Anda di halaman 1dari 9

a.

Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan

b. Menambah umur ekonomi

c. Menambah nilai aktiva

Suatu pengeluaran mungkin saja tidak memenuhi kriteria atau aturan tersebut,
tetapi dikapitalisasi karena jumlahnya material. Di lain pihak suatu pengeluaran
mungkin memenuhi kriteria tersebut tetapi langsung dibebankan sebagai biaya
(expense) pada periode berjalan, karena jumlahnya tidak material. Di samping itu
apabila pengeluaran tersebut terjadinya tidak berulang-ulang maka pengeluaran
tersebut dapat dikapitalisasi. Masalah ini biasanya menyangkut pengorbanan ekonomik
untuk tujuan pemeliharaan dan reparasi. Misalnya pembelian sebuah truk yang ditaksir
memiliki umur ekonomis 5 tahun. Apakah penggantian ban truk tersebut pada suatu
periode tertentu dapat dikapitalisasi?

Umumnya pengeluaran untuk ban tersebut diperlakukan seperti biaya periode


meskipun ban tersebut menambah manfaat truk yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
pengeluaran tersebut jumlahnya dipandang tidak material dan terjadi secara berulang-
ulang.

D. Aktiva Donasi/Sumbangan

Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah perusahaan memperoleh


suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan atau mengorbankan sumber ekonomi, misalnya
aktiva yang berasal dari sumbangan (donasi). Meskipun aktiva sumbangan diperoleh
tanpa pengorbanan ekonom, aktiva tersebut harus tetap dicatat sesuai dengan nilai
nwajarnya atau nilai tunai implisitnya. Hal ini disebabkan pengakuan terhadap suatu
aktiva tidak didasarkan pada manfaat yang melekat pada aktiva tersebut.

Oleh karena aktiva yang berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk
menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya.
Pengukuran semacam ini dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
E. Transaksi Aktiva Non Moneter

Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu


aktiva bukan berupa kas tetapi berbentuk aktiva non moneter. Pada kasus demikian,
pengukuran yang umum digunakan untuk menentukan aktiva non moneter tersebut
adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya aktiva non moneter
tersebut dijual lebih dahulu secara tunai di pasar umum.

Apabila aktiva yang diterima adalah aktiva yang tidak sejenis, aktiva tersebut
dinilai atas dasar nilai wajarnya. Sedang untuk aktiva yang sejenis, penilaian dapat
dilakukan sebagai berikut:

a) Jika ada unsur rugi dalam transaksi tersebut, maka nilai aktiva yang diterima
adalah nilai wajar dari aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu
yang dikeluarkan.
b) Jika ada unsur untung dalam transaksi tersebut, nilai aktiva yang diterima adalah
nilai buku aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang di
keluarkan.
c) Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang diterima
adalah nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu dari nilai
buku aktiva yang dijual.
Proporsi tersebut dihitung sebagai berikut :

5. AKTIVA MENURUT IFRS

Definisi aktiva menurut IASB yang berlaku saat ini adalah:

“Aktiva adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai peristiwa
masa lalu dan dimana manfaat ekonomi di masa datang diharapkan mengalir ke
entitas.”
Namun di dalam discussion paper 2013 diajukan definisi baru oleh IASB menjadi:

“Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas sebagai
akibat peristiwa masa lalu. Sumber daya ekonomi adalah hak atau sumber yang
bernilai lainnya yang mampu menghasilkan manfaat ekonomi.”

Alasan penggantian definisi baru adalah untuk memperjelas konsep “harapan


aliran masuk atau keluar dari manfaat ekonomi”. Banyak orang menafsirkan bahwa
aktiva atau hutang adalah ultimate aliran masuk atau aliran keluar dari manfaat
ekonomi bukan masalah yang mendasari sumber daya atau kewajiban. Untuk
menghindarkan dari salah tafsir maka IASB mendefinisikan ulang aktiva secara ekplisit:

a) Aktiva adalah sumber daya, bukan ultimate aliran masuk atau aliran keluar dari
manfaat ekonomi
b) Aktiva harus mampu menghasilkan aliran masuk dari manfaat ekonomi.

Definisi aktiva ini menitikberatkan pada fenomena ekonomi yang ada pada dunia
nyata dan yang relevan bagi pengguna laporan keuangan dan dapat dipahami. IASB
percaya bahwa definisi ini akan memperbaiki pengertian aktiva:

1. Aktiva adalah sumber daya (bukan aliran masuk dari manfaat ekonomi)
2. Aktiva harus mampu menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomi. Aliran masuk
itu tidak harus pasti. Kemungkinan aliran masuk ini tidak perlu mencapai batas
minimum sebelum sumber daya tersebut memenuhi definisi aktiva.

Jadi IFRS jelas mendefinisikan bahwa aktiva adalah sumber daya dan
bukan ultimate aliran masuk di masa datang. Dengan demikian sumber daya
ekonomi dapat berupa:

a. Hak yang ditetapkan oleh kontrak, undang-undang dan sejenisnya, seperti:

1. Hak yang timbul dari instrumen keuangan, seperti investasi dalam debt security
atau equaity investment.
2. Hak atas obyek fisik seperti properti, plant dan persedian. Hal itu meliputi
kepemilikan obyek fisik, hak untuk menggunakan obyek fisik atau hak nilai sisa
dari obyek leasing.
3. Hak untuk menerima sumber daya ekonomi lainnya jika pemegang memilih
untuk menggunakan haknya (hak opsi membeli underlying sumber daya
ekonomik), atau dipersyaratkan untuk menggunakan hak tersebut (kontrak
forward untuk membeli underlying sumber daya ekonomi)
4. Hak untuk mendapatkan manfaat dari stand-ready kewajiban dari pihak lain.
5. Hak kekayaan intelektual atau hak paten.

b. Hak yang timbul dari kewajiban pihak lain

c. Nilai sumber daya lain jika sumber daya tersebut mampu menghasilkan
manfaat ekonomi seperti:

1. Pengetahuan (know-how)
2. Daftar pelanggan (customer list)
3. Hubungan pelanggan dan pemasok
4. Angkatan kerja
5. Goodwill

d. Beberapa aktiva, khususnya jasa yang langsung dikonsumsi saat menerima

Manfaat ekonomi dari aktiva juga dapat berarti aliran kas potensial yang didapat
secara langsung atau tidak langsung dari:

a) Penggunaan aktiva untuk memproduksi barang atau jasa


b) Penggunaan aktiva untuk meningkatkan nilai aktiva lain
c) Penggunaan aktiva untuk melunasi hutang
d) Penggunaan aktiva untuk mengurangi biaya
e) Leasing aktiva kepada pihak lain
f) Menerima jasa dari penggunaan aktiva
g) Menjual atau menukarkan aktiva
h) Menggadaikan aktiva untuk menjamin hutang
i) Memegang aktiva

A. Pengakuan (recognotion) dan Menarik Kembali Pengakuan (derecognition)


Aktiva
Dalam kerangka konseptual IASB mendefinisikan pengakuan sebagai berikut:

“Pengakuan adalah proses memasukkan didalam neraca atau laporan suatu item yang
memenuhi definisi elemen dan memenuhi kriteria pengakuan yang dinyatakan dalam
kerangka konseptual. Hal ini meliputi penggambaran item dalam bentuk kata dan
jumlah moneter”.

Kriteria pengakuan dalam kerangka konseptual menyatakan bahwa entitas


mengakui suatu item yang memenuhi definisi elemen jika:

a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi di masa depan yang di asosiasikan


dengan item akan mengalir ke atau dari entitas
b) Item tersebut memiliki cost atau nilai yang dapat diukur dengan handal.

Namun demikian IASB telah merevisi kerangka konseptual sehingga konsep


pengakuan harus meliputi:

1. Kemungkinan atau probability


2. Relevan dan batasan cost
3. Faithful representation
4. Meningkatkan karakteristik kualitas, variabelity, timeliness, understandability.

Kemungkinan atau probability menyatakan jika tidak mungkin mengasosiasikan


manfaat ekonomik di masa datang dengan item yang akan mengalir ke atau dari entitas
maka kita tidak dapat mengakui aktiva tersebut.

Informasi harus relevan bagi pengguna laporan keuangan yaitu mampu


membuat beda di dalam keputusan bagi pengguna. Dalam banyak kasus pengakuan
sumber daya memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan,
tetapi dalam kasus lain mungkin tidak memberikan informasi yang relevan atau tidak
cukup relevan untuk membenarkan dari segi biayanya. Jika tingkat ketidakpastian
estimasi terlalu besar, maka relevansi dan dari estimasi tersebut menjadi
dipertanyakan. Dalam kasus seperti jika tidak tersedia pengukuran aktiva yang lain
yang akan memberikan informasi relevan bagi pengguna, maka sebaiknya tidak
pengakuan aktiva. Jika sumber daya tidak memberikan informasi yang relevan, tidak
komplit dan tidak dapat dipahami maka sebaiknya tidak ada pengukuan aktiva.

Suatu entitas akan mengakui aktiva jika aktiva tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur secara handal. Informasi adalh handal jika beba dari kesalahan material
dan juga pengguna laporan keuangan d karena faithful representation.

Kerangka konseptual IFRS menyatakan bahwa informasi itu akan reliabel


(handal) jika:

a. Informasi itu memperhitungkan dan menyajikan transaksi sesuai dengan prinsip


substansi over form, yaitu sesuai dengan substansi substansinya dan kenyataan
ekonomi bukan hanya bentuk hukuman saja
b. Informasi itu netral atau bebas dari bias
c. Informasi itu harus komplit dalam batas materialis dan cost

B. Derecognition (Menarik Kembali Pengakuan)

Dalam IFRS 9 tentang Financial Instrumens mendefinisikan bahwa derecognition


adalah menarik kembali aktiva yang pernah diakui dari laporan neraca perusahaan.
Namun demikian kerangka konseptual tidak memberikan definisi derecognition dan juga
tidak menetapkan kapan derecognition dilakukan. Tidak adanya aturan yang jelas
derecognition di dalam kerangka konseptual, maka standar yang berbeda akan
mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk derecognition. Hal ini menimbulkan risiko
inkonsistensi yang pada gilirannya ada risiko mengadopsi pendekatan rule-based
daripada principle-based. Konsekuensi derecognition adalah:

1. Suatu entitas tidak akan mengakui lagi aktiva yang pernah diakui sebelumnya
2. Suatu entitas mungkin akan mengakui aktiva yang timbul dari transaksi atau
kejadian yang akan menimbulkan derecognition
3. Laba atau rugi dapat timbul dari adanya derecognition aktiva yang sebelumnya
diakui dan pengakuan dari aktiva baru.
Tujuan akuntansi terhadap transaksi yang akan menimbulkan derecognition
harus represent faithfully kedua hal berikut ini:

1. Sumber daya itu harus masih ada setelah transaksi


2. Perubahan didalam sumberdaya adalah akibat dari transaksi

C. Pengukuran Aktiva

Pengukuran menurut IFRS adalah proses menentukan jumlah yang akan dimasukkan
di dalam laporan keuangan. Pengertian “pengukuran” mengacu pada jumlah yang
disajikan atau disclosed. Konsep pengukuran harus memenuhi tujuan laporan
keuangan dan memenuhi karakteristik kualitatif. IASB memberikan tiga metode
pengakuan aktiva yaitu: (1) cost based, (2) current market price, dan (3) cash-flow
based lainnya. IASB menetapkan bahwa semua Aktiva dapat diukur dengan dasar yang
sama.

D. Cost Based

Definisi cost dalam IAS 16 tentang Property, Plant and Equipment, IAS 38
tentang Intangible Asset dan IAS 40 tentang Investment Property adalah:

“Jumlah kas atau equivalent kas yang dibayarkan atau nilai wajar (fair value)
yang digunakan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat diperoleh atau dibangun.

IAS 2 tentang Inventories menyatakan bahwa cost meliputi harga beli dan semua
biaya yang timbul untuk mendapatkan inventory tersebut sampai dilokasi. Pengakuan
awal cost aktiva harus disesuaikan sepanjang waktu dalam berbagai cara:

a) Depresiasi atau amortisasi


b) Bunga akrual, accretion for discount, atau amortisasi premium
c) Impairment aktiva

Cost juga dapat disesuaikan terhadap perubahan harga sebagai contoh:

a) Cost disesuaikan untuk mencerminkan adanya kenaikan harga umum. Hal ini
relevan untuk entitas yang beroperasi dalam kondisi ekonomi inflasi yang tinggi
sesuai IAS 29 Financial Reporting in Hyperintflationary Economies.
b) Cost dapat disesuaikan untuk mencerminkan perubahan spesifik harga yaitu
aktiva diakui sebagai nilai cost penggantinya (replacement cost). Beberapa
pengguna laporan keuangan percaya bahwa margin yang dapat dihasilkan dari
penggunaan dari replacement cost lebih relevan daripada margin yang
dihasilkan dari historical cost.

E. Current Market Prices termasuk Fair Value

Fair value value sering digunakan sebagai ukuran nilai sekarang di dalam IFRS.
IFRS 13 tentang Fair Value Measurement mendefinisikan fair value atau nilai wajar
sebagai “harga yang akan diterima untuk menjual aktiva pada transaksi yang adil antara
partisipan pasar pada tanggal pengukuran”. Lebih lanjut IFRS 13 menyatakan:

“pengukuran fair value suatu Aktiva menggunakan teknik nilai sekarang atau
present value semua elemen di bawah ini dari perspektif partisipan pasar pada tanggal
pengukuran:

a) Taksiran aliran kas mendatang


b) Ekspektasi tentang kemungkinan variasi dalam jumlah dan waktu aliran kas yang
menggambarkan ketidakpastian yang melekat pada aliran kas tersebut.
c) Nilai sekarang dari uang yang digambarkan oleh tingkat risk-free aktiva
keuangan yang mempunyai tanggal jatuh tempo
d) Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan oleh partisipan pasar.

F. Pengukuran Dasar Aliran Kas Lainnya

Beberapa pengukuran yang digunakan oleh IFRS bukan cost based maupun
market price, tetapi didasarkan estimasi aliran kas mendatang. Estimasi aliran kas
mendatang ini digunakan untuk:

a) Impairment aktiva keuangan, piutang lease


b) Impairment aktiva non-keuangan
c) Net realizavle value Persediaan
d) Deffered tax Aktiva

Pengukuran aliran kas mendatang digunakan jika:


a) Cost atau current market price tidak memberikan informasi yang cukup
relevan
b) Tidak ada cost atau penerimaan dari item yang akan diukur
c) Current market price sangat sulit atau terlalu mahal untuk mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 8
    Bab 8
    Dokumen16 halaman
    Bab 8
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen18 halaman
    Bab 7
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pengantar Akuntansi
    BAB 1 Pengantar Akuntansi
    Dokumen13 halaman
    BAB 1 Pengantar Akuntansi
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 105-111
    Bab 5 105-111
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 105-111
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Konsep Aktiva
    Bab 8 Konsep Aktiva
    Dokumen38 halaman
    Bab 8 Konsep Aktiva
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • 112 118
    112 118
    Dokumen7 halaman
    112 118
    Annisa Rachmawati
    Belum ada peringkat