Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Perawat
a. Pengertian
Permenkes No. 26 tahun 2019, menyebutkan bahwa perawat adalah
orang yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit
(Permenkes, 2019).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun yang sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki
dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakitoleh
individu (Nursalam, 2017).
Perawat yang bekerja di unit Pelayanan Kegawatdaruratan adalah
perawat yang memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang diperoleh melalui
pelatihan kegawatdaruratan terstandar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (DepKes, 2018).
b. Tugas Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 26 tahun 2019
tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan Praktik
Keperawatan, Perawat bertugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan,
penyuluh dan konselor bagi Klien, pengelola Pelayanan Keperawatan, peneliti
Keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau
pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu (Permenkes, 2019).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat memiliki panduan
Intervensi yang dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana
tindakan mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien
untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing)
adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan
mencegah perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang
berbentuk pendidikan kesehatan, dan (Colaboration) adalah tindakan medis
yang dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012)
Menurut Hasil lokakarya Budiono, Pertami dan Sumirah(2016), tugas
dan tanggung jawab perawat dalam memeberikan asuhan keperawatan adalah
menyampaikan perhatian dan rasa hormat kepada pasien. Jika perawat
terpakasa menunda pelayanan keperawatan maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada pasiennya. Menunjukkan kepada
pasien sikap menghargai yang ditunjukkan dengan perilaku perawat, misalnya
salam, senyum, sapa, bersalaman, membungkuk, dan sebagainya. Berbicara
pada pasien yang berorientasi pada perasaan pasien bukan pada keinginan atau
kepentingan perawat, tidak mendiskusikan pasien lain didepan pasien dengan
maksud menghina, menerima sikap kritis pasien dan mencoba memahami
pasien dalam sumber sudut pandang pasien, melaksanakan pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan
keperawatan, tanggung jawab utama terhadap tuhannya, tanggung jawab
terhadap pasien dan masyarakat serta tanggung jawab terhadap rekan sejawat
dan atasannya.
c. Peran Perawat
Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang terhadap seseorang sesuai dengan kependudukan dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yangbersifat konstan Peran perawat menurut
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan dalam Hidayat (2014), terdiri dari :
1) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks seperti
pengkajian, pengukuran tanda tanda vital.
2) Peran Sebagai Advokat.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi danpemberian pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yangmeliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima gantirugi akibat kelalaian.
3) Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan.
4) Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian pelayanan
kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5) Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6) Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan
7) Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
d. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah upaya yang diberikan oleh perawat untuk
membantu individu baik sehat maupun sakit dari lahir sampai meninggal dalam
bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga
individu dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
(Budiono, Pertami and Sumirah, 2016).
Catatan yang terkandung dalam status (chart) pasien merupakan
pelayanan keperawatan yang dapat didokumentasikan secara elektronik.
Pelayanan tersebut meliputi data demografik, riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik, formulir Persetujuan, diagnosa, pengobatan, catatan
perkembangan atau kemajuan, catatan secara berkesinambungan (flow sheet),
catatan perawat, catatan laboratorium, laporan rontgen (X Ray) dan ringkasan
pasien pulang (Khotimah, 2018).

2. Asuhan Keperawatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (Budiono, Pertami and Sumirah, 2016). Tugas perawat
dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu panduan untuk memeberikan asuhan
keperawatan profesional, terhadap individu, kelompok, keluarga, maupun
komunitas. Proses keperawatan memiliki enam tahapan, yaitu pengkajian,
diagnosis, tujuan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi (Budiono, Pertami
and Sumirah, 2016).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikajidan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baikfisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu
Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secarapasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang
menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnose
keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien
terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan
arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan
mencerminkan keadaan kesehatan klien.
c. Rencana keperawatan
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas
asuhan perawatan dari satuperawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatanuntuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan
keperawatan meliputi penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan
pengembangan rencana asuhan keperawatan.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapaitujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencanakeperawatan, perawat
harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telahdi rumuskan sebelumnya.
Proses keperawatan memiliki tahapan yang bertujuan untuk menetapkan
asuhan keperawatan yang professional kepada pasien. Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, maka diperlukannya pendokumentasian yang tepat
sebagai bukti legal dalam pelaksanaan layanan di rumah sakit.
Pendokumentasian yang lengkap akan memberikan perlindungan kepada
perawat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Pelaksanaan proses keperawatan harus memperoleh kesinkronan hasil dari
setiap proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Maka
pendokumentasian yang tepat sangat penting dilakukan dalam setiap tahapan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Pendokumentasian yang tepat
oleh perawat akan meningkatkan kualitas hasil asuhan keperawatan. Sehingga
pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan itu dilakukan.

3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan RME (Rekam Medis Elektronik)


a. Pengertian
Dokumentasi keperawatan adalah suatu sistem pencatatandan pelaporan
informasi tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat (Potter and Perry, 2015). Dokumentasi
merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan
professional (Nursalam, 2016). Dokumentasi merupakan pernyataan tentang
kejadian atauaktivitas yang otentik dengan membuat catatan tertulis.
Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas keperawatan yang dilakukan
perawat terhadap klien, mulai dari pengkajian sampai evaluasi (Asmadi, 2013).
Dokumentasi merupakan salah satu komponen penting yang dapat
memberikan kesaksian hukum, dokumentasi keperawatan menjadi alat
komunikasi dan sumber edukasi serta sumber riset. Pendokumentasian asuhan
keperawatan secara akurat dan berkesinambungan adalah salah satu kewajiban
perawat. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, dalam pasal 12 ayat 1,
disebutkan bahwa perawat berkewajiban melakukan pencatatan asuhan
keperawatan secara sitematis dan memenuhi standar (Sitepu, 2018).
Rekam medis elektronik (RME) merupakan suatu sistem informasi
kesehatan terkomputerisasi yang berisi data demografi, data medis, dan dapat
dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan (Andriani, Kusnanto and
Istiono, 2017).
Rekam medis elektronik adalah penggunaan metode elektronik untuk
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta pengaksesan rekam medis
pasien di rumah sakit yang telah tersimpan dalam suatu sistem manajemen
basis data multimedia yang menghimpun berbagai sumber data medis
(Sabarguna, 2017).
Dokumentasi asuhan keperawatan berbasis komputer adalah pencatatan
yang dilakukan dengan menggunakan perangkat computer yang telah
disediakan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan. Pemasukan data
dilakukan setiap saat sehingga perkembangan pasien dapat terekam secara
kontinyu dan komprehensif. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit
(Permenkes RI No. 26, 2019).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pendokumentasian
asuhan keperawatan rekam medis elektronik adalah pencatatan medis pasien
yang dilakukan oleh perawat secara komputerisasi untuk mempermudah
melihat dan merekam perkembangan pasien secara kontinyu dan komprehensif.
b. Manfaat Pendokumentasian Asuhan Keperawatan RME
Ada beberapa manfaat proses keperawatan menurut Ali (2019), Proses
keperawatan bermanfaat bagi klien, perawat, institusi pelayanan, dan
masyarakat (lingkungan).
1) Manfaat bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif,
dan efisien. Asuhan keperawatan yang diberikan telah diseleksi sesuai
dengan kebutuhan klien melalui penelusuran data, rumusan permasalahan
yang matang, diagnosis keperawatan yang tepat, rencana yang terarah,
tindakan yang sesuai dengan rencana, dan penilian yang terus-menerus.
2) Manfaat bagi Tenaga Keperawatan
Proses keperawatan akan meningkatkan kemandirian tenaga
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dan tidak bergantung
pada profesi lain. Proses ini juga memberi kepuasan yang optimal bagi
tenaga keperawatan yang berhasil dalam pelaksanaan asuhan
keperawatannya.
3) Manfaat bagi Institusi
Institusi pelayanan akan merasakan manfaat, antara lain klien merasa
puas, cepat sembuh, pelayanan yang bermutu sekaligus merupakan
promosi institusi tersebut. Dengan demikian, klien meningkat dan
keuntungan pun meningkat. Citra institusi bertambah baik di mata
masyarakat.
Sistem pendokumentasian perawat menggunakan komputer, merupakan
pendokumentasian yang praktis dan cepat serta aman, dan ditunjang dengan
perawat yang banyak menguasai pengoprasian komputer, membuat elektroni
asuhan keperawatan lebih efektif dan efisien untuk kepuasan kerja perawat
dalam pendokumentasian. Adanya pencarian data dengan cepat membuat
pekerjaan perawat lebih mudah dalam melihat segala tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat, sehingga menambah ringannya pekerjaan perawat
dalam pendokumentasian pula (Sudalhar and Syahroni, 2017).
c. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan RME
Potter dan Perry(2015), juga menjelaskan tujuan pendokumentasian yaitu
sebagai alat komunikasi tim kesehanan untuk menjelaskan perawatan klien
termaksuk perawatan individual, edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk
rencana pemulangan. Dokumentasi sebagai tagihan finansial dengan
menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi atas
pelayanan yang diberikan bagi klien.
Tujuan dokumentasi lainnya adalah edukasi, dengan catatan ini peserta
didik belajar tentang pola yang harus di temui dalam berbagai masalah
kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang
dibutuhkan oleh klien. Tujuan pengkajian, catatan memberikan data yang
digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnosa
keperawatandan merencanakan intervensi yang sesuai (Sumilat, 2017).
Dokumentasi sebagai data untuk penelitian, perawat dapat menggunakan
catatan klien selama study riset untuk mengumpulkan informasitentang faktor-
faktor tertentu. Audit dan pemantauan, tinjauan teratur tentanginformasi pada
catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas danketepatan
perawat yang diberikan dalam suatu institusi. Dokumentasi legal merupakan
pendokumentasian yang akurat sebagaisatu pertahanan diri terbaik terhadap
tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi penting
untuk meningkatkan efisiensi perawatan klien secara individual (Sumilat,
2017).
d. Kelebihan dan Kekurangan pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan
RME
Kelebihan pendokumentasian asuhan keperawatan secara komputerisasi
menurut Tarigan dan Handiyani (2019), antara lain adalah:
1) Dokumentasi berbasis komputerisasi dapat membantu perawat untuk
mengurangi waktu yang diperlukan dalam proses pendokumentasian
sehingga waktu perawat dapat lebih lama kontak dengan pasien dalam
memberikan asuhan, dapat mengurangi kesalahan dalam melakukan
dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
2) Kerja perawat lebih efektif, efisien, dan optimal dalam melakukan asuhan
keperawatan. Terdapat akurasi, real time, paperless, memudahkan audit
tenaga keperawatan. Selain itu asuhan keperawatan lebih terintegrasi,
meningkatkan kualitas pelayanan dan memperluas akses keperawatan.
3) Meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas perawatan, meningkatkan
penggunaan perencanaan keperawatan sesuai standar, cara anggota tim
multidisiplin berinteraksi sesuai dengan standar kualitas hasil dari
implementasi EHRs satu sama lain dan klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
4) Meningkatkan keamanan sistem perawatan, memungkinkan pertukaran
informasi yang lebih dapat diandalkan antara praktisi dan klien dan
peningkatan yang signifikan dalam cara perawatan yang akan
disampaikan, meningkatkan inisiatif perawat, memasukkan dan
mengirimkan implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan lebih
cepat, dan menciptakan pelayanan yang berpusat kepada pasien.
Kekurangannya adalah butuh anggaran yang besar pada permulaan, akan
sangat bergantung pada teknologi, membutuhkan tempat penyimpanan data
yang sangat besar, risiko terbukanya kerahasiaan data privacy pasien
(Permenkes RI No 82, 2013). Kekurangan lain adalah risiko kemampuan
perawat dalam berpikir kritis kurang terasah rumit dengan penggunaan
teknologi untuk perawatan pasien, membutuhkan waktu jauh dari perawatan
pasien langsung (Tarigan and Handiyani, 2019).
Menurut Sutoto (2019), permasalahan penggunaan Hospital Information
System (HIS) Rumah Sakit di Indonesia adalah Software HIS harganya mahal,
informasi di masing-masing unit belum terintegrasi, resistensi dari staf medis :
electronic medical record menyita banyak waktu dokter untuk mengetik,
kesulitan membawa laptop saat visite, EMR belum sesuai standar SNARS,
asuhan keperawatan belum sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
e. Sumber Data Dokumentasi Keperawatan
Sumber data pelaksanaan dokumentasi keperawatan antara lain adalah :
1) Pasien, perawat dapat menggali informasi dari pasien
2) Orang terdekat pasien, jika pasien mengalami masalah dalam
berkomunikasi atau kesadaran yang menurun
3) Catatan medis atau tim kesehatan lain kesehatan lain yang berhubungan
dengan pasien, yang memberikan tindakan, dan mencatat pada rekam
medis pasien
4) Perawat lain jika pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka
perawat harus meminta informasi pada perawat yang telah merawat pasien
sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk
5) Kepustakaan untuk memperoleh data dasar pasien yang komprehensip
6) Hasil pemeriksaan diagnostik
f. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Ali(2019), mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah
pedoman terperinci yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan
diidentifikasi dalam situasi yang spesifik. Standar asuhan keperawatan harus
menunjukan asuhan yang menjadi tanggung jawab perawat dalam
pemberiannya, dan bukan tingkat ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan
mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Ali(2019), menjelaskan tentang standar asuhan keperawatan dari
Departemen Kesehatan RI dengan SK Dirjen Pelayanan Medik No.
YM.00.03.2.6.7637 tentang pemberlakuan standar asuhan keperawatan di
rumah sakit, yaitu :
1) Standar I : Pengkajian keperawatan
Tahapan pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat
diperoleh melalui anamnesa, observasi, dan pemeriksaan penunjang dan
kemudian didokumetasikan.
2) Standar II : Diagnosis Keperawatan
Tahapan ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu :
a) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
b) Diagosa keperawatan terdiri dari masalah (p), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
c) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
3) Standar III : Perencanaan keperawatan
Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar
dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.
4) Standar IV : Implementasi
Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping.
5) Standar V : Evaluasi
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.
g. Menu didalam RME
Berikut adalah gambar sub menu dari isi dokumentasi keperawatanyang
ada di Rumah Sakit Umum Islam Klaten:
Untukmelihat dan memasukkan data pasien dalam menjaga keamanan
dan memudahkan pelacakan pengguna RME maka diberikan password kepada
para pemberi pelayanan yang sudah diberikan hak aksesnya. Para pemberi
pelayanan ini harus memasukkan username dan password nya masing-masing.
Gambar 2.1 Sub Menu Login RME (Sumber: RSU Islam Klaten, 2022)

Setelah bisa masuk login RME dengan menggunakan username dan


password, perawat bisa memilih berbagai menu yang diperlukan, antara lain:
1) Pelayanan rawat darurat
Meliputi : askep gawat darurat, SOAP gawat darurat, SISRUTE,
QueueBee
2) Pelayanan Rawat Inap
Meliputi: Askep, Asesmen Awal, Askep awal dewasa, Askep awal anak,
Askep awal kebidanan, Askep awal ginekologi, Askep awal geriatrik,
resume medis rawat jalan, resume medis rawat inap, Kartu obat rawat inap,
Resume keperawatan.
3) Laporan
Meliputi: sensus tindakan keperawatan.
4) Info Medis
Meliputi : file surat, file penunjang, SOAP.
5) Hasil penunjang
Meliputi: pacs system RO, laboratorium.
Gambar 2.2 Sub Menu Utama RME (Sumber: RSU Islam Klaten, 2022)

Dalam memasukkan data pengkajian keperawatan untuk pasien baru,


perawat memasukkan data pasien untuk meregistrasi terlebih dahulu di menu
Askep rawat inap, kemudian perawat memilih nama bangsal yg ditempati dan
memilih nama pasien yang sudah dikaji,kemudian mengisi data-data dari hasil
pengkajian tersebut sesuai data yang di RME, kalau data sudah lengkap
kemudian simpan data tersebut.
Gambar 2.3 Sub Menu Assesmen Keperawatan Rawat Inap (Sumber: RSU
Islam Klaten, 2022)

Dalam pembuatan ASKEP pasien baru dirawat inap, perawat memilih


menu askep awal yang disesuaikan dengan pasien yaitu: pasien dewasa, pasien
anak, pasien kebidanan, pasien ginekologi dan pasien geriatric. Setelah
mengkatagorikan jenis pasien, perawat memilih nama bangsal yang ditempati
dan memilih nama pasien yang akan dimasukkan datanya. Setelah itu akan
muncul jenis-jenis data pengkajian yang harus diisi. Jika salah satu data tidak
terisi, aplikasi tidak akan mau menyimpan, maka dari itu data harus terisi
semua sesuai data pengkajian yang telah dilakukan.
Data-data pengkajian meliputi:
1) Data pasien
2) Riwayat kesehatan pasien
3) Riwayat alergi
4) Status fisik
5) Psiko-sosial-spiritual-ekonomi
6) Skrining dan asesmen nyeri
7) Resiko jatuh
8) Asesmen fungsional
9) Skrining nutrisi MST (Malnutrition Screening Tool)
10) Kebutuhan dan perencanaan edukasi
11) Perencanaan pemulangan pasien
12) Masalah keperawatan
13) Riwayat penggunaan obat
Jika semua data sudah terisi perawat bisa menyimpan data dan
mencetaknya. Didalam pengkajian tersebut akan muncul nama terang dan
tandatangan perawat penanggung jawab dan perawat yang melakukan
pengkajian sebagai bukti legalitas didalam pembuatan ASKEP RME. Bagian-
bagian yang berhak mengakses system RME ini antara lain: Dokter jaga,
Dokter Spesialis (DPJP), PPA yang terkait dengan pasien, Rekam medis, Tim
case mix hanya untuk keperluan klaim
Kepala instalasi EDP yang bertanggung jawab penuh terhadap pengembangan
RME dan keamanan data RME.
Kepala instalasi rekam medis bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan
penyajian data rekam medis.
Data RME dapat berupa:
1) Teks (kode, narasi, report)
2) Gambar (computer grafik, gambar yang discan, hasil foto rongen digital)
3) Suara (suara jantung, suara paru)
4) Video (proses operasi)
Gambar 2.4 Sub Menu Assesmen Awal Keperawatan Dewasa Rawat Inap
(Sumber: RSU Islam Klaten, 2022)
g. Syarat Dokumentasi Keperawatan
Menurut (Aziz, 2017), syarat dokumentasi keperawatan adalah:
1) Kesederhanaan, penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca,
mudah dimengerti, mudah dibaca, dan menghindari istilah yang sulit
dipahami.
2) Keakuratan, data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan.
3) Kesabaran, gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi keperawatan
dengan meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data
pasien yang telah atau sedang diperiksa.
4) Ketepatan, ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat mutlak.
5) Kelengkapan, pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan
tanggapan perawat/klien.
6) Kejelasan dan keobjektifan dokumentasi keperawatan memerlukan
kejelasan dan keobjektifan dari data-data yangada bukan merupakan data
fiktif dan samar yang dapatmenimbulkan keracuhan.
h. Faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendokumentasian keperawatan
menurut (Sartika, Maulana and Rachmadi, 2017), diantaranya adalah:
1) Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong yang menyebabkan terbentuknya
perilaku. Motivasi yang dimiliki perawat untukbekerja secara profesiona
dan bertanggung jawab akan membuat mereka melakukan
pendokumentasian dengan baik. Namun jika motivasi kerja rendah maka
akan menyebabkanperilaku kerja perawat buruk.
2) Pengetahuan
Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan praktek pendokumentasian
asuhan keperawatan maka perawat haruspunya pengetahuan mengenai
pendokumentasian asuhan keperawatan agar dalam memberikan pelayanan
ada kesinambungan. Pengetahuan dasar yang harus dimiliki perawat antara
lain pengertian pendokumentasian, sumber data pendokumentasian, arti
pentingnya pendokumentasian, tujuan pendokentasian, manfaat
pendokumentasian dan tatacara pendokumentasian. Tanpa pengetahuan
yang baik makaakan sulit bagi perawat untuk melakukan praktik
pendokumentasian dengan benar.
3) Sikap
Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan kepercayaan
dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranyaakan mempengarui
perilaku. kepercayaan merupakan sesuatuyang didasari atas pengetahuan,
pandapat dan keyakinannyata. Sikap adalah evaluasi perasaan dan
kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap sesuatu obyek
atau gagasan. Sikap akan menempatkan orang menyukai atautidak
menyukai sesuatu tersebut. Sikap akan mempengaruhi kinerja seseorang
untuk bertanggung jawab atau tidakterhadap pekerjaannya sehingga hal ini
menjadikan sikap dapat mempengaruhi pendokumentasian asuhan
keperawatan.
4) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan skill yang
dimiliki sehingga hal ini dapat mempengaruhi praktikperawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka pengetahuan tentangilmu keperawatan akan semakin
bertambah sehingga hal inidapat menunjang praktik perawat dalam
melaksanakan tugastugasnya termasuk dalam dokumentasi keperawatan.
5) Supervisi
Kegiatan supervisi seperti seperti pengarahan dan pengawasan dapat
mempengaruhi perawat dalam pendokumentasian askep. Kegiatan
supervisi yang baik akan menjadi motivasi bagi perawat dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
6) Beban kerja
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan konsentrasi kerja
menurun, tugas yang tumpang tindih menyebabkan perawat tidak memiliki
waktu untuk fokus mencatat semua hasil asuhan keperawatan sehingga hal
ini mengakibatkan dokumentasi keperawatan menjadi tidak lengkap.
i. Prinsip Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan berbasis komputer yang baik dapat membuat
waktu pendokumentasian yang lebih singkat, keterbacaan data dan kemudahan
akses bila dibandingkan dengan dokumentasi dalam format kertas.
Pengembangan dokumentasi keperawatan berbasis komputer tetap harus
memperhatikan prinsip kerahasiaan data klien, komprehensif, akurat, tepat
waktu dan jelas mengidentifikasi pemberi perawatan sehingga perlu adanya
kebijakandan pedoman yang jelas bagi tenaga perawat dalam menjalankan
sistem ini (Olfah and Ghofur, 2016).
Menurut Sitompul(2017), pendokumentasian proses keperawatan perlu
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Dokumentasi harus dilakukan segera setelah selesai melakukan kegiatan
keperawatan, yaitu mulai dari pengkajian pertama, diagnosa keperawatan,
rencana dan tindakan serta evaluasi keperawatan.
2) Bila memungkinkan, catat setiap respon klien ataupun keluarga tentang
informasi atau data yang penting tentang keadaannya.
3) Pastikan kebenaran setiap data yang akan dicatat.
4) Data klien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat.
5) Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi atau
munculnya masalah baru, serta respon klien terhadap bimbingan perawat.
6) Hindari dokumentasi yang baku, karena sifat individu atau klien adalah
unik dan setiap klien mempunyai masalah yang berbeda.
7) Hindari penggunaaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan
yang dicatat.
8) Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pensil, agar tidak mudah dihapus.
9) Untuk memperbaiki kesalahan dalam pencatatan atau salah tulis,
sebaiknya data yang salah dicoret dan diganti dengan data yang benar,
kemudian tanda tangani.
10) Untuk setiap dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan, dan nama jelas
penulis.
11) Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain,
sebelum menulis data terakhir yang akan dicatat.
12) Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
j. Indikator Pendokumentasian Asuhan Keperawatan RME
Penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan RME dilakukan
menggunakan kuesioner dengan skala Likert dengan jawaban yaitu “Sangat
setuju”, “Setuju”, “Ragu-ragu”, “Tidak Setuju” dan ‘Sangat Tidak Setuju”.
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk peryataan atau dukungan sikap
yang diungkapkan dengan kata-kata sebagaiberikut:
Sangat Setuju : nilai 4
Setuju : nilai 3
Ragu-ragu : nilai 2
Tidak Setuju : nilai 1
Sangat Tidak Setuju : nilai 0
Skor tersebut selanjutnya dijumlah dan dikategorikan menjadi baik jika
persentase 60-100% dan tidak baik jika persentase 0-59% (Aziz, 2017).
Kuesioner penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian Purwandi (2017).
Adapun isi pernyataan kuesioner adalah sebagai berikut:
1) Dengan menggunakan rekam medis elektronik, saya lebih mudah
mengerjakan pekerjaan di rumah sakit
2) Rekam medis elektronik memudahkan saya untuk mengontrol pekerjaan
saya
3) Menggunakan rekam medis elektronik meningkatkan kinerja pekerjaan
saya
4) Rekam medis elektronik membuat waktu saya bekerja menjadi lebih
efektif
5) Penggunaan rekam medis elektronik meningkatkan produktifitas kerja di
rumah sakit
6) Penggunaan rekam medis elektronik meningkatkan efektifitas dalam
mengerjakan pekerjaan di rumah sakit
7) Rekam medis elektronik membuat pekerjaan saya menjadi lebih cepat
8) Rekam medis elektronik mengurangi waktu yang saya gunakan untuk
kegiatan yang tidak produktif
9) Rekam medis elektronik meningkatkan kualitas kerja saya
10) Secara keseluruhan RME memberikan manfaat dalam menyelesaikan
tugas di rumah sakit
11) Saya sering bingung dalam menggunakan rekam medis elektronik
12) Saya sering membuat kesalahan menggunakan rekam medis elektronik
13) Saya sering merasa frustasi saat mengunakan rekam medis elektronik
14) Saya sering membutuhkan konsultasi dalam menggunakan rekam medis
elektronik
15) Saya membutuhkan banyak usaha dalam mengatasi kesalahan saat
menggunakan rekam medis elektronik
16) Rekam medis elektronik di rumah sakit ini terlalu kaku untuk digunakan
17) Saya dengan mudah mengatasi kesalahan saat menggunakan rekam medis
elektronik
18) Tidak sulit bagi saya untuk mempelajari penggunaan RME untuk
menunjang pekerjaan saya di rumah sakit
19) Saya tidak memerlukan waktu yang banyak untuk mempelajari
penggunaan RME untuk menunjang pekerjaan saya di rumah sakit
20) Saya dapat dengan mudah menjadi mahir dalam menggunakan RME
21) Rekam medis elektronik memberikan arahan yang jelas saat saya
menemukan masalah dalam mengoperasikannya
22) Secara keseluruhan, RME mudah untuk digunakan

4. KepuasanKerja
a. Definisi
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan parakaryawan dalam memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan puas seseorang terhadap
pekerjaannya. Hal ini dimunculkan dalam sikap positif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya
(Sriwulandari, 2020).
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Perawat yang merasakan kepuasan
dalam bekerja tentunya akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya,
sehingga prestasi kerja dapat dicapai. Kepuasan kerja pada dasarnya
merupakan sikap pegawai terhadap pekerjaannya. Sikap tersebut adalah
pernyataan evaluative baik yang menyenangkan atau yang tidak
menyenangkan, mengenai objek atau peristiwa. Sikap tersebut mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Kepuasan kerja menunjukkan
kesesuaian antara harapan seseorang akan sesuatu dengan apa yang benar-
benar diterima, sehingga tingkat kepuasaan kerja pegawai secara individu
berbeda-beda. Perbedaan disebabkan karena masing-masing individu memiliki
perbedaan baik dalam nilai yang dianut, sikap, perilaku maupun motivasi untuk
bekerja (Azis, 2021).
b. Indikator Kepuasan Kerja Perawat
Indikator kepuasan kerja perawat menurut Azis (2021), antara lain:
1) Kepuasam terhadap gaji
Gaji merupakan upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha
yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain
dalam posisi yang sama.
2) Kepuasan terhadap promosi
Mengacu pada sejauh mana pergerakan atau kesempatan maju diantara
jenjang berbeda dalam organisasi. Keinginan untuk promosi mencakup
keinginan untuk pendapatan yang lebih tinggi, status sosial, pertumbuhan
secara psikologis dan keinginan untuk rasa keadilan.
3) Kepuasan terhadap pengawasan
Sejauh mana perhatian bantuan teknis dan dorongan ditunjukkan oleh
supervisor terdekat terhadap bawahan. Atasan yang memiliki hubungan
personal yang baik dengan bawahan serta mau memahami kepentingan
bawahan memberikan kontribusi positif bagi kepuasan pegawai dan
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan memberikan dampak
positif terhadap kepuasan pegawai.
4) Kepuasan terhadap hubungan sesama rekan kerja
Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara
sosial. Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan
kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja.
5) Kepuasan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan
Sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar
memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan
untuk pekerjaan yang menarik.
Untuk penilaian kepuasan kerja menggunakan skala likert yaitu dengan
kriteria sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) : nilai 4
Setuju (S) : nilai 3
Ragu-ragu (R) : nilai 2
Tidak setuju (TS) : nilai 1
Sangat tidak setuju (STS) : nilai 0
Hasil pengukuran kepuasan selanjutnya dikategorikan menjadi Kategori puas
jika prosentase 60-100% dan tidak puas jika prosentase 0-59% (Aziz, 2017).
c. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
Menurut Fitriani (2017), aspek-aspek kepuasan kerja antara lain:
1) Aspek pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, bobot pekerjaan dan melibatkan
ketrampilan serta kemampuan individu dalam mengerjakan pekerjaan
tersebut sehingga akan membuat individu merasa puas dalam
menggunakan rekam medis eloktro karena dari segi waktu akan
memberikan hasil pelayanan yang lebih cepat, dapat mengurangi
kebutuhan sumber daya manusia, dapat mengurangi biaya keperluan unit
rekam medis, memiliki tingkat kerahasiaan dan keamanan lebih tinggi
serta dapat mendeteksi kesalahan dalam pengisian rekam medis (Siswanti
and Dwi, 2017).
2) Aspek imbalan merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja
sehingga banyak pihak manajemen dalam upaya meningkatkan kerja
karyawan dengan meningkatkan imbalan kerja.
3) Aspek kepangkatan, kurang atau sedikitnya kesempatan untuk
memperoleh jabatan dan kepangkatan sering dikaitkan dengan
ketidakpuasan karyawan terhadap promosi jabatan atau kepangkatan yang
ada.
4) Aspek pimpinan atau atasan menyangkut hubungan dengan bawahan atas
kebijaksanaannya yang dikaitkan dengan kepuasan kerja.
5) Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja satu dengan yang lain
berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami
ketidakpuasan kerja karena memiliki rekan kerja yang tidak bisa diajak
kerjasama, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Almu’awwanah (2017), adalah:
1) Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja.
Ketika umur antara 25-34 tahun dan umur 40-45 tahun merupakan umur
yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaanya.
Padakaryawan profesional semakin meningkatnya usia, semakin
berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan profesionalnya,
sedangkan pada non profesional cenderung menurun kemampuannya. Dan
pada usia muda memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Dimana umur antara
25-34 tahun dan umur 40-45 tahun adalah merupakan umur yang bisa
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
2) Jenis kelamin
Penelitian tentang variabel jenis kelamin pada penelitian-penelitian
psikologis telah menemukan bahwa prialebih agresif dan lebih besar
kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses, sehingga pria
cenderung lebih tidakpuas dengan pekerjaannya dibanding wanita.
3) Masa kerja
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan atau
perawat lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan
diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup
lama sehingga seorang karyawan akan merasa nyaman dengan
pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari
instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup dihari tua.
4) Pendidikan
Kepuasan kerja perawat di rumah sakit memiliki hubungan dengan
pendidikan. Perawat lulusan akademi memiliki kepuasan lebih tinggi.
Perawat berpendidikan SPK merasa lebih puas terhadap gaji/insentif,
kebijakan organisasi, tuntutan tugas dan status profesional dibanding DIII/
DIV.
5) Faktor pekerjaan
Yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,
mutu pengawasan, jaminan finensial, kesepakatan promosi jabatan,
interaksi sosial, dan hubungan kerja. Pekerjaan yang memberikan
kepuasan yang menarik dan menantang, pekerjaan yang tidak
membosankan, serta pekerjaan yang memberikan status. Jadi pekerjaan itu
sendiri dapat diartikan keadaan dimana pekerjaan itu memberikan
kesempatan untuk belajar dan bertanggungjawab.
6) Upah/ gaji
Upah atau gaji merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor
yang kompleks dan multimedian dalam kepuasan kerja. Dengan kata lain
jumlah upah/gaji yang diterima dianggap upah/gaji yang wajar.
7) Promosi
Kesempatan dipromosikan nampaknya memiliki pengaruh yang beragam
terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang berbeda-
beda dan bervariasi pula imbalanya. Sehingga dengan adannya promosi
jabatan dapat memberikan kesepatan karyawan untuk maju dan
mempunyai pengalaman.
8) Supervisi
Supervisi merupakan kepuasan kerja lainya yang cukup penting pula.
karena didalam supervisi pemimpin memberikan atau masukan untuk
bawahan untuk bekerja dengan baik. Jadi supervisi merupakan kompetensi
teknis dan keterampilan interpersonal dari atasan langsung.
9) Kelompok kerja
Pada dasarnya, kelompok kerja akan berpengaruh pada kepuasan kerja.
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja
bagi karyawan individu. Dan sejauh mana rekan kerja bersahabat,
kompeten, dan memberikan dukungan.
10) Kondisi/ lingkungan kerja
Jika kondisi kerja bagus (lingkungan sekitar bersih dan menarik) misalnya,
maka karyawan akan lebih bersemangat mengerjakan pekerjaan mereka,
namun bila kondisi kerja rapuh (lingkungan sekitar panas dan berisik)
misalnya, karyawan akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaan mereka.
e. Pentingnya Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja akan membentuk suasana yang nyaman dan semangat
kerja yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari budaya organisasi dalam
membentuk perilaku positif yang saling menghormati, menghargai satu sama
lain, memiliki sistem kerja yang baik, dan keterbukaan, dimana dibelakangnya
dikelola oleh para pimpnan/manajer yang handal serta memotivasi serta
memiliki hubungan manusia yang baik. Pada intinya kepuassan kerja yang
tinggi merupakan ciri suatu organisasi yang dikelola dengan professional
(Almu’awwanah, 2017).
Kepuasan kerja berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk
menarik dan memelihara karyawan yang berkualitas kepuasan kerja juga
berfungsi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan tingkat
absensi, meningkatkan kinerja dan mempertahankan karyawan untuk tetap
bekerja (Almu’awwanah, 2017).
f. Pengukuran Kepuasan Kerja
Pada penelitian ini kepuasan kerja perawat diukur dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
merupakan teknik mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dimana subjek diminta untuk
mengindikasikan tingkat kesetujuan dan ketidak setujuan terhadap masing-
masing pertanyaan. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk peryataan atau
dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) : nilai 4
Setuju (S) : nilai 3
Ragu-ragu (R) : nilai 2
Tidak setuju (TS) : nilai 1
Sangat tidak setuju (STS) : nilai 0
Hasil pengukuran kepuasan selanjutnya dikategorikan dikategorikan
menjadi kategori puas jika prosentase 60-100% dan tidak puas jika
prosentase0-59% (Aziz, 2017).
B. Kerangka Teori

Perawat

Pemberian asuhan
keperawatan

Standar asuhan keperawatan


1. Standar I : Pengkajian keperawatan
2. Standar II : Diagnosis Keperawatan
3. Standar III : Perencanaan
keperawatan
4. Standar IV : Implementasi
Faktor yang 5. Standar V : Evaluasi
mempengaruhi
pelaksanaan dokumentasi
keperawatan:
1. Motivasi Pendokumentasian Asuhan
2. Pengetahuan Keperawatan RME (Rekam
3. Sikap Medis Elektronik)
4. Pendidikan
5. Supervisi
6. Beban kerja Kelebihan RME:
Kerja perawat lebih efektif,
efisien, dan optimal dalam
melakukan asuhan keperawatan

Faktor yang Mempengaruhi


Kepuasan kerja
Kepuasan Kerja:
perawat
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Masa kerja
4) Pendidikan
5) Faktor pekerjaan Puas Tidak puas
6) Upah/ gaji
7) Promosi
8) Supervisi
9) Kelompok kerja
10) Kondisi/ lingkungan
kerja

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: (Almu’awwanah, 2017); (Budiono, Pertami and Sumirah, 2016); (Potter and
Perry, 2015); (Tarigan dan Handiyani, 2019)
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang
merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Pernyataan
hipotesis harus dapat diuji yang artinya variabel-variabel yang tercantum dalam suatu
hipotesis harus dapat diukur, datahasil pengukuran dapat di uji sehingga dapat
membuktikan kebenaran pernyataan hipotesis tersebut (Dharma, 2013). Jenis hipotesis
penelitian ini adalah :
1. Hipotesis kerja/ hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan satu variabel
dengan variabel lainnya. Akan tetapi hipotesis ini juga bisa diartikan adanya
hubungan satu variabel dengan variabel lainnya (Indra dan Cahyaningrum, 2019).
2. Hipotesis null/ hipotesis statistic (Ho)
Hipotesis Nol (h0) kebalikan dari Hipotesis Alternatif. Hipotesis Nol menyatakan
tidak hubungan antar variabel. Hipotesis ini juga dipakai untuk menyatakan tidak
ada perbedaan atau tidak pengaruh antar variable (Indra dan Cahyaningrum, 2019).
Dalam penelitian ini diperoleh pvalue sebesar 0,008 (α ; 0,05) yang berarti ho
ditolak dan hipotesis ha diterima sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pendokumentasian asuhan keperawatan secara RME (Rekam
Medis Elektro) dengan kepuasan kinerja perawat di RSU Islam Klaten
64

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN
    LAMPIRAN
    Dokumen16 halaman
    LAMPIRAN
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen4 halaman
    Bab 4
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA (Revisi)
    DAFTAR PUSTAKA (Revisi)
    Dokumen3 halaman
    DAFTAR PUSTAKA (Revisi)
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Kian Full
    Kian Full
    Dokumen121 halaman
    Kian Full
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Arthritis Lansia
    Leaflet Arthritis Lansia
    Dokumen1 halaman
    Leaflet Arthritis Lansia
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Gizi Kurang
    Leaflet Gizi Kurang
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Gizi Kurang
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Vertigo
    Leaflet Vertigo
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Vertigo
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Pijat Bayi
    Leaflet Pijat Bayi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Pijat Bayi
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Seks-Hamil
    Leaflet Seks-Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Seks-Hamil
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Gizi Lansia
    Leaflet Gizi Lansia
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Gizi Lansia
    Lina Maryani
    Belum ada peringkat