. Benar
b. Salah
2. Dalam kontrak pengelolaan barang milik negara/daerah dan
pengelolaan sumber daya alam terkait dengan klausula negosiasi,
klausula tersebut tidak diperlukan.
a. Benar
b. Salah
3. Objek dari kontrak publik sama dengan objek dalam kontrak privat
lainnya yang merupakan kekayaan negara yang dilakukan dalam
rangka pelayanan publik atau sangat erat kaitannya dengan
kepentingan umum.
a. Benar
b. Salah

37
4. Berikut ini merupakan kontrak-kontrak yang termasuk kontrak publik,
yaitu : kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah, kontrak
pengelolaan barang milik (aset) negara/daerah, dan kontrak
pengelolaan sumber daya manusia.
a. Benar
b. Salah
5. Dalam suatu kontrak publik, kedudukan pemerintah dan pihak
lawannya adalah sama.
a. Benar
b. Salah

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apabila peserta kuliah telah menjawab tes formatif dengan baik,


bandingkanlah jawaban anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban
yang disediakan. Jika hasil perhitungan menunjukkan anda telah
mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%, maka
peserta kuliah dipersilahkan untuk meneruskan ke kegiatan belajar
selanjutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegiatan
belajar ini, anda dapat menghitung menggunakan rumus berikut:

Skor = Jumlah Jawaban Benar x 100%


Jumlah Soal

38

Anda mungkin juga menyukai