Anda di halaman 1dari 233

MANAJEMEN KASUS DALAM MENANGANI ORANG

DENGAN HIV/AIDS (ODHA) OLEH PEKERJA SOSIAL PADA


YAYASAN PELAYANAN ANAK DAN KELUARGA (LAYAK)
DI CITAYAM 3 DEPOK

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Di Susun Oleh:
DINA KURNIYAWATI
NIM : 1112054100038

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2017 M
ABSTRAK

Dina Kurniyawati
1112054100038
Manajemen Kasus dalam Menangani Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Oleh Pekerja Sosial Pada Yayasaln LAYAK Citayam 3 Depok
HIV - AIDS merupakan masalah yang serius dan sedang berkembang di
seluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia karena setiap
tahunnya angka penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Dalam menangani
penanganan kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan LAYAK
ditangani oleh para pekerja sosial profesional, karena Yayasan LAYAK didirikan
oleh para pekerja sosial yang berasal dari lulusan pekerja sosial sehingga
menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode pekerja sosial. Pekerja sosial di
Yayasan LAYAK menggunakan metode manajemen kasus dalam menangani
ODHA karena manajemen kasus merupakan salah satu metode intervensi yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dalam menangani
kebutuhan dan permasalahan ODHA berkaitan dengan permasalahan medis dan
psikososial.
Penelitian ini menggunakan teori manajemen kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana seorang pekerja
sosial di Yayasan LAYAK menggunakan tahapan manajemen kasus dan
menjalankan perannya sebagai manajer kasus dalam menangani Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Teknik yang digunakan penulis untuk pemilihan
informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan)
dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai
orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penulis. Informan dalam penelitian ini terdiri dari anggota dewan
pembina, pekerja sosial dalam menangani ODHA dan klien ODHA.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tahapan manajemen
kasus yang meliputi wawancara awal (intake), asesmen (assessment), perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementasi), pemantauan (monitoring), evaluasi dan
terminasi (termination). Adapun juga peran seorang pekerja sosial sebagai
manajer kasus meliputi advokat (advocate), broker, koordinator pelayanan
(coordinator), konsultan (consultant), konselor (counselor), perencana (planner),
pemecah masalah (problem solver), dan sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper). Terdapat hal menarik dalam penelitian ini ialah keberhasilan dari
metode manajemen kasus yang digunakan pekerja sosial Yayasan LAYAK, yaitu
banyak dari klien yang menjadi berdaya dan patuh untuk minum obat. Selain itu,
ada perkumpulan teman sebaya yang awalnya hanya dikumpulkan oleh manajer
kasus Yayasan LAYAK, dan sekarang telah berkembang sampai mendirikan
yayasan sendiri bernama Yayasan KOTEX MANDIRI.

Kata Kunci: Metode Manajemen Kasus, Tahapan Manajemen Kasus, Peran


pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Manajemen Kasus Dalam Menangani
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Oleh Pekerja Sosial Pada Yayasan LAYAK
Citayam 3 Depok. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepad Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-Nya.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, masih banyak kekurangan yang terjadi baik dari penulisan maupun
materi dalam skripsi. Masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis untuk penyempurnaan skripsi ini. skripsi ini merupakan tugas akhir
yang harus diselesaikan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial jurusan
Kesejahteraan Sosial. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya
penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA Selaku Dewan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr.
Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan sebagai dosen pembimbing skripsi dengan
kesabarannya dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, serta Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekertaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak
memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis, semoga apa yang
diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.

ii
4. Seluruh anggota keluarga penulis yaitu kedua orang tua, Bapak Yakub
dan Ibu Ria yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dan kasih
sayang kepada penulis. Untuk kakak perempuan dan kakak ipar, Kak
Miyarti dan Kak Jupiter. Untuk dua keponakan tersayang, Jesica Minerva
dan Jicelyn Malca Raissa. Terimakasih yang sangat besar atas dukungan
dari kalian semua anggota Keluarga Bapak Yakub.
5. Bapak Jeremias Wutun, M.Si selaku pendiri Yayasan LAYAK yang
memberikan informasi tentang Yayasan LAYAK serta membantu dan
membimbing penulis saat melakukan penelitian.
6. Ibu Lucia Rusmiyati, S.Sos dan Ibu Ribka Pittaria M.Si selaku pekerja
sosial di Yayasan LAYAK dalam menangani ODHA yang telah
memberikan banyak informasi, ilmu, pengalaman sebagai pekerja sosial
dalam menangani ODHA. Semoga kelak penulis bisa menuangkan ilmu
yang telah diberikan sebagai seorang pekerja sosial.
7. Seluruh staf dan klien ODHA yang bersedia di wawancarai oleh penulis.
8. Ridho Yushro Adinatria, terima kasih telah menemani dalam penyusunan
skripsi, memberikan dukungan agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini
dan telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis
serta memberikan semangat kembali yang terkadang hilang dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Asnawari, Diva, Heni, Mala, Rani, dan Agita yang selalu
berjuang bersama yang sudah mendengarkan keluh kesah dan selalu
memberikan memberikan dukungan. Terima kasih atas waktu, semangat,
motivasi, kritik dan saran positifnya selama ini.
10. Teruntuk seluruh teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 yang telah memberikan warna
selama menjalankan perkuliahan.
11. Sahabat yang penulis sayangi sejak di bangku SMA yaitu Puput, Nina,
Aldi, Tami dan Dinda yang memberikan masukan, dukungan serta selalu
memberikan hiburan ketika mulai lelah dalam penyusunan skripsi ini.

iii
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah
memberikan dukungan saran, do’a dan semangat di setiap perbincangan,
penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi
langkah awal penulis untuk meraih kesuksesan kedepannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juni 2017

Dina Kurniyawati

iv
DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK......................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................... v

DAFTAR TABEL.............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR......................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN...................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................ 1


B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................... 10
1. Pembatasan Masalah........................................ 10
2. Perumusan Masalah......................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................. 11
1. Tujuan Penelitian............................................. 11
2. Manfaat Penelitian............................................ 12
D. Metodologi Penelitian............................................ 13
1. Pendekatan Penelitian...................................... 13
2. Jenis Penelitian................................................. 14
3. Lokasi dan Waktu Penelitian........................... 15
4. Teknik Pemilihan Informan............................. 16
5. Macam dan Sumber Data................................. 18
6. Teknik Pengumpulan Data............................... 19
7. Teknik Analisis Data......................................... 20
8. Keabsahan Data................................................ 21
9. Pedoman Penulisan Skripsi............................... 21
E. Tinjauan Pustaka...................................................... 21
F. Sistematika Penulisan.............................................. 23

v
BAB II KERANGKA TEORI................................................ 25

A. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)....................... 25


1. Pengertian ODHA............................................. 25
2. Penyebab HIV/AIDS........................................ 26
3. Ciri-ciri Seorang dengan HIV/AIDS................ 27
4. Risiko yang di terima ODHA di Masyarakat.... 28
5. Pengobatan HIV/AIDS..................................... 29
6. Pencegahan HIV/AIDS..................................... 30
B. Manajemen Kasus.................................................... 31
1. Pengertian Manajemen Kasus............................ 31
2. Tahapan Manajemen Kasus............................... 37
C. Peran pekerja Sosial sebagai manajer kasus............ 43
1. Pekerja Sosial Menurut Para Ahli...................... 44
2. Tugas Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus..... 45
3. Keterampilan-keterampilan pekerja sosial......... 46
4. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial............................ 47
5. Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus...... 50

BAB III PROFIL LEMBAGA.................................................... 57

A. Latar Belakang berdirinya Yayasan LAYAK........... 57


B. Data Organisasi................................................................58
C. Tujuan........................................................................ 59
D. Visi dan Misi....................................................................59
E. Struktur Organisasi..........................................................60
F. Persyaratan menjadi manajer kasus.................................61
G. Program Utama................................................................62
H. Program pelayanan ODHA di Yayasan LAYAK............62
I. Pedoman manajemen kasus Yayasan LAYAK................65
J. Kondisi Fasilitas Lembaga...............................................71
K. Sasaran dan Garapan........................................................71
L. Kinerja Yayasan LAYAK Program HIV/AIDS..............72
M. Kerjasama Dengan Pemerintah........................................74

vi
N. Sumber Dana.............................................................. 74

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS..... 76

A. Profil Informan.......................................................... 76
B. Temuan Lapangan..................................................... 81
1. Tahapan Manajemen Kasus................................. 81
a. Wawancara awal (intake).............................. 82
b. Asesmen (assessment)................................... 86
c. Perencanaan (planning)................................. 92
d. Pelaksanaan (implementation)....................... 96
e. Pemantauan (monitoring).............................. 100
f. Evaluasi (evaluation)..................................... 103
g. Pengakhiran (termination)............................ 105
2. Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus....... 107
a. Peran sebagai advokat (advocate).................. 108
b. Peran sebagai broker (broker)........................ 111
c. Peran sebagai koordinator pelayanan
(coordinator).................................................. 114
d. Peran sebagai konsultan (consultant)............. 116
e. Peran sebagai konselor (counselor)............... 118
f. Peran sebagai perencana (planner)................. 121
g. Peran sebagai pemecah masalah
(problem solver)............................................. 124
h. Peran sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper)........................................... 127
C. Analisis...................................................................... 133
1. Tahapan Manajemen Kasus................................. 134
a. Wawancara awal (intake)............................... 134
b. Asesmen (assessment).................................... 135
c. Perencanaan (planning).................................. 137
d. Pelaksanaan (implementation)........................ 139
e. Pemantauan (monitoring)............................... 140

vii
f. Evaluasi (evaluation)...........................................141
g. Pengakhiran (termination)............................. 142
2. Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus............143
a. Peran sebagai advokat (advocate)................. 143
b. Peran sebagai broker (broker)..............................144
c. Peran sebagai koordinator pelayanan
(coordinator)................................................ 145
d. Peran sebagai konsultan (consultant).......... 147
e. Peran sebagai konselor (counselor)............. 148
f. Peran sebagai perencana (planner).............. 149
g. Peran sebagai pemecah masalah
(problem solver)........................................... 149
h. Peran sebagai pemegang catatan kasus
(recordkeeper).............................................. 150

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................... 152

A. Kesimpulan............................................................... 152
B. Saran.......................................................................... 161

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 162

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 : Karakteristik Informan............................................. 17

Tabel 2.1 : Kerangka Konseptual............................................... 56

Tabel 4.1 : Rangkuman Hasil Temuan....................................... 130

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi................................................... 60

Gambar 3.2 : Proses pelayanan manajemen kasus......................... 70

Gambar 3.3 : Target VCT bulan Juli-Desember 2016.................... 72

Gambar 3.4 : Rekap VCT Juli-Desember 2016............................... 72

Gambar 3.5 : Komposisi Jumlah VCT (N=1659)............................ 73

Gambar 3.6 : Karakteristik ODHA (N=13)..................................... 73

Gambar 4.1 : pedoman-pedoman praktis manajer kasus................. 88

Gambar 4.2 : Kegiatan tes VCT di Kalibaru Jakarta Utara dalam

acara HAS (Hari AIDS Sedunia).............................. 112

Gambar 4.3 : Sambutan yang dihadiri oleh Lembaga Sosial

Masyarakat lainya dalam acara HAS

(Hari AIDS Sedunia)................................................. 115

Gambar 4.4 : Kegiatan sharing bersama teman sebaya di Yayasan

RACHEL dalam acara HAS

(Hari AIDS Sedunia)................................................. 123

Gambar 4.5 : Penyuluhan yang dilakukan Yayasan LAYAK untuk

teman-teman sebaya.................................................. 126

Gambar 4.6 : Hasil tes CD4 klien UB............................................. 138

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara

Lampiran 2 Transkip wawancara

Lampiran 3 Pedoman dokumentasi

Lampiran 4 Hasil daftar dokumentasi

Lampiran 5 Lembar persetujuan untuk menjadi klien (intake

Form) Lampiran 6 Form manajemen kasus

Lampiran 8 Dokumentasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini kasus HIV/AIDS merupakan masalah sosial karena adanya

perlakuan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). ODHA

dianggap orang-orang yang patut dikucilkan karena telah menyalahi norma-norma

yang berlaku di masyarakat, padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya

mendapatkan motivasi dan semangat hidup dari orang-orang di sekitarnya.

Anggapan orang tentang HIV/AIDS yang dapat menular dengan mudah adalah

salah karena sesungguhnya penularan HIV/AIDS dapat dicegah.

Penyakit infeksi HIV/AIDS sejak muncul hingga kini terus menghadirkan

berbagai persoalan kesehatan dan permasalahan sosial. HIV terutama terdapat di

dalam darah, air mani, dan cairan vagina, cairan preseminal, air susu ibu.

Penularannya bisa melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau

heteroseksual), transfusi darah yang mengadung HIV, alat suntik bekas pengidap

HIV; tindik, tattoo, narkoba, injeksi, dan lain-lain, dari ibu hamil kepada janinnya.

Perjalanan alamiah penyakit infeksi HIV potensial melaju menuju AIDS akibat

hadirnya infeksi sekunder atau keganasan. Penularan yang paling banyak yaitu

karena semakin banyaknya hubungan seksual secara bebas dengan orang yang

mengidap HIV. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran

di Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Al-Qur’an

sudah menjelaskan untuk menjauhi perbuatan zina seperti pada surat Al-Isra’ ayat

32, yaitu:

1
Artinya:

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”1

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus menjaga diri kita agar tidak

melakukan perbuatan zina. Mengingat cara penularan HIV, maka kelompok

masyarakat yang mempunyai perilaku risiko tertinggi tertular HIV (High Risk

Behavior) adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas atau

mereka yang sering berganti-ganti pasangan seks, misalnya: PSK dan

pelanggannya, homoseksual/biseksual, waria, pengguna narkotika, wanita pekerja

di panti pijat/kelompok malam/diskotik, penerima transfusi darah atau produk

darah berulang dan anak yang lahir dari ibu pengidap HIV.2

Kasus AIDS yang pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat oleh pusat

pengendalian penyakit (CDC) pada tahun 1981, dan kemudian disusul dari

laporan Amerika Utara dan Eropa. Saat ini AIDS sudah menyebar ke seluruh

penjuru dunia, termasuk Indonesia.3 Saat ini HIV/AIDS telah menginfeksi sekitar

60.000.000 orang di seluruh dunia, dan lebih dari 21 juta telah meninggal

1
Mushaf Al-qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda, 2005), h. 354
2
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 402.
3
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 391.

2
karenanya. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat pada orang

dewasa di seluruh dunia.4

Di Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari 150%, dan Indonesia

menjadi negara dengan pertumbuhan epidemik HIV tercepat. Data dari Ditjen PP

dan PL Kemenkes RI Mei tahun 2013, didapatkan jumlah penderita HIV sebanyak

103.759 dan jumlah penderita AIDS sebanyak 43.3447 dan yang mengalami

kematian sejumlah 8.288. ini meningkat tajam dibandingkan laporan menurut data

KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) pada tanggal 30 September 2007 secara

kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 10.384 kasus AIDS

sebagai laporan AIDS dari 32 provinsi dan 186 kabupaten/kota. Kasus HIV di

Jawa Timur sebanyak 13.599 dan kasus AIDS sebanyak 6.900.5

Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015,

terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan

konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (38.464

kasus), diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat

(17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus). Kasus HIV Juli-September 2015

sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan

seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak

steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki Sesama Lelaki) (24,4 persen).

Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus.

Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan

4
Yossa A.P. Nainggolan, Stigmatisasi dan Diskriminasi Odha dan Ohida, (Jakarta:
KOMNASHAM, 2006), h.55.
5
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 811.

3
tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 40-49

tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen).6

Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa

setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Peraturan Presiden No. 75 Tahun

2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya penanggulangan HIV dan

AIDS di seluruh Indonesia.7

Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan upaya menanggulangi

epidemi HIV, tidak hanya melalui upaya pencegahan tetapi juga pengobatan.

Sebagai respons terhadap 3 by 5 initiative yang dicanangkan oleh

WHO/UNAIDS, tahun 2004 Departemen Kesehatan telah menunjuk 25 rumah

sakit rujukan obat antiteroviral (ARV) untuk dapat menangani ODHA dan

meningkatkan akses ARV. Tahun 2005 ditargetkan agar 10.000 ODHA bisa akses

ARV. Obat ARV diharapkan dapat mengubah prognosis Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA). Tujuan perawatan dan pengobatan adalah menurunkan

jumlah virus sampai ke nilai yang tidak terdeteksi, menurunkan angka infeksi

oportunistik, menurunkan kematian, mempersingkat waktu perawatan di rumah

6
Damar Iradat, “Jumlah Kasus HIV & AIDS di Indonesia Meningkat,” artikel diakses
pada 8 juni 2016 dari http://news.metrotvnews.com/read/2015/11/30/196222/jumlah-kasus-hiv-
aids-di-indonesia-meningkat
7
Undang-undang Republik Indonesia, diakses pada 8 juni 2016 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1618.pdf

4
sakit, mengurangi stigma dan diskriminasi, meningkatkan kualitas hidup serta

memperpanjang usia harapan hidup ODHA.8

Upaya yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI dan

lembaga-lembaga lainnya dalam mengurangi penderita HIV/AIDS dilakukan

melalui edukasi dan promosi yaitu penyuluhan melalui kampanye, media massa,

penyebaran leaflet dan kampanye menggunakan kondom. Tetapi upaya tersebut

masih saja kurang atau belum menurunkan angka HIV/AIDS. Hal lain yang

dilakukan oleh LSM adalah memberdayakan individu penderita HIV/AIDS untuk

bisa mandiri dan siap menghadapi kehidupan selanjutnya.9

HIV dan AIDS tentunya berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi

seperti tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun

berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa

pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV

berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka waktu

yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan. Biaya

langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin

besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga

untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif. Waktu

dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit

demi sedikit dapat mempengaruhi program lainnya dan menghabiskan sumber

daya untuk aktivitas kesehatan lainnya.

8
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2014), h. 361
9
Elly Nurachmah, “Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko Tertular
Pada Siswa SLTP,” artikel diakses pada 23 juli 2016 dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/360/356

5
Meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS berarti meningkatnya

kebutuhan ARV. Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan

sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan

kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber

penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian

mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan

piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu

keterbukaan dan hilangnya stigma dan diskriminasi sangat perlu mendapat

perhatian dimasa mendatang.10

Salah satu LSM yang menangani kasus tentang HIV/AIDS adalah

Yayasan LAYAK (Pelayanan Anak dan Keluarga) yang ada di Citayam 3 Depok

yang merupakan salah satu lembaga yang sudah bekerja sama dengan pemerintah

seperti Kementrian Sosial, Kementrian Kesehatan, KPA (Komisi Penanggulangan

HIV/AIDS), KPAP, KPAD dan lain-lain dalam menangani isu-isu tentang

HIV/AIDS. Yayasan LAYAK ini bekerja sama juga dengan FHI (Family Health

International) sebagai manajer kasus untuk mendampingi klien ODHA yang ada

dirumah sakit. Pekerja sosial ini diberikan beberapa data orang yang positif

terkena HIV/AIDS dari rumah sakit. Setelah itu pekerja sosial menemui orang-

orang yang positif untuk mengajak menjadi klien dengan menjelaskan tentang

peran pendampingan oleh manajer kasus untuk klien. Banyak dari mereka yang

10
“Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat HIV dan AIDS,” artikel diakses pada 31 Juli
2016 dari http://sulbar.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-44fe-
8f81-2085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-b54836a53e40&ID=93

6
mau untuk menjadi klien karena mereka merasa mempunyai masalah, sekitar ada

70% yang bersedia menjadi klien dari 100% ODHA menurut data rumah sakit.11

Permasalahan yang dialami ODHA merupakan permasalahan paling

kompleks dibanding yang lain karena setiap tahunnya angka penderita HIV/AIDS

semakin meningkat, tidak sedikit dari ODHA yang menularkannya kepada orang

lain dengan cara berhubungan seksual dengan sengaja tanpa menggunakan

kondom, banyak juga keluarga yang sudah positiv terkena HIV/AIDS yang secara

tidak sadar mereka positif terkena HIV/AIDS karena diketahui terlebih dahulu

adalah anaknya yang positif, banyak juga yang masih mendiskriminasi orang

orang yang terkena HIV/AIDS karena kurangnya pengetahuan warga sekitar

tentang HIV/AIDS. Dari sekian banyak kasus HIV/AIDS di Indonesia, Jakarta

merupakan salah satu yang terbesar.

Dari banyaknya permasalahan yang terjadi pada kasus Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA), maka Yayasan LAYAK menggunakan metode case

management atau manajemen kasus dalam menangani ODHA. Karena dianggap

merupakan salah satu metode yang efektif dalam menangani kasus tentang

HIV/AIDS khususnya dalam melakukan pelayanan pada Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA). Karena di dalam manajemen kasus, seorang pekerja sosial

mengelola kasus atau permasalahan yang dialami klien dari awal sampai akhir,

dengan selalu berkoordinasi dan mendiskusikannya dengan pekerja sosial atau

Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
11

LAYAK Citayam 3 Depok pada hari Rabu 13 Juli 2016

7
manajer kasus lainnya yang mempunyai peran penting juga dengan kliennya jika

ada kesulitan yang terjadi dalam proses manajemen kasus.12

Adapun jurnal yang dibahas oleh Jack Rothman dalam The Journal Of

Educational Research yang berjudul A model of Case Management: Toward

Empirically Based Practice adalah:

Manajemen kasus sangat dihargai sebagai metode intervensi untuk

memberikan layanan kepada klien yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

Model manajemen kasus disajikan berdasarkan fungsi dasar dan keterkaitan

dinamis mereka. Model manajemen kasus ini juga mencerminkan pandangan

tentang manajer kasus yang berpraktik di berbagai bidang yang beragam. Pada

teori ini juga mengasumsikan bahwa klien akan kembali ke fungsi normal

sebelumnya atau akan mencapai tingkat kinerja baru yang lebih tinggi. Model

manajemen kasus ini terdiri dari access to agency, intake, assessment, goal

setting, intervention planning, linking clients, monitoring, reassessment,

evaluation.13

Dari jurnal diatas bahwa ada kaitannya dengan penelitian penulis di

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK), bahwa penulis mencoba untuk

mengimplementasikan panduan manajemen kasus yang ada di dalam artikel ini

khususnya dalam penanganan ODHA, sebagai sumber rujukan dalam mengkaji

manajer kasus dalam menangani ODHA. Menggunakan skema intervensi model

manajemen kasus dari mulai access to agency sampai dengan evaluation.

12
Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
LAYAK Citayam 3 Depok pada hari Rabu 13 Juli 2016
13
Jack Rothman, “A model of Case Management: Toward Empirically Based Practice,”
jurnal diakses pada 25 Januari 2017 dari http://www.jstor.org/stable/23716080

8
Menurut informasi dari salah satu pekerja sosial di Yayasan LAYAK,

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ditangani berdasarkan rujukan dari

beberapa rumah sakit yang bekerja sama dengan Yayasan LAYAK dalam

program Case Management HIV dan AIDS. Seperti pada salah satu rumah sakit

yaitu rumah sakit koja yang berada di Jakarta Utara, manajer kasus mendapatkan

data klien dari dokter dirumah sakit tersebut, lalu manajer kasus yang menemui

klien dan menjelaskan tentang manfaat jika klien bersedia untuk didampingi oleh

manajer kasus. manajer kasus bekerja sama juga dengan LSM lainnya supaya

nantinya bisa menghubungkan klien dengan LSM tersebut sesuai dengan

kebutuhannya, seperti mengadakan sharing dengan teman sebaya, mengadakan

penyuluhan, pemberian informasi untuk klien, dan lain-lain. Contoh keberhasilan

dari Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) adalah dengan adanya

Yayasan KOTEX MANDIRI. Awalnya hanya dari perkumpulan teman sebaya

dan sekarang sudah mendirikan sebuah yayasan sendiri yang bernama Yayasan

KOTEX yang dulunya ada dibawah bimbingan Yayasan LAYAK dan sekarang

sudah berkembang menjadi yayasan yang bernama Yayasan KOTEX MANDIRI.

Yayasan ini berawal dari sebuah kelompok dukungan sebaya yang dikumpulkan

oleh Yayasan LAYAK dari beberapa klien, yang didirikan atas dasar kebutuhan

anggota untuk berkumpul, berbagi dan saling menguatkan satu dengan yang lain

dalam menghadapi stigma dan diskriminasi yang dihadapi di dalam masyarakat.14

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih

mendalam untuk mengetahui bagaimana seorang pekerja sosial menggunakan

manajemen kasus dalam menangani ODHA, bagaimana pekerja sosial di Yayasan

Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina di Yayasan
14

LAYAK Citayam 3 Depok pada hari Rabu 13 Juli 2016

9
LAYAK menggunakan metode manajemen kasus hingga menuai keberhasilan,

dalam menangani kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan

menggunakan manajemen kasus. Untuk itu penulis membuat suatu penelitian

dengan judul “MANAJEMEN KASUS DALAM MENANGANI ORANG

DENGAN HIV/AIDS (ODHA) OLEH PEKERJA SOSIAL PADA

YAYASAN PELAYANAN ANAK DAN KELUARGA (LAYAK) DI

CITAYAM 3 DEPOK”

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan yang berharga

bagi pekerja sosial, bagi ODHA, dan bagi LSM lain agar semakin banyak LSM

yang menghadirkan seorang pekerja sosial dalam menangani kasus permasalahan

sosial di Indonesia, karena dengan adanya pekerja sosial bisa membantu

menangani kasus sosial dengan menggunakan prinsip, metode dan nilai-nilai

seorang pekerja sosial, serta semakin banyak masyarakat yang mengerti pada

orang-orang yang positif terkena HIV/AIDS agar semakin berkurangnya stigma

dan diskriminasi.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dijabarkan diatas, untuk

menghindari pembahasan yang terlalu luas, penulis membatasi

permasalahan yang akan terfokus pada tahapan dan peran manajemen

kasus yang dilakukan pekerja sosial dalam menangani kasus Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Pelayanan Anak dan

Keluarga (LAYAK) di Citayam 3 Depok. Hal ini bertujuan untuk

10
menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas

selanjutnya.

2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, adapun yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana pekerja sosial melakukan tahapan manajemen kasus

dalam menangani Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) di Citayam

3 Depok?

b. Bagaimana pekerja sosial menjalankan perannya sebagai

manajer kasus dalam menangani kasus Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA)?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maksud dan tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan pekerja sosial menggunakan

manajemen kasus dalam menangani Orang Dengan HIV/AIDS

di Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK)

b. Untuk mendeskripsikan peran pekerja sosial sebagai manajer

kasus dalam menangani kasus Orang Dengan HIV/AIDS

(ODHA).

11
2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah

pemahaman mahasiswa khususnya di jurusan Kesejahteran

Sosial tentang penggunaan manajemen kasus pekerja sosial

dalam menangani masalah-masalah kesejahteraan sosial

khususnya permasalahan tentang Orang Dengan HIV/AIDS

(ODHA)

2) Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan

gambaran untuk penelitian selanjutnya tentang masalah

yang terkait.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kepedulian sosial bagi para pembaca terhadap masalah

sosial terkait isu tentang HIV/AIDS agar tidak bersikap

mengkucilkan tetapi harus membantu memberikan motivasi

untuk ODHA

2) Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Pelayanan Anak

dan Keluarga (LAYAK) sehingga dengan demikian

diharapkan pemerintah dapat melaksanakan dan terus

meningkatkan kepedulian sosial untuk orang orang yang

terkena HIV/AIDS supaya semakin banyak lembaga peduli

12
sosial yang bekerja sama dalam menangani kasus

HIV/AIDS

3) Untuk memberikan pengetahuan kepada lembaga lain yang

masih belum ada pekerja sosialnya tentang pentingnya

peran pekerja sosial di setiap lembaga.

D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong pendekatan kualitatif ini

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta

hubungan antara fenomena yang diteliti. Penggunaan pendekatan

kualitatif ini yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau

perilaku yang diamati. 15

Menurut M Djunaedi Ghoni & Fauzan Almanshur yaitu

penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa

fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan

pemikiran manusia secara individu maupun kelompok. Penelitian

kualitatif bersifat induktif. Artinya, penulis membiarkan permasalahan-

permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk

interpretasi. Data dihimpun dengan cara pengamatan yang seksama,

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi ke-15. (Bandung: PT Remaja


15

Rosdakarya,1998), h. 3.

13
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-

catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen

lain.16

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena

berharap hasil yang didapatkan bisa menyajikan data yang akurat dan

menggambarkan dengan jelas tentang penggunaan metode manajemen

kasus pekerja sosial dalam menangani kasus Orang Dengan HIV/AIDS

yang ada di Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK).

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-

kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau

memo dan dokumen resmi lainnya.17

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

yang ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi atau praktik-praktik yang berlaku, juga menentukan apa yang

dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan

16
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2012), h. 13.
17
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2012), h. 35

14
belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

keputusan pada waktu yang akan datang.18

Metode deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan yang sekarang

(sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis penelitian

deskriptif ini untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.19 Tujuan dari penelitian

deskriptif ini untuk mendeskripsikan, mencatat dan menganalisis

mengenai tahapan-tahapan metode manajemen kasus yang dilakukan

pekerja sosial di Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK)

terhadap ODHA yang ditanganinya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Yayasan Pelayanan Anak Dan

Keluarga (LAYAK) di Jl. Kartini Raya/ Citayam III Gg. Texas No.4

Pancoran Mas – Depok. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan

September – Februari 2017

18
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, edisi ke-12. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 25.
19
Cunsuelo G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), 2006), h. 71.

15
4. Teknik Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.20 Informan

merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang

akan diteliti. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan

informan menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta

informasi sesuai dengan fokus penelitian. Teknik yang digunakan

untuk pemilihan informan dalam penelitian adalah teknik purposive

sampling (tujuan) dimana informan dipilih bedasarkan pertimbangan

tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam

pemberian informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.21

Konsep sempel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat

dengan bagaimana memilih informan, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

obyek/situasi sosial yang diteliti.22

Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak

yang terlibat dalam pelaksanaan manajemen kasus pada Yayasan

Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) seperti seorang pekerja sosial

di Yayasan LAYAK ada 7 orang, akan tetapi penulis hanya mengambil

2 pekerja sosial sebagai informan karena memang hanya ada 2 orang


20
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2012), h. 146.
21
Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 62.
22
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, edisi ke-5. (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), h. 54.

16
pekerja sosial yang menjadi manajer kasus khusus dalam menangani

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Pihak-pihak yang terpilih sebagai

informan antara lain: pekerja sosial yang bekerja sebagai manajer

kasus dan di bidang pelayanan dalam menangani ODHA, klien ODHA

yang ditangani, dan ketua Yayasan LAYAK.

Tabel. 1.1

Karakteristik
No Informan Informan Informasi yang dicari Jumlah

1 Pekerja Sosial yang Untuk mengetahui bagaimana 2

bekerja sebagai manajer cara pekerja sosial menangani

kasus dan di bidang Orang Dengan HIV/AIDS dengan

pelayanan dalam menggunakan tahapan-tahapan

melaksanakan tahapan- yang ada didalam manajemen

tahapan manajemen kasus kasus danuntuk mengetahui

perana-peran pekerja sosial

sebagai manajer kasus.

2 Klien ODHA Untuk mengetahui bagaimana 2

pekerja sosial menjalankan

tahapan dan perannya sebagai

manajer kasus

3 Ketua Yayasan LAYAK Untuk mengetahui informasi 1

tentang lembaga, seputar sejarah

lembaga,profil lembaga, struktur

organisasi,dan lain-lain.

17
5. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.23 Bila dilihat dari sumbernya,

teknik pengumpulan data terbagi dua bagian, yakni:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari para

informan pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui

pengamatan dan wawancara dengan informan.24 Dalam penelitian

ini data primernya adalah 2 orang pekerja sosial yang khusus

menangani ODHA, 2 orang klien Orang Dengan HIV/AIDS

(ODHA), dan ketua atau sekertaris Yayasan Pelayanan Anak dan

Keluarga (LAYAK).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melaui

sumber-sumber informasi tidak langsung seperti perpustakaan,

jurnal-jurnal, surat kabar, majalah, internet, modul-modul pelatihan

dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang di teliti oleh

penulis.

23
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, edisi ke-5. (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), h. 157.
24
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 164.

18
6. Teknik Pengumpulan Data

Penulis memakai teknik pengumpulan data kualitatif. penelitian

ini lebih banyak diperoleh dari sumber data primer yaitu pada teknik

wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini yaitu:

a. Teknik Wawancara

Penulis melakukan wawancara mendalam berupa tanya

jawab dengan berhadapan muka untuk mendapatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seorang informan.25 Dalam

wawancara mendalam ini dilakukan dengan mengacu pada teknik

pengumpulan data yang terstruktur dan terbuka. Tanya jawab

berlangsung secara bebas dan terbuka, agar bisa terjalin keakraban,

akan tetapi penulis tetap menempatkan pertanyaan yang baku.

b. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.26

Penulis juga melakukan penelusuran data dengan menelaah

buku, jurnal, surat kabar, majalah, internet, modul-modul pelatihan

25
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985),
h. 129.
26
Lexy J. Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif , edisi ke-20. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009), h. 240.

19
dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang di teliti oleh

penulis.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang paling

penting untuk memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-

unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan

yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat dengan

mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27

Pada saat menganalisis data hasil wawancara, penulis

mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang-ulang dari awal

sampai akhir, kemudian baru menyimpulkannya. Setelah itu

menganalisa kategori-kategori yang terlihat pada data-data tersebut.

Analisis data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan

peristiwa. Kategori dari analisis data diperoleh berdasarkan fenomena

yang terlihat pada tempat penelitian tersebut.

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, edisi ke-13. (Bandung:
IKAPI, 2011), h. 244.

20
8. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah upaya untuk meningkatkan derajat

kepercayaan data dengan membandingkan keadaan, pendapat dan

pandangan orang lain.28

Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Data lain yang

dikumpulkan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi

literatur, wawancara, pengamatan dan data-data sekunder lembaga.29

9. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada

buku “ pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis dan disertasi”,

yang diterbitkan oleh Centre Of Quality Development And Assurance

(CEQDA), UIN Jakarta press tahun 2007.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap

skripsi dan jurnal internasional yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Adapun skripsi dan jurnal tersebut antara lain:

28
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-ruzz media,2012), h. 313.
29
M. Djunaedi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-ruzz media,2012), h. 322.

21
1. “Manajemen Kasus Kekerasan Seksual Anak Yang Dilakukan

Pekerja Sosial Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (Studi Kualitatif Pada Tiga Kasus Kekerasan

Seksual Anak)” oleh Putu Ayu Widhi Lestari tahun 2009 Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Kesejahteraan Sosial

Universitas Indonesia. Dalam skripsi tersebut membahas tentang cara

melakukan penanganan klien kekerasan seksual anak di Pusat Krisis

Terpadu (PKT) RSCM mencoba menangani masalah tersebut secara

menyeluruh dengan menggunakan metode manajemen kasus dengan

setiap tahapan yang dijalankan. Pada skripsi ini lebih berfokus pada

penanganan masalah kekerasan seksual anak di RSCM dengan

menggunakan metode manajemen kasus, sedangkan penulis lebih

berfokus pada penggunaan manajemen kasus dalam penanganan Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA).

2. “Journal A Model of Case Management: Toward Empirically

Based Practice. Ditulis oleh Jack Rothman”. Dalam jurnal tersebut

membahas tentang model manajemen kasus secara umum dari

berbagai kasus, untuk melatih manajer kasus dalam berbagai bidang.

Jurnal ini bagus untuk dijadikan pedoman, tetapi yang berbeda pada

penelitian penulis, penulis hanya mengkhususkannya pada model atau

tahapan manajemen kasus dalam permasalahan Orang Dengan

HIV/AIDS (ODHA)

3. “Journal Lowa Case Management: Innovative Social Casework.

Ditulis oleh James A. Hall, Christopher Carswell, Elizabeth walsh,

22
Diane L. Huber and Jennifer S. Jampoler”. Dalam jurnal tersebut

membahas tentang pengembangan pendekatan inovatif manajemen

kasus untuk klien dalam kasus penyalahgunaan narkoba dan

menjelaskan bagaimana peran-peran seorang manajer kasus pada

permasalahan tentang penyalahgunaan narkoba. Sedangkan penulis

tentang bagaimana peran manajer kasus dalam menangani kasus

ODHA.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara sistematis, penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang

terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan, didalamnya penulis menguraikan

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,

pedoman penulisan skripsi, tinjauan pustaka dan sistematika

penelitian skripsi.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini merupakan bab yang berisi teori-teori yang

berkaitan dengan fokus penelitian yaitu tentang HIV/AIDS,

mengenai metode manajemen kasus pekerja sosial dalam

menangani ODHA dan juga tentang peran-peran seorang

pekerja sosial sebagai manajer kasus

23
BAB III PROFIL YAYASAN LAYAK

Mengenai latar belakang berdirinya yayasan layak. Tujuan

berdirinya yayasan layak, visi dan misi, struktur organisasi,

program pelayanan, fungsi dan divisi yang bergerak di

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) di

Citayam 3 depok.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini peulis memaparkan tentang profil informan, temuan hasil lap
Keluarga (LAYAK)

BAB V PENUTUP
Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari pemikiran sebelumnya

hasil dari analisa dalam penelitian.

24
BAB II

KERANGKA TEORI

Bab ini berisi teori-teori tentang manajemen kasus dalam mengangani

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) oleh pekerja sosial pada Yayasan Pelayanan

Anak dan Keluarga (LAYAK) di Citayam 3 Depok. Bab ini dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu: 1) Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), 2) manajemen kasus, 3)

peran pekerja sosial sebagai manajer kasus.

A. ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)

1. Pengertian ODHA

Orang Dengan HIV/AIDS yang disingkat ODHA adalah orang

yang telah terinfeksi virus HIV/AIDS. Human Immunodeficiency Virus

(HIV) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.

Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan

(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan

infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan

menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Acquired

Immunodeficiency Syndrome/Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS) yang menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait

dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Tingkat HIV dalam

tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator

bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.30

30
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press,2014), h. 391.

25
Untuk mengetahui seseorang telah positif tertular virus HIV atau

tidaknya adalah dengan melalui tes darah yang termasuk bagian dari

VCT (Voluntary Counselling and Testing) atau yang dalam bahasa

indonesia disebut dengan KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela).

Tahapan-tahapan VCT adalah sebagai berikut:31

a. Konseling Pra tes HIV

Konseling Pra tes HIV akan memberikan penjelasan

mengenai proses VCT/KTS, informasi tentang HIV dan

AIDS dan keuntungan melakukan tes HIV.

b. Tes HIV

Tes HIV untuk mengetahui status HIV nya dan dilakukan

melalui proses pengambilan darah.

c. Konseling Pasca Tes HIV

Hasil tes HIV diberikan kepada klien melalui konseling

tatap muka pada saat konseling.

2. Penyebab HIV/AIDS

HIV/AIDS ditularkan melalui darah penderita. Masuknya

HIV/AIDS kedalam tubuh manusia baik secara vertikal dari ibu ke

anak, secara transeksual (homoseksual atau heteroseksual dengan

multipartner), dan horizontal yang lazim terjadi bila ada kontak antar

cairan tubuh terutama darah. Perjalanan alamiah penyakit infeksi HIV

potensial melaju menuju AIDS akibat hadirnya infeksi sekunder atau

keganasan. Ada juga yang tergolong sebagai kelompok masyarakat

31
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS, h. 27.

26
yang mempunyai perilaku risiko tertinggi tertular HIV (High Risk

Behavior) adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas

atau mereka yang sering berganti-ganti pasangan seks, misalnya: PSK

dan pelanggannya, homoseksual/biseksual, waria, pengguna narkotika,

wanita pekerja di panti pijat/kelompok malam/diskotik, penerima

transfusi darah atau produk darah berulang dan anak yang lahir dari

ibu pengidap HIV.32

3. Ciri-ciri Seorang dengan HIV/AIDS

Seorang yang positif tertular virus HIV (ODHA) mempunyai ciri

sebagai berikut:

a. Tidak ada tanda-tanda khusus pada orang yang tertular HIV

b. Penampilan fisik fisik seseorang bukan jaminan bebas dari HIV,

jika perilakunya berisiko

c. Semua orang bisa terkena HIV dan AIDS tanpa membeda-bedakan

jenis kelamin, usia, suku agama, ras, pendidikan, pekerjaan, dll.

d. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS (umumnya dalam waktu 5-

10 tahun), orang yang tertular HIV tampak sehat dan merasa sehat

seperti orang yang lain yang tidak tertular HIV.

e. Meskipun tampak sehat dan merasa sehat, orang yang tertular HIV

dapat menularkan HIV kepada orang lain.33

32
Nasrunodin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial, edisi ke-2.
(Surabaya: Airlangga University Press,2014), h. 402
33
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS, h. 22.

27
4. Risiko yang Diterima ODHA di Masyarakat

Dalam kehidupan ODHA banyak risiko yang umumnya diderita

oleh ODHA selain kebutuhan untuk mengobati kondisi fisiknya adalah

kondisi mental serta psikologis yang diterima oleh ODHA, hal tersebut

yang membuat ODHA tidak leluasa dalam menjalani kehidupan

sosialnya seperti berikut ini34:

a. Diskriminasi

Memperlakukan orang secara berbeda-beda dan tanpa alasan yang

relevan, misalnya diskriminasi terhadap ras, gender, agama dan

politik. Dalam kasus pemberitaa ODHA, media sering melakukan

pembedaan atas seseorang menurut kehendaknya sendiri. Misalnya

orang jahat (ODHA) dengan orang baik-baik, orang bermoral

dengan tidak bermoral, perempuan pekerja seks dengan

perempuan baik.

b. Stigmatisasi

Proses pelabelan yang dilakukan kepada orang lain ini sering

dilakukan oleh media ketika memberitakan tentang pekerja seks

dan HIV/AIDS misalnya pekerja seks adalah seorang yang tidak

baik karena menyebarkan penyakit HIV/AIDS, untuk itu mereka

harus dijauhi.

c. Kekerasan

Pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja seks yang

kebetulan seorrang ODHA misalnya, media melakukan kekerasan

34
Irwan Julianto, Jika Ia Anak Kita: Aids dan Jurnalisme Empati, (Jakarta:KOMPAS,
2002), h. 55

28
karena telah mengekspose pekerja seks tersebut tanpa meminta izin

sehingga membuat orang tersebut menjadi dikucilkan oleh

masyarakat lingkungannya setelah pemberitaan tersebut.

d. Sensasional

Dalam pemberitaan kasus HIV/AIDS, seringkali judul berita

menampilkan sesuatu yang bombastis, dan cenderung dibesar-

besarkan tidak sesuai dengan realita sebenarnya.

e. Eksploitasi

Ketika media menggunakan judul untuk kepentingan publisitas,

proses yang dilakukan media selanjutnya adalahmelakukan

eksploitasi yang mereka jual.

5. Pengobatan HIV/AIDS

Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis

Klinis, Psikologis dan Aspek Sosial yang meliputi

pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan

infeksi oportunistik dan pengobatan antiretroviral (ARV).

ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang

dapat menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan

tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat

ditunda bertahun–tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama

sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan

semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV

memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui

29
strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan

dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.

Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta

mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan

kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan

masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan

AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti

diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai

penyakit yang pembunuh yang menakutkan.35

6. Pencegahan HIV/AIDS

Upaya yang dilakukan dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS

secara umum adalah dengan memberikan informasi mengenai penyakit

HIV/AIDS kepada kelompok orang yang berisiko tinggi dalam terkena

serangan penyakit ini. informasi yang diberikan adalah mengenai pola

penyebaran dari virus HIV/AIDS sehingga dengan lebih mudah

mengetahui cara pencegahan virus HIV/AIDS.

Upaya pencegahan dapat juga dilakukan dengan melihat HIV dan

AIDS sebagai suatu penyakit dan perilaku seseorang sebagai penyebar

penyakit. Kedua aspek ini perlu dicermati, di hadapi dan disikapi

secara proporsional. Artinya, selain kita berhadapan dengan virus, juga

berhadapan dengan orang sebagai penderita dengan permasalahannya.

Dalam hal ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan manakala HIV

35
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), “Info HIV dan AIDS”, artikel diakses pada 04
November 2016 dari http://aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
#sthash.ACknyfCF.dpbs

30
berada pada tubuh seseorang yang disebut penderita. Oleh karena itu,

patut dipahami dan disadari bahwa penderita HIV ini akan mengalami

sindrom dalam rentang waktu tertentu. Orang dengan HIV/AIDS

ditengah masyarakat yang merupakan fenomena dalam konteks

masalah sosial. Bagaimana masyarakat harus bersikap terhadap

ODHA, atau sebaliknya bagaimana seseorang dengan HIV/AIDS

menyikapi kehidupan sehat di lingkungan masyarakat. Berkait dengan

fenomena sosial tersebut, bersikap dan bertindak diskriminasi harus

dihindari agar tidak menambah beban psikososial penyandang

HIV/AIDS dan permasalahan sosial di masyarakat.36

B. Manajemen Kasus

1. Pengertian Manajemen Kasus

Manajemen kasus adalah pelayanan yang diberikan pada klien

yang rentan agar mereka memperoleh bantuan yang dibutuhkan dalam

sistem pemberian pelayanan yang terfragmentasi di Amerika. Frankel

dan Gelman (1988) mengatakan bahwa “tujuannya adalah akses

pelayanan dan kordinasi”, yang berkaitan dengan bantuan berbasis

masyarakat untuk memampukan orang-orang menjalani kehidupannya

dalam lingkungan biasa dan bukan lembaga. Klien-klien rentan ini,

termasuk yang menderita gangguan kejiwaan, orang lanjut usia

terlantar, dan penyandang cacat mempunyai kebutuhan yang beraneka

ragam yang terus membutuhkan perawatan. Dalam mencapai

36
Warto, dkk., Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV Dan AIDS,
(Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008), h. 11

31
tujuannya, manajemen kasus menggabungkan aspek-aspek praktik

individu dan komunitas.37

Manajemen kasus HIV/AIDS adalah suatu layanan yang

mengaitkan dan mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga

yang memberikan dukungan medis, psikososial dan praktis bagi

individu yang membutuhkan.38

Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen kasus adalah

proses pengelolaan tindakan penanganan kasus yang meliputi

assesment, perencanaan, pelaksanaan pelayanan, pemantauan atau

monitoring dan evaluasi untuk menangani masalah secara sistematis

dengan berkordinasi dan melibatkan sumber-sumber yang

dibutuhkan.39

Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam

pemberian pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang

mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh semua

pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat. Manajemen kasus

merupakan kegiatan yang memiliki prosedur untuk mengkoordinasi

seluruh aktivitas pertolongan yang diberikan kepada klien secara

perorangan maupun kelompok. Koordinasi disini dilakukan

secara professional teamwork yaitu antara pekerja sosial satu dengan

37
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku pintar pekerja sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 283.
38
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku pintar pekerja sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 368
39
Akbar Halim, dkk., Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak, (Jakarta:
Direktorat Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, 2010), h. 2.

32
yang lainnya atau dengan profesi lain sehingga upayanya dapat

diperluas terhadap peningkatan pelayanan sesuai kebutuhan klien.40

Barker menjelaskan manajemen kasus adalah:

A process to plan, seek, advocate for, and monitor


services from different social services or health care
organizations and staff on behalf of a client. The process
enables social workers in an organization, or in different
organizations, to coordinate their efforts to serve a given client
through professional teamwork, thus expanding the range of
needed services offered. Case management limits problems
arising from fragmentation of services, staff turnover, and
inadequate coordination among providers. Case management
can occur within a single, large organization or within a
community program that coordinates services among settings.41
“Sebuah proses untuk merencanakan, mencari, advokasi,
dan memonitor layanan dari layanan sosial yang berbeda atau
organisasi perawatan kesehatan dan staf atas nama klien. Proses
ini memungkinkan pekerja sosial dalam sebuah organisasi, atau
dalam organisasi-organisasi yang berbeda, untuk
mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk melayani klien
yang diberikan melalui kerja sama tim profesional, sehingga
memperluas cakupan layanan-layanan yang diperlukan.
Manajemen kasus membatasi permasalahan-permasalahan yang
timbul dari fragmentasi layanan, pergantian staf, dan
koordinasiyang tidak memadai antara penyedia. Manajemen
kasus dapat terjadi dalam satu organisasi besar atau dalam
program komunitas yang mengkoordinasikan layanan-layanan
antar latar pelayanan.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa manajemen kasus adalah orang atau tim yang dirancang untuk

mengorganisasi, melakukan koordinasi dan membuat suatu jaringan

kerja yang berkelanjutan dari dukungan yang bersifat formal dan

40
Prihantini Larasati, “Manajemen Kasus Dalam Peksos”, artikel diakses pada 6 oktober
2016 dari https://www.scribd.com/doc/312885402/manajemen-kasus-dalam-peksos-doc
41
NASW (National Association of Social Workers), “NASW Standards For Social Work
Case Management”, artikel diakses pada 7 oktober 2016 dari
https://www.socialworkers.org/practice/naswstandards/casemanagementstandards2013

33
informal dan merancang kegiatan untuk mengoptimalkan fungsi dan

kesejahteraan dari orang-orang dengan kebutuhan yang beragam.

Adapun standar manajemen kasus untuk seorang pekerja sosial

menurut NASW sebagai berikut:42

a. Etika dan nilai (ethics and value)

Manajer kasus pekerja sosial harus mematuhi dan mempromosikan

etika dan nilai profesi pekerja sosial dengan menggunakan kode

etik NASW sebagai panduan pengambilan keputusan etis dalam

praktik pengelolaan kasus.

b. Kualifikasi (qualifications)

Manajer kasus pekerja sosial harus memiliki gelar sarjana muda

atau mahir dalam bidang sosial dari sekolah atau program yang di

akreditasi oleh dewan pendidikan pekerjaan sosial, dan harus

memiliki keterampilan dan pengalaman profesional yang

diperlukan.

c. Pengetahuan (knowladge)

Manajer kasus pekerja sosial harus memperolh dan

mempertahankan pengetahuan tentang teori terkini, bukti praktik

informasi, konteks sosiohistoris, kebijakan, penelitian, dan metode

evaluasi yang relevan dengan manajemen kasus dan populasi yang

dilayani.

42
NASW (National Association of Social Workers), “NASW Standards For Social Work
Case Management”, artikel diakses pada 20 Juli 2017 dari
https://www.socialworkers.org/practice/naswstandards/casemanagementstandards2013

34
d. Budaya dan kompetensi bahasa(cultural and linguistic competence)

Manajer kasus pekerja sosial harus menyediakan dan memfasilitasi

akses pelayanan yang sesuai budaya dan bahasa sesuai dengan

indikator NASW untuk pencapaian dalam standar NASW untuk

kompetensi budaya dalam praktik pekerja sosial.

e. Asesmen (assessment)

Manajer kasus pekerja sosial harus melibatkan klien dan bila

sesuai, anggota lainnya dalam sistem klien dalam proses

pengumpulan dan pengambilankeputusan yang terus berlanjut

untuk membantu klien mengidentifikasi sasaran, kekuatan dan

tantangan mereka.

f. Perencanaan pelayanan, pelaksanaan, dan pemantauan (service

planning, implementation, and monitoring)

Manajer kasus pekerja sosial harus berkolaborasi dengan klien

untuk merencanakan, menerapkan, memantau, dan mengubah

layanan individu yang mempromosikan kekuatan klien,

meningkatkan kesejahteraan klien dan menolong klien sampai

mencapai keberhasilan.

g. Advokasi dan kepemimpinan (advocacy and leadership)

Manajer kasus pekerja sosial harus menganjurkan hak, keputusan

kekuatan, dan kebutuhan klien dan harus mempromosikan akses

klien terhadap sumber daya, dukungan dan layanan.

35
h. Interdisipliner dan kolaborasi interorganisasional (interdisciplinary

and interorganizational collaboration)

Manajer kasus pekerja sosial harus mempromosikan kolaborasi

antara rekan kerja dan organisasi untuk meningkatkan pemberian

layanan dan memfasilitasi pencapaian tujuan klien.

i. Evaluasi praktik danperbaikan (practice evaluation and

improvement)

Manajer kasus pekerja sosial harus berpartisipasi dalam evaluasi

formal yang sedang berjalan mengenai praktiknya untuk

memajukan kesejahteraan klien.

j. Pencatatan catatan (record keeping)

Manajer kasus pekerja sosial harus mendokumentasikan semua

aktifitas pengelolaan kasus dalam catatan klien yang tepat pada

waktu yang tepat. Dokumentasi pekerjaan sosial harus dicatat di

atas kertas atau dipelihara dengan aman, dan diungkapkan sesuai

ketentuan undang-undang.

k. Keberlanjutan beban kerja (workload sustainability)

Manajer kasus pekerja sosial harus bertanggung jawab

mengadvokasi beban kasus dan lingkup pekerjaan yang

memungkinkan perencanaan, penyediaan, dan evaluasi kualitas

layanan manajemen kasus berkualitas tinggi.

l. Pengembangan profesional dan kompetensi (professional

development and competence)

36
Manajer kasus pekerja sosial harus bertanggung jawab secara

pribadi atas pengembangan profesional dan kompetensinya sesuai

dengan kode etik NASW.

2. Tahapan Manajemen Kasus

Untuk melaksanakan manajemen kasus, pekerja sosial

menggunakan tahapan manajemen kasus yang di adopsi dari tahapan

intervensi pekerja sosial. Tahapan-tahapannya sebagai berikut:

a. Wawancara awal (Intake)

Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan wawancara

awal dan dalam berbagai setting wawancara ini digabung dengan

intake. Tujuan utama wawancara awal adalah membangun rapport

yang nyaman yang memfasilitasi pengembangan suatu hubungan

kerja sama dan menempatkan pekerja sosial sebagai titik aman

dalam kontak dengan klien.

Dalam intake dilakukan asesmen awal tentang kebutuhan

klien yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara

kebutuhan akan layanan dan sistem sumber daya.43

b. Asesmen (Assessment)

Assesment merupakan kunci dalam membangun profil dasar

bagi rujukan layanan awal, pengembangan rencana pelayanan, dan

kriteria evaluasi hasil pelayanan. Instrumen formal digunakan

untuk mengumpulkan informasi seperti data dasar klien, informasi

medis, situasi kehidupan, sejarah dan situasi pribadi, relasi dan

43 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi
pertama. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 371.

37
dukungan sosial, pendidikan kesehatan, keberfungsian psikososial

dan status mental, status fungsional, kebutuhan dan isu-isu

layanan, dan isu-isu legal. Manajer kasus menjalankan dua fungsi

baru yang semakin meningkat, yaitu melakukan assesment risiko

dan kemampuan klien untuk patuh pada pengobatan dengan

HAART (Highly Active Antiretroviral Theraphy). Melakukan

assessment risiko penularan HIV mencakup identifikasi hambatan

bagi klien untuk mengurangi risiko penularan serta pendidikan

tentang penularan HIV dan cara untuk mengurangi risiko. Apabila

perilaku berisiko diidentifikasi, maka diatasi melalui rencana

pelayanan serta dipantau dalam konteks relasi manajemen kasus

yang terus berlangsung. Fungsi tambahan, yaitu menentukan

kemampuan untuk patuh, harus dilakukan dalam kerja sama

dengan tim medis. Peran manajer kasus tidak hanya

mengidentifikasi dan membantu mengatasi hambatan psikososial

dalam mengikuti pengobatan, tetapi juga untuk mengadvokasi

adanya akses bagi pengobatan baru.44

Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

adalah:

1) Mengadakan kontak awal dengan klien (dalam tahap ini,

manajer kasus melakukan kontak awal dengan klien, dan

mengupulkan informasi awal tentang klien, terutama data

44
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 371.

38
pribadi dan latar belakang klien serta potensi yang dimiliki oleh

klien dan keluarga)

2) Mengidentifikasi permasalahan klien (menetapkan

permasalahan, membangun hipotesa mengenai penyebab

munculnya masalah klien, menentukan tingkat keparahan

masalah)

3) Mengkaji dan mengumpulkan informasi.45

c. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yaitu tahap untuk menyusun dan

mengembangkan layanan yang menyeluruh untuk klien sesuai

dengan hasil assessment. hasil-hasil identifikasi masalah yang

didapatkan dari tahap assessment (sesuai dengan keinginan klien,

masalah kebutuhannya, serta sumber daya yang tersedia),

kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah, dan

selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yang digunakan

untuk menyusun perencanaan.

Manajer kasus dan klien bekerja sama untuk membuat

inventarisasi masalah dan isu serta merumuskan tujuan jangka

panjang dan jangka pendek yang mendukung tujuan menyeluruh

pemeliharaan kesehatan. Perencanaan khusus yang dipandu oleh

tujuan yang realistis dibutuhkan untuk menyusun prioritas kegiatan

dan mengidantifikasi bagaimana pelayanan diperoleh, dipantau dan

45 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi
pertama. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 372.

39
dikoordinasikan antara berbagai lembaga dan sistem perawatan

kesehatan.

Tanggung jawab semua pihak dan jadwal yang realistis

harus dirumuskan dengan jelas untuk menentukan pencapaian

tujuan dan kegiatan. Dalam hal pilihan pelayanan untuk memenuhi

kebutuhan yang diidentifikasi tidak tersedia, maka manajer kasus

mungkin perlu mempertimbangkan untuk melakukan advokasi

dalam mengupayakan pilihan atau merencanakan solusi sementara.

Rencana pelayanan harus didokumentasikan dalam file

klien bersama dengan korespondensi dan formulir pengajuan

bantuan, prosedur eksperimen penggunaan obat dan sebagainya.

Ringkasan perencanaan yang juga mencantumkan informasi pihak

yang bisa dihubungi akan sangat membantu bagi klien.46

d. Pelaksanaan (Implementation)

Dalam tahap pelaksanaan pekerja sosial dan klien

melakukan tindakan untuk mencapai tujuan rencana pelayanan.

Tahap ini mencakup dua hal, yaitu direct service yaitu pelayanan

langsung dan indirect service atau pelayanan tidak langsung.

Manajer kasus dalam tahap pelayanan langsung atau direct service

harus mampu mendampingi dan mendukung klien untuk

melakukan perubahan lebih baik, agar bisa lebih semangat

menjalani hidup dan bisa memiliki keahlian agar dapat

membanggakan dirinya sendiri dan orang lain.

46
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 372.

40
Sedangkan pada pelayanan tidak langsung atau indirect

service, manajer kasus menghubungkan klien dengan sistem

sumber daya yang dibutuhkan berupa lembaga sosial dan juga

lembaga yang dapat menjadi mutual care bagi klien, dan juga

seorang manajer kasus perlu melakukan intervensi terhadap

keluarga klien atau teman klien agar klien bisa mendapatkan apa

yang dibutuhkan oleh klien.

Rencana pelayanan biasanya dilaksanakan semakin

meningkat dan kemajuannya di dokumentasikan dengan cermat

termasuk tanggal kontak, informasi tentang siapa yang memulai

kontak serta tindakan lain yang dilakukan setelah kontak

dilakukan.47

e. Pemantauan (Monitoring)

Monitoring merupakan salah satu tugas utama setelah tahap

pelaksanaan atau implementation. Selama proses monitoring,

manajer kasus tetap berhubungan dan melanjutkan komunikasi

dengan penyedia layanan lain. Proses monitoring terdiri dari dua

bagian. Pertama, menentukan apakah perencanaan pelayanan sudah

lengkap dan berhasil dijalankan sesuai dengan kebutuhan klien.

Kedua, berfokus apakah tujuan pelayanan yang telah ada sudah

selesai dilaksanakan atau belum. Selain itu harus diketahui juga

ada tidaknya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau

adanya kesenjangan antara kebutuhan dengan sumber daya dan

47
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 373.

41
pelayanan yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan stabilisasi

terhadap perubahan yang sudah diharapkan terjadi.48

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana

efektifitas dari pelaksanaan manajemen kasus, menentukan apakah

populasi yang terkena HIV dalam suatu wilayah geografis

memiliki pengetahuan tentang ketersediaan layanan, melakukan

survei terhadap pemberi layanan tentang kepuasannya dengan

layanan manajemen kasus (khususnya apabila manajer kasus

bekerja sama dengan tim medis).

Disamping metode evaluasi tradisional ini, beberapa

program mulai mengarahkan perhatiannya pada evaluasi berbasis

hasil. Contoh evaluasi hasil dapat mencakup apakah manajemen

kasus membantu klien untuk taat dalam perawatan atau apakah

manajemen kasus meningkatkan aksesbilitas perawatan. Proses

peningkatan mutu terjadi pada pemberian layanan tingkat mikro

dan makro, memenuhi kebutuhan klien serta komunitasyang

terkena.49

g. Pengakhiran (Termination)

Terminasi yang tepat dilakukan apabila klien telah

mendapatkan apa yang telah menjadi tujuannya, klien telah mampu

mandiri untuk mengatur dirinya sesuai dengan tujuan yang ingin

48
Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 176.
49
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 374.

42
dicapai, klien telah berhasil kerjasama dengan lembaga pelayanan

sosial, sistem komunitasnya atau yang lainnya sesuai dengan yang

telah direncanakan. Pada masa transisi manajer kasus mengajak

klien untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan pemenuhan

kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi selain proses yang

diakhiri atas dasar kesepakatan bersama karena sudah tercapainya

suatu kemampuan tertentu dari klien.

Terminasi juga dapat terjadi secara sepihak, misalnya saja

karena tidak terbentuknya relasi yang baik antara manajer kasus

dengan kliennya maka dalam hal ini terminasi yang terjadi adalah

terminasi tanpa tercapainya bentuk perilaku yang diharapkan akan

dapat membantu klien untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Dalam kasus ini biasanya mekanisme untuk menangani

permasalahan yang muncul pada diri klien tidak terbentuk dengan

baik.50

C. Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus HIV/AIDS

Pekerja sosial merupakan suatu profesi yang baru muncul di

abad ke-20. Berbeda dengan profesi lain, yang muncul lebih dulu yang

mengembangkan spesifikasi untuk mencapai kematangannya, maka

pekerja sosial berkembag dan dikembangkan dari berbagai spesifikasi

pada berbagai lapangan praktis. Dalam sejarah perkembangannya,

pengertian profesi pekerjaan sosial sendiri mengalami perkembangan.

Pekerjaan sosial mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan

50
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta:
FISIP UI Press, 2005), h. 154.

43
lingkungannya. Prinsip-prinsip, hak-hak dan keadilan sosial

merupakan hal yang fundamental bagi pekerja sosial.51

1. Pekerja Sosial Menurut Para Ahli

Tercatat ada beberapa para ahli terkemuka di bidang pekerja

sosial seperti: Walter A. Friedlander, Leonara Serafica de Guzman,

Allan Pincus dan Anne Minahan, Charles Zastrow yang telah

memberikan definisi tentang pekerja sosial menurut sudut pandang

masing-masing. Sebagai berikut:

a. Walter A. Friedlander menjelaskan bahwa pekerja sosial

merupakan suatu pelayanan profesional yang prakteknya

didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah

dalam hubungan kemanusiaan yang membantu individu-

individu, baik secara perorangan maupun dalam kelompok

untuk mencapai kepuasan dan kebebasan sosial dan pribadi.

b. Leonara Serafica de Guzman menjelaskan bahwa pekerja

sosial adalah profesi yang bidang utamanya berkecimpung

dalam kegiatan sosial yang terorganisasi, dimana kegiatan

tersebut bertujuan untuk memberikan fasilitas dan

memperkuat relationship, khususnya dalam penyesuaian

diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antara

individu dengan lingkungan sosialnya dengan

51
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Depok:
FISIP UI Press, 2005), h. 11.

44
menggunakan metode pekerja sosial sehingga individu

maupun masyarakat dapat menjadi lebih baik.52

c. Charles Zastrow menjelaskan bahwa Pekerjaan sosial

berbeda dengan profesi lain (seperti psikolog dan psikiater)

karena keunggulan pekerjaan sosial terletak pada tanggung

jawab dan amanah untuk menyediakan pelayanan sosial.

Oleh karena itu, pekerja sosial membutuhkan berbagai

keterampilan dan keahlian agar dapat membantu klien (baik

individu, kelompok dan komunitas) dalam memecahkan

permasalahan yang di hadapi. Sederhananya, pekerja sosial

merupakan profesi yang multiskilled.53

2. Tugas Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus

Dalam manajemen kasus, pekerja sosial berperan sebagai

manajer kasus, adapun tugas seorang pekerja sosial sebagai manajer

kasus yaitu sebagai berikut:

a. Memahami kebutuhan klien, kapasitas jeringan kerja lembaga

pelayanan dan kemampuan-kemampuan pelayanan sosial yang

tersedia dari aneka pihak.

b. Mengembangkan perencanaan pelayanan yang komperhensif yang

mencakup keterlibatan beberapa disiplin profesi dan

memksimalkan keterlibatan klien

52
Istiana Hermawati, Metode dan Tekhnik dalam Praktek Pekerjaan Sosial, (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2001), h. 1.
53
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011), h. 15.

45
c. Melakukan intervensi langsung untuk memperkuat keterampilan

dan kapasitas klien untuk merawat dirinya sendiri dan secara

langsung terlibat dalam sistem yang bersinggungan dengan klien.

d. Monitoring terhadap pelaksanaan rencana pelayanan, mengikuti

perkembangan klien, memonitoring pelayanan yang diterima, dan

keterlibatan dari anggota-anggota jaringan kerja sosial.

e. Mengevaluasi terhadap efektifitas rencana pelayanan dan

dampaknya terhadap keberfungsian klien, terhadap kapasitas

jaringan kerja sosial untuk mendukung klien, dan kemampuan

tenaga profesional dari pelayanan sosial untuk bekerja dengan

klien.54

3. Keterampilan-Keterampilan Pekerjaan Sosial

Berikut merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial

menurut Federico:55

a. Petugas penjangkauan: menjangkau masyarakat untuk

mengidentifikasi kebutuhan dan menindaklanjuti rujukan ke

konteks layanan.

b. Broker: mengetahui layanan yang tersedia dan memastikan mereka

yang membutuhkan, mencapai layanan yang sesuai.

c. Advokat: membantu klien tertentu mendapatkan layanan jika

ditolak dan membantu memperluas layanan untuk menjangkau

orang-orang yang lebih membutuhkan.

54
Sutaat, dkk., Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran Dan Keluarganya Di
Daerah Asal, (Jakarta: Ciputat Press, 2009), h. 11.
55
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011), h. 24

46
d. Evaluasi: mengevaluasi kebutuhan dan sumber daya yang

menghasilkan alternatif untuk memenuhi kebutuhan dan membuat

keputusan menjadi saran alternatif.

e. Guru: mengajarkan fakta dan keterampilan-keterampilan.

f. Penggerak: membantu mengembangkan layanan baru

g. Perubahan perilaku: mengubah bagian-bagian tertentu dari perilaku

klien

h. Konsultan: bekerja dengan profesional lain untuk membantu

mereka lebih efektif dalam menyediakan layanan.

i. Perencana masyarakat: membantu kelompok masyarakat

merencanakan keefektifan untuk kebutuhan kesejahteraan sosial

masyarakat.

j. Pemberi bantuan: memberikan layanan pendukung kepada mereka

yang tidak dapat menyelesaikan masalah mereka sepenuhnya dan

memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

k. Manajer data: mengumpulkan dan menganalisis data untuk

keperluan pengambilan keputusan.

l. Administrator: melakukan kegiatan yang diperlukan untuk

merencanakan dan melaksanakan program jasa.

4. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial

Dalam bekerja sebagai manajer kasus, pekerja sosial juga

menerapkan prinsip-prinsip pekerja sosial. Dasar teori Midgley dan

Mess untuk semua praktik pekerja sosial tersusun dalam suatu prinsip-

prinsip general yang menggambarkan keyakinan filsafat dari profesi

47
dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial untuk bekerja dengan

klien-klien mereka, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut56:

a. Penerimaan (acceptance)

Prinsip ini melihat bahwa pekerja sosial harus berusaha menerima

klien mereka apa adanya, tanpa menghakimi klien tersebut.

Kemampuan praktisi untuk menerima kliennya dengan sewajarnya

akan dapat banyak membantu perkembangan relasi antara mereka.

b. Komunikasi (communication)

Prinsip komunikasi ini sangat berkaitan dengan kemampuan

pekerja sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang

diungkapkan oleh klien. Pesan yang disampaikan klien dapat

berbentuk pesan verbal yaitu yang diungkapkan klien melalui

ucapannya, atau pesan tersebut dapat pula berbentuk pesan non-

verbal. Misalnya dari cara duduk klien, cara klien menggerakan

tangan, cara meletakan tangan, dan sebagainya. Dari pesan non-

verbal tersebut kita bisa menangkap apakah klien sedang merasa

gelisah, cemas, takut, gembira, dan berbagai ungkapan perasaan

lainnya.

c. Individualisasi (individualisation)

Pada prinsip ini menganggap setiap individu berbeda antara satu

dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial harus

berusaha memahami keunikan dari setiap klien. Karena itu dalam

proses pemberian bantuan harus mengembangkan intervensi yang


56
Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta: FISIP UI
Press, 2005), h. 84.

48
sesuai dengan kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang

optimal.

d. Partisipasi (participation)

Pada prinsip ini, pekerja sosial didorong untuk menjalankan

perannya sebagai fasilitator, dari peran ini pekerja sosial

diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif

dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.

e. Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam prinsip ini pekerja sosial harus menjaga kerahasiaan dari

kasus yang ditanganinya. Sehingga kasus tersebut tidak

dibicarakan dengan sembarang orang yang tidak terkait dengan

penanganan kasus tersebut.

f. Kesadaran Diri Petugas (worker self-awareness)

Prinsip kesadaran ini menuntut pekerja sosial untuk bersikap

profesional dalam menjalani relasi dengan kliennya. Dalam hal ini

pekerja sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak

terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapinya

oleh kliennya. Pekerja sosial disini harus tetap rasional tetapi

mampu untuk menyelami perasaan kliennya secara objektif,

dengan kata lain pekerja sosial harus menerapkan sikap empati

dalam menjalin relasi dengan kliennya.

Variasi khusus manajemen kasus pekerjaan sosial, unik dalam

beberapa hal. Pertama, model manajemen kasus HIV mengakui bahwa

hidup dengan penyakit tersebut menyebabkan adanya tantangan

49
biopsikososial dan spiritual. Maka dari itu pelayanan manajemen kasus

diberikan optimal dalam suatu relasi yang didasari oleh penerimaan

dan pandangan positif tanpa pamrih. Pekerja sosial yang memberikan

pelayanan manajemen kasus sering disebut sebagai orang pertama

dalam sistem pelayanan dimana kontak yang aman, rahasia dan ada

rasa menghormati sangat ditekankan.

Kedua, karena krisis terjadi sepanjang spektrum penyakit dan

kebutuhan klien juga bervariasi, sistem ini memperhitungkan beberapa

faktor seperti kebutuhan dasar, penyalahgunaan obat, kesehatan fisik

dan mental, perbedaan budaya atau bahasa. Ketiga, pencegahan dan

pengurangan resiko adalah komponen pelayanan manajemen kasus

HIV dan pekerja sosial dapat berperan sebagai pendidik atau konselor

maupun menjalalankan peran yang lebih umum seperti perantara,

pembela dan pemantau. Manajer kasus juga menjalankan peran yang

terkait dengan tahapan-tahapan pelaksanaan manajemen kasus yang

telah diutarakan diatas.57

5. Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus

Marianne R.Woodside dan Tricia McClam menjelaskan peran-

peran manajer kasus dalam bukunya yaitu Generalist Case

Management sebagai berikut58:

1. Peran sebagai advokat (Advocate)

An advocate speaks on behalf of clients when they are


uneble to do so, or when they speak but no one listens. The
57
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial , edisi pertama.
(Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2008), h. 369.
58
Marianne R. Woodside dan Tricia McClam, Generalist Case Management, 3th ed.
(Thomson Brooks/Cole, 2006), h. 70.

50
case management process presents many opportunities for
advocacy. Working at various levels, the case manager
represents the interest of the client, helping to gain acces to
services or improve their quality. At organizational level, the
case manager serves as a community organizer who
influences the policies that control eligibility and acces to
service.case manager also help clients to become advocates
for themselves and their families. This is one way to
empower clients.

Advokat berbicara atas nama klien ketika mereka tidak dapat

melakukannya dalam arti seorang manajer kasus bertindak

sesuai dengan kepentingan klien ketika klien tidak mampu

berbuat sesuatu untuk memenuhi kepentingan dirinya.

Manajer kasus mewakili kepentingan klien tersebut untuk

memperoleh akses pelayanan yang dapat memperbaiki

kualitas hidup mereka.

2. Peran sebagai broker (Broker)

As a broker, the case manager links the client with nedeed


service. Once the client’s needs are clear, the broker helps
the client choose the most appropriate service and
negotiates the term of service delivery. In this brokering
role, the case manager is concerned with the quality of the
service available and any difficulties the client may have in
accessing it.

Manajer kasus berperan untuk menghubungkan klien dengan

pelayanan yang akan dibutuhkan. Setelah kebutuhan klien

jelas, manajer kasus membantu klien memilih layanan yang

tepat dan menegosiasikan persyaratan pemberian layanan.

Dalam peran broker ini, manajer kasus berkaitan dengan

kualitas layanan yang tersedia dan kesulitan-kesulitan yang

mungkin dimilikiklien dalam mengaksesnya.

51
3. Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)

Many clients have multiple problems and need more than


one service to meet their needs. In the role of cordinator, the
case manager works with other professionals and agency
staff to ensure that services are integrated and to expedite
service. The case manager must know the current status of
the client, the service delivered, and the progress being
made. Monitoring the client’s progress and interfacing with
professional is an important role for the case manager. In
this way the case manager can help the client with problems
such us inegibility, seemingly closed doors, poor service
quality, and irrelevant services. Case manager also
colaborate with other professionals during team staffings
and program planning.

Banyak klien yang memiliki masalah dan membutuhkan

lebih dari satu layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam peran sebagai koordinator, manajer kasus bekerja

dengan tenaga profesional lainnya untuk melaksanakan

pelayanan secara menyeluruh. Manajer kasus harus

mengetahui status klien saat ini, layanan yang disampaikan

dan kemajuan yang sedang dibuat. Memantau kemajuan

klien dan berinteraksi dengan profesional lainnya. Manajer

kasus juga berkolaborasi dengan profesional lainnya selama

perencanaan program.

4. Peran sebagai konsultan (Consultant)

Often an outside proffesional can help solve case


management problems. An organization may need assistance
with such matters as cost analysis, quality control, an
organization stucture. A consultant may have the expertise
to identify the problem, study it, and make recomendations.
Consultant can also assist with the case management of
individual clients when special information or expertise is
needed. This especially true in small agencies that employ
only generalist case managers.

52
Seringkali pihak profesional luar dapat membantu

menyelesaikan kendala manajemen penanganan kasus, yang

dimaksud profesional luar disini adalah profesional lainnya

diluar lingkup orang-orang yang sedang menangani kasus.

manajer kasus berperan sebagai konsultan, harus memiliki

keahlian untuk mengidentifikasi masalah, mempelajarinya

dan membuat rekomendasi.

5. Peran sebagai konselor (Counselor)

The case manager who is a counselor or therapist maintains


a primary relationship with the client and his or her family.
Having a thorough understanding of the client’s mental
health and medical history, this proffesional can tell what
aspects of his of her current situation support or discourage
progress.

Manajer kasus memiliki peranan untuk memelihara relasi

utama dengan klien dan dengan keluarga klien. Manajer

kasus juga harus mendukung klien dan mempunyai

pemahaman yang baik tentang masalah mental dan medis

klien, sehingga mampu mengetahui hal apa saja yang dapat

mendukung dan melemahkan klien.

6. Peran sebagai perencana (Planner)

One of primarry responsibilities of the case manager as


planer is preparing for the service or treatment that the
client is to receive. Planning is directly conected to the
findings of the assessment phase of case management. The
planner evaluates to determine the clients functioning and to
assess service profission. Than the planner compiles
medical, psychological, financial, social, and vocacludes
areas the inform the implementation phase of case
management. This includes setting goals, determining
outcome, and implementing the plan with input from the
client, family member other professionals, and other

53
agencies the case managers planning role begins in the
early stages of the helping process and continues until
services are terminated. Planning may include a transition
period until the client is able to manage his or her own case.

Salah satu tanggung jawab utama dari manajer kasus adalah

sebagai perencana. Mempersiapkan pelayanan atau

pengobatan klien sampai klien menerima. Perencana

mengevaluasi untuk menentukan fungsi klien dan menilai

penyediaan layanan. Kemudian perencana mengkompilasi

medis, psikologis, finansial, sosial menginformasikan tahap

untuk pelaksanaan penanganan kasus. Menetapkan tujuan,

menentukan hasil dan melaksanakan rencana dengan

masukan dari klien, anggota keluarga, profesional lainnya,

dan lembaga lainnya. Peran manajer kasus perencanaan

dimulai pada tahap awal dari proses membantu dan berlanjut

sampai layanan dihentikan sampai klien mampu mengelola

kasusnya sendiri

7. Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)

The goal of the problem solver is to make clients self-


sufficient by helping them determine their strength, find
alternativesto their current situations, andlearn to solve
their own problems. One area of problem solving of
clarifying the roles of the client, the family, the caregiver,
and the case manager. Dissagrements about service, the
direction of case management, or the plan often lead to
conflivts. The case manager is continually involved in
problem solving; many problems arise unexpectedly, and
time must be allotted each day for them.

Tujuan dari pemecah masalah adalah untuk membuat klien

mandiri dengan membantu mereka menentukan kekuatan

54
mereka, mencari alternatif untuk situasi mereka saat ini, dan

belajar untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Manajer

kasus terus terlibat dalam pemecahan masalah, banyak

masalah yang muncul tak terduga, dan waktu harus

dialokasikan setiap hari untuk mereka kapanpun mereka

butuh.

8. Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)

Throughout service delivery, it is necessary to document


assessment, planning, service profission and evaluation. As
a recordkeeper, the case manager maintains detailed
information relating to all contracts and services. This is
important for providing long-term care, communicating with
other professionals and agencies and monitoring and billing
for services. Good documentation constitutes the linking
element in the case management process. Many electronic
system of information management can help record, track,
plan, monitor, and evaluate client progress, but the key is
the quality of the data entered. This tipe of recordkeeping is
essential for program evaluation. Agencies and individual
case manager can determine if goals are being reached and
if quality services are being provided.

Sepanjang pelayanan berlangsung, manajer kasus membuat

dan mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan

klien, seperti dokumen pengkajian masalah, perencanaan,

evaluasi dan lain-lainnya. Manajer kasus menyimpan

informasi terperinci yang berkaitan dengan semua kontrak

dan layanan. Hal ini penting untuk memberikan perawatan

jangka panjang, berkomunikasi dengan profesional dan agen

lainnya dan pemantauan dan penagihan untuk layanan.

Dokumentasi yang baik merupakan elemen penghubung

dalam proses manajemen kasus. Banyak sistem informasi

55
elektronik yang dapat membantu merekam, melacak,

merencanakan, memantau, dan mengevaluasi kemajuan

klien. namun kuncinya adalah kualitas data yang

dimasukkan. Jenis catatan ini sangat penting untuk evaluasi

programagendanmanajerkasusindividualdapat

menentukan apakah tujuan tercapai.

Tabel 2.1

KERANGKA KONSEPTUAL

Tahapan manajemen kasus Peran pekerja sosial

sebagai manajer kasus

-Wawancara awal (Intake) - Advokat (Advocate)

- Asesmen (Assessment) - Broker (Broker)

- Koordinator Pelayanan
- Perencanaan (Planning)
(Coordinator)

- Pelaksanaan (Implementation) - Konsultan (Consultant)

- Pengawasan (Monitoring) - Konselor (Counselor)

- Perencana (Planner)
- Evaluasi (Evaluation)
- Pemecah Masalah
- Pengakhiran (Termination) (Problem Solver)

- Pemegang catatan kasus


(Recordkeeper)

56
BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan LAYAK

LAYAK adalah Yayasan yang bergerak dalam bidang pelayanan

anak dan keluarga, membantu mengatasi masalah-masalah sosial yang

mereka hadapi. Awal berdirinya LAYAK didasari oleh keinginan dari

beberapa orang yang berlatar belakang pendidikan pekerja sosial untuk

membentuk suatu lembaga sosial yang mempunyai “warna” tersendiri

dalam pelayanannya.

Sejak tahun 2001 LAYAK dirintis oleh para pekerja sosial yang

sudah cukup lama berkecimpung dalam bidang pemecahan masalah-

masalah sosial dan pemberdayaan masyarakat seperti: HIV/AIDS,

Kesehatan Reproduksi, Anak yang dilacurkan, Low Vision, Anak Jalanan,

Kesejahteraan Anak, Pendidikan keluarga, dsb.

Kegiatan LAYAK pada awalnya dilakukan secara sukarela. Seiring

dengan berkembangnya kegiatan LAYAK dalam melayani banyak orang

sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga diperlukan tenaga penuh waktu

untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dan membuat lembaga formal

yang berkekuatan hukum. Oleh karena itu, LAYAK diaktenotariskan pada

April 2003 sebagai sebuah lembaga formal dan mulai mempekerjakan 2

orang tenaga penuh waktu.

Saat ini LAYAK didukung oleh personil-personil dari berbagai

disiplin ilmu, namun warna khas di dalam pemberian pelayanan dengan

57
menggunakan pendekatan, metode-metode dan teknik-teknik pekerjaan

sosial tetap dipertahankan.59

Indikasi keberhasilan penanganan di Yayasan LAYAK dengan

Yayasan lain yaitu manajemen kasus menjadi sebuah strategi dalam

penanganan kasus ODHA yang menjadi modul/acuan bagi LSM lainnya,

dimana LAYAK sebagai pioner dan pelatih atau mentor yang sudah

dilakukan di tingkat nasional dan provinsi. Selain itu sudah ada

pengorganisasian atau pemberdayaan ODHA secara kelompok dengan

terbentukanya komunitas texas (gang texas) menjadi kelompok Kotex dan

kemudian menjadi Yayasan Kotex.

B. Data Organisasi60

Nama Lembaga : Yayasan LAYAK (Pelayanan Anak dan Keluarga)

Alamat : Jl. Kartini Raya/Citayam III Gang Texas No. 7 Rt

003/02, Pancoran Mas Depok, Indonesia

Telpon : (021) 777-4735, Fax. (021) 777-4735

Email : yayasan_ layak @yahoo.com

Terdaftar : Akta Notaris Soekardiman, SH No. 3 Tanggal 8

April 2003 dan No. 26 Tangga 28 Juli 2005

Diperbaharui dengan Akte Notaris Zetsplayers Tarigan, SH No. 24

tanggal 19 Desember 2014

Pengesahan : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia

Nomor : C-1255.HT.01.02.TH 2005


59
Brosur Yayasan LAYAK
60
Brosur Yayasan LAYAK

58
C. Tujuan

Tujuan dari Yayasan LAYAK adalah sebagai berikut61:

1. Turut serta membantu pemerintah dan masyarakat dengan jalan

berpartisipasi aktif dibidang pendidikan formal maupun pendidikan

non formal, umum, maupun kejuruan, pengajaran dan kebudayaan

dalam arti kata seluas-luasnya

2. Membantu memecahkan masalah-masalah sosial berbagai kalangan

masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah

3. Membantu meningkatkan peran dan fungsi sosial anak dan keluarga

khususnya dalam menghadapi masalah dengan pendekatan pekerja

sosial profesional.

D. Visi dan Misi

Yayasan Layak mempunyai visi yaitu Terwujudnya anak dan

keluarga yang berdaya. Yang dimaksud dengan berdaya adalah mampu

mengenali dan memecahkan masalah secara mandiri dibidang kesehatan,

ekonomi, pendidikan dan sosial.62

Sedangkan misi dari Yayasan LAYAK yaitu yang pertama,

memberdayakan anak dan keluarga melalui penjangkauan dan

pendampingan, layanan manajemen kasus, mitigasi dampak, pendidikan

dan pelatihan, konseling dan advokasi, dengan metode, nilai dan prinsip-

prinsip pekerjaan sosial. Kedua, mengupayakan kemandirian organisasi

untuk keberlanjutan pelayanan.63

61
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
62
Brosur Yayasan LAYAK
63
Brosur Yayasan LAYAK

59
E. Struktur Organisasi

Gambar 3.1

60
Diantara struktur organisasi di atas, tidak sedikit yang memiliki

jobdesk lebih dari satu karena keterbatasan pekerja sosial di Yayasan

LAYAK, ada 7 orang pekerja sosial dari lulusan pekerja sosial ialah Dra.

Evie S. Tarigan, Dra. Hj. Frida M Girsang, Lucia Rusmiyati S.Sos, Ribka

Pittaria M.Si, Yeremias Wutun M.Si, Dra. Yenny K.M dan Rosmeda

S.Sos. Sedangkan yang menjadi manajer kasus di Yayasan LAYAK

adalah sebagai berikut:

1. Yeremias Wutun, M.Si

2. Lucia Rusmiyati, S.Sos

3. Ribka Pittaria, M.Si

4. Dra. H. Frida M Girsang

5. Dra. Evie S. Tarigan64

F. Persyaratan menjadi manajer kasus di Yayasan Pelayanan Anak dan

Keluarga (LAYAK)

Menjadi seorang manajer kasus memiliki persyaratan khusus, Yayasan

LAYAK juga memiliki persyaratan bagi siapa saja yang mau menjadi

manajer kasus dan bergabung dengan Yayasan LAYAK sebagai berikut:65

1. Lulusan S1 Kesejahteraan Sosial atau pekerja sosial


2. Pernah bekerja untuk isu HIV minimal 2 tahun
3. Minimal 1 tahun sudah menangani ODHA
4. Memiliki kemampuan konseling.
5. Memahami dan berpengalaman dalam merujuk klien
6. Kemampuan membuat laporan kasus

64
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
65
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017

61
G. Program Utama Yayasan LAYAK

Program utama di Yayasan LAYAK yaitu66:

1. Pelayanan Sosial

a. Pendidikan Masyarakat/penyuluhan

b. Layanan Manajemen Kasus

c. Pusat layanan dan informasi HIV/AIDS, IMS, Napza, Gender,

Perlindungan Anak

d. Dukungan nutrisi untuk peningkatan gizi anak

e. Konsultasi tentang anak dan keluarga

f. Layanan Home Based Care (HBC)

2. Penelitian dan Pengembangan

a. Pelatihan manajemen kasus

b. Pelatihan pemberdayaan masyarakat

c. Anual survey dan penelitian singkat

3. Advokasi dan Jaringan

a. Anggota forum LSM peduli AIDS JABODETABEK

b. Tim pelatih nasional manajer kasus

c. Bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah

d. Anggota forum komunikasi taman balita sejahtera

H. Program Pelayanan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan

LAYAK

Program pelayanan ODHA melalui proyek kerjasama dengan Family

Health International (FHI)-Aksi Stop AIDS dukungan dana USAID, SUM

66 Arsip profil lembaga Yayasan


LAYAK

62
dukungan dana USAID dan Global Fund untuk HIV/AIDS, serta AIDS

Healthcare Foundation serta sukarelawan individu maupun pemerintah

(Kemkes.Dinkes DKI, Kemsos dan Dinsos DKI), program-program

tersebut diantaranya sebagai berikut67:

1. Program case management HIV dan AIDS kerjasama dengan Family

Health International (FHI)

a. Bekerjasama dengan FHI, departemen sosial dan departemen

kesehatan menyusun dan mengembangkan modul pelatihan

manajemen kasus HIV dan AIDS dengan mencakupkan materi

yang terkait perempuan

b. Pelatihan Nasional Care Support And Treatment bagi 225 rumah

sakit rujukan ARV bekerjasama dengan Depkes

c. Meningkatkan kapasitas manajer kasus yang melayani Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui pelatihan manajemen kasus

HIV dan AIDS. Lebih dari 1.000 manajer kasus yang sudah dilatih

di 23 Propinsi di Indonesia

d. Pemberian layanan manajemen kasus bagi Orang dengan HIV

(ODHA) dalam upaya meningkatkan kualitas hidup ODHA

bekerjasama dengan 8 RS rujukan obat ARV bagi ODHA, 12

Puskesmas, lapas/ Rutan di DKI Jakarta. Sejak April 2005 –

Desember 2012 melayani 1.958 ODHA

e. Memberikan konseling dan edukasi tentang realitas HIV dan AIDS

bagi ODHA dan keluarga, meliputi Kespro, kepatuhan berobat,

67
Arsip profil lembaga Yayasan LAYAK

63
home based care, disclosure, pencegahan penularan dari ibu ke

anak, dsb

f. Membentuk dan menyelenggarakan pertemuan koordinasi tim

home base bagi pelayanan kesehatan dengan mengikutsertakan tim

kesehatan puskesmas dan rumah sakit setempat di wilayah DKI

Jakarta

g. Megikutsertakan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) bekerjasama

dengan puskesmas dalam mensosialisasikan PMTCT bagi

masyarakat setempat dalam rangka penanggulangan penularan HIV

dan AIDS dari ibu ke anak

2. Program Penjangkauan dan pendampingan Populasi kunci bekerjasama

dengan GFATM-Program : 2009 – 2015

a. Penjangkauan Populasi Kunci untuk menurunkan angka kesakitan

dan kematian karena infeksi HIV di DKI Jakarta dan memperkuat

komunitas, serta memperkuat sistem kesehatan untuk perbaikan

kinerjanya

b. Pendampingan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA)

Memberikan edukasi dan dukungan biopsikososial bagi ODHA

dan keluarga terkait informasi HIV, kepatuhan pengobatan, akses

layanan kesehatan, perawatan ODHA di rumah menuju kapada

kemandirian ODHA dan keluarga

c. Community Organizer : Pemberdayaan Masyarakat di wilayah

Jakarta Pusat. Penguatan dan pelibatan kader masyarakat dalam

program penanggulangan HIV dan AIDS dengan memberdayakan

64
kader sebagai penyuluh dan pendamping ODHA sebagai upaya

mengurangi stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA

dan keluarganya.

3. Program penanggulangan HIV dan AIDS di Berastagi – Tanah Karo

Sumatera Utara : 2014 - sekarang

a. Membangun jejaring kerjasama dengan pemerintah dan

stakeholders terkait dalam penanggulangan HIV dan AIDS

b. Sosialisasi dan informasi tentang HIV-AIDS bagi masyarakat,

sekolah dan kelompok Agama

c. Peningkatan Kapasitas SDM (Workshop, seminar) yang bekerja di

bidang HIV-AIDS

d. Pelayanan Manajemen Kasus bagi ODHA

I. Pedoman Manajemen Kasus Yayasan LAYAK

Yayasan LAYAK menggunakan pedoman-pedoman sebagai manajer

kasus yang dibuat sendiri, dan juga dijadikan sebagai modul pelatihan

manajemen kasus HIV/AIDS sebagai berikut:68

1. Intake

a. Memberi informasi mengenai pelayanan lembaga, keterbatasannya,

persyaratan administratif, dsb

b. Menjelaskan peran, tugas dan tanggung jawab manajer kasus

c. Menjelaskan hak dan kewajiban klien

d. Identifikasi masalah dan situasi klien

68
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017

65
e. Mengumpulkan data awal; identitas klien, status kesehatan,status

sosial,dll.

f. Membangun hubungan kolaboratif dengan klien

2. Asesmen

a. Lakukan interview dan observasi melalui interaksi tatap muka di

tempat yang disepakati klien dan manajer kasus.

b. Adakan kontak dengan berbagaisetting misalnya: melalui telepon,

pertemuan di kantor manajer kasus, di rumah sakit, klinik,

kunjungan rumah (bila memungkinkan atau disetujui klien)

c. Memperoleh informasi lainnya yang relevan dari kelompok

primer: keluarga, peer group,dan sebagainya.

d. Menilai dan mendokumentasikan masalah dan kebutuhan

e. Melibatkan partisipasi aktif klien dan pihak lainnya yang disetujui

klien

f. Pada pelaksanaan asesmen, manajer kasus sudah memahami

kebutuhan bantuan yang diperlukan klien saat ini dengan

pelayanan yang tersedia di lembaga

g. Manajer kasus juga harus sudah memahami kesulitan yang

dihadapi klien saat ini dan bantuan yang dicari

h. Harus sudah memahami usaha yang sudah dilakukan untuk

mengatasi masalah dan rencana pelayanan yang akan diberikan.

3. Perencanaan

a. Perencanaan hanya dibuat oleh manajer kasus yang melakukan

asesmenbersama dengan klien

66
b. Manajer kasus melibatkan partisipasi klien dalam mengembangkan

rencana pengembangan pelayanan

c. Menyediakan beberapa pilihan dalam penentuan pelayanan jika

dibutuhkan

d. Rencana pelayanan diperbaiki sesering mungkin tetapi minimal

sekali dalam 6 bulan. Bagi klien yang hanya memerlukan informasi

saja, perbaikan bisa dilakukan melalui telepon.

e. Mengutamakan prioritas pelayanan yang dibutuhkan klien

f. Manajer kasus bersama klien menetapkan tujuan jangka pendek

dan jangka panjang yang dapat diukur agar dapat digunakan untuk

dapat mengevaluasi kemajuan klien

g. Manajer kasus menyediakan pilihan pelayanan bagi klien dan klien

menentukan pilihan serta membuat keputusan bagi dirinya

h. Menjadwalkan waktu yang paling realistis atau waktu yang

mungkin dicapai untuk melakukan seluruh kegiatan

i. Mengidentifikasi berbagai potensi hambatan dalam memanfaatkan

dan menerima pelayanan seperti: kriteria yang tidak bisa dipenuhi,

sikap dan pertahanan diri yang dimiliki klien atau kemungkinan

tidak diperolehnya pelayanan yang dibutuhkan dan mengusulkan

jalan keluarnya

j. Menentukan hasil yang akan dicapai dan metode yang digunakan

k. Tentukan siapa mengerjakan apa dan kapan dilakukan

l. Tentukan titik permulaan kegiatan

m. Tentukan sumber-sumber lain yang akan dilibatkan

67
n. Antisipasi masalah baru yang mungkin akan terjadi

4. Koordinasi, pengkaitan dan rujukan

a. Pengkaitan dan rujukan dilakukan bila kebutuhan klien di luar

lingkup lembaga atau di luar keahlian manajer kasus

b. Mengetahui dan memilih lembaga lain yang tepat yang

menyediakan pelayanan sesuai kebutuhan klien

c. Membicarakan kemungkinan rujukan dengan lembaga yang

dimaksud dan bila rujukan memungkinkan, bicarakan dengan

klien. Bila klien setuju, siapkan klien untuk proses yang

dihadapinya, meliputi: bantuan yang akan diberikan, persyaratan

dan kebijakan lembaga rujukan, mampikah klien memenuhi

persyaratan yang diminta?, bagaimana perasaan klien tentang

rujukan ke lembaga lain? bagaimana cara klien menghubungi

lembaga rujukan.

d. Apa yang diharapkan dari klien untuk diceritakan pada petugas

lembaga rujukan.

e. Lain-lain seperti jam kerja, alamat, petugas yang akan di temui

f. Sediakan informasi tentang klien pada badan atau lembaga rujukan

yang meliputi: masalah dan kebutuhan klien secara jelas,

ringkasan bantuan yang telah diberikan, perasaan klien tentang

rujukan yang dilakukan, kesediaan kerjasama bila diperlukan oleh

lembaga rujukan

68
g. Menyusun suatu panduan rujukan: panduan rujukan merupakan

dokumen yang “hidup”, panduan ini harus diperbaharui secara

kontinu, panduan harus diorganisir untuk penggunaan yang

efektif, panduan tersebut harus dibagi sesuai jenis pelayanan

misalnya: menurut umur atau masalah. Contoh: medis, kesehatan

jiwa, pendampingan dan rehabilitasi para pengguna narkoba,

pendampingan masalah perkawinan dan keluarga, pendampingan

individual, pelayanan untuk pemuda, pelayanan anak (kesulitan

belajar), pelayanan lansia, kekerasan terhadap keluarga, pelayanan

untuk orang cacat, pendidikan, dan sebagainya.

5. Monitoring dan evaluasi

a. Tentukan jumlah pertemuan dengan klien dalam rangka

menindaklanjuti kebutuhan-kebutuhannya

b. Revisi dan evaluasi rencana pelayanan untuk meyakinkan bahwa

jenis pelayanan yang diberikan sudah tepat sesuai kebutuhan klien

dan tingkat infeksi HIV yang dimilikinya

c. Mungkin beberapa klien hanya membutuhkan pelayanan minimal

seperti informasi dan rujukan. Dalam hal ini mereka hanya

mendapatkan kontak secara periodik dari manajer kasus

d. Cek semua file klien setiap 6 bulan

e. Rencana pelayanan direvisi atau diperbaiki minimal setiap 6

bulan: kemungkinan ada hal-hal di luar kontrol manajer kasus

yang mungkin mempengaruhi rencana waktu untuk revisi rencana

69
pelayanan dan kontak pemberi pelayanan, misalnya bila manajer

kasus sakit.

f. Dokumentasikan tentang kemajuan klien secara seksama termasuk

tanggal hubungan, siapa yang pertama kali menghubungi dan

tindakan apapun yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari hubungan itu. hambatan pelaksanaan rencana ju
Terminasi

70
J. Kondisi Fasilitas Lembaga

Fasilitas yang ada di Yayasan LAYAK ada seperti standar kantor

yaitu ada alat-alat komunikasi, komputer, lcd proyektor, dan alat-alat

untuk bekerja lainnya, ada mobil kantor, ruang untuk penerima tamu,

ruang untuk meeting. Yayasan LAYAK ini menjalankan kegiatan diluar

langsung dengan masyarakat yang bermasalah pada bidangnya, jadi yang

ada di Citayam 3 Depok ini hanya kantor saja.69

K. Sasaran dan Garapan

Sasaran dan garapan dari Yayasan LAYAK ini adalah orang-orang

yang bermasalah pada kasus ODHA. Untuk mencapai ke ODHA dengan

mengembangkan sistem melalui kader, nanti kader yang akan mobilisasi

tetapi tetap dalam arahan dari Yayasan LAYAK dengan cara mengadakan

tes, yaitu tes VCT. Sebelum dilaksanakan tes VCT, akan dilakukan

konseling terlebih dahulu. Sebelum melaksanakan tes VCT juga diberikan

edukasi supaya ketika tahu ada yang positif nanti tidak akan frustasi.

Diadakan penyuluhan juga untuk warga sekitar agar tidak adanya

diskriminasi. Ketika selesai melakukan tes VCT, maka yang positif

terkena HIV/AIDS akan di follow up, akan dibantu, lalu bisa untuk tanda

tangan kontrak kalau setuju dan mau untuk menjadi klien, dan yang

negatif akan diberikan penyuluhan tentang pencegahan virus HIV/AIDS.70

69
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
70
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017

71
L. Kinerja dari Yayasan LAYAK Program HIV/AIDS (Juli-Desember

2016)

1. Target VCT bulan Juli-Desember 2016

Gambar 3.3

1700 1659
1650
1600
1550
1500 Target
1440
1450 Capaian
1400
1350
1300
TargetCapaian

2. Rekap VCT Juli-Desember 2016

Gambar 3.4

700
600 596

500 433
425
400
300
200
178

100
27
0
-100 Agustus Oktober Desember

72
3. Komposisi Jumlah VCT (N=1659)

Gambar 3.5

426,
26% 16, 1%

Perempuan
Lelaki
Waria
1217,
73%

4. Karakteristik ODHA (N=13)

Gambar 3.6

2, 15% 3, 23% Lelaki

8, 62% Perempuan

Waria

73
M. Kerjasama Dengan Pemerintah

Kerja sama dengan dengan pemerintah yaitu71:

1. Kementerian sosial: 2004 – sekarang

a. Pelayanan manajemen kasus bagi warga binaan di beberapa panti

sosial dibawah naungan Kemensos

b. Standarisasi modul pelatihan manajemen kasus HIV – AIDS

2. Dinas sosial DKI Jakarta

a. Pelatihan “Perawatan ODHA di rumah” bagi Pekerja Sosial

Masyarakat di 5 wilayah DKI Jakarta

b. Penguatan PSM dan kader PKK di wilayah DKI Jakarta dalam

program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

3. Komisi Penanggulangan AIDS provinsi DKI Jakarta

a. Pelatihan income generating bagi ODHA

b. Dukungan Nutrisi Anak dengan HIV (ADHA)

N. Sumber Dana

Dana operasional Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga

(LAYAK) di Citayam 3 Depok ini berupa uang dari kontrak kerjasama

dengan sumber-sumber seperti FHI-ASA (Family Health International-

Aksi Stop AIDS), Kementerian Kesehatan, IOM (International

Organization for Migration), PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia), Global Fun, Kementerian Sosial, Standart Chartered Bank, dan

AHF (AIDS Healthcare Foundation). Kontrak kerjasama antara Yayasan

LAYAK dengan sumber-sumber di atas memiliki program-program yang

71
Arsip profil lembaga Yayasan LAYAK

74
berbeda-beda, seperti contoh kerjasama dengan FHI-ASA dan

Kementerian Kesehatan dengan program manajemen kasus HIV & AIDS

di Jakarta dan Training Manajemen Kasus di 12 provinsi di Indonesia

dengan nilai kontrak sebesar Rp.3.414.242.804.72

72
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017

75
BAB IV

HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

Pekerja sosial menangani kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di

Yayasan LAYAK Citayam 3 Depok ini dengan menggunakan manajemen kasus.

Berdasarkan hasil temuan lapangan mengenai manajemen kasus dalam menangani

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dilakukan oleh pekerja sosial di

Yayasan LAYAK, penulis menggabungkan dan mengkaji antara temuan lapangan

berupa wawancara dan studi dokumentasi lalu menghubungkan teori-teori yang

telah dibahas pada BAB II hal 32. Seperti yang dijelaskan oleh Albert R. Roberts

dan Gilbert J. Greene untuk memberikan pelayanan yang mengaitkan dan

mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga yang memberikan

dukungan medis, psikososial dan praktis bagi klien yang membutuhkan.

Bab IV ini dibagi menjadi 3 Sub bahasan, yaitu pertama profil informan,

kedua temuan lapangan, ketiga analisis. Berikut ini adalah paparan masing-

masing-masing Sub bab tersebut:

A. Profil Informan

Penelitian ini mengambil 5 informan yang terdiri dari 1 orang anggota

dewan pembina yaitu bapak Jeremias Wutun, M.Si , karena dianggap lebih

mengetahui informasi profil Yayasan LAYAK beliau termasuk pendiri dari

Yayasan LAYAK ini. 2 orang pekerja sosial dalam menangani ODHA, karena

pekerja sosial yang khusus menangani ODHA di Yayasan LAYAK hanya ada 2

orang, mereka memiliki tugas yang berbeda seperti ibu Lucy menjadi manajer

kasus yang khusus menangani ODHA karena lebih lama bergabung dengan

76
Yayasan LAYAK, dan ibu Ribka hanya mendampingi saja. 2 orang klien yang

ditangani oleh manajer kasus Yayasan LAYAK, karena kedua klien ini telah telah

berhasil menjadi lebih mandiri setelah di dampingi oleh manajer kasus Yayasan

layak. Berikut ini adalah pemaparannya:

1. Anggota Dewan Pembina

Nama : Jeremias Wutun, M.Si

Usia 45

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir : S2 Kesejahteraan Sosial

Lama bekerja : Tahun 2001 (Pendiri Yayasan

LAYAK) Tempat, tanggal lahir : Manado, 27 Maret 1972

Alamat : Jalan Angsana 1A, Rt.07 Rw.02 No.67 Kelurahan

Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati kota bekasi.

Agama : Katholik

Bapak Jeremias Wutun, M.Si yang biasa dipanggil pak Jerry adalah salah

satu pendiri dari Yayasan LAYAK yang merupakan anggota dewan sekaligus juga

menjadi seorang manajer kasus, akan tetapi pak Jerry lebih khusus menangani

kasus traficking yang ada di Indramayu. Jadi pak Jerry dianggap lebih mengetahui

tentang Yayasan LAYAK karena beliau termasuk seorang pendiri dari Yayasan

LAYAK.

2. Pekerja Sosial (Manajer Kasus)

Nama : Lucia Rusmiyati, S.Sos

Usia : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

77
Pendidikan terakhir : Sarjana Sosial

Lama bekerja : Sejak tahun 2007

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 2 Juli 1972

Alamat : Jalan Raya Kalibata Rt.05 Rw.10 No.22 Jak-Sel

Agama : Katolik

Ibu Luci bertugas sebagai manajer kasus yang menangani klien secara

langsung, ibu Luci mulai bergabung di Yayasan LAYAK sejak tahun 2007, saat

itu yang menjadi manajer kasus dalam menangani ODHA yaitu ibu Luci dan ibu

Murli, tetapi berhubung ibu Murli sudah tidak aktif lagi sejak tahun 2010, jadi

sekarang ibu Murli sudah tidak menangani ODHA di Yayasan LAYAK.

Program pendampingan manajemen kasus di rumah sakit-rumah sakit berakhir

pada tahun 2015, jadi sekarang tidak menjalankan program tersebut lagi yang

mendapat rujukan dari rumah sakit kalau program sekarang adalah mendampingi

kader-kader yang nantinya kader tersebut yang menjadi pendamping bagi

ODHA di wilayah mereka. Karena keterbatasan tenaga kerja atau pekerja sosial

saat ini di Yayasan LAYAK, jadi ada pekerja sosial yang memiliki tugas atau

job lebih dari satu. Misalnya saat ini ibu Luci bukan hanya sebagai manajer

kasus untuk ODHA saja, beliau juga menjadi pekerja sosial dalam menangani

kasus Low Vision juga di Yayasan LAYAK.

3. Pekerja sosial

Nama : Ribka Pittaria M.Si

Usia : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : S2 Kesejahteraan Sosial

78
Lama bekerja : Sejak tahun 2014

Tempat, tanggal lahir : Medan, 15 September 1974

Alamat : Bumi Puspitek Asri Blok P No.24 Desa

Situgadung, Kecamatan Pagedangan-Tangerang

Agama : Kristen protestan

Ibu Ribka tidak menangani klien secara langsung sebagai manajer kasus,

hanya di bagian pelatihan manajemen kasus dalam menangani ODHA,

memberikan penyuluhan, dan kadang juga ikut mendampingi ibu Luci dalam

menangani klien tetapi yang lebih fokus menangani ODHA sebagai manajer

kasus adalah ibu Luci. Ibu Ribka bergabung dengan Yayasan LAYAK pada

tahun 2014. Mereka berdua menangani klien dengan bersama-sama, saling

membantu dan mendampingi dalam menyelesaikan permasalahan tentang

ODHA. Ibu ribka hanya ikut mendampingi saja karena beliau baru bergabung

tahun 2014 dan program pendampingan manajemen kasus di rumah sakit

tersebut habis tahun 2015. Ibu Ribka juga memiliki tugas lebih dari satu yaitu

selain sebagai pekerja sosial dalam menangani kasus ODHA tetapi juga

menangani kasus traficking.

4. Klien ODHA

Nama : UB

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas)

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 Juni 1980

Agama : Islam

79
Status perkawinan : Cerai (karena suami meninggal

dunia) Terdaftar jadi klien 2008

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan menjaga toko di pasar

UB merupakan ibu rumah tangga yang memiliki 2 anak, satu anak yang

positif dan satu anak yang negatif. UB juga sekaligus menjadi kepala keluarga

semenjak meninggal suaminya, dia adalah salah satu klien yang pernah ditangani

oleh ibu Luci yang sampai saat ini UB bisa mandiri dan bekerja sebagai penjaga

toko milik sendiri di pasar.

5. Klien ODHA

Nama : RW

Usia : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 7 November 1984

Agama : Islam

Status perkawinan : Sudah menikah

Terdaftar jadi klien 2009

Pekerjaan :Pendampingan di Puskesmas, RSAU Dr.

Asmawan, LSM Kotex.

RW awalnya adalah klien ibu Murli, tetapi karna bu Murli sudah tidak

aktif lagi, maka dipindahtangani oleh ibu Luci tetapi tetap saja didampingi oleh

manajer kasus dari Yayasan LAYAK, cuma orangnya saja yang berbeda. RW

memiliki 2 anak yang positif, suami RW sudah meninggal sejak tahun 2009

sebelum RW menjadi klien. Saat ini RW bekerja di Yayasan Kotex yang

80
dulunya hanya dari perkumpulan teman sebaya yang dikumpulkan oleh Yayasan

LAYAK.

B. Temuan Lapangan

1. Tahapan manajemen kasus dalam menangani ODHA yang

dilakukan pekerja sosial di Yayasan Layak

Pekerja sosial di Yayasan LAYAK menggunakan metode

manajemen kasus yang digunakan untuk menangani permasalahan

ODHA, karena permasalahan yang dialami ODHA itu sangat beragam,

dengan adanya metode manajemen kasus, pekerja sosial menjamin

ODHA mendapatkan bantuan sesuai dengan yang dibutuhkan. Seperti

yang diutarakan oleh ibu Lucia Rusmiyati, S.Sos atau yang biasa

disapa ibu Luci selaku pekerja sosial yang berperan sebagai manajer

kasus berikut ini:

“Karena dengan manajemen kasus ini kita bisa


melakukan pelayanan secara komperhensif. Maksudnya
seperti di rumah sakit, setelah dia (ODHA) mengetahui
tentang statusnya, dan diketahui dia punya masalah dengan
statusnya, disitu kita membantu klien bagaimana
memberikan dukungan psikososial kepada mereka supaya
mereka memahami apa yang mereka alami dan bersama
klien sama-sama mencarikan solusi bagi klien agar dia bisa
keluar dari masalahnya supaya klien bisa berfungsi sosial
kembali,...jadi kita mengetahui permasalahan mereka, kita
melakukan asesmen, mengedukasi, mengevaluasi seperti
pada tahapan manajemen kasus, dan juga kita mengkaitkan
mereka dengan sumber-sumber yang ada di masyarakat
untuk membantu mereka bisa menuju kemandirian.”73

Adapun hasil temuan lapangan tentang tahapan pelaksanaan

manajemen kasus yang dilakukan pekerja sosial dalam menangani ODHA,

sebagai berikut:

73 Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

81
a. Wawancara awal (Intake)

Seperti yang kita ketahui wawancara awal atau intake bertujuan

untuk membangun hasil yang baik antara klien dan manajer kasus

untuk menumbuhkan kenyamanan diantara keduanya. Pada tahap ini

Yayasan LAYAK mendapatkan klien yang diketahui positif HIV dari

rumah sakit, manajer kasus melakukan wawancara awal menggunakan

prinsip dasar kesejahteraan sosial yaitu menjalin relasi dengan calon

klien, dengan menggunakan skill small talk untuk wawancara awal

supaya bisa membangun kerja sama yang baik antara klien dan

manajer kasus. Dalam hal penjalinan relasi ada beberapa hal yang

dikemukakan oleh manajer kasus sebagai berikut:

“...pertemuan pertama, saya selalu


menginformasikan bahwa saya tahu tentang dia dari rumah
sakit, jadi supaya dia juga tidak ada kecurigaan. Jadi saya
perkenalkan diri saya, nama saya lucy, saya manajer kasus
dari Yayasan LAYAK, dan saya tahu tentang klien dari
rumah sakit. Lalu saya juga memberitahukan peran saya,
bahwa saya disini untuk membantu pihak rumah sakit untuk
memberikan dukungan untuk pasien yg positif yang berada
disini.74

Berdasarkan wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa penjalinan

relasi yang dilakukan oleh manajer kasus dimulai dengan

memperkenalkan dirinya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang

sederhana. Setelah manajer kasus memperkenalkan dirinya, lalu

dilanjutkan dengan asesmen awal tentang klien, seperti pernyataan ibu

Luci berikut ini:

74
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

82
“Lalu kita wawancara awal seperti saya bertanya
tentang kronologis klien, kita tanya tentang bagaimana
dengan kesehatannya saat ini. Setelah sudah mulai
perkenalan dan segala macam yang tadi saya bilang,
barulah kita mulai proses identifikasi,...”75

Berdasarkan pernyataan ibu Luci di atas, dalam melakukan

asesmen awal manajer kasus mengidentifikasi klien difokuskan pada

aspek kesehatan klien untuk membangun relasi yang nyaman antara

manajer kasus dengan klien. Wawancara awal sangat penting antara

klien dan manajer kasus, supaya menimbulkan kenyamanan, sehingga

klien bisa sangat terbuka dengan manajer kasus. Hal tersebut diperkuat

dengan adanya buku pedoman pelatihan manajemen kasus HIV/AIDS

yang dijadikan sebagai buku pedoman Yayasan LAYAK yang ada

pada bab 3 tentang pedoman manajemen kasus Yayasan LAYAK.

Klien UB juga menyatakan bahwa manajer kasus yang

mendatanginya dan mulai memperkenalkan dirinya kepada klien,

berikut yang diungkapkan oleh klien UB:

“...waktu itu aku lagi dirawat juga di RSPI aku kena


toksoplasma waktu suamiku masih ada juga, aku ngedrop
banget pada saat itu, harus istirahat total kan, trus mba lusi
yang datengin aku, dia bilang dapet data aku dari rumah
sakit, aku ngobrol, dia kasih tau dia itu siapa, dia jelasin
tentang sakitnya aku, tentang HIV, tentang gampangnya
penyakit yang masuk ke tubuh aku karna virus ini kalau
engga dijaga. Trus aku ditawarkan untuk menjadi klien.
Trus aku tanda tangan kontrak. aku sih setuju karna aku
merasa pada saat itu aku emang perlu bantuan supaya aku
ngerti juga tentang penyakit aku dan keluarga.”76

75
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
76
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

83
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa

manajer kasus memang benar melakukan intake diawali dengan

menjalin relasi yaitu dengan memperkenalkan diri dan dilanjut

asesmen awal. Hal ini juga didukung dengan pernyataan klien RW

yang dulunya adalah klien dari ibu Murli (manajer kasus yang

menanganinya saat itu sebelum dipindahtangani ke ibu Luci), yaitu:

“...aku dikasih rujukan dari rumah sakit disuruh


ketemu sama manajer kasus dari LAYAK yang bernama
mba murli. Soalnya saat itu aku emang engga memahami
banget tentang ini,...Aku bingung juga mba gimana aku
harus buka statusku ke anakku dan gimana aku buka status
kedua anakku ke mereka. Setelah aku bertemu dengan
manajer kasusnya pada saat itu aku mulai bercerita, mulai
membuka diri waktu masih sama mba murni. Karna kan
aku orangnya aktif, jadi aku banyak ngomong dan banyak
tanya. Setelah aku coba untuk membuka diri, mba murli
kasih tahu aku kalau ternyata banyak orang yang seperti
aku juga. Jadi aku tidak merasa sendiri banget.”77

Dari pemaparan diatas dapat terlihat bahwa klien RW juga

mendapat rujukan dari rumah sakit karna klien RW merasa kalau dia

bukan hanya bingung dengan sakit yang dialaminya dan kedua

anaknya tetapi dia juga dilema bagaimana membuka status dirinya dan

kedua anaknya. Maka dari itu dia dirujuk oleh pihak rumah sakit untuk

menemui manajer kasus Yayasan LAYAK.

Setelah adanya wawancara awal, dengan pemberian informasi

tentang HIV, barulah klien tanda tangan kontrak jika bersedia untuk

menjadi klien seperti yang diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“Iya jadi saya juga menyampaikan kepada dia


bahwa kalau dia menerima layanan saya, nanti ada formnya
yang didalamnya berisi tentang hak dan tanggung jawab
77
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

84
klien. dan juga kita jelaskan bahwa kerahasiaan klien juga
akan kita jaga. Sehingga pada tahap selanjutnya, klien akan
merasa nyaman untuk membuka diri dengan kita.”78

Pemaparan tersebut juga didukung oleh pernyataan ibu Ribka yang

menjelaskan juga tentang intake form untuk klien berikut ini:

“Jadi kalau sudah wawancara awal dan dia bersedia


untuk menjadi klien, kita bacakan hak dan kewajiban klien
yang ada didalam intake form tersebut. Nah setelah dia
setuju tentang hak dan kewajiban klien, barulah dia tanda
tangan di form tersebut...”79

Berdasarkan pemaparan dari kedua informan di atas, dapat

dikatakan bahwa setelah melakukan wawancara awal dan asesmen

awal, barulah manajer kasus menjelaskan tentang intake form jika

klien bersedia dibantu dan menerima layanan yang diberikan oleh

manajer kasus.

Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan dari klien UB berikut

ini:

“Iya ada mba, disitu aku disuruh baca-baca juga isi


kontraknya. Pokoknya sih aku baca tentang isi kontraknya
itu juga engga ada yang membebani aku. Trus aku tanda
tangan kalau setuju.”80

Dari pernyataan di atas tersebut bahwa didalam wawancara awal,

ada form persetujuan untuk menjadi klien juga yang dibuat oleh

manajer kasus untuk klien. Dengan adanya form persetujuan untuk

menjadi klien, bisa semakin meyakinkan klien bahwa kerahasiaan

antara klien dan manajer kasus bisa terjaga dengan baik. Hal tersebut

78
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
79
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
80
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

85
diperkuat dengan pengamatan langsung yang dilakukan penulis dengan

melihat intake form yang ada di dalam lampiran.

b. Asesmen (Assessment)

Asesmen yang dilakukan oleh manajer kasus bisa juga dilakukan

bersamaan dengan wawancara awal, bisa juga dilakukan dilain hari

setelah membuat janji pada saat wawancara awal dengan klien

tergantung dengan kemauan klien. Tidak jarang proses asesmen ini

dapat dikatakan konseling, karena hal tersebut merupakan

keterampilan pekerja sosial yang dilakukan untuk asesmen klien terkait

dengan apa saja yang menjadi masalah bagi klien dan memberikan

penguatan pada klien. Dalam konseling ini, menggunakan skill

wawancara, manajer kasus juga menggunakan teknik parapresing yaitu

pengulangan kata kembali yang telah di ucapkan oleh klien saat ia

berbicara dan juga menggunakan keterampilan mengajukan

pertanyaan.

Pada tahap ini manajer kasus menggali data diri klien dan menggali

permasalahan yang dialami klien. Seperti yang dipaparkan oleh ibu

Luci berikut ini:

“...ada juga klien yang tidak dengan mudah


membuka diri. Jadi kita sebagai manajer kasus harus lebih
aktif bertanya di dalam wawancara pastinya, sehingga nanti
lama-kelamaan klien sendiri yang akan bercerita panjang
lebar tentang permasalahan apa saja yang dialami.”81

Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
81

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

86
Pemaparan tersebut sesuai dengan yang diutarakan juga oleh ibu

Ribka selaku pekerja sosial yang mendampingi manajer kasus berikut

ini:

“...kita buat supaya klien yakin kalau dengan


didampingi oleh manajer kasus Yayasan LAYAK, klien
akan lebih memahami apa yang dialaminya, dia juga akan
bisa mengelola kasusnya sendiri nanti setelah tidak
didampingi dengan kita lagi,...Setelah mengetahui apa yang
dialami klien, kita mengidentifikasi dan memahami apa
yang menjadi kebutuhan klien.”82

Dari pemaparan kedua informan di atas menyatakan bahwa pada

tahap penggalian informasi yang dilakukan oleh seorang manajer kasus

bersifat non-formal, manajer kasus juga mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk klien agar klien mulai bercerita tentang apa yang

menjadi permasalahannya. Pada tahap asesmen ini, manajer kasus

mulai mengetahui kesulitan apa yang dialami klien dan mengetahui

apa saja yang dibutuhkan klien dari segi kesehatan, mental dan

emosional klien. Manajer kasus juga menggunakan keterampilan

pekerjaan sosial sebagai manajer data untuk mengumpulkan dan

menganalisis data untuk keperluan pengambilan keputusan. Seperti

yang ada pada buku pedoman pelatihan manajemen kasus HIV/AIDS

yang dijadikan sebagai buku pedoman Yayasan LAYAK berikut ini:

Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di
82

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

87
Gambar 4.1
Pedoman-Pedoman Praktis Manajer Kasus Tahap Asesmen

Sumber: Pedoman Pelatihan Manajemen Kasus HIV/AIDS


Yayasan LAYAK

Hal tersebut didukung juga dari pemaparan klien UB dan RW yang

mengungkapkan bahwa klien merasakan kenyamanan saat bercerita

dengan manajer kasus. Berikut ini yang di ungkapkan klien UB:

“Iya aku ngerasa nyaman mba, karna aku dari


awalnya kan emang engga ngerti banget ya, trus aku lagi
dirawat juga, sedangkan suami aku waktu itu lagi sakit-
sakitan juga mba. Jadi aku ngerasa butuh temen banget buat
bercerita. Aku juga butuh arahan supaya aku ngerti sama
penyakitnya aku.”83

Dan berikut yang di ungkapkan klien RW:

“Awalnya sih aku ragu mau cerita dari mana, aku


juga belum percaya apakah aku harus membuka diri. Aku
rada takut waktu itu dengan status ku yang positif ini.
Cuma setelah aku bertemu, dan mulai berbicara, dan
diyakini oleh manajer kasus nya, ya aku mulai bercerita
saja, dan lama kelamaan aku merasakan kenyamanan
dengan respon balik yang diberikan oleh MK-nya saat
itu.”84

83
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
84
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

88
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat

dikatakan bahwa klien merasakan kenyamanan dengan manajer kasus

sehingga klien bisa dengan mudah membuka diri tentang masalah-

masalah yang dialaminya. Manajer kasus menggunakan alat history

map dan juga biopsikososial dalam mengasesmen klien, seperti yang

diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“...dalam mengasesmen klien kita tanyakan tentang


bagaimana kronologis kasus klien, kenapa klien bisa
terkena HIV/AIDS, lalu siapa saja yang terinfeksi di dalam
keluarga, kita juga melihat dan bertanya bagaimana kondisi
kesehatan tubuh yang dirasakan klien sebelum dan saat
sekarang terinfeksi, kita juga menanyakan tentang
psikologis dan sosial klien. sesuai yang ada di dalam form
manajemen kasus.”85

Manajer kasus juga mendapatkan informasi tentang klien dari

anggota keluarga klien, tujuannya juga untuk menjalin relasi yang

baik, akan tetapi hal tersebut juga atas persetujuan dari klien. Seperti

yang diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“Ada klien yang memang tidak mau kalau statusnya


diketahui orang lain karena memang dia saja bingung
bagaimana cara dia membuka statusnya kepada yang
lainnya. Tetapi ada juga klien yang memang anggota
keluarganya sudah mengetahui tentang statusnya tetapi dia
hanya belum terbuka dengan pasangannya. Biasanya kalau
klien tidak mau statusnya diketahui orang lain itu, kita
hanya mendapat informasinya hanya dari klien saja. Tetapi
kalau ada klien yang anggota keluarganya sudah
mengetahui kita pun bisa dapat informasi dari pihak
keluarga juga, karna pihak keluarga yang nantinya juga
akan mendukung klien dalam melaksanakan apa yang
direncanakan.”86

85
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Jumat, 21 Juli 2017
86
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

89
Hasil asesmen yang dilakukan oleh manajer kasus di Yayasan

LAYAK memperlihatkan permasalahan yang dialami klien. pada klien

UB, awalnya dia merasa memang sangat membutuhkan seseorang

untuk membantunya, karna UB merasa belum begitu mengerti tentang

HIV itu. Apalagi UB saat itu sedang dirawat dan saat itu manajer kasus

datang dan menemaninya berbicara, memberitahunya tentang

informasi HIV/AIDS. Manajer kasus juga tidak banyak memberi

informasi dikarenakan UB sedang sakit waktu itu. seperti yang

diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“...pada saat itu dia juga bingung dengan keadaan


suaminya yang drop banget dirumah, saat itu suaminya
masih ada. Jadi klien minta bantuan dari kita, supaya kita
bertemu juga dengan suaminya untuk membantu
memberikan dukungan. dan klien juga bilang kalau dia
bingung dan kurang memahami dengan pengobatan
anaknya nanti, dia takut kalau dia salah dikit, malah nanti
jadi fatal. Makanya pada tahap asesmen ini, kita juga
membantu menjelaskan kepada klien tentang penyakit yang
dialaminya...”87
Hal tersebut didukung oleh pernyataan klien UB pada saat

wawancara berikut ini:

“Kalau awalnya ya tentang pengobatan anak aku,


karna kan LAYAK kan untuk melayani anak dan ibu atau
keluarga yang positif, jadi aku mau tau lebih banyak
tentang pengobatan-pengobatan aku dan anakku. Karna kan
aku dari yang engga tau apa-apa, gak paham banget. Aku
juga minta tolong mba lusi buat mendampingi suami aku,
supaya suami aku ga putus asa dan tetap semangat. Karna
kan suami aku pas sakit-sakitan dan tau kalau dia terkena
HIV ini, dia malah makin drop.”88

87
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
88
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

90
Berdasarkan pemaparan dari kedua informan diatas dapat

dikatakan klien tidak hanya belum memahami betul tentang

pengobatan yang dijalani oleh keluarganya saat itu, tetapi klien juga

mempunyai masalah sosial lainnya seperti melihat kondisi suaminya

yang drop juga, jadi klien merasa terpuruk dan perlu diarahkan.

Sedangkan pada permasalahan yang dialami klien RW yang saat itu

ditangani oleh ibu Murli dan dipindah tangani ke bu Luci. Berikut ini

adalah pemaparan yang disampaikan oleh ibu Luci:

“...Kalau klien RW kan waktu itu ditangani oleh ibu


murli, tetapi saya dan ibu murli selalu berkoordinasi
tentang masalah yang dialami klien sesama manajer kasus
Yayasan LAYAK, cuma orangnya saja yang berbeda. Pada
saat itu klien RW, sangat bingung tentang bagaimana
menjelaskan kepada kedua anaknya tentang statusnya dan
menjelaskan kepada anak-anaknya tentang status positif
yang dialami mereka juga. Waktu itu dia takut kalau
anaknya tidak bisa menerima, dan akan putus asa. Dari situ
kita gali terus kenapa klien bisa takut untuk membuka
statusnya, kita cari tahu sampai klien yang bisa merasa
kalau dia memang harus berani membuka statusnya dan
status anak-anaknya ke mereka. RW juga mengakui bahwa
dia masih belum memahami tentang penyakit yang
dialaminya.”89

Pemaparan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan klien

RW berikut ini:

“Saat itu aku bilang kalau aku bingung banget


dengan status aku yang mengidap HIV ini, sampai saat ini
juga aku engga pernah cari tahu kalau almarhum suamiku
dapat dari mana virus ini. Cuma saat itu yang aku fikirin,
aku harus tetep hidup, dan gimana caranya aku buka status
ku ke anak-anakku dan membuka status mereka pada
mereka sendiri, yang pada saat itu anakku masih sangat
kecil berumur 4,5 tahun. Aku juga belum bilang ke

Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
89

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

91
keluargaku dan keluarga suamiku. Aku juga sempat putus
asa karna capek setiap hari minum obat, dan aku juga suka
sedih saat anak-anakku pernah tanya “kenapa sih bun kita
harus minum obat terus setiap hari”. Aku juga sedih
sebenarnya, sempat merasa terpuruk lagi setiap anak-
anakku bertanya seperti itu.”90
Berdasarkan hasil wawancara antara manajer kasus dan klien diatas

dapat dikatakan bahwa klien RW juga mengalami masalah diluar

medis. Kebimbangan yang dialami RW membuat RW merasa

membutuhkan seseorang yang mengerti posisinya. Sampai akhirnya

dia dirujuk oleh rumah sakit untuk bertemu manajer kasus karna dia

merasa terpuruk setelah kepergian suaminya, bagaimana dia harus

jujur ke kedua anaknya tentang statusnya dan status anak-anaknya.

Jadi, hasil asesmen yang dilakukan manajer kasus ini kemudian

dicatat dalam form manajer kasus, sehingga hasil tersebut akan

dijadikan acuan dalam membuat perencanaan pelayanan untuk klien.

Setelah manajer kasus melakukan asesmen terhadap klien, menemukan

masalah, menentukan prioritas serta kebutuhan klien, maka manajer

kasus kemudian membuat planning atau perencanaan pelayanan yang

sesuai untuk klien.

c. Perencanaan (Planning)

Perencanaan pelayanan yang dibuat manajer kasus bersamaan

dengan klien bertujuan untuk memprogram saat implementasi sesuai

dengan waktu yang tepat serta kebutuhan klien. pada tahap

perencanaan ini, manajer kasus menggunakan skill advice giving

karena lebih banyak menggunakan nasihat-nasihat dan saran-saran

90
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari jum’at, 10 Maret 2017

92
yang sangat penting dalam membantu memecahkan masalah klien.

Perencanaan juga merupakan salah satu tahapan yang penting seperti

yang diungkapkan oleh ibu Luci berikut ini:

“Jadi setelah diketahui permasalahannya apa,


kebutuhannya apa, baru kita buat rencana bersama dengan
klien, iya ada perencanaan awal yang kita buat bersama
dengan klien. Ada kolomnya yang tersedia, tetapi kita
hanya tulis intinya saja karena keterbatasan kolom,
sehingga kita bisa jadikan acuan,saat klien sudah berhasil
atau belum berhasil melaksanakannya. Kalau belum
berhasil, nanti bisa di evaluasi dan dibuat rencana ulang.”91
Berdasarkan hasil asesmen, perencanaan yang dilakukan manajer

kasus pada kedua klien tersebut yaitu seperti pada klien UB, yang telah

diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“Seperti pada tahap asesmen pada klien UB, dia saat


itu sakit dan membutuhkan arahan untuk pengobatannya,
dan juga supaya anaknya bisa terjaga agar tidak mudah
sakit juga. Jadi dari awal klien mengakui kalau klien belum
memahami tentang HIV itu secara mendalam. Kita juga
buat rencana, karna UB yang meminta kita untuk menemui
suaminya, membantu support suaminya karna suaminya
pada saat itu positif tetapi juga dalam kondisi belum
menerima ststusnya sendiri. Jadi kita membuat rencana
bersamaan dengan klien, sekiranya kapan kita bisa
melakukan home visit kerumah klien dan bertemu
suaminya. Lalu rencana selanjutnya saat itu juga kita
menghubungkan klien dengan LSM yang sedang
mengadakan pertemuan keluarga tentang anak yang positif,
tentang ibu yang positif. Supaya klien bisa mendapat
banyak informasi bukan hanya dari kita, tetapi dari sumber-
sumber yang terkait yang kita hubungkan klien ke LSM
tersebut...”92

91
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
92
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

93
Pemaparan tersebut juga didukung oleh pernyataan dari klien UB

berikut ini:

“...mba lusi bilang nanti mau dibuatkan jadwal,


kapan sekiranya mba lusi main kerumah aku buat ketemu
suami aku, trus nanti kalau aku sudah sembuh, aku mau
diajak ketemu sama teman-teman sebaya yang seperti aku
juga supaya aku bisa sharing-sharing trus aku juga nanti
mau dikasih tahu kapan ada kumpul sama ODHA juga yang
bahas tentang pengobatan anak aku. supaya aku juga lebih
paham. Aku sih setuju-setuju aja, selagi itu ga merugikan
aku. malah itu untungin buat aku.”93
Berdasarkan hasil wawancara dari ibu Luci dan klien UB dapat

dikatakan bahwa pada proses perencanaan yang dibuat antara manajer

kasus dengan klien UB yaitu dengan mengarahkan klien untuk

pengobatannya dan keluarga. Manajer kasus menghubungkan klien

dengan beberapa LSM supaya klien bisa mendapatkan informasi atau

bantuan bukan hanya dari Yayasan LAYAK saja. Seperti mengajak

klien untuk bertemu dengan teman yang sebaya supaya klien bisa

mendapat dukungan bukan hanya dari manajer kasusnya saja. Lalu

manajer kasus membuat rencana untuk melakukan home visit untuk

memberi penguatan kepada suami klien agar suami klien tidak merasa

putus asa dan tetap semangat menjalani hidup untuk menghidupi

anggota keluarganya. Manajer kasus juga tidak lupa untuk selalu

memberikan dukungan dan motivasi klien supaya klien tidak putus

minum obat dalam arti supaya klien bisa patuh untuk minum obat

terus. Sedangkan pada kasus yang dialami klien RW, manajer kasus

dan klien membuat perencanaan sesuai dengan asesmen yang telah

93
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

94
diketahui, berikut ini adalah pemaparan dari ibu Luci selaku manajer

kasus dalam menangani klien RW:

“...RW saat itu dia bingung bagaimana membuka


status dirinya ke anaknya dan bagaimana menjelaskan ke
anak-anaknya juga tentang status mereka. karna dia juga
single parent karna meninggalnya suaminya. Jadi rencana
yang kita buat, klien ikut sharing dengan kelompok
dukungan sebaya untuk meningkatkan percaya diri klien,
setelah itu klien harus berani bicara kepada kedua anaknya
dengan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti
anak-anak.”94

Hal tersebut juga didukung dari pemaparan klien RW berikut ini:

“Kalau rencana sih iya, waktu itu MK-nya dan aku


sama-sama cari solusi yang terbaik gimana caranya bilang
ke anak-anakku dulu baru ke keluarga aku. Aku juga
didaftarkan untuk ikut dukungan sebaya. Tujuannya sih
supaya aku dapat semangat lagi, supaya jangan mudah
menyerah. Dan aku setuju untuk didaftarkan ikut kelompok
dukungan sebaya.”95
Berdasarkan pemaparan kedua informan di atas dapat dikatakan

bahwa manajer kasus ingin klien memiliki percaya diri dan bisa

bertukar fikiran dengan kelompok teman sebaya supaya klien bisa

mengetahui berbagai hal yang terjadi dilapangan dengan sharing

dengan teman sebaya. Manajer kasus menganggap kelompok

dukungan sebaya bisa membuat orang-orang yang sesama ODHA bisa

saling bertukar fikiran, dengan mengumpulkan beberapa klien yang

terdaftar menjadi klien ODHA, dengan menghadirkan para ODHA,

psikolog, dokter atau pihak medis lainnya supaya mereka memahami

juga tentang pengobatan yang harus dijalani dirinya dan anak-anaknya.

94
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
95
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

95
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahap perencanaan ini,

pekerja sosial membuat perencanaan dengan memberikan beberapa

pilihan dalam menentukan pelayanan yang dibutuhkan klien

berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh manajer kasus. Perencanaan

disusun di dalam suatu pembahasan kasus (case conference), di dalam

kegiatan ini manajer kasus mengundang kelompok profesional atau

pihak yang dapat memberikan kontribusi bagi penanganan kasus klien.

metode yang dipergunakan manajer kasus yaitu mengadakan case

conference yang di dalamnya membahas permasalahan yang urgent

terlebih dahulu yang dialami klien. Seperti yang diutarakan oleh bu

Luci berikut ini:

“Kalau sudah kita buat rencana awal dengan klien,


kita adakan case conference dengan dokter dan juga
psikolog di rumah sakit, kita juga pernah datangkan salah
seorang dari lembaga lain yang kita rekomendasikan
supaya klien bisa menerima layanan tersebut di LSM
lain.”96

d. Pelaksanaan (Implementation)

Langkah ini dilakukan setelah pekerja sosial dan klien membuat

perencanaan untuk memenuhi kebutuhan klien. Pada tahap ini manajer

kasus bekerja sama dengan apa yang dibutuhkan klien seperti pihak

medis, kelompok dukungan sebaya, keluarga ataupun masyarakat

sekitar klien. Seperti yang diutarakan oleh ibu Luci selaku manajer

kasus tentang pelaksanaan secara langsung berikut ini:

“Kita bertemu langsung dengan klien, kalau tidak


bisa bertemu bisa by phone. Tapi tetep kita lihat, kalau kita
96
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Jumat, 21 Juli 2017

96
lihat pasien itu mampu, kita arahkan dia, dia yg
lakukan.contohnya seperti mengurus BPJS, Cuma kalau
dulu bukan BPJS tetapi SKTM. Jadi kita arahkan klien
supaya bisa mengakses pengobatan dengan dana yang tidak
terlalu besar, jadi persyaratannya harus ada SKTM. jadi
kalau ada masalah apapun, saya menyuruh klien untuk
laporan ke saya, supaya bisa kita bantu dan kita arahkan.
Sehingga kedepanya klien bisa memahami sendiri, bisa
mandiri sehingga klien tidak ketergantungan dengan
kita.”97

Manajer kasus juga membantu klien dalam melaksanakan apa yang

direncanakan seperti pada klien UB dan RW. Berikut yang diutarakan

oleh ibu Luci:

“Kalau UB pada saat itu kita melakukan home visit


sesuai yang direncanakan. Untuk menemui suaminya,
memang pada saat itu suaminya sedang berbaring, sedang
dalam kondisi yang tidak sehat. Kita juga tidak banyak
berbicara dengan dia, karna kebetulan orangnya tertutup
jadi kondisinya tidak memungkinkan kita untuk bicara
banyak. Waktu itu juga untuk UB sendiri kita hubungkan
dengan salah satu LSM juga yang memang khusus untuk
menangani anak-anak yang positif. Nah saya hubungkan
UB dengan LSM tersebut, saya kasih tahu kalau ada nih
prtemuan keluarga dengan tema-tema misalnya minggu ini
tentang nutrisi anak,minggu depan tentang menghadapi
anak yang sudah mulai capek minum obat, dan lain-lain.
Kalau kamu mau, nih aku kasih tau tanggal sekian-sekian
dan dimananya, nanti bilang aja kalau kamu tahu dari
Yayasan LAYAK dari ibu lucy. Jadi kita kasih tau aja dan
mereka yang jalan sendiri. Jadi tidak selalu kita antar klien
kesana...”98
Hal tersebut didukung dari pemaparan klien UB berikut ini:

“...mba lusi kerumah akunya pas seminggu setelah


aku pulang dari rumah sakit. Trus mba lusi dateng kerumah
aku, pas banget suami aku juga emang masih sakit. Cuma
mba lusi bilangnya sih kalo suami aku masih kurang

97
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
98
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

97
terbuka sama dia,... Kadang kan kalau aku lagi berobat atau
disuruh kontrol, aku suka ketemu sama mba lusi di Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso (RSPI
Prof.Dr.Sulianti Saroso), dia suka tanyain ada keluhan apa
aja, atau mba lusi minta kita ngobrol pas aku selesai kontrol
sama dokter. Kadang kita bikin rencana lagi kalau ada
masalah lagi yang aku alamin. Mba lusi juga suka main
kerumah aku, aku juga suka main ke LAYAK. Nanti
dikasih arahan lagi sama mba lusi biar apa yang udah
direncanain sama-sama, bisa tercapai gitu.”99
Berikut ini pemaparan dari klien RW tentang pelaksanaan yang

dilakukan manajer kasus secara langsung:

“...kita sering ketemuan, kadang juga kabar-kabaran


via telfon kalau memang aku engga bisa ketemu. Kalau ada
yang engga sesuai sama rencana yang dibuat sama-sama
waktu itu, aku suka langsung laporan, aku tanya gimana ya
baiknya, aku cerita lagi panjang lebar ini itu.Aku akhirnya
berani buka status ku didepan anak-anakku setelah dapat
dukungan juga, dapat saran dari MK. Akhirnya aku berani,
aku jelaskan tentang HIV dulu, lalu aku ajarkan anak-
anakku untuk selalu jaga kebersihan dan jangan pernah
bercerita tentang ini kepada teman sekolahnya yang lain,
aku jelaskan karna banyak yang masih belum paham
tentang HIV ini, karna kan takutnya nanti anakku di
diskriminasi dengan orang yang pemahamannya kurang
tentang HIV ini.”100

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas dapat

dikatakan bahwa manajer kasus membantu klien untuk dapat

melaksanakan apa yang direncanakan pada tahap pelaksanaan ini

dengan cara bertemu langsung dan berkomunikasi lewat telfon jika

klien tidak bisa bertemu. Manajer kasus juga selalu berkoordinasi

dengan profesional lainnya untuk membantu klien supaya klien

melaksanakan apa yang telah direncanakan bersama. Adapun

99
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
100
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

98
pelaksanaan yang dilakukan manajer kasus terhadap klien secara tidak

langsung, seperti pemaparan dari ibu Luci berikut ini:

“...kita menghubungkan klien dengan LSM-LSM,


seperti kita selalu membuat dan menyediakan tempat untuk
pertemuan dengan teman sebaya, bisa dirumah sakit, bisa di
Depok, jadi kita berikan wadah untuk mereka supaya
mereka bisa sharing dan saling terbuka dengan yang
sebaya. Kadang kita juga suka mengikutsertakan mereka
untuk mengadakan penyuluhan di daerah mereka tentang
HIV. Itu terkait dengan program kita yang sekarang juga
ya.”101
Pernyataan tersebut didukung oleh pemaparan dari ibu Ribka

selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA berikut ini:

“...melakukan intervensi dengan anggota keluarga,


atau teman dekat klien. Kita juga mengarahkan klien ke
dokter-dokter spesialis kalau klien memiliki sakit yang
menyertainya. Kita mengajak klien bertemu dan sharing
dengan teman sebaya supaya klien bisa berbagi pengalaman
dan bertukar cerita. Pokoknya kita menghubungkan klien
dengan LSM-LSM sesuai yang dibutuhkan oleh klien.”102

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Luci dan ibu Ribka

diatas dapat dikatakan bahwa untuk memberikan pelayanan secara

tidak langsung yaitu dengan melakukan intervensi dengan keluarga

klien, atau orang-orang yang dekat dengan kien, mempertemukan klien

dengan kelompok dukungan sebaya, atau lembaga sosial lainnya

sehingga klien bisa lebih termotivasi dengan saling bertukar fikiran.

Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan dari klien UB berikut ini:

“aku kan suka diinfokan sama mba lusi buat dateng


ke LSM yang lagi adain acara gitu yang temanya tentang
anak. trus aku dikasih tau dimana-dimananya. Dan aku

101
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
102
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

99
yang dateng sendiri, kadang juga sama anak aku. kalau lagi
ada jadwal ketemu sama teman sebaya, ya supaya aku bisa
sharing-sharing dengan yang sesama. Trus aku dateng ke
rumah sakit, ke LAYAK yang di depok, tergantung
acaranya dimana. Mba lusi juga pernah ngobrol nanyain
sama ibu aku yang, tentang perkembangan aku dan anak,
dia suka main kerumah ngobrol sama ibuku, anak-anakku
juga, datang kerumah aku, waktu suami aku meninggal.”103
Dari pemaparan klien UB diatas, dapat dikatakan bahwa manajer

kasus menghubungkan klien dengan kelompok teman sebaya supaya

klien bisa bertukar fikiran dengan orang yang sama seperti dia.

Manajer kasus juga melakukan intervensi terhadap keluarga klien

untuk membangun keakraban dengan orang disekitar klien. Pemaparan

tersebut juga didukung oleh pernyataan dari klien RW berikut ini:

“Waktu itu aku diajak kumpul sama teman-teman


sebaya, kalau sekarang sudah jadi yayasan namanya
Yayasan KOTEX Komunitas Texas. Awalnya itu dari
kumpulan teman sebaya yang dari Yayasan LAYAK. Trus
aku diajak buat sharing bareng juga. Mungkin secara engga
langsungnya, ya melalui Komunitas Texas ini yang
awalnya aku diajak ketemu teman-teman sebaya diajak
sama mba murli pada saat itu.”104
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa pada

pelaksanaan menangani klien RW, manajer kasus menghubungkan

klien dengan profesional lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan klien,

seperti yang diungkapkan oleh klien UB juga.

e. Pemantauan (Monitoring)

Proses monitoring yang dilakukan manajer kasus dalam menangani

klien dilakukan dengan menggunakan media komunikasi baik itu

103
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
104
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

100
telepon atau sms. Manajer kasus juga selalu memantau klien tentang

bagaimana pengobatan klien, apakah klien masih patuh minum obat

atau tidak. Manajer kasus melakukan pemantauan dengan media

komunikasi karena keterbatasan yang dimiliki pekerja sosial seperti

banyaknya kasus yang masuk sehingga membutuhkan perhatian yang

intens dari pekerja sosial.

Selain itu pada proses monitoring ini, manajer kasus juga

melakukan diskusi dengan profesi lain yang menangani klien

walaupun tidak dengan jadwal yang terencana ataupun forum formal

baik dengan media komunikasi seperti telepon, sms, maupun media

sosial lainnya. Kegiatan tersebut juga yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan diatas yang juga bertujuan untuk memonitoring klien. hal

tersebut diatas juga diungkapkan oleh ibu Luci selaku manajer kasus

berikut ini:

“...Jadi kita memantau klien terlebih supaya klien


dan anak bisa patuh untuk minum obat. Karna kan dari
awal kita selalu mengingatkan dia bahwa obat itu harus
selalu diminum. Kita selalu mengadakan pertemuan dengan
dokter untuk menanyakan bagaimana perkembangan klien
A, B, atau C. Jadi kita memantau bukan hanya dari pihak
klien saja, tetapi dari pihak lain yang sudah kita hubungkan
juga. Awalnya sering bertemu sampai klien bisa tahu,
paham dan mengerti, kita malakukan pemantauan bisa
sebulan sekali saat klien kontrol ke rumah sakit, bisa tiga
bulan sekali, enam bulan sekali, bahkan setahun sekali, kita
lihat dari klien, apakah klien sudah mampu memahami, dan
mengerti menjaga kesehatan dirinya. Sampai klien sudah
mandiri, baru kita terminasi. Tetapi itu tergantung, itu kan
perencanaan kita tetapi biasanya dilapangan berbeda
dengan yang kita rencanakan. Kalau ditengah jalan kita
lihat klien mengalami masalah, dan ada yang mau
dikonsultasikan, bisa lebih awal kita bertemu lagi dengan

101
klien dan sepanjang itu terus dilakukan assessment-
planning-assessment-planning.”105

Proses monitoring yang dilakukan manajer kasus pada klien juga

sesuai dengan yang diutarakan oleh klien UB dan RW bahwa manajer

kasus memantau klien dengan menggunakan media komunikasi, karna

klien merasa kalau ada masalah sedikit atau banyak yang tidak sesuai

dengan perencanaan yang dibuat, maka klien langsung menghubungi

manajer kasus. Berikut ini adalah pernyataan dari klien UB:

“Ohhh kalau itu mah mba lusi sering banget tanya ke aku
lewat telfon, atau pas kita lagi ada jadwal ketemu di rumah
sakit atau dimana. kalo ada masalah dikit, engga ragu buat
tanya ke mba lusi. Pernah juga waktu mba lusi kerumah
aku, dia tanya-tanya sama ibu aku, kan soalnya ibu aku juga
tinggal bareng sama aku, trus dia tanya tentang
perkembangan aku trus tanya tentang gimana aku ngerawat
anak aku juga, tapi sambil bercanda sih, engga serius-serius
banget, jadi keluarga aku juga nyaman-nyaman aja kalo
ngomong ke mba lusi.”106

Dan berikut pernyataan RW:

“Kalau pemantauannya sih, yaaa dengan via telfon aja. Kita


selalu kabar-kabaran via telfon kalau memang sedang tidak
bisa bertemu. apalagi kalau aku ada kendala sedikit yang
aku harus tanyain ke mba lusi dan mba lusi sibuk, kan bisa
ngobrol ditelfon aja. Contohnya seperti waktu aku
ngomong ke mertua aku tentang statusku dan anakku kan
aku sempat dijauhi. Trus aku cerita aja ke mba lusi. Trus
mba lusi ajak aku ketemu, dia nenangin aku, trus aku jadi
yakin lagi buat jelasin ke mertua aku lagi.”107

105
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
106
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
107
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

102
f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yang dilakukan oleh manajer kasus bertujuan untuk

mengetahui kekurangan pelayanan yang diberikan kepada klien serta

menghindari masalah-masalah yang tidak terduga terjadi pada klien,

mencatat apa saja yang telah dilaksanakan dan belum terlaksana,

sehingga nantinya bisa dilakukan asesmen ulang, dan perencanaan

ulang, seperti yang diutarakan oleh ibu Luci berikut ini:

“Kalau evaluasi biasanya kita ketemu, atau lewat


telfon. Hampir sama saat kita monitoring klien. Setelah kita
tahu klien bagaimana saat kita melakukan pemantauan, kan
kita tahu apakan perencanaan yang kita buat bersama
dengan klien apakah berjalan dengan baik atau perlu
dilakukan rencana ulang. Kita lihat lagi, kalau ada yag
belum selesai, maka kita lakukan asesmen lagi,
perencanaan lagi.”108

Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat terlihat bahwa

manajer kasus terbuka untuk selalu melakukan berkali-kali tahap

asesmen-perencanaan atau untuk selalu merevisi kegiatannya sesuai

kebutuhan klien.

Manajer kasus juga melakukan diskusi dengan sesama manajer

kasus lainnya yang menangani ODHA untuk membantu mencarikan

klien solusi jika ada masalah yang belum tercapai atau ada kendala.

Seperti yang dikemukakan oleh ibu Ribka berikut ini:

“Kalau ada masalah yang memang sudah


direncanakan tetapi masih ada kendala, saya dan bu lusi
sering berdiskusi tentang klien yang ditangani, sehingga
kita bisa saling membantu memikirkan solusi terbaik untuk
membantu klien. Kalau ada bantuan dari DINSOS atau
KEMENSOS untuk ODHA, saya membantu bu lusi untuk

Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
108

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

103
menginfokan kepada klien untuk mempersiapkan apa saja
yang dibutuhkan.”109

Manajer kasus mengetahui apakah yang sudah direncanakan

berjalan dengan baik atau tidak dengan membahas kembali dan

melihat form manajermen kasus. Pada tahap evaluasi ini, dapat terlihat

bahwa manajer kasus menjalankan prinsip individualisasi dan juga

prinsip partisipasi.

Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan klien UB dan RW

berikut ini tentang proses evaluasi. Berikut pernyataan dari klien UB:

“Iya suka dibahas lagi kalau emang masih ada yang


belum aku jalanin. Mba lusi dan aku sama-sama bikin
target lagi yang harus dilakuin selanjutnya, trus dia suka
kasih tau aku apa-apa aja yang kurang. Kan juga aku
kadang punya masalah lagi, jadi kita konseling lagi dan
buat target selanjutnya lagi.”110

Dan berikut pernyataan dari RW:

“...kan kadang apa yang udah direncanakan engga


sesuai dengan kenyataannya. Nah, aku tuh langsung kabari
kalau ada hal yang kayak gitu, trus kita buat lagi solusi
kedepannya apa. Apalagi waktu itu aku ngomong ke mertua
aku kalau aku terkena HIV, trus mertua aku yang paling
kaget, dia bilang “kok bisa sih? Kenapa memang?” trus aku
disitu bingung gimana lagi. Aku cuma bisa nangis pada saat
itu. Aku bilang aku engga tahu kenapa bisa begini. Trus aku
sempat dijauhi sama keluarga almarhum suamiku. Trus aku
cerita lagi ke mba lusi, trus setelah cerita dan kita sama-
sama fikirin lagi apa yang harus dilakukan, dan mba lusi
juga membantu bertemu dan menjelaskan kepada mertuaku.
Aku juga cerita ke mertua aku lagi kalau HIV itu ga
menular dengan hanya minum dengan gelas yang sama,
berjabat tangan, berpelukan, dan lain-lain. sesuai yang

109
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
110
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

104
diarahkan bu lusi dan lama-kelamaan mertua aku mengerti
juga.”111

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan diatas, dapat

dikatakan bahwa pada tahap ini manajer kasus merevisi ulang dengan

apa yang sudah dilaksanakan. Apakah mengalami kendala lain atau

tidak. Jika belum berhasil, akan dilakukan rencana ulang, dan biasanya

jika klien mengalami masalah baru, akan dibahas dan membuat

rencana baru lagi seperti pada kasus klien UB dan RW.

g. Pengakhiran (Termination)

Terminasi merupakan tahapan terakhir dalam manajemen kasus.

terminasi dilakukan apabila klien sudah terpenuhi kebutuhannya

dengan baik dan dirasa sudah bisa mandiri. Hal tersebut dilakukan

karena tugas utama seorang manajer kasus adalah sebagai koordinator

pelayanan (service coordinator) dari setiap pelayanan yang diterima

klien. Manajer kasus harus mengatur setiap pelayanan agar pelayanan

yang ada bisa sesuai. Berikut pemaparan dari ibu Luci selaku manajer

kasus:

“...proses terminasi itu kan berbeda-beda ya, ada


yang proses terminasi karena klien meninggal, karena klien
tidak bisa dihubungi juga karna klien sudah tidak mau
dibantu, karna klien pindah tanpa sepengetahuan kita.
Kalau klien sudah mandiri contohnya seperti klien sudah
rajin berobat dan mengerti tentang setiap pengobatan yang
dijalaninya, klien sudah berhasil bersosialisasi kembali
dengan orang-orang yang sempat mendiskriminasinya,
klien sudah berhasil menyelesaikan setiap masalahnya dan
berhasil berdaya tanpa ketergantungan lagi dengan kita.”112

111
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
112
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

105
Berdasarkan pemaparan dari informan di atas bahwa proses

terminasi dilakukan karena dua macam, yang pertama karena klien

meninggal, kedua karena dilihat klien sudah mandiri. yang dikatakan

mandiri menurut manajer kasus Yayasan LAYAK mengindikasikan

berdasarkan tiga aspek yaitu jika klien sudah bisa menerima kondisi

dia, sudah mampu bersosialisasi kembali dan mampu merancang solusi

sendiri ketika mendapat masalah.

Manajer kasus juga memaparkan bahwa jika sudah dilakukan

terminasi, komunikasi antara klien dan manajer kasus juga masih berjalan

tetapi tidak seintensif saat menjadi klien. Seperti yang diungkapkan oleh

ibu Luci berikut ini:

“...Tetapi walaupun sudah tahap terminasi, kita


masih berkomunikasi baik dengan klien kaitannya misalnya
ada bantuan dari KEMENSOS untuk berdagang, untuk
mereka berusaha, mendapat dukungan modal. Karna kan
ada klien saya juga yang memang single parent, dia harus
tetap menghidupi anaknya yang positif juga.”113

berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dikatakan bahwa

banyak dari klien juga yang sudah di terminasi tetapi tidak benar-benar

bisa lepas dari manajer kasus, contohnya seperti saat manajer kasus

membantu klien menghubungkan klien agar klien mendapat penanaman

modal supaya klien bisa membuka usaha untuk terus melanjutkan

hidupnya dan anaknya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari

klien UB dan RW pada proses terminasi. Berikut pernyataan dari klien

UB:

Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
113

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

106
“Mba lusi pernah bilang ke aku kalau aku sudah
lebih paham tentang penyakit aku. tapi aku engga tahu
kalau itu namanya terminasi hehe. Tapi sampai sekarang
juga aku suka telfon mba lusi Cuma engga sesering dulu.
Karna kan aku juga udah paham sekarang. Malah anakku
yang positif itu dia sudah bisa minum obat sendiri, sudah
tahu kapan dia harus minum obat.”114

Dan berikut pernyataan dari klien RW

“Iya mba lusi pernah bilang, kalau aku sudah


mampu mengelola kasusku sendiri. Jadi tidak didampingi
lagi sama manajer kasus. tetapi tetap dan masih akan terus
berkomunikasi baik. Kalau ada bantuan akan diinfokan,
kalau memang butuh bantuan juga masih bisa cerita.
Bahkan sampai sekarangpun juga aku masih sering telfon-
telfonan sama mba lusi. Masih berhubungan baik.”115

Berdasarkan pernyataan klien UB dan RW diatas dikatakan bahwa

pada proses terminasi yang dilakukan manajer kasus kepada klien UB

dan RW dilakukan tidak secara sepihak, dibicarakan kepada

kliendengan menggunakan bahasa yang sederhana. Manajer kasus juga

menjalankan nilai-nilai kesejahteraan sosial yaitu nilai berkelanjutan

karena tidak ada berakhirnya, karena yang ditujukan yaitu kemandirian

klien.

2. Peran pekerja sosial sebagai manajer kasus dalam menangani

ODHA di Yayasan LAYAK

Dalam melaksanakan tugasnya untuk mendampingi klien

menggunakan tahapan manajemen kasus, membutuhkan peran seorang

pekerja sosial sebagai manajer kasus. Adapun hasil temuan lapangan

114
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
115
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

107
tentang peran pekerja sosial sebagai manajer kasus dalam menangani

ODHA, sebagai berikut:

a. Peran sebagai advokat (Advocate)

Yayasan LAYAK menjalankan perannya sebagai advokat yaitu

dalam memperjuangkan atau mewakili klien dalam akses layanan

pengobatan dan akses kebutuhan ODHA lainnya termasuk mengurangi

stigma dan diskriminasi, seperti yang diungkapkan oleh pak Jerry

berikut ini:

Menjadi Advokat dalam memperjuangkan/mewakili


klien dalam akses layanan pengobatan dan akses kebutuhan
ODHA lainnya termasuk mengurangi stigma dan
diskriminasi. Contohnya ketika klien tidak bisa mengikuti
acara yang diadakan di lembaga lain, maka kita yang
berbicara dengan lembaga tersebut agar klien bisa
mengikuti acara tersebut. kita selalu membantu membela
klien ketika klien tidak diterima di salah satu rumah sakit
untuk mengambil obat ARV karena persyaratan yang
dimiliki kurang lengkap, sedangkan ARV yang dimilikinya
sudah habis, maka kita bantu untuk berbicara dengan pihak
rumah sakit agar klien bisa menebus obat dulu, dan
kekurangannya bisa menyusul dengan batas waktu yang
ditentukan.116

Peran sebagai advokat juga dipaparkan oleh ibu Luci untuk

berbicara atas nama klien ketika klien membutuhkan pelayanan

tersebut atau ketika klien tidak mengerti dengan penjelasan dokter

tentang pengobatan yang dijalani, seperti yang diungkapkan oleh ibu

Luci berikut ini:

“Seperti waktu itu klien UB tidak mengerti dengan


obat yang diberikan dokter, gunanya untuk apa, karna kan
terlalu banyak obat juga untuk UB saat itu, terus kita bantu
untuk bertanya ke dokter apakah dokter ada waktu untuk
116
Wawancara pribadi dengan bapak Jerry selaku pendiri Yayasan LAYAK pada hari
Kamis 30 Maret 2017

108
menjelaskan lagi ke klien UB tentang obat yang sudah
diberikan, dan supaya dokter bisa menuliskan sedikit
keterangan di plastik obatnya tentang guna dari obat
tersebut. Dan akhirnya dokter menjelaskan ulang kepada
klien dan menuliskan guna dari obat tersebut. Karna kan
klien HIV/AIDS itu minum obat yang tidak sedikit, apalagi
kalau klien tersebut memiliki penyakit lain yang
menyertainya, otomatis obat yang diberikan akan lebih
banyak. Tidak sedikit juga klien masih ada yang belum
memahami dengan pengobatannya.”117
Hal lain juga dijelaskan oleh ibu Luci berikut ini:

“...saat itu RW baru jujur kepada mertuanya tentang


statusnya dan status anak-anaknya yang positif. Awalnya,
keluarga almarhum suaminya itu kaget dengan statusnya,
dan belum bisa menerima, sehingga keluarga almarhum
malah menjaga jarang dengan RW dan anak-anaknya.
Bahkan mertua RW sangat menjaga barang-barang yang
bekas dipakai oleh anak-anak RW ketika sedang
berkunjung kerumah mertuanya itu, supaya langsung
dibersihkan. Dan disitu saya membantu RW untuk datang
kerumah keluarga almarhum suaminya, dan membantu
menjelaskan kepada ibu almarhum suaminya tentang HIV
itu, saya mewakili RW untuk berbicara kepada ibu
almarhum suaminya supaya bisa menerima status RW dan
tidak mendiskriminasi dirinya dan anaknya, saya jelaskan
tentang apa itu HIV, cara penularannya, pengobatannya,
dan lain-lain. selanjutnya saya hanya memotivasi dan
mengarahkan klien, dan RW merasakan perubahan dari
mertuanya menjadi bisa menerima klien ketika hampir 3
bulan setelah saya bertemu dengan keluarga almarhum.”118

Dari pemaparan ibu Luci di atas, dapat dikatakan bahwa peran

manajer kasus sebagai advokat bukan hanya di bidang obat saja, tetapi

juga membela atau mewakili klien ketika klien mengalami

diskriminasi dari orang-orang sekitar klien. keterampilan yang

dipergunakan yaitu menjadi mediator dengan memediasi antara klien

dan keluarga, seperti memberikan edukasi kepada keluarga klien.

117
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
118
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Jumat, 21 Juli 2017

109
manajer kasus melakukan mediasi hanya sekali dan dilanjutkan dengan

penguatan kepada klien.

Hal tersebut juga didukung dari pemaparan kedua informan yaitu

klien UB dan RW tentang peran manajer kasus sebagai advokat.

Berikut ini yang diutarakan oleh klien UB:

“...mba lusi bantuin aku biar aku dijelasin sama


dokter, aku minum obat ini biar kenapa, minum obat yang
itu biar kenapa. Soalnya kan banyak mba obatnya, udah
gitu kan obatnya bukan Cuma buat aku doang, tapi ada
yang buat anak aku juga, trus buat suami aku juga waktu itu
pas suami aku masih ada, jadi aku suka lupa hehe. Itu sih
awal-awal aja, pas lama-lama sih udah terbiasa juga aku.
jadi hafal sendiri.”119
Dan berikut yang diutarakan oleh klien RW:

“Iya mba lusi pernah bantuin aku ngomong ke


keluarga almarhum suami aku yang belum bisa terima aku.
aku ajak mba lusi kerumah mertua aku, trus kita ngobrol
bareng, aku juga kenalin ke mertua aku kalau mba lusi itu
manajer kasus aku, trus mba lusi kasih tau ke mertua aku
tugasnya dia. trus bantuin juga jelasin tentang penyakit aku
ini. kedatangan bu lusi sangat membantu aku, jadi mertua
aku tahu kalau aku juga akan menjaga penyakitku dan tidak
akan menularkannya kepada yang lain”120

Berdasarkan pemaparan klien UB dan RW diatas dapat terlihat

bahwa manajer kasus Yayasan layak juga melakukan perannya sebagai

advokat dalam membela hak-hak klien sesuai dengan apa yang

dibutuhkan klien untuk kepentingan klien.

119
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
120
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

110
b. Peran sebagai broker (Broker)

Manajer kasus berperan sebagai broker untuk menghubungkan

klien dengan layanan lain sesuai yang dibutuhkan klien. seperti

pemaparan dari ibu Luci berikut ini:

“Kita menghubungkan klien dengan berbagai LSM,


kita me-link-kan, misalnya klien perlu informasi tentang
perawatan gizi anak yang positif, kita hubungkan klien ke
LSM yang sedang mengadakan mengadakan pertemuan
tentang anak. kalau klien membutuhkan dukungan supaya
klien tidak merasa terpuruk sendirian, kita hubungkan klien
dengan teman sebaya supaya klien bisa saling bertukar
fikiran. Kalau klien membutuhkan kita untuk membantunya
untuk berbicara kepada pihak keluarga tentang statusnya,
maka kita bantu klien dan kita buat jadwal. Kalau klien
butuh bantuan untuk meningkatkan teraf ekonomi klien,
kita hubungkan dengan DINSOS atau KEMENSOS jika
ada bantuan dari DINSOS atau KEMENSOS untuk
ODHA.” 121

Berdasarkan pemaparan dari informan diatas dapat dikatakan

bahwa manajer kasus menghubungkan klien atau memberikan link

kepada klien dengan lembaga sosial lainnya sesuai dengan kebutuhan

klien yang sudah digali pada tahap asesmen yang tujuannya adalah

supaya klien memahami apa yang dia alami. Manajer kasus juga

mengadakan pengorganisasian terapi dengan kelompok sebaya setiap 3

bulan sekali, atau bisa sebulan sekali sesuai dengan kebutuhan klien-

klien ODHA. Hal tersebut seperti pernyataan dari ibu Ribka berikut

ini:

“Jadi kita juga mengumpulkan teman sebaya supaya


mereka bisa saling bertukar pengalaman dan fikiran, supaya
saling menguatkan sesama ODHA, kita adakan 3 bulan
sekali atau bahkan satu bulan sekali sesuai dengan
kebutuhan klien saja. Broker juga tidak jauh berbeda
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
121

Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

111
dengan peran kita sebagai fasilitator. Karna fasilitator juga
bertugas untuk memfasilitasi proses penyediaan layanan
kan melalui LSM, pemerintah atau organisasi lainnya “122

Pemaparan diatas menunjukkan bahwa manajer kasus berperan

sebagai broker untuk menghubungkan klien dengan lembaga sosial

masyarakat lainnya, seperti melakukan terapi kelompok antara klien dengan teman-tem
Hal tersebut tersebut diperkuat dengan pengamatan langsung yang dilakukan penulis. P
berikut adalah hasil dokumentasinya:

Gambar 4.2
Kegiatan tes VCT di Kalibaru Jakarta Utara dalam acara HAS (Hari AIDS Sedu

Sumber: Dokumen Pribadi

122
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

112
Peran manajer kasus sebagai broker ini juga diperkuat dari

pernyataan klien UB dan RW tentang manajer kasus yang

menghubungkan klien dengan profesi lainnya. Berikut ini pernyataan

klien UB:

“Iya selalu kasih tahu aku buat ketemu dokter, trus


pernah ngajak aku ketemu teman-teman sebaya, buat
ngobrol tentang anak-anak yang positif. Soalnya kan
mereka juga maksudnya positif kayak aku, jadi mungkin
mereka juga lebih merasakan sama kayak aku. Trus pernah
ngasih tau aku kalau waktu itu biar dapet bantuan
keringanan biaya biar gratis atau kalau ada bantuan dari
Pemerintah. Suka kasih tahu aku kalau ada info dari LSM
lain yang ngadain acara gitu, supaya aku bisa dapet
informasi atau bantuan dari situ.”123

Dan berikut pernyataan klien RW:

“Waktu itu sih aku suka dikasih tau harus tes ini itu
di rumah sakit yang untuk anak-anakku, trus aku harus
ketemu dokter itu. Trus dikasih tau kalau mau punya anak,
bisa ikut program, program supaya bisa cepat mempunyai
anak dan supaya anaknya negatif. Aku juga diajak bertemu
dengan teman-teman sebaya supaya aku bisa sharing
dengan yang sesama yang positif juga. Kalau ada LSM
yang adain kegiatan misalnya tentang anak, aku suka di
kasih tahu sama mba lusi. Trus aku suka dateng ke acara
itu.”124
Berdasarkan pemaparan dari klien UB dan RW dapat dikatakan

bahwa manajer kasus menginfokan dan memberikan link untuk klien

sesuai dengan yang dibutuhkan klien. Seperti menginfokan kepada

klien untuk mengikuti acara sharing dengan teman sebaya, mengikuti

acara yang diadakan lembaga sosial lainnya yang sesuai dengan

123
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
124
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

113
kebutuhan klien, menghubungkan klien dengan DINSOS ataupun

KEMENSOS kalau ada bantuan untuk ODHA.

c. Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)

Peran manajer kasus sebagai kordinator pelayanan merupakan

peran yang utama yaitu bertindak sebagai sentral point bagi klien.

manajer kasus adalah pihak yang paling mengetahui seluk beluk kasus

klien, sehingga saat melakukan rujukan atau saat berperan sebagai

broker, advokar, maupun problem solver, manajer kasuslah yang

paling paham apa yang menjadi kebutuhan klien. Seperti yang

diungkapkan oleh ibu Luci berikut:

“Ini inti dari seorang manajer kasus ya,


berkoordinasi dengan profesional lainnya yang berkaitan
dengan klien. Berhubungan dengan jejaring yang ada di
wilayah jakut seperti LSM-LSM lainnya supaya nantinya
kita bisa melanjutkan peran sebagai broker.”125

Pemaparan ibu Luci diatas, didukung juga oleh pernyataan bu

Ribka berikut ini:

“Kita selalu berkoordinasi dengan profesi lainnya,


seperti dengan dokter, LSM-LSM, dengan DINSOS,
dengan KEMENSOS, dengan manajer kasus lainnya untuk
memperluas informasi, dan pengetahuan kita. Seperti ibu
lusi yang selalu berkoordinasi dengan saya jika ada
permasalahan klien yang memang sulit untuk ditangani dan
memerlukan bantuan. ibu lusi juga sering berkoodinasi
dengan beberapa dokter, ahli gizi, perawat, dan psikolog
tergantung dengan kasusnya klien tersebut.”126

Berdasarkan pernyataan kedua informan diatas, dapat dikatakan

bahwa manajer kasus di Yayasan LAYAK menjalankan perannya

125
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
126
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

114
sebagai koordinator dalam memberikan pelayanan dengan cara

berkoordinasi dengan lembaga sosial lainnya sesuai yang dibutuhkan

oleh klien. Seperti dalam acara memperingati hari AIDS sedunia yang

diadakan di Jakarta Utara, yang salah satu kegiatannya menghadirkan

KPA, KPAP, KPAD, Dinas Sosial,LSM-LSM, yang bertujuan bahwa masih ada yang m
dokumentasinya:

Gambar 4.3
Sambutan yang dihadiri oleh Lembaga Sosial Masyarakat lainya dalam acara HAS (Hari AIDS Sedu

Sumber: Dokumen Pribadi


Manajer kasus juga berkoordinasi dengan pihak medis ketika mengadakan case conference seperti beberapa dokter p

di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso, perawat, ahli

gizi dan juga psikolog tergantung dengan kasus penyakit yang dialami

klien. Hal tersebut diperkuat juga dari pernyataan bu Luci tentang

proses case conference berikut ini:

115
“sebelum kita mengadakan case conference kan kita
juga sudah berkoordinasi dengan perawat dan dokter
tentang kondisi kesehatan klien, lalu saya yang mengatur
jadwal bersama dengan perawat dokter penyakit dalam
untuk melakukan CC, lalu di dalam sekali pertemuan CC
biasanya kita bahas bisa sampai 5 kasus, disesuaikan
dengan kasus yang urgent terlebih dahulu. Kita
mengundang kelompok profesional tergantung dengan
kasus penyakit yang dialami setiap klien. kita melakukan
CC bisa sebulan sekali, bahkan bisa lebih dari sekali
tergantung kasus klien yang urgent”127

Berdasarkan wawancara di atas bahwa manajer kasus melakukan

case conference dengan pihak medis minimal satu bulan satu kali

tergantung dengan permasalahan klien harus segera di tangani. Di

dalam case conference, membahas kurang lebihnya 5 kasus, dan

menghadirkan kelompok profesional tergantung dengan kasus penyakit

yang di alami klien. kelompok profesional itu terdiri dari beberapa

dokter penyakit dalam, perawat, ahli gizi, dan psikolog. Dokternya pun

juga bermacam-macam sesuai dengan penyakit yang dialami klien.

d. Peran sebagai konsultan (Consultant)

peran manajer kasus sebagai konsultan harus mampu mempelajari

dan memberikan rekomendasi solusi terbaik terhadap masalah klien.

manajer kasus membantu klien dan keluarga yang datang dalam

keadaan kalut atau kebingungan, memberikan alternatif-alternatif

solusi tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan kasus klien.

seperti yang diutarakan oleh ibu Luci selaku manajer kasus berikut ini:

“Kita melakukan konsultasi dengan klien terjadi


pada tahap asesmen yaitu penggalian masalah. disitu kita
mulai mengetahui dan mengidentifikasi apa sih yang

127
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

116
sebenarnya dialami klien, dirasakan klien. setelah kita
mendengarkan yang diceritakan klien, semakin lama kita
mengerti apa yang dialami klien, sehingga kita bisa
membantu klien memberikan rekomendasi untuk
menyelesaikan masalah klien. setuju atau tidaknya klien
dengan apa yang kita rekomendasikan, itu tergantung klien.
kita tidak bisa memaksakan. Tetapi kita memberikan
penjelasan dari setiap rekomendasi yang kita tawarkan apa
saja manfaatnya.”128
Hal tersebut juga didukung dari pernyataan ibu Ribka berikut ini:

“Kita mengidentifikasi permasalahan yang dialami


klien saat klien bercerita tentang masalahnya kepada kita,
dan kita juga tetap bertanya dan menggali masalah yang
dialami klien sampai detail sehingga kita bisa memberikan
rekomendasi solusi untuk klien.”129

Dari pernyataan kedua informan diatas dapat dikatakan bahwa

manajer kasus memberikan rekomendasi solusi yang terbaik untuk

klien setelah klien bercerita tentang apa yang dialaminya yaitu pada

tahap penggalian masalah atau asesmen. Lalu manajer kasus

membantu memberikan informasi untuk klien jika ada informasi

tentang apa yang klien butuhkan untuk mengatasi masalah yang

dialaminya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh klien RW, berikut ini:

“Iya setiap aku cerita sih mba lusi selalu kasih


respon balik ke aku, dia dengerin apa yang aku ceritain, dia
bantu aku kasih masukan. Sampai kita buat solusi nya
gimana baiknya. Kayak waktu itu aku dikasih tahu tentang
banyaknya orang-orang yang seperti aku, trus aku diajak
buat ketemu sama mereka biar aku bisa sharing-sharing
bareng mereka, aku sih saat itu setuju. Dan saat itu mba lusi
engga maksa aku apakah aku harus ikut atau engga. Tapi
karna mba lusi kasih tahu aku apa manfaatnya, dan menurut

128
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
129
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

117
aku juga bisa membantu aku dalam mengatasi apa yang aku
alamin, ya aku setuju.”130
RW mengungkapkan bahwa saat dia bercerita tentang masalahnya,

manajer kasuspun juga membantu memberikan solusi untuk klien

sesuai yang dibutuhkan klien. Seperti klien UB yang menyatakan juga

bahwa manajer kasus selalu memberi arahan untuk UB supaya dia bisa

mengatasi masalah yang dialaminya. Berikut ini yang diutarakan oleh

klien UB:

“Kalau aku sering banget konsultasi sama mba lusi,


jadi kalo mba lusi udah tau apa masalah aku, ya kita
rencanain lagi. trus dikasih tahu kalau ada info-info apa gitu
biar aku jadi lebih paham. Selalu dikasih tau juga kalau aku
tanya ke mba lusi ada yang aku engga ngerti dari apa yang
dikasih tahu dokter. Aku juga selalu diingatkan kalau
tujuan dari mba lusi membantu aku ini ya untuk melatih
aku supaya aku bisa paham dan mengerti tentang apa yang
aku alami.”131
e. Peran sebagai konselor (Counselor)

Sebagai konselor, manajer kasus di Yayasan LAYAK memelihara

relasi utama dengan klien dan keluarganya serta mendukung klien dan

keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Luci berikut ini:

“...kita melakukan konseling dengan orang tuanya


untuk mengetahui banyak informasi tentang klien juga, kita
jelaskan tentang HIV ini, sehingga orang tuanya bisa
menerima status klien sampai orang tuanya mengerti
tentang penyakit yang dialami klien. hal itu bertujuan untuk
mengetahui apa saja yang menjadi semangat dan yang
melemahkan klien Itu juga atas persetujuan klien, kalau
klien yang meminta kita untuk membantunya melakukan
pendekatan dengan keluarganya, kita akan bantu, tetapi jika

130
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
131
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

118
klien belum siap dan tidak mau kita pendekatan dengan
keluarganya, kita juga tidak memaksakan.”132

Berdasarkan pernyataan ibu Luci dapat dikatakan bahwa manajer

kasus mempunyai relasi yang baik dengan anggota keluarga klien,

seperti membantu keluarga klien dalam memberikan pemahaman

tentang HIV kepada keluarga klien juga, melakukan konseling dengan

keluarga klien supaya manajer kasus mengetahui apa saja yang

membuat klien semangat dan putus semangat, tetapi hal tersebut juga

atas persetujuan klien karena ada klien juga yang memang awalnya

tidak mau statusnya diketahui dulu sebelum klien yang membuka diri

terlebih dahulu. Setelah memiliki relasi yang baik dengan anggota

keluarga klien. Manajer kasus juga memberikan informasi terkait

supaya klien dan anggota keluarga yang belum memahami tentang

HIV/AIDS ini bisa lebih paham, seperti yang diungkapkan oleh ibu

Luci berikut ini:

“Iya kita kan juga selain memahami tentang


psikososial seseorang kita juga harus banyak mengetahui
informasi-informasi di bidang kita. Saya seperti fokus pada
program HIV/AIDS, dan saya juga harus memahami
tentang informasi-informasi terkait HIV/AIDS, seperti cara
penularannya, pencegahannya, trus harus tes-tes apa saja.
Tetapi kalau lebih detailnya di bidang pengobatannya, kita
selalu ajarkan klien supaya klien bertanya kepada dokter
jika ada yang kurang jelas, jangan malu untuk bertanya,
yang penting kita selalu memberika dukungan supaya klien
patuh untuk minum obat, bisa semangat untuk hidup lebih
baik lagi dan tidak menyebarkan virus itu ke orang lain.”133

132
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
133
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

119
Ibu Luci mengungkapkan bahwa manajer kasus juga harus selalu

memberi dukungan kepada klien supaya klien patuh untuk minum obat

dan tidak menyebarkan virus itu ke orang lain. Hal tersebut juga

senada seperti yang diungkapkan oleh ibu Ribka berikut ini:

“Iya sejauh ini yang saya tau sih iya. Karna ada
anggota keluarga klien-kliennya ibu lusi yang memang
dekat juga dengan ibu lusi. Karna saya sendiri juga
memiliki relasi yang baik dengan anggota keluarga klien
ibu lusi saat ini, seperti anaknya, suaminya, atau orang
tuanya yang masih ada. Saat klien dan manajer kasus
melakukan asesmen atau penggalian masalah, dari situ kita
mengarahkan klien untuk melakukan pengobatan yang
diperlukan. Kita juga selalu memberikan informasi jika
klien tidak mau melakukan pengobatan, atau klien putus
minum obat. Kita selalu kasih tahu bahaya dan manfaat dari
minum dan putus minum obat itu. kita selalu kasih motivasi
untuk klien. supaya klien bisa semangat lagi.”134

Klien UB juga mengungkapkan bahwa manajer kasus memiliki

relasi yang baik dengan anggota keluarganya seperti orang tuanya,

suaminya, dan juga anak-anaknya. Manajer kasus juga memberikan

informasi tentang masalah terkait yang dialami klien, seperti yang

diungkapkan klien UB berikut ini:

“Iya mba lusi mah akrab juga sama anak-anak aku,


sama ibu aku. Orang kalo main kerumah aja suka ngobrol-
ngobrol. Iya suka kasih informasi, karna kan aku emang
yang dari engga tau apa-apa, jadi tau banyak sekarang dari
mba lusi. Sebenarnya dari dokter juga iya tau informasinya,
Cuma kalo yang aku engga ngerti kan lebih aku tanyain ke
mba lusi. Tapi kalau ngobrol sama mba lusi jadi bisa cerita
banyak, bisa lebih terbuka, jadi lebih tenang aja.”135

134
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017
135
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017

120
Sedangkan klien RW mengungkapkan bahwa awalnya manajer

kasus tidak dekat dengan anggota keluarga klien, seperti anak klien,

atau bahkan orang tuanya, karena klienawalnya belum mau membuka

status, klien masih bingung. Tetapi setelah klien berani membuka

statusnya, manajer kasus baru dekat dengan anak dan orang tua klien,

seperti yang diungkapkan klien RW berikut ini:

“Kalau dengan keluarga aku sih awalnya engga ya


mba. Karna aku tidak mau orang tuaku tahu. Tapi lama-
kelamaan setelah aku bekerja di LSM, keluargaku kenal
dengan mba murni dan mba lusi yang dulunya sebagai MK
ku, yang membantu ku ini itu.”136

Manajer kasus juga memberikan informasi-informasi kepada klien

terkait permasalahan yang dialaminya. Seperti yang diungkapkan oleh

klien RW berikut ini:

“Iyaa awalnya kan saya memang tidak mengetahui


apa-apa tentang HIV ini, lalu saya banyak diberikan
informasi tentang HIV, tentang penularannya seperti apa
saja, jadi saya bisa lebih menjaga kalau saya tahu, karna
kan aku dari yang engga tahu apa-apa sampai sekarang aku
tahu banyak, dan bisa kasih tahu yang lain yang sama
seperti aku juga.”137

f. Peran sebagai perencana (Planner)

Salah satu tanggung jawab utama manajer kasus adalah membuat

perencanaan pelayanan yang dapat diterima klien. Hal tersebut

menjadi penting karena perencanaan yang dibuat manajer kasus

menentukan implementasi atau pelaksanaan pelayanan yang akan

dilakukan oleh profesi selanjutnya. Diketahui bahwa manajer kasus

Yayasan LAYAK

136
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer

121
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
137
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

122
merencanakan untuk pemeriksaan medis dan juga supaya mendapatkan

obat yang dibutuhkan, merencanakan klien untuk mengurus SKTM

supaya mendapat keringanan biaya, menjadwalkan kegiatan sharing

dengan teman sebaya jika ada acara dengan teman sebaya,

merencanakan apa saja yang dibutuhkan klien setelah mengetahui

permasalahan yang dialami klien, seperti yang diungkapkan oleh ibu

Luci berikut ini:

“Iya pada tahapan manajemen kasuspun ada tahapan


perencanaan, nah tugas kita sebagai perencana adalah untuk
merencanakan apa yang klien butuhkan. Setelah pada
tahapan penggalian masalah kan kita mengetahui apa saja
yang klien butuhkan. Lalu setelah kita mengetahui, kita
rencanakan supaya klien bisa melaksanakannya. Kita
membantu klien memberikan solusi, kita menghubungkan
klien dengan apa yang klien butuhkan. Itu ada pada tahap
perencanaan dan tugas manajer kasus sebagai
perencana.” 138

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan dari ibu Ribka

bahwa manajer kasus menggali permasalahan yanh dialami klien,

barulah manajer kasus berperan sebagai perencana dalam memberikan

solusi terbaik untuk klien, seperti menghubungkan klien dengan LSM

atau profesional lainnya. Berikut ini yang diungkapkan oleh ibu Ribka:

“Jadi kita berperan disini membantu klien dari


menggali permasalahan, sehingga kita memahami
permasalahan yang dialami klien, barulah kita bisa
membantu klien mencari solusi. Setelah membantu klien
mencari solusi bersama-sama kita buat apa yang harus
dilakukan untuk menjalankan solusi yang sudah kita buat.
Jadi kita menghubungkan klien dengan profesional lain
juga itu adalah peran kita sebagai perencana.”139

138
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
139
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

123
Hal tersebut diperkuat dengan pengamatan langsung yang

dilakukan penulis. Penulis melihat beberapa klien yang positif

mengikuti acara sharing bersama antara ibu dan anak yang positif

dengan yang sebaya di Yayasan Rumah RACHEL berikut ini:

Gambar 4.4
Kegiatan sharing bersama teman sebaya di Yayasan RACHEL dalam acara HAS

Sumber: Dokumen Pribadi

Klien UB dan RW juga mengungkapkan bahwa manajer kasus

membantunya dalam mempersiapkan pelayanan yang dibutuhkan,

dengan selalu menginfokan kalau ada jadwal pertemuan dengan LSM

lain sesuai yang dibutuhkan klien terkait dengan permasalahan yang

dialami klien. Berikut yang diutarakan oleh klien UB:

“Iya mba lusi bantunya ya selalu kabarin aku kalau


ada pertemuan-pertemuan keluarga, atau kalau ada

124
pertemuan sebaya yang tujuannya ya buat aku-aku juga.
Jadi rencananya yang kita buat sama-sama ya nanti tetap
dibantu juga sama mba lusi untuk pelaksanaannya.”140

Dan berikut ini pernyataan RW:

“jadi mba lusi yang infokan ke aku kalau emang aku


perlu ketemu sama komunitas atau LSM lain sesuai yang
aku perluin. Misalnyauntuk membicarakan tentang
pengobatan anak, gizi anak, atau banyak lainnya.”141

g. Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)

Manajer kasus sebagai pemecah masalah melaksanakan perannya

untuk membantu klien supaya klien nantinya bisa memahami dan bisa

mengatasi masalah yang dialaminya supaya nanti klien bisa mandiri.

seperti yang diungkapkan oleh ibu Luci berikut ini:

“Kita membantu klien dalam menyelesaikan


masalah dengan mengikuti tahap-tahap manajemen kasus
tadi. Sehingga lebih teratur dari menggali masalah,
merencanakan, implementasinya, evaluasinya,jadi lebih
teratur,... Sampai saat ini klien UB bisa memahami tentang
HIV ini, dan dia bisa mengajarkannya kepada anaknya
yang positif juga, bahkan klien UB saat ini juga sudah
memiliki usaha sendiri dengan modal yang diberikan oleh
pemerintah, karena kita yang menghubungkan klien supaya
klien bisa mendapat bantuan modal. Sedangkan klien RW
saat ini sudah mandiri juga dan sudah berani membuka
status dirinya dan anak-anaknya kepada kedua anaknya,
sampai saat ini RW berhasil mendidik anak-anaknya
dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang HIV untuk
menguatkan anak-anaknya. RW juga bekerja pada LSM
yaitu Yayasan KOTEX yang dulunya dibentuk dari
perkumpulan saja yang dikumpulkan oleh Yayasan
LAYAK. dan saat ini RW sudah menikah dan memiliki
keluarga baru.”142

140
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
141
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017
142
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

125
Pernyataan ibu Luci diatas senada dengan pernyataan ibu Ribka

berikut ini:

Kita membantu klien dengan mengasesmen klien dulu, trus


kita rencanakan, kita bantu klien dalam
mengimplementasikannya. Ya dengan cara
menghubungkan klien dengan profesional lain yang
memang dibutuhkan oleh klien. Tetapi kita juga tetap
membuat klien supaya bisa mandiri nantinya dan tidak
ketergantungan lagi dengan kita atau dalam arti klien sudah
bisa mengelola kasusnya sendiri..143

Berdasarkan pernyataan kedua informan diatas dapat dikatakan

bahwa manajer kasus membantu klien dalam memecahkan masalahnya

yaitu setelah mengasesmen klien, lalu membuat perencanaan, lalu

mengarahkan klien supaya klien bisa mengatasi masalahnya sampai

permasalahan yang dialami klien telah bisa diatasi dan klien sudah

cukup mandiri untuk mengelola kasusnya sendiri seperti pada klien

UB yang saat ini sudah memahami tentang HIV/AIDS dan bisa

mendidik anaknya yang positif juga dan UB saat ini juga sudah

memiliki usaha sendiri dengan berjualan di pasar yang diberikan

modal dari pemerintah. Sedangkan RW saat ini juga sudah mandiri,

sudah mampu mengelola kasusnya sendiri dan sudah memiliki

keluarga baru, RW juga saat ini bekerja di LSM Yayasan KOTEX

yang dulunya adalah perkumpulan teman sebaya dibawah naungan

Yayasan LAYAK.

Hal ini diperkuat dari hasil dokumentasi saat manajer kasus

melaksanakan tugasnya sebagai pemecah masalah dengan melakukan

143
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

126
penyuluhan untuk klien-klien yang positif dengan tema “Pemberian

Informasi Dalam Memberi Penguatan Untuk Anak Yang Positif”,

berikut hasil dokumentasinya:

Gambar 4.5
Penyuluhan yang dilakukan Yayasan LAYAK untuk teman-
teman sebaya

Sumber: Dokumen Pribadi


Pada acara tersebut, manajer kasus berkoordinasi dengan pihak medis,

berkoordinasi juga dengan psikolog rumah sakit, dan beberapa klien yang

positif dan yang memiliki anak yang positif juga. Dengan adanya acara

tersebut, dapat memotivasi klien supaya klien bisa lebih semangat lagi dan

tidak terpuruk. Seperti yang diungkapkan oleh klien RW berikut ini:

“Aku selalu di motivasi, selalu dikasih masukan,


selalu di arahin sama MK supaya aku bisa mengerti banyak
hal tentang penyakit aku ini. aku juga diajak kumpul dan
sharing sama teman sebaya, trus ada dokternya juga kalo
gak salah, trus kita dengerin apa yang dikasih tahu sama
dokternya tergantung sama temanya.”144

144
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

127
Klien UB juga mengungkapkan bahwa manajer kasus selalu

mengarahkan dia dalam mengatasi masalahanya, berikut ini yang

diutarakan oleh UB:

“Mba lusi kan selalu bantu cari solusi, bantu arahin


aku kalau ada yang aku engga ngerti tentang anak aku,
bantu aku supaya aku dapat bantuan untuk meringankan
biaya obat, bisa dapet susu gratis untuk anak aku. jadi
setelah aku banyak dibantu dan diarahin sampai aku paham,
ya lama lama aku ngerti sendiri.”145

h. Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)

Manajer kasus Yayasan LAYAK melakukan pencatatan pada form

manajemen kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), termasuk

didalamnya mendokumentasikan hasil pemeriksaan medis. Didalam

form manajemen kasus terdapat data-data yang harus dipenuhi untuk

menunjang pelaksanaan pelayanan seperti data diri klien, keluarga,

kronologis kasus, asesmen kesehatan, psikologis dan sosial, serta

solusi penanganan kasus sampai terminasi. Hal tersebut sesuai dengan

yang diungkapkan oleh ibu Luci berikut ini:

“Iya seperti tes CD4, CD4 itu kan untuk mengetahui


kekebalan tubuh klien, jadi kita kasih tahu klien untuk cek
CD4 paling cepat setiap 3 bulan sekali, atau paling lama 6
bulan sekali. Karna untuk mengetahui apakah pengobatan
atau obat yang diberikan dokter berhasil, apakah obat
tersebut bagus untuk dia. Setelah klien melakukan tes CD4
biasanya kita minta hasilnya atau kita copy hasilnya sebagai
data kita. Lalu kita catat tentang kronologis klien, data diri
klien, asesmen kesehatan klien, kita catat didalam form
manajemen kasus.”146

145
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
146
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017

128
Hal tersebut juga diperkuat dengan pengamatan penulis. Penulis

melihat hasil tes CD4 salah satu klien berikut ini:

Gambar 4.6
Hasil tes CD4 klien UB

Sumber: Dokumen Yayasan LAYAK

Hal tersebut juga senada dengan yang diungkapkan oleh ibu Ribka

berikut ini:

“Kita selalu catat didalam form manajemen kasus


inti permasalahan yang dialami klien, lalu dicatat juga inti
dari perencanaan yang dibuat, hasil dari yang sudah
dilaksanakan, dan seterusnya tetapi hanya intinya saja yang
kita catat karna keterbatasan kolomnya, makanya kita isi
singkat-singkat. Lalu jika ada hasil pengobatan yg
dilakukan klien seperti yang sudah kita rencanakan, maka
kita minta hasilnya atau fotokopi hasilnya tersebut untuk
arsip kita.”147

Manajer kasus mengungkapkan kalau dia mencatat sesuai di dalam

form manajemen kasus yang telah disediakan, akan tetapi karena

keterbatasan kolom yang ada didalam form manajemen kasus, jadi

membuat manajer kasus harus mencatat tidak dengan sepenuhnya

147
Wawancara pribadi dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA
di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret 2017

129
tetapi hanya intinya saja dengan singkat, seperti yang diungkapkan

oleh ibu Luci berikut ini:

“...akan tetapi karena keterbatasan kolom, kita


hanya mencatat intinya saja dengan singkat. Padahal kalau
kolomnya lebih besar, kita bisa mencatat lebih detail tanpa
harus disingkat.”148

Klien UB dan RW juga mengungkapkan kalau manajer kasus

memang mencatat data diri klien, tentang kronologis kasus klien.

Berikut ini yang diungkapkan oleh klien UB:

“paling kan mba lusi selalu catet inti-inti


permasalahan, inti dari rencana-rencana yang kita buat.
Paling seinget aku mba lusi selalu catet sih. Trus pernah
juga waktu itu aku disuruh tes CD4, trus mba lusi minta
hasilnya sama aku untuk data dia.”149

Dan berikut yang diungkapkan oleh klien RW:

“Aku kurang tahu juga sih waktu itu apa saja file
yang disimpan sama MK, setau aku sih cuma kayak tentang
kasus aku sama biodata-biodata aku aja.”150
Berdasarkan pemaparan dari kedua informan diatas yaitu klien UB

dna RW, dapat dikatakan bahwa manajer kasus benar mencatat

kembali apa yang ada di dalam form manajemen kasus tentang klien

untuk menunjang terlaksananya proses pelayanan.

148
Wawancara pribadi dengan ibu luci selaku manajer kasus dalam menangani ODHA di
Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
149
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer kasus
di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
150
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh manajer
kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

130
Tabel 4.1

RANGKUMAN HASIL TEMUAN

MANAJEMEN KASUS DALAM MENANGANI ORANG DENGAN


HIV/AIDS (ODHA) OLEH PEKERJA SOSIAL PADA YAYASAN LAYAK
CITAYAM 3 DEPOK

Tahapan Manajemen Kasus Peran Pekerja Sosial Sebagai


Manajer Kasus
 Wawancara awal (Intake) Peran sebagai advokat
Tujuan dari wawancara awal yaitu (Advocate)
untuk membangun hasil yang baik Peran sebagai advokat dengan cara
antara klien dan manajer kasus untuk berbicara atas nama klien untuk
menumbuhkan kenyamanan diantara membantu klien supaya klien
keduanya. Wawancara awal yang memahami dan mendapatkan apa yang
dilakukan seorang manajer kasus dibutuhkan. Berbicara dengan dokter
yaitu dengan memperkenalkan supaya dokter menjelaskan ulang
dirinya sebagai manajer kasus, kepada klien saat klien tidak mengerti
menjelaskan peran manajer kasus dengan obat yang sudah diberikan
untuk mendampi klien yang positif, seperti pada kasus klien UB. peran
memberikan informasi-informasi manajer kasus sebagai advokat juga
terkait HIV/AIDS. menunjukan hak bukan hanya di bidang obat saja, tetapi
dan kewajiban seorang klien yang juga membela atau mewakili klien
ada didalam Intake Form jika klien ketika klien mengalami diskriminasi
setuju untuk didampingi oleh dari orang-orang sekitar klien
manajer kasus.

 Asesmen (Assessment)  Peran sebagai broker (Broker)


Tahap ini adalah tahap penggalian manajer kasus menghubungkan klien
masalah terkait apa saja yang atau memberikan link kepada klien
menjadi masalah bagi klien dan dengan lembaga sosial lainnya sesuai
memberikan penguatan pada klien. dengan kebutuhan klien yang sudah
manajer kasus mencatat informasi- digali pada tahap asesmen yang
informasi terkait tentang klien tujuannya adalah supaya klien bisa
seperti biodata klien dan mengelola permasalahannya sendiri.
permasalahan klien pada form mengungkapkan bahwa bukan hanya
manajemen kasus yang telah sebagai broker, tetapi juga sebagai
disediakan fasilitator untuk memfasilitasi proses
pemberian pelayanan tersebut. Jadi
saling berkesinambungan antara peran
manajer kasus sebagai broker dan
fasilitator.

131
 Perencanaan (Planning)  Peran sebagai koordinator
Pada tahap perencanaan ini, manajer pelayanan (Coordinator)
kasus membuat perencanaan dengan kordinator pelayanan merupakan peran
memberikan beberapa pilihan dalam yang utama yaitu bertindak sebagai
menentukan pelayanan yang di sentral point bagi klien. manajer kasus
butuhkan klien berdasarkan asesmen adalah pihak yang paling mengetahui
yang dilakukan oleh manajer kasus. seluk beluk kasus klien, sehingga saat
melakukan rujukan atau saat berperan
sebagai broker, advokar, maupun
problem solver, manajer kasuslah yang
paling paham apa yang menjadi
kebutuhan klien.

 Pelaksanaan  Peran sebagai konsultan


(Implementation) (Consultant)
Manajer kasus membantu klien manajer kasus memberikan
untuk dapat melaksanakan apa yang rekomendasi solusi yang terbaik untuk
telah di rencanakan. Pelaksanaan klien setelah klien bercerita tentang apa
yang dilakukan manajer kasus yang dialaminya yaitu pada tahap
Yayasan LAYAK yaitu dengan penggalian masalah atau asesmen. Lalu
mendukung dan memotivasi klien manajer kasus membantu memberikan
secara langsung. Sedangkan saat informasi untuk klien jika ada informasi
melakukan pelaksanaan secara tidak tentang apa yang klien butuhkan untuk
langsung, manajer kasus melakukan mengatasi masalah yang dialaminya.
intervensi dengan keluarga atau
orang yang memang dekat dengan
klien. Manajer kasus juga
berkoordinasi dengan profesional
lainnya.
 Pemantauan (Monitoring)  Peran sebagai konselor
Monitoring dilakukan manajer kasus (Counselor)
untuk memantau bagaimana hasil manajer kasus mempunyai relasi yang
dari yang sudah dilaksanakan oleh baik dengan anggota keluarga klien,
klien. Manajer kasus melakukan seperti membantu keluarga klien dalam
pemantauan dari media komunikasi memberikan pemahaman tentang HIV
dan juga dari koordinasi dengan kepada keluarga klien juga, melakukan
layanan lain sesuai yang telah konseling dengan keluarga klien supaya
dirujuk untuk klien pada tahap manajer kasus mengetahui apa saja
perencanaan. yang membuat klien semangat dan
putus semangat. Manajer kasus juga
memberikan informasi terkait supaya
klien dan anggota keluarga yang belum
memahami tentang HIV/AIDS ini bisa
lebih paham

 Evaluasi (Evaluation)  Peran sebagai perencana


Tahap ini untuk mengetahui (Planner)
kekurangan pelayanan yang membuat perencanaan pelayanan yang

132
diberikan kepada klien serta dapat diterima klien. Perencanaan yang
menghindari masalah-masalah yang dibuat manajer kasus menentukan
tidak terduga terjadi pada klien, implementasi atau pelaksanaan
mencatat apa saja yang telah pelayanan yang akan dilakukan oleh
dilaksanakan dan belum profesi selanjutnya.
dilaksanakan sehingga nantinya bisa
dilakukan asesmen ulang.
 Pengakhiran (Termination)  Peran sebagai pemecah masalah
Terminasi merupakan tahapan (Problem solver)
terakhir dalam manajemen kasus. manajer kasus membantu klien dalam
terminasi dilakukan apabila klien memecahkan masalahnya yaitu setelah
sudah terpenuhi kebutuhannya mengasesmen klien, lalu membuat
dengan baik dan dirasa sudah bisa perencanaan, lalu mengarahkan klien
mandiri supaya klien bisa mengatasi
masalahnya sampai permasalahan yang
dialami klien telah bisa diatasi dan
klien sudah cukup mandiri untuk
mengelola kasusnya sendiri

 Peran sebagai pemegang catatan


kasus (recordkeeper)
Manajer kasus Yayasan LAYAK
melakukan pencatatan pada form
manajemen kasus Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA), termasuk
didalamnya mendokumentasikan hasil
pemeriksaan medis. Didalam form
manajemen kasus terdapat data-data
yang harus dipenuhi untuk menunjang
pelaksanaan pelayanan seperti data diri
klien, keluarga, kronologis kasus,
asesmen kesehatan, psikologis dan
sosial, serta solusi penanganan kasus
sampai terminasi.

133
C. Analisis

Yayasan LAYAK membuat sebuah pelayanan bagi ODHA dengan

menggunakan metode manajemen kasus, karena dianggap bisa melakukan

pelayanan secara komperhensif untuk meningkatkan taraf kesejahteraan,

kualitas hidup dan berfungsi sosial kembali dengan baik. Banyak

permasahalah yang dialami oleh ODHA, salah satunya seperti klien yang

sudah mengetahui statusnya dan mempunyai masalah dengan statusnya,

ada yang takut membuka statusnya kepada anggota keluarganya, kepada

pasangannya dan lain-lain. Hal itu disebabkan karena klien takut

terjadinya stigma, takut di isolasi, maka dari itu perlu segera diselesaikan.

Dengan melihat permasalahan ini, pekerja sosial berperan sebagai

manajer kasus dalam menangani permasalahan yang dialami oleh

ODHA,baik dari sisi medis maupun psikososialnya. Sejauh ini

permasalahan ODHA yang dibantu oleh Yayasan LAYAK sudah

menunjukan perkembangan yang sangat baik dan banyak menuai

keberhasilan. Untuk dapat melihat gambaran bagaimana pekerja sosial

menggunakan tahapan manajemen kasus dan menjalankan perannya

sebagai manajer kasus, maka penulis menggunakan teori yang dianggap

relevan dengan penelitian ini yaitu dengan menggunakan teori manajemen

kasus maka akan terlihat bagaimana tahapan manajemen kasus yang

dilakukan pekerja sosial dan peran seorang manajer kasus seperti yang

telah dijelaskan pada bab 2 hal.25.

134
1. Tahapan manajemen kasus dalam menangani ODHA yang

dilakukan pekerja sosial di Yayasan Layak

a. Wawancara awal (Intake)

Berdasarkan hasil temuan lapangan, ternyata pekerja sosial di

Yayasan LAYAK mendapatkan klien dari rujukan rumah sakit yang

bekerja sama dengan Yayasan LAYAK. Tahap wawancara awal yang

dilakukan pekerja sosial dengan cara memperkenalkan dirinya yang

bertugas sebagai manajer kasus untuk mendampingi orang orang yang

positif terkena HIV/AIDS. Setelah itu manajer kasus melakukan

pembicaraan singkat dengan menanyakan kondisi klien saat ini,

memberikan informasi-informasi terkait HIV/AIDS. Manajer kasus

juga menjelaskan tentang perannya sebagai manajer kasus dalam

mendampingi klien, manfaat yang bisa didapatkan dari klien setelah

didampingi oleh manajer kasus.

Dengan melakukan wawancara awal atau intake merupakan

langkah awal yang penting untuk membangun rapport yang nyaman

antara klien dengan manajer kasus sehingga jika sudah memiliki

kenyamanan, akan bisa dengan mudah klien terbuka dengan manajer

kasus seperti yang telah diutarakan oleh Albert R. Roberts dan Gilbert

J. Greene pada bab 2 h.37. Jika sudah melakukan wawancara awal

barulah manajer kasus bisa dengan mudah mengajak klien supaya

klien mau didampingi oleh manajer kasus, dengan melakukan tanda

tangan kontrak pada intake form yang telah disediakan oleh manjaer

kasus. Didalam intake form berisikan tentang hak dan tanggung jawab

135
klien selama di dampingi oleh manajer kasus, lalu surat pernyataan

yang ditandatangani oleh klien jika klien setuju.

Hal ini sesuai dengan tahap wawancara awal atau intake yang

dilakukan manajer kasus untuk membangun rapport yang nyaman

antara manajer kasus dengan klien, sehingga klien menyetujui dan

memahami apa yang akan diterima dan tanggung jawab sebagai klien.

dengan begitu, manajer kasus akan lebih mudah menggali

permasalahan yang dialami klien pada tahap selanjutnya dengan

mengetahui apa saja yang dibutuhkan klien pada wawancara awal

dengan menjembatani antara klien dan sumber daya lain yang

dibutuhkan (lihat bab 2 h. 37)

b. Asesmen (Assessment)

Pada tahap asesmen ini atau sering disebut dengan tahap

penggalian masalah bisa dilakukan bersamaan setelah melakukan

wawancara awal atau intake tergantung kondisi yang sedang dialami

klien, apakah memungkinkan melakukan pembicaraan yang lebih

banyak atau tidak. Kalau tidak, bisa buat jadwal lagi untuk bertemu di

lain hari. Tidak jarang proses asesmen ini dapat dikatakan konseling,

karena hal tersebut merupakan keterampilan pekerja sosial yang

dilakukan untuk asesmen klien terkait dengan apa saja yang menjadi

masalah bagi klien dan memberikan penguatan pada klien (lihat bab 4

h. 87). Dalam mengasesmen klien, manajer kasus menggunakan

history map dan juga biopsikososial untuk mengetahui bagaimana

kronologis kasus klien, kenapa klien bisa terkena HIV/AIDS, lalu

136
siapa saja yang terinfeksi di dalam keluarga, juga melihat dan bertanya

bagaimana kondisi kesehatan tubuh yang dirasakan klien sebelum dan

saat sekarang terinfeksi, lalu menanyakan tentang psikologis dan sosial

klien sesuai yang ada di dalam form manajemen kasus (lihat bab 4 h.

90)

Berdasarkan hasil temuan lapangan, ternyata klien UB dan RW

merasakan kenyamanan dengan manajer kasus sehingga klien bisa

dengan mudah bercerita tentang permasalahan yang dialaminya.

Seperti yang dirasakan oleh klien UB yang merasa bahwa dia sangat

membutuhkan arahan tentang apa yang dialaminya, karena suaminya

yang semakin sakit setelah suaminya mengetahui statusnya, dan UB

juga merasa butuh seseorang yang bisa memberikan banyak informasi

tentang apa yang dialaminya, suaminya dan anaknya, karena klien

mengakui masih tidak begitu paham tentang penyakitnya dan harus

bagaimana. Hal serupa juga dirasakan oleh klien RW yang merasa

bahwa masih butuh banyak arahan supaya RW bisa lebih memahami

apa yang dialaminya dan anak-anaknya. pada saat itu klien RW juga

bingung dengan permasalahan lain yang dialaminya karena RW belum

membuka status dirinya dan status anak-anaknya ke kedua anaknya

tersebut. (lihat bab 4 h. 92).

Seperti yang disebutkan dari teori tahapan manajemen kasus pada

tahap asesmen pada bab 2 h. 37 bahwa didalam asesmen, manajer

kasus melakukan kegiatan dengan mengadakan kontak awal dengan

klien (dalam tahap ini, manajer kasus melakukan kontak awal dengan

137
klien, dan mengumpulkan informasi awal tentang klien, terutama data

pribadi dan latar belakang klien serta potensi yang dimiliki oleh klien

dan keluarga). Manajer kasus juga mengidentifikasi permasalahan

klien (menetapkan permasalahan, membangun hipotesa mengenai

penyebab munculnya masalah klien, menentukan tingkat keparahan

masalah). Mengkaji dan mengumpulkan informasi.

Hal tersebut sesuai dengan tahapan manajemen kasus pada tahap

asesmen yaitu manajer kasus mengumpulkan dan mencatat informasi-

informasi tentang klien UB dan RW pada form asesmen yang ada

didalam form manajemen kasus seperti tentang biodata klien, tentang

kronologis kasus klien, tentang permasalaahan yg dialami klien,

sehingga manajer kasus bisa mengidentifikasi permasalahan yang

dialami klien, karena akan dengan mudah nantinya manajer kasus dan

klien membuat perencanaan.

c. Perencanaan (Planning)

Berdasarkan hasil temuan lapangan diatas, manajer kasus

melakukan perencanaan untuk klien setelah mengidentifikasi

permasalahan yang dialami klien. Seperti pada klien UB, manajer

kasus dan UB merencanakan untuk melakukan home visit, supaya

manajer kasus bisa bertemu dengan suami UB dan membantu

memberikan motivasi kepada klien UB supaya suaminya tersebut juga

mau didampingi oleh manajer kasus Yayasan LAYAK. Manajer kasus

juga menghubungkan klien dengan berbagai lembaga sosial lainnya

sesuai kebutuhan klien supaya klien bisa lebih memahami dan

138
mempunyai banyak teman yang sebaya sehingga klien yang sesama

positif bisa saling menguatkan nantinya seperti yang telah dijelaskan,

manajer kasus dan klien bekerja sama untuk merumuskan tujuan

jangka panjang dan jangka pendek untuk mendukung tujuan

pemeliharaan kesehatan.

Hal serupa juga dilakukan manajer kasus pada klien RW, manajer

kasus menghubungkan RW dengan lembaga sosial lainnya supaya

klien bisa mengetahui banyak informasi tentang HIV/AIDS, memberi

motivasi, mengajak klien untuk sharing dengan teman sebaya supaya

klien merasa berani untuk membuka statusnya dan anak-anaknya

kepada anak-anaknya (lihat bab 4 h. 95). Seperti pada teori yang ada

di bab 2 h. 39 tahap perencanaan, manajer kasus mengidentifikasi

masalah yang didapatkan dari tahap assessment (sesuai dengan

keinginan klien, masalah kebutuhannya, serta sumber daya yang

tersedia), kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah, dan

selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yang digunakan untuk

menyusun perencanaan. Manajer kasus juga merumuskan tujuan

jangka panjang dan jangka pendeknya dari perencanaan yang telah

dibuat bersama.

Hal tersebut sesuai dengan tahapan manajemen kasus pada tahap

perencanaan, bahwa manajer kasus membuat perencanaan pada klien

UB dan RW sesuai dengan hasil asesmen yang telah dibuat, sesuai

yang dibutuhkan klien, sesuai dengan keinginan klien dan sumber

daya yang tersedia. Dengan menghubungkan klien UB dan RW ke

139
lembaga sosial lainnya, melakukan home visit kerumah klien,

mengatur jadwal perencanaan untuk menentukan pencapaian tujuan

dan kegiatan.

d. Pelaksanaan (Implementation)

Tahap pelaksanaan yang dilakukan manajer kasus Yayasan

LAYAK yaitu dengan mendukung dan memotivasi klien secara

langsung. Pada tahap ini, implementasi yang dilakukan secara

langsung dengan bertemu langsung atau komunikasi lewat telfon

dengan klien jika sedang tidak bisa bertemu. Seperti memberi masukan

dan penguatan kepada klien supaya klien tidak merasa putus asa (lihat

bab 4 h. 101). Sedangkan saat melakukan implementasi secara tidak

langsung, manajer kasus melakukan intervensi dengan keluarga atau

orang yang memang dekat dengan klien Manajer kasus juga

berkoordinasi dengan profesional lainnya, berkoordinasi dengan

anggota keluarga klien untuk membantu klien supaya klien

melaksanakan apa yang telah direncanakan bersama. Seperti

menghubungkan klien dengan LSM lain atau dengan teman sebaya.

(lihat bab 4 h. 102).

Seperti yang telah dijelaskan di dalam teori pada tahap pelaksanaan

(lihat bab 2 h. 40), bahwa dalam tahap pelaksanaan mencakup dua hal

yaitu direct service yaitu pelayanan langsung dan indirect service atau

pelayanan tidak langsung. Manajer kasus dalam tahap pelayanan

langsung atau direct service harus mampu mendampingi dan

mendukung klien untuk melakukan perubahan lebih baik, sedangkan

140
pada pelayanan tidak langsung atau indirect service, manajer kasus

menghubungkan klien dengan sistem sumber daya yang dibutuhkan

berupa lembaga sosial dan juga lembaga yang dapat menjadi mutual

care bagi klien, dan juga seorang manajer kasus perlu melakukan

intervensi terhadap keluarga klien atau teman klien agar klien bisa

mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh klien.

Hal ini sesuai karena manajer kasus Yayasan LAYAK juga

melakukan implementasi terhadap klien dengan secara langsung dan

tidak langsung sehingga klien bisa patuh untuk minum obat dan klien

bisa mempunyai banyak link jika nanti sudah tidak didampingi oleh

manajer kasus Yayasan LAYAK lagi. Seperti salah satu Yayasan yang

awalnya hanya dari perkumpulan teman sebaya yang dikumpulkan

oleh Yayasan LAYAK yang berkembang menjadi komunitas teman

sebaya dan sekarang telah berdiri menjadi yayasan sendiri yang

bernama Yayasan KOTEX (Komunitas Texas). Hal tersebut termasuk

salah satu keberhasilan dari manajemen kasus Yayasan LAYAK dalam

menangani ODHA, karena manajer kasus selalu membantu klien

dalam tahap implementasi ini dengan menghubungkan klien juga

dengan profesional lainnya sesuai yang kebutuhan klien.

e. Pemantauan (Monitoring)

Berdasarkan hasil temuan lapangan diatas, manajer kasus

melakukan pemantauan kepada klien, dilakukan dengan media

komunikasi baik itu telepon atau sms, manajer kasus tidak hanya

melakukan pemantauan dari media komunikasi, tetapi juga

141
berkoordinasi dengan profesional lainnya seperti dokter yang

menangani klien, seperti lembaga sosial lain yang dihubungkan

manajer kasus untuk klien, ataupun ada salah satu atau teman sebaya

yang memang dekat dengan klien. Hal tersebut bertujuan supaya

manajer kasus bisa mengetahui perkembangan klien dari sisi lain

selain dari pemaparan klien saja (lihat bab 4 h. 103). Seperti yang

dijelaskan pada bab 2 h. 41, bahwa monitoring merupakan tugas utama

untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah dibuat dilaksanakan

dengan baik dan berhasil ataukah ada kendala sehingga perlu

dilakukan rencana ulang. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan

teori manajemen kasus pada tahap monitoring. Manajer kasus juga

tetap berhubungan dan melanjutkan komunikasi dengan penyedia

layanan lain.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berdasarkan hasil temuan lapangan diatas, jika klien belum

berhasil dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan, maka

manajer kasus melakukan evaluasi rencana pelayanan untuk

meyakinkan apakah jenis pelayanan yan diberikan sudah tepat sesuai

dengan kebutuhan klien dan tingkaat infeksi HIV yang dimiliki atau

belum dan manajer kasus juga melakukan diskusi dengan sesama

manajer kasus lainnya yang menangani ODHA untuk membantu

mencarikan klien solusi jika ada masalah yang belum tercapai atau ada

kendala. Manajer kasus juga mengetahui apakah yang sudah

direncanakan berjalan dengan baik atau tidak dengan membahas

142
kembali, melihat form manajermen kasus (lihat bab 4 h. 106). Hal ini

sesuai dengan tahap evaluasi yang dilaksanakan untuk mengetahui

bagaimana efektifitas dari pelaksanaan manajemen kasus (lihat bab 2

h. 42). Jika pada tahap ini ada pelaksanaan yang belum berhasil,

manajer kasus akan melakukan assessment-planning-assessment-

planning secara berulang sampai klien dianggap sudah cukup mandiri

dalam mengelola kasusnya.

g. Pengakhiran (Termination)

Pada tahap ini manajer kasus melakukan terminasi dilihat dari

permasalahan yg klien alami, apakah sudah selesai dan terpenuhi

semua kebutuhannya, jika sudah terpenuhi dan dianggap sudah

mandiri, maka proses terminasi tersebut dilakukan. Ada yang

dilakukan dengan cara bicara kepada klien kalau proses ini sudah

selesai atau bisa juga dengan secara sepihak tergantung dengan klien

contohnya seperti klien yang meningal dan harus dilakukan terminasi,

ada yang memang sudah tidak mau dibantu, Klien pindah atau

dialihkan ke lembaga lain ataupun Tidak ada kontak selama 12 bulan

atau lebih. Pada intinya komunikasi antara klien dan manajer kasus

masih berjalan tetapi tidak seintens saat menjadi klien (lihat bab 4 h.

109). Hal tersebut sesuai dengan teori manajemen kasus pada tahapan

terminasi bahwa terminasi yang tepat dilakukan jika klien sudah

mampu mandiri untuk mengatur dirinya sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai, klien telah berhasil kerjasama dengan lembaga

143
pelayanan sosial, sistem komunitasnya atau yang lainnya sesuai

dengan yang telah direncanakan (lihat bab 2 h. 42).

2. Peran pekerja sosial sebagai manajer kasus dalam menangani

ODHA di Yayasan LAYAK

Berdasarkan hasil temuan lapangan dapat diketahui beberapa peran

pekerja sosial sebagai manajer kasus Yayasan LAYAK. Manajer

kasus menjalankan beberapa peranan, antara lain sebagai advokat,

sebagai broker, sebagai koordinator pelayanan, sebagai konsultan,

sebagai konselor, sebagai perencana, sebagai pemecah masalah,

sebagai recordkeeper. Untuk lebih lengkapnya, penulis akan

menjelaskan peran-peran pekerja sosial sebagai manajer kasus dalam

menangani ODHA di Yayasan LAYAK yaitu sebagai berikut:

a. Peran sebagai advokat (Advocate)

Melakukan advokasi berarti manajer kasus bertindak sesuai dengan

kepentingan klien ketika klien tidak mampu berbuat sesuatu untuk

memenuhi kepentingan dirinya. Manajer kasus mewakili kepentingan

klien agar klien, agar klien bisa mendapatkan akses pelayanan yang

dapat memperbaiki kualitas kehidupan mereka (lihat bab 2 h. 51).

Manajer kasus Yayasan layak menjalankan perannya sebagai advokat

yaitu dalam memperjuangkan atau mewakili klien dalam akses

layanan pengobatan dan akses kebutuhan ODHA lainnya termasuk

mengurangi stigma dan diskriminasi. Seperti pada kasus salah satu

klien yaitu klien UB, manajer kasus berbicara atas nama klien untuk

144
membantu klien supaya klien memahami dan mendapatkan apa yang

dibutuhkan. Berbicara dengan dokter supaya dokter menjelaskan

ulang kepada klien saat klien tidak mengerti dengan obat yang sudah

diberikan seperti pada kasus klien UB. Pada kasus klien RW, manajer

kasus membela dan mewakili klien agar klien tidak di diskriminasi

oleh keluarga almarhum suaminya (lihat bab 4 h. 110).

Hal tersebut sesuai dengan teori peran manajer kasus sebagai

advokat yang telah dijelaskan, bahwa manajer kasus melakukan

perannya yaitu dengan mewakili klien supaya klien bisa mengikuti

kegiatan yang sedang diadakan di LSM lain untuk kepentingan klien.

Pada peran sebagai advokat sering digunakan pada tahapan

manajemen kasus yaitu pada tahap pelaksanaan (implementasi),

seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa pada kasus salah satu klien

yaitu klien UB, manajer kasus berbicara atas nama klien untuk

membantu klien supaya klien memahami dan mendapatkan apa yang

dibutuhkan. Berbicara dengan dokter supaya dokter menjelaskan

ulang kepada klien saat klien tidak mengerti dengan obat yang sudah

diberikan seperti pada kasus klien UB. Manajer kasus membela dan

mewakili klien RW agar klien tidak di diskriminasi oleh keluarga

almarhum suaminya

b. Peran sebagai broker (Broker)

Sebagai broker, manajer kasus bertugas menghubungkan klien

dengan pelayanan yang diperlukan (lihat bab 2 h. 51). Berdasarkan

hasil temuan lapangan diatas, manajer kasus melaksanakan perannya

145
sebagai broker yaitu dengan menghubungkan klien dengan layanan

sosial lainnya sesuai dengan kebutuhan klien. Manajer kasus juga

menambahkan bahwa tidak hanya menghubungkan klien saja tetapi

juga melaksanakan perannya sebagai fasilitator (lihat bab 4 h. 115),

seperti yang dijelaskan dalam buku Case Management: An

Introduction To Concepts And Skills oleh Arthur J. Frankel dan

Sheldon Gelman bahwa tugas utama sebagai fasilitator yaitu

memfasilitasi adanya proses pertolongan melalui agen pelayanan

sosial, pemerintah, maupun organisasi lain yang dapat menolong

klien, yaitu dapat terlihat ketika manajer kasus menghubungi dokter

untuk kontrol kesehatan klien, lalu memfasilitasi klien untuk

melakukan kegiatan support group dengan teman sebaya.

Manajer kasus juga melakukan perannya sebagai broker ketika

mengadakan acara mobile VCT yang bertugas menghubungi pihak

medis untuk melakukan pemeriksaan dan konseling lalu memfasilitasi

acara tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa peran manajer kasus

sebagai broker juga berkaitan dengan perannya sebagai fasilitator

(lihat bab 4 h. 115). Hal tersebut sesuai dengan teori peran sebagai

broker (lihat bab 2 h. 51) yaitu dengan menghubungkan klien dengan

LSM lain dan berdasarkan hasil temuan yang ada dilapangan, manajer

kasus juga menemukan tambahan peran manajer kasus sebagai

fasilitator. sebagai fasilitator, yaitu untuk memfasilitasi proses

pemberian pelayanan melalui lembaga pelayanan sosial, pemerintah

maupun organisasi lainnya.

146
Peran sebagai broker dan fasilitator lebih sering digunakan pada

tahap pelaksaan (implementasi) berdasarkan penjelasan diatas ketika

mengadakan acara mobile VCT yang bertugas menghubungi pihak

medis untuk melakukan pemeriksaan dan konseling lalu memfasilitasi

acara tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa peran manajer kasus

sebagai broker juga berkaitan dengan perannya sebagai fasilitator.

c. Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)

Manajer kasus menjalankan perannya sebagai koordinator

pelayanan yaitu dengan berkoordinasi dengan lembaga sosial lainnya

sesuai yang dibutuhkan oleh klien. Seperti berkoordinasi dengan LSM

lainnya, dengan KPA, KPAP, Dinas Sosial atau pihak medis untuk

nantinya menghubungkan klien ke lembaga tersebut sesuai yang

dibutuhkan klien (lihat bab 4 h. 118). Hal tersebut sesuai seperti yang

telah dijelaskan pada bab 2 h. 52 tentang peran sebagai koordinator

bahwa banyak klien yang memiliki masalah dan membutuhkan lebih

dari satu layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka dari itu

manajer kasus selalu berkoordinasi dengan layanan lain untuk

menentukan layanan mana yang dianggap perlu untuk klien.

Peran sebagai koordinator ini sering digunakan pada tahap

wawancara awal seperti berkoordinasi dengan pihak rumah sakit

ketika mendapatkan data klien, pada tahap perencanaan seperti

manajer kasus sudah berkoordinasi dengan lembaga lain untuk

membantu memberikan rekomendasi solusi untuk klien saat sama

sama membuat perencanaan. Pada tahap pelaksanaan seperti ketika

147
manajer kasus berkoordinasi ulang dengan lembaga lain saat klien

setuju dengan beberapa rekomendasi yang telah di tawarkan. Pada

tahap monitoring dan evaluasi juga manajer kasus berkoordinasi

dengan profesional lain yang sesuai dengan perencanaan tujuannya

untuk menanyakan kepada lembaga lain atau profesional lain ketika

klien mengikuti acara tersebut.

d. Peran sebagai konsultan (Consultant)

Sebagai konsultan, manajer kasus harus mampu mempelajari dan

memberikan rekomendasi terhadap masalah yang dialami klien (lihat

bab 2 h. 52). Dari hasil temuan lapangan dapat terlihat bahwa manajer

kasus membantu klien memberikan solusi dari masalah yang dialami

klien. Seperti pada kasus klien RW, manajer kasus membantu

memberikan rekomendasi solusi untuknya seperti mengajak klien

untuk mengikuti kegiatan support group dengan teman sebaya.

Sedangkan pada kasus klien UB, manajer kasus juga memberikan

arahan untuk UB supaya bisa mengatasi masalahnya (lihat bab 4 h.

121).

Hal tersebut sesuai dengan teori peran manajer kasus sebagai

konsultant yaitu manajer kasus membantu klien dan keluarga yang

datang dalam keadaan kalut atau kebingungan, memberikan alternatif-

alternatif solusi tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

kasus klien. Pada peran manajer kasus sebagai konsultan, bahawa

peran tersebut lebih sering digunakan pada tahap perencanaan seperti

148
yang dijelaskan diatas bahwa manajer kasus membantu klien

memberikan rekomendasi solusi dari masalah yang dialami klien.

e. Peran sebagai konselor (Counselor)

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, manajer kasus memiliki

hubungan yang baik dengan klien dan dengan keluarga klien serta

mendukung klien dan keluarga klien. Manajer kasus memberikan

masukan untuk klien dan keluarga, memberikan informasi-informasi

tentang HIV/AIDS kepada keluarga klien juga, melakukan konseling

dengan keluarga klien supaya manajer kasus mengetahui apa saja

yang membuat klien semangat dan putus semangat (lihat bab 4 h.

123). Hal ini sesuai dengan peran manajer kasus sebagai konselor

harus memiliki relasi yang baik dengan klien dan dengan keluarga

klien. Manajer kasus juga harus mendukung klien dan mempunyai

pemahaman yang baik tentang masalah mental dan medis klien,

sehingga mampu mengetahui hal apa saja yang dapat mendukung dan

melemahkan klien (lihat bab 2 h. 53). Dalam hal ini peran sebagai

konselor lebih banyak digunakan pada tahap wawancara awal,

asesmen, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring karena dapat

membatu klien dalam menyelesaikan masalahnya seperti dengan

memiliki relasi yang baik antara klien dan keluaganya, manajer kasus

akan memahami tentang yang dialami klien sehingga manajer kasus

akan mengetahui seperti apa situasi saat ini yang mendukung ataupun

menghambat kemajuan klien.

149
f. Peran sebagai perencana (Planner)

Berdasarkan hasil temuan lapangan diatas, manajer kasus

melaksanakan perannya sebagai perencana dengan membantunya

dalam mempersiapkan pelayanan yang dibutuhkan dengan selalu

menginfokan jika ada jadwal pertemuan dengan lembaga sosial

lainnya sesuai yang dibutuhkan klien, perencanaan dilakukan setelah

memahami masalah apa yang dialami klien (lihat bab 4 h. 125).

Karena salah satu tanggung jawab utama dari manajer kasus adalah

sebagai perencana. Mempersiapkan pelayanan atau pengobatan klien

sampai klien menerima (lihat bab 2 h. 53). Hal tersebut sesuai karena

tugas manajer sebagai perencana menjadi penting karena perencanaan

yang dibuat manajer kasus menentukan implementasi atau

pelaksanaan pelayanan yang akan dilakukan oleh profesi selanjutnya.

Dalam peran manajer kasus sebagai perencana, digunakan juga pada

tahap perencanaan seperti dalam dalam mempersiapkan pelayanan

yang dibutuhkan, selalu memberikan informasi ketika ada

jadwalpertemuan dengan lembaga lain sesuai yang dibutuhkan klien.

g. Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)

Manajer kasus membantu klien dalam memecahkan masalahnya

yaitu setelah mengasesmen klien, lalu membuat perencanaan, lalu

mengarahkan klien supaya klien bisa mengatasi masalahnya sampai

permasalahan yang dialami klien telah bisa diatasi dan klien sudah

cukup mandiri untuk mengelola kasusnya sendiri seperti pada klien

UB yang saat ini sudah memahami tentang HIV/AIDS dan bisa

150
mendidik anaknya yang positif juga dan UB saat ini juga sudah

memiliki usaha sendiri dengan berjualan di pasar yang diberikan

modal dari pemerintah. Sedangkan RW saat ini juga sudah mandiri,

sudah mampu mengelola kasusnya sendiri dan sudah memiliki

keluarga baru, RW juga saat ini bekerja di LSM Yayasan KOTEX

yang dulunya adalah perkumpulan teman sebaya dibawah naungan

Yayasan LAYAK (lihat bab 4 h. 129). Tujuan dari pemecah masalah

adalah untuk membuat klien mandiri dengan membantu mereka

menentukan kekuatan mereka, mencari alternatif untuk situasi mereka

saat ini, dan belajar untuk memecahkan masalah mereka sendiri (lihat

bab 2 h. 54).

Hal tersebut sesuai dengan peran manajer kasus sebagai pemecah

masalah yaitu dengan membantu klien memecahkan masalahnya

sampai klien bisa mandiri dan tidak ketergantungan dengan manajer

kasus lagi. Dalam peran sebagai problem solver, bahwa peran tersebut

digunakan pada semua tahapan manajemen kasus dari awal yaitu

wawancara awal sampai klien bisa memecahkan masalahnya sendiri

atau dianggap sudah mandiri yaitu tahap terminasi.

h. Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)

Berdasarkan hasil temuan lapangan, manajer kasus mencatat pada

form manajemen kasus Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), termasuk

didalamnya mendokumentasikan hasil pemeriksaan medis. Manajer

kasus mencatat sesuai di dalam form manajemen kasus yang telah

disediakan, akan tetapi manajer kasus mengalami kesulitan untuk

151
mencatat lebih banyak karena kolom yang tersedia sangat terbatas

(bab 4 h. 131). Catatan ini sangat penting untuk evaluasi program,

agen dan manajer kasus individual dapat menentukan apakah tujuan

tercapai (bab 2 h. 55). Dalam penerimaan pelayanan perlu

memerhatikan dokumen pengkajian masalah, perencanaan dan

evaluasi, karena itu membuat dan mengumpulkan dokumen yang

berhubungan dengan klien juga merupakan salah satu tugas manajer

kasus. Hal tersebut sesuai karena manajer kasus Yayasan LAYAK

juga melakukan pencatatan rekam medis didalam form manajemen

kasus termasuk juga didalamnya mendokumentasikan hasil

pemeriksaan medis klien. Akan tapi terdapat kesulitan yang dialami

manajer kasus, karena kurangnya kolom pada form manajemen kasus

sehingga membuat manajer kasus kesulitan dalam mencatat lebih

banyak tentang klien. Pada peran manajer kasus sebagai recordkeeper,

bahwa peran ini digunakan dalam semua tahapan manajemen kasus

juga dari wawancara awal sampai terminasi, mencatat dan

mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi yang ada yang berkaitan

dengan klien.

152
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Yayasan LAYAK menggunakan manajemen kasus dalam

menangani ODHA didasarkan pada kebutuhan penanganan secara khusus

dan menyeluruh. Pada pelaksanaannya terdapat keterkaitan dan dukungan

dari bidang profesional dan lembaga terkait lainnya. Penerapan

manajemen kasus untuk menangani ODHA sangat penting dilakukan

karena dapat memberikan penanganan secara menyeluruh dan lebih

komperhensif sehingga ODHA dapat berfungsi sosial dengan baik.

Manajemen kasus merupakan sebuah metode dalam memberikan

pelayanan, dimana seorang pekerja sosial profesional sebagai manajer

kasus mengkaji atau memperkirakan kebutuhan klien dan keluarganya,

kapan pelaksanaan yang tepat, mengatur, mengkoordinasikan, memantau,

mengevaluasi dan mengatur serangkaian pelayanan untuk membantu klien

dengan kebutuhan yang kompleks. Secara singkat, dengan metode ini

berarti seorang pekerja sosial mengkoordinasikan pelayanan yang

disediakan oleh berbagai profesi baik internal maupun eksternal seperti

lembaga atau organisasi rujukan, guna memfasilitasi klien dengan

kebutuhan yang spesifik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada di dalam

skripsi ini yaitu mendeskripsikan pelaksanaan manajemen kasus yang

dilakukan oleh pekerja sosial Yayasan LAYAK dalam menangani Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan mendeskripsikan peran pekerja sosial

153
sebagai manajer kasus dalam menangani ODHA. Dari penelitian yang

dilakukan penulis mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat beberapa

tahapan manajemen kasus yang diterapkan oleh pekerja sosial Yayasan

LAYAK, yaitu wawancara awal (intake), asesmen (assessment),

perencanaan (planning), pelaksanaan (implementasi), pemantauan

(monitoring), evaluasi, dan terminasi. Dan juga ada peran pekerja sosial

sebagai manajer kasus di Yayasan LAYAK yang memiliki peranan

penting yaitu sebagai advokat (Advocate), broker, koordinator pelayanan

(Coordinator), konsultan (Consultant), konselor (Counselor), perencana

(Planner), pemecah masalah (Problem solver), dan sebagai pemegang

catatan kasus (recordkeeper).

1. Tahapan Manajemen Kasus

a. Wawancara Awal (Intake)

Wawancara awal merupakan tahap awal yang penting

untuk membangun kenyamanan dan membangun rasa percaya

antara klien dengan manajer kasus pada awal pertemuan, supaya

pada tahap selanjutnya klien akan lebih mudah membuka diri.

Pekerja sosial yang bertugas sebagai manajer kasus menggunakan

prinsip dasar kesejahteraan sosial yaitu menjalin relasi dengan

calon klien. Manajer kasus juga menggunakan skill small talk

untuk wawancara dengan klien, agar tercipta kemudahan bagi

klien dan manajer kasus melakukan pembicaraan sehingga proses

intervensi selanjutnya berjalan sesuai yang diharapkan.

154
b. Asesmen (Assessment)

Asesmen merupakan tahap penggalian masalah terkait apa

saja yang menjadi masalah bagi klien dan memberikan penguatan

pada klien. Manajer kasus melakukan asesmen dengan metode

konseling. Pada tahap ini manajer kasus mengasesmen klien

dengan menggunakan history map dan juga biopsikososial untuk

mengetahui biodata klien, bagaimana kronologis kasus klien,

permasalahan yang dialami klien sehingga manajer kasus bisa

mengidentifikasi permasalahan yang dialami klien, karena akan

dengan mudah nantinya manajer kasus dan klien membuat

perencanaan. Pada tahap asesmen ini, manajer kasus sudah mulai

melengkapi file yang tersedia didalam form manajemen kasus.

c. Perencanaan (Planning)

Manajer kasus membuat perencanaan dengan memberikan

beberapa pilihan dalam menentukan pelayanan yang di butuhkan

klien berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh manajer kasus.

Dengan menghubungkan klien ke lembaga sosial lainnya,

melakukan home visit kerumah klien, mengatur jadwal

perencanaan untuk menentukan pencapaian tujuan dan kegiatan,

menjadwalkan untuk melakukan group work dengan teman

sebaya. Metode yang dipergunakan manajer kasus dalam

penanganan kasus klien juga dengan mengadakan case

conference yang mengundang pihak-pihak yang dapat

155
memberikan kontribusi dalam pelayanan untuk klien dari pihak

medis, pekerja sosial dan juga psikolog rumah sakit.

d. Pelaksanaan (Implementasi)

Dalam tahap pelaksanaan mencakup dua hal yaitu direct

service yaitu pelayanan langsung dan indirect service atau

pelayanan tidak langsung. Pelaksanaan yang dilakukan manajer

kasus Yayasan LAYAK yaitu dengan mendukung dan

memotivasi klien secara langsung, manajer kasus juga

menggunakan metode group work agar klien bisa saling bertukar

fikiran dan pengalaman dengan teman sebaya, sehingga hal

tersebut bisa menjadi penguatan tersendiri untuk klien. Sedangkan

saat melakukan pelaksanaan secara tidak langsung, manajer kasus

melakukan intervensi dengan keluarga atau orang yang memang

dekat dengan klien. Manajer kasus menggunakan keterampilan

pekerja sosial sebagai broker untuk mengetahui layanan yang

tersedia dan memastikan klien yang membutuhkan layanan

tersebut bisa mencapai layanan yang sesuai dengan berkoordinasi

dengan profesional lainnya, berkoordinasi dengan anggota

keluarga klien untuk membantu klien supaya klien melaksanakan

apa yang telah direncanakan bersama.

e. Pemantauan (Monitoring)

Monitoring merupakan tugas utama untuk mengetahui

apakah perencanaan yang telah dibuat dilaksanakan dengan baik

dan berhasil ataukah ada kendala sehingga perlu dilakukan

156
rencana ulang. Manajer kasus di Yayasan LAYAK melakukan

pemantauan dari media komunikasi dan juga dari koordinasi

dengan layanan lain sesuai yang telah dirujuk untuk klien pada

tahap perencanaan. Proses pemantauan ini terdiri dari dua bagian,

pertama-tama manajer kasus yang menentukan pelayanan apa saja

yang sudah lengkap dan berhasil. Kedua, manajer kasus melihat

tujuan pelayanan yang telah ada sudah dilaksanakan atau masih

ada yang terhambat, jika ada yang belum berhasil dan masih ada

hambatan, maka perlu dilakukan evaluasi dan asesmen ulang

untuk menggali apa yang menjadi penghambatnya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana

efektifitas dari pelaksanaan manajemen kasus. Evaluasi juga

untuk mengetahui kekurangan pelayanan yang diberikan kepada

klien serta menghindari masalah-masalah yang tidak terduga

terjadi pada klien, mencatat apa saja yang telah dilaksanakan dan

belum dilaksanakan sehingga nantinya bisa dilakukan asesmen

ulang.

g. Terminasi (Termination)

Terminasi dilakukan jika klien sudah mampu mandiri untuk

mengatur dirinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Terminasi merupakan tahapan terakhir dalam manajemen kasus

apabila klien sudah terpenuhi kebutuhannya dengan baik.

Terminasi yang dilakukan manajer kasus kepada klien adalah

157
dengan cara dibicarakan kepada klien bahwa klien sudah mandiri

dan tidak perlu di dampingi lagi, bisa juga dengan secara sepihak

tergantung dengan klien itu sendiri, contohnya seperti klien yang

meninggal dan harus dilakukan terminasi, ada yang memang

sudah tidak mau dibantu, klien pindah atau dialihkan ke lembaga

lain ataupun tidak ada kontak selama 12 bulan atau lebih. Kalau

seperti pada klien UB dan RW, manajer kasus melakukan

terminasi dengan cara dibicarakan karena klien dianggap sudah

mandiri.

2. Peran pekerja sosial sebagai manajer kasus

a. Peran sebagai advokat (Advocate)

Manajer kasus bertindak sesuai dengan kepentingan klien

ketika klien tidak mampu berbuat sesuatu untuk memenuhi

kepentingan dirinya. Manajer kasus mewakili kepentingan klien

agar klien, agar klien bisa mendapatkan akses pelayanan yang

dapat memperbaiki kualitas kehidupan mereka termasuk

mengurangi stigma dan diskriminasi. Menjadi advokat untuk

membantu membela klien ketika klien tidak diterima di salah satu

rumah sakit untuk mengambil obat karena persyaratan yang

dimiliki kurang lengkap, sedangkan obat yang dimilikinya sudah

habis, maka manajer kasus yang membantu untuk berbicara

dengan pihak rumah sakit agar klien bisa menebus obat dulu, dan

kekurangannya bisa menyusul dengan batas waktu yang

158
ditentukan. Membela dan mewakili klien saat klien merasa di

diskriminasi oleh orang lain.

b. Peran sebagai broker (Broker)

Manajer kasus bertugas menghubungkan klien atau

memberikan link kepada klien dengan lembaga sosial lainnya

sesuai dengan kebutuhan klien. Manajer kasus Yayasan LAYAK

juga mengakui bahwa selain menjalankan perannya sebagai

broker, dia juga menjalankan perannya sebagai fasilitator yaitu

untuk memfasilitasi proses pemberian pelayanan tersebut seperti

memfasilitasi untuk melakukan kegiatan support group dengan

teman sebaya.

c. Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)

Kordinator pelayanan merupakan peran sebagai manajer

kasus yang utama yaitu dengan berkoordinasi dengan lembaga

sosial lainnya sesuai yang dibutuhkan oleh klien karena banyak

klien yang memiliki masalah dan membutuhkan lebih dari satu

layanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka dari itu

manajer kasus selalu berkoordinasi dengan layanan lain untuk

menentukan layanan mana yang dianggap perlu untuk klien.

seperti selalu berkoordinasi dengan dokter mengenai kesehatan

klien, berkoordinasi dengan lembaga lain untuk memberikan

pelayanan yang sesuai dengan permasalahan yang dialami klien.

Peran sebagai koordinator merupakan peran yang dianggap

paling penting karena manajer kasus harus memiliki banyak

159
rekomendasi layanan yang sesuai untuk klien, dan manajer kasus

harus tetap menjalin relasi yang baik secara terus-menerus dengan

LSM lain, untuk keberlanjutan pelayanan dalam menangani

ODHA. Kerjasama manajer kasus bukan saja dengan dokter tetapi

tenaga kesehatan lainnya seperti bidan dalam penatalaksanaan

kelahiran bayi ODHA yang aman, perawat dan tenaga sosial

lainnya termasuk dalam dukungan sosial ekonomi dengan petugas

dari pemerintah maupun swasta (seperti tempat kerja dsb)

d. Peran sebagai konsultan (Consultant)

Manajer kasus memberikan rekomendasi solusi yang

terbaik untuk klien setelah klien bercerita tentang apa yang

dialaminya yaitu pada tahap penggalian masalah atau asesmen.

Salah satunya seperti mengajak klien untuk mengikuti kegiatan

support group dengan teman sebaya, memberikan informasi

untuk klien jika ada informasi tentang apa yang klien butuhkan.

e. Peran sebagai konselor (Counselor)

Sebagai konselor, manajer kasus harus memiliki hubungan

yang baik dengan klien dan dengan keluarga klien serta

mendukung klien dan mempunyai pemahaman yang baik tentang

masalah mental dan medis klien, sehingga mampu mengetahui hal

apa saja yang dapat mendukung danmenghambat kemajuan klien.

f. Peran sebagai perencana (Planner)

Manajer kasus membuat perencanaan pelayanan yang dapat

diterima klien, membantu klien dalam mempersiapkan pelayanan

160
yang dibutuhkan. Perencanaan yang dibuat manajer kasus

menentukan implementasi atau pelaksanaan pelayanan yang akan

dilakukan oleh profesi selanjutnya.

g. Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)

Peran manajer kasus sebagai pemecah masalah yaitu

dengan membantu klien menyelesaikan masalahnya sampai klien

bisa mandiri. Tujuannya adalah untuk membuat klien mandiri

dengan membantu mereka menentukan kekuatan mereka, mencari

alternatif untuk situasi mereka saat ini, dan belajar untuk

memecahkan masalah mereka sendiri

h. Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)

Manajer kasus bertanggung jawab untuk membuat dan

mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang berhubungan

dengan kasus dan pemberian layanan kepada klien. Manajer kasus

juga mencatat sesuai di dalam form manajemen kasus yang telah

disediakan, catatan ini sangat penting untuk evaluasi program,

agen dan manajer kasus individual supaya dapat menentukan

apakah tujuan tercapai, akan tetapi manajer kasus mengalami

kesulitan untuk mencatat lebih banyak karena kolom yang

tersedia sangat terbatas

161
B. Saran-saran

Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan

beberapa hal dalam kemajuan pelaksanaan manajemen kasus pada

Yayasan LAYAK ini:

1. Manajer kasus di Yayasan LAYAK memang sudah menggunakan

metode dan prinsip pekerja sosial, akan tetapi pekerja sosial di

Yayasan LAYAK kurang banyak sehingga ada pekerja sosial yang

tugasnya merangkap lebih dari satu, seperti seorang manajer kasus

dalam menangani ODHA juga menjadi manajer kasus dalam

menangani isu tentang Traficking. Dengan penambahan pekerja sosial

tersebut untuk memaksimalkan dan memfokuskan tugas pekerja sosial

sebagai manajer kasus dalam menangani isu-isu tentang program yang

ada di Yayasan LAYAK.

2. Penambahan besarnya kolom yang terdapat dalam form manajemen

kasus, supaya manajer kasus bisa mencatat hasil asesmen,

perencanaan, monitoring dan evaluasi dengan lebih rinci lagi.

162
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. Belajar Teori Pekerjaan
Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011.
Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok:
FISIP UI Press, 2005.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2001.
Ghoni, M.Djunaedi dan Almanshur, Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012.
Halim, Akbar. dkk. Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak. Jakarta:
Direktorat Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial,
2010.
Hermawati, Istiana. Metode dan Tekhnik dalam Praktek Pekerjaan Sosial.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001.
Irawan, Soehartono. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Julianto, Irwan. Jika Ia Anak Kita: Aids dan Jurnalisme Empati. Jakarta:
KOMPAS, 2002
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,
1985.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi ke-15. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,1998.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi ke-20. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2009.
Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Al-Huda, 2005.
Nainggolan, Yossa A.P. Stigmatisasi dan Diskriminasi Odha dan Ohida. Jakarta:
KOMNASHAM, 2006.
Nasrunodin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis Dan Sosial, edisi
ke-2. Surabaya: Airlangga University Press,2014.
Rakhmat. Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif. edisi ke-12. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Roberts, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku pintar pekerja sosial, edisi
pertama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008.
Sevilla, Cunsuelo G, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta, 2009.

163
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. edisi ke-13.
Bandung: IKAPI, 2011.
Sutaat. dkk. Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran Dan Keluarganya
Di Daerah Asal. Jakarta: Ciputat Press, 2009.
Warto. dkk. Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV Dan AIDS.
Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008.
Woodside, Marianne R. dan McClam, Tricia. Generalist Case Management, 3th
ed. Thomson Brooks/Cole, 2006.

Internet dan Sumber Lainnya:


Arifin, A. Zein. “Manajemen Kasus dalam Pekerjaan Sosial.” Artikel diakses pada
24 Juli 2016 dari http://media.kemsos.go.id/images/350
Arsip profil lembaga Yayasan LAYAK
Brosur Yayasan LAYAK
“Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat HIV dan AIDS.” Artikel diakses pada 31
Juli 2016 dari
http://sulbar.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-
8b88-44fe-8f81-2085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-
b54836a53e40&ID=93
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS
Iradat, Damar. “Jumlah Kasus HIV & AIDS di Indonesia Meningkat.” Artikel
diakses pada 8 juni 2016 dari
http://news.metrotvnews.com/read/2015/11/30/196222/jumlah-kasus-hiv-
aids-di-indonesia-meningkat
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). “Info HIV dan AIDS.” Artikel diakses
pada 04 November 2016 dari
http://aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
#sthash.ACknyfCF.dpbs
Larasati, Prihantini. “Manajemen Kasus Dalam Peksos.” Artikel diakses pada 6
oktober 2016 dari https://www.scribd.com/doc/312885402/manajemen-
kasus-dalam-peksos-doc
NASW (National Association of Social Workers). “NASW Standards For Social
Work Case Management”, Artikel diakses pada 7 oktober 2016 dari
https://www.socialworkers.org/practice/naswstandards/casemanagementst
andards2013
Nurachmah, Elly. “Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko
Tertular Pada Siswa SLTP.” Artikel diakses pada 23 juli 2016 dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/360/356
Rothman, Jack. “A model of Case Management: Toward Empirically Based
Practice.” Jurnal diakses pada 25 Januari 2017 dari
http://www.jstor.org/stable/23716080

164
“Undang-undang Republik Indonesia.” diakses pada 8 juni 2016 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1618.pdf
Wawancara dengan bapak Jerry selaku anggota dewan pembina Yayasan LAYAK
pada tanggal 19 januari 2017
Wawancara pribadi dengan ibu Luci selaku manajer kasus dalam menangani
ODHA di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 13 April 2017
Wawancara pribadi dengan ibu Ribka selaku pekerja sosial dalam

menangani ODHA di Yayasan LAYAK pada hari Kamis, 30 Maret


2017
Wawancara pribadi dengan UB selaku klien ODHA yang ditangani oleh
manajer kasus di Yayasan LAYAK pada hari Sabtu, 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan RW selaku klien ODHA yang ditangani oleh
manajer kasus di Yayasan LAYAK pada hari Jum’at, 10 Maret 2017

165
PEDOMAN WAWANCARA
DEWAN PEMBINA/KETUA YAYASAN LAYAK
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Gambaran Umum Lembaga
Apa saja yang menjadi visi, misi serta tujuan didirikannya Yayasan LAYAK?
Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan LAYAK ini?
Apa saja program yang ada di Yayasan LAYAK?
Apa saja fasilitas yang ada di Yayasan LAYAK?
Sumber dana Yayasan LAYAK berasal dari mana saja?
Mengapa manajemen kasus menjadi sebuah metode penanganan yang digunakan dalam
proses pelayanan di Yayasan LAYAK ini?
Apakah tujuannya digunakan manajemen kasus dalam menangani klien ODHA?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses wawancara awal dengan klien,
Wawancara Awal (Intake) sehingga klien mau untuk menjadi klien?
Apakah ada intake form atau persetujuan untuk menjadi
klien?
Bagaimana menggali informasi klien, sampai klien mau
Asesmen (Assessment) terbuka dan menceritakan masalahnya?
Apakah ada form assessment tentang klien?
Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan manajer
kasus setelah menggali permasalahan pada tahap
Perencanaan (Planning) asesmen?
Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal
kepada klien untuk mengarahkan klien agar dapat
melaksanakan yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
Pelaksanaan kasus secara langsung?
(Implementation) Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus secara tidak langsung?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien?
Pemantauan (Monitoring) Apakah seorang manajer kasus selalu berkomunikasi
dengan baik kepada klien untuk bertanya tentang yang
sudah dilaksanakan?
Bagaimana manajer kasus pernah mengevaluasi atau
membahas kembali apa yang sudah terlaksana berjalan
dengan baik atau kurang baik?
Evaluasi (Evaluation) Apakah manajer kasus sering mengadakan diskusi
dengan manajer kasus lainnya baik itu di Yayasan
LAYAK atau profesional lainnya?
Bagaimana proses terminasi yang dilakukan manajer
Pengakhiran (Termination) kasus?
apakah ada form untuk terminasi?
3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Bagaimana manajer kasus memberikan akses pelayanan
Peran sebagai advokat kepada klien supaya klien bisa memperbaiki kualitas
(Advocate) hidupnya berdasarkan kepentingan klien?
Peran sebagai broker Bagaimana manajer kasus mengarahkan klien agar klien
(broker) mendapat apa yang klien butuhkan?
Bagaimana manajer kasus menjalankan perannya
Peran sebagai koordinator sebagai koordinator pelayanan?
pelayanan (Coordinator) Manajer kasus berkoordinasi dengan siapa saja dalam
menangani klien?
Peran sebagai konsultan apakah manajer kasus memberikan informasi tentang
(Consultant) tujuan pelayanan kesehatan yang diberikan?
Apakah manajer kasus juga memiliki relasi yang baik
Peran sebagai konselor dengan anggota keluarga klien?
(Counselor) Bagaimana manajer kasus memberikan informasi
tentang masalah terkait klien dan juga tentang masalah
medis yg klien butuhkan?
Peran sebagai perencana Bagaimana peran bapak atau ibu sebagai perencana
(Planner) dalam tahap manajemen kasus ini?
Peran sebagai pemecah Bagaimana manajer kasus membantu klien
masalah (Problem solver) menyelesaikan masalah mereka?
Siapa saja yang terlibat ?
Peran sebagai pemegang Bagaimana manajer kasus membuat dan mengumpulkan
catatan kasus(recordkeeper) dokumen-dokumen penting yan berhubungan dengan
klien?
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJER KASUS
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Gambaran Umum Lembaga
Mengapa manajemen kasus menjadi sebuah metode
penanganan yang digunakan dalam proses pelayanan di
Yayasan LAYAK ini?
Apakah tujuannya digunakan manajemen kasus dalam
menangani klien ODHA di Yayasan LAYAK ini?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses wawancara awal dengan klien, sehingga
klien mau untuk menjadi klien?
Wawancara Awal (Intake) Bagaimana proses klien UB dan RW ketika setuju untuk
menjadi klien?
Apakah ada intake form atau persetujuan untuk menjadi
klien?
Bagaimana proses menggali informasi klien, sampai klien
mau terbuka dan menceritakan masalahnya?
Jelaskan proses asesmen pada klien UB dan RW? Apa saja
Asesmen (Assessment) masalah yang dialami klien UB dan RW saat itu?
Apakah manajer kasus hanya mengetahui informasi
tersebut hanya dari klien saja atau dari orang lain juga
seperti teman klien atau anggota keluarga klien?
Apakah ada form asesmententang klien?
Kapan asesmen tersebut dilakukan? Apakah bersamaan
dengan intake?
Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan manajer
kasus setelah menggali permasalahan pada tahap asesmen?
Jelaskan proses perencanaan yang dibuat manajer kasus
untuk klien UB dan RW setelah tahap asesmen?
Kapan proses perencanaan itu dibuat?
Perencanaan (Planning) Apakah bersamaan dengan asesmen?
Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal kepada
klien untuk mengarahkan klien agar dapat melaksanakan
yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus secara langsung (direct service)?
Pelaksanaan Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
(Implementation) kasus secara tidak langsung (indirect service)?
(Seperti menghubungkan klien dengan sumber daya yang
dibutuhkan berupa lembaga sosial lainnya, apakah
melakukan intervensi terhadap keluarga atau teman supaya
klien bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan?)
Jelaskan proses pelaksanaan klien UB dan RW setelah
tahap perencanaan yang dibuat?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien UB dan RW?
Pemantauan (Monitoring) Apakah manajer kasus selalu berkomunikasi dengan baik
kepada klien untuk bertanya tentang yang sudah
dilaksanakan?
Bagaimana manajer kasus mengevaluasi atau membahas
kembali apa yang sudah terlaksana berjalan dengan baik
atau kurang baik pada klien UB dan RW?
Jelaskan evaluasi yang dilakukan manajer kasus pada klien
UB dan RW setelah tahap monitoring?
Evaluasi (Evaluation) Apakah manajer kasus mendiskusikannya dengan sesama
manajer kasus atau pekerja sosial lainnya, pihak medis,
ataupun yang lainnya (Sebutkan siapa saja)?
Pengakhiran Bagaimana proses terminasi yang dilakukan manajer
(Termination) kasus?

3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus


Bagaimana manajer kasus memberikan akses pelayanan
Peran sebagai advokat kepada klien supaya klien bisa memperbaiki kualitas
(Advocate) hidupnya berdasarkan kepentingan klien?
Peran sebagai broker Bagaimana manajer kasus mengarahkan klien agar klien
(broker) mendapat apa yang klien butuhkan?
Bagaimana manajer kasus menjalankan perannya sebagai
Peran sebagai koordinator koordinator pelayanan?
pelayanan (Coordinator) Manajer kasus berkoordinasi dengan siapa saja dalam
menangani klien?
Peran sebagai konsultan apakah manajer kasus memberikan informasi tentang
(Consultant) tujuan pelayanan kesehatan yang diberikan?
Apakah manajer kasus juga memiliki relasi yang baik
Peran sebagai konselor dengan anggota keluarga klien?
(Counselor) Bagaimana manajer kasus memberikan informasi tentang
masalah terkait klien dan juga tentang masalah medis yg
klien butuhkan?
Peran sebagai perencana Bagaimana peran bapak atau ibu sebagai perencana dalam
(Planner) tahap manajemen kasus ini?
Peran sebagai pemecah Bagaimana manajer kasus membantu klien menyelesaikan
masalah (Problem solver) masalah mereka?
Siapa saja yang terlibat ?
Bagaimana manajer kasus membuat dan mengumpulkan
Peran sebagai pemegang dokumen-dokumen penting yan berhubungan dengan
catatan kasus klien?
(recordkeeper)
PEDOMAN WAWANCARA
PEKERJA SOSIAL
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Mengapa manajemen kasus menjadi sebuah metode
penanganan yang digunakan dalam proses pelayanan di
Gambaran Umum Yayasan LAYAK ini?
Lembaga Apakah tujuannya digunakan manajemen kasus dalam
menangani klien ODHA di Yayasan LAYAK ini?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses wawancara awal dengan klien,
sehingga klien mau untuk menjadi klien?
Wawancara Awal (Intake) Apakah ada intake form atau persetujuan untuk menjadi
klien?
Bagaimana proses menggali informasi klien, sampai klien
mau terbuka dan menceritakan masalahnya?
Apakah manajer kasus hanya mengetahui informasi
Asesmen (Assessment) tersebut hanya dari klien saja atau dari orang lain juga
seperti teman klien atau anggota keluarga klien?
Apakah ada form assessment tentang klien?
Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan manajer
kasus setelah menggali permasalahan pada tahap
asesmen?
Perencanaan (Planning) Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal
kepada klien untuk mengarahkan klien agar dapat
melaksanakan yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
Pelaksanaan kasus secara langsung?
(Implementation) Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus secara tidak langsung?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien?
Pemantauan (Monitoring) Apakah manajer kasus selalu berkomunikasi dengan baik
kepada klien untuk bertanya tentang yang sudah
dilaksanakan?
Bagaimana manajer kasus pernah mengevaluasi atau
Evaluasi (Evaluation) membahas kembali apa yang sudah terlaksana berjalan
dengan baik atau kurang baik?
Bagaimana proses terminasi yang dilakukan manajer
Pengakhiran (Termination) kasus?
apakah ada form untuk terminasi?
3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Bagaimana manajer kasus memberikan akses pelayanan
Peran sebagai advokat kepada klien supaya klien bisa memperbaiki kualitas
(Advocate) hidupnya berdasarkan kepentingan klien?
Peran sebagai broker Bagaimana manajer kasus mengarahkan klien agar klien
(broker) mendapat apa yang klien butuhkan?
Peran sebagai koordinator Bagaimana manajer kasus menjalankan perannya sebagai
pelayanan (Coordinator) koordinator pelayanan?
Peran sebagai konsultan apakah manajer kasus memberikan informasi tentang
(Consultant) tujuan pelayanan kesehatan yang diberikan?
Apakah manajer kasus juga memiliki relasi yang baik
Peran sebagai konselor dengan anggota keluarga klien?
(Counselor) Bagaimana manajer kasus memberikan informasi tentang
masalah terkait klien dan juga tentang masalah medis yg
klien butuhkan?
Peran sebagai perencana Bagaimana peran sebagai perencana dalam tahap
(Planner) manajemen kasus ini?
Peran sebagai pemecah Bagaimana manajer kasus membantu klien
masalah (Problem solver) menyelesaikan masalah mereka?
Siapa saja yang terlibat ?
Peran sebagai pemegang Bagaimana manajer kasus membuat dan mengumpulkan
catatan kasus dokumen-dokumen penting yan berhubungan dengan
(recordkeeper) klien?
PEDOMAN WAWANCARA
KLIEN ODHA
No Materi Wawancara Pertanyaan
1 Tahapan Manajemen Kasus
Bagaimana proses ibu bisa menjadi klien?
Kapan ibu terdaftar menjadi klien?
Wawancara Awal (Intake) Apakah ada tanda tangan kontrak antara ibu sebagai klien
dengan pekerja sosial sebagai manajer kasus?
Bagaimana pekerja sosial mengumpulkan informasi
tentang ibu?
Apakah ibu merasakan kenyamanan dengan manajer
Asesmen (Assessment) kasus saat bercerita tentang permasalahan yang dialami?
Apa saja permasalahan yang dialami klien saat bercerita
dengan manajer kasus?
Setelah bercerita tentang permasalahan yang dilami,
apakah ada rencana-rencana yang dibuat bersama antara
klien dengan manajer kasus?
Perencanaan (Planning) Apakah manajer kasus membantu membuat jadwal
kepada klien untuk mengarahkan klien melaksanakan
yang direncanakan?
Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien secara langsung antara manajer kasus
Pelaksanaan dengan klien?
(Implementation) Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan manajer
kasus kepada klien secara tidak langsung seperti
menghubungkan klien dengan LSM-LSM sesuai
kebutuhan klien?
Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan manajer
Pemantauan (Monitoring) kasus kepada klien?
Apakah manajer kasus selalu berkomunikasi dengan ibu?
Apakah manajer kasus pernah mengevaluasi atau
Evaluasi (Evaluation) membahas kembali apa yang sudah terlaksana berjalan
dengan baik atau kurang baik?
Apakah ibu merasa sudah mendapat banyak informasi
dan arahan yang ibu butuhkan sebagai klien?
Apakah manajer kasus dan klien pernah mengadakan
Pengakhiran (Termination) kesepakatan untuk mengakhiri yang sudah direncanakan
dan dilaksanakan karena dianggap klien sudah mampu
mandiri?
2 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Bagaimana manajer kasus memberikan akses pelayanan
Peran sebagai advokat kepada klien supaya klien bisa memperbaiki kualitas
(Advocate) hidupnya berdasarkan kepentingan klien?
Peran sebagai broker Bagaimana manajer kasus mengarahkan klien agar klien
(broker) mendapat apa yang klien butuhkan?
Bagaimana manajer kasus menjalankan perannya sebagai
Peran sebagai koordinator koordinator pelayanan?
pelayanan (Coordinator) Seperti menghubungkan klien dengan pihak lain yang
dibutuhkan oleh klien
Peran sebagai konsultan apakah manajer kasus mampu memahami masalah apa
(Consultant) yang dialami klien lalu membantu memberi arahan untuk
klien?
Apakah manajer kasus juga memiliki relasi yang baik
Peran sebagai konselor dengan anggota keluarga klien?
(Counselor) Bagaimana manajer kasus memberikan informasi tentang
masalah terkait klien dan juga tentang masalah medis yg
klien butuhkan?
Peran sebagai perencana Bagaimana manajer kasus membantu klien dalam
(Planner) melaksanakan pelayanan untuk klien?
Peran sebagai pemecah Bagaimana manajer kasus membantu klien
masalah (Problem solver) menyelesaikan masalah mereka?
Peran sebagai pemegang Bagaimana manajer kasus membuat dan mengumpulkan
catatan kasus(recordkeeper) dokumen-dokumen penting yan berhubungan dengan
klien?
Hasil Transkrip Wawancara
Informan : Anggota Dewan Pembina
Nama : Jeremias Wutun M.Si
Tempat : Kantor Yayasan LAYAK

Observasi : Wawancara dilakukan di kantor Yayasan LAYAK Citayam 3


Depok dengan santai sambil duduk dikursi, di ruangan yang biasa dipakai untuk rapat.
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Waktu : 10.00 WIB


No Materi Wawancara Pertanyaan Jawaban
1 Gambaran Umum Lembaga
Apa saja yang Visi dan misi kita yang sudah tertera di dalam brosur Yayasan
menjadi visi, misi LAYAK bahwa kita ingin anak dan keluarga menjadi lebih
serta tujuan berdaya, dalam arti bisa memcahkan maslah mereka secara
didirikannya mandiri, melalui penjangkauan dan pendampingan , layanan
Yayasan LAYAK? manajemen kasus, pendidikan, pelatihan konseling dan advokasi,
dengan kita beri link kepada mereka yang bertujuan untuk
membantu mereka dalam memecahkan masalah mereka, dan
mengajarkan mereka supaya bisa lebih mandiri nantinya.
Visi, misi dan tujuan saling berkesinambungan seperti yang tertera
di dalam brosur ini.
Bagaimana sejarah Sejarah singkatnya, Yayasan LAYAK awalnya didirikan dari 5
singkat berdirinya orang pekerja sosial yang benar-benar lulusan dari pekerja sosial
Yayasan LAYAK pada tahun 2001 dan sudah lama berkecimpung dalam bidang
ini? pemecahan masalah-masalah sosial dan pemberdayaan
masyarakat sehingga memahami apa saja metode-metode dan
prinsip-prinsip seorang pekerja sosial dalam membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan isu terkait.
Apa saja program kita menangani tiga isu yaitu tentang ODHA, Low Vision, dan
yang ada di Traficking. Tetapi program utamanya, kita melakukan pelayanan
Yayasan LAYAK? sosial seperti memberikan pelayanan manajemen kasus, konsultasi
tentang anak dan keluarga, lalu melakukan penelitian dan
pengembangan seperti pelatihan manajemen kasus, peltihan
pemberdayaan untuk masyarakat, melakukan advokasi dan
jaringan seperti bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan non
pemerintah.
Apa saja fasilitas Fasilitas yang ada disini standar yang ada dikantor aja, ada alat-
yang ada di alat komunikasi, komputer, lcd proyektor, dan alat-alat untuk
Yayasan LAYAK? bekerja lainnya, ada mobil kantor, tempat untuk berkas-berkas
kita. Standar yang biasa ada di kantor aja.
Sumber dana Sumber dana kita ada yang dari bantuan luar negeri, bantuan
Yayasan LAYAK perorangan, bantuan dari pemerintah dan ada juga dari klien itu
berasal dari mana sendiri. Jadi sumber dananya kita cari dari mana saja.
saja?
Mengapa Karena manajemen kasus dianggap sebagai salah satu metode
manajemen kasus yang efektif yah, khususnya dalam menangani kasus HIV/AIDS
menjadi sebuah ini. karena disini seorang pekerja sosial mengelola kasus yang
metode dialami klien dari awal sampai akhir sehingga nantinya klien bisa
penanganan yang dengan mandiri menyelesaikan permasalahan yang dialaminya.
digunakan dalam
proses pelayanan di
Yayasan LAYAK
ini?
Apakah tujuannya Tujuan digunakannya manajemen kasus dalam menangani ODHA
digunakan supaya nantinya orang-orang yang terkena HIV maupun AIDS ini
manajemen kasus bisa lebih memahami dan bisa memecahkan setiap permasalahan
dalam menangani yang dialaminya nanti setelah tidak di dampingi lagi oleh manajer
klien ODHA? kasus. Inti dari tujuan digunakannya metode manajemen kasus ya
untuk membuat klien bisa lebih mandiri dan nantinya bisa lebih
berdaya lagi.
2 Tahapan Manajemen Kasus
Wawancara Awal (Intake)
Bagaimana proses Wawancara awal dengan klien pastinya kita berkenalan dulu ya,
wawancara awal tak kenal maka tak sayang. Kita bertanya seputar biodata klien
dengan klien, seperti nama klien, usia, pekerjaan saat ini, sampai kita tanyakan
sehingga klien apakah sudah berkeluarga atau belum. kita buat kenyamanan
mau untuk menjadi antara manajer kasus dengan klien sehingga pada tahap
klien? selanjutnya yaiu asesmen, klien bisa dengan terbuka bercerita
dengan kita. Kita juga sebagai manajer kasus juga
memperkenalkan diri, menjelaskan fungsi dan peran seorang
manajer kasus.
Apakah ada intake Oh iya ada tentunya, form persetujuan untuk menjadi klien.
form atau sebagai kontrak antara manajer kasus dengan klien bahwa klien
persetujuan untuk setuju dengan hak dan kewajiban yang akan diterima dan
menjadi klien? dilakukan nanti.
Asesmen (Assessment)
Bagaimana Kalau sudah berkenalan dan banyak bicara dengan klien, lama-
menggali kelamaan akan timbul sendiri rasa percaya itu. sehingga klien bisa
informasi klien, dengan mudah terbuka dengan manajer kasus. nah disitu manajer
sampai klien mau kasus mulai menanyakan bagaimana kronologis kasus, kita
terbuka dan tanyakan kepada klien untuk melengkapi case record didalam
menceritakan form manajemen kasus.
masalahnya?
Apakah ada form Lembar asesmen untuk menggali informasi klien lebih jelas dan
assessment tentang lebih detail, ada didalam form manajemen kasus. Jadi form
klien? manajemen kasus sudah mencakup semuanya dari wawancara
awal untuk mengetahui biodata klien sampai akhir atau sampai
terminasi.
Perencanaan (Planning)
Bagaimana proses Setiap perencanaan selalu dibuat bersama dengan klien setelah
perencanaan yang mengetahui apa yang dialami klien, permasalahan apa yang
dilakukan manajer dihadapinya, sehingga ketika kita sudah mengetahui apa yang
kasus setelah dialami klien, kita sudah memikirkan apa saja yang kemungkinan
menggali nantinya dibutuhkan oleh klien. nah pada tahap perencanaan ini,
permasalahan pada seorang manajer kasus sudah memiliki hubungan baik dengan
tahap asesmen? profesional lain yang nantinya akan direkomendasikan kepada
klien-klien yang memang membutuhkan.
Apakah manajer Iya seorang manajer kasus memang menjadwalkan kepada klien
kasus membantu kapan sekiranya klien melaksanakan apa yang sudah direncanakan
membuat jadwal seperti saat kita memberikan rekomendasi kepada klien untuk ikut
kepada klien untuk serta sharing dan berbagi pengalaman dengan teman sebaya. Nah
mengarahkan klien nantikita yang jadwalkan kapan dan dimananya acara tersebut
agar dapat akan berlangsung. Karna itu sangat bagus untuk membangun
melaksanakan motivasi dan memberi
yang penguatan untuk klien.
direncanakan?
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Pelaksanaannya kita selalu ikut membantu kalau sekiranya
pelaksanaan yang didalam perencanaan tersebut melibatkan peran kita sebagai
dilakukan manajer manajer kasus. Jadi kita sesuaikan dengan rencana yang telah
kasus secara dibuat bersama dengan klien.
langsung?
Bagaimana proses Kalau secara tidak langsung, kita banyak menghubungkan klien
pelaksanaan yang dengan lembaga lain supaya klien juga mendapatkan apa yang
dilakukan manajer dibutuhkan bukan hanya penguatan dari kita saja. Tapi klien juga
kasus secara tidak kita hubungkan dengan lembaga lain atau profesional lain sesuai
langsung? kebutuhan yang telah direncanakan.
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Kalau monitoring yang kita lakukan, ya kita hanya memantau
pemantauan yang ketika kita juga mengikuti acara yang juga ada klien-klien kita
dilakukan manajer disitu. Jadi kita bisa memerhatikan bagaimana klien kita ketika
kasus kepada mengikuti acara yang telah kita rekomendasikan. Atau paling kita
klien? bertemu dan menanyakan langsung kepada klien dan juga melihat
bagaimana klien berbicara, apakah klien merasa sangat antusias
dalam bercerita atau merasa kurang puas dengan acara tersebut
yang telah kita rekomendasikan. Jadi kita juga harus mengerti
bagaimana bahasa tubuh mereka. hehe
Apakah seorang Pastinya, karena komunikasi itu sangat penting. Kadang klien
manajer kasus yang menelfon kita, dia yang bercerita tanpa kita tanya. Karena
selalu klien sudah merasa nyaman, jadi dia dengan mudah bercerita tanpa
berkomunikasi malu-malu. Karna dari awal klien sudah percaya dengan kita juga
dengan baik ketika kita meyakinkan kepada klien bahwa kerahasiaan klien
kepada klien untuk akan selalu kita jaga.
bertanya tentang
yang sudah
dilaksanakan?
Evaluasi (Evaluation)
Bagaimana Pada tahap monitoring kan kita memantau, kita juga menanyakan
manajer kasus kepada klien bagaimana pelaksanaan yang sudah dilaksanakan.
pernah Kalau didalam pelaksanaan ada yang kurang baik dan klien masih
mengevaluasi atau kurang mendapatkan apa yang seharusnya dia dapat, maka kita
membahas kembali lakukan rencana ulang. kita asesmen ulang dan merencanakan
apa yang sudah ulang kembali sampai akhirnya klien lebih memahami dan
terlaksana berjalan mengerti.
dengan baik atau
kurang baik?
Apakah manajer Iya seorang manajer kasus tidak bekerja sendiri. Pasti
kasus sering berkoordinasi dengan yang lainnya. Seperti berdiskusi dengan kita
mengadakan sesama manajer kasus di Yayasan LAYAK jika ada permasalahan
diskusi dengan klien yang memang sulit diselesaikan sendiri. Dan kita berdiskusi
manajer kasus dengan sesama manajer kasus juga tidak selalu formal di meja
lainnya baik itu di rapat, tetapi kita suka berbicara ketika diperjalanan di mobil, atau
Yayasan LAYAK dimana saja yang memang ditempat tersebut isinya hanya pekerja
atau profesional sosial sesama manajer kasus saja.
lainnya?
Pengakhiran (Termination)
Bagaimana proses Terminasi yang dilakukan manajer kasus memang berbeda-beda
terminasi yang pada setiap klien. seperti kita melakukan terminasi saat klien
dilakukan manajer dianggap memang sudah lebih mandiri,kita bicarakan kepada klien
kasus? kalau kita sudah tidak mendampingi seperti saat menjadi manajer
kasus klien, tetapi masih tetap akan berhubungan baik. Ada juga
yang memang kliennya tiba-tiba menghilang atau meninggal,
maka kita terminasi secara sepihak.
apakah ada form Kalau klien sudah di terminasi, kita mencatatnya di lembar paling
untuk terminasi? belakang, bahwa klien A, klien B, atau klien C sudah cukup
mandiri dan sudah diterminasi. Atau kita selalu tulis juga
dibawahnya alasan kenapa klien sudah kita terminasi.

3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus


Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana Menjadi Advokat dalam memperjuangkan/mewakili klien dalam
manajer kasus akses layanan pengobatan dan akses kebutuhan ODHA lainnya
memberikan akses termasuk mengurangi stigma dan diskriminasi.Contohnya ketika
pelayanankepada klien tidak bisa mengikuti acara yang diadakan di lembaga lain,
klien supaya klien maka kitayang berbicara dengan lembaga tersebut agar klien bisa
bisa memperbaiki mengikuti acara tersebut. kita selalu membantu membela klien
kualitas hidupnya ketika klien tidak diterima di salah satu rumah sakit untuk
berdasarkan mengambil obat ARV karena persyaratan yang dimiliki kurang
kepentingan klien? lengkap, sedangkan ARV yang dimilikinya sudah habis, maka kita
bantu untuk berbicara dengan pihak rumah sakit agar klien bisa
menebus obat dulu, dan kekurangannya bisa menyusul dengan
batas waktu yang ditentukan. Jadi kurang lebihnya peran kita
sebagai manajer kasus sebagai advokat seperti itu.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana Sebagai broker kita menghubungkan antara klien dengan lembaga
manajer kasus atau profesional lain yang dibutuhkan klien. kita memberikan link
mengarahkan klien kepada klien jika ada lembaga lain yang mengadakan acara dan
agar klien kita anggap klien kita juga membutuhkan itu, maka kita link-kan
mendapat apa yang klien kita. Peran sebagai broker ini kita laksanakan ketika kita
klien butuhkan? mengasesmen klien pada tahapan manajemen kasus.
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana Kita berkoordinasi dengan lembaga lain, atau profesional lain, atau
manajer kasus selaluberkoordinasi dengan sesama manajer kasus ODHA. Jadi
menjalankan dengan berkoordinasi dengan lembaga sosial lainnya, kita
perannya sebagai mempunyai jaringan yang luas, yang nantinya kita akan
koordinator hubungkan lembaga tersebut dengan klien sesuai dengan
pelayanan? kebutuhan klien. jadi inilah yang terpenting dari peran seorang
manajer kasus. yaitu berkoordinasi dengan lembaga lain supaya
semakin luas pula jaringan yang kita miliki.
Manajer kasus Kita berkoordinasi dengan pihak pemerintah, seperti DINSOS,
berkoordinasi KEMENSOS, dengan Global Fun, dengan KPA, KPAP, dengan
dengan siapa saja FHI, dengan sesama manajer kasus ODHA, maupun dengan
dalam menangani lembaga lain yang juga menangani isu tentang HIV/AIDS, masih
klien? banyak lagi sebenarnya, cuma suka lupa-lupa. Hehe
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Kita beritahu setiap tujuan dari pelayanan yang kita
kasus memberikan rekomendasikan itu tujuannya apa, manfaatnya apa untuk klien.
informasi tentang kita selalu beritahu itu supaya klien juga mengerti nantinya ketika
tujuan pelayanan sudah tidak didampingi oleh kita lagi.
kesehatan yang
diberikan?
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Relasi yang baik pastinya harus dimiliki seorang manajer kasus.
kasus juga karena kita akan mendapatkan informasi tentang klien bukan
memiliki relasi hanya dari klien saja, kita juga memerlukan informasi dari orang-
yang baik dengan orang yang memang dekat juga dengan klien. jadi menjaga relasi
anggota keluarga yang baik dengan orang-orang yang dekat dengan klien itu sangat
klien? perlu.
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana peran Peran sebagai perencana itu ada di dalam tahapan manajemen
manajer kasus kasus. kita membantu memberikan solusi agar klien juga bisa
sebagai perencana menyelesaikan permasalahan yang dialaminya. Kita bisa
dalam tahap menjalankan peran sebagai perencana yaitu ketika kita sudah
manajemen kasus menggali permasalahan yang dialami klien, kita sudah memahami
ini? apa yang dibutuhkan oleh klien. barulah kita bisa menjalankan
peran kita sebagai seorang perencana.
Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)
Bagaimana How to help people, how to help themselves, kita membantu klien
manajer kasus dengan menggunakan tahapan-tahapan manajemen kasus, dari
membantu klien mulai penggalian masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai klien
menyelesaikan bisa mengelola kasusnya sendiri. Jadi kita sebagai problem solver,
masalah mereka? membantu mereka sampai mereka berhasil memecahkan
masalahnya sendiri.
Siapa saja yang Yang terlibat banyak, sesama manajer kasus,keluarga klien, atau
terlibat ? orang-orang yang dekat dengan klien, layanan lain sesuai
kebutuhan klien, pihak rumah sakit,pemerintahan supaya klien
bisa mendapat bantuan. jadi disini tugas kita sebagai problem
solver juga berkaitan dengan peran-peran yang lain seperti
kordinator, perencana, dan lainnya.
Peran sebagai pemegang catatan kasus(recordkeeper)
Bagaimana Setiap apa yang dibicarakan oleh klien, bahkan inti dari apa yang
manajer kasus dibicarakan klien, seorang manajer kasus harus menyimpulkan dan
membuat dan mencatat supaya pada pertemuan selanjutnya, ada data tertulisnya
mengumpulkan tentang klien. jadi apapun yang berhubungan dengan klien, akan
dokumen- kita simpan atau kita catat. Seperti mencatat apa saja yang ada di
dokumen penting dalam form manajemen kasus.
yan berhubungan
dengan klien?
Hasil Transkrip Wawancara
Informan : Manajer Kasus
Nama : LuciaRusmiyati,S.Sos

Tempat : Kantor Yayasan LAYAK

Observasi : Wawancara dilakukan di kantor Low Vision Yayasan LAYAK di


Jalan Nangka raya, Tanjung Barat, Jagakarsa Jakarta Selatan di salah satu ruang kantor Low Vision
Hari/Tanggal : Kamis, 13 April 2017

Waktu : 13.30 WIB


No Materi Wawancara Pertanyaan Jawaban
1 Gambaran Umum Lembaga
Mengapa Karena dengan manajemen kasus ini kita bisa melakukan
manajemen kasus pelayanan secara komperhensif. Maksudnya seperti di rumah sakit,
menjadi sebuah setelah dia (ODHA) mengetahui tentang statusnya, dan diketahui
metode dia punya masalah dengan statusnya, disitu kita membantu klien
penanganan yang bagaimana memberikan dukungan psikososial kepada mereka
digunakan dalam supaya mereka memahami apa yang mereka alami dan bersama
proses pelayanan klien sama-sama mencarikan solusi bagi klien agar dia bisa keluar
di Yayasan dari masalahnya supaya klien bisa berfungsi sosial kembali.
LAYAK ini? Karena kan pada saat mereka mengetahui status, mereka
mempunyai masalah, kita menerapkan dan juga menerima kasus,
jadi kita mengetahui permasalahan mereka, kita melakukan
asesmen, mengedukasi, mengevaluasi seperti pada tahapan
manajemen kasus, dan juga kita mengkaitkan mereka dengan
sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk membantu mereka
bisa menuju kemandirian.
Apakah tujuannya Untuk memberikan dukungan psikososial kepada mereka. Dan
digunakan juga didalam pelaksanaan kegiatannya kami memberikan
manajemen kasus kesadaran kepada mereka supaya mereka memahami apa yang
dalam menangani mereka alami, dan juga memotivasi mereka untuk hidup lebih baik
klien ODHA di lagi sehingga mereka siap hidup bermasyarakat lagi nantinya.
Yayasan LAYAK Setidaknya dengan dukungan psikososial juga bisa membantu
ini? mereka untuk meningkatkan mutu kesehatan mereka. Setidaknya
mereka bisa memahami tentang yang mereka alami sehingga
mereka bisa bersikap terhadap status yang mereka miliki.
Setidaknya kita memberikan kesadaran kepada mereka bukan
berarti dengan status yang mereka miliki, hidup mereka akan
berakhir. Kita juga bisa memotivasi mereka untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka dengan menjalani pengobatan. Dan
alhamdulillah dengan hal-hal yang kita lakukan, mereka jadi lebih
sadar dan paham, sehingga ada kemauan bagi mereka untuk
menjalani pengobatan lebih baik lagi. dalam arti mereka memiliki
status ODHA tetapi mereka juga bisa melindungi masyarakat
disekitar mereka. Dalam arti cukuplah status itu putus di mereka
saja jangan sampai virus HIV ini tersebar kemana-kemana.
Kalaupun mereka ingin mempunyai anak, kita arahkan supaya
mereka menjalani program sehingga anaknya bisa terlahir negativ,
dan tidak diturunkan ke anaknya. malah saya merasakan
keberhasilannya itu hampir 90% lah ya banyak dari klien kita yang
sudah berdaya.
2 Tahapan Manajemen Kasus
Wawancara Awal (Intake)
Bagaimana proses Jadi prosesnya kita tau klien dari rumah sakit yang kerja sama
wawancara awal dengan kita, ada juga puskesmas dibawah naungan dinas sosial.
dengan klien, Jadi rumah sakit memposisikan bahwa klien yang dirujuk ini perlu
sehingga klien pendampingan dari manajer kasus. Kita temui atau kita ajak
mau untuk menjadi bertemu. Tergantung klien maunya dimana, bisa dikantor kita
klien? yang di Depok, bisa dimana saja. Pada saat pertemuan pertama,
saya selalu menginformasikan bahwa saya tahu tentang dia dari
rumah sakit, jadi supaya dia juga tidak ada kecurigaan. Jadi saya
perkenalkan diri saya, nama saya lucy, saya manajer kasus dari
Yayasan LAYAK, dan saya tahu tentang klien dari rumah sakit.
Lalu saya juga memberitahukan peran saya, bahwa saya disini
untuk membantu pihak rumah sakit untuk memberikan dukungan
untuk pasien yg positif yang berada disini. Lalu kita wawancara
awal seperti saya bertanya tentang kronologis klien, kita tanya
tentang bagaimana dengan kesehatannya saat ini. Setelah sudah
mulai perkenalan dan segala macam yang tadi saya bilang, barulah
kita mulai proses identifikasi, kita tanya tanggal lahirnya berapa,
alamatnya dimana, dari mana kamu terkena, trus bagaimana
keluarga setelah mengetahui tentang status, dia kita catat
semuanya. Lalu kita tanyakan pemahaman dia tentang HIV ini,
apakah dia mengetahui apa itu HIV, awalnya kita berikan
penjelasan tentang HIV ini, dari mana saja penularannya, sehingga
dia bisa paham dulu tentang penyakitnya. Jadi kita kasih informasi
awal tentang HIV ini dulu.
Bagaimana proses Kalau waktu itu klien saya UB, pada saat itu dia sedang dirawat di
klien UB dan RW RSPI, saya dapat informasi tentang dia dari pihak rumah sakit
ketika setuju untuk yang menyatakan kalau klien membutuhkan pendampingan dari
menjadi klien? manajer kasus. lalu saya temui UB, yang pada saat itu UB sedang
dirawat dirumah sakit, lalu saya perkenalkan diri saya seperti yang
tadi saya bilang, kalau saya tahu tentang klien dari rumah sakit
supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Lalu saya tanya tanya
sama dia sudah berapa lama disini, bagaimana sampai dia bisa
dirawat. Lalu saya tanya ke dia kalau dia bersedia untuk menerima
layanan kita, maka ada form persetujuannya sebagai bukti bahwa
kerahasiaannya akan kita jaga dan juga berisikan tentang hak dia
apa dan kewajiban kita apa. Setelah dia setuju untuk menjadi
klien, barulah kita lakukan proses identifikasi, saya tanyakan
identitas klien, dan klien UB ini menyatakan kalau dia terkena
HIV ini dari suaminya, dan anaknya yang kedua juga positif tetapi
anaknya yang pertama negatif. UB pada saat itu juga mulai
membuka diri.
Kalau klien RW sudah tanda tangan kontrak waktu manajer
kasusnya masih mba murli, jadi setelah pindah ke saya, tidak perlu
tanda tangan kontrak lagi. karna kan tetap ditangani oleh manajer
kasus Yayasan LAYAK.
Apakah ada intake Iya jadi saya juga menyampaikan kepada dia bahwa kalau dia
form atau menerima layanan saya, nanti ada formnya yang didalamnya berisi
persetujuan untuk tentang hak dan tanggung jawab klien. dan juga kita jelaskan
menjadi klien? bahwa kerahasiaan klien juga akan kita jaga. Sehingga pada tahap
selanjutnya, klien akan merasa nyaman untuk membuka diri
dengan kita.
Asesmen (Assessment)
Bagaimana proses Setelah wawancara awal dengan klien dan melakukan identifikasi,
menggali memberi informasi-informasi tentang pemahaman HIV/AIDS,
informasi klien, secara tidak langsung klien yang dengan sendirinya membuka diri.
sampai klien mau Tetapi ada juga klien yang tidak dengan mudah membuka diri.
terbuka dan Jadi kita sebagai manajer kasus harus lebih aktif bertanya pastinya
menceritakan sehingga nanti lama-kelamaan klien sendiri yang akan bercerita
masalahnya? panjang lebar tentang permasalahan apa saja yang dialami. Proses
asesmen juga tidak dilakukan cuma sekali, karna akan ada
permasalahan baru atau yang tidak sesuai rencana jadi sepanjang
itu dilakukan assessment-planning terus menerus. Proses asesmen
klien juga kita tanyakan tentang bagaimana kronologis kasus klien,
kenapa klien bisa terkena HIV/AIDS, lalu siapa saja yang
terinfeksi di dalam keluarga, kita juga melihat dan bertanya
bagaimana kondisi kesehatan tubuh yang dirasakan klien sebelum
dan saat sekarang terinfeksi, kita juga menanyakan tentang
psikologis dan sosial klien. sesuai yang ada di dalam form
manajemen kasus.
Jelaskan proses Kalau pada klien UB saat itu, setelah melakukan intake, setelah
asesmen pada memberikan pemahaman tentang apa yang dia alami, lalu kita
klien UB dan RW? asesmen, kaitannya dengan asesmen tentang kondisi kesehatan
Apa saja masalah klien, asesmen tentang permasalahan-permasalahan sosial yang dia
yang dialami klien hadapi. Jadi pada saat itu saya tanyakan apakah orang tua kamu
UB dan RW saat sudah tahu tentang status kamu, apakah anak-anak kamu sudah
itu? tahu, apakah kamu sudah paham tentang apa yang kamu alami saat
ini dan juga masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi dengan
status penyakit kamu ini, bagaimana reaksi keluarga setelah
mengetahui statusnya dia. Orang tua UB saat itu sudah
mengetahuinya, orang tuanya selalu menjaganya. Dan pada saat
itu dia juga bingung dengan keadaan suaminya yang drop banget
dirumah, saat itu suaminya masih ada. Jadi klien minta bantuan
dari kita, supaya kita bertemu juga dengan suaminya untuk
membantu memberikan dukungan. dan klien juga bilang kalau dia
bingung dan kurang memahami dengan pengobatan anaknya nanti,
dia takut kalau dia salah dikit, malah nanti jadi fatal. Makanya
pada tahap asesmen ini, kita juga membantu menjelaskan kepada
klien tentang penyakit yang dialaminya. Karna banyak juga yang
tidak paham bahwa ARV ini diminum seumur hidup, jadi kita juga
menekankan kepada klien bahwa ARV itu harus diminum setiap
hari supaya selalu sehat, dan anggap saja obat ini seperti vitamin
yang harus diminum setiap hari. Kita juga selalu kasih tahu untuk
menjaga pola makan yang sehat, supaya dia bisa menjaga
kesehatannya supaya stabil. Karena banyak yang kurang
memahami tentang penyakitnya, tidak sedikit juga orang-orang
yang seperti ini dengan mudah jadi putus minum obat.
Kalau klien RW kan waktu itu ditangani oleh ibu murli, tetapi saya
dan ibu murli selalu berkoordinasi tentang masalah yang dialami
klien sesama manajer kasus Yayasan LAYAK, jadi saat bu murli
sudah tidak aktif lagi, masih tetap ditangani oleh manajer kasus di
Yayasan LAYAK, cuma orangnya saja yang berbeda. Pada saat itu
klien RW, sangat bingung tentang bagaimana menjelaskan kepada
kedua anaknya tentang statusnya dan menjelaskan kepada anak-
anaknya tentang status positif yang dialami mereka juga. Waktu
itu dia takut kalau anaknya tidak bisa menerima, dan akan putus
asa. Dari situ kita gali terus kenapa klien bisa takut untuk
membuka statusnya, kita cari tahu sampai klien yang bisa merasa
kalau dia memang harus berani membuka statusnya dan status
anak-anaknya ke mereka. RW juga mengakui bahwa dia masih
belum memahami tentang penyakit yang dialaminya.
Apakah manajer Ada klien yang memang tidak mau kalau statusnya diketahui
kasus hanya orang lain karena memang dia saja bingung bagaimana cara dia
mengetahui membuka statusnya kepada yang lainnya. Tetapi ada juga klien
informasi tersebut yang memang anggota keluarganya sudah mengetahui tentang
hanya dari klien statusnya tetapi dia hanya belum terbuka dengan pasangannya.
saja atau dari Biasanya kalau klien tidak mau statusnya diketahui orang lain itu,
orang lain juga kita hanya mendapat informasinya hanya dari klien saja. Tetapi
seperti teman klien kalau ada klien yang anggota keluarganya sudah mengetahui kita
atau anggota pun bisa dapat informasi dari pihak keluarga juga, karna pihak
keluarga klien? keluarga yang nantinya juga akan mendukung klien dalam
melaksanakan apa yang direncanakan. Tetapi masih dalam konteks
persetujuan dari klien juga. Kalau klien tidak setuju untuk kita
tanya informasi lain dari orang sekitar, maka kita hanya mendapat
informasinya hanya dari klien saja.
Kalau klien UB, kita tahu informasi tentang klien dari orang
tuanya juga, dari ibunya. Karna kan suaminya juga sedang sakit
saat itu, jadi tidak memungkinkan kita intervensi dengan suami.
Jadi hanya dengan orang tuanya saja.
Apakah ada form iya ada form asesmennya, nanti kamu bisa lihat kalau kamu mau
asesmententang lihat ya. Tetapi ini sifatnya sangat rahasia yah. Karena kita
klien? menjaga kerahasiaan klien juga sesuai dengan prinsip-prinsip
pekerja sosial, jadi tidak bisa disebarluaskan.
Di dalam form manajemen kasus isinya tentang biodata klien, ada
juga tentang kronologis kasus klien, kenapa klien bisa terkena HIV
ini. Ada tentang kesehatan klien. Ada juga tentang monitoring dan
evaluasinya. Jadi permasalahan yang dialami oleh klien dilist, lalu
dicatat apa saja yang dibutuhkan, lalu kita hubungkan dengan
sumber-sumber yang dibutuhkan oleh klien.
Kapan asesmen Ya, asesmen itu dilakukan bisa bersamaan setelah wawancara awal
tersebut dan tanda tangan kontrak, bisa juga dilain hari sesuai kodisi
dilakukan? Apakah kesehatan klien. apakah memungkinkan untuk meneruskan proses
bersamaan dengan asesmen, ataukah tidak memungkinkan diteruskan, sehingga
intake? dibuatkan jadwal kapan akan bertemu lagi.
Perencanaan (Planning)
Bagaimana proses Jadi setelah diketahui permasalahannya apa, kebutuhannya apa,
perencanaan yang baru kita buat rencana bersama dengan klien, iya ada perencanaan
dilakukan manajer awal yang kita buat bersama dengan klien. Ada kolomnya yang
kasus setelah tersedia, tetapi kita hanya tulis intinya saja karena keterbatasan
menggali kolom, sehingga kita bisa jadikan acuan,saat klien sudah berhasil
permasalahan pada atau belum berhasil melaksanakannya. Kalau belum berhasil, nanti
tahap asesmen? bisa di evaluasi dan dibuat rencana ulang.
Jelaskan proses Seperti pada tahap asesmen pada klien UB, dia saat itu sakit dan
perencanaan yang membutuhkan arahan untuk pengobatannya, dan juga supaya
dibuat manajer anaknya bisa terjaga agar tidak mudah sakit juga. Jadi dari awal
kasus untuk klien klien mengakui kalau klien belum memahami tentang HIV itu
UB dan RW secara mendalam. Kita juga buat rencana, karna UB yang meminta
setelah tahap kita untuk menemui suaminya, membantu support suaminya karna
asesmen? suaminya pada saat itu positif tetapi juga dalam kondisi belum
menerima ststusnya sendiri. Jadi kita membuat rencana bersamaan
dengan klien, sekiranya kapan kita bisa melakukan home visit
kerumah klien dan bertemu suaminya. Lalu rencana selanjutnya
saat itu juga kita menghubungkan klien dengan LSM yang sedang
mengadakan pertemuan keluarga tentang anak yang positif,
tentang ibu yang positif. Supaya klien bisa mendapat banyak
informasi bukan hanya dari kita, tetapi dari sumber-sumber yang
terkait yang kita hubungkan klien ke LSM tersebut.
Sedangkan Kalau RW saat itu dia bingung bagaimana membuka
status dirinya ke anaknya dan bagaimana menjelaskan ke anak-
anaknya juga tentang status mereka. karna dia juga single parent
karna meninggalnya suaminya. Jadi rencana yang kita buat, kita
ajak klien ikut sharing dengan kelompok dukungan sebaya untuk
meningkatkan percaya diri klien, setelah itu klien harus berani
bicara kepada kedua anaknya dengan memberikan penjelasan yang
mudah dimengerti anak-anak.
Dan pada saat dia bingung dengan statusnya, apakah dia harus
jujur atau harus gimana dengan laki-laki yang saat itu sedang
dekat dengan dia, kita memberi masukan, kita beri dia motivasi
kepada klien supaya dia berani untuk membuka diri kepada
pasangannya jika memang serius.
Kapan proses Proses perencanaan dibuat iya bersamaan dengan asesmen, jadi
perencanaan itu setelah kita mengetahui masalahnya, apa yang dialami dan
dibuat? dibutuhkan oleh klien. kita langsung melakukan perencanaan.
Apakah bersamaan Tidak dilakukan dilain hari. Karna kan untuk melakukan
dengan asesmen? perencanaan ini dengan tahap asesmen tidak membutuhkan jeda
waktu yang lama. Nanti keburu lupa deh kliennya kalau
direncanainnya dilain hari setelah tahu masalahnya. Kalau sudah
kita buat rencana awal dengan klien, kita adakan case conference
dengan dokter dan juga psikolog di rumah sakit, kita juga pernah
datangkan salah seorang dari lembaga lain yang kita
rekomendasikan supaya klien bisa menerima layanan tersebut di
LSM lain
Apakah manajer Ya, kita membantu membuatkan jadwal pada tahap perencanaan
kasus membantu ini, seperti saat klien UB meminta kita untuk menemui suaminya,
membuat jadwal lalu kita sama sama buat jadwal, kapan sekiranya yang cocok. Dan
kepada klien untuk saat itu klien setuju supaya saya melakukan home visit setelah UB
mengarahkan klien pulang. kita juga selalu membuatkan jadwal kapan untuk bertemu
agar dapat lagi, contohnya bilang ke UB “kamu nanti kalai dua minggu
melaksanakan kontrol ke dokter, nanti ketemu aku ya” karna kan saat itu saya
yang stay di rumah sakit terus.
direncanakan? Kalau dengan klien RW, kita buatkan jadwal dengan klien yang
lain, kapan sekiranya klien yang lain bisa untuk bertemu dan
saling berbagi pengalaman dan bertukar fikiran. Nanti setelah kita
dapat waktunya, kita akan menghubungi klien RW juga.
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Iya untuk pelaksanaannya dilakukan secara langsung. Kita
pelaksanaan yang bertemu langsung dengan klien, kalau tidak bisa bertemu bisa by
dilakukan manajer phone.
kasus secara Tapi tetep kita lihat, kalau kita lihat pasien itu mampu, kita
langsung (direct arahkan dia, dia yg lakukan.contohnya seperti mengurus BPJS,
service)? Cuma kalau dulu bukan BPJS tetapi SKTM. Jadi kita arahkan
klien supaya bisa mengakses pengobatan dengan dana yang tidak
terlalu besar, jadi persyaratannya harus ada SKTM. jadi kalau ada
masalah apapun, saya menyuruh klien untuk laporan ke saya,
supaya bisa kita bantu dan kita arahkan. Sehingga kedepanya klien
bisa memahami sendiri, bisa mandiri sehingga klien tidak
ketergantungan dengan kita.
Bagaimana proses Jadi kalau secara tidak langsungnya, kita menghubungkan klien
pelaksanaan yang dengan LSM-LSM, seperti kita selalu membuat dan menyediakan
dilakukan manajer tempat untuk pertemuan dengan teman sebaya, bisa dirumah sakit,
kasus secara tidak bisa di Depok, jadi kita berikan wadah untuk mereka supaya
langsung (indirect mereka bisa sharing dan saling terbuka dengan yang sebaya.
service)? Kadang kita juga suka mengikutsertakan mereka untuk
(Seperti mengadakan penyuluhan di daerah mereka tentang HIV. Itu terkait
menghubungkan dengan program kita yang sekarang ya.
klien dengan
sumber daya yang
dibutuhkan berupa
lembaga sosial
lainnya, apakah
melakukan
intervensi terhadap
keluarga atau
teman supaya klien
bisa mendapatkan
apa yang
dibutuhkan?)
Jelaskan proses Kalau UB pada saat itu kita melakukan home visit sesuai yang
pelaksanaan klien direncanakan. Untuk menemui suaminya, memang pada saat itu
UB dan RW suaminya sedang berbaring, sedang dalam kondisi yang tidak
setelah tahap sehat. Kita juga tidak banyak berbicara dengan dia, karna
perencanaan yang kebetulan orangnya tertutup jadi kondisinya tidak memungkinkan
dibuat? kita untuk bicara banyak.
Waktu itu juga untuk UB sendiri kita hubungkan dengan salah satu
LSM juga yang memang khusus untuk menangani anak-anak yang
positif. Nah saya hubungkan UB dengan LSM tersebut, saya kasih
tahu kalau ada nih prtemuan keluarga dengan tema-tema misalnya
minggu ini tentang nutrisi anak,minggu depan tentang menghadapi
anak yang sudah mulai capek minum obat, dan lain-lain. Kalau
kamu mau, nih aku kasih tau tanggal sekian-sekian dan
dimananya, nanti bilang aja kalau kamu tahu dari Yayasan
LAYAK dari ibu lucy. Jadi kita kasih tau aja dan mereka yang
jalan sendiri. Jadi tidak selalu kita antar klien kesana.
Klien RW dan UB juga aku hubungkan dengan teman-teman
sebaya yang lainnya. Misalnya saat kita sudah jadwalkan untuk
bertemu di kantor kita di Depok untuk mengadakan pertemuan
dengan klien-klien dari semua manajer kasus, kita kumpulkan, kita
beri banyak informasi, kita datangkan pembicara-pembicaranya,
trus ada waktu juga untuk mereka supaya mereka bisa saling
bertukar fikiran.
Kita juga pernah menghubungkan klien dengan Dinas Sosial
supaya klien bisa menerima bantuan untuk mereka dan anak
mereka yang positif. Jadi pada saat bantuan dari Dinas Sosial itu
turun, kita salurkan ke mereka, kita adakan pertemuan lagi bisa di
kantor atau di rumah sakit, untuk memberikan bantuan dari Dinas
Sosial.
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Oh ini kita lakukan monev ya, monitoring evaluasi. Jadi kita
pemantauan yang memantau klien terlebih supaya klien dan anak bisa patuh untuk
dilakukan manajer minum obat. Karna kan dari awal kita selalu mengingatkan dia
kasus kepada klien bahwa obat itu harus selalu diminum. Kita selalu mengadakan
UB dan RW? pertemuan dengan dokter untuk menanyakan bagaimana
perkembangan klien A, B, atau C. Jadi kita memantau bukan
hanya dari pihak klien saja, tetapi dari pihak lain yang sudah kita
hubungkan juga. Awalnya sering bertemu sampai klien bisa tahu,
paham dan mengerti, kita malakukan pemantauan bisa sebulan
sekali saat klien kontrol ke rumah sakit, bisa tiga bulan sekali,
enam bulan sekali, bahkan setahun sekali, kita lihat dari klien,
apakah klien sudah mampu memahami, dan mengerti menjaga
kesehatan dirinya. Sampai klien sudah mandiri, baru kita
terminasi.
Tetapi itu tergantung, itu kan perencanaan kita tetapi biasanya
dilapangan berbeda dengan yang kita rencanakan. Kalau ditengah
jalan kita lihat klien mengalami masalah, dan ada yang mau
dikonsultasikan, bisa lebih awal kita bertemu lagi dengan klien
dan sepanjang itu terus dilakukan assessment-planning-
assessment-planning.
Apakah manajer Iya kita selalu berkomunikasi baik dengan klien, kadang kalau
kasus selalu tidak bisa bertemu, kita bisa komunikasian lewat telfon atau sms.
berkomunikasi Seperti untuk menanyakan apakah klien sudah kontrol belum, trus
dengan baik bagaimana kesehatan saat ini, apakah ada masalah lagi. kita selalu
kepada klien untuk tanyakan kepada klien.
bertanya tentang
yang sudah
dilaksanakan?
Evaluasi (Evaluation)
Bagaimana Kalau evaluasi biasanya kita ketemu, atau lewat telfon. Hampir
manajer kasus sama saat kita memantau klien. setelah kita tahu klien bagaimana
mengevaluasi atau saat kita melakukan pemantauan, kan kita tahu apakan
membahas kembali perencanaan yang kita buat bersama dengan klien apakah berjalan
apa yang sudah dengan baik atau perlu dilakukan rencana ulang. Kita lihat lagi,
terlaksana berjalan kalau ada yag belum selesai, maka kita lakukan asesmen lagi,
dengan baik atau perencanaan lagi sampai akhirnya klien cukup mandiri, maka kita
kurang baik pada lakukan terminasi.
klien UB dan RW?
Jelaskan evaluasi
yang dilakukan
manajer kasus
pada klien UB dan
RW setelah tahap
monitoring?
Apakah manajer Jadi untuk sesama manajer kasus, iya kita sering berkoordinas
kasus setiap bulan dengan manajer kasus di Yayasan LAYAK. Nah klo
mendiskusikannya ada kasus yang perlu sharing dengan teman-teman manajer kasus,
dengan sesama kita sharing-kan
manajer kasus atau Kalau dengan pihak medis juga kita sharing-kan jika ada masalah
pekerja sosial dengan obat yang diminum klien, maka kita diskusikan dengan
lainnya, pihak dokter. Misalnya klien cerita kalau klien jadi sesak dadanya
medis, ataupun minum ARV yang diberikan dokter, lalu kita ngomong sama
yang lainnya dokternya sesuai apa yang dialami klien.
(Sebutkan siapa Kita juga berkoordinasi dengan psikolog tetapi diluar klien UB
saja)? dan RW.
Pengakhiran (Termination)
Bagaimana proses Kalau proses terminasi itu karna dianggap klien sudah bisa
terminasi yang mandiri makanya kita terminasi. Selalu kita bicarakan jika mau
dilakukan manajer terminasi, tetapi proses terminasi itu kan berbeda-beda ya, ada
kasus? yang proses terminasi karena klien meninggal, karena klien tidak
bisa dihubungi juga karna klien sudah tidak mau dibantu, karna
klien pindah tanpa sepengetahuan kita. Kalau klien sudah mandiri
contohnya seperti klien sudah rajin berobat dan mengerti tentang
setiap pengobatan yang dijalaninya, klien sudah berhasil
bersosialisasi kembali dengan orang-orang yang sempat
mendiskriminasinya, klien sudah berhasil menyelesaikan setiap
masalahnya dan berhasil berdaya tanpa ketergantungan lagi
dengan kita.
Tetapi walaupun sudah tahap terminasi, kita masih berkomunikasi
baik dengan klien kaitannya misalnya ada bantuan dari
KEMENSOS untuk berdagang, untuk mereka berusaha, mendapat
dukungan modal. Karna kan ada klien saya juga yang memang
single parent, dia harus tetap menghidupi anaknya yang positif
juga. Jadi saya ingin membantu klien untuk meningkatkan
ekonominya. Ini kan bisa menjadi dukungan untuk klien supaya
klien bisa tetap semangat.
3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana Kalau sebagai sebagai advokat ibaratnya kita yang membela klien,
manajer kasus berbicara atas nama klien. seperti waktu itu klien UB tidak
berbicara atas mengerti dengan obat yang diberikan dokter, gunanya untuk apa,
nama klien untuk karna kan terlalu banyak obat juga untuk UB saat itu, terus kita
memberikan akses bantu untuk bertanya ke dokter apakah dokter ada waktu untuk
pelayanan kepada menjelaskan lagi ke klien UB tentang obat yang sudah diberikan,
klien supaya klien dan supaya dokter bisa menuliskan sedikit keterangan di plastik
bisa memperbaiki obatnya tentang guna dari obat tersebut.
kualitas hidupnya Dan akhirnya dokter menjelaskan ulang kepada klien dan
berdasarkan menuliskan guna dari obat tersebut. Karna kan klien HIV/AIDS itu
kepentingan klien? minum obat yang tidak sedikit, apalagi kalau klien tersebut
memiliki penyakit lain yang menyertainya, otomatis obat yang
diberikan akan lebih banyak. Tidak sedikit juga klien masih ada
yang belum memahami dengan pengobatannya.
Kita juga membantu klien RW, saat itu RW baru jujur kepada
mertuanya tentang statusnya dan status anak-anaknya yang positif.
Awalnya, keluarga almarhum suaminya itu kaget dengan
statusnya, dan belum bisa menerima, sehingga keluarga almarhum
malah menjaga jarang dengan RW dan anak-anaknya. Bahkan
mertua RW sangat menjaga barang-barang yang bekas dipakai
oleh anak-anak RW ketika sedang berkunjung kerumah mertuanya
itu, supaya langsung dibersihkan. Dan disitu saya membantu RW
untuk datang kerumah keluarga almarhum suaminya, dan
membantu menjelaskan kepada ibu almarhum suaminya tentang
HIV itu, saya mewakili RW untuk berbicara kepada ibu almarhum
suaminya supaya bisa menerima status RW dan tidak
mendiskriminasi dirinya dan anaknya, saya jelaskan tentang apa
itu HIV, cara penularannya, pengobatannya, dan lain-lain. RW
merasakan perubahan dari mertuanya menjadi bisa menerima klien
ketika hampir 3 bulan setelah saya bertemu dengan keluarga
almarhum.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana Kita menghubungkan klien dengan berbagai LSM, kita me-link-
manajer kasus kan seperti yang tadi sudah saya bilang, jadi misalnya klien perlu
mengarahkan klien informasi tentang perawatan gizi anak yang positif, kita
agar klien hubungkan klien ke LSM yang sedang mengadakan mengadakan
mendapat apa yang pertemuan tentang anak. kalau klien membutuhkan dukungan
klien butuhkan? supaya klien tidak merasa terpuruk sendirian, kita hubungkan klien
dengan teman sebaya supaya klien bisa saling bertukar fikiran.
Kalau klien membutuhkan kita untuk membantunya untuk
berbicara kepada pihak keluarga tentang statusnya, maka kita
bantu klien dan kita buat jadwal. Kalau klien butuh bantuan untuk
meningkatkan teraf ekonomi klien, kita hubungkan dengan
DINSOS atau KEMENSOS jika ada bantuan dari DINSOS atau
KEMENSOS untuk ODHA. Jadi kita selalu menghubungkan klien
dengan LSM yang memang kita anggap klien membutuhkan itu
untuk dapat menyelesaikan permasalahan klien, yang tujuannya
adalah supaya klien bisa mengelola permasalahannya sendiri
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana Ini inti dari seorang manajer kasus ya, berkoordinasi dengan
manajer kasus profesional lainnya yang berkaitan dengan klien. Berhubungan
menjalankan dengan jejaring yang ada di wilayah jakut seperti LSM-LSM ,
perannya sebagai seperti kita menghubungkan klien UB ke LSM untuk memberikan
koordinator informasi tentang nutrisi anak yang positif. Kita juga
pelayanan? menghubungkan klien pada saat itu dengan LSM yang
memberikan susu untuk anak yang baru lahir, karna kan kalau ibu
positif, tidak boleh menyusui anaknya, makanya kita hubungkan
dengan lembaga sosial waktu itu yang memberikan susu gratis
untuk anaknya. kita hubungkan juga klien dengan KEMENSOS
dan DINSOS untuk mendapatkan bantuan. Jika klien
membutuhkan penguatan, kita hubungkan klien dengan kelompok
dukungan sebaya atau kita kenalkan dengan beberapa klien kita
yang memiliki kasus yang sama sehingga mereka bisa saling
sharing dan bertukar fikiran. Kita selalu hubungkan klien apa yang
klien butuhkan atau yang kita rasa klien tersebut membutuhkannya
Manajer kasus Dengan pihak rumah sakit, psikolog, sesama manajer kasus, LSM-
berkoordinasi LSM, DINSOS, KEMENSOS, dengan semua jaringan yang ada
dengan siapa saja kita hubungkan sesuai yang klien butuhkan.
dalam menangani
klien?
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Iya kita selalu menjelaskan tujuan dari pelayanan ini supaya kamu
kasus memberikan bisa berdaya, bisa mengelola kasusmu sendiri, dan yang utama
informasi tentang adalah supaya kamu bisa patuh untuk minum obat. Kita selalu
tujuan pelayanan memberikan masukan dan motivasi kepada klien untuk tetap
kesehatan yang semangat. Dengan adanya pelayanan yang kita berikan akan
diberikan? membantu klien supaya klien bisa lebih memahami tentang apa
yang dia alami.
Bagaimana Kita melakukan konsultasi dengan klien terjadi pada tahap
manajer kasus asesmen yaitu penggalian masalah. disitu kita mulai mengetahui
mengidentifikasi dan mengidentifikasi apa sih yang sebenarnya dialami klien,
permasalahan yang dirasakan klien. setelah kita mendengarkan yang diceritakan klien,
dialami klien semakin lama kita mengerti apa yang dialami klien, sehingga kita
sampai bisa membantu klien memberikan rekomendasi untuk
memberikan menyelesaikan masalah klien. setuju atau tidaknya klien dengan
rekomendasi solusi apa yang kita rekomendasikan, itu tergantung klien. kita tidak bisa
untuk klien? memaksakan. Tetapi kita memberikan penjelasan dari setiap
rekomendasi yang kita tawarkan apa saja manfaatnya.
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Iya seperti ada klien yang belum terbuka dengan orang tuanya
kasus juga karna takut, kita bantu untuk pendekatan dengan orang tuanya, kita
memiliki relasi melakukan konseling dengan orang tuanya untuk mengetahui
yang baik dengan banyak informasi tentang klien juga, kita jelaskan tentang HIV ini,
anggota keluarga sehingga orang tuanya bisa menerima status klien jika orang
klien? tuanya sudah mengerti tentang penyakit yang dialami klien, hal itu
bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi semangat dan
yang melemahkan klien barulah kita menjelaskan kepada orang
tuanya bahwa pengobatan ini terus diminum seumur hidup, kita
beri informasi tentang apapun itu terkait sakit yang dirasakan
klien. Itu juga atas persetujuan klien, kalau klien yang meminta
kita untuk membantunya melakukan pendekatan dengan
keluarganya, kita akan bantu, tetapi jika klien belum siap dan tidak
mau kita pendekatan dengan keluarganya, kita juga tidak
memaksakan.
Bagaimana Iya kita kan juga selain memahami tentang psikososial seseorang
manajer kasus kita juga harus banyak mengetahui informasi-informasi di bidang
memberikan kita. Saya seperti fokus pada program HIV/AIDS, dan saya juga
informasi tentang harus memahami tentang informasi-informasi terkait HIV/AIDS,
masalah terkait seperti cara penularannya, pencegahannya, trus harus tes-tes apa
klien dan juga saja. Tetapi kalau lebih detailnya di bidang pengobatannya, kita
tentang masalah selalu ajarkan klien supaya klien bertanya kepada dokter jika ada
medis yg klien yang kurang jelas, jangan malu untuk bertanya, yang penting kita
butuhkan? selalu memberika dukungan supaya klien patuh untuk minum obat,
bisa semangat untuk hidup lebih baik lagi dan tidak menyebarkan
virus itu ke orang lain.
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana peran Iya pada tahapan manajemen kasuspun ada tahapan perencanaan,
manajer kasus nah tugas kita sebagai perencana adalah untuk merencanakan apa
sebagai perencana yang klien butuhkan. Setelah pada tahapan penggalian masalah
dalam tahap kan kita mengetahui apa saja yang klien butuhkan. Lalu setelah
manajemen kasus kita mengetahui, kita rencanakan supaya klien bisa
ini? melaksanakannya. Kita membantu klien memberikan solusi, kita
menghubungkan klien dengan apa yang klien butuhkan. Itu ada
pada tahap perencanaan dan tugas manajer kasus sebagai
perencana.
Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)
Bagaimana Kita membantu klien dalam menyelesaikan masalah dengan
manajer kasus mengikuti tahap-tahap manajemen kasus tadi. Sehingga lebih
membantu klien teratur dari menggali masalah, merencanakan, implementasinya,
menyelesaikan evaluasinya,jadi lebih teratur. Kita hubungkan klien dengan LSM-
masalah mereka? LSM, DINSOS, KEMENSOS supaya klien bisa dapat bantuan,
jadi klien yang punya masalah dengan ekonominya dalam
pengobatan dan mengurus anaknya yang positif bisa kita
hubungkan supaya mendapat bantuan. Kita hubungkan klien
dengan teman sebaya juga jika klien merasa putus asa sehingga
membutuhkan penguatan, sehingga masalah klien satu persatu
terselesaikan dan supaya klien juga punya link yang luas supaya
klien juga bisa lebih mandiri nantinya. Sampai saat ini klien UB
bisa memahami tentang HIV ini, dan dia bisa mengajarkannya
kepada anaknya yang positif juga, bahkan klien UB saat ini juga
sudah memiliki usaha sendiri dengan modal yang diberikan oleh
pemerintah, karena kita yang menghubungkan klien supaya klien
bisa mendapat bantuan modal. Sedangkan klien RW saat ini sudah
mandiri juga dan sudah berani membuka status dirinya dan anak-
anaknya kepada kedua anaknya, sampai saat ini RW berhasil
mendidik anak-anaknya dengan pengetahuan yang dimilikinya
tentang HIV untuk menguatkan anak-anaknya. RW juga bekerja
pada LSM yaitu Yayasan KOTEX yang dulunya dibentuk dari
perkumpulan saja yang dikumpulkan oleh Yayasan LAYAK. dan
saat ini RW sudah menikah dan memiliki keluarga baru.
Siapa saja yang Siapapun yang berhubungan dengan permasalahan mereka.
terlibat ? Banyak yang terlibat, seperti keluarga, orang tua, pihak rumah
sakit, DINSOS, KEMENSOS, manajer kasus LAYAK yang
lainnya, LSM-LSM atau yang lainnya yang sesuai dengan yang
dibutuhkan klien.
Peran sebagai Pemegang catatan kasus (recordkeeper)
Bagaimana Iya seperti tes CD4, CD4 itu kan untuk mengetahui kekebalan
manajer kasus tubuh klien, jadi kita kasih tahu klien untuk cek CD4 paling cepat
membuat dan setiap 3 bulan sekali, atau paling lama 6 bulan sekali. Karna untuk
mengumpulkan mengetahui apakah pengobatan atau obat yang diberikan dokter
dokumen- berhasil, apakah obat tersebut bagus untuk dia. Setelah klien
dokumen penting melakukan tes CD4 biasanya kita minta hasilnya atau kita copy
yan berhubungan hasilnya sebagai data kita.
dengan klien? Lalu kita catat tentang kronologis klien, data diri klien, asesmen
kesehatan klien, kita catat didalam form manajemen kasus. akan
tetapi karena keterbatasan kolom, kita hanya mencatat intinya saja
dengan singkat. Padahal kalau kolomnya lebih besar, kita bisa
mencatat lebih detail tanpa harus disingkat.
Hasil Transkrip Wawancara
Informan : Manajer Kasus
Nama : Ribka Pittaria M.Si
Tempat : Kantor Yayasan LAYAK

Observasi : Wawancara dilakukan di kantor Yayasan LAYAK Citayam 3


Depok dengan santai sambil duduk dikursi saat pekerja sosial telah selesai istirahat makan siang.
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Waktu : 13.00 WIB


No Materi Wawancara Pertanyaan Jawaban
1 Gambaran Umum Lembaga
Mengapa karena manajemen kasus ini bertujuan agar membuat klien yang
manajemen kasus kita tangani menjadi lebih terarah dengan adanya bantuan dari
menjadi sebuah manajer kasus untuk membantu menyelesaikan masalah mereka.
metode masalah yang muncul dari isu-isu HIV disini juga sangat banyak
penanganan yang seperti karna adanya diskriminasi dari masyarakat sekitar dengan
digunakan dalam orang-orang yang berstatus positif. Maka manajemen kasus dalam
proses pelayanan isu HIV ini sangat diperlukan bagi ODHA. Supaya mereka bisa
di Yayasan mendapat pelayanan yang mereka perlukan seperti pada bidang
LAYAK ini? kesehatan maupun mental klien.
Apakah tujuannya Kalau tujuannya untuk pemberdayaan. Kita ingin supaya ODHA
digunakan bisa berdaya. Tidak ingin kemudian ODHA menjadi pribadi yang
manajemen kasus ketergantungan dengan orang lain
dalam menangani
klien ODHA di
Yayasan LAYAK
ini?
2 Tahapan Manajemen Kasus
Wawancara Awal (Intake)
Bagaimana proses Proses awalnya kalau program saat itu hanya dapat rujukan dari
wawancara awal rumah sakit. Tetapi kalaupun ada klien yang datang sendiri ke kita,
dengan klien, karna mungkin klien sudah mengetahui tentang kita. Kita juga
sehingga klien akan tetap terima. Kita arahkan klien supaya klien yang memang
mau untuk menjadi tidak dirujuk dari rumah sakit, supaya tahu dimana rumah sakit
klien? yang menyediakan ARV.
Kalau saya tidak menangani klien secara langsung, tetapi saya ikut
mendampingi, juga untuk mengkoordinasikan saat melaksanakan
penyuluhan, saat melaksanakan mobile VCT . tetap dalam satu
penanganan tetapi dalam set-up yang berbeda. Karna kan saya
baru bergabung dengan LAYAK pada tahun 2014, jadi saya tidak
dari awal mendampingi.karna kan programnya sudah habis tahun
2015, jadi saya hanya setahun ikut mendampingi. Nah kalau yang
dirujuk dari rumah sakit, sudah diketahui permasalahan yang
dihadapinya. Lalu dirujuk ke kita. Lalu awalnya kita tanya-tanya
tentang biodata klien, dan kita jelaskan tentang hak dan tanggung
jawab klien jika setuju menjadi klien, dari situ nanti kita bisa
sekalian lakukan asesmen.
Kalau program sekarang kan lebih kepada melatih kader, dan
kader yang akan mendampingi mereka. jadi kita mengadakan
mobile VCT didaerah mereka, kita yang mengundang tenaga
medisnya, kita yang mengundang narasumbernya untuk sekalian
memberikan penyuluhan. Lalu jika ada yang positif, kita
melakukan wawancara awal. Dengan didampingi kader. Kita
sekalian mengajarkan kader. Nanti selanjutnya baru kader yang
akan terus mendampingi klien. kalau ada yang tidak dimengerti
kader, kita akan tetap bantu.
Apakah ada intake Jadi kalau sudah wawancara awal dan dia bersedia untuk menjadi
form atau klien, kita bacakan hak dan kewajiban klien yang ada didalam
persetujuan untuk intake form tersebut. Nah setelah dia setuju tentang hak dan
menjadi klien? kewajiban klien, barulah dia tanda tangan di form tersebut.
Iya didalam intake form itu ada isinya tentang hak seorang klien
dan ada juga tanggung jawab klien, lalu isinya yang menyatakan
bahwa dia setuju untuk menjadi klien.
Asesmen (Assessment)
Bagaimana proses Kalau itu dari kitanya harus bersikap seperti teman, bukan seperti
menggali menggurui, jadi setelah kita buat supaya klien merasa nyaman
informasi klien, dulu dengan kita, kita jelaskan supaya klien yakin kalau dengan
sampai klien mau didampingi oleh manajer kasus Yayasan LAYAK, klien akan lebih
terbuka dan memahami apa yang dialaminya, dia juga akan bisa mengelola
menceritakan kasusnya sendiri nanti setelah tidak didampingi dengan kita lagi.
masalahnya? Kalau klien sudah merasa nyaman dengan kita, maka dia akan
lebih mudah terbuka dengan kita. Setelah mengetahui apa yang
dialami klien, kita mengidentifikasi dan memahami apa yang
menjadi kebutuhan klien.
Apakah manajer Sebagai manajer kasus tetap bertindak atas kemauan klien juga,
kasus hanya tidak bisa memaksa klien agar diizinkan supaya kita mendapat
mengetahui informasi dari orang lain. jadi hanya melalui klien saja dapat
informasi tersebut informasinya jika klien belum siap statusnya diketahui orang lain.
hanya dari klien tetapi kalau ada pihak keluarga yang memang sudah mengetahui
saja atau dari tentang status klien, dan malah merawat klien uga. Maka kita bisa
orang lain juga melakukan intervensi juga dengan keluarga.
seperti teman klien
atau anggota
keluarga klien?
Apakah ada form Iya ada form asesmen yang dibuat tentang klien. Biodata-biodata
assessment tentang klien, tentang bagaimana kronologis kasus klien. Kita ada form-
klien? formnya jadi tinggal diisi aja.
Perencanaan (Planning)
Bagaimana proses Kalau perencanaan biasanya dibuat saat klien sudah banyak
perencanaan yang bercerita tentang permasalahannya saat klien sudah merasa lega
dilakukan manajer meluapkan apa yang dia rasakan, yaitu pada tahap asesmen tadi.
kasus setelah Lalu kita bisa memahami apa yang dirasakan klien, sehingga
menggali klien dan kita bisa cari solusi bersama-sama, apa yang perlu
permasalahan pada dilakukan oleh klien untuk dapat menyelesaikan masalah yang di
tahap asesmen? hadapi dan memenuhi kebutuhan yang dia butuhkan.
Apakah manajer Iya kita selalu membantu klien membuat jadwal agar yang kita
kasus membantu rencanakan bisa lebih terstruktur. Karna kan kita juga memantau
membuat jadwal perkembangan klien, kita juga selalu berkoordinasi dengan
kepada klien untuk dokter atau pihak rumah sakit terkait.
mengarahkan klien Kita selalu memberi arahan kepada klien untuk kontrol, untuk
agar dapat tes CD4, dan tes yang lainnya.
melaksanakan yang
direncanakan?
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Secara langsungnya kita bertemu dengan klien untuk membantu
pelaksanaan yang klien melaksanakan yang sudah direncanakan, jika ada kendala
dilakukan manajer nanti dibicarakan lagi.
kasus secara
langsung?
Bagaimana proses Proses secara tidak langsungnya kita lakukan dengan cara
pelaksanaan yang melakukan intervensi dengan anggota keluarga, atau teman dekat
dilakukan manajer klien. Kita juga mengarahkan klien ke dokter-dokter spesialis
kasus secara tidak kalau klien memiliki sakit yang menyertainya. Kita mengajak
langsung? klien bertemu dan sharing dengan teman sebaya supaya klien
bisa berbagi pengalaman dan bertukar cerita. Pokoknya kita
menghubungkan klien dengan LSM-LSM sesuai yang
dibutuhkan oleh klien.
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Kita menghubungi klien untuk menanyakan bagaimana proses
pemantauan yang pelaksanaannya, apakah ada kendala atau tidak. Tetapi biasanya
dilakukan manajer klien yang menghubungi manajer kasus duluan ketika ada
kasus kepada klien? kendala dalam pelaksanaannya.
Apakah manajer Iya selalu berkomunikasi dengan baik lewat telfon. Bahkan
kasus selalu klien-kliennya mba lusi yang memang kenal dengan saya, juga
berkomunikasi suka menelfon saya.
dengan baik kepada
klien untuk bertanya
tentang yang sudah
dilaksanakan?
Evaluasi (Evaluation)
Bagaimana manajer Kalau ada masalah yang memang sudah direncanakan tetapi
kasus pernah masih ada kendala, saya dan bu lusi sering berdiskusi tentang
mengevaluasi atau klien yang ditangani, sehingga kita bisa saling membantu
membahas kembali memikirkan solusi terbaik untuk membantu klien. kalau ada
apa yang sudah bantuan dari DINSOS atau KEMENSOS untuk ODHA, saya
terlaksana berjalan membantu bu lusi untuk menginfokan kepada klien untuk
dengan baik atau mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan.
kurang baik?
Pengakhiran (Termination)
Bagaimana proses Kalau terminasi, ada yang dibicarakan dengan klien bahwa klien
terminasi yang dianggap sudah mampu membuat diri mereka sendiri menjadi
dilakukan manajer berdaya dan diakhiri proses manajemen kasus ini. Tetapi tetap
kasus? bisa berkomunikasi dengan baik kalau memang ada
permasalahan lain yang dialami oleh klien.
Ada juga kita memutuskannya sendiri, jadi tidak dibicarakan
dengan klien dulu sebelumnya. Ada yang karna klien hilang
tidak ada kabar, ada juga yang emang pindah rumah, ada juga
yang meninggal dunia.
apakah ada form Iya ada didalam form manajemen kasus. Didalamnya ada yang
untuk terminasi? dari tahap asesmen bahkan sampai terminasi.
3 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana manajer Paling kita selalu berbicara dengan LSM lain supaya klien bisa
kasus berbicara atas menerima layanan sesuai kebutuhan klien. karna kan kita kasih
nama klien untuk tahu klien misalnya ada kegiatan di LSM tersebut lalu klien tiba-
memberikan akses tiba datang saja kesana, kan gak bisa. Jadi kita dulu yang bicara
pelayanan kepada dengan LSM tersebut yang sedang mengadakan kegiatan, bahwa
klien supaya klien klien A,B,C dan seterusnya ingin mengikuti kegiatan tersebut,
bisa memperbaiki karena misalnya kurang pemahaman, kurang motivasi, dan lain-
kualitas hidupnya lain. nah setelah kita kasih tahu sama LSM lain nama-nama klien
berdasarkan kita yang bersedia mengikuti kegiatan tersebut, barulah klien
kepentingan klien? datang ke lokasi. Dan juga supaya klien datang ke lokasi
tersebut, bisa langsung dikenal dengan salah satu orang yang
koordinasi dengan kita di LSM tersebut.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana manajer Jadi kita arahkan klien ke LSM yang memang dibutuhkan klien.
kasus mengarahkan seperti untuk penguatan klien, kita bisa ikut sertakan klien saat
klien agar klien ada pertemuan dengan teman sebaya. Kita arahkan klien untuk
mendapat apa yang mengikuti penyuluhan tentang HIV yang kita adakan bersama
klien butuhkan? denga LSM lain. kalau mau mengadakan mobile VCT, kita
hubungkan dengan pihak medis, kita hubungkan juga dengan
psikolog untuk konselingnya sebelum melakukan tes VCT jadi
kita hubungkan klien dengan profesi lainnya sesuai dengan
kebutuhan klien. Broker juga tidak jauh berbeda dengan peran
kita sebagai fasilitator. Karna fasilitator juga bertugas untuk
memfasilitasi proses penyediaan layanan kan melalui LSM,
pemerintah atau organisasi lainnya
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana manajer Kita selalu berkoordinasi dengan profesi lainnya, seperti dengan
kasus menjalankan dokter, LSM-LSM, dengan DINSOS, dengan KEMENSOS,
perannya sebagai dengan manajer kasus lainnya untuk memperluas informasi, dan
koordinator pengetahuan kita. Seperti ibu lusi yang selalu berkoordinasi
pelayanan? dengan saya jika ada permasalahan klien yang memang sulit
untuk ditangani dan memerlukan bantuan. Jadi saya dan ibu lusi
sama sama memikirkan solusinya dan bagaimana nanti kita bantu
untuk mengimplementasikannya.
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Kita selalu berikan informasi kepada klien bahkan bukan hanya
kasus memberikan terkait tentang permasalahan yang dialami klien saja. Tapi kita
informasi tentang berikan informasi apapun yang memang kita menganggap klien
tujuan pelayanan membutuhkan itu. karna kan kita sebagai konsultan harus
kesehatan yang memahami apa yang dialami klien, pada tahap asesmen kita
diberikan? mengetahuinya setelah menggali masalah klien,
Bagaimana manajer Kita mengidentifikasi permasalahan yang dialami klien saat klien
kasus bercerita tentang masalahnya kepada kita, dan kita juga tetap
mengidentifikasi bertanya dan menggali masalah yang dialami klien sampai detail
permasalahan yang sehingga kita bisa memberikan rekomendasi solusi untuk klien.
dialami klien sampai
memberikan
rekomendasi solusi
untuk klien?
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Iya sejauh ini yang saya tau sih iya. Karna ada anggota keluarga
kasus juga memiliki klien-kliennya ibu lusi yang memang dekat juga dengan ibu lusi.
relasi yang baik Karna saya sendiri juga memiliki relasi yang baik dengan
dengan anggota anggota keluarga klien ibu lusi saat ini, seperti anaknya,
keluarga klien? suaminya, atau orang tuanya yang masih ada.
Bagaimana manajer Saat klien dan manajer kasus melakukan asesmen atau
kasus memberikan penggalian masalah, dari situ kita mengarahkan klien untuk
informasi tentang melakukan pengobatan yang diperlukan. Kita juga selalu
masalah terkait klienmemberikan informasi jika klien tidak mau melakukan
dan juga tentang pengobatan, atau klien putus minum obat. Kita selalu kasih tahu
masalah medis yg bahaya dan manfaat dari minum dan putus minum obat itu. kita
klien butuhkan? selalu kasih motivasi untuk klien. supaya klien bisa semangat
lagi.
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana peran Jadi kita berperan disini membantu klien dari menggali
manajer kasus permasalahan, sehingga kita memahami permasalahan yang
sebagai perencana dialami klien, barulah kita bisa membantu klien mencari solusi.
dalam tahap Setelah membantu klien mencari solusi bersama-sama kita buat
manajemen kasus apa yang harus dilakukan untuk menjalankan solusi yang sudah
ini? kita buat. Jadi kita menghubungkan klien dengan profesional lain
juga itu adalah peran kita sebagai perencana.
Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)
Bagaimana manajer Kita membantu klien dengan mengasesmen klien dulu, trus kita
kasus membantu rencanakan, kita bantu klien dalam mengimplementasikannya.
klien menyelesaikan Ya dengan cara menghubungkan klien dengan profesional lain
masalah mereka? yang memang dibutuhkan oleh klien. Tetapi kita juga tetap
membuat klien supaya bisa mandiri nantinya dan tidak
ketergantungan lagi dengan kita atau dalam arti klien sudah bisa
mengelola kasusnya sendiri.
Siapa saja yang Yang terlibat adalah pihak rumah sakit, psikolog dirumah sakit,
terlibat ? jika ada permasalahan kejiwaan yang dialami klien, profesional
lain yang memang dibutuhkan oleh klien untuk membantu klien
memecahkan masalahnya. Jadi kita selalu hubungkan klien.
Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)
Bagaimana manajer Kita selalu catat didalam form manajemen kasus inti
kasus membuat dan permasalahan yang dialami klien, lalu dicatat juga inti dari
mengumpulkan perencanaan yang dibuat, hasil dari yang sudah dilaksanakan,
dokumen-dokumen dan seterusnya tetapi hanya intinya saja yang kita catat karna
penting yan keterbatasan kolomnya, makanya kita isi singkat-singkat.
berhubungan Lalu jika ada hasil pengobatan yg dilakukan klien seperti yang
dengan klien? sudah kita rencanakan, maka kita minta hasilnya atau fotokopi
hasilnya tersebut untuk arsip kita.
Hasil Transkrip Wawancara
Informan : Klien ODHA
Nama : UB
Tempat : Dirumah klien (Tanjung Priok)

Observasi : Wawancara dilakukan di rumah klien di ruang tamunya,


wawancara dilakukan hanya berdua saja, tetapi ada kedua anak klien dan ibu klien juga dirumahnya,
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017

Waktu : 15.10 WIB


No Materi Wawancara Pertanyaan Jawaban
1 Tahapan Manajemen Kasus
Wawancara Awal (Intake)
Bagaimana proses Iya panjang banget nih mba hehe, waktu itu suami aku tuh sakit
ibu bisa menjadi mba, sakit panas dingin panas dingin kaya tipes gitu, nah dirawat
klien? di RSPI yang di sunter, trus kok dirawat beberapa hari katanya
tipesnya udah sembuh tapi kok masih demam aja. Nah trus
suamiku di cek cek gitu dan ternyata dia terkena HIV mba. Trus
langsung aku sama anak-anak aku tes juga. Aku positif dan anak
kedua aku yg masih kecil juga positif, tapi anak pertama aku yang
laki itu dia negatif mba mungkin karna virus saat aku hamil anak
pertama sudah ada tetapi belum banyak.
Trus waktu itu aku lagi dirawat juga di RSPI aku kena
toksoplasma waktu suamiku masih ada juga, aku ngedrop banget
pada saat itu, harus istirahat total kan, trus mba lusi yang datengin
aku, dia bilang dapet data aku dari rumah sakit, aku ngobrol, dia
kasih tau dia itu siapa, dia jelasin tentang sakitnya aku, tentang
HIV, tentang gampangnya penyakit yang masuk ke tubuh aku
karna virus ini kalau engga dijaga. Trus aku ditawarkan untuk
menjadi klien. Trus aku tanda tangan kontrak. aku sih setuju karna
aku merasa pada saat itu aku emang perlu bantuan supaya aku
ngerti juga tentang penyakit aku dan keluarga.
Kapan ibu terdaftar Aku jadi kliennya mba lusi bulan september tahun 2008. Waktu itu
menjadi klien? suamiku masih ada. Cuma emang lagi sakit-sakitan aja alm.
Suamiku
Apakah ada tanda Iya ada mba, disitu aku baca-baca juga isi kontraknya. Pokoknya
tangan kontrak sih aku baca tentang isi kontraknya itu juga engga ada yang
antara ibu sebagai membebani aku. Trus aku tanda tangan kalau setuju
klien dengan
pekerja sosial
sebagai manajer
kasus?
Asesmen (Assessment)
Bagaimana pekerja Oh proses waktu mba lusi tanya-tanya ke aku? Iya jadi aku yang
sosial suka cerita mba kalau aku bingung, kalau aku ada masalah. Waktu
mengumpulkan pertemuan pertama yang setelah tanda tangan kontrak itu, aku
informasi tentang cerita kenapa aku bersedia didampingin sama manajer kasus, trus
ibu? mba lusi tanya tentang kenapa aku bisa kayak begini, aku cerita
deh tuh banyak hal sama dia. Aku sih orangnya karna aku dari
pertemuan awal udah nyaman, dan aku ngerasa butuh teman cerita,
ya aku jadi gampang terbuka sama orang.
Ya paling mba lusi tau informasinya ya dari aku dari ibu aku juga,
karna kan mba lusi juga deket sama orang tua aku pas aku sakit itu
yang dirawat kan ada ibu aku yang jagain aku. Dari pihak rumah
sakit juga kayanya, kan awalnya mba lusi emang tau aku dari
pihak rumah sakit.
Apakah ibu Iya aku ngerasa nyaman mba, karna aku dari awalnya kan emang
merasakan engga ngerti banget ya, trus aku lagi dirawat juga, sedangkan
kenyamanan suami aku waktu itu lagi sakit-sakitan juga mba. Jadi aku ngerasa
dengan manajer butuh temen banget buat bercerita. Aku juga butuh arahan supaya
kasus saat bercerita aku ngerti sama penyakitnya aku
tentang
permasalahan yang
dialami?
Apa saja Kalau awalnya ya tentang pengobatan anak aku, karna kan
permasalahan yang LAYAK kan untuk melayani anak dan ibu atau keluarga yang
dialami klien saat positif, jadi aku mau tau lebih banyak tentang pengobatan-
bercerita dengan pengobatan aku dan anakku. Karna kan aku dari yang engga tau
manajer kasus? apa-apa, gak paham banget.
Aku juga minta tolong mba lusi buat mendampingi suami aku,
supaya suami aku ga putus asa dan tetap semangat. Karna kan
suami aku pas sakit-sakitan dan tau kalau dia terkena HIV ini, dia
malah makin drop.
Perencanaan (Planning)
Setelah bercerita Iya pas abis kita ngobrol-ngobrol gitu, mba lusi bilang nanti mau
tentang dibuatkan jadwal, kapan sekiranya mba lusi main kerumah aku
permasalahan yang buat ketemu suami aku, trus nanti kalau aku sudah sembuh, aku
dilami, apakah ada mau diajak ketemu sama teman-teman sebaya yang seperti aku
rencana-rencana juga supaya aku bisa sharing-sharing trus aku juga nanti mau
yang dibuat dikasih tahu kapan ada kumpul sama ODHA juga yang bahas
bersama antara tentang pengobatan anak aku. supaya aku juga lebih paham. Aku
klien dengan sih setuju-setuju aja, selagi itu ga merugikan aku. malah itu
manajer kasus? untungin buat aku.
Apakah manajer Iya waktu itu kan mba lusi yang buat jadwal juga kapan sekiranya
kasus membantu bisa kerumah aku, ketemu suami aku. trus bilangnya pas aku udah
membuat jadwal pulang dari rumah sakit aja. Trus dia selalu arahin aku kalau ada
kepada klien untuk acara di LSM lain yang temanya tentang anak, tentang penyakit
mengarahkan klien aku, trus kalau ada pertemuan dengan teman sebaya. Mba lusi
melaksanakan yang selalu kabarin aku dan kasih tau aku kapannya.
direncanakan?
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Waktu itu kan yang rencananya mau kerumah aku, ketemu suami
pelaksanaan yang aku juga. Nah mba lusi kerumah akunya pas seminggu setelah aku
dilakukan manajer pulang dari rumah sakit. Trus mba lusi dateng kerumah aku, pas
kasus kepada klien banget suami aku juga emang masih sakit. Cuma mba lusi
secara langsung bilangnya sih kalo suami aku masih kurang terbuka sama dia.
antara manajer Mungkin karna suami aku laki-laki beda sama aku kalo cerita
kasus dengan sama mba lusi sesama perempuan.
klien? Kadang kan kalau aku lagi berobat atau disuruh kontrol, aku suka
ketemu sama mba lusi di RSPI, dia suka tanyain ada keluhan apa
aja, atau mba lusi minta kita ngobrol pas aku selesai kontrol sama
dokter.
Kadang kita bikin rencana lagi kalau ada masalah lagi yang aku
alamin. Mba lusi juga suka main kerumah aku, aku juga suka main
ke LAYAK. Nanti dikasih arahan lagi sama mba lusi biar apa yang
udah direncanain sama-sama, bisa tercapai gitu.
Bagaimana proses Iya aku kan suka diinfokan sama mba lusi buat dateng ke LSM
pelaksanaan yang yang lagi adain acara gitu yang temanya tentang anak. trus aku
dilakukan manajer dikasih tau dimana-dimananya. Dan aku yang dateng sendiri,
kasus kepada klien kadang juga sama anak aku. kalau lagi ada jadwal ketemu sama
secara tidak teman sebaya, ya supaya aku bisa sharing-sharing dengan yang
langsung seperti sesama. Trus aku dateng ke rumah sakit, ke LAYAK yang di
menghubungkan depok, tergantung acaranya dimana.
klien dengan LSM- Mba lusi juga pernah ngobrol nanyain sama ibu aku yang, tentang
LSM atau bertemu perkembangan aku dan anak, dia suka main kerumah ngobrol
dengan anggota sama ibuku, anak-anakku juga, datang kerumah aku, waktu suami
keluarga klien aku meninggal.
sesuai kebutuhan
klien?
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Ohhh kalau itu mah mba lusi sering banget tanya ke aku lewat
pemantauan yang telfon, atau pas kita lagi ada jadwal ketemu di rumah sakit atau
dilakukan manajer dimana. Aku mah sama mba lusi makin lama malah kayak temen,
kasus kepada jadi aku kalo ada masalah dikit, engga ragu buat tanya ke mba lusi.
klien? Pernah juga waktu mba lusi kerumah aku, dia tanya-tanya sama
ibu aku, kan soalnya ibu aku juga tinggal bareng sama aku, trus
dia tanya tentang perkembangan aku trus tanya tentang gimana
aku ngerawat anak aku juga, tapi sambil bercanda sih, engga
serius-serius banget, jadi keluarga aku juga nyaman-nyaman aja
kalo ngomong ke mba lusi.
Apakah manajer Iya selalu mba lewat telfon sama sms, cuma engga tiap hari aja
kasus selalu hehe, kalah orang pacaran kalo setiap hari telfonan hehe.
berkomunikasi
dengan ibu?
Evaluasi (Evaluation)
Apakah manajer Iya suka dibahas lagi kalau emang masih ada yang belum aku
kasus pernah jalanin. Mba lusi dan aku sama-sama bikin target lagi yang harus
mengevaluasi atau dilakuin selanjutnya, trus dia suka kasih tau aku apa-apa aja yang
membahas kembali kurang. Kan juga aku kadang punya masalah lagi, jadi kita
apa yang sudah konseling lagi dan buat target selanjutnya lagi.
terlaksana berjalan
dengan baik atau
kurang baik?
Pengakhiran (Termination)
Apakah ibu merasa Iya banyak informasi yang aku dapat, yang namanya juga aku
sudah mendapat orang awam mba, engga ngerti gitu-gituan tentang HIV deh. Jadi
banyak informasi aku banyak tau dari mba lusi. Kalau ada info dari dokter yang aku
dan arahan yang engga ngerti ya aku tanya ke mba lusi.
ibu butuhkan
sebagai klien?
Apakah manajer Mba lusi pernah bilang ke aku kalau aku sudah lebih paham
kasus dan klien tentang penyakit aku. tapi aku engga tahu kalau itu namanya
pernah terminasi hehe. Tapi sampai sekarang juga aku suka telfon mba
mengadakan lusi Cuma engga sesering dulu. Karna kan aku juga udah paham
kesepakatan untuk sekarang. Malah anakku yang positif itu dia sudah bisa minum
mengakhiri yang obat sendiri, sudah tahu kapan dia harus minum obat.
sudah direncanakan
dan dilaksanakan
karena dianggap
klien sudah mampu
mandiri?

2 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus


Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana Iya aku pernah diinfoin sama mba lusi kalau ada acara di LSM lain
manajer kasus kan. Trus acara tersebut juga sesuai sama apa yang direncanain.
memberikan akses Aku disuruh dateng ke acara tersebut, trus ketemu sama orang
pelayanan kepada disana disuruh bilang kalau aku tahu informasinya dari mba lusi,
klien supaya klien trus orang sana udah langsung tahu aku. orang-orangnya juga
bisa memperbaiki baik-baik. Kan ketemu juga sama temen-temen yang sama kaya
kualitas hidupnya aku, ya kadang aku ngebaur aja, langsung asik ngobrol, aku kan
berdasarkan orangnya gitu hehe emang cablak mba.
kepentingan klien? Ohiya waktu itu juga mba lusi sering bantuin aku biar aku dijelasin
sama dokter, aku minum obat ini biar kenapa, minum obat yang itu
biar kenapa. Soalnya kan banyak mba obatnya, udah gitu kan
obatnya bukan Cuma buat aku doang, tapi ada yang buat anak aku
juga, trus buat suami aku juga waktu itu pas suami aku masih ada,
jadi aku suka lupa hehe. Itu sih awal-awal aja, pas lama-lama sih
udah terbiasa juga aku. jadi hafal sendiri.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana Iya selalu kasih tahu aku buat ketemu dokter, trus pernah ngajak
manajer kasus aku ketemu teman-teman sebaya, buat ngobrol tentang anak-anak
mengarahkan klien yang positif. Soalnya kan mereka juga maksudnya positif kayak
agar klien aku, jadi mungkin mereka juga lebih merasakan sama kayak aku.
mendapat apa yang Trus pernah ngasih tau aku kalau waktu itu biar dapet bantuan
klien butuhkan? keringanan biaya biar gratis atau kalau ada bantuan dari
Pemerintah. Kasih tahu aku kalau ada info dari LSM lain yang
ngadain acara gitu, supaya aku bisa dapet informasi atau bantuan
dari situ.
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana Oh iya mba, kayak yang tadi udah aku bilang, kan aku pernah
manajer kasus disuruh dateng ke LSM kalau ada pertemuan keluarga, kalau ada
menjalankan pertemuan dengan teman sebaya, kalau ada bantuan dari DINSOS
perannya sebagai atau KEMENSOS aku pernah dikasihtahu, sampai sekarang nih
koordinator aku usaha, modalnya dari bantuan itu
pelayanan?
Seperti
menghubungkan
klien dengan pihak
lain yang
dibutuhkan oleh
klien
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Kalau aku sering banget konsultasi sama mba lusi, jadi kalo mba
kasus mampu lusi udah tau apa masalah aku, ya kita rencanain lagi. trus dikasih
memahami tahu kalau ada info-info apa gitu biar aku jadi lebih paham. Selalu
masalah apa yang dikasih tau juga kalau aku tanya ke mba lusi ada yang aku engga
dialami klien lalu ngerti dari apa yang dikasih tahu dokter.
membantu Aku juga selalu diingatkan kalau tujuan dari mba lusi membantu
memberi arahan aku ini ya untuk melatih aku supaya aku bisa paham dan mengerti
untuk klien? tentang apa yang aku alami.
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Iya mba lusi mah akrab juga sama anak-anak aku, sama ibu aku.
kasus juga Orang kalo main kerumah aja suka ngobrol-ngobrol, kayak yang
memiliki relasi tadi aku bilang tuh mba.
yang baik dengan
anggota keluarga
klien?
Bagaimana Iya suka kasih informasi, karna kan aku emang yang dari engga
manajer kasus tau apa-apa, jadi tau banyak sekarang dari mba lusi. Sebenarnya
memberikan dari dokter juga iya tau informasinya, Cuma kalo yang aku engga
informasi tentang ngerti kan lebih aku tanyain ke mba lusi. Tapi kalau ngobrol sama
masalah terkait mba lusi jadi bisa cerita banyak, bisa lebih terbuka, jadi lebih
klien dan juga tenang aja.
tentang masalah
medis yg klien
butuhkan?
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana Iya mba lusi bantunya ya selalu kabarin aku kalau ada pertemuan-
manajer kasus pertemuan keluarga, atau kalau ada pertemuan sebaya yang
membantu klien tujuannya ya buat aku-aku juga. Jadi rencananya yang kita buat
dalam sama-sama ya nanti tetap dibantu juga sama mba lusi untuk
mempersiapkan pelaksanaannya.
pelayanan untuk
klien?

Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)


Bagaimana Mba lusi kan selalu bantu cari solusi, bantu arahin aku kalau ada
manajer kasus yang aku engga ngerti tentang anak aku, bantu aku supaya aku
membantu klien dapat bantuan untuk meringankan biaya obat, bisa dapet susu
menyelesaikan gratis untuk anak aku. jadi setelah aku banyak dibantu dan
masalah mereka? diarahin sampai aku paham, ya lama lama aku ngerti sendiri.
Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)
Bagaimana paling kan mba lusi selalu catet inti-inti permasalahan, inti dari
manajer kasus rencana-rencana yang kita buat. Paling seinget aku mba lusi selalu
membuat dan catet sih. Trus pernah juga waktu itu aku disuruh tes CD4, trus
mengumpulkan mba lusi minta hasilnya sama aku untuk data dia.
dokumen-dokumen
penting yan
berhubungan
dengan klien?
Hasil Transkrip Wawancara
Informan : Klien ODHA
Nama : RW
Tempat : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Observasi : Wawancara dilakukan di ruang tunggu yang ada di lobi gedung


kiara RSCM dengan santai dan tertutup, tidak ada orang lain yang mengetahui.
Hari/Tanggal : Jum’at, 10 Maret 2017

Waktu : 10.00 WIB


No Materi Wawancara Pertanyaan Jawaban
1 Tahapan Manajemen Kasus
Wawancara Awal (Intake)
Bagaimana proses Waktu itu tujuh hari sebelum suamiku yang pertama itu
ibu bisa menjadi meninggal, ada yang datang dari RSPAD, dia bilang kalau dia itu
klien? konselor. Trus dia menjelaskan bahwa HIV itu seperti ini seperti
itu, jujur awalnya aku ga ngerti banget yang dia kasih masukan
ke aku tentang penyakit ini tuh kayak gini. Aku disuruh ke poli
ini, ke poli itu, aku sih nurut aja. Trus saat suamiku sudah
meninggal, aku dikasih rujukan dari rumah sakit disuruh ketemu
sama manajer kasus dari LAYAK. Soalnya saat itu aku emang
engga memahami banget tentang penyakit ini, karna saat suamiku
dulu kan aku cuma disuruh ini itu sama dokternya ya aku nurut
aja. Aku bingung juga mba gimana aku harus buka statusku ke
anakku dan gimana aku buka status kedua anakku ke mereka.
Waktu itu aku datang kesana aku ketemu sama manajer kasusnya
yang namanya mba murli waktu itu dan lama kelamaan pindah
dengan mba lusi, karena kan masing-masing mempunyai set-up
yang berbeda-beda mungkin. Aku pindah ke mba lusi tahun
2010. Trus awalnya aku mulai bercerita, mulai membuka diri
waktu masih sama mba murli. Karna kan aku orangnya aktif, jadi
aku banyak ngomong dan banyak tanya. Setelah aku coba untuk
membuka diri, mba murli kasih tahu aku kalau ternyata banyak
orang yang seperti aku juga. Jadi aku tidak merasa sendiri banget.
Kapan ibu terdaftar Waktu itu tahun 2009 setelah suamiku meninggal bulan juli
menjadi klien?
Apakah ada tanda Iya waktu itu aku tanda tangan kontrak yang manajer kasusnya
tangan kontrak mba murli. Tapi kalau sama mba lusi aku engga tanda tangan
antara ibu sebagai kontrak, soalnya kan awalnya sudah tanda tangan. Cuma pindah
klien dengan pekerja orangnya aja jadi ke mba lusi.
sosial sebagai
manajer kasus?

Asesmen (Assessment)
Bagaimana pekerja Kalau aku sih termasuk orang yang kepo ya mba, aku orangnya
sosial selalu nanya. Jadi waktu itu MK nya tau informasinya ya cuma
mengumpulkan dari aku aja mba. Karna kan aku juga belum cerita ke keluargaku,
informasi tentang jadi engga ada yang tahu mba selain aku sama kakak ipar aku
ibu? yang masih single waktu itu.
Apakah ibu Awalnya sih aku ragu mau cerita dari mana, aku juga belum
merasakan percaya apakah aku harus membuka diri. Aku rada takut waktu
kenyamanan dengan itu dengan status ku yang positif ini. Cuma setelah aku bertemu,
manajer kasus saat dan mulai berbicara, dan diyakini oleh manajer kasus nya, ya aku
bercerita tentang mulai bercerita saja, dan lama kelamaan aku merasakan
permasalahanyang kenyamanan dengan respon balik yang diberikan oleh MK-nya
dialami? saat itu.
Apa saja Saat itu aku bilang kalau aku bingung banget dengan status aku
permasalahan yang yang mengidap HIV ini, sampai saat ini juga aku engga pernah
dialami klien saat cari tahu kalau almarhum suamiku dapat dari mana virus ini.
bercerita dengan Cuma saat itu yang aku fikirin, aku harus tetep hidup, dan gimana
manajer kasus? caranya aku buka status ku ke anak-anakku dan membuka status
mereka pada mereka sendiri, yang pada saat itu anakku masih
sangat kecil berumur 4,5 tahun. Aku juga belum bilang ke
keluargaku dan keluarga suamiku.
Aku juga sempat putus asa karna capek setiap hari minum obat,
dan aku juga suka sedih saat anak-anakku pernah tanya “kenapa
sih bun kita harus minum obat terus setiap hari”. Aku juga sedih
sebenarnya, sempat merasa terpuruk lagi setiap anak-anakku
bertanya seperti itu.
Perencanaan (Planning)
Setelah bercerita Kalau rencana sih iya, waktu itu MK-nya dan aku sama-sama cari
tentang solusi yang terbaik gimana caranya bilang ke anak-anakku dulu
permasalahan yang baru ke keluarga aku.
dilami, apakah ada Aku juga didaftarkan untuk ikut dukungan sebaya. Tujuannya sih
rencana-rencana supaya aku dapat semangat lagi, supaya jangan mudah menyerah.
yang dibuat bersama Dan aku setuju untuk didaftarkan ikut kelompok dukungan
antara klien dengan sebaya.
manajer kasus?
Apakah manajer Oh iyaaa, waktu itu bantuin aku kok. Pada saat itu udah ganti jadi
kasus membantu mba lusi MK-nya. Cuma aku tetap nyaman, karena saat pindah
membuat jadwal ke mba lusi, sebelumnya mba murli minta izin dulu ke aku. Trus
kepada klien untuk aku bilang iya engga apa apa kalau mba lusi tau. Karna kan mba
mengarahkan klien lusi juga manajer kasus disana.
melaksanakan yang Trus aku dikasih arahan, gimana kalau begini, gimana kalau
direncanakan? begitu. Karna kan saya juga bingung pada saat itu, jadi saya
engga bisa ambil keputusan sendiri.
Pelaksanaan (Implementation)
Bagaimana proses Kalau secara langsung sih kita sering ketemuan, kadang juga
pelaksanaan yang kabar-kabaran via telfon kalau memang aku engga bisa ketemu.
dilakukan manajer Kalau ada yang engga sesuai sama rencana yang dibuat sama-
kasus kepada klien sama waktu itu, aku suka langsung laporan, aku tanya gimana ya
secara langsung? baiknya, aku cerita lagi panjang lebar ini itu.
Kayak waktu itu aku akhirnya berani buka status ku didepan
anak-anakku setelah dapat dukungan juga, dapat saran dari MK.
Akhirnya aku berani, aku jelaskan tentang HIV dulu, lalu aku
ajarkan anak-anakku untuk selalu jaga kebersihan dan jangan
pernah bercerita tentang ini kepada teman sekolahnya yang lain,
aku jelaskan karna banyak yang masih belum paham tentang HIV
ini, karna kan takutnya nanti anakku di diskriminasi dengan
orang yang pemahamannya kurang tentang HIV ini.
Aku selalu di motivasi sama mba lusi waktu itu, supaya aku bisa
tetap semangat minum obat, dan ternyata aku sadar kalau salah
satu yang buat aku semangat minum obat cuma buat anak-
anakku. Aku berfikiran kalau aku harus semangat lebih dari anak-
anakku. Kadang sempat aku putus asa, cuma setiap aku merasa
begitu, aku suka datang ke bangsal lihat teman-teman yang
seperti aku yang sakit, dirawat. Makanya aku suka semangat lagi,
karna aku tidak mau sakit. Nanti siapa yang menjaga anak-
anakku kalau aku sakit. Makanya aku suka jadi semangat lagi
setiap aku dari bangsal.
Bagaimana proses iya waktu itu kan aku pernah diajak sama mba murli ketemu
pelaksanaan yang sama teman-teman yang sebaya, yang terkena HIV juga sama
dilakukan manajer seperti aku. Waktu itu aku diajak kumpul sama teman-teman
kasus kepada klien sebaya, kalau sekarang sudah jadi yayasan namanya Yayasan
secara tidak KOTEX Komunitas Texas. Awalnya itu dari kumpulan teman
langsung? sebaya yang dari Yayasan LAYAK. Trus aku diajak buat sharing
Seperti bareng juga. Mungkin secara engga langsungnya, ya melalui
menghubungkan Komunitas Texas ini yang awalnya aku diajak ketemu teman-
klien dengan LSM- teman sebaya diajak sama mba murli pada saat itu.
LSM lainnya sesuai
yang dibutuhkan
klien.
Pemantauan (Monitoring)
Bagaimana proses Kalau pemantauannya sih, yaaa dengan via telfon aja. Kita selalu
pemantauan yang kabar-kabaran via telfon kalau memang sedang tidak bisa
dilakukan manajer bertemu. apalagi kalau aku ada kendala sedikit yang aku harus
kasus kepada klien? tanyain ke mba lusi dan mba lusi sibuk, kan bisa ngobrol ditelfon
aja. Contohnya seperti waktu aku ngomong ke mertua aku
tentang statusku dan anakku kan aku sempat dijauhi. Trus aku
cerita aja ke mba lusi. Trus mba lusi ajak aku ketemu, dia
nenangin aku, trus aku jadi yakin lagi buat jelasin ke mertua aku
lagi. Atau kayak sekarang ini nih aku kan sudah menikah lagi
sejak tahun 2013 dengan suamiku yang sekarang. Waktu itu saat
masa pacaran, aku belum jujur tentang statusku sampai akhirnya
dia tau sendiri dari teman sekantornya yang memang mengetahui
status aku. Karna kan waktu itu aku juga sudah aktif di LSM dan
teman sebaya yang positif seperti aku. Trus aku juga dengar-
dengar dari temanku kalau katanya ada teman sekantornya yang
kasih tau. Nah disitu aku bingung, apakah aku harus jujur atau
gimana, tapi aku takut dia engga bisa terima aku. Trus aku telfon
MK aku kan, aku telfon mba lusi, aku cerita semuanya, dan MK
aku bilang kalau aku harus berani buka statusku kalau memang
serius untuk kedepannya. Akhirnya pacar aku ajak aku ketemu
dan dia tanya tentang statusku, dan anehnya dia malah terima aku
dengan statusku ini, malah saat itu dia bilang “kenapa kamu
engga kasih tahu dari dulu? Jadi aku bisa lebih perhatikan
kesehatan kamu” dan disitu aku nangis mba, ternyata masih ada
orang yang bisa terima aku dengan kondisiku yang seperti ini.
Apakah manajer Iya selalu komunikasian kok sampai sekarang via telfon dengan
kasus selalu mba murli masih, dengan mba lusi juga. Sekarang kan aku udah
berkomunikasi kerja di LSM juga, jadi pendamping juga di Puskesmas-
dengan ibu? Puskesmas, malah aku sama mba lusi sering sharing-sharing.
Aku pernah ikut juga acara Yayasan LAYAK, buat isi seminar
bantu kasih motivasi.
Sekarang kan LAYAK kerja sama dengan AHF, nah aku juga
kerja membantu LAYAK sekarang sebagai CO, jadi nanti aku
dan LAYAK mengadakan mobile VCT, tapi nanti aku yang urus
surat perizinan di RT,RW,Kelurahan,dan lain-lain. nanti LAYAK
yang menyediakan apa saja yang diperlukan dan dibutuhkan.
Evaluasi (Evaluation)
Apakah manajer Oh iya mba, kan kadang apa yang udah direncanakan engga
kasus pernah sesuai dengan kenyataannya. Nah, aku tuh langsung kabari kalau
mengevaluasi atau ada hal yang kayak gitu, trus kita buat lagi solusi kedepannya
membahas kembali apa. Apalagi waktu itu aku ngomong ke mertua aku kalau aku
apa yang sudah terkena HIV, trus mertua aku yang paling kaget, dia bilang “kok
terlaksana berjalan bisa sih? Kenapa memang?” trus aku disitu bingung gimana lagi.
dengan baik atau Aku cuma bisa nangis pada saat itu. Aku bilang aku engga tahu
kurang baik? kenapa bisa begini. Trus aku sempat dijauhi sama keluarga
almarhum suamiku. Trus aku cerita lagi ke mba lusi, trus setelah
cerita dan kita sama-sama fikirin lagi apa yang harus dilakukan,
ya aku akhirnya memberanikan diri aku buat cerita ke mertua aku
lagi kalau HIV itu ga menular dengan hanya minum dengan gelas
yang sama, berjabat tangan, berpelukan, dan lain-lain. dan lama-
kelamaan mertua aku mengerti juga.
Pengakhiran (Termination)
Apakah ibu Informasi iya pastinya, aku dikasih tau tentang HIV begini begitu
mendapat banyak lebih detailnya. Aku juga dikasih tau nanti bagusnya berobat
informasi dan kemana, ke rumah sakit mana yang ada obat ARV yang dibutuhin
arahan yang ibu sama aku, jadi lebih ngerti. Soalnya kan aku dari nol banget, dari
butuhkan sebagai engga tahu sama sekali tentang ini. Sampai akhirnya sekarang
klien dari manajer aku ngerti.
kasus?
Apakah manajer Iya mba lusi pernah bilang, kalau aku sudah mampu mengelola
kasus dan klien kasusku sendiri. Jadi tidak didampingi lagi sama manajer kasus.
pernah mengadakan tetapi tetap dan masih akan terus berkomunikasi baik. Kalau ada
kesepakatan untuk bantuan akan diinfokan, kalau memang butuh bantuan juga masih
mengakhiri yang bisa cerita. Bahkan sampai sekarangpun juga aku masih sering
sudah direncanakan telfon-telfonan sama mba lusi. Masih berhubungan baik.
dan dilaksanakan
karena dianggap
klien sudah mampu
mandiri?
2 Peran Pekerja Sosial Sebagai Manajer Kasus
Peran sebagai advokat (Advocate)
Bagaimana manajer Oohh. kalau itu kan aku suka dikasih tahu sama mba lusi kalau
kasus memberikan misalnya ada kegiatan apa gitu di Yayasan lain yang tujuannya
akses pelayanan supaya aku bisa lebih paham atau yang sesuai dengan yang
kepada klien supaya direncanakan. Aku suka diinfokan, trus aku dikasih tahu kalau
klien bisa datang kesana ketemu sama mba siapa gitu aku lupa, trus disuruh
memperbaiki bilang kalau tahu info ini daari mba lusi.
kualitas hidupnya Iya mba lusi pernah bantuin aku ngomong ke keluarga almarhum
berdasarkan suami aku yang belum bisa terima aku. aku ajak mba lusi
kepentingan klien? kerumah mertua aku, trus kita ngobrol bareng, aku juga kenalin
Apakah manajer ke mertua aku kalau mba lusi itu manajer kasus aku, trus mba lusi
kasus selalu kasih tau ke mertua aku tugasnya dia. trus bantuin juga jelasin
membela klien? tentang penyakit aku ini. tapi mertua aku engga langsung berubah
menerima aku kaya sebelum dia tahu, butuh proses juga, aku
ngeyakinin mertua aku juga. kayanya mertua aku baru baik lagi
sama aku dan anak aku setelah 2 bulan lebih deh.
Peran sebagai broker (broker)
Bagaimana manajer Waktu itu sih aku suka dikasih tau harus tes ini itu di rumah sakit
kasus mengarahkan yang untuk anak-anakku, trus aku harus ketemu dokter itu. Trus
klien agar klien dikasih tau kalau mau punya anak, bisa ikut program, program
mendapat apa yang supaya bisa cepat mempunyai anak dan supaya anaknya negatif.
klien butuhkan? Aku juga diajak bertemu dengan teman-teman sebaya supaya aku
bisa sharing dengan yang sesama yang positif juga.
Kalau ada LSM yang adain acara misalnya tentang anak, aku
suka dikasihtahu sama mba lusi. Trus aku suka dateng ke acara
itu.
Peran sebagai koordinator pelayanan (Coordinator)
Bagaimana manajer Oh kalau waktu itu kan aku dirujuk dari RSPAD juga buat
kasus menjalankan ketemu sama salah satu MK yang ada di Yayasan LAYAK. Trus
perannya sebagai setelah aku ketemu dengan mba murli waktu itu, aku juga suka
koordinator dikasih tau juga lebih detailnya tentang obat yang dikasih sama
pelayanan? dokternya kalau ada yang aku kurang paham juga. kalau waktu
Seperti itu sih aku diajak untuk sharing dan kumpul sama teman sebaya
menghubungkan supaya menguatkan aku. kayak yang tadi sudah aku bilang itu
klien dengan pihak mba.
lain yang
dibutuhkan oleh
klien
Peran sebagai konsultan (Consultant)
apakah manajer Iya setiap aku cerita sih mba lusi selalu kasih respon balik ke aku,
kasus mampu dia dengerin apa yang aku ceritain, dia bantu aku kasih masukan.
memahami masalah Sampai kita buat solusi nya gimana baiknya.
apa yang dialami Kayak waktu itu aku dikasih tahu tentang banyaknya orang-orang
klien lalu membantu yang seperti aku, trus aku diajak buat ketemu sama mereka biar
memberi arahan aku bisa sharing-sharing bareng mereka, aku sih saat itu setuju.
untuk klien? Dan saat itu mba lusi engga maksa aku apakah aku harus ikut
atau engga. Tapi karna mba lusi kasih tahu aku apa manfaatnya,
dan menurut aku juga bisa membantu aku dalam mengatasi apa
yang aku alamin, ya aku setuju.
Peran sebagai konselor (Counselor)
Apakah manajer Kalau dengan keluarg aku sih awalnya engga ya mba. Karna aku
kasus juga memiliki tidak mau orang tuaku tahu. Tapi lama-kelamaan setelah aku
relasi yang baik bekerja di LSM, keluargaku kenal dengan mba murni dan mba
dengan anggota lusi yang dulunya sebagai MK ku, yang membantu ku ini itu.
keluarga klien?
Bagaimana manajer Iyaa awalnya kan saya memang tidak mengetahui apa-apa
kasus memberikan tentang HIV ini, lalu saya banyak diberikan informasi tentang
informasi tentang HIV, tentang penularannya seperti apa saja, jadi saya bisa lebih
masalah terkait klien menjaga kalau saya tahu, karna kan aku dari yang engga tahu
dan juga tentang apa-apa sampai sekarang aku tahu banyak, dan bisa kasih tahu
masalah medis yg yang lain yang sama seperti aku juga.
klien butuhkan?
Peran sebagai perencana (Planner)
Bagaimana manajer jadi mba lusi yang infokan ke aku kalau emang aku perlu ketemu
kasus membantu sama komunitas atau LSM lain sesuai yang aku perluin.
klien dalam Misalnyauntuk membicarakan tentang pengobatan anak, gizi
mempersiapkan anak, atau banyak lainnya.
pelayanan untuk
klien?

Peran sebagai pemecah masalah (Problem solver)


Bagaimana manajer Aku selalu di motivasi, selalu dikasih masukan, selalu di arahin
kasus membantu sama MK supaya aku bisa mengerti banyak hal tentang penyakit
klien menyelesaikan aku ini. aku juga diajak kumpul dan sharing sama teman sebaya,
masalah mereka? trus ada dokternya juga kalo gak salah, trus kita dengerin apa
yang dikasih tahu sama dokternya tergantung sama temanya.
Peran sebagai pemegang catatan kasus (recordkeeper)
Bagaimana manajer Aku kurang tahu juga sih waktu itu apa saja file yang disimpan
kasus membuat dan sama MK, setau aku sih cuma kayak tentang kasus aku sama
mengumpulkan biodata-biodata aku aja.
dokumen-dokumen
penting yan
berhubungan dengan
klien?
PEDOMAN DOKUMENTASI

No Materi Subyek Dokumentasi Hasil


Dokumentasi
Tahapan Manajemen Kasus
1 Wawancara Awal (Intake)
2 Asesmen (Assessment)
3 Perencanaan (Planning)
4 Pelaksanaan (Implementation)
5 Pemantauan (Monitoring)
6 Evaluasi
7 Pengakhiran (Termination)
Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus
1 Peran sebagai advokat (Advocate)
2 Peran sebagai broker (broker)
3 Peran sebagai koordinator pelayanan
(Coordinator)
4 Peran sebagai konsultan (Consultant)
5 Peran sebagai konselor (Counselor)
6 Peran sebagai perencana (Planner)
7 Peran sebagai pemecah masalah (Problem
solver)
8 Peran sebagai recordkeeper
Dokumen
penelitian
HASIL DAFTAR DOKUMENTASI
No Materi Subyek Dokumentasi Nama Dokumen Hasil
Dokumentasi
Tahapan Manajemen Kasus
1 Wawancara Awal  Lembar persetujuan untuk
(Intake) menjadi klien (Intake Form)

2 Asesmen (Assessment)  Lembar case record
manajer kasus

3 Perencanaan (Planning)
X
4 Pelaksanaan
(Implementation) X
5 Pemantauan
(Monitoring) X
6 Evaluasi
X
7 Pengakhiran X
(Termination)
Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus
1 Peran sebagai advokat  Foto saat sharing dengan
(Advocate) kelompok dukungan
sebaya

di Jakarta Utara
2 Peran sebagai broker  Foto saat Yayasan LAYAK
mengadakan acara Hari
AIDS sedunia.
 Saat melakukan mobile VCT

3 Peran sebagai  Foto saat Yayasan LAYAK
koordinator pelayanan
(Coordinator)
berkoordinasi dengan LSM
lain

4 Peran sebagai konsultan X
(Consultant)
5 Peran sebagai konselor X
(Counselor)
6 Peran sebagai perencana  Kegiatan sharing bersama
(Planner) teman sebaya

7 Peran sebagai pemecah  Penyuluhan yang
masalah (Problem dilakukan Yayasan
solver) LAYAK untuk teman 
sebaya
8 Peran sebagai pemegang  Foto hasil tes CD4 klien
catatan kasus  Foto saat kegiatan tahunan
(recordkeeper) dalam memperingati hari
AIDS sedunia

Dokumen  Foto saat penulis melakukan
penelitian penelitian
 Profil lembaga

DOKUMENTASI

Saat wawancara dengan bapak jerry selaku pendiri Yayasan LAYAK

Saat wawancara dengan ibu ribka selaku pekerja sosial dalam menangani ODHA di Yayasan LAYA

Saat wawancara dengan ibu Luci selaku pekerja sosial dalam menangani
ODHA di Yayasan LAYAK
Setelah wawancara dengan klien RW dan UB

Kantor Yayasan LAYAK di Citayam 3 Depok

foto dalam memperingati hari AIDS sepenuhnys

Anda mungkin juga menyukai