PDF LP Vomitus 2018
PDF LP Vomitus 2018
A. Pengertian
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otak. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui
mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut
akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar
untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan
kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh
hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan
kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
B. Etiologi
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya
umur."ntoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena
virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup
Salmonella, Shigella, campylobacter dan Escherichia coli.
D. Patofisiologi
Impuls- impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-
impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan
kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai
dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
E. Patway Keperawatan
Distensi berlebihan, iritasi respon kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan
muntah/pekak) hipoksia dari nyeri pada lambung atau duodenum
terbalik
Distensi lambung
Memaksa spingter esophagus bagian atas membuka, glottis menutup dan palatum mole
menyekat nasofaring
Tekanan memaksa isi lambung melewati spingter untuk disemburkan keluar melalui mulut
KEBUTUHAN TUBUH
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah lengkap
2. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
3. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan
hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau
suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan
makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan
dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah
untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik
muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu
ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis,
dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
H. Komplikasi
a. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan
alkaliosis.
b. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
c. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).
d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan
konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa
terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.
I. Pengkajian
1. Identitas
2. umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
3. Riwayat kesehatan
4. Keluhan utama &keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian', mual,muntah
5. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saatmasuk rumah
sakit).
6. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lainyang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak').
7. Pemeriksaan fisik (tanda-tanda vital sign, tanda-tanda dehidrasi &turgor kulit, mukosa
mulut kering, kelopak mata cekung, produksi urine berkurang, tanda- tanda shock
Penurunan berat badan). Pemeriksaan Penunjangang, Pemeriksaan laboratorium,
analisis urine dan darah foto polos abdomen maupun dengan kontrasc.
J. Masalah Yang lazim muncul pada klien
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d hipovolemia
K. Intervensi
caKiroalna boeralesbi
ih dmoukntecrul mjikeaburutaknda
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
n utrisikemampuan pasien
□ Ka ji untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
□ BB pasien dalam batas normal
□ Monitor adanya penurunan berat badan
□ Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
□ Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
□ Monitor lingkungan selama makan
□ Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
□ Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
□ Monitor turgor kulit
□ Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
□ Monitor mual dan muntah
□ Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
□ Monitor makanan kesukaan
□ Monitor pertumbuhan dan perkembangan
□ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
□ Monitor kalori dan intake nuntrisi
□ Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
□ Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr. Rocky™.
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta