Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar


2.1.1.Defenisi
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan. (Doenges, 2012).
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody.
Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari
setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa
meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan
iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (TIO).
4. Retina robek/lepas.
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata
merah. (Suzzane, 2001:1991). Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau
mata merah atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2011) sedangkan menurut Vaughan 2010
konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata
dan bagian dari kelopak mata peradangan tersebut menyebabkan berbagai macam gejala
salah satunya yaitu mata merah.

2.1.2. Etiologi
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri,
virus, infeksi klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan
oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus Sedangkan,
konjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain
yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis

6
lainnya yaitu infeksi klamidia, yang disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis
(James dkk, 2005). Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE
terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas, 2008).

Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat yaitu konjungtivitis


yang diakibatkan karena bakteri, virus, allergen dan jamur ( Ilyas dkk, 2010).

a. Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang
disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus
( James dkk, 2005).

b. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).

c. Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang peling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun
(Cuvillo dkk, 2009).

d. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan
infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat
timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.
Selain candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii,
Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang ( Vaughan, 2010).

2.1.3. Patofisiologi
Mikroorganisme (virus,bakteri,jamur), bahan alergen iritasi menyebabkan kelopak
mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna.karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan

7
konjungtivitis. Pelebaran pembulu darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai
dengan konjungtivita dan skelera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya sekret
mukopurulen (Silverman, 2010).
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,
ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau
komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata
dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan
air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul
lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel).
Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-
sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya
peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva
posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang
kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas,
atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari
pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh mata konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata
pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hiperteropi papilla yang sering disertai sensai benda asing
dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.

8
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah
air mata (More 2009).

2.1.4. Tanda Dan Gejala


Gejala subjektif meliputi rasa gatal, ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing.
Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan
folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau
pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:

9
a. Konjungtivitis Alergi
- Edema berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

b. Konjungtivitis Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

c. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat

d. Konjungtivitis Bakteri hiperakut


- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

e. Konjungtivitis Blenore
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm

10
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik. (Ilyas, Sidarta dkk. 2010)

2.1.5. Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.
Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%,
naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya
konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari. Adapun penatalaksanaan konjungtivitis
sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila
tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila
tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic
spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan
sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam
fisiologik setiap ¼ jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

c. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan
vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah.
Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan
mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada
mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi
mikroorganisme.

11
d. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.

e. Konjungtivitis blenore
pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan
cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan
memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan
diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore : Penisilin topical tetes atau salep sesering
mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul
dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan. Suntikan pada bayi diberikan
50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang
banyak terjadi.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan.


2.2.1. Pengkajian

12

Anda mungkin juga menyukai