Makalah Psikososial Kel 6
Makalah Psikososial Kel 6
KELOMPOK 6 :
1. MEYLANI RINDI SAPUTRI (2114201025)
2. MONA ANGGIA FISKA (2114201026)
3. MUHAMMAD REHAN (2114201027)
4. NADYA FITRIA SARI (2114201026)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Makalah ini dengan
baik serta tepat waktu.
Mudah-mudahan Makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan Makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian Makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………….i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulis………………………………………………………………...1
Pemabahasan
2.1 Pengertian Budaya…………………………………………………………….2
2.2 Pengkajian Budaya……………………………………………………………2
2.3 Konsep Dan Prinsip Pengkajian Budaya……………………………………...3
Penutup
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….17
3.2 Saran…………………………………………………………………………18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
pada asuhan keperawatan yang berkualitas akan akan semakin bertambah. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara dimungkinkan,
menyebabkan adanya pergseran terhadap tuntutan asuhah keperawatan. Keperawatan
sebagai profesi memiliki landasan body know lage yang kuat dan dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam keperawatan. Teori yang diungkapkan pada
midle range theory yaitu Transcultural Nursing Theory. Teori yang berasal dari
antropologi lalu dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori yang menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Memperhatikan keanekaragaman budaya
serta nilai-nilai yang diterapkan dalam asuhan keperawatan terhadap pasien. Bila
diabaikan oleh perawat, maka akan terjadinya cultural shock. Cultural shock ini akan
dialami oleh pasien ketika perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
budaya dan kepercayaan, maka hal ini akan mengakibatkan ketidak nyamanan dan
akan mengalami disorientasi, Sehingga akan berakibat menurunya kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.
Pengertian secara umum kata "kebudayaan" berasal dari kata sansekerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian kebudayaan berarti
hal-hal yang bersang bersangkutan dengan akal. Pengertian kebudayaan yang sering
dipakai di Indonesia adalah pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (2002; 180) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia belajar". Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa
hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan
manusia dalam kehidupannya yang tidak perlu dibiasakan melalui belajar.
Sedangakan A. L. Kroeber dan C.Kluckhon. A. L. dalam bukunya Culture, A Critcal
Review of Concepts and devinitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas luasnya.
(Noorkasiani, 2009)
Dalam dunia profesi keperawatan, maka wujud kebudayaan dalam bentuk adat-
istiadat yang terdiri dari nilai-nilai budaya, pandangan hidup, cita-cita, norma-norma
serta pengetahuan dan keyakinan serta dalam wujud sistem sosial perlu dikaji secara
lebih mendalam. Dalam menelaah kebudayaan pasien, perawat akan menemukan
bahwa pasien dapat memiliki kebudayaan yang ideal yang secara khusus memiliki
nilai-nilai budaya, pandanagan hidup, cita-cita, norma serta pengetahuan dan
keyakinan. Selain itu, pasien juga memiliki suatu rangkaian aktivitas dan tindakan
yang saling berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dalam melaksanakan
segala hal dalam suatu sistem sosial. Hal ini yang perlu mendpat perhatian dari para
perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang kongruen secra budaya
(Novieastari, 2013).
Kesehatan ada kaitannya dengan kebudayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Penyakit dapat merupakan hasil dari interaksi manusia terhadap lingkungannya.
Sebagai contoh karena lingkungan tempat hidup manusia itu kotor maka manusia
dapat terserang penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang kotor tersebut.
Hubungan antara penyakit dan berbagai kebudayaan bersifat kompleks dan banyak
faktor yang harus dipertimbangkan. Kebudayaan juga ada kaitannya dengan persepsi
seseorang terhadap kesehatannya. Seperti halnya dengan kebutuhan biologis manusia
yang lain, maka kebutuhan kesehatan juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Perilaku
yang berhubungan dengan sehat dan sakit juga erat kaitannya dengan perilaku budaya
seseorang. Para ahli perilaku yang mempelajari penyakit, menyadari bahwa
kebudayaan berperan dalam membentuk tingkah laku orang yang sakit. Sejumlah
faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya sangat memengaruhi
tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien (Foster & Anderson, 2006).
Penyakit yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada pasien yang
berbeda tergantung pada faktor-faktor tersebut. Sebagai contoh pasien yang menderita
penyakit kronis yang sama dapat berespons berbeda tergantung pada asal suku
bangsanya. Orang Sunda atau Jawa akan lebih menerima kondisi penyakit kronis
dengan berespons tenang dan menerima (nrimo), dibandingkan dengan orang
Sumatera yang lebih agresif dalam mencari bantuan kesehatan. Berdasarkan
pengalaman memberikan pelayanan keperawatan langsung, para peneliti juga
mengamati bahwa pasien yang berasal dari suku Batak lebih ekspresif dalam
mengungkapkan rasa sakit mereka dibandingkan dengan pasien dari suku lain seperti
suku Jawa. Seorang pasien yang tidak mengeluh sakit secara verbal kepada perawat
bukan berarti bahwa tidak ada rasa sakit yang diderita oleh pasien. Begitu juga
sebaliknya, seorang pasien yang selalu berteriak-teriak kesakitan tidak selalu berarti
mengalami rasa sakit yang lebih hebat dibandingkan dengan pasien yang tidak
mengeluh sakit. (Novieastari, 2013).
Salah seorang pelopor Teori perawatan budaya (Culture Care Theory) adalah
Madeliene Leininger. Beliau adalah perawat profesional pertama yang memperoleh
Ph. D di bidang antropoligi sosial budaya. Leininger telah mengembangkan suatu
model yang dikenal dengan Model sunrise. Model ini memberikan panduan kognitif
untuk memperjelas fenomena budaya perawatan dari perspektif holistik beragam
faktor yang mempengaruhi perawatan dan kesejahteraan seseorang. Model sunrise
memberikan gambaran yang holistik dan komprehensif untuk merefleksikan totalitas
pengetahuan seseorang dalam kehidupan dunia atau budaya mereka.
2.3.1 Prinsip Pengkajian Budaya Secara umum pengkajian budaya mempunya prinsip
prinsip sebagai berikut:
b) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit, orang
Jawa halus.
Sedangkan, menurut Leininger (Marriner-Tomey & Alligood, 2010) ada empat prinsip
utama yang dikonseptualisasi dan diformulasikan dalam Theory Culture Care yaitu:
1. Ekspresi, pemaknaan, pola, dan praktik perawatan budaya beragam atau bervariasi,
namun demikian ada beberapa kesamaan (commonalities) dalam pola dan kesamaan
beberapa atribut yang sifatnya universal.
2. Pandangan dunia (worldviews) terdiri atas banyak faktor struktur sosial seperti
agama, ekonomi, nilai-nilai budaya, ethnohistory, konteks lingkungan, bahasa, dan
perawatan generik dan profesional, yang sangat memengaruhi pola-pola perawatan
budaya untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan, penyakit, penyembuhan, dan
cara-cara masyarakat menghadapi ketidakmampuan dan kematian.
3. Generic emic (folk) dan professional etic care dalam konteks lingkungan yang
berbeda dapat sangat memengaruhi outcomes kesehatan dan penyakit.
4. Tiga bentuk tindakan dan keputusan yang berbasis budaya untuk memberikan
perawatan yang kongruen, aman dan bermakna secara budaya adalah (1) preservasi
atau pemeliharaan budaya perawatan (2) akomodasi atau negosiasi budaya perawatan;
(3) pembuatan pola baru atau restrukturisasi budaya perawatan. Bentuk Keputusan
dan tindakan berdasarkan pada keperawatan budaya diprediksi sebagai faktor kunci
untuk mencapai perawatan yang kongruen, aman dan bermakna. Leininger (2002)
mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai studi perbandingan budaya untuk
memahami kesamaan mereka (budaya yang universal) dan perbedaan di antara
mereka (budaya yang khusus untuk kelompok tertentu). Tujuan keperawatan
transkultural adalah untuk memberikan asuhan budaya yang sama, atau perawatan
yang sesuai dengan pola, nilai, dan sistem makna kehidupan seseorang. Pola dan
makna dibuat oleh orang-orang itu sendiri daripada dari kriteria yang telah ditentukan.
Misalnya, daripada menginstruksikan semua pasien untuk selalu meminum obat
mereka pada waktu yang sama selama sehari, Anda mempelajari pola gaya hidup
mereka, kebiasaan makan, kebiasaan tidur, dan keyakinan tentang obat-obatan dan
kemudian mencoba untuk merencanakan jadwal dosis yang sesuai dengan kebutuhan
setiap pasien. Perawatan yang sesuai dengan budaya kadang-kadang berbeda dari nilai
dan makna sistem perawatan kesehatan profesional. Menemukan nilai-nilai budaya,
keyakinan dan praktik-praktik budaya yang berkaitan dengan keperawatan dan
perawatan kesehatan mengharuskan Anda untuk mengambil peran pelajar dan
bermitra dengan pasien dan keluarga mereka untuk menentukan apa yang dibutuhkan
untuk memberikan perawatan yang bermakna dan bermanfaat (Leininger dan
McFarland, 2002). Perawatan yang efektif mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan
keyakinan individu, keluarga, dan masyarakat dengan perspektif dari tim multidisiplin
penyedia layanan kesehatan.
a. Budaya Norma atau aturan tindakan dari kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan menggambil keputusan.
b. Nilai Budaya
Keinginan individu yang diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada
waktu tertentu.
d. Etnosentris
Budaya yang dimiliki orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap
budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Yang berkaitan dengan manusia rasa tau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
g. Etnografi Ilmu Budaya Pendekatan metologi pada penelitian etnologi agar perawat
bias
h. Care
i. Caring
j. Cultural care
k. Cultural imposition
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma- norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.
b. Sehat
c. Lingkungan
Dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasinya diberikan dan disesuaikan dengan nilai yang telah dimiliki klien
sehingga klien mampu meningkatkan kesehatannya,missal budaya olahraga setiap
pagi.
Dilakukan bila budaya yang dimiliko klien merugikan terhadap status kesehatan.
Maka perawat berupaya merestruksi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi berhenti. Pola rencana hidupnya tergantung kepercayaan yang dianut. Model
konseptual yang dikembangkan oleh leinenger dan menjelaskan ashan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model).
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995).
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama
adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya. Faktor yang harus dikaji adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinshop and Social factors) Faktor-faktor
yang harus dikaji oleh perawat adalah nama lengkap. nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status. tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsii sakit
berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah sesuatu yang budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. g. Faktor pendidikan (educational
factors) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadap penyebab penyakit Cara pengobatan kebiasaan agama yang
positif terhadap kesehatan
- Nama lengkap & nama panggilan -Umur & tempat lahir jenis kelamin
- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang
digunakan
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan
kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:
- Jenis Pendidikan
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan.pengkajian keperawatan transkultural model inimeliputi:
3) Orientasi social (social orientation) Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi
keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
4) Waktu (time) Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, untuk bekerja
dan menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan
datang.
6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh, warna kulit & rambut,
dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik, penyakit yang spesifik
pada populasi tertentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola
makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.
1) Identitas budaya
2) Ethnohistory
3) Nilai-nilai budaya
4) Hubungan kekeluargaan
7) Pendidikan
8) Politik
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui
media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.
Teknik komunikasi yang baik merupakan hal yang penting saat anda mengkaji pasien
yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan anda. Jika dilihat dari segi
perasaan yang diungkapkan secara verbal maupun nonverbal, maka komunikasi dan
budaya saling berhubungan. berhubungan. Jika anda dapat mempelajari mempelajari
bagaimana bagaimana orang dengan budaya yang berbea saling berkomunikasi, anda
akan dapat mengumpulkan informasi yang lebih akurat dari klien. Sebagai contoh,
bangsa spanyol dan perancis menggunakan kontak mata saat berkomunikasi. Namun,
hal ini merupakan sesuatu yang kasar dan tidak sopan bagi budaya bangsa Asia dan
Timur Tengah. Orang Amerika cendrung suka menggerakan bola matanya (Seidel et
al., 2003).
Apa yang menurut Anda salah pada diri Anda? Orang-orang mengatakan pada saya
bahwa ada beberapa penyakit yang tidak diketahui oleh dokter dan perawat. Apakah
Anda pernah dengar hal ini sebelumnya? Penyakit apakah itu? Apakah Anda
mengenal seseorang yang mengalami penyakit itu? Apakah Anda pernah menderita
salah satu penyakit tersebut? Apakah Anda pikir Anda mengalaminya saat ini? Saat
anda berinteraksi untuk mengkaji klien khusus, ketahuilah budaya anda terlebih
dahulu. Anda harus menghindari bentuk perepsi terhadap klien berdasarkan
pengetahuan pengetahuan anda mengenai mengenai budaya klien. Lebih baik ingat
pengetahuan pengetahuan tersebut, tersebut, kemudian ajukan pertanyaan dengan cara
yang membangun agar anda dapat mengenal klien lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Pengkajian budaya adalah upaya untuk memperoleh informasi yang akurat dari
seorang pasien yang memungkinkan untuk merumuskan rencana perawatan yang
saling diterima dan relevan secara budaya untuk setiap masalah kesehatan pasien.
Perawat mebutuhkan keterampilan untuk melakukan pengkajian budaya yang
sistematis terhadap individu, kelompok, dan masyarakat terkait dengan keyakinan,
nilai,dan praktik budaya mereka.
3.5 Saran
Hari, Dwi. 2018. Modul Praktikum: Psikososial Budaya. Jombang: Icme Press.
Hermawan, Angga., dkk. 2018. Pengkajian Budaya Dalam
Keperawatan.Makalah.https://www.scribd.com/document/397579549/6-Pengkajian
Budaya-Dalam-Keperawatan. 5 Juni 2021.Octaviani,Shella.. dkk. 2016. Pengkajian
Budaya. Makalah.https://www.scribd.com/document/361849177/MAKALAH-FON-4
Pengkajian-Budaya. 5 Juni 2021.Potter, Patricia A.. dkk. 2020. Dasar-Dasar
Keperawatan. Novicastari, Enie.. dkk, editor. Indonesia (ID): ELSEVIER.