Anda di halaman 1dari 8

SISTEM GELOMBANG MIKRO DAN RADAR

A.  Penginderaan Gelombang Mikro Sistem Pasif dan Sistem Aktif

Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga elektromagnetik pada gelombang mikro


dibedakan atas dua sistem yaitu sistem pasif  dimana menggunakan gelombang mikro alamiah
dan sistem aktif menggunakan gelombang mikro yang dibangkitkan pada sensor dan dikenal
dengan indera sistem radar  atau radio detection and ranging dapat berupa suatu teknik atau alat
(Hanssen 2001). Penginderaan jauh system pasif yang menggunakan gelombang mikro disebut
system gelombang mikro, sedang yang aktif disebut system radar. Sejalan dengan itu maka
keluarannya yang berbentuk citra disebut citra gelombang mikro dan citra radar.

1. Sistem Pasif

            Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro karena itu
proses dan spektrum sistem tersebut disebut gelombang mikro. Sistem kerja gelombang mikro
berdasarkan pada pantulan tenaga dari objek. Hampis sama dengan sistem penginderaan jauh
lain, bahwa sistem gelombang mikro dalam perekamann objeknya diperlukan beberapa
komponen seperti : tenaga, objek, sensor (alat perekam), detektor dengan wahana. Tenaga yang
digunakan adalah gelombang mikro dengan panjang gelombang 1 mm - 100 cm. Sensor
yang  digunakan oleh penginderaan jauh gelombang mikro adalah radiometer dan penyiam.
Radiometer adalah pengukuran radiasi elektromagnetik yang peka terhadap tenaga yang lemah.
a. Asas Penginderaan
Baik asas penginderaan maupun sensornya, penginderaan jauh sistem gelombang mikro
serupa dengan penginderaan jauh sistem termal. Sensornya berupa radiometer dan penyiam.
Beda utamanya yaitu panjang gelombang yang digunakan didalam penginderaan jauh.
Tenaga yang direkam oleh sensor gelombang mikro bukan hanya tenaga pancaran
gemombang mikro yang berasal dari objek (1) melainkan juga pancaran oleh gas di atmosfer (2)
Pancaran oleh awan (3) Pancaran dari bawah permukaan tanah (4) Pancaran dari permukaan
objek yang diindera juga dipengaruhi oleh Sinar dari luar (5), sinar dari angkasa luar (6) dan
Pancaran oleh atmosfer (7).
b. Sensor
            Sensor penginderaan jauh yang menggunakan tenaga pada gelombang mikro terdiri dari
dua jenis, yaitu : Radiometer dan Penyiam.
1.    Radiometer gelombang mikro
            Radiometer adalah pengukuran radiasi elektromagnetik. Radiometer gelombang mikro
dibuat sangat peka dan mampu mengukur radiasi gelombang mikro yang tenaganya sangat
lemah. Dengan memilih parameter radiometer yang tepat yaitu: Panjang gelombang,
polarisasi,sudut pengamatan.
            Radiometer gelombang mikro pada dasarnya terdiri dari 3 bagian yaitu (1) sebuah antena
penerima yang peka terhadap gelombang mikro (2) amplifier untuk memperkuat sinyal
gelombang mikro dan (3) perekam atau penyaji data yang diterima. Tenaga gelombang mikro
yang digunakan pada umumnya berkisar antara panjang gelombang 1 mm hingga 30 cm. Kisaran
panjang gelombang ini merupakan kompromi anatara kemampuan menembus awan dan hujan
disatu pihak san resolusi spasial di lain pihak. Pada panjang gelombang yang lebih besar maka
kemampuan menembus awan dan hujan lebih besar, akan tetapi resolusi spasialnya lebih kasar.
Pada panjang gelombang hingga 30 cm ini maka tenaga gelombang mikro tidak seberapa
terpengaruh oleh tutupan awan, dapat menembus hujan yang tidak lebat dan resolusi spasialnya
cukup memadai (Henderson dan Merchant Jr 1978 dalam Sutanto 1987). Tenaga mikro yang
kemampuannnya besar untuk menembus hujan adalah yang panjang gelombangnya 23 cm atau
lebih besar (Estes 1974 dalam Sutanto 1987).
a. . Penyiam gelombang mikro
            Komponen penyiam gelombang mikro sama dengan radiometer gelombang mikro. Oleh
karena itu penyiam gelombang mikro sering disebut radiomter penyiam gelombang mikro.
Perbedaannya pokoknya satu, yaitu antennanya tidak dipasang tetap melainkan bergerak untuk
menyiam. Arah penyiamannya tegak lurus terhadap jalur terbang. Penyiamnya dilakukan secara
mekanik, arah sorot antena diubah oleh rotasi mekanik.
            Sistem radiometer penyiam gelombang mikro antara lain telah digunakan pada satelit
Nimbus -5 (19,35 GHz) dan Nimbus-6 (37 GHz) yang menggunakan radiometer gelombang
mikro dengan penyiam secara elektrik (Electrical Scanning Microwave Radiometer/ESMR)
sedang spektrometer gelombang mikro (Scanning Microwave Spectrometer/SCAMS) pada
Nimbus-6 dan radiometer penyiam gelombang mikro multisaluran (Scanning  Multichannel
Radiometer/SMMR) pada Nimbus-7 menggunakan antena yang menyiam secara mekanik.
b. Keunggulan
            Ada dua keunggulan citra gelombang mikro, yaitu : 1) Dapat beroperasi pada siang
maupun malam hari. 2) Dapat menembus awan, bahkan hujan bagi saluran bergelombang
panjang. Hal ini penting bagi daerah yang selalu tertutup awan seperti berberapa daerah
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Disampaing itu juga penting bagi daerah lintang tinggi pada
musim dingin dimana malam jauh lebih panjang dari siang hari.
c. Karakteristik Citra dan Interpretasinya.
            Resolusi spasial gelombang mikro merupakan fungsi panjang antena, jarak dari sensor ke
obyek, dan panjang gelombang yang digunakan untuk penginderaan. Oleh karena itu ada tiga
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kwalitas citranya, yaitu memperpanjang
antenna, meningkatkan kepekaan sensor, memperbesar IFOV ( instantaneous field of view).
d. Penggunaan Citra Gelombang Mikro
            Sehubungan dengan resolusi spasialnya yang rendah maka citra gelombang mikro lebih
cocok untuk penginderaan secara global yaitu penginderaan untuk lingkup daerah yang luas yang
lazim dilakukan dengan citra skala kecil. Penggunaan citra gelombang mikro antara lain untuk :
Oseanografi, Meteorologi, Hidrologi, Geologi, Pemetaan pentup dan penggunaan lahan,
Kelembaban tanah, Pertanian. (Lillesand and Kiefer 1979).

f. Satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif


            Contoh satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif disajikan pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Contoh satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif
Satelit Tahun Frekuensi Lebar Resolusi Parameter utaman yang
Penyiaman (km) diukur
(km)
Nimbus-5 1972 19,3 3000 25 Atmosfer : curah hujan
ESMR permukaan, konsentrasi es
laut, klasifikasi es, tutupan
salju.
NEMS Profil suhu, kandungan uap
22,2; 31,4; - 200 air, kandungan air cair,
53,6; 54,9; 58,8 klasifikasi es, tutupan salju.
Skylab 1973 13,9 180 16 Kelembaban tanah, angin
S193 laut, curah hujan
TIROS N / 1978 50,3; 2.300 110 Profil atmosfir
MSU 50,7;55,0;57,9
DMSP 1982 19,2; 22,3; 1300 16 x4 Curah hujan, kecepatan
SSM/1 37,0; 85,5 angin laut, konsentrasi es,
kelembaban tanah
TIROS-O 1986 18,5; 22,2; 2000 15 Suhu atmosfir dan profil uap
AMSU 31,6; 50,3; air.
57,967

B. Sistem Aktif (Radar)


            Penginderaan jauh sistem aktif yang menggunakan tenaga pada gelombang mikro disebut
penginderaan jauh system radar. Spektrum gelombang mikro yang digunakan sistem gelombang
mikro juga digunakan oleh sistem radar. Perbedaannya gelombang mikro dan radar terletak pada
tenaga yang digunakan untuk perekaman.  Radar singkatan dari Radio Detection and Ranging
menggunakan gelombang mikro/radio untuk mendeteksi obyek dan menentukan posisi atau jarak
("range"). Prinsip kerjanya : energi gelombang mikro dipancarkan ke obyek, kemudian dicatat
kekuatan, awal dan kadang kadang polrisasi dari energi atau "echo" pantulnya. Transmisi energi
gelombang mikro memerlukan perioda waktu sangat pendek (mikrodetik) bergantian dengan
perekaman "echo'. Jarak antara transmiter dan obyek dapat ditentukan dari waktu kembali
("return time") signal "echo". Signal radar dapat ditransmisikan pada selang panjang gelombang
dengan penggunaan lebar kanal standar atau saluran-saluran dan spesifikasi
            Radar (Radio Detection And Ranging) bekerja pada gelombang elektromagnetik berupa
gelombang radio dan gelombang mikro, dengan panjang gelombang beberapa milimeter hingga
sekitar satu meter. Gelombang radio dan gelombang mikro tersebut dipancarkan ke seluruh
permukaan bumi dan pantulannya terdeteksi oleh sistem radar yang selanjutnya digunakan untuk
mendeteksi objek. Sehingga dengan demikian sistem ini sering disebut dengan penginderaan
jauh aktif.
a. Sejarah Perkembangan Radar
            Tahun 1865 seorang ahli fisika Inggris “James Clerk Maxwell“ mengembangkan dasar-
dasar teori terntang elektromagnetik. Dan satu tahun kemudian, “Heinrich Rudolf Hertz” seorang
ahli fisika Jerman berhasil membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang
elektromagnetik.
            Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan suatu benda,
pertama diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun 1904 dengan
mempertunjukkankebolehan mendeteksi kehadiran dari suatu kapal pada cuaca berkabut tebal,
tetapi belumsampai mengetahui jarak kapal tersebut.
            Pada tahun 1921 “Albert Wallace Hull” menemukan Magnetron sebagai tabung
pemancar sinyal/transmitter efisien. Tahun 1922 “A. H. Taylor and L.C.Young” dan tahun 1930
L. A. Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat, berturut-turut berhasil
menempatkan transmitter pada kapal kayu dan pesawat terbang untuk pertama kalinya.
            Sebelum Perang Dunia II yakni antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuan dari
Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris mengembangkan sistem radar. Namun setelah Perang
Dunia II sistem radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih
tinggi, maupun peningkatan kemampuan sistem radar sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini
sistem radar sudah lebih luas lagi penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara (Air
Traffic Control), pemantau cuaca dan jalan. Sejarah perkembangan radar disajikan pada Tabel 3
berikut.

Tabel 3. Sejarah perkembangan radar


Tahun Perkembangan Radar
1886 Hertz (Jerman) mendemonstrasikan pemantulan gelombang radio dari
berbagai obyek
1904 Hulsmeyer (Jerman) membangun pertama kali rudimentary radar
1930 Taylor (Rusia) dan kemudian Watson-Watt (U.K) melakukan
eksperimen dengan pulsa radio beam (pulsed radio beam) untuk
mendeteksi obyek pada suatu jarak
1940-an Pengembangan dengan teratur (classified) Radar untuk pesawat dan
kapal laut selama PD II
1960-an De-classification dari SLAR dan SAR di USA; civilian (orang sipil)
menggunakannya untuk analisa terrain dan survei sumberdaya alam
selama tahun1960-an dan 1970-an
1970-an Pengembangan sistem multi-channel airborne SAR (ERIM, JPL) untuk
riset
1978 Peluncuran SEASAT (USA) untuk pertama kali non-military
spaceborne SAR
1979 SURSAT Study Canadian Program yang memasukkan sebagian besar
jumlah pengguna baik data airborne (SAR-580) dan satellite borne
(SEASAT)
1983 COSMOS (USRR) satellite diluncurkan untuk aplikasi percobaan
dalam oseanografi
1980-an Pengembangan Spaceborne SAR’S di USA, Kanada, Eropa dan Jepang
untuk penggunaan operasional (aplikasi sumberdaya bumi = earth
resource application)
1980-an Kampanye eksperimental SAR (US Shuttle Imaging Radar
Eksperiment) pada tahun 1981 dan 1984
1980-an Kesuksesan komersial SAR untuk/dan terrain mapping oleh intera-
worldwide
1991 Peluncuran ERS-1
1995 Peluncuran Radarsat milik Kanada
1996 Peluncuran ERS-2 dan IFSAR
2002 Peluncuran Cryosat

b. Asas penginderaan
            Karena penginderaan jauh sistem radar merupakan penginderaan jauh sistem aktif, tenaga
elektromagnetik yang digunakan didalam penginderaan dibangkitkan pada sensor. Tenaga ini
berupa pulsa bertenaga tinggi yang dipancarkan  dalam waktu sangat pendek yaitu sekitar 10-
6
 detik. Pancarannya ditujukan kerah tertentu. Bila pulsa radar mengenai objek, pulsa itu dapat
dipantulkan kembali ke sensor radar. Sensor ini mengukur dan mencatat waktu dari saat
pemncaran hingga kembali ke sensor, disamping mengukur dan mencatat intensitas tengaga balik
pulsa itu. Berdasarkan waktu perjalanan pulsa radar dapat diperhitungkan jarak obyek, sedang
berdasarkan intensitas tenaga baliknya dapat ditaksir jenis obyeknya. Intensitas atau kekuatan
pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor menentukan karakteristik spektral obyek pada
citra radar. Di dalam mengenali obyek, tentu saja diperlukan karakteristik spasial dan atau
karakteristik temporal seperti pada interpretasi citra lainnya.
            Sensor radar dapat dipasang dipermukaan tanah, dipesawat terbang, maupun satelit.
Keluarannya ada dua jenis yaitu data non citra dan citra radar. Data non citra terdiri sistem radar
Doppler untuk mengukur kecepatan kendaraan (kapal, pesawat terbang, satelit) dan radar "plan
position indicator (PPI)". Sitem radar dopler menggunakan efek Doppler yaitu perubahan
frekuensi radiasi gelombang elektromagnetik yang disebabkan oleh gerak ralatif antara sumber
radiasi dan penerimanya. Perubahan frekuensi ini dapat terjadi dalam bentuk perubahan nada
bunyi klakson atau sirine ambulans yang sedang melaju. Efek Doppler semacam ini disebut Efek
Doppler Akustik. Nada bunyinya berubah pada saat mobil mendekati atau menjauhi
kita.  Disamping itu juga ada efek Doppler optik yang perubahannya bergantung atas kecepatan
relatif sumber cahaya dan pengamatnya, dan efek Doppler termal yang menyebabkan pelebaran
garis-garis spektralnya. Efek Doppler pada gelombang radar terjadi dalam bentuk perubahan
frekuensi sinyal yang dipancarkan oleh sensor dan yang dipantulkan kembali ke obyek.
            Sistem radar yang membuahkan citra radar dikembangkan oleh kalangan militer pada
dasawarsa 1950an untuk merekam daerah lawan dari samping. Karena perekamnya ke arah
samping maka sistem radar ini disebut side looking radar (SLR). Untuk memperjelas wahana
yang digunakan maka sistem radar ini digunakan dengan makna airbone radar (SLAR). Dua
istilah ini digunakan dengan makna yang sama akan tetapi istilah SLAR lebih banyak digunakan.
            Asas pengenalan obyek pada citra SLAR ialah dengan menyidik karakteristik obyek yang
bersangkutan dengan menggunakan rona sebagai unsur interpretasi utamanya. Rona tersebut
tergantung pada intensitas tenaga gelombang mikro yang dipantulkan oleh obyek. Intensitas atau
tenaga pantulan ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua sifat utama yaitu sifat obyek yang
diindera dan sifat sistem radarnya. Masing-masing sifat ini dipengaruhi oleh delapan faktor yaitu
1) lereng (skala makro), 2) kekasaran permukaan (skala mikro), 3 complex dielectric constan, 4)
arah obyek, 5) panjang gelombang yang digunakan untuk mengindera, 6) sudut depresi antena,
7) Polarisasi, 8) Arah pengamatan antena.

c. Sensor
            Sistem radar atau sistem SLAR dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu 1) sistem real
aperture radar (RAR) dan 2) sistem synthetic aperture radar (SAR).
1)  Sistem real aperture radar (RAR)
            Cara kerja sensor RAR (Gambar 4) teridiri pemancar (1) membangkitkan pulsa radar
terpolarisasi dengan panjang gelombang tertentu. Pulsa radar ini dipancarkan ke arah tertentu
oleh antena (4). Pancarannya membentuk berkas serupa kipas (5) yang arahnya tegak lurus
terhadap jalur terbang (7). Pulsa ini mengenai obyek dan sebagian dari padanya dipantulkan
kembali (6) ke sensor. Pulsa ini diterima kembali oleh antena dan diteruskan ke penrima (2) yang
peka terhadap gelombang radar. Penerima mengubah pulsa radar yang diterima menjadi sinyal
video (elektrik) yang diperkuat. Karena antena berfungsi rangkap yaitu sebagai pemancar dan
penerima maka antena itu diatur agar secara berganti-ganti dapat memancarakan dan menerima
pulsa radar. Alat pengaturnya berupa sebuah TR (transmit receive) switch atau duplexer (3).
Proses pergantian fungsi antena ini berlangsung secara terus menerus dengan kecepatan tinggi
yaitu 1000 hingga 2000 kali tiap detik. Serupa dengan keluaran sensor penyiam, keluaran sesaat
sensor radar berupa sebuah garis menyilang tegak lurus jalur terbang. Gerak maju pesawat
terbang membuahkan garis-garis berikutnya dan citra radar terbentuk oleh himpunan garis-garis
ini. Penerima membuahkan sinyal video yang variasinya sesuai intensitas pulsa radar yang
diterima. Sinyal video yang bervariasi ini mengubah intensitas titik sinar yang selalu bergerak
yaitu sebuah sinar elektron kecil pada sebuah tabung sinar katoda (CRT) (8) atau cathoda ray
tube. Sinar yang bervariasi itu dipusatkan pada permukaan film (9) dan digariskan padanya
sehingga pada tiap pantulan pulsa radar akan terbentuk sebuah garis. Film ini digerakkan maju
sesuai dengan kecepatan relatif wahana. Setelah diproses maka film ini membuahkan gambaran
dengan densiti yang sesuai dengan intensitas pantulan pulsa radar.

2. Sistem synthetic aperture radar (SAR).


            Sistem SAR baru dikembangkan beberapa tahun ini untuk mengatasi keterbatasan
resolusi spasial citra RAR. Cara mengatasinya yaitu dengan membuat antena pendek yang
berfungsi sebagai antena panjang. Sebagai contoh, antena sintetik sepanjang (1-2) m dapat
berfungsi sebagai antena yang panjangnya 600 m. Antena sintetik sepanjang 11 m dapat
berfungsi sebagai antena sepanjang 15 km.  Antena sepanjang 600 m apalagi 15 km tidak
mungkin dipasang dibawah pesawat terbang maupun satelit.
            Jadi ciri utama yang membedakan sensor RAR dan sensor SAR adalah antenanya.
Dengan gerak maju pesawat terbang maka sensor yang sebenarnya berukuran pendek itu secara
elektronik dibuat demikian sehingga ia hanya merupakan bagian-bagian dari antena panjang. Hal
ini dimungkinkan oleh adanya efek Doppler yang mengakibatkan gerak semu bagi obyek pada
tiap pancaran pulsa radar. Sebagai contoh sebuah obyek A seolah-olah bergerak hingga titik 0
pada saat perekaman. Sebagai akibatnya maka lebar sorot antena menjadi besar, obyek berukuran
sama yang pada sistem RAR tidak tergambarkan karena sorot antenanya sempit, pada sistem
SAR dapat tergambar. Beda lainnya adalah pada alat perekamnya yang bukan hanya berupa film,
melainkan juga pita digital berdensiti tinggi (High Density Digital Tape/ HDDT).

d. Keunggulan dan Keterbatasan


            Ada enam keunggulan penginderaan jauh sistem radar yaitu kemampuan segala cuaca,
kemampuan untuk beroperasi pada malam hari, liputan ke samping yang panjang, penajaman
perujudan geologi, distorsi geometric yang kecil dan penyembunyian detail. Keterbatasan sistem
SLAR antara lain berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra
lainnya. Dari citra yang ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand and
Kiefer 1979). Di samping itu juga harganya yang relative mahal dari pengadaan citra lainnya
(Curran 1985).

e. Penggunaan Citra Radar


            Penggunaan berbagai sistem radar dirgantara dan antariksa untuk penginderaan jauh
disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Penggunaan radar dirgantara dan antariksa untuk penginderaan jauh
            Penggunaan
Bidang Jenis
Geologi Struktur
Litologi
Hidrologi Kelembaban tanah
Pemetaan DAS
Pemetaan Banjir
Pemetaan air permukaan
Pemetaan salju
Pertanian Pemetaan jenis tanah
Memantau penggunaan lahan pertanian
Identifikasi batas lahan garapan
Memantau perkembangan pertumbuhan dan penenan
Identifikasi kerusakan tanaman
Memantau lahan ternak
Masalah air, sama dengan hidrologi
Hutan Memantau penebangan
Memetahkan kerusakan oleh kebakaran
Identifikasi kerusakan lahan
Estimasi volume kayu
Kartografi Pemetaan topografik daerah jauh yang berawan
Pemetaan penggunaan lahan
Memantau perbuhan penggunaan lahan, pemekaran
kota
Daerah kitub Memantau dan memetahkan es laut
Memetakan daerah es kontinental
Memantau formasi gunung es dan gerakannya
Memantau perubahan glasial
f. Satelit Gelombang Mikro Sistem Aktif (Radar)
Satelit dengan sensor gelombang mikro aktif, yang menggunakan teknik perekaman
menyamping (synthetic aperture radar) paling menonjol dewasa ini adalah Radarsat milik
Kanada, ERS-1 milik Eropa, dan JERS-1 milik jepang. Sebelum sensor radar ini dioperasikan
pada wahana satelit, percobaan telah dilakukan secara ekstensif menggunakan pesawat udara
(SLAR) dan pesawat ulang alik (SIR-A, SIR-B dan SIR-C). Berikut beberapa satelit satelit
gelombang Mikro sistem aktif atau satelit radar seperti Radarsat, Almaz, ERS, JERS, dan Alos
           RADARSAT
Radarsat merupakan satelit milik Kanada. Radarsat pertama kali diluncurkan pada 4
november 1995. Satelit ini melakukan liputan lengkap dalam 14 orbit sehari secara sinkron
matahari. Resolusi temporalnya adalah 6 hari. Salah satu misi utama dari peluncuran satelit ini
adalah memantau kondisi es di Laut Artktik (dekat kutub utara) selama periode gelap (musim
dingin) dan selama kondisi medan tertutup oleh awan. Sensor terpasang mampu menyapu selebar
500 km. Sensor ini disebut ScanSAR, dengan kemampuan menghasilkan citra pada dua ekstrem
kerincian: dari format lebar (wide format/full swath wide) berukuran 500 x 500 km2 hingga
format kecil (fine format) berukuran 50 x 50 km2.
           ALMAZ
Almaz merupakan satelit bersensor radar milik rusia yang diluncurkan pada 31 maret
1991. Sensor Almaz bekerja seperti sistem SLAR pada pesawat udara yang merekam pada film
holografi yang kemudian dikonversi ke film citra.
           ERS-1
ERS-1 merupakan satelit milik eropa  yang mengoperasikan beberapa sensor, antara lain
SAR (synthetic aperture radar) dan ATSR (along track scanning radiometer). SAR pada ERS-1
beroperasi dengan polarisasi VV (vertikal pada energi datang, vertikal pada energi pantul),
melalui antena SAR berukuran 10 x 1 m dan dengan sudut depresi yang curam (67 o), untuk
mendukung aplikasi oseanografi (Sabin, 1997). Dari ketinggian orbit 785 km, citra radar yang
dihasilkan oleh JERS-1 ini mempunyai resolusi spasial 30 meter dengan lebar sapuan 100 km.
           JERS-1
JERS-1 merupakan satelit milik jepang. JERS-1 merupakan satelit sumberdaya yang
mengoperasikan sensor radar bersama-sama dengan sensor optik. Sensor radar aktif (SAR) ini
beroprasi dengan sudut depresi sebesar 55o, yang besarnya diantara SIR-A (40o) dan ERS-1
(67o). Resolusi spasial yang dihasilkan ialah 25 meter, dengan luas liputan 75 km x 75 km.
Sensor optik (OPS-1/VNIR) pada JERS-1 memuat saluran tampak dan inframerah pantulan,
dengan liputan medan 75 km x 75 km.
           ALOS (Advanced Land Observing Satellite)
ALOS merupakan satelit sumberdaya milik Jepang yang diluncurkan oleh
Badan    Eksplorasi Udara dan Ruang Angkasa Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency /
JAXA). ALOS diluncurkan pada 26 Januari 2006 dan dirancang beroperasi selama 3-5 tahun.
Alos memuat tiga sensor yaitu PRISM (panchromatic Remote Sensing Intrument for Stereo
Mapping) dengan resolusi spasial 2,5 m,  AVNIR-2 (Advanced Visible and Near InfraRed Type-
2) dengan resolusi spasial 10 meter dan Palzar (Phased Array Type-L Synthetic Aperture Radar)
dengan resolusi spasil 10-100 meter.
IV. PENUTUP
            Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro merupakan sistem penginderaan jauh
yang bisa beroperasi pada siang maupun malam hari pada segala cuaca. Penginderaan jauh
sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro karena itu proses dan spektrum sistem
tersebut, maka penginderaan jauh ini di sebut gelombang mikro. Sedangkan yang aktip disebut
sistem radar. Sejalan dengan itu maka keluarannya yang berbentuk citra disebut citra gelombang
mikro dan citra radar. Pada saat ini penginderaan jauh sistem gelombang mikro telah
dilaksanakan dari dirgantara maupun dari antariksa.

DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi Offset.
Haniah, Yudo P. 2011. Pengenalan Teknologi Radar Untuk Pemetaan Spasial di Kawasan
Tropis. Teknik. 32(2):155-161.
Ulaby FT,  Moore RK, Fung AK. 1981. Microwave Remote Sensing, Active and Passive. London (ID):
Addison-Wesley Publishing Company.
Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai