MODUL Menu Seimbang Manula
MODUL Menu Seimbang Manula
Oleh :
Romi Rizky Suwandono
0
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga modul ini
dapat terselesaikan. Modul ini disusun atas dasar Kurikulum 2013 dimana pembelajaran
berpusat kepada peserta didik.Modul in juga dilengkapi dnegan soal latihan untuk menguji
pemahaman peserta didik terkait dengan materi. Dalam modul ini akan dibahas tentang
materi “ Menu Seimbang untuk Manula”
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususnan modul ini, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait yang telah
membantu dalam penyusunan modul ini, terutama Dosen kami Bapak Cucu Cahyana,
S.Pd, M.Sc dan Ibu Dra. Kiani Wanmusara yang telah membimbing dalam penyusunan
modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peserta didik.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................0
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
Pendahuluan...............................................................................................................3
Kegiatan Pembelajaran
1. Rangkuman....................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................12
2
PENDAHULUAN
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn
antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki
masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal.
Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya
insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan
dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat
jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus
diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk
jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
3
KEGIATAN BELAJAR 1 : Mengevaluasi Menu Seimbang untuk Dewasa
2. Pokok Materi
a. Definisi Menu Seimbang
b. Kebutuhan Gizi Seimbang Dewasa
c. Penyusunan Menu Seimbang Dewasa
3. Uraian Materi
3.1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia
Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang
maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi
sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi,
mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta
merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki
Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma
melampaui proses katabolisma. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat
kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses degenerasi lebih
besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang
timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan
efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987;
Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan
secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-
perubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah
perubahan fisiologik yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b. Alat indera
4
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara
langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan
makanan. Papila pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari
jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun. Terjadi
penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul
glossodyna atau nyeri pada lidah.
c. Saluran cerna/digestif
d. Metabolisma
e. Ginjal
f. Fungsi jaringan
5
a. definisi lansia
Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin
(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly
(75 tahun)
Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah
berumur di atas 60 tahun
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer
maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup
seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera,
gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi
gangguan nafsu makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak
kecil atau disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada
lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan
untuk masak.
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein)
kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah
melalui penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia
dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul
adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.
Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya
hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan
tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber
lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan
6
kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada
keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit
metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut
akan memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani sepanjang
usia yang masih tersisa.
Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai
tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara
langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat
memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya
osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna
vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat
dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh
(BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi
koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan
0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal
artinya gizi kurang
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan
lemak.
8
3.5 Menu Sehat Bagi Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna,
menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan, bila
kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan
harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering,
makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
Siang 25 gr tempe/kacang-kacangan
(Tempe bb Tomat) 25 gr tempe/kacang-kacangan
Snack/ buah
Pukul 17.00 Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)
1 ½ gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Basho
50 gr daging/ikan/unggas
Daging)
Malam 50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)
10
PENUTUP
1. Rangkuman
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun
1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,
maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses
menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase
progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah
kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia.
Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran
yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (
Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
11
D. DAFTAR PUSTAKA
12
13