Anda di halaman 1dari 2

BAB I

Gangguan cemas merupakan

masalah psikologis yang sering dialami pada usia remaja. Kecemasan merupakan respon fisiologis
otak terhadap ancaman, stimulus yang berusaha untuk dihindari oleh setiap orang.1 Gangguan
cemas dibagi menjadi dua yaitu gangguan kecemasan normal dan gangguan kecemasan patologis.
Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman
sesuatu

yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitas sendiri. Kecemasan normal
menguntungkan untuk merespon situasi tertentu yang mengancam. Seperti yang biasa dialami pada
usia remaja yang dikarenakan adaptasi pada lingkungan yang baru.2 Dari penelitian sebelumnya

prevalensi gejala cemas pada mahasiswa wanita yaitu 18.5% dan 10.4%[1]

BAB II

PENDAHULUAN

Menopause dikenal sebagai masa

berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita.
Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40-an dan puncaknya tercapai
pada usia 50 tahun (Kronenberg, 1990; Freeman dan Sherif, 2007; Utian, 2005; Williams,

dkk 2007). Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun.
Namun bila diambil rata-ratanya, umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia
45-50 tahun.

Akibat perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis terjadi perubahan organ reproduksi
wanita (William dkk, 2007; Rossow, dkk, 2007; Kronenberg[2]

BAB III

PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK)

merupakan salah satu penyakit dengan angka prevalensi yang terus mengalami peningkatan dengan
angka kematian yang tinggi. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit dengan angka rawat inap
maupun rawat jalan terbanyak di Indonesia berdasarkan data pada tahun 2012(Kemenkes RI, 2014).
Selain peningkatan angka tersebut, jumlah angka rekurensi pada pasien PJK pun cukup tinggi yakni
mencapai 40% dari total penderita (Indrawati, 2012). Tingginya angka rekurensi

ini menunjukkan

penanganan penyakit pasca serangan akut serta upaya pencegahan yang dilakukan selama ini masih
belum dilaksanakan secara optimal.

Upaya pencegahan terhadap


rekurensi PJK perlu dilakukan secara holistik atau menyeluruh mengingat permasalahan yang dialami
oleh pasien PJK pasca serangan akut berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan penderita
meliputi fisik, psikologis dan spiritual (Nuraeni, Mirwanti, Anna, & Prawesti, 2016). Upaya mencegah
terulangnya kembali serangan akut PJK dilakukan dengan pengaturan gaya hidup sehat, meliputi
pola diet, menghentikan kebiasaan merokok,

melakukan

pembatasan aktivitas, serta pengendalian stress dan kecemasan. Pengaturan gaya hidup sehat
terkait dengan permasalahan fisik pada pasien PJK sudah banyak mendapatkan perhatian di pusat
pelayanan kesehatan, namun demikian aspek[3]

DAFTAR PUSTAKA

[1] D. Chandratika and S. Purnawati, “Gangguan Cemas Pada Mahasiswa Semester I Dan Vii
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,” E-Jurnal Med.
Udayana, pp. 1–12, 2014, [Online]. Available:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/11931.

[2] T. Rostiana and N. Kurniati, “Kecemasan Pada Wanita Yang Menghadapi Menopause,” J. Ilm.
Psikol. Gunadarma, vol. 3, no. 1, p. 99341, 2009, doi: 10.35760/psi.

[3] A. Nuraeni and R. Mirwanti, “HUBUNGAN CEMAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aan Nuraeni 1 , Ristina Mirwanti 1 1,” vol. 15, no. 1, pp.
10–16, 2017.

Anda mungkin juga menyukai