Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perawat
a. Pengertian
Permenkes No. 26 tahun 2019, menyebutkan bahwa perawat adalah
orang yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit
(Permenkes, 2019).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun yang sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki
dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakitoleh
individu (Nursalam, 2017).
Perawat yang bekerja di unit Pelayanan Kegawatdaruratan adalah
perawat yang memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang diperoleh melalui
pelatihan kegawatdaruratan terstandar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (DepKes, 2018).
b. Tugas Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 26 tahun 2019
tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan Praktik
Keperawatan, Perawat bertugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan,
penyuluh dan konselor bagi Klien, pengelola Pelayanan Keperawatan, peneliti
Keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau
pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu (Permenkes, 2019).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat memiliki panduan
Intervensi yang dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana
tindakan mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien
untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing)
adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan
mencegah perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang
berbentuk pendidikan kesehatan, dan (Colaboration) adalah tindakan medis
yang dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012)
Menurut Hasil lokakarya Budiono, Pertami dan Sumirah(2016), tugas
dan tanggung jawab perawat dalam memeberikan asuhan keperawatan adalah
menyampaikan perhatian dan rasa hormat kepada pasien. Jika perawat
terpakasa menunda pelayanan keperawatan maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada pasiennya. Menunjukkan kepada
pasien sikap menghargai yang ditunjukkan dengan perilaku perawat, misalnya
salam, senyum, sapa, bersalaman, membungkuk, dan sebagainya. Berbicara
pada pasien yang berorientasi pada perasaan pasien bukan pada keinginan atau
kepentingan perawat, tidak mendiskusikan pasien lain didepan pasien dengan
maksud menghina, menerima sikap kritis pasien dan mencoba memahami
pasien dalam sumber sudut pandang pasien, melaksanakan pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan
keperawatan, tanggung jawab utama terhadap tuhannya, tanggung jawab
terhadap pasien dan masyarakat serta tanggung jawab terhadap rekan sejawat
dan atasannya.
c. Peran Perawat
Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang terhadap seseorang sesuai dengan kependudukan dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yangbersifat konstan Peran perawat menurut
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan dalam Hidayat (2014), terdiri dari :
1) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks seperti
pengkajian, pengukuran tanda tanda vital.
2) Peran Sebagai Advokat.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi danpemberian pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yangmeliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima gantirugi akibat kelalaian.
3) Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan.
4) Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian pelayanan
kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5) Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6) Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan
7) Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
d. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah upaya yang diberikan oleh perawat untuk
membantu individu baik sehat maupun sakit dari lahir sampai meninggal dalam
bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga
individu dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
(Budiono, Pertami and Sumirah, 2016).
Catatan yang terkandung dalam status (chart) pasien merupakan
pelayanan keperawatan yang dapat didokumentasikan secara elektronik.
Pelayanan tersebut meliputi data demografik, riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik, formulir Persetujuan, diagnosa, pengobatan, catatan
perkembangan atau kemajuan, catatan secara berkesinambungan (flow sheet),
catatan perawat, catatan laboratorium, laporan rontgen (X Ray) dan ringkasan
pasien pulang (Khotimah, 2018).
2. Asuhan Keperawatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (Budiono, Pertami and Sumirah, 2016). Tugas perawat
dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu panduan untuk memeberikan asuhan
keperawatan profesional, terhadap individu, kelompok, keluarga, maupun
komunitas. Proses keperawatan memiliki enam tahapan, yaitu pengkajian,
diagnosis, tujuan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi (Budiono, Pertami
and Sumirah, 2016).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikajidan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baikfisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu
Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secarapasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang
menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnose
keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien
terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan
arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan
mencerminkan keadaan kesehatan klien.
c. Rencana keperawatan
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas
asuhan perawatan dari satuperawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatanuntuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan
keperawatan meliputi penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan
pengembangan rencana asuhan keperawatan.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapaitujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencanakeperawatan, perawat
harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telahdi rumuskan sebelumnya.
Proses keperawatan memiliki tahapan yang bertujuan untuk menetapkan
asuhan keperawatan yang professional kepada pasien. Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, maka diperlukannya pendokumentasian yang tepat
sebagai bukti legal dalam pelaksanaan layanan di rumah sakit.
Pendokumentasian yang lengkap akan memberikan perlindungan kepada
perawat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Pelaksanaan proses keperawatan harus memperoleh kesinkronan hasil dari
setiap proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Maka
pendokumentasian yang tepat sangat penting dilakukan dalam setiap tahapan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Pendokumentasian yang tepat
oleh perawat akan meningkatkan kualitas hasil asuhan keperawatan. Sehingga
pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan itu dilakukan.
4. KepuasanKerja
a. Definisi
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan parakaryawan dalam memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan puas seseorang terhadap
pekerjaannya. Hal ini dimunculkan dalam sikap positif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya
(Sriwulandari, 2020).
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Perawat yang merasakan kepuasan
dalam bekerja tentunya akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya,
sehingga prestasi kerja dapat dicapai. Kepuasan kerja pada dasarnya
merupakan sikap pegawai terhadap pekerjaannya. Sikap tersebut adalah
pernyataan evaluative baik yang menyenangkan atau yang tidak
menyenangkan, mengenai objek atau peristiwa. Sikap tersebut mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Kepuasan kerja menunjukkan
kesesuaian antara harapan seseorang akan sesuatu dengan apa yang benar-
benar diterima, sehingga tingkat kepuasaan kerja pegawai secara individu
berbeda-beda. Perbedaan disebabkan karena masing-masing individu memiliki
perbedaan baik dalam nilai yang dianut, sikap, perilaku maupun motivasi untuk
bekerja (Azis, 2021).
b. Indikator Kepuasan Kerja Perawat
Indikator kepuasan kerja perawat menurut Azis (2021), antara lain:
1) Kepuasam terhadap gaji
Gaji merupakan upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha
yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain
dalam posisi yang sama.
2) Kepuasan terhadap promosi
Mengacu pada sejauh mana pergerakan atau kesempatan maju diantara
jenjang berbeda dalam organisasi. Keinginan untuk promosi mencakup
keinginan untuk pendapatan yang lebih tinggi, status sosial, pertumbuhan
secara psikologis dan keinginan untuk rasa keadilan.
3) Kepuasan terhadap pengawasan
Sejauh mana perhatian bantuan teknis dan dorongan ditunjukkan oleh
supervisor terdekat terhadap bawahan. Atasan yang memiliki hubungan
personal yang baik dengan bawahan serta mau memahami kepentingan
bawahan memberikan kontribusi positif bagi kepuasan pegawai dan
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan memberikan dampak
positif terhadap kepuasan pegawai.
4) Kepuasan terhadap hubungan sesama rekan kerja
Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara
sosial. Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan
kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja.
5) Kepuasan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan
Sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar
memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan
untuk pekerjaan yang menarik.
Untuk penilaian kepuasan kerja menggunakan skala likert yaitu dengan
kriteria sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) : nilai 4
Setuju (S) : nilai 3
Ragu-ragu (R) : nilai 2
Tidak setuju (TS) : nilai 1
Sangat tidak setuju (STS) : nilai 0
Hasil pengukuran kepuasan selanjutnya dikategorikan menjadi Kategori puas
jika prosentase 60-100% dan tidak puas jika prosentase 0-59% (Aziz, 2017).
c. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
Menurut Fitriani (2017), aspek-aspek kepuasan kerja antara lain:
1) Aspek pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, bobot pekerjaan dan melibatkan
ketrampilan serta kemampuan individu dalam mengerjakan pekerjaan
tersebut sehingga akan membuat individu merasa puas dalam
menggunakan rekam medis eloktro karena dari segi waktu akan
memberikan hasil pelayanan yang lebih cepat, dapat mengurangi
kebutuhan sumber daya manusia, dapat mengurangi biaya keperluan unit
rekam medis, memiliki tingkat kerahasiaan dan keamanan lebih tinggi
serta dapat mendeteksi kesalahan dalam pengisian rekam medis (Siswanti
and Dwi, 2017).
2) Aspek imbalan merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja
sehingga banyak pihak manajemen dalam upaya meningkatkan kerja
karyawan dengan meningkatkan imbalan kerja.
3) Aspek kepangkatan, kurang atau sedikitnya kesempatan untuk
memperoleh jabatan dan kepangkatan sering dikaitkan dengan
ketidakpuasan karyawan terhadap promosi jabatan atau kepangkatan yang
ada.
4) Aspek pimpinan atau atasan menyangkut hubungan dengan bawahan atas
kebijaksanaannya yang dikaitkan dengan kepuasan kerja.
5) Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja satu dengan yang lain
berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami
ketidakpuasan kerja karena memiliki rekan kerja yang tidak bisa diajak
kerjasama, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Almu’awwanah (2017), adalah:
1) Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja.
Ketika umur antara 25-34 tahun dan umur 40-45 tahun merupakan umur
yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaanya.
Padakaryawan profesional semakin meningkatnya usia, semakin
berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan profesionalnya,
sedangkan pada non profesional cenderung menurun kemampuannya. Dan
pada usia muda memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Dimana umur antara
25-34 tahun dan umur 40-45 tahun adalah merupakan umur yang bisa
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
2) Jenis kelamin
Penelitian tentang variabel jenis kelamin pada penelitian-penelitian
psikologis telah menemukan bahwa prialebih agresif dan lebih besar
kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses, sehingga pria
cenderung lebih tidakpuas dengan pekerjaannya dibanding wanita.
3) Masa kerja
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan atau
perawat lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan
diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup
lama sehingga seorang karyawan akan merasa nyaman dengan
pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari
instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup dihari tua.
4) Pendidikan
Kepuasan kerja perawat di rumah sakit memiliki hubungan dengan
pendidikan. Perawat lulusan akademi memiliki kepuasan lebih tinggi.
Perawat berpendidikan SPK merasa lebih puas terhadap gaji/insentif,
kebijakan organisasi, tuntutan tugas dan status profesional dibanding DIII/
DIV.
5) Faktor pekerjaan
Yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,
mutu pengawasan, jaminan finensial, kesepakatan promosi jabatan,
interaksi sosial, dan hubungan kerja. Pekerjaan yang memberikan
kepuasan yang menarik dan menantang, pekerjaan yang tidak
membosankan, serta pekerjaan yang memberikan status. Jadi pekerjaan itu
sendiri dapat diartikan keadaan dimana pekerjaan itu memberikan
kesempatan untuk belajar dan bertanggungjawab.
6) Upah/ gaji
Upah atau gaji merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor
yang kompleks dan multimedian dalam kepuasan kerja. Dengan kata lain
jumlah upah/gaji yang diterima dianggap upah/gaji yang wajar.
7) Promosi
Kesempatan dipromosikan nampaknya memiliki pengaruh yang beragam
terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang berbeda-
beda dan bervariasi pula imbalanya. Sehingga dengan adannya promosi
jabatan dapat memberikan kesepatan karyawan untuk maju dan
mempunyai pengalaman.
8) Supervisi
Supervisi merupakan kepuasan kerja lainya yang cukup penting pula.
karena didalam supervisi pemimpin memberikan atau masukan untuk
bawahan untuk bekerja dengan baik. Jadi supervisi merupakan kompetensi
teknis dan keterampilan interpersonal dari atasan langsung.
9) Kelompok kerja
Pada dasarnya, kelompok kerja akan berpengaruh pada kepuasan kerja.
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja
bagi karyawan individu. Dan sejauh mana rekan kerja bersahabat,
kompeten, dan memberikan dukungan.
10) Kondisi/ lingkungan kerja
Jika kondisi kerja bagus (lingkungan sekitar bersih dan menarik) misalnya,
maka karyawan akan lebih bersemangat mengerjakan pekerjaan mereka,
namun bila kondisi kerja rapuh (lingkungan sekitar panas dan berisik)
misalnya, karyawan akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaan mereka.
e. Pentingnya Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja akan membentuk suasana yang nyaman dan semangat
kerja yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari budaya organisasi dalam
membentuk perilaku positif yang saling menghormati, menghargai satu sama
lain, memiliki sistem kerja yang baik, dan keterbukaan, dimana dibelakangnya
dikelola oleh para pimpnan/manajer yang handal serta memotivasi serta
memiliki hubungan manusia yang baik. Pada intinya kepuassan kerja yang
tinggi merupakan ciri suatu organisasi yang dikelola dengan professional
(Almu’awwanah, 2017).
Kepuasan kerja berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk
menarik dan memelihara karyawan yang berkualitas kepuasan kerja juga
berfungsi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan tingkat
absensi, meningkatkan kinerja dan mempertahankan karyawan untuk tetap
bekerja (Almu’awwanah, 2017).
f. Pengukuran Kepuasan Kerja
Pada penelitian ini kepuasan kerja perawat diukur dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
merupakan teknik mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dimana subjek diminta untuk
mengindikasikan tingkat kesetujuan dan ketidak setujuan terhadap masing-
masing pertanyaan. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk peryataan atau
dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) : nilai 4
Setuju (S) : nilai 3
Ragu-ragu (R) : nilai 2
Tidak setuju (TS) : nilai 1
Sangat tidak setuju (STS) : nilai 0
Hasil pengukuran kepuasan selanjutnya dikategorikan dikategorikan
menjadi kategori puas jika prosentase 60-100% dan tidak puas jika
prosentase0-59% (Aziz, 2017).
B. Kerangka Teori
Perawat
Pemberian asuhan
keperawatan