MATERI
MATERI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Di Susun Oleh:
DINA KURNIYAWATI
NIM : 1112054100038
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ABSTRAK
Dina Kurniyawati
1112054100038
Manajemen Kasus dalam Menangani Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Oleh Pekerja Sosial Pada Yayasaln LAYAK Citayam 3 Depok
HIV - AIDS merupakan masalah yang serius dan sedang berkembang di
seluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia karena setiap
tahunnya angka penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Dalam menangani
penanganan kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan LAYAK
ditangani oleh para pekerja sosial profesional, karena Yayasan LAYAK didirikan
oleh para pekerja sosial yang berasal dari lulusan pekerja sosial sehingga
menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode pekerja sosial. Pekerja sosial di
Yayasan LAYAK menggunakan metode manajemen kasus dalam menangani
ODHA karena manajemen kasus merupakan salah satu metode intervensi yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dalam menangani
kebutuhan dan permasalahan ODHA berkaitan dengan permasalahan medis dan
psikososial.
Penelitian ini menggunakan teori manajemen kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana seorang pekerja
sosial di Yayasan LAYAK menggunakan tahapan manajemen kasus dan
menjalankan perannya sebagai manajer kasus dalam menangani Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Teknik yang digunakan penulis untuk pemilihan
informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan)
dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai
orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penulis. Informan dalam penelitian ini terdiri dari anggota dewan
pembina, pekerja sosial dalam menangani ODHA dan klien ODHA.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tahapan manajemen
kasus yang meliputi wawancara awal (intake), asesmen (assessment), perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementasi), pemantauan (monitoring), evaluasi dan
terminasi (termination). Adapun juga peran seorang pekerja sosial sebagai
manajer kasus meliputi advokat (advocate), broker, koordinator pelayanan
(coordinator), konsultan (consultant), konselor (counselor), perencana (planner),
pemecah masalah (problem solver), dan sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper). Terdapat hal menarik dalam penelitian ini ialah keberhasilan dari
metode manajemen kasus yang digunakan pekerja sosial Yayasan LAYAK, yaitu
banyak dari klien yang menjadi berdaya dan patuh untuk minum obat. Selain itu,
ada perkumpulan teman sebaya yang awalnya hanya dikumpulkan oleh manajer
kasus Yayasan LAYAK, dan sekarang telah berkembang sampai mendirikan
yayasan sendiri bernama Yayasan KOTEX MANDIRI.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Manajemen Kasus Dalam Menangani
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Oleh Pekerja Sosial Pada Yayasan LAYAK
Citayam 3 Depok. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepad Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-Nya.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, masih banyak kekurangan yang terjadi baik dari penulisan maupun
materi dalam skripsi. Masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis untuk penyempurnaan skripsi ini. skripsi ini merupakan tugas akhir
yang harus diselesaikan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial jurusan
Kesejahteraan Sosial. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya
penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA Selaku Dewan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr.
Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan sebagai dosen pembimbing skripsi dengan
kesabarannya dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, serta Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekertaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak
memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis, semoga apa yang
diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.
ii
4. Seluruh anggota keluarga penulis yaitu kedua orang tua, Bapak Yakub
dan Ibu Ria yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dan kasih
sayang kepada penulis. Untuk kakak perempuan dan kakak ipar, Kak
Miyarti dan Kak Jupiter. Untuk dua keponakan tersayang, Jesica Minerva
dan Jicelyn Malca Raissa. Terimakasih yang sangat besar atas dukungan
dari kalian semua anggota Keluarga Bapak Yakub.
5. Bapak Jeremias Wutun, M.Si selaku pendiri Yayasan LAYAK yang
memberikan informasi tentang Yayasan LAYAK serta membantu dan
membimbing penulis saat melakukan penelitian.
6. Ibu Lucia Rusmiyati, S.Sos dan Ibu Ribka Pittaria M.Si selaku pekerja
sosial di Yayasan LAYAK dalam menangani ODHA yang telah
memberikan banyak informasi, ilmu, pengalaman sebagai pekerja sosial
dalam menangani ODHA. Semoga kelak penulis bisa menuangkan ilmu
yang telah diberikan sebagai seorang pekerja sosial.
7. Seluruh staf dan klien ODHA yang bersedia di wawancarai oleh penulis.
8. Ridho Yushro Adinatria, terima kasih telah menemani dalam penyusunan
skripsi, memberikan dukungan agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini
dan telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis
serta memberikan semangat kembali yang terkadang hilang dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Asnawari, Diva, Heni, Mala, Rani, dan Agita yang selalu
berjuang bersama yang sudah mendengarkan keluh kesah dan selalu
memberikan memberikan dukungan. Terima kasih atas waktu, semangat,
motivasi, kritik dan saran positifnya selama ini.
10. Teruntuk seluruh teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 yang telah memberikan warna
selama menjalankan perkuliahan.
11. Sahabat yang penulis sayangi sejak di bangku SMA yaitu Puput, Nina,
Aldi, Tami dan Dinda yang memberikan masukan, dukungan serta selalu
memberikan hiburan ketika mulai lelah dalam penyusunan skripsi ini.
iii
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah
memberikan dukungan saran, do’a dan semangat di setiap perbincangan,
penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi
langkah awal penulis untuk meraih kesuksesan kedepannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juni 2017
Dina Kurniyawati
iv
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................... 1
v
BAB II KERANGKA TEORI................................................ 25
vi
N. Sumber Dana.............................................................. 74
A. Profil Informan.......................................................... 76
B. Temuan Lapangan..................................................... 81
1. Tahapan Manajemen Kasus................................. 81
a. Wawancara awal (intake).............................. 82
b. Asesmen (assessment)................................... 86
c. Perencanaan (planning)................................. 92
d. Pelaksanaan (implementation)....................... 96
e. Pemantauan (monitoring).............................. 100
f. Evaluasi (evaluation)..................................... 103
g. Pengakhiran (termination)............................ 105
2. Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus....... 107
a. Peran sebagai advokat (advocate).................. 108
b. Peran sebagai broker (broker)........................ 111
c. Peran sebagai koordinator pelayanan
(coordinator).................................................. 114
d. Peran sebagai konsultan (consultant)............. 116
e. Peran sebagai konselor (counselor)............... 118
f. Peran sebagai perencana (planner)................. 121
g. Peran sebagai pemecah masalah
(problem solver)............................................. 124
h. Peran sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper)........................................... 127
C. Analisis...................................................................... 133
1. Tahapan Manajemen Kasus................................. 134
a. Wawancara awal (intake)............................... 134
b. Asesmen (assessment).................................... 135
c. Perencanaan (planning).................................. 137
d. Pelaksanaan (implementation)........................ 139
e. Pemantauan (monitoring)............................... 140
vii
f. Evaluasi (evaluation)...........................................141
g. Pengakhiran (termination)............................. 142
2. Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus............143
a. Peran sebagai advokat (advocate)................. 143
b. Peran sebagai broker (broker)..............................144
c. Peran sebagai koordinator pelayanan
(coordinator)................................................ 145
d. Peran sebagai konsultan (consultant).......... 147
e. Peran sebagai konselor (counselor)............. 148
f. Peran sebagai perencana (planner).............. 149
g. Peran sebagai pemecah masalah
(problem solver)........................................... 149
h. Peran sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper).............................................. 150
A. Kesimpulan............................................................... 152
B. Saran.......................................................................... 161
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Dokumentasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Anggapan orang tentang HIV/AIDS yang dapat menular dengan mudah adalah
dalam darah, air mani, dan cairan vagina, cairan preseminal, air susu ibu.
Penularannya bisa melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau
heteroseksual), transfusi darah yang mengadung HIV, alat suntik bekas pengidap
HIV; tindik, tattoo, narkoba, injeksi, dan lain-lain, dari ibu hamil kepada janinnya.
Perjalanan alamiah penyakit infeksi HIV potensial melaju menuju AIDS akibat
hadirnya infeksi sekunder atau keganasan. Penularan yang paling banyak yaitu
karena semakin banyaknya hubungan seksual secara bebas dengan orang yang
mengidap HIV. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran
sudah menjelaskan untuk menjauhi perbuatan zina seperti pada surat Al-Isra’ ayat
32, yaitu:
1
Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus menjaga diri kita agar tidak
masyarakat yang mempunyai perilaku risiko tertinggi tertular HIV (High Risk
darah berulang dan anak yang lahir dari ibu pengidap HIV.2
Kasus AIDS yang pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat oleh pusat
pengendalian penyakit (CDC) pada tahun 1981, dan kemudian disusul dari
laporan Amerika Utara dan Eropa. Saat ini AIDS sudah menyebar ke seluruh
penjuru dunia, termasuk Indonesia.3 Saat ini HIV/AIDS telah menginfeksi sekitar
60.000.000 orang di seluruh dunia, dan lebih dari 21 juta telah meninggal
1
Mushaf Al-qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda, 2005), h. 354
2
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 402.
3
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 391.
2
karenanya. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat pada orang
Di Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari 150%, dan Indonesia
menjadi negara dengan pertumbuhan epidemik HIV tercepat. Data dari Ditjen PP
dan PL Kemenkes RI Mei tahun 2013, didapatkan jumlah penderita HIV sebanyak
103.759 dan jumlah penderita AIDS sebanyak 43.3447 dan yang mengalami
kematian sejumlah 8.288. ini meningkat tajam dibandingkan laporan menurut data
kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 10.384 kasus AIDS
sebagai laporan AIDS dari 32 provinsi dan 186 kabupaten/kota. Kasus HIV di
terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan
konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (38.464
kasus), diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat
(17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus). Kasus HIV Juli-September 2015
sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan
seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak
steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki Sesama Lelaki) (24,4 persen).
4
Yossa A.P. Nainggolan, Stigmatisasi dan Diskriminasi Odha dan Ohida, (Jakarta:
KOMNASHAM, 2006), h.55.
5
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 811.
3
tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 40-49
tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen).6
epidemi HIV, tidak hanya melalui upaya pencegahan tetapi juga pengobatan.
sakit rujukan obat antiteroviral (ARV) untuk dapat menangani ODHA dan
meningkatkan akses ARV. Tahun 2005 ditargetkan agar 10.000 ODHA bisa akses
jumlah virus sampai ke nilai yang tidak terdeteksi, menurunkan angka infeksi
6
Damar Iradat, “Jumlah Kasus HIV & AIDS di Indonesia Meningkat,” artikel diakses
pada 8 juni 2016 dari http://news.metrotvnews.com/read/2015/11/30/196222/jumlah-kasus-hiv-
aids-di-indonesia-meningkat
7
Undang-undang Republik Indonesia, diakses pada 8 juni 2016 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1618.pdf
4
sakit, mengurangi stigma dan diskriminasi, meningkatkan kualitas hidup serta
melalui edukasi dan promosi yaitu penyuluhan melalui kampanye, media massa,
masih saja kurang atau belum menurunkan angka HIV/AIDS. Hal lain yang
HIV dan AIDS tentunya berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
seperti tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun
berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa
berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka waktu
langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin
besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga
untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif. Waktu
dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit
8
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 361
9
Elly Nurachmah, “Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko Tertular
Pada Siswa SLTP,” artikel diakses pada 23 juli 2016 dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/360/356
5
Meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS berarti meningkatnya
kebutuhan ARV. Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan
sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan
mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan
piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu
Yayasan LAYAK (Pelayanan Anak dan Keluarga) yang ada di Citayam 3 Depok
yang merupakan salah satu lembaga yang sudah bekerja sama dengan pemerintah
HIV/AIDS. Yayasan LAYAK ini bekerja sama juga dengan FHI (Family Health
International) sebagai manajer kasus untuk mendampingi klien ODHA yang ada
dirumah sakit. Pekerja sosial ini diberikan beberapa data orang yang positif
terkena HIV/AIDS dari rumah sakit. Setelah itu pekerja sosial menemui orang-
orang yang positif untuk mengajak menjadi klien dengan menjelaskan tentang
peran pendampingan oleh manajer kasus untuk klien. Banyak dari mereka yang
10
“Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat HIV dan AIDS,” artikel diakses pada 31 Juli
2016 dari http://sulbar.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-44fe-
8f81-2085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-b54836a53e40&ID=93
6
mau untuk menjadi klien karena mereka merasa mempunyai masalah, sekitar ada
70% yang bersedia menjadi klien dari 100% ODHA menurut data rumah sakit.11
kompleks dibanding yang lain karena setiap tahunnya angka penderita HIV/AIDS
semakin meningkat, tidak sedikit dari ODHA yang menularkannya kepada orang
kondom, banyak juga keluarga yang sudah positiv terkena HIV/AIDS yang secara
tidak sadar mereka positif terkena HIV/AIDS karena diketahui terlebih dahulu
adalah anaknya yang positif, banyak juga yang masih mendiskriminasi orang
merupakan salah satu metode yang efektif dalam menangani kasus tentang
mengelola kasus atau permasalahan yang dialami klien dari awal sampai akhir,
Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
11
7
manajer kasus lainnya yang mempunyai peran penting juga dengan kliennya jika
Adapun jurnal yang dibahas oleh Jack Rothman dalam The Journal Of
tentang manajer kasus yang berpraktik di berbagai bidang yang beragam. Pada
teori ini juga mengasumsikan bahwa klien akan kembali ke fungsi normal
sebelumnya atau akan mencapai tingkat kinerja baru yang lebih tinggi. Model
manajemen kasus ini terdiri dari access to agency, intake, assessment, goal
evaluation.13
Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK), bahwa penulis mencoba untuk
12
Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
LAYAK Citayam 3 Depok pada hari Rabu 13 Juli 2016
13
Jack Rothman, “A model of Case Management: Toward Empirically Based Practice,”
jurnal diakses pada 25 Januari 2017 dari http://www.jstor.org/stable/23716080
8
Menurut informasi dari salah satu pekerja sosial di Yayasan LAYAK,
beberapa rumah sakit yang bekerja sama dengan Yayasan LAYAK dalam
program Case Management HIV dan AIDS. Seperti pada salah satu rumah sakit
yaitu rumah sakit koja yang berada di Jakarta Utara, manajer kasus mendapatkan
data klien dari dokter dirumah sakit tersebut, lalu manajer kasus yang menemui
klien dan menjelaskan tentang manfaat jika klien bersedia untuk didampingi oleh
manajer kasus. manajer kasus bekerja sama juga dengan LSM lainnya supaya
dari Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) adalah dengan adanya
dan sekarang sudah mendirikan sebuah yayasan sendiri yang bernama Yayasan
KOTEX yang dulunya ada dibawah bimbingan Yayasan LAYAK dan sekarang
Yayasan ini berawal dari sebuah kelompok dukungan sebaya yang dikumpulkan
oleh Yayasan LAYAK dari beberapa klien, yang didirikan atas dasar kebutuhan
anggota untuk berkumpul, berbagi dan saling menguatkan satu dengan yang lain
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih
Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
14
9
LAYAK menggunakan metode manajemen kasus hingga menuai keberhasilan,
CITAYAM 3 DEPOK”
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan yang berharga
bagi pekerja sosial, bagi ODHA, dan bagi LSM lain agar semakin banyak LSM
seorang pekerja sosial, serta semakin banyak masyarakat yang mengerti pada
dan diskriminasi.
1. Pembatasan Masalah
10
menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas
selanjutnya.
2. Perumusan Masalah
berikut:
3 Depok?
HIV/AIDS (ODHA)?
1. Tujuan Penelitian
(ODHA).
11
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
(ODHA)
yang terkait.
b. Manfaat Praktis
untuk ODHA
12
sosial yang bekerja sama dalam menangani kasus
HIV/AIDS
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau
Rosdakarya,1998), h. 3.
13
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-
lain.16
berharap hasil yang didapatkan bisa menyajikan data yang akurat dan
2. Jenis Penelitian
16
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2012), h. 13.
17
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2012), h. 35
14
belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
Keluarga (LAYAK) di Jl. Kartini Raya/ Citayam III Gg. Texas No.4
18
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, edisi ke-12. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 25.
19
Cunsuelo G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), 2006), h. 71.
15
4. Teknik Pemilihan Informan
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
16
pekerja sosial yang menjadi manajer kasus khusus dalam menangani
Tabel. 1.1
Karakteristik
No Informan Informan Informasi yang dicari Jumlah
manajer kasus
organisasi,dan lain-lain.
17
5. Macam dan Sumber Data
a. Data Primer
Keluarga (LAYAK).
b. Data Sekunder
dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang di teliti oleh
penulis.
23
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, edisi ke-5. (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), h. 157.
24
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 164.
18
6. Teknik Pengumpulan Data
ini lebih banyak diperoleh dari sumber data primer yaitu pada teknik
a. Teknik Wawancara
kualitatif.26
25
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985),
h. 129.
26
Lexy J. Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif , edisi ke-20. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009), h. 240.
19
dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang di teliti oleh
penulis.
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, edisi ke-13. (Bandung:
IKAPI, 2011), h. 244.
20
8. Keabsahan Data
E. TINJAUAN PUSTAKA
28
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-ruzz media,2012), h. 313.
29
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-ruzz media,2012), h. 322.
21
1. “Manajemen Kasus Kekerasan Seksual Anak Yang Dilakukan
Seksual Anak)” oleh Putu Ayu Widhi Lestari tahun 2009 Fakultas
setiap tahapan yang dijalankan. Pada skripsi ini lebih berfokus pada
Jurnal ini bagus untuk dijadikan pedoman, tetapi yang berbeda pada
HIV/AIDS (ODHA)
22
Diane L. Huber and Jennifer S. Jampoler”. Dalam jurnal tersebut
ODHA.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
penelitian skripsi.
23
BAB III PROFIL YAYASAN LAYAK
Citayam 3 depok.
Pada bab IV ini peulis memaparkan tentang profil informan, temuan hasil lap
Keluarga (LAYAK)
BAB V PENUTUP
Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari pemikiran sebelumnya
24
BAB II
KERANGKA TEORI
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) oleh pekerja sosial pada Yayasan Pelayanan
Anak dan Keluarga (LAYAK) di Citayam 3 Depok. Bab ini dibagi menjadi tiga
1. Pengertian ODHA
infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan
30
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press,2014), h. 391.
25
Untuk mengetahui seseorang telah positif tertular virus HIV atau
tidaknya adalah dengan melalui tes darah yang termasuk bagian dari
b. Tes HIV
2. Penyebab HIV/AIDS
multipartner), dan horizontal yang lazim terjadi bila ada kontak antar
31
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS, h. 27.
26
yang mempunyai perilaku risiko tertinggi tertular HIV (High Risk
transfusi darah atau produk darah berulang dan anak yang lahir dari
sebagai berikut:
10 tahun), orang yang tertular HIV tampak sehat dan merasa sehat
e. Meskipun tampak sehat dan merasa sehat, orang yang tertular HIV
32
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press,2014), h. 402
33
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS, h. 22.
27
4. Risiko yang Diterima ODHA di Masyarakat
kondisi mental serta psikologis yang diterima oleh ODHA, hal tersebut
a. Diskriminasi
perempuan baik.
b. Stigmatisasi
harus dijauhi.
c. Kekerasan
34
Irwan Julianto, Jika Ia Anak Kita: Aids dan Jurnalisme Empati, (Jakarta:KOMPAS,
2002), h. 55
28
karena telah mengekspose pekerja seks tersebut tanpa meminta izin
d. Sensasional
e. Eksploitasi
5. Pengobatan HIV/AIDS
29
strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta
masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan
diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai
6. Pencegahan HIV/AIDS
Dalam hal ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan manakala HIV
35
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), “Info HIV dan AIDS”, artikel diakses pada 04
November 2016 dari http://aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
#sthash.ACknyfCF.dpbs
30
berada pada tubuh seseorang yang disebut penderita. Oleh karena itu,
patut dipahami dan disadari bahwa penderita HIV ini akan mengalami
B. Manajemen Kasus
36
Warto, dkk., Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV Dan AIDS,
(Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008), h. 11
31
tujuannya, manajemen kasus menggabungkan aspek-aspek praktik
dibutuhkan.39
37
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku pintar pekerja sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 283.
38
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku pintar pekerja sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 368
39
Akbar Halim, dkk., Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak, (Jakarta:
Direktorat Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, 2010), h. 2.
32
yang lainnya atau dengan profesi lain sehingga upayanya dapat
bahwa manajemen kasus adalah orang atau tim yang dirancang untuk
40
Prihantini Larasati, “Manajemen Kasus Dalam Peksos”, artikel diakses pada 6 oktober
2016 dari https://www.scribd.com/doc/312885402/manajemen-kasus-dalam-peksos-doc
41
NASW (National Association of Social Workers), “NASW Standards For Social Work
Case Management”, artikel diakses pada 7 oktober 2016 dari
https://www.socialworkers.org/practice/naswstandards/casemanagementstandards2013
33
informal dan merancang kegiatan untuk mengoptimalkan fungsi dan
b. Kualifikasi (qualifications)
atau mahir dalam bidang sosial dari sekolah atau program yang di
diperlukan.
c. Pengetahuan (knowladge)
dilayani.
42
NASW (National Association of Social Workers), “NASW Standards For Social Work
Case Management”, artikel diakses pada 20 Juli 2017 dari
https://www.socialworkers.org/practice/naswstandards/casemanagementstandards2013
34
d. Budaya dan kompetensi bahasa(cultural and linguistic competence)
e. Asesmen (assessment)
tantangan mereka.
mencapai keberhasilan.
35
h. Interdisipliner dan kolaborasi interorganisasional (interdisciplinary
improvement)
ketentuan undang-undang.
36
Manajer kasus pekerja sosial harus bertanggung jawab secara
b. Asesmen (Assessment)
43 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi
pertama. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 371.
37
dukungan sosial, pendidikan kesehatan, keberfungsian psikososial
adalah:
44
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 371.
38
pribadi dan latar belakang klien serta potensi yang dimiliki oleh
masalah)
c. Perencanaan (Planning)
45 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi
pertama. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 372.
39
dikoordinasikan antara berbagai lembaga dan sistem perawatan
kesehatan.
d. Pelaksanaan (Implementation)
Tahap ini mencakup dua hal, yaitu direct service yaitu pelayanan
46
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 372.
40
Sedangkan pada pelayanan tidak langsung atau indirect
lembaga yang dapat menjadi mutual care bagi klien, dan juga
keluarga klien atau teman klien agar klien bisa mendapatkan apa
dilakukan.47
e. Pemantauan (Monitoring)
47
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 373.
41
pelayanan yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan stabilisasi
f. Evaluasi (Evaluation)
terkena.49
g. Pengakhiran (Termination)
48
Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 176.
49
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 374.
42
dicapai, klien telah berhasil kerjasama dengan lembaga pelayanan
dengan kliennya maka dalam hal ini terminasi yang terjadi adalah
baik.50
abad ke-20. Berbeda dengan profesi lain, yang muncul lebih dulu yang
50
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta:
FISIP UI Press, 2005), h. 154.
43
lingkungannya. Prinsip-prinsip, hak-hak dan keadilan sosial
51
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Depok:
FISIP UI Press, 2005), h. 11.
44
menggunakan metode pekerja sosial sehingga individu
52
Istiana Hermawati, Metode dan Tekhnik dalam Praktek Pekerjaan Sosial, (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2001), h. 1.
53
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011), h. 15.
45
c. Melakukan intervensi langsung untuk memperkuat keterampilan
klien.54
menurut Federico:55
konteks layanan.
54
Sutaat, dkk., Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran Dan Keluarganya Di
Daerah Asal, (Jakarta: Ciputat Press, 2009), h. 11.
55
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011), h. 24
46
d. Evaluasi: mengevaluasi kebutuhan dan sumber daya yang
klien
masyarakat.
Mess untuk semua praktik pekerja sosial tersusun dalam suatu prinsip-
47
dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial untuk bekerja dengan
a. Penerimaan (acceptance)
b. Komunikasi (communication)
lainnya.
c. Individualisasi (individualisation)
48
sesuai dengan kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang
optimal.
d. Partisipasi (participation)
e. Kerahasiaan (confidentiality)
49
biopsikososial dan spiritual. Maka dari itu pelayanan manajemen kasus
dalam sistem pelayanan dimana kontak yang aman, rahasia dan ada
HIV dan pekerja sosial dapat berperan sebagai pendidik atau konselor
50
case management process presents many opportunities for
advocacy. Working at various levels, the case manager
represents the interest of the client, helping to gain acces to
services or improve their quality. At organizational level, the
case manager serves as a community organizer who
influences the policies that control eligibility and acces to
service.case manager also help clients to become advocates
for themselves and their families. This is one way to
empower clients.
51
3. Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
perencanaan program.
52
Seringkali pihak profesional luar dapat membantu
53
agencies the case managers planning role begins in the
early stages of the helping process and continues until
services are terminated. Planning may include a transition
period until the client is able to manage his or her own case.
kasusnya sendiri
54
mereka, mencari alternatif untuk situasi mereka saat ini, dan
butuh.
55
elektronik yang dapat membantu merekam, melacak,
programagendanmanajerkasusindividualdapat
Tabel 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL
- Koordinator Pelayanan
- Perencanaan (Planning)
(Coordinator)
- Perencana (Planner)
- Evaluasi (Evaluation)
- Pemecah Masalah
- Pengakhiran (Termination) (Problem Solver)
56
BAB III
PROFIL LEMBAGA
dalam pelayanannya.
Sejak tahun 2001 LAYAK dirintis oleh para pekerja sosial yang
57
menggunakan pendekatan, metode-metode dan teknik-teknik pekerjaan
dimana LAYAK sebagai pioner dan pelatih atau mentor yang sudah
B. Data Organisasi60
Indonesia
58
C. Tujuan
sosial profesional.
dan pelatihan, konseling dan advokasi, dengan metode, nilai dan prinsip-
61
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
62
Brosur Yayasan LAYAK
63
Brosur Yayasan LAYAK
59
E. Struktur Organisasi
Gambar 3.1
60
Diantara struktur organisasi di atas, tidak sedikit yang memiliki
LAYAK, ada 7 orang pekerja sosial dari lulusan pekerja sosial ialah Dra.
Evie S. Tarigan, Dra. Hj. Frida M Girsang, Lucia Rusmiyati S.Sos, Ribka
Pittaria M.Si, Yeremias Wutun M.Si, Dra. Yenny K.M dan Rosmeda
Keluarga (LAYAK)
LAYAK juga memiliki persyaratan bagi siapa saja yang mau menjadi
64
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
65
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
61
G. Program Utama Yayasan LAYAK
1. Pelayanan Sosial
a. Pendidikan Masyarakat/penyuluhan
Perlindungan Anak
LAYAK
62
dukungan dana USAID dan Global Fund untuk HIV/AIDS, serta AIDS
HIV dan AIDS. Lebih dari 1.000 manajer kasus yang sudah dilatih
di 23 Propinsi di Indonesia
67
Arsip profil lembaga Yayasan LAYAK
63
home based care, disclosure, pencegahan penularan dari ibu ke
anak, dsb
Jakarta
kinerjanya
64
kader sebagai penyuluh dan pendamping ODHA sebagai upaya
dan keluarganya.
bidang HIV-AIDS
kasus yang dibuat sendiri, dan juga dijadikan sebagai modul pelatihan
1. Intake
68
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
65
e. Mengumpulkan data awal; identitas klien, status kesehatan,status
sosial,dll.
2. Asesmen
klien
3. Perencanaan
66
b. Manajer kasus melibatkan partisipasi klien dalam mengembangkan
dibutuhkan
dan jangka panjang yang dapat diukur agar dapat digunakan untuk
jalan keluarnya
67
n. Antisipasi masalah baru yang mungkin akan terjadi
lembaga rujukan.
lembaga rujukan.
lembaga rujukan
68
g. Menyusun suatu panduan rujukan: panduan rujukan merupakan
menindaklanjuti kebutuhan-kebutuhannya
69
pelayanan dan kontak pemberi pelayanan, misalnya bila manajer
kasus sakit.
tindakan apapun yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari hubungan itu. hambatan pelaksanaan rencana ju
Terminasi
70
J. Kondisi Fasilitas Lembaga
untuk bekerja lainnya, ada mobil kantor, ruang untuk penerima tamu,
tetapi tetap dalam arahan dari Yayasan LAYAK dengan cara mengadakan
tes, yaitu tes VCT. Sebelum dilaksanakan tes VCT, akan dilakukan
edukasi supaya ketika tahu ada yang positif nanti tidak akan frustasi.
terkena HIV/AIDS akan di follow up, akan dibantu, lalu bisa untuk tanda
tangan kontrak kalau setuju dan mau untuk menjadi klien, dan yang
69
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
70
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
71
L. Kinerja dari Yayasan LAYAK Program HIV/AIDS (Juli-Desember
2016)
Gambar 3.3
1700 1659
1650
1600
1550
1500 Target
1440
1450 Capaian
1400
1350
1300
TargetCapaian
Gambar 3.4
700
600 596
500 433
425
400
300
200
178
100
27
0
-100 Agustus Oktober Desember
72
3. Komposisi Jumlah VCT (N=1659)
Gambar 3.5
426,
26% 16, 1%
Perempuan
Lelaki
Waria
1217,
73%
Gambar 3.6
8, 62% Perempuan
Waria
73
M. Kerjasama Dengan Pemerintah
N. Sumber Dana
71
Arsip profil lembaga Yayasan LAYAK
74
berbeda-beda, seperti contoh kerjasama dengan FHI-ASA dan
72
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
75
BAB IV
telah dibahas pada BAB II hal 32. Seperti yang dijelaskan oleh Albert R. Roberts
Bab IV ini dibagi menjadi 3 Sub bahasan, yaitu pertama profil informan,
kedua temuan lapangan, ketiga analisis. Berikut ini adalah paparan masing-
A. Profil Informan
dewan pembina yaitu bapak Jeremias Wutun, M.Si , karena dianggap lebih
Yayasan LAYAK ini. 2 orang pekerja sosial dalam menangani ODHA, karena
pekerja sosial yang khusus menangani ODHA di Yayasan LAYAK hanya ada 2
orang, mereka memiliki tugas yang berbeda seperti ibu Lucy menjadi manajer
kasus yang khusus menangani ODHA karena lebih lama bergabung dengan
76
Yayasan LAYAK, dan ibu Ribka hanya mendampingi saja. 2 orang klien yang
ditangani oleh manajer kasus Yayasan LAYAK, karena kedua klien ini telah telah
berhasil menjadi lebih mandiri setelah di dampingi oleh manajer kasus Yayasan
Usia 45
Agama : Katholik
Bapak Jeremias Wutun, M.Si yang biasa dipanggil pak Jerry adalah salah
satu pendiri dari Yayasan LAYAK yang merupakan anggota dewan sekaligus juga
menjadi seorang manajer kasus, akan tetapi pak Jerry lebih khusus menangani
kasus traficking yang ada di Indramayu. Jadi pak Jerry dianggap lebih mengetahui
tentang Yayasan LAYAK karena beliau termasuk seorang pendiri dari Yayasan
LAYAK.
Usia : 44 tahun
77
Pendidikan terakhir : Sarjana Sosial
Agama : Katolik
Ibu Luci bertugas sebagai manajer kasus yang menangani klien secara
langsung, ibu Luci mulai bergabung di Yayasan LAYAK sejak tahun 2007, saat
itu yang menjadi manajer kasus dalam menangani ODHA yaitu ibu Luci dan ibu
Murli, tetapi berhubung ibu Murli sudah tidak aktif lagi sejak tahun 2010, jadi
pada tahun 2015, jadi sekarang tidak menjalankan program tersebut lagi yang
mendapat rujukan dari rumah sakit kalau program sekarang adalah mendampingi
ODHA di wilayah mereka. Karena keterbatasan tenaga kerja atau pekerja sosial
saat ini di Yayasan LAYAK, jadi ada pekerja sosial yang memiliki tugas atau
job lebih dari satu. Misalnya saat ini ibu Luci bukan hanya sebagai manajer
kasus untuk ODHA saja, beliau juga menjadi pekerja sosial dalam menangani
3. Pekerja sosial
Usia : 44 tahun
78
Lama bekerja : Sejak tahun 2014
Ibu Ribka tidak menangani klien secara langsung sebagai manajer kasus,
memberikan penyuluhan, dan kadang juga ikut mendampingi ibu Luci dalam
menangani klien tetapi yang lebih fokus menangani ODHA sebagai manajer
kasus adalah ibu Luci. Ibu Ribka bergabung dengan Yayasan LAYAK pada
ODHA. Ibu ribka hanya ikut mendampingi saja karena beliau baru bergabung
tersebut habis tahun 2015. Ibu Ribka juga memiliki tugas lebih dari satu yaitu
selain sebagai pekerja sosial dalam menangani kasus ODHA tetapi juga
4. Klien ODHA
Nama : UB
Usia : 37 tahun
Agama : Islam
79
Status perkawinan : Cerai (karena suami meninggal
UB merupakan ibu rumah tangga yang memiliki 2 anak, satu anak yang
positif dan satu anak yang negatif. UB juga sekaligus menjadi kepala keluarga
semenjak meninggal suaminya, dia adalah salah satu klien yang pernah ditangani
oleh ibu Luci yang sampai saat ini UB bisa mandiri dan bekerja sebagai penjaga
5. Klien ODHA
Nama : RW
Usia : 32 tahun
Agama : Islam
RW awalnya adalah klien ibu Murli, tetapi karna bu Murli sudah tidak
aktif lagi, maka dipindahtangani oleh ibu Luci tetapi tetap saja didampingi oleh
manajer kasus dari Yayasan LAYAK, cuma orangnya saja yang berbeda. RW
memiliki 2 anak yang positif, suami RW sudah meninggal sejak tahun 2009
80
dulunya hanya dari perkumpulan teman sebaya yang dikumpulkan oleh Yayasan
LAYAK.
B. Temuan Lapangan
yang diutarakan oleh ibu Lucia Rusmiyati, S.Sos atau yang biasa
disapa ibu Luci selaku pekerja sosial yang berperan sebagai manajer
sebagai berikut:
73 Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
81
a. Wawancara awal (Intake)
untuk membangun hasil yang baik antara klien dan manajer kasus
supaya bisa membangun kerja sama yang baik antara klien dan
manajer kasus. Dalam hal penjalinan relasi ada beberapa hal yang
74
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
82
“Lalu kita wawancara awal seperti saya bertanya
tentang kronologis klien, kita tanya tentang bagaimana
dengan kesehatannya saat ini. Setelah sudah mulai
perkenalan dan segala macam yang tadi saya bilang,
barulah kita mulai proses identifikasi,...”75
klien bisa sangat terbuka dengan manajer kasus. Hal tersebut diperkuat
75
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
76
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
83
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa
yang dulunya adalah klien dari ibu Murli (manajer kasus yang
mendapat rujukan dari rumah sakit karna klien RW merasa kalau dia
anaknya tetapi dia juga dilema bagaimana membuka status dirinya dan
kedua anaknya. Maka dari itu dia dirujuk oleh pihak rumah sakit untuk
tentang HIV, barulah klien tanda tangan kontrak jika bersedia untuk
menjadi klien seperti yang diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:
84
klien. dan juga kita jelaskan bahwa kerahasiaan klien juga
akan kita jaga. Sehingga pada tahap selanjutnya, klien akan
merasa nyaman untuk membuka diri dengan kita.”78
manajer kasus.
ini:
ada form persetujuan untuk menjadi klien juga yang dibuat oleh
antara klien dan manajer kasus bisa terjaga dengan baik. Hal tersebut
78
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
79
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
80
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
85
diperkuat dengan pengamatan langsung yang dilakukan penulis dengan
b. Asesmen (Assessment)
dengan apa saja yang menjadi masalah bagi klien dan memberikan
pertanyaan.
Pada tahap ini manajer kasus menggali data diri klien dan menggali
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
81
86
Pemaparan tersebut sesuai dengan yang diutarakan juga oleh ibu
ini:
pertanyaan untuk klien agar klien mulai bercerita tentang apa yang
apa saja yang dibutuhkan klien dari segi kesehatan, mental dan
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di
82
87
Gambar 4.1
Pedoman-Pedoman Praktis Manajer Kasus Tahap Asesmen
83
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
84
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
88
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat
baik, akan tetapi hal tersebut juga atas persetujuan dari klien. Seperti
85
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Jumat, 21 Juli 2017
86
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
89
Hasil asesmen yang dilakukan oleh manajer kasus di Yayasan
HIV itu. Apalagi UB saat itu sedang dirawat dan saat itu manajer kasus
87
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
88
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
90
Berdasarkan pemaparan dari kedua informan diatas dapat
pengobatan yang dijalani oleh keluarganya saat itu, tetapi klien juga
yang drop juga, jadi klien merasa terpuruk dan perlu diarahkan.
ditangani oleh ibu Murli dan dipindah tangani ke bu Luci. Berikut ini
RW berikut ini:
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
89
91
keluargaku dan keluarga suamiku. Aku juga sempat putus
asa karna capek setiap hari minum obat, dan aku juga suka
sedih saat anak-anakku pernah tanya “kenapa sih bun kita
harus minum obat terus setiap hari”. Aku juga sedih
sebenarnya, sempat merasa terpuruk lagi setiap anak-
anakku bertanya seperti itu.”90
Berdasarkan hasil wawancara antara manajer kasus dan klien diatas
dia dirujuk oleh rumah sakit untuk bertemu manajer kasus karna dia
c. Perencanaan (Planning)
90
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari jum’at, 10 Maret 2017
92
yang sangat penting dalam membantu memecahkan masalah klien.
kasus pada kedua klien tersebut yaitu seperti pada klien UB, yang telah
91
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
92
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
93
Pemaparan tersebut juga didukung oleh pernyataan dari klien UB
berikut ini:
klien untuk bertemu dengan teman yang sebaya supaya klien bisa
memberi penguatan kepada suami klien agar suami klien tidak merasa
minum obat dalam arti supaya klien bisa patuh untuk minum obat
terus. Sedangkan pada kasus yang dialami klien RW, manajer kasus
93
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
94
diketahui, berikut ini adalah pemaparan dari ibu Luci selaku manajer
bahwa manajer kasus ingin klien memiliki percaya diri dan bisa
94
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
95
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
95
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahap perencanaan ini,
d. Pelaksanaan (Implementation)
kasus bekerja sama dengan apa yang dibutuhkan klien seperti pihak
sekitar klien. Seperti yang diutarakan oleh ibu Luci selaku manajer
96
lihat pasien itu mampu, kita arahkan dia, dia yg
lakukan.contohnya seperti mengurus BPJS, Cuma kalau
dulu bukan BPJS tetapi SKTM. Jadi kita arahkan klien
supaya bisa mengakses pengobatan dengan dana yang tidak
terlalu besar, jadi persyaratannya harus ada SKTM. jadi
kalau ada masalah apapun, saya menyuruh klien untuk
laporan ke saya, supaya bisa kita bantu dan kita arahkan.
Sehingga kedepanya klien bisa memahami sendiri, bisa
mandiri sehingga klien tidak ketergantungan dengan
kita.”97
97
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
98
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
97
terbuka sama dia,... Kadang kan kalau aku lagi berobat atau
disuruh kontrol, aku suka ketemu sama mba lusi di Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso (RSPI
Prof.Dr.Sulianti Saroso), dia suka tanyain ada keluhan apa
aja, atau mba lusi minta kita ngobrol pas aku selesai kontrol
sama dokter. Kadang kita bikin rencana lagi kalau ada
masalah lagi yang aku alamin. Mba lusi juga suka main
kerumah aku, aku juga suka main ke LAYAK. Nanti
dikasih arahan lagi sama mba lusi biar apa yang udah
direncanain sama-sama, bisa tercapai gitu.”99
Berikut ini pemaparan dari klien RW tentang pelaksanaan yang
99
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
100
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
98
pelaksanaan yang dilakukan manajer kasus terhadap klien secara tidak
Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan dari klien UB berikut ini:
101
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
102
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
99
yang dateng sendiri, kadang juga sama anak aku. kalau lagi
ada jadwal ketemu sama teman sebaya, ya supaya aku bisa
sharing-sharing dengan yang sesama. Trus aku dateng ke
rumah sakit, ke LAYAK yang di depok, tergantung
acaranya dimana. Mba lusi juga pernah ngobrol nanyain
sama ibu aku yang, tentang perkembangan aku dan anak,
dia suka main kerumah ngobrol sama ibuku, anak-anakku
juga, datang kerumah aku, waktu suami aku meninggal.”103
Dari pemaparan klien UB diatas, dapat dikatakan bahwa manajer
klien bisa bertukar fikiran dengan orang yang sama seperti dia.
e. Pemantauan (Monitoring)
103
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
104
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
100
telepon atau sms. Manajer kasus juga selalu memantau klien tentang
tersebut diatas juga diungkapkan oleh ibu Luci selaku manajer kasus
berikut ini:
101
klien dan sepanjang itu terus dilakukan assessment-
planning-assessment-planning.”105
klien merasa kalau ada masalah sedikit atau banyak yang tidak sesuai
“Ohhh kalau itu mah mba lusi sering banget tanya ke aku
lewat telfon, atau pas kita lagi ada jadwal ketemu di rumah
sakit atau dimana. kalo ada masalah dikit, engga ragu buat
tanya ke mba lusi. Pernah juga waktu mba lusi kerumah
aku, dia tanya-tanya sama ibu aku, kan soalnya ibu aku juga
tinggal bareng sama aku, trus dia tanya tentang
perkembangan aku trus tanya tentang gimana aku ngerawat
anak aku juga, tapi sambil bercanda sih, engga serius-serius
banget, jadi keluarga aku juga nyaman-nyaman aja kalo
ngomong ke mba lusi.”106
105
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
106
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
107
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
102
f. Evaluasi (Evaluation)
kebutuhan klien.
klien solusi jika ada masalah yang belum tercapai atau ada kendala.
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
108
103
menginfokan kepada klien untuk mempersiapkan apa saja
yang dibutuhkan.”109
melihat form manajermen kasus. Pada tahap evaluasi ini, dapat terlihat
prinsip partisipasi.
berikut ini tentang proses evaluasi. Berikut pernyataan dari klien UB:
109
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
110
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
104
diarahkan bu lusi dan lama-kelamaan mertua aku mengerti
juga.”111
dikatakan bahwa pada tahap ini manajer kasus merevisi ulang dengan
tidak. Jika belum berhasil, akan dilakukan rencana ulang, dan biasanya
g. Pengakhiran (Termination)
dengan baik dan dirasa sudah bisa mandiri. Hal tersebut dilakukan
yang ada bisa sesuai. Berikut pemaparan dari ibu Luci selaku manajer
kasus:
111
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
112
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
105
Berdasarkan pemaparan dari informan di atas bahwa proses
berdasarkan tiga aspek yaitu jika klien sudah bisa menerima kondisi
terminasi, komunikasi antara klien dan manajer kasus juga masih berjalan
tetapi tidak seintensif saat menjadi klien. Seperti yang diungkapkan oleh
banyak dari klien juga yang sudah di terminasi tetapi tidak benar-benar
bisa lepas dari manajer kasus, contohnya seperti saat manajer kasus
hidupnya dan anaknya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari
UB:
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
113
106
“Mba lusi pernah bilang ke aku kalau aku sudah
lebih paham tentang penyakit aku. tapi aku engga tahu
kalau itu namanya terminasi hehe. Tapi sampai sekarang
juga aku suka telfon mba lusi Cuma engga sesering dulu.
Karna kan aku juga udah paham sekarang. Malah anakku
yang positif itu dia sudah bisa minum obat sendiri, sudah
tahu kapan dia harus minum obat.”114
klien.
114
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
115
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
107
tentang peran pekerja sosial sebagai manajer kasus dalam menangani
berikut ini:
108
menjelaskan lagi ke klien UB tentang obat yang sudah
diberikan, dan supaya dokter bisa menuliskan sedikit
keterangan di plastik obatnya tentang guna dari obat
tersebut. Dan akhirnya dokter menjelaskan ulang kepada
klien dan menuliskan guna dari obat tersebut. Karna kan
klien HIV/AIDS itu minum obat yang tidak sedikit, apalagi
kalau klien tersebut memiliki penyakit lain yang
menyertainya, otomatis obat yang diberikan akan lebih
banyak. Tidak sedikit juga klien masih ada yang belum
memahami dengan pengobatannya.”117
Hal lain juga dijelaskan oleh ibu Luci berikut ini:
manajer kasus sebagai advokat bukan hanya di bidang obat saja, tetapi
117
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
118
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Jumat, 21 Juli 2017
109
manajer kasus melakukan mediasi hanya sekali dan dilanjutkan dengan
119
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
120
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
110
b. Peran sebagai broker (Broker)
klien yang sudah digali pada tahap asesmen yang tujuannya adalah
supaya klien memahami apa yang dia alami. Manajer kasus juga
bulan sekali, atau bisa sebulan sekali sesuai dengan kebutuhan klien-
klien ODHA. Hal tersebut seperti pernyataan dari ibu Ribka berikut
ini:
111
dengan peran kita sebagai fasilitator. Karna fasilitator juga
bertugas untuk memfasilitasi proses penyediaan layanan
kan melalui LSM, pemerintah atau organisasi lainnya “122
masyarakat lainnya, seperti melakukan terapi kelompok antara klien dengan teman-tem
Hal tersebut tersebut diperkuat dengan pengamatan langsung yang dilakukan penulis. P
berikut adalah hasil dokumentasinya:
Gambar 4.2
Kegiatan tes VCT di Kalibaru Jakarta Utara dalam acara HAS (Hari AIDS Sedu
122
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
112
Peran manajer kasus sebagai broker ini juga diperkuat dari
klien UB:
“Waktu itu sih aku suka dikasih tau harus tes ini itu
di rumah sakit yang untuk anak-anakku, trus aku harus
ketemu dokter itu. Trus dikasih tau kalau mau punya anak,
bisa ikut program, program supaya bisa cepat mempunyai
anak dan supaya anaknya negatif. Aku juga diajak bertemu
dengan teman-teman sebaya supaya aku bisa sharing
dengan yang sesama yang positif juga. Kalau ada LSM
yang adain kegiatan misalnya tentang anak, aku suka di
kasih tahu sama mba lusi. Trus aku suka dateng ke acara
itu.”124
Berdasarkan pemaparan dari klien UB dan RW dapat dikatakan
123
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
124
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
113
kebutuhan klien, menghubungkan klien dengan DINSOS ataupun
peran yang utama yaitu bertindak sebagai sentral point bagi klien.
manajer kasus adalah pihak yang paling mengetahui seluk beluk kasus
125
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
126
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
114
sebagai koordinator dalam memberikan pelayanan dengan cara
oleh klien. Seperti dalam acara memperingati hari AIDS sedunia yang
KPA, KPAP, KPAD, Dinas Sosial,LSM-LSM, yang bertujuan bahwa masih ada yang m
dokumentasinya:
Gambar 4.3
Sambutan yang dihadiri oleh Lembaga Sosial Masyarakat lainya dalam acara HAS (Hari AIDS Sedu
gizi dan juga psikolog tergantung dengan kasus penyakit yang dialami
115
“sebelum kita mengadakan case conference kan kita
juga sudah berkoordinasi dengan perawat dan dokter
tentang kondisi kesehatan klien, lalu saya yang mengatur
jadwal bersama dengan perawat dokter penyakit dalam
untuk melakukan CC, lalu di dalam sekali pertemuan CC
biasanya kita bahas bisa sampai 5 kasus, disesuaikan
dengan kasus yang urgent terlebih dahulu. Kita
mengundang kelompok profesional tergantung dengan
kasus penyakit yang dialami setiap klien. kita melakukan
CC bisa sebulan sekali, bahkan bisa lebih dari sekali
tergantung kasus klien yang urgent”127
case conference dengan pihak medis minimal satu bulan satu kali
dokter penyakit dalam, perawat, ahli gizi, dan psikolog. Dokternya pun
seperti yang diutarakan oleh ibu Luci selaku manajer kasus berikut ini:
127
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
116
sebenarnya dialami klien, dirasakan klien. setelah kita
mendengarkan yang diceritakan klien, semakin lama kita
mengerti apa yang dialami klien, sehingga kita bisa
membantu klien memberikan rekomendasi untuk
menyelesaikan masalah klien. setuju atau tidaknya klien
dengan apa yang kita rekomendasikan, itu tergantung klien.
kita tidak bisa memaksakan. Tetapi kita memberikan
penjelasan dari setiap rekomendasi yang kita tawarkan apa
saja manfaatnya.”128
Hal tersebut juga didukung dari pernyataan ibu Ribka berikut ini:
klien setelah klien bercerita tentang apa yang dialaminya yaitu pada
dialaminya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh klien RW, berikut ini:
128
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
129
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
117
aku juga bisa membantu aku dalam mengatasi apa yang aku
alamin, ya aku setuju.”130
RW mengungkapkan bahwa saat dia bercerita tentang masalahnya,
bahwa manajer kasus selalu memberi arahan untuk UB supaya dia bisa
klien UB:
relasi utama dengan klien dan keluarganya serta mendukung klien dan
130
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
131
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
118
klien belum siap dan tidak mau kita pendekatan dengan
keluarganya, kita juga tidak memaksakan.”132
membuat klien semangat dan putus semangat, tetapi hal tersebut juga
atas persetujuan klien karena ada klien juga yang memang awalnya
tidak mau statusnya diketahui dulu sebelum klien yang membuka diri
HIV/AIDS ini bisa lebih paham, seperti yang diungkapkan oleh ibu
132
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
133
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
119
Ibu Luci mengungkapkan bahwa manajer kasus juga harus selalu
memberi dukungan kepada klien supaya klien patuh untuk minum obat
dan tidak menyebarkan virus itu ke orang lain. Hal tersebut juga
“Iya sejauh ini yang saya tau sih iya. Karna ada
anggota keluarga klien-kliennya ibu lusi yang memang
dekat juga dengan ibu lusi. Karna saya sendiri juga
memiliki relasi yang baik dengan anggota keluarga klien
ibu lusi saat ini, seperti anaknya, suaminya, atau orang
tuanya yang masih ada. Saat klien dan manajer kasus
melakukan asesmen atau penggalian masalah, dari situ kita
mengarahkan klien untuk melakukan pengobatan yang
diperlukan. Kita juga selalu memberikan informasi jika
klien tidak mau melakukan pengobatan, atau klien putus
minum obat. Kita selalu kasih tahu bahaya dan manfaat dari
minum dan putus minum obat itu. kita selalu kasih motivasi
untuk klien. supaya klien bisa semangat lagi.”134
134
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
135
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
120
Sedangkan klien RW mengungkapkan bahwa awalnya manajer
kasus tidak dekat dengan anggota keluarga klien, seperti anak klien,
statusnya, manajer kasus baru dekat dengan anak dan orang tua klien,
Yayasan LAYAK
136
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
121
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
137
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
122
merencanakan untuk pemeriksaan medis dan juga supaya mendapatkan
atau profesional lainnya. Berikut ini yang diungkapkan oleh ibu Ribka:
138
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
139
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
123
Hal tersebut diperkuat dengan pengamatan langsung yang
mengikuti acara sharing bersama antara ibu dan anak yang positif
Gambar 4.4
Kegiatan sharing bersama teman sebaya di Yayasan RACHEL dalam acara HAS
124
pertemuan sebaya yang tujuannya ya buat aku-aku juga.
Jadi rencananya yang kita buat sama-sama ya nanti tetap
dibantu juga sama mba lusi untuk pelaksanaannya.”140
untuk membantu klien supaya klien nantinya bisa memahami dan bisa
140
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
141
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
142
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
125
Pernyataan ibu Luci diatas senada dengan pernyataan ibu Ribka
berikut ini:
permasalahan yang dialami klien telah bisa diatasi dan klien sudah
mendidik anaknya yang positif juga dan UB saat ini juga sudah
Yayasan LAYAK.
143
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
126
penyuluhan untuk klien-klien yang positif dengan tema “Pemberian
Gambar 4.5
Penyuluhan yang dilakukan Yayasan LAYAK untuk teman-
teman sebaya
berkoordinasi juga dengan psikolog rumah sakit, dan beberapa klien yang
positif dan yang memiliki anak yang positif juga. Dengan adanya acara
tersebut, dapat memotivasi klien supaya klien bisa lebih semangat lagi dan
144
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
127
Klien UB juga mengungkapkan bahwa manajer kasus selalu
145
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
146
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
128
Hal tersebut juga diperkuat dengan pengamatan penulis. Penulis
Gambar 4.6
Hasil tes CD4 klien UB
Hal tersebut juga senada dengan yang diungkapkan oleh ibu Ribka
berikut ini:
147
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
129
tetapi hanya intinya saja dengan singkat, seperti yang diungkapkan
“Aku kurang tahu juga sih waktu itu apa saja file
yang disimpan sama MK, setau aku sih cuma kayak tentang
kasus aku sama biodata-biodata aku aja.”150
Berdasarkan pemaparan dari kedua informan diatas yaitu klien UB
kembali apa yang ada di dalam form manajemen kasus tentang klien
148
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
149
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
150
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
130
Tabel 4.1
131
Perencanaan (Planning) Peran sebagai koordinator
Pada tahap perencanaan ini, manajer pelayanan (Coordinator)
kasus membuat perencanaan dengan kordinator pelayanan merupakan peran
memberikan beberapa pilihan dalam yang utama yaitu bertindak sebagai
menentukan pelayanan yang di sentral point bagi klien. manajer kasus
butuhkan klien berdasarkan asesmen adalah pihak yang paling mengetahui
yang dilakukan oleh manajer kasus. seluk beluk kasus klien, sehingga saat
melakukan rujukan atau saat berperan
sebagai broker, advokar, maupun
problem solver, manajer kasuslah yang
paling paham apa yang menjadi
kebutuhan klien.
132
diberikan kepada klien serta dapat diterima klien. Perencanaan yang
menghindari masalah-masalah yang dibuat manajer kasus menentukan
tidak terduga terjadi pada klien, implementasi atau pelaksanaan
mencatat apa saja yang telah pelayanan yang akan dilakukan oleh
dilaksanakan dan belum profesi selanjutnya.
dilaksanakan sehingga nantinya bisa
dilakukan asesmen ulang.
Pengakhiran (Termination) Peran sebagai pemecah masalah
Terminasi merupakan tahapan (Problem solver)
terakhir dalam manajemen kasus. manajer kasus membantu klien dalam
terminasi dilakukan apabila klien memecahkan masalahnya yaitu setelah
sudah terpenuhi kebutuhannya mengasesmen klien, lalu membuat
dengan baik dan dirasa sudah bisa perencanaan, lalu mengarahkan klien
mandiri supaya klien bisa mengatasi
masalahnya sampai permasalahan yang
dialami klien telah bisa diatasi dan
klien sudah cukup mandiri untuk
mengelola kasusnya sendiri
133
C. Analisis
permasahalah yang dialami oleh ODHA, salah satunya seperti klien yang
terjadinya stigma, takut di isolasi, maka dari itu perlu segera diselesaikan.
dilakukan pekerja sosial dan peran seorang manajer kasus seperti yang
134
1. Tahapan manajemen kasus dalam menangani ODHA yang
kasus seperti yang telah diutarakan oleh Albert R. Roberts dan Gilbert
tangan kontrak pada intake form yang telah disediakan oleh manjaer
kasus. Didalam intake form berisikan tentang hak dan tanggung jawab
135
klien selama di dampingi oleh manajer kasus, lalu surat pernyataan
Hal ini sesuai dengan tahap wawancara awal atau intake yang
memahami apa yang akan diterima dan tanggung jawab sebagai klien.
b. Asesmen (Assessment)
banyak atau tidak. Kalau tidak, bisa buat jadwal lagi untuk bertemu di
lain hari. Tidak jarang proses asesmen ini dapat dikatakan konseling,
dilakukan untuk asesmen klien terkait dengan apa saja yang menjadi
masalah bagi klien dan memberikan penguatan pada klien (lihat bab 4
136
siapa saja yang terinfeksi di dalam keluarga, juga melihat dan bertanya
klien sesuai yang ada di dalam form manajemen kasus (lihat bab 4 h.
90)
Seperti yang dirasakan oleh klien UB yang merasa bahwa dia sangat
apa yang dialaminya dan anak-anaknya. pada saat itu klien RW juga
klien (dalam tahap ini, manajer kasus melakukan kontak awal dengan
137
klien, dan mengumpulkan informasi awal tentang klien, terutama data
pribadi dan latar belakang klien serta potensi yang dimiliki oleh klien
dialami klien, karena akan dengan mudah nantinya manajer kasus dan
c. Perencanaan (Planning)
138
mempunyai banyak teman yang sebaya sehingga klien yang sesama
pemeliharaan kesehatan.
Hal serupa juga dilakukan manajer kasus pada klien RW, manajer
kepada anak-anaknya (lihat bab 4 h. 95). Seperti pada teori yang ada
dibuat bersama.
139
lembaga sosial lainnya, melakukan home visit kerumah klien,
dan kegiatan.
d. Pelaksanaan (Implementation)
dengan klien jika sedang tidak bisa bertemu. Seperti memberi masukan
dan penguatan kepada klien supaya klien tidak merasa putus asa (lihat
(lihat bab 2 h. 40), bahwa dalam tahap pelaksanaan mencakup dua hal
yaitu direct service yaitu pelayanan langsung dan indirect service atau
140
pada pelayanan tidak langsung atau indirect service, manajer kasus
berupa lembaga sosial dan juga lembaga yang dapat menjadi mutual
care bagi klien, dan juga seorang manajer kasus perlu melakukan
intervensi terhadap keluarga klien atau teman klien agar klien bisa
tidak langsung sehingga klien bisa patuh untuk minum obat dan klien
bisa mempunyai banyak link jika nanti sudah tidak didampingi oleh
manajer kasus Yayasan LAYAK lagi. Seperti salah satu Yayasan yang
e. Pemantauan (Monitoring)
komunikasi baik itu telepon atau sms, manajer kasus tidak hanya
141
berkoordinasi dengan profesional lainnya seperti dokter yang
manajer kasus untuk klien, ataupun ada salah satu atau teman sebaya
selain dari pemaparan klien saja (lihat bab 4 h. 103). Seperti yang
layanan lain.
f. Evaluasi (Evaluation)
dengan kebutuhan klien dan tingkaat infeksi HIV yang dimiliki atau
mencarikan klien solusi jika ada masalah yang belum tercapai atau ada
142
kembali, melihat form manajermen kasus (lihat bab 4 h. 106). Hal ini
h. 42). Jika pada tahap ini ada pelaksanaan yang belum berhasil,
g. Pengakhiran (Termination)
dilakukan dengan cara bicara kepada klien kalau proses ini sudah
selesai atau bisa juga dengan secara sepihak tergantung dengan klien
ada yang memang sudah tidak mau dibantu, Klien pindah atau
atau lebih. Pada intinya komunikasi antara klien dan manajer kasus
masih berjalan tetapi tidak seintens saat menjadi klien (lihat bab 4 h.
109). Hal tersebut sesuai dengan teori manajemen kasus pada tahapan
143
pelayanan sosial, sistem komunitasnya atau yang lainnya sesuai
klien agar klien, agar klien bisa mendapatkan akses pelayanan yang
klien yaitu klien UB, manajer kasus berbicara atas nama klien untuk
144
membantu klien supaya klien memahami dan mendapatkan apa yang
ulang kepada klien saat klien tidak mengerti dengan obat yang sudah
diberikan seperti pada kasus klien UB. Pada kasus klien RW, manajer
seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa pada kasus salah satu klien
yaitu klien UB, manajer kasus berbicara atas nama klien untuk
ulang kepada klien saat klien tidak mengerti dengan obat yang sudah
diberikan seperti pada kasus klien UB. Manajer kasus membela dan
almarhum suaminya
145
sebagai broker yaitu dengan menghubungkan klien dengan layanan
(lihat bab 4 h. 115). Hal tersebut sesuai dengan teori peran sebagai
LSM lain dan berdasarkan hasil temuan yang ada dilapangan, manajer
146
Peran sebagai broker dan fasilitator lebih sering digunakan pada
lainnya, dengan KPA, KPAP, Dinas Sosial atau pihak medis untuk
dibutuhkan klien (lihat bab 4 h. 118). Hal tersebut sesuai seperti yang
dari satu layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka dari itu
147
manajer kasus berkoordinasi ulang dengan lembaga lain saat klien
bab 2 h. 52). Dari hasil temuan lapangan dapat terlihat bahwa manajer
121).
148
yang dijelaskan diatas bahwa manajer kasus membantu klien
hubungan yang baik dengan klien dan dengan keluarga klien serta
123). Hal ini sesuai dengan peran manajer kasus sebagai konselor
harus memiliki relasi yang baik dengan klien dan dengan keluarga
sehingga mampu mengetahui hal apa saja yang dapat mendukung dan
melemahkan klien (lihat bab 2 h. 53). Dalam hal ini peran sebagai
memiliki relasi yang baik antara klien dan keluaganya, manajer kasus
akan mengetahui seperti apa situasi saat ini yang mendukung ataupun
149
f. Peran sebagai perencana (Planner)
Karena salah satu tanggung jawab utama dari manajer kasus adalah
sampai klien menerima (lihat bab 2 h. 53). Hal tersebut sesuai karena
permasalahan yang dialami klien telah bisa diatasi dan klien sudah
150
mendidik anaknya yang positif juga dan UB saat ini juga sudah
saat ini, dan belajar untuk memecahkan masalah mereka sendiri (lihat
bab 2 h. 54).
kasus lagi. Dalam peran sebagai problem solver, bahwa peran tersebut
151
mencatat lebih banyak karena kolom yang tersedia sangat terbatas
dengan klien.
152
BAB V
A. Kesimpulan
153
sebagai manajer kasus dalam menangani ODHA. Dari penelitian yang
(monitoring), evaluasi, dan terminasi. Dan juga ada peran pekerja sosial
154
b. Asesmen (Assessment)
c. Perencanaan (Planning)
155
memberikan kontribusi dalam pelayanan untuk klien dari pihak
d. Pelaksanaan (Implementasi)
e. Pemantauan (Monitoring)
156
rencana ulang. Manajer kasus di Yayasan LAYAK melakukan
dengan layanan lain sesuai yang telah dirujuk untuk klien pada
ada yang terhambat, jika ada yang belum berhasil dan masih ada
f. Evaluasi (Evaluation)
terjadi pada klien, mencatat apa saja yang telah dilaksanakan dan
ulang.
g. Terminasi (Termination)
157
dengan cara dibicarakan kepada klien bahwa klien sudah mandiri
dan tidak perlu di dampingi lagi, bisa juga dengan secara sepihak
lain ataupun tidak ada kontak selama 12 bulan atau lebih. Kalau
mandiri.
dengan pihak rumah sakit agar klien bisa menebus obat dulu, dan
158
ditentukan. Membela dan mewakili klien saat klien merasa di
teman sebaya.
159
rekomendasi layanan yang sesuai untuk klien, dan manajer kasus
untuk klien jika ada informasi tentang apa yang klien butuhkan.
160
yang dibutuhkan. Perencanaan yang dibuat manajer kasus
161
B. Saran-saran
162
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. Belajar Teori Pekerjaan
Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011.
Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok:
FISIP UI Press, 2005.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2001.
Ghoni, M.Djunaedi dan Almanshur, Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012.
Halim, Akbar. dkk. Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak. Jakarta:
Direktorat Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial,
2010.
Hermawati, Istiana. Metode dan Tekhnik dalam Praktek Pekerjaan Sosial.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001.
Irawan, Soehartono. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Julianto, Irwan. Jika Ia Anak Kita: Aids dan Jurnalisme Empati. Jakarta:
KOMPAS, 2002
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,
1985.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi ke-15. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,1998.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi ke-20. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2009.
Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Al-Huda, 2005.
Nainggolan, Yossa A.P. Stigmatisasi dan Diskriminasi Odha dan Ohida. Jakarta:
KOMNASHAM, 2006.
Nasrunodin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis Dan Sosial, edisi
ke-2. Surabaya: Airlangga University Press,2014.
Rakhmat. Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif. edisi ke-12. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Roberts, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku pintar pekerja sosial, edisi
pertama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008.
Sevilla, Cunsuelo G, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta, 2009.
163
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. edisi ke-13.
Bandung: IKAPI, 2011.
Sutaat. dkk. Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran Dan Keluarganya
Di Daerah Asal. Jakarta: Ciputat Press, 2009.
Warto. dkk. Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV Dan AIDS.
Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008.
Woodside, Marianne R. dan McClam, Tricia. Generalist Case Management, 3th
ed. Thomson Brooks/Cole, 2006.
164
“Undang-undang Republik Indonesia.” diakses pada 8 juni 2016 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1618.pdf
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
Wawancara pribadi dengan ibu Luci selaku manajer kasus dalam menangani
ODHA di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
Wawancara pribadi dengan ibu Ribka selaku pekerja sosial dalam
165
PEDOMAN WAWANCARA
DEWAN PEMBINA/KETUA YAYASAN LAYAK
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Gambaran Umum Lembaga
Apa saja yang menjadi visi, misi serta tujuan didirikannya Yayasan LAYAK?
Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan LAYAK ini?
Apa saja program yang ada di Yayasan LAYAK?
Apa saja fasilitas yang ada di Yayasan LAYAK?
Sumber dana Yayasan LAYAK berasal dari mana saja?
Mengapa manajemen kasus menjadi sebuah metode penanganan yang digunakan dalam
proses pelayanan di Yayasan LAYAK ini?
Apakah tujuannya digunakan manajemen kasus dalam menangani klien ODHA?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses wawancara awal dengan klien,
Wawancara Awal (Intake) sehingga klien mau untuk menjadi klien?
Apakah ada intake form atau persetujuan untuk menjadi
klien?
Bagaimana menggali informasi klien, sampai klien mau
Asesmen (Assessment) terbuka dan menceritakan masalahnya?
Apakah ada form assessment tentang klien?
Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan manajer
kasus setelah menggali permasalahan pada tahap
Perencanaan (Planning) asesmen?
Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal
kepada klien untuk mengarahkan klien agar dapat
melaksanakan yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
Pelaksanaan kasus secara langsung?
(Implementation) Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus secara tidak langsung?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien?
Pemantauan (Monitoring) Apakah seorang manajer kasus selalu berkomunikasi
dengan baik kepada klien untuk bertanya tentang yang
sudah dilaksanakan?
Bagaimana manajer kasus pernah mengevaluasi atau
membahas kembali apa yang sudah terlaksana berjalan
dengan baik atau kurang baik?
Evaluasi (Evaluation) Apakah manajer kasus sering mengadakan diskusi
dengan manajer kasus lainnya baik itu di Yayasan
LAYAK atau profesional lainnya?
Bagaimana proses terminasi yang dilakukan manajer
Pengakhiran (Termination) kasus?
apakah ada form untuk terminasi?
3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Bagaimana manajer kasus memberikan akses pelayanan
Peran sebagai advokat kepada klien supaya klien bisa memperbaiki kualitas
(Advocate) hidupnya berdasarkan kepentingan klien?
Peran sebagai broker Bagaimana manajer kasus mengarahkan klien agar klien
(broker) mendapat apa yang klien butuhkan?
Bagaimana manajer kasus menjalankan perannya
Peran sebagai koordinator sebagai koordinator pelayanan?
pelayanan (Coordinator) Manajer kasus berkoordinasi dengan siapa saja dalam
menangani klien?
Peran sebagai konsultan apakah manajer kasus memberikan informasi tentang
(Consultant) tujuan pelayanan kesehatan yang diberikan?
Apakah manajer kasus juga memiliki relasi yang baik
Peran sebagai konselor dengan anggota keluarga klien?
(Counselor) Bagaimana manajer kasus memberikan informasi
tentang masalah terkait klien dan juga tentang masalah
medis yg klien butuhkan?
Peran sebagai perencana Bagaimana peran bapak atau ibu sebagai perencana
(Planner) dalam tahap manajemen kasus ini?
Peran sebagai pemecah Bagaimana manajer kasus membantu klien
masalah (Problem solver) menyelesaikan masalah mereka?
Siapa saja yang terlibat ?
Peran sebagai pemegang Bagaimana manajer kasus membuat dan mengumpulkan
catatan kasus(recordkeeper) dokumen-dokumen penting yan berhubungan dengan
klien?
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJER KASUS
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Gambaran Umum Lembaga
Mengapa manajemen kasus menjadi sebuah metode
penanganan yang digunakan dalam proses pelayanan di
Yayasan LAYAK ini?
Apakah tujuannya digunakan manajemen kasus dalam
menangani klien ODHA di Yayasan LAYAK ini?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses wawancara awal dengan klien, sehingga
klien mau untuk menjadi klien?
Wawancara Awal (Intake) Bagaimana proses klien UB dan RW ketika setuju untuk
menjadi klien?
Apakah ada intake form atau persetujuan untuk menjadi
klien?
Bagaimana proses menggali informasi klien, sampai klien
mau terbuka dan menceritakan masalahnya?
Jelaskan proses asesmen pada klien UB dan RW? Apa saja
Asesmen (Assessment) masalah yang dialami klien UB dan RW saat itu?
Apakah manajer kasus hanya mengetahui informasi
tersebut hanya dari klien saja atau dari orang lain juga
seperti teman klien atau anggota keluarga klien?
Apakah ada form asesmententang klien?
Kapan asesmen tersebut dilakukan? Apakah bersamaan
dengan intake?
Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan manajer
kasus setelah menggali permasalahan pada tahap asesmen?
Jelaskan proses perencanaan yang dibuat manajer kasus
untuk klien UB dan RW setelah tahap asesmen?
Kapan proses perencanaan itu dibuat?
Perencanaan (Planning) Apakah bersamaan dengan asesmen?
Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal kepada
klien untuk mengarahkan klien agar dapat melaksanakan
yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus secara langsung (direct service)?
Pelaksanaan Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
(Implementation) kasus secara tidak langsung (indirect service)?
(Seperti menghubungkan klien dengan sumber daya yang
dibutuhkan berupa lembaga sosial lainnya, apakah
melakukan intervensi terhadap keluarga atau teman supaya
klien bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan?)
Jelaskan proses pelaksanaan klien UB dan RW setelah
tahap perencanaan yang dibuat?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien UB dan RW?
Pemantauan (Monitoring) Apakah manajer kasus selalu berkomunikasi dengan baik
kepada klien untuk bertanya tentang yang sudah
dilaksanakan?
Bagaimana manajer kasus mengevaluasi atau membahas
kembali apa yang sudah terlaksana berjalan dengan baik
atau kurang baik pada klien UB dan RW?
Jelaskan evaluasi yang dilakukan manajer kasus pada klien
UB dan RW setelah tahap monitoring?
Evaluasi (Evaluation) Apakah manajer kasus mendiskusikannya dengan sesama
manajer kasus atau pekerja sosial lainnya, pihak medis,
ataupun yang lainnya (Sebutkan siapa saja)?
Pengakhiran Bagaimana proses terminasi yang dilakukan manajer
(Termination) kasus?
Asesmen (Assessment)
Bagaimana pekerja Kalau aku sih termasuk orang yang kepo ya mba, aku orangnya
sosial selalu nanya. Jadi waktu itu MK nya tau informasinya ya cuma
mengumpulkan dari aku aja mba. Karna kan aku juga belum cerita ke keluargaku,
informasi tentang jadi engga ada yang tahu mba selain aku sama kakak ipar aku
ibu? yang masih single waktu itu.
Apakah ibu Awalnya sih aku ragu mau cerita dari mana, aku juga belum
merasakan percaya apakah aku harus membuka diri. Aku rada takut waktu
kenyamanan dengan itu dengan status ku yang positif ini. Cuma setelah aku bertemu,
manajer kasus saat dan mulai berbicara, dan diyakini oleh manajer kasus nya, ya aku
bercerita tentang mulai bercerita saja, dan lama kelamaan aku merasakan
permasalahanyang kenyamanan dengan respon balik yang diberikan oleh MK-nya
dialami? saat itu.
Apa saja Saat itu aku bilang kalau aku bingung banget dengan status aku
permasalahan yang yang mengidap HIV ini, sampai saat ini juga aku engga pernah
dialami klien saat cari tahu kalau almarhum suamiku dapat dari mana virus ini.
bercerita dengan Cuma saat itu yang aku fikirin, aku harus tetep hidup, dan gimana
manajer kasus? caranya aku buka status ku ke anak-anakku dan membuka status
mereka pada mereka sendiri, yang pada saat itu anakku masih
sangat kecil berumur 4,5 tahun. Aku juga belum bilang ke
keluargaku dan keluarga suamiku.
Aku juga sempat putus asa karna capek setiap hari minum obat,
dan aku juga suka sedih saat anak-anakku pernah tanya “kenapa
sih bun kita harus minum obat terus setiap hari”. Aku juga sedih
sebenarnya, sempat merasa terpuruk lagi setiap anak-anakku
bertanya seperti itu.
Perencanaan (Planning)
Setelah bercerita Kalau rencana sih iya, waktu itu MK-nya dan aku sama-sama cari
tentang solusi yang terbaik gimana caranya bilang ke anak-anakku dulu
permasalahan yang baru ke keluarga aku.
dilami, apakah ada Aku juga didaftarkan untuk ikut dukungan sebaya. Tujuannya sih
rencana-rencana supaya aku dapat semangat lagi, supaya jangan mudah menyerah.
yang dibuat bersama Dan aku setuju untuk didaftarkan ikut kelompok dukungan
antara klien dengan sebaya.
manajer kasus?
Apakah manajer Oh iyaaa, waktu itu bantuin aku kok. Pada saat itu udah ganti jadi
kasus membantu mba lusi MK-nya. Cuma aku tetap nyaman, karena saat pindah
membuat jadwal ke mba lusi, sebelumnya mba murli minta izin dulu ke aku. Trus
kepada klien untuk aku bilang iya engga apa apa kalau mba lusi tau. Karna kan mba
mengarahkan klien lusi juga manajer kasus disana.
melaksanakan yang Trus aku dikasih arahan, gimana kalau begini, gimana kalau
direncanakan? begitu. Karna kan saya juga bingung pada saat itu, jadi saya
engga bisa ambil keputusan sendiri.
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Kalau secara langsung sih kita sering ketemuan, kadang juga
pelaksanaan yang kabar-kabaran via telfon kalau memang aku engga bisa ketemu.
dilakukan manajer Kalau ada yang engga sesuai sama rencana yang dibuat sama-
kasus kepada klien sama waktu itu, aku suka langsung laporan, aku tanya gimana ya
secara langsung? baiknya, aku cerita lagi panjang lebar ini itu.
Kayak waktu itu aku akhirnya berani buka status ku didepan
anak-anakku setelah dapat dukungan juga, dapat saran dari MK.
Akhirnya aku berani, aku jelaskan tentang HIV dulu, lalu aku
ajarkan anak-anakku untuk selalu jaga kebersihan dan jangan
pernah bercerita tentang ini kepada teman sekolahnya yang lain,
aku jelaskan karna banyak yang masih belum paham tentang HIV
ini, karna kan takutnya nanti anakku di diskriminasi dengan
orang yang pemahamannya kurang tentang HIV ini.
Aku selalu di motivasi sama mba lusi waktu itu, supaya aku bisa
tetap semangat minum obat, dan ternyata aku sadar kalau salah
satu yang buat aku semangat minum obat cuma buat anak-
anakku. Aku berfikiran kalau aku harus semangat lebih dari anak-
anakku. Kadang sempat aku putus asa, cuma setiap aku merasa
begitu, aku suka datang ke bangsal lihat teman-teman yang
seperti aku yang sakit, dirawat. Makanya aku suka semangat lagi,
karna aku tidak mau sakit. Nanti siapa yang menjaga anak-
anakku kalau aku sakit. Makanya aku suka jadi semangat lagi
setiap aku dari bangsal.
Bagaimana proses iya waktu itu kan aku pernah diajak sama mba murli ketemu
pelaksanaan yang sama teman-teman yang sebaya, yang terkena HIV juga sama
dilakukan manajer seperti aku. Waktu itu aku diajak kumpul sama teman-teman
kasus kepada klien sebaya, kalau sekarang sudah jadi yayasan namanya Yayasan
secara tidak KOTEX Komunitas Texas. Awalnya itu dari kumpulan teman
langsung? sebaya yang dari Yayasan LAYAK. Trus aku diajak buat sharing
Seperti bareng juga. Mungkin secara engga langsungnya, ya melalui
menghubungkan Komunitas Texas ini yang awalnya aku diajak ketemu teman-
klien dengan LSM- teman sebaya diajak sama mba murli pada saat itu.
LSM lainnya sesuai
yang dibutuhkan
klien.
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Kalau pemantauannya sih, yaaa dengan via telfon aja. Kita selalu
pemantauan yang kabar-kabaran via telfon kalau memang sedang tidak bisa
dilakukan manajer bertemu. apalagi kalau aku ada kendala sedikit yang aku harus
kasus kepada klien? tanyain ke mba lusi dan mba lusi sibuk, kan bisa ngobrol ditelfon
aja. Contohnya seperti waktu aku ngomong ke mertua aku
tentang statusku dan anakku kan aku sempat dijauhi. Trus aku
cerita aja ke mba lusi. Trus mba lusi ajak aku ketemu, dia
nenangin aku, trus aku jadi yakin lagi buat jelasin ke mertua aku
lagi. Atau kayak sekarang ini nih aku kan sudah menikah lagi
sejak tahun 2013 dengan suamiku yang sekarang. Waktu itu saat
masa pacaran, aku belum jujur tentang statusku sampai akhirnya
dia tau sendiri dari teman sekantornya yang memang mengetahui
status aku. Karna kan waktu itu aku juga sudah aktif di LSM dan
teman sebaya yang positif seperti aku. Trus aku juga dengar-
dengar dari temanku kalau katanya ada teman sekantornya yang
kasih tau. Nah disitu aku bingung, apakah aku harus jujur atau
gimana, tapi aku takut dia engga bisa terima aku. Trus aku telfon
MK aku kan, aku telfon mba lusi, aku cerita semuanya, dan MK
aku bilang kalau aku harus berani buka statusku kalau memang
serius untuk kedepannya. Akhirnya pacar aku ajak aku ketemu
dan dia tanya tentang statusku, dan anehnya dia malah terima aku
dengan statusku ini, malah saat itu dia bilang “kenapa kamu
engga kasih tahu dari dulu? Jadi aku bisa lebih perhatikan
kesehatan kamu” dan disitu aku nangis mba, ternyata masih ada
orang yang bisa terima aku dengan kondisiku yang seperti ini.
Apakah manajer Iya selalu komunikasian kok sampai sekarang via telfon dengan
kasus selalu mba murli masih, dengan mba lusi juga. Sekarang kan aku udah
berkomunikasi kerja di LSM juga, jadi pendamping juga di Puskesmas-
dengan ibu? Puskesmas, malah aku sama mba lusi sering sharing-sharing.
Aku pernah ikut juga acara Yayasan LAYAK, buat isi seminar
bantu kasih motivasi.
Sekarang kan LAYAK kerja sama dengan AHF, nah aku juga
kerja membantu LAYAK sekarang sebagai CO, jadi nanti aku
dan LAYAK mengadakan mobile VCT, tapi nanti aku yang urus
surat perizinan di RT,RW,Kelurahan,dan lain-lain. nanti LAYAK
yang menyediakan apa saja yang diperlukan dan dibutuhkan.
Evaluasi (Evaluation)
Apakah manajer Oh iya mba, kan kadang apa yang udah direncanakan engga
kasus pernah sesuai dengan kenyataannya. Nah, aku tuh langsung kabari kalau
mengevaluasi atau ada hal yang kayak gitu, trus kita buat lagi solusi kedepannya
membahas kembali apa. Apalagi waktu itu aku ngomong ke mertua aku kalau aku
apa yang sudah terkena HIV, trus mertua aku yang paling kaget, dia bilang “kok
terlaksana berjalan bisa sih? Kenapa memang?” trus aku disitu bingung gimana lagi.
dengan baik atau Aku cuma bisa nangis pada saat itu. Aku bilang aku engga tahu
kurang baik? kenapa bisa begini. Trus aku sempat dijauhi sama keluarga
almarhum suamiku. Trus aku cerita lagi ke mba lusi, trus setelah
cerita dan kita sama-sama fikirin lagi apa yang harus dilakukan,
ya aku akhirnya memberanikan diri aku buat cerita ke mertua aku
lagi kalau HIV itu ga menular dengan hanya minum dengan gelas
yang sama, berjabat tangan, berpelukan, dan lain-lain. dan lama-
kelamaan mertua aku mengerti juga.
Pengakhiran (Termination)
Apakah ibu Informasi iya pastinya, aku dikasih tau tentang HIV begini begitu
mendapat banyak lebih detailnya. Aku juga dikasih tau nanti bagusnya berobat
informasi dan kemana, ke rumah sakit mana yang ada obat ARV yang dibutuhin
arahan yang ibu sama aku, jadi lebih ngerti. Soalnya kan aku dari nol banget, dari
butuhkan sebagai engga tahu sama sekali tentang ini. Sampai akhirnya sekarang
klien dari manajer aku ngerti.
kasus?
Apakah manajer Iya mba lusi pernah bilang, kalau aku sudah mampu mengelola
kasus dan klien kasusku sendiri. Jadi tidak didampingi lagi sama manajer kasus.
pernah mengadakan tetapi tetap dan masih akan terus berkomunikasi baik. Kalau ada
kesepakatan untuk bantuan akan diinfokan, kalau memang butuh bantuan juga masih
mengakhiri yang bisa cerita. Bahkan sampai sekarangpun juga aku masih sering
sudah direncanakan telfon-telfonan sama mba lusi. Masih berhubungan baik.
dan dilaksanakan
karena dianggap
klien sudah mampu
mandiri?
2 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana manajer Oohh. kalau itu kan aku suka dikasih tahu sama mba lusi kalau
kasus memberikan misalnya ada kegiatan apa gitu di Yayasan lain yang tujuannya
akses pelayanan supaya aku bisa lebih paham atau yang sesuai dengan yang
kepada klien supaya direncanakan. Aku suka diinfokan, trus aku dikasih tahu kalau
klien bisa datang kesana ketemu sama mba siapa gitu aku lupa, trus disuruh
memperbaiki bilang kalau tahu info ini daari mba lusi.
kualitas hidupnya Iya mba lusi pernah bantuin aku ngomong ke keluarga almarhum
berdasarkan suami aku yang belum bisa terima aku. aku ajak mba lusi
kepentingan klien? kerumah mertua aku, trus kita ngobrol bareng, aku juga kenalin
Apakah manajer ke mertua aku kalau mba lusi itu manajer kasus aku, trus mba lusi
kasus selalu kasih tau ke mertua aku tugasnya dia. trus bantuin juga jelasin
membela klien? tentang penyakit aku ini. tapi mertua aku engga langsung berubah
menerima aku kaya sebelum dia tahu, butuh proses juga, aku
ngeyakinin mertua aku juga. kayanya mertua aku baru baik lagi
sama aku dan anak aku setelah 2 bulan lebih deh.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana manajer Waktu itu sih aku suka dikasih tau harus tes ini itu di rumah sakit
kasus mengarahkan yang untuk anak-anakku, trus aku harus ketemu dokter itu. Trus
klien agar klien dikasih tau kalau mau punya anak, bisa ikut program, program
mendapat apa yang supaya bisa cepat mempunyai anak dan supaya anaknya negatif.
klien butuhkan? Aku juga diajak bertemu dengan teman-teman sebaya supaya aku
bisa sharing dengan yang sesama yang positif juga.
Kalau ada LSM yang adain acara misalnya tentang anak, aku
suka dikasihtahu sama mba lusi. Trus aku suka dateng ke acara
itu.
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana manajer Oh kalau waktu itu kan aku dirujuk dari RSPAD juga buat
kasus menjalankan ketemu sama salah satu MK yang ada di Yayasan LAYAK. Trus
perannya sebagai setelah aku ketemu dengan mba murli waktu itu, aku juga suka
koordinator dikasih tau juga lebih detailnya tentang obat yang dikasih sama
pelayanan? dokternya kalau ada yang aku kurang paham juga. kalau waktu
Seperti itu sih aku diajak untuk sharing dan kumpul sama teman sebaya
menghubungkan supaya menguatkan aku. kayak yang tadi sudah aku bilang itu
klien dengan pihak mba.
lain yang
dibutuhkan oleh
klien
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Iya setiap aku cerita sih mba lusi selalu kasih respon balik ke aku,
kasus mampu dia dengerin apa yang aku ceritain, dia bantu aku kasih masukan.
memahami masalah Sampai kita buat solusi nya gimana baiknya.
apa yang dialami Kayak waktu itu aku dikasih tahu tentang banyaknya orang-orang
klien lalu membantu yang seperti aku, trus aku diajak buat ketemu sama mereka biar
memberi arahan aku bisa sharing-sharing bareng mereka, aku sih saat itu setuju.
untuk klien? Dan saat itu mba lusi engga maksa aku apakah aku harus ikut
atau engga. Tapi karna mba lusi kasih tahu aku apa manfaatnya,
dan menurut aku juga bisa membantu aku dalam mengatasi apa
yang aku alamin, ya aku setuju.
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Kalau dengan keluarg aku sih awalnya engga ya mba. Karna aku
kasus juga memiliki tidak mau orang tuaku tahu. Tapi lama-kelamaan setelah aku
relasi yang baik bekerja di LSM, keluargaku kenal dengan mba murni dan mba
dengan anggota lusi yang dulunya sebagai MK ku, yang membantu ku ini itu.
keluarga klien?
Bagaimana manajer Iyaa awalnya kan saya memang tidak mengetahui apa-apa
kasus memberikan tentang HIV ini, lalu saya banyak diberikan informasi tentang
informasi tentang HIV, tentang penularannya seperti apa saja, jadi saya bisa lebih
masalah terkait klien menjaga kalau saya tahu, karna kan aku dari yang engga tahu
dan juga tentang apa-apa sampai sekarang aku tahu banyak, dan bisa kasih tahu
masalah medis yg yang lain yang sama seperti aku juga.
klien butuhkan?
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana manajer jadi mba lusi yang infokan ke aku kalau emang aku perlu ketemu
kasus membantu sama komunitas atau LSM lain sesuai yang aku perluin.
klien dalam Misalnyauntuk membicarakan tentang pengobatan anak, gizi
mempersiapkan anak, atau banyak lainnya.
pelayanan untuk
klien?
Saat wawancara dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di Yayasan LAYA
Saat wawancara dengan ibu Luci selaku pekerja sosial dalam menangani
ODHA di Yayasan LAYAK
Setelah wawancara dengan klien RW dan UB