Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAATAN

KONSEP PENGKAJIAN BUDAYA


DOSEN PENGAMPU : NS. TOMI JEPISA, M.KEP

KELOMPOK 6 :
1. MEYLANI RINDI SAPUTRI (2114201025)
2. MONA ANGGIA FISKA (2114201026)
3. MUHAMMAD REHAN (2114201027)
4. NADYA FITRIA SARI (2114201026)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Makalah ini dengan
baik serta tepat waktu.
Mudah-mudahan Makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan Makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian Makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Padang, 9 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………….i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulis………………………………………………………………...1
Pemabahasan
2.1 Pengertian Budaya…………………………………………………………….2
2.2 Pengkajian Budaya……………………………………………………………2
2.3 Konsep Dan Prinsip Pengkajian Budaya……………………………………...3
Penutup
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….17
3.2 Saran…………………………………………………………………………18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
pada asuhan keperawatan yang berkualitas akan akan semakin bertambah. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara dimungkinkan,
menyebabkan adanya pergseran terhadap tuntutan asuhah keperawatan. Keperawatan
sebagai profesi memiliki landasan body know lage yang kuat dan dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam keperawatan. Teori yang diungkapkan pada
midle range theory yaitu Transcultural Nursing Theory. Teori yang berasal dari
antropologi lalu dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori yang menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Memperhatikan keanekaragaman budaya
serta nilai-nilai yang diterapkan dalam asuhan keperawatan terhadap pasien. Bila
diabaikan oleh perawat, maka akan terjadinya cultural shock. Cultural shock ini akan
dialami oleh pasien ketika perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
budaya dan kepercayaan, maka hal ini akan mengakibatkan ketidak nyamanan dan
akan mengalami disorientasi, Sehingga akan berakibat menurunya kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari budaya ?

2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian budaya ?

3. Apasaja konsep dan prinsip pengkajian budaya dalam asuhan keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Mendeskripsikan apa yang dimaksud pengkajian budaya dalam asuhan keperawatan


serta memaparkan konsep dan prinsipnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya

Pengertian secara umum kata "kebudayaan" berasal dari kata sansekerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian kebudayaan berarti
hal-hal yang bersang bersangkutan dengan akal. Pengertian kebudayaan yang sering
dipakai di Indonesia adalah pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (2002; 180) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia belajar". Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa
hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan
manusia dalam kehidupannya yang tidak perlu dibiasakan melalui belajar.
Sedangakan A. L. Kroeber dan C.Kluckhon. A. L. dalam bukunya Culture, A Critcal
Review of Concepts and devinitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas luasnya.
(Noorkasiani, 2009)

Koentjaraningrat lebih jauh menguraikan kebudayaan dalam tiga wujudnya yaitu: 1)


Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, nomma-
norma, peraturan dan sebagainya; 2) Wujud kebudayaan sebagi suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; 3) Wujudkebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan adalah hasil belajar dan bukan
warisan biologi. Kebudayaan dikaitkan dengan norma, nilai, dan tradisi yang
diwariskan dari generasi kegenerasi. Ini juga dianggap sama dengan etnik,ras,
kebangsaan, dan bahasa (Kleinman dan Benson, 2006).

2.2 Pengkajian Budaya

Globalisasi dan perkembangan teknologi modern berdampak pada perubahan


kebudayaan di seluruh dunia. Di nergara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan teknologi kesehatan modern juga telah membawa perubahan
kebudayaan yang sangat luar biasa. Di satu pihak, kebudayaan berubah sebagai akibat
dari proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan, sedangka di pihak lainnya terjadi
perubahan kebudayaan karena beradaptasi dengan perkembangan teknologi modern
yang merupakan hasil dari perkembangan peradaban manusia. Menurut Purnell dan
Paulanka (2003). pengaruh utama yang membentuk pandangan seseorang terhadap
dunia dan tingkatan mereka mengidentifikasi kelompok budaya asli mereka disebut
dengan karakteristik primer dan sekunder dari kebudayaan. Karakter primer dari
kebudayaan meliputi: kebangsaan, ras, warna kulit, jenis kelamin, usia dan agama.
Sedangkan karakteristik sekunder menurut Purnell dan Paulanka (2003) meliputi
status pendidikan, status sosial ekonomi, pekerjaan, pengalaman dalam kemiliteran,
tempat tinggal, status pernikahn, status parental, status karakteristik fisik,orientasi
seksual, status imigrasi, dan lam tinggal di suatu aerah atau negara yang bukan daerah
atau negara asalnya. Karajteristik primer dan sekunder akan mempengaruhi
pandangan budaya seseorang yang ada didalam suatu masyarakat karena kebudyaan
merupakan serangkaian model kognitif yang dimiliki manusia dan digunakan secara
selektif untuk menghadapi lingkungan yang terwujud dalam tingkah laku dan
tindakannya.

Dalam dunia profesi keperawatan, maka wujud kebudayaan dalam bentuk adat-
istiadat yang terdiri dari nilai-nilai budaya, pandangan hidup, cita-cita, norma-norma
serta pengetahuan dan keyakinan serta dalam wujud sistem sosial perlu dikaji secara
lebih mendalam. Dalam menelaah kebudayaan pasien, perawat akan menemukan
bahwa pasien dapat memiliki kebudayaan yang ideal yang secara khusus memiliki
nilai-nilai budaya, pandanagan hidup, cita-cita, norma serta pengetahuan dan
keyakinan. Selain itu, pasien juga memiliki suatu rangkaian aktivitas dan tindakan
yang saling berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dalam melaksanakan
segala hal dalam suatu sistem sosial. Hal ini yang perlu mendpat perhatian dari para
perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang kongruen secra budaya
(Novieastari, 2013).

2.2.1 Kebudayaan Dan Kesehatan

Kesehatan ada kaitannya dengan kebudayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Penyakit dapat merupakan hasil dari interaksi manusia terhadap lingkungannya.
Sebagai contoh karena lingkungan tempat hidup manusia itu kotor maka manusia
dapat terserang penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang kotor tersebut.
Hubungan antara penyakit dan berbagai kebudayaan bersifat kompleks dan banyak
faktor yang harus dipertimbangkan. Kebudayaan juga ada kaitannya dengan persepsi
seseorang terhadap kesehatannya. Seperti halnya dengan kebutuhan biologis manusia
yang lain, maka kebutuhan kesehatan juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Perilaku
yang berhubungan dengan sehat dan sakit juga erat kaitannya dengan perilaku budaya
seseorang. Para ahli perilaku yang mempelajari penyakit, menyadari bahwa
kebudayaan berperan dalam membentuk tingkah laku orang yang sakit. Sejumlah
faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya sangat memengaruhi
tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien (Foster & Anderson, 2006).
Penyakit yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada pasien yang
berbeda tergantung pada faktor-faktor tersebut. Sebagai contoh pasien yang menderita
penyakit kronis yang sama dapat berespons berbeda tergantung pada asal suku
bangsanya. Orang Sunda atau Jawa akan lebih menerima kondisi penyakit kronis
dengan berespons tenang dan menerima (nrimo), dibandingkan dengan orang
Sumatera yang lebih agresif dalam mencari bantuan kesehatan. Berdasarkan
pengalaman memberikan pelayanan keperawatan langsung, para peneliti juga
mengamati bahwa pasien yang berasal dari suku Batak lebih ekspresif dalam
mengungkapkan rasa sakit mereka dibandingkan dengan pasien dari suku lain seperti
suku Jawa. Seorang pasien yang tidak mengeluh sakit secara verbal kepada perawat
bukan berarti bahwa tidak ada rasa sakit yang diderita oleh pasien. Begitu juga
sebaliknya, seorang pasien yang selalu berteriak-teriak kesakitan tidak selalu berarti
mengalami rasa sakit yang lebih hebat dibandingkan dengan pasien yang tidak
mengeluh sakit. (Novieastari, 2013).

Kebudayaan dapat memengaruhi persepsi pasien dan profesi kesehatan tentang


kondisi kesehatan dan penanganannya. Menurut Winkelman (2009), kebudayaan
memengaruhi perilaku terhadap penyakit dan alasan untuk mencari bantuan
perawatan, cara menangani gejala atau masalah kesehatan dan ketaatan kita terhadap
penanganan penyakit. Perilaku sakit dan cara mengungkapkan rasa sakit dipengaruhi
oleh budaya yang dimiliki oleh pasien. Perbedaan budaya antara tenaga kesehatan dan
pasien mereka yang beragam dapat menimbulkan adanya ketidak pahaman lintas
budaya yang tidak dapat dihindari dan dapat diprediksi. Oleh karena itulah
pengetahuan tentang kebudayaan dan kesadaran budaya menjadi sangat penting bagi
semua profesi kesehatan. Perkembangan teknologi bidang kesehatan juga telah
membawa perubahan kebudayaan di seluruh dunia. Sistem pengobatan modern yang
dikembangkan berdasarkan teknologi barat telah memengaruhi sistem pengobatan
tradisional suatu masyarakat. Namun demikian sistem pengobatan modern tidak selalu
menggantikan sistem pengobatan tradisional. Dalambmasyarakat seringkali ditemui
bahwa pengobatan tradisional tetap dijalankan dan pengobatan modern ditempuh
sebagai salah satu pilihan alternatif bila cara tradisional tidak memberikan harapan. Di
Negara-negara Asia, kedua sistem pengobatan ini saling mengisi satu sama lain.
Demikian juga halnya di Indonesia, sistem pengobatan atau sistem kesehatan modern
dan pelayanan kesehatan tradisional merupakan sistem pengobatan yang diakui dan
berlaku serta telah diatur dalam Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.

2.3 Konsep Dan Prinsip Pengkajian Budaya Dalam Asuhan Keperawatan

Salah seorang pelopor Teori perawatan budaya (Culture Care Theory) adalah
Madeliene Leininger. Beliau adalah perawat profesional pertama yang memperoleh
Ph. D di bidang antropoligi sosial budaya. Leininger telah mengembangkan suatu
model yang dikenal dengan Model sunrise. Model ini memberikan panduan kognitif
untuk memperjelas fenomena budaya perawatan dari perspektif holistik beragam
faktor yang mempengaruhi perawatan dan kesejahteraan seseorang. Model sunrise
memberikan gambaran yang holistik dan komprehensif untuk merefleksikan totalitas
pengetahuan seseorang dalam kehidupan dunia atau budaya mereka.
2.3.1 Prinsip Pengkajian Budaya Secara umum pengkajian budaya mempunya prinsip
prinsip sebagai berikut:

a) Jangan menggunakan asumsi.

b) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit, orang
Jawa halus.

c) Menerima dan memahami metode komunikasi.

d) Menghargai perbedaan individual.

e) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

f) Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

Sedangkan, menurut Leininger (Marriner-Tomey & Alligood, 2010) ada empat prinsip
utama yang dikonseptualisasi dan diformulasikan dalam Theory Culture Care yaitu:

1. Ekspresi, pemaknaan, pola, dan praktik perawatan budaya beragam atau bervariasi,
namun demikian ada beberapa kesamaan (commonalities) dalam pola dan kesamaan
beberapa atribut yang sifatnya universal.

2. Pandangan dunia (worldviews) terdiri atas banyak faktor struktur sosial seperti
agama, ekonomi, nilai-nilai budaya, ethnohistory, konteks lingkungan, bahasa, dan
perawatan generik dan profesional, yang sangat memengaruhi pola-pola perawatan
budaya untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan, penyakit, penyembuhan, dan
cara-cara masyarakat menghadapi ketidakmampuan dan kematian.

3. Generic emic (folk) dan professional etic care dalam konteks lingkungan yang
berbeda dapat sangat memengaruhi outcomes kesehatan dan penyakit.

4. Tiga bentuk tindakan dan keputusan yang berbasis budaya untuk memberikan
perawatan yang kongruen, aman dan bermakna secara budaya adalah (1) preservasi
atau pemeliharaan budaya perawatan (2) akomodasi atau negosiasi budaya perawatan;
(3) pembuatan pola baru atau restrukturisasi budaya perawatan. Bentuk Keputusan
dan tindakan berdasarkan pada keperawatan budaya diprediksi sebagai faktor kunci
untuk mencapai perawatan yang kongruen, aman dan bermakna. Leininger (2002)
mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai studi perbandingan budaya untuk
memahami kesamaan mereka (budaya yang universal) dan perbedaan di antara
mereka (budaya yang khusus untuk kelompok tertentu). Tujuan keperawatan
transkultural adalah untuk memberikan asuhan budaya yang sama, atau perawatan
yang sesuai dengan pola, nilai, dan sistem makna kehidupan seseorang. Pola dan
makna dibuat oleh orang-orang itu sendiri daripada dari kriteria yang telah ditentukan.
Misalnya, daripada menginstruksikan semua pasien untuk selalu meminum obat
mereka pada waktu yang sama selama sehari, Anda mempelajari pola gaya hidup
mereka, kebiasaan makan, kebiasaan tidur, dan keyakinan tentang obat-obatan dan
kemudian mencoba untuk merencanakan jadwal dosis yang sesuai dengan kebutuhan
setiap pasien. Perawatan yang sesuai dengan budaya kadang-kadang berbeda dari nilai
dan makna sistem perawatan kesehatan profesional. Menemukan nilai-nilai budaya,
keyakinan dan praktik-praktik budaya yang berkaitan dengan keperawatan dan
perawatan kesehatan mengharuskan Anda untuk mengambil peran pelajar dan
bermitra dengan pasien dan keluarga mereka untuk menentukan apa yang dibutuhkan
untuk memberikan perawatan yang bermakna dan bermanfaat (Leininger dan
McFarland, 2002). Perawatan yang efektif mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan
keyakinan individu, keluarga, dan masyarakat dengan perspektif dari tim multidisiplin
penyedia layanan kesehatan.

2.3.2 Konsep Pengkajian Budaya

Konsep dalam transcultural nursing adalah:

a. Budaya Norma atau aturan tindakan dari kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan menggambil keputusan.

b. Nilai Budaya

Keinginan individu yang diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada
waktu tertentu.

c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Bentuk optimal dalam pemberian


asuhan keperawatan.

d. Etnosentris

Budaya yang dimiliki orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap
budayanya adalah yang terbaik.

e. Etnis

Yang berkaitan dengan manusia rasa tau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim

f. Ras

Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal


manusia. Jenis ras umumnya dikenal kaukasoid, negroid, mongloid.

g. Etnografi Ilmu Budaya Pendekatan metologi pada penelitian etnologi agar perawat
bias

h. Care

maupun keluarga agar terpenuhinya kebutuhan actual ataupun potensial demi


meningkatnya kondisi dan kualitas pada kehidupan manusia.

i. Caring

mengembangkan pada pemberdayaan budaya disetiap individu. Fenomena dengan


bimbingan bantuan dan dukungan individu Tindakan untuk membimbing dan
mendukung individu ataupun kelompok pada kenyataan yang nyata, dan antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kehidupan manusia.

j. Cultural care

Kemampuan mengetahu niali dan menduklung individu/kelompok untuk


mempertahankan kesehatan dan berkembangnya pertahanan hidup dalam keterbatasan
mencapai kematian dengan damai.

k. Cultural imposition

Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,praktek dan nilai


karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transcultural nursing (Leinenger 1985) adalah cara
pandang,keyakinan,konsep dan nilai dalam asuhan keperawatan, 4 konsep sentral
keperawatan yaitu :

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma- norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.

Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan


budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks. budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan yaitu, fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan


prilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai totalitas kehidupan klien dengan
budayanya saling berinteraksi.
d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada tindakan keperawatan yang


diberikan kepada klien sesuai dengan latar budayanya.Strateginya yaitu
dperlindungan atau mempertahankan budaya klien( Leinenger, 1991).

2.3.3 Pengkajian Budaya Dalam Asuhan Keperawatan

Peran perawat dalam transkultural nursing adalah menjembatani antara sistem


perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan. Tindakan Keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip
asuhan keperawatan, yaitu:

Cara I Mempertahankan budaya

Dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasinya diberikan dan disesuaikan dengan nilai yang telah dimiliki klien
sehingga klien mampu meningkatkan kesehatannya,missal budaya olahraga setiap
pagi.

Cara II: Negosiasi Budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan untuk membantu klien


beradaptasi pada budaya tertentu yang lebih menguntungkan terhadap kesehatan.
Misalnya pada klien yang sedang hamil mempunyai pantangan terhadap makanan
yang berbau amis dan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

Cara III: Restruksisasi budaya

Dilakukan bila budaya yang dimiliko klien merugikan terhadap status kesehatan.
Maka perawat berupaya merestruksi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi berhenti. Pola rencana hidupnya tergantung kepercayaan yang dianut. Model
konseptual yang dikembangkan oleh leinenger dan menjelaskan ashan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model).
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995).

Pengkajian dirancang pada"Sunrise Model" yaitu: berdasarkan tujuh komponen yang


ada GHEST AICHEMIST

a. Faktor teknologi (technological factors)


Teknologi kesehatan pada individu memilh dan mendapatkan penawaran untuk
menyelsaikan masalah dalam pelayanan kesehatan, perwat perlu mengkaji persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat, cara mengatasi masalah kesehatan, alasan-alasan
mencari bantuan kesehatan dan pengobatan alternative.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama
adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya. Faktor yang harus dikaji adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinshop and Social factors) Faktor-faktor
yang harus dikaji oleh perawat adalah nama lengkap. nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status. tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsii sakit
berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah sesuatu yang budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. g. Faktor pendidikan (educational
factors) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

2.3.4 Instrumen pengkajian budaya Sejalan berjalannya waktu, Transkultural in


Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:

a. Sunrise model (Leininger)

Yang terdiri dari komponen:

1) Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit

- Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

- Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

- Alasan memilih pengobatan alternative

- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi

2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)

- Agama yang dianut

- Status pernikahan

- Cara pandang terhadap penyebab penyakit Cara pengobatan kebiasaan agama yang
positif terhadap kesehatan

3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)

- Nama lengkap & nama panggilan -Umur & tempat lahir jenis kelamin

-Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga

- Pengambilan keputusan dalam keluarga

4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)

- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang
digunakan

- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan
kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)

Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:

-Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

-Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu


- Cara pembayaran

6) Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan

-Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

- Sumber biaya pengobatan

-Sumber lain penggantian dari kantor,asuransi dll.

-Patungan antar anggota keluarga

7) Faktor Pendidikan (Educational Factor)

-Tingkat Pendidikan klien

- Jenis Pendidikan

- Tingkat kemampuan untuk belajar aktif - Pengetahuan tentang sehat sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan.pengkajian keperawatan transkultural model inimeliputi:

1) Komunikasi (Communication) yang suara.pengucapan (pronounciation),


penggunaan bahasa non verbal, penggunaan 'diam' digunakan, intonasi dan kualitas
Bahasa

2) Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang


lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.

3) Orientasi social (social orientation) Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi
keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.

4) Waktu (time) Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, untuk bekerja
dan menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan
datang.

5) Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya, definisi tentang


sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan schat-sakit.

6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh, warna kulit & rambut,
dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik, penyakit yang spesifik
pada populasi tertentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola
makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.

c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya


meliputi:

1) Identitas budaya

2) Ethnohistory

3) Nilai-nilai budaya

4) Hubungan kekeluargaan

5) Kepercayaan agama dan spiritual

6) Kode etik dan moral

7) Pendidikan

8) Politik

9) Status ekonomi dan social

10) Kebiasaan dan gaya hidup

11) Faktor/sifat-sifat bawaan

12) Kecenderungan individu

13) Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui
media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

2.3.5 Cara Pengkajian Budaya

Sebagai perawat professional, melakukan semua pengkajian dengan kompetensi


budaya adalah hal yang penting. Hal ini melibatkan melibatkan pemahaman tentang
budaya pasien sehingga dapat memberikan perawatan yang lebih baik dalam system
nilai yang berbeda, dan bertindak dengan penghormatan dan pemahaman tanpa
menghalangi perilaku dan kepercayaan anda sendiri (Seidel et al., 2003).

Pengkajian tidak dapat dilakukan dengan lengkap dan akurat tanpa


mempertimbangkan latar belakang budaya pasien. Jika terdapat perbedaan budaya
antara perawat dan pasien, maka kenalilah dengan segera. Anda harus yakin bahwa
anda telah menangkap apa yang pasien maksud, serta tau pasti apa yang klien pikirkan
mengenai anda dalam kata dan tindakan. Jika anda tidak yakin pada apa yang
dikatakan pasien, bertanyalah untuk memperjelas memperjelas hal tersebut. Hal ini
dapat menghindarkan menghindarkan anda dari kesimpulan diagnosis yang salah.
Jangan membuat asusmsi mengenai nilai budaya dan perilaku tanpa melakukan
konfirmasi pada klien (Seidel et al., 2003).

Teknik komunikasi yang baik merupakan hal yang penting saat anda mengkaji pasien
yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan anda. Jika dilihat dari segi
perasaan yang diungkapkan secara verbal maupun nonverbal, maka komunikasi dan
budaya saling berhubungan. berhubungan. Jika anda dapat mempelajari mempelajari
bagaimana bagaimana orang dengan budaya yang berbea saling berkomunikasi, anda
akan dapat mengumpulkan informasi yang lebih akurat dari klien. Sebagai contoh,
bangsa spanyol dan perancis menggunakan kontak mata saat berkomunikasi. Namun,
hal ini merupakan sesuatu yang kasar dan tidak sopan bagi budaya bangsa Asia dan
Timur Tengah. Orang Amerika cendrung suka menggerakan bola matanya (Seidel et
al., 2003).

Menggunakan pendekatan yang tepat mengenai kontak mata akan menunjukan


penghargaan kepada penghargaan kepada klien anda sehingga klien anda sehingga
klien akan memberikan klien akan memberikan informasi lebih banyak. informasi
lebih banyak. Adalah hal yang mudah untuk mengeksplorasi perbedaan budaya jika
anda menyisihkan sedikit waktu untuk memikirkan dengan cermat jawaban klien dan
memberikan pertanyaan dengan nyaman.\ (Seidel et al., 2003).

Berikut ini adalah contoh (pada saat membicarakan penyakit klien) :

Apa yang menurut Anda salah pada diri Anda? Orang-orang mengatakan pada saya
bahwa ada beberapa penyakit yang tidak diketahui oleh dokter dan perawat. Apakah
Anda pernah dengar hal ini sebelumnya? Penyakit apakah itu? Apakah Anda
mengenal seseorang yang mengalami penyakit itu? Apakah Anda pernah menderita
salah satu penyakit tersebut? Apakah Anda pikir Anda mengalaminya saat ini? Saat
anda berinteraksi untuk mengkaji klien khusus, ketahuilah budaya anda terlebih
dahulu. Anda harus menghindari bentuk perepsi terhadap klien berdasarkan
pengetahuan pengetahuan anda mengenai mengenai budaya klien. Lebih baik ingat
pengetahuan pengetahuan tersebut, tersebut, kemudian ajukan pertanyaan dengan cara
yang membangun agar anda dapat mengenal klien lebih baik.
BAB III
PENUTUP

3.4 Kesimpulan

Pengkajian budaya adalah upaya untuk memperoleh informasi yang akurat dari
seorang pasien yang memungkinkan untuk merumuskan rencana perawatan yang
saling diterima dan relevan secara budaya untuk setiap masalah kesehatan pasien.
Perawat mebutuhkan keterampilan untuk melakukan pengkajian budaya yang
sistematis terhadap individu, kelompok, dan masyarakat terkait dengan keyakinan,
nilai,dan praktik budaya mereka.

3.5 Saran

Setelah memahami mengenai pengkajian budaya dalam keperawatan, diharapkan


mampu menerapkannya.dengan adanya teori Leininger tersebut mampu memberikan
sedikit arahan kepada para perawat bagaimana cara menyikapi perbedaan budaya
yang dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri, sehingga perbedaan budaya tidak
akan berpengaruh terhadap proses asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hari, Dwi. 2018. Modul Praktikum: Psikososial Budaya. Jombang: Icme Press.
Hermawan, Angga., dkk. 2018. Pengkajian Budaya Dalam
Keperawatan.Makalah.https://www.scribd.com/document/397579549/6-Pengkajian
Budaya-Dalam-Keperawatan. 5 Juni 2021.Octaviani,Shella.. dkk. 2016. Pengkajian
Budaya. Makalah.https://www.scribd.com/document/361849177/MAKALAH-FON-4
Pengkajian-Budaya. 5 Juni 2021.Potter, Patricia A.. dkk. 2020. Dasar-Dasar
Keperawatan. Novicastari, Enie.. dkk, editor. Indonesia (ID): ELSEVIER.

Anda mungkin juga menyukai