Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 4

Rehabilitasi
Anggota Kelompok

• ILDA DAMAYANTI (B011201343) • ESTI NUR FEBRIANI (B011201299)


• RINI RISKI JALANTE (B011201333) • A. ST. SHALZABILLA GADIS AHMAD
• FITRI AMALIAH RAMADHANI IQBAL (B011201305)
(B011201326) • NURUL TASYA AMELIA SYAMSUDDIN
• SYAFIRA YULIASTIRAH TASLIM (B011201358)
(B011201323) • .
• NURUL AINI MISBACH (B011201356) • .
• ST ZUBRIAH SA (B011201303) • .
Pengertian
Dalam Pasal 1 angka 23 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa Rehabilitasi adalah hak
seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam
kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang
diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan menganai orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Dasar Hukum
Undang-Undang Kitab Undang-Undang
Kehakiman Hukum Acara Pidana
 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009  Pasal 95 ayat (1) “Tersangka, terdakwa, atau
tentang Kekuasaan Kehakiman : terpidana berhak menuntut ganti kerugian
1. Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili
atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang- atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya berdasarkan undang-undang atau karena
atau hukum yang ditetapkannya berhak menuntut kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
ganti kerugian dan rehabilitasi diterapkan
2. Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan
sebagaimana dimakasud pada ayat (1) dipidana  Pasal 97 ayat (1) “Seseorang berhak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan
3. Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti diputus bebas atau diputus lepas dari segala
kerugian, rehabilitasi, dan pembebanan ganti tuntutan hukum yang putusannya telah
kerugian diatur dalam undang-undang. mempunyai kekuatan hukum tetap.”
Syarat-Syarat
a. Tersangka/ terdawa ditangkap,
ditahan, dituntut, dan/ atau diadili;
dan
b. Penangkapan, penahanan, penuntutan
dan/ atau peradilan tersebut
dilakukan tanpa alasan berdasarkan
undang-undang atau karena adanya
kekeliruan mengenai orang (error in
persona) atau kekeliruan mengenai
hukum yang diterapkan.
01
Pemberian Rehabilitasi oleh
Pengadilan
Rehabilitasi yang diberikan oleh Pengadilan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana dan Rehabilitasi oleh Pengadilan dapat dilakukan kepada Tersangka atau Terdakwa

Rehabilitasi untuk Terdakwa


Rehabilitasi untuk Terdakwa diatur dalam Pasal 97 ayat (1)
KUHAP. Jadi, berdasarkan pasal tersebut seorang terdakwa
baru dapat memperoleh rehabilitasi setelah terdakwa
tersebut diputus bebas oleh putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap

Rehabilitasi untuk Tersangka


Rehabilitasi untuk Tersangka diatur dalam Pasal 97 ayat
(3) KUHAP. Berdasarkan Pasal ini seseorang yang
ditetapkan sebagai tersangka berhak menuntut
rehabilitasi jika penangkapan, penahanan, penggeledahan
atau penyitaan dilakukan tanpa alasan hukum yang sah
atau adanya kekeliruan mengenai orang maupun hukum
yang diterapkan. Rehabilitasi untuk tersangka ini
dilakukan melalui proses pra peradilan.
02
Pemberian Rehabilitasi
oleh Presiden
Rehabilitasi merupakan salah satu dari empat hak
prerogratif atau hak istimewa yang dimiliki oleh
Presiden. Hak prerogratif yang dimiliki oleh Presiden
tersebut diatur dalam Pasal 14 UUD 1945, rehabilitasi
sendiri diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung”
Contoh Kasus
Pada Tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 142 Tahun
2000 yang berisi tentang pemberian rehabilitasi kepada
Nurdin AR dalam kasus tindak pidana subversif. Tindak
pidana subversif sEndiri merupakan salah satu upaya
untuk merobohkan struktur kekuasaan termasuk
negara. Pemberian rehabilitasi kepada Nurdin AR ini atas
pertimbangan dari Mahkamah Agung dalam Surat
Nomor KMA/1217/XII/1999 tanggal 31 Desember 1999

Dengan pemberian rehabilitasi dari Presiden


Abdurrahman Wahid, maka Nurdin AR dalam
kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya,
baik dalam kedudukannya sebagai Warga Negara
Indonesia maupun sebagai Pegawai Negeri Sipil
dipulihkan.
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai