Anda di halaman 1dari 12

HERBARIUM

(Laporan Praktikum Biologi 6)

Oleh

Taufik Ismail
2114231005

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kekayaan alam. Hal ini tentunya
didukung oleh iklim tropis yang dimiliki Indonesia sehingga memungkinkan
beraneka ragam tumbuhan hidup dan berkembang. Sebagian dari tumbuh-
tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengobati berbagai penyakit, tumbuhan tersebut biasa disebut sebagai tanaman
obat. Faktor biotik maupun abiotik akan menunjang keberlangsungan hidup dari
tanaman tersebut (Wirasisya, 2020).

Herbarium memiliki dua jenis, yaitu herbarium kering (daun, akar, bunga,
batang), dan herbarium basah (buah-buahan). Herbarium yang dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran adalah herbarium kering. Herbarium kering
merupakan koleksi tumbuhan yang telah dikeringkan dan disusun pada sebuah
kertas serta diberi keterangan terkait dengan spesimen tersebut. Herbarium kering
akan mendorong siswa untuk semakin berkreasi terhadap jenis-jenis tumbuhan
(Hafida, 2020).

Didalam praktikum yang dilakukan, pengawetan menggunakan metode


konvensional. Dalam teknik pembuatan secara konvensional bisa dilakukan
seperti pengepresan dengan tumpukan buku. Keberhasilan herbarium sangat
bergantung pada proses pengepresan dan pengeringan. Oleh karena itu spesimen
yang diawetkan harus selalu diperhatikan dan sampai benar-benar kering.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Praktikan diharapkan dapat memiliki keterampilan dan seni dalam
mengawetkan tanaman.
2. Praktikan dapat mengetahui metode pembuatan herbarium secara konvensional
dan modern menggunakan microwave
BAB 2
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut.
Alat yang digunakan yaitu tumbuhan yang daun, bunga, batang, akarnya lengkap,
buku tebal, pulpen, penggaris, pisau, gunting, isolasi, kertas hvs, dan tisu.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kloroform, handsanitizer atau alkohol
70%.

2.2 Diagram Alir

Diagram alir dari praktikum ini sebagai berikut.

Alat dan Bahan


disiapkan

Jenis bahan yang akan diawetkan ditentukan

Daun, bunga atau akar yang akan diawetkan dibersihkan dengan alkohol

Bahan diletakkan didalam buku yang dialasi oleh tissue yang dibiarkan selama 1
bulan dan tissue diganti jika rusak
Bahan yang telah kering sempurna setelah 1 bulan untuk awetan konvensional di
tempel dikertas karton atau HVS sesuai selera

Sebelum dilaminatng awetan sebaiknya diisolasi/lem dibeberapa titik

Pemberian labeling dan deskripsi dilakukan pada bagian belakang sebelum


dilaminating

Hasil
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini sebagai berikut.

Bunga

Daun

Batang

Akar

3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan pembahasan sebagai berikut.


Herbarium merupakan sampel tumbuhan yang sudah dikeringkan, diawetkan dan
tahan lama. Herbarium merupakan suatu eksperimen dari bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu yang dilengkapi dengan
data-data dan manfaat dari tumbuhan tersebut. Ada beberapa tahapan dari
pembuatan herbarium, dimulai dari pengumpulan tanaman, pengeringan,
pengawetan, dan pembuatan herbarium. Salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan generasi muda tentang pemanfaatan tumbuhan dapat dilakukan
melalui kegiatan herbarium (Hafida, 2020).
Gambar pada media pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran habitat
asli tumbuhan sehingga siswa dapat mengkaitkan antara herbarium dengan
kondisi di lingkungan. Selanjutnya, penggunaan media herbarium dalam
pembelajaran Biologi dapat meningkatkan prestasi siswa, aspek afektif siswa,
aspek psikomotorik siswa dan dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran.
Tujuan koleksi herbarium yaitu untuk memperkenalkan etnobotani terhadap anak-
anak dan sebagai penelitian tindak lanjut oleh para ahli. Herbarium berfungsi
sebagai Sebagai sarana yang penting dalam identifikasi tumbuhan, bahan dasar
untuk studi flora dan vegetasi dan bukti nyata bahwa tumbuhan tersebut pernah
ada pada lokasi atau tempat dilakukan koleksi tumbuhan dimaksud (Asra, 2019).

Teknik Pembuatan herbarium kering dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan,


yaitu mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil, jika spesimen tebal bisa
digunting atau diiris. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas
HVS dengan memberikan etiket yang berisi keterangan tentang nomor spesies,
nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor. Selanjutnya
beberapa herbarium disusun dan disemprot dengan alkohol 70%, lalu herbarium
dikeringkan dengan cara dijemur atau ditumpuk dalam buku yang tebal.
Herbarium yang sudah kering ditempelkan pada karton dan diberi identitas yang
perlu seperti nama local, nama ilmiah, habitat, lokasi pengambilan dan manfaat
(Husain, 2019).

Teknik Pembuatan herbarium basah dapat dilakukan dengan tahapan tahapan


berikut, menyiapkan spesimen yang akan diawetkan. Kemudian, menyiapkan
formlin yang telah diencerkan. Memasukkan spesimen ke dalam larutan formalin
yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan dan menutup rapat botol.
Kemudian, memberi identitas seperti nama lokal, nama ilmiah, habitat, lokasi
ditemukan dan manfaat (Husain, 2019).

Ada berbagai macam teknik pembuatan yang dapat dilakukan dalam proses
herbarium seperti pembuatan secara konvensional dan modern. Dalam teknik
pembuatan secara konvensional bisa dilakukan seperti pengepresan dengan
tumpukan buku. Teknik modern dalam pembuatan herbarium salah satunya nya
teknik dibuat dengan metode Oshibana yang berasal dari negara Jepang.
Mengeliminir kandungan air pada bunga dengan cara press, didapatkan warna
yang sesuai dengan aslinya dalam keadaan kering tanpa menggunakan bahan
kimia sehingga ramah lingkungan (Tintrim 2020).

Material yang telah dikumpulkan di lapangan, sebelum masuk ke proses


selanjutnya (pengeringan), maka perlu diberikan alkohol 70%. Pemberian alkohol
ini berfungsi untuk menjaga agar material yang diambil tidak rusak (membusuk
atau berjamur). Karakteristik pengambilan materia biasanya akan memakan waktu
berhari-hari di lapangan. Jika kemudian tidak ditemukan alkohol 70% atau juga
karena kendala biaya, maka bisa diganti dengan menggunakan cairan spirtus
(Tamin, 2017).

Keberhasilan herbarium sangat bergantung pada proses pengepresan dan


pengeringan, oleh karenanya spesimen tersebut harus selalu diamati yaitu setiap
hari dibuka dan satu persatu spesimen diperiksa sampai benar-benar kering. Pada
saat pemeriksaan, bagian-bagian spesimen yang terlipat atau rusak harus
diperbaiki, begitu pula kertasnya, dan perlu pula disemprot alkohol lagi pada
semua bagian spesimen, untuk mencegah tumbuhnya jamur. Ulangi pemeriksaan
tersebut sampai semua spesimen benar-benar kering yang ditandai dengan tidak
berjamur dan berwarna kecoklatan. Setelah kering, keluarkan dari kertas dan
dapat dimulai proses penempelan (Nisaa, 2019).
BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini sebagai berikut.


1. Dalam praktikan mahasiswa telah melakukan pembuatan herbarium dengan
cara memberi alcohol 70% lalu dipres dengan tumpukan buku dan didiamkan
selama kurang lebih 1 bulan.
2. Dalam pembuatan herbarium dapat diketahui bahwa terdapat 2 teknik dalam
pembuatan herbarium yaitu dengan metode secara konvensional yang
dilakukan proses pengeringan menggunakan alcohol 70% serta dipres
menggunakan tumpukan buku-buku dan metode secara modern yang
dilakukan proses pengeringan menggunakan microwave.

4.2 Saran

Saran saya mengenai laporan praktikum ini yaitu gunakan herbarium yang
lengkap strukturnya seperti akar, batang, daun, bunga atau buah. Agar bisa
menjadi lebih bermanfaat untuk penelitian. Selain itu, kerjakan laporann jauh dari
waktu pengumpulan agar tidak keteteran. Serta berhati-hati dalam
penyimpanannya agar tidak mudah rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Asra, R., Johari, A., & Haryadi, B. (2019). Pemanfaatan Media Herbarium untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Pondok Pesantren Al
Hidayah. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(1), 41-46.

Hafida, S. H. N., Ariandi, A. P., Ismiyatin, L., Wulandari, D. A., Reygina, N.,
Setyaningsih, T., ... & Amin, M. A. K. (2020). Pengenalan Etnobotani
melalui Pembuatan Herbarium Kering di Lingkungan Sekolah MI
Muhammadiyah Plumbon, Wonogiri. Buletin KKN Pendidikan, 2(2), 79-
83.

Husain, F., Wicaksono, H., Lutfi, A., Wijaya, A., Prasetyo, K. B., & Wahidah, B.
F. (2019). Berbagi Pengetahuan Tentang Herbarium: Kolaborasi dosen,
guru dan siswa di MA AL-Asror Patemon Gunungpati. Jurnal
Puruhita, 1(1), 76-84.

Nisaa, R. A., Lestari, S., & Astuti, Y. (2019). Pelatihan Pembuatan Herbarium
Sebagai Salah Satu Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis
Lingkungan di SMA Muhammadiyah 1 dan 2 Tangerang. Jurnal
Pengabdian Masyarakat MIPA dan Pendidikan MIPA, 3(1), 4-10.

Tamin, R. P., Anggraini, R., & Ulfa, M. (2017). Penyuluhan dan Pelatihan
Eksplorasi Botani Hutan Dalam Upaya Koservasi Hutan. Jurnal Karya
Abdi Masyarakat, 1(2), 119-128.

Tintrim, R., Hayati, A. (2020). Pelatihan Keterampilan Herbarium Kering Modern


bagi Guru dan Siswa di SMK Negeri 2 Batu. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Universitas Merdeka Malang, Vol.5 (2) Hal. 124-130.

Wirasisya, D. G., Hanifa, N. I., & Hajrin, W. (2020). Ethnobotanical Study of


Medicinal Plants Used to Treat Degenerative Disease in East
Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 20(3), 423-431.
LAMPIRAN

Tata cara dalam praktikum ini sebagai berikut.


1. Alat dan bahan ditentukan dan disiapkan

2. Daun, bunga atau akar yang akan diawetkan dibersihkan dan disemprot
dengan alkohol

3. Bahan diletakkan didalam buku yang dialasi oleh tissue yang dibiarkan
selama 1 bulan dan tissue diganti jika rusak.
4. Awetan dicek dibeberapa waktu, untuk mengetahui keadaannya.

5. Bahan yang telah kering sempurna setelah 1 bulan di tempel dikertas HVS,
diisolasi dibeberapa titik , diberi deskripsi dibelakangnya, selanjutnya
dilaminating, dan didapatkan hasil.

Anda mungkin juga menyukai