3.12 Fix
3.12 Fix
3. Memahami 3.12 Menelaah struktur 1. Menganalisis 1. Setelah menyaksikan Teks fabel/ legenda
pengetahuan (faktual, dan kebahasaan struktur teks fabel/ tayangan fabel/ legenda daerah:
konseptual, dan fabel/ legenda daerah legenda daerah daerah, siswa dapat a. Struktur
prosedural) berdasarkan setempat yang (orientasi, menganalisis struktur (orientasi,
rasa ingin tahunya dibaca dan didengar komplikasi, resolusi, teks fabel/ legenda komplikasi,
tentang ilmu koda). daerah (orientasi, resolusi, koda)
pengetahuan, teknologi, 2. Memerinci unsur- komplikasi, resolusi, Unsur kebahasaan:
seni, budaya terkait unsur kebahasaan koda) dengan cermat. a. Kata kerja
fenomena dan kejadian dalam teks fabel/ 2. Setelah menganalisis b. Kalimat
tampak mata legenda daerah (kata struktur teks fabel/ langsung dan
kerja, kalimat legenda daerah, siswa tidak langsung
langsung dan tidak dapat memerinci unsur- c. Kata sandang si
langsung, kata unsur kebahasaan dan sang
sandang si dan sang, dalam teks fabel/ d. Kata keterangan
kata keterangan legenda daerah (kata tempat dan
tempat dan waktu, kerja, kalimat langsung waktu
kata hubung). dan tidak langsung, e. Kata hubung
kata sandang si dan
sang, kata keterangan
tempat dan waktu, kata
hubung) dengan teliti.
4. Mencoba, mengolah, 4.12 Memerankan isi 1. Menampilkan hal-hal 1. Setelah memerinci Hal-hal yang
dan menyaji dalam fabel/ legenda yang diperhatikan unsur-unsur kebahasaan diperhatikan dalam
ranah konkret daerah setempat dalam memerankan dalam teks fabel/ bermain peran
(menggunakan, yang dibaca dan isi fabel/ legenda legenda daerah, siswa (vokal, intonasi,
mengurai, merangkai, didengar daerah (vokal, dapat menampilkan hal- pelafalan, mimik,
memodifikasi, dan intonasi, pelafalan, hal yang diperhatikan dan gerak tubuh)
membuat) dan ranah mimik, dan gerak dalam memerankan isi
abstrak (menulis, tubuh). fabel/ legenda daerah
membaca, menghitung, 2. Memerankan isi (vokal, intonasi,
menggambar, dan fabel/ legenda pelafalan, mimik, dan
mengarang) sesuai daerah sesuai dengan gerak tubuh) dengan
dengan yang dipelajari vokal, intonasi, tepat.
di sekolah dan sumber pelafalan, mimik, dan 2. Setelah menampilkan
lain yang sama dalam gerak tubuh. hal-hal yang
sudut pandang/teori diperhatikan dalam
memerankan isi fabel/
legenda daerah (vokal,
intonasi, pelafalan,
mimik, dan gerak
tubuh) dengan tepat,
siswa dapat
memerankan isi fabel/
legenda daerah sesuai
dengan vokal, intonasi,
pelafalan, mimik, dan
gerak tubuh yang tepat.
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas : VII
Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori
3.12 Menelaah struktur Teks fabel/ legenda A. Pemodelan Teks Pengetahuan: 6 x 40 Buku Siswa
dan kebahasaan daerah: Tes tertulis menit Video legenda
fabel/ legenda Mengamati Kemampuan Banyu Wangi
a. Struktur (orientasi,
daerah setempat memahami struktur, dan Roro
komplikasi, Membaca teks model teks fabel/ legenda Jonggrang
yang dibaca dan resolusi, koda) untuk daerah (orientasi, Teks legenda
didengar mengidentifikasi komplikasi, Banyu Wangi,
Unsur kebahasaan: struktur teks fabel/ resolusi, koda). Situ Bagendit,
Memerankan isi a. Kata kerja legenda daerah Kemampuan Sura dan
fabel/ legenda b. Kalimat langsung Mencermati teks memahami unsur Baya,
kebahasaan teks Tangkuban
daerah setempat dan tidak langsung model untuk
fabel/ legenda Perahu, Roro
yang dibaca dan c. Kata sandang si menganalisis struktur daerah (kata kerja, Jonggrang,
didengar dan sang teks fabel/ legenda kalimat langsung Danau Toba.
d. Kata keterangan daerah dan tidak langsung, Media
tempat dan waktu Mencermati teks kata sandang si dan elektronik
e. Kata hubung model untuk sang, kata
Hal-hal yang mengidentifikasi keterangan tempat
dan waktu, kata
diperhatikan dalam unsur-unsur
hubung).
bermain peran (vokal, kebahasaan dalam
intonasi, pelafalan, teks fabel/ legenda Keterampilan:
mimik, dan gerak daerah (kata kerja, Unjuk kerja
tubuh) kalimat langsung dan Menampilkan isi
tidak langsung, kata fabel/ legenda
sandang si dan sang, daerah sesuai
kata keterangan dengan vokal,
tempat dan waktu, intonasi, pelafalan,
kata hubung). mimik, dan gerak
tubuh.
Menanya
Menanya tentang
struktur teks fabel/
legenda daerah
Menanya tentang
tata cara
memerankan teks
fabel/ legenda daerah
Mengumpulkan
informasi
Bertanya-jawab
tentang struktur teks
fabel/ legenda daerah
Berdiskusi untuk
menentukan struktur
dari suatu teks fabel/
legenda daerah
Berdiskusi untuk
mengkaji hal-hal
yang diperhatikan
dalam memerankan
isi teks fabel/
legenda daerah
Menalar/ mengasosiasi
Menguraikan
struktur teks fabel/
legenda daerah
Menguraikan unsur
kebahasaan dalam
teks fabel/ legenda
daerah
Mekaji hal-hal
penting dalam
memerankan isi teks
fabel/ legenda daerah
Mengomunikasikan
1. Memperjelas isi
fabel/ legenda
daerah sesuai dengan
struktur teks fabel/
legenda daerah,
(orientasi,
komplikasi, resolusi,
koda).
2. Menampilkan isi
fabel/ legenda
daerah sesuai dengan
vokal, intonasi,
pelafalan, mimik,
dan gerak tubuh.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
B. Kompetensi Dasar
3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/ legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar
Indikator
1. Menganalisis struktur teks fabel/ legenda daerah (orientasi, komplikasi,
resolusi, koda).
2. Memerinci unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah (kata
kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan sang, kata
keterangan tempat dan waktu, kata hubung).
Kompetensi Dasar
4.12 Memerankan isi fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar
Indikator
1. Menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi fabel/ legenda
daerah (vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh).
2. Memerankan isi fabel/ legenda daerah sesuai dengan vokal, intonasi, pelafalan,
mimik, dan gerak tubuh.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyaksikan tayangan fabel/ legenda daerah, siswa dapat menganalisis
struktur teks fabel/ legenda daerah (orientasi, komplikasi, resolusi, koda) dengan
cermat.
8
2. Setelah menganalisis struktur teks fabel/ legenda daerah, siswa dapat memerinci
unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah (kata kerja, kalimat
langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan sang, kata keterangan tempat
dan waktu, kata hubung) dengan teliti.
3. Setelah memerinci unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah,
siswa dapat menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi
fabel/ legenda daerah (vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh)
dengan tepat.
4. Setelah menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi fabel/
legenda daerah, siswa dapat memerankan isi fabel/ legenda daerah sesuai
dengan vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh yang tepat dengan
percaya diri.
D. Materi Ajar
Teks fabel/ legenda daerah:
a. Struktur (orientasi, komplikasi, resolusi, koda)
Ciri kebahasaan dalam struktur teks fabel/ legenda daerah
Unsur kebahasaan:
a. Kata kerja
b. Kalimat langsung dan tidak langsung
c. Kata sandang si dan sang
d. Kata keterangan tempat dan waktu
e. Kata hubung
Hal-hal yang diperhatikan dalam bermain peran (vokal, intonasi, pelafalan,
mimik, dan gerak tubuh)
9
Kemdikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan.
Kemdikbud.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan apersepsi
terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Siswa menerima informasi tentang tema pembelajaran dan tujuan yang
diperoleh dari pembelajaran tersebut.
c. Siswa menerima informasi kompetensi, cakupan materi, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
d. Untuk membangun konsep, siswa menyaksikan tayangan video legenda
Banyu Wangi dengan cermat.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Siswa mendiskusikan struktur teks legenda dengan percaya diri.
b. Siswa mencermati pemodelan teks legenda Banyu Wangi.
c. Siswa menganalisis struktur teks legenda Banyu Wangi melalui metode
make a match.
d. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri
atas 3-4 orang.
e. Setiap kelompok mendapatkan potongan-potongan paragraf dari teks
legenda Baturaden, Sura dan Baya, serta Tangkuban Perahu.
f. Setiap kelompok mengidentifikasi struktur teks legenda Baturaden, Sura
dan Baya, serta Tangkuban Perahu dan menempelkannya pada bagan
struktur dengan cermat. (LKS halaman 5-7)
g. Setiap kelompok menandai ciri bahasa yang digunakan dalam struktur
orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda pada teks legenda Baturaden,
Sura dan Baya, serta Tangkuban Perahu. (LKS halaman 5-7)
h. Setiap kelompok menyampaikan hasil analisisnya di depan kelas dan
dibahas bersama-sama dengan menggunakan bahasa yang baik.
i. Siswa menjelaskan konsep unsur kebahasaan dalam teks legenda dengan
metode word square. (LKS halaman 8-9)
10
j. Siswa memerinci unsur kebahasaan pada teks legenda Banyu Wangi
(kata kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan
sang, kata keterangan tempat dan waktu, kata hubung) dengan media
kartu kata. (LKS halaman 9-10)
k. Siswa memerinci unsur kebahasaan dalam teks legenda Situ Bagendit
(kata kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan
sang, kata keterangan tempat dan waktu, kata hubung) dengan cara
melengkapi kalimat-kalimat rumpang. (LKS halaman 10-11)
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru.
b. Siswa menyempurnakan kembali pengetahuannya berdasarkan evaluasi
kelas.
c. Siswa mendapat tugas rumah untuk mencermati hal-hal yang
diperhatikan dalam bermain peran..
d. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut
pembelajaran.
Pertemuan ke-2
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan apersepsi
terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Siswa menerima informasi tentang tema pembelajaran dan tujuan yang
diperoleh dari pembelajaran tersebut.
c. Siswa menerima informasi kompetensi, cakupan materi, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
d. Untuk membangun konsep, siswa menyaksikan tayangan video
sosiodrama dengan cermat.
11
g. Dengan sikap saling menghargai, siswa berada dalam kelompok masing-
masing dan membagi peran sebagai tokoh dalam legenda Roro
Jonggrang. (LKS halaman 13-15)
h. Siswa mulai bekerja dalam kelompok untuk mengonsep kostum dan
atribut dalam memerankan kembali isi legenda Roro Jonggrang!
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru.
b. Siswa menyempurnakan kembali pengetahuannya berdasarkan evaluasi
kelas.
c. Siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat
pembelajaran.
d. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut
pembelajaran.
Pertemuan ke-3
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan apersepsi
terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Siswa menerima informasi tentang tema pembelajaran dan tujuan yang
diperoleh dari pembelajaran tersebut.
c. Siswa menerima informasi kompetensi, cakupan materi, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
12
H. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
a. Tes Objektif
1) Teknik : Tes Tertulis
2) Bentuk : Tes Objektif
3) Instrumen :
PENILAIAN PENGETAHUAN
Nama Siswa : ………… Tanggal : ………………..
Kelas : …………
b. Tes esai
1) Teknik : Tes Tertulis
2) Bentuk : Uraian
13
3) Instrumen :
PENILAIAN PENGETAHUAN
14
waktu, kata hubung). dengan benar
1= Memerinci 1-2 kata
keterangan tempat dan waktu
dengan benar
5. Memerinci unsur-unsur Rincilah kata hubung 4= Memerinci 4 kata hubung
kebahasaan dalam teks pada teks legenda Banyu dengan benar
fabel/ legenda daerah Wangi! 3= Memerinci 3 kata hubung
(kata kerja, kalimat dengan benar
langsung dan tidak 2= Memerinci 2 kata hubung
langsung, kata sandang dengan benar
si dan sang, kata 1= Memerinci 1 kata hubung
keterangan tempat dan dengan benar
waktu, kata hubung).
2. Penilaian Keterampilan
a. Tes esai
1) Teknik : Bermain Peran
2) Bentuk : Praktik
3) Instrumen :
PENILAIAN KETERAMPILAN
Skor Skor
No. Aspek Pertanyaan Pemandu
1 2 3 4 5 Siswa
1. Kesesuaian dengan Apakah permainan
naskah dilakukan sesuai naskah
yang ditulis?
Apakah dialog-dialog
yang diucapkan pemain
mengacu pada naskah?
2. Mimik Apakah mimik sesuai
dengan karakter pelaku
yang diperankan?
3. Pelafalan Apakah ucapannya
sangat jelas dan dapat
dipahami?
4. Intonasi Apakah intonasinya
sangat tepat?
5. Gerak tubuh Apakah gerak tubuh
mendukung karakter
pelaku yang diperankan?
Skor Maksimal 25
Keterangan:
1: Sangat kurang 2: Kurang 3: Cukup 4: Baik 5: Sangat baik
15
Skor yang diperoleh
Nilai Akhir = ______________ x 100 = ………
Skor maksimum
MATERI AJAR
TEKS FABEL/ LEGENDA DAERAH
1. Pengertian Legenda
16
Cerita tentang terjadinya suatu tempat. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang
dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh
pernah terjadi.
2. Struktur Teks Legenda
a. Orientasi pengenalan
b. Komplikasi kemunculan masalah
c. Resolusi penyelesaian masalah
d. Koda penutup
3. Ciri-Ciri Bahasa Teks Cerita Moral
Bahasa pada teks cerita moral memiliki kekhasan tersendiri, adapun cirinya adalah
sebagai berikut:
a. Memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau
kepribadiannya.
b. Memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar.
c. Memuat kata kerja untuk menunjukan peristiwa-peristiwa yang dialami pelaku.
d. Memuat sudut pandang pengarang.
4. Kata kerja
Kata kerja disebut juga verba adalah kata yang menyatakan suatu perbuatan.
Kata kerja terbagia atas dua macam, yaitu: kata kerja transitif dan kata kerja
intransitif.
Kata kerja transitif yaitu kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat .
Contoh:
Ibu membeli baju (S-P-O)
Kata kerja intransitif yaitu kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam
kalimat. Pada kalimat berpredikat kata kerja intransitif, tidak diperlukan kata
tambahan untuk mencapai maksud yang diinginkan. Akan tetapi kita bisa
menambahnya dengan unsur pelengkap atau keterangan.
Contoh:
Ani tidur (S-P)
Budi melamun (S-P)
Ani tidur lelap (S-P-Pel)
Ani tidur di kamar ( S-P-K)
5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat asli yang keluar dari mulut si penutur secara
langsung. Dalam penyampaiannya secara tulisan, kalimat ini ditulis dengan
sebenar – benarnya persis seperti apa yang dikatakan oleh penuturnya.
Karakteristik kalimat langsung:
a. Kalimat langsung di dalam tulisan ditandai dengan tanda petik (“).
b. Huruf pertama kalimat langsung adalah huruf kapital, meskipun berada di
tengah kalimat atau paragraph.
c. Antara kalimat petikan dan kalimat pengantar dipisahkan dengan tanda
koma (,).
d. Tidak ditambah atau dikurangi. Jika ingin dikutip di dalam tulisan tetapi
panjang, maka gunakan tanda titik (…).
e. Kalimat langsung yang berupa dialog harus dipisahkan dengan tanda titik
dua (:).
f. Tanda baca harus ditulis sebelum tanda petik pada kalimat langsung.
Contoh :
17
Ayah berkata, “Besok kita pergi ke rumah nenek.” Benar
Ayah berkata “Besok kita pergi ke rumah nenek.” Salah
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang mengutip, melaporkan, atau
menginformasikan kembali apa yang telah diucapkan oleh orang lain.
Karakteristik kalimat tidak langsung:
a. Tidak menggunakan tanda petik (“)
b. Memiliki konjungsi bahwa.
Contoh:
Kemarin dia berkata bahwa dirinya akan menjemput aku di rumah.
Ibu bertanya mengapa aku tidak berangkat ke sekolah hari ini.
6. Kata sandang Si dan Sang
Kata si dan sang digunakan untuk menyebut tokoh dalam teks legenda.
Kaidah penulisan si dan sang terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang
ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital.
7. Kata keterangan tempat dan waktu
Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan
waktu untuk menghidupkan suasana.
Untuk keterangan tempat biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu
biasanya digunakan kata depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu.
Contoh:
a. Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
b. Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-
mana terdapat genangan lumpur.
8. Kata hubung
Dalam teks legenda sering ditemui kata hubung sebagai berikut:
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai
penghubung antarkalimat dan intrakalimat.
Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi
dalam paragraf atau dalam teks.
Contoh:
a. Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu
berteriak sambil menangis.
b. Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah
menyelamatkan nyawanya.
c. Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina
semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
9. Hal-hal yang diperhatikan dalam bermain peran
a. Vokal
Suara dari mulut yang membunyikan kata-kata yang dirakit menjadi kalimat-
kalimat untuk mengutarakan perasaan dan pikiran.
Kemampuan untuk mengolah vokal agar lafal yang dihasilkan menjadi baik,
jelas, dan mudah untuk dipahami.
b. Intonasi
Nada suara dalam pengucapan dialog
c. Mimik
Disebut juga ekspresi, yaitu peniruan dengan gerak-gerik anggota badan dan
raut muka.
d. Gerak tubuh
Gerakan yang sesuai dengan tokoh yang diperankan.
18
LEMBAR KERJA peserta didik
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : VII/ 2
Nama Siswa : ………………………...............…………………...............
19
TEKS FABEL/ LEGENDA DAERAH
BAHASA INDONESIA
KELAS VII
Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
Kompetensi Dasar
3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/ legenda daerah setempat
yang dibaca dan didengar
3.7
Indikator
20
2. Setelah menganalisis struktur teks fabel/ legenda daerah, siswa dapat memerinci
unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah (kata kerja, kalimat
langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan sang, kata keterangan tempat dan
waktu, kata hubung) dengan teliti.
RINGKASAN MATERI
1. Pengertian Legenda
Cerita tentang terjadinya suatu tempat. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang
dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-
sungguh pernah terjadi.
2. Struktur Teks Legenda
a. Orientasi pengenalan
b. Komplikasi kemunculan masalah
c. Resolusi penyelesaian masalah
d. Koda penutup
3. Ciri-Ciri Bahasa Teks Cerita Moral
Bahasa pada teks cerita moral memiliki kekhasan tersendiri, adapun cirinya
adalah sebagai berikut:
a. Memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik,
atau
kepribadiannya.
b. Memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar.
c. Memuat kata kerja untuk menunjukan peristiwa-peristiwa yang dialami
pelaku.
d. Memuat sudut pandang pengarang.
1. Kata kerja
Kata kerja disebut juga verba adalah kata yang menyatakan suatu
perbuatan.
Kata kerja terbagia atas dua macam, yaitu: kata kerja transitif dan kata
kerja intransitif.
Kata kerja transitif yaitu kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam
kalimat.
Contoh: 21
Ibu membeli baju (S-P-O)
Kata kerja intransitif yaitu kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam
5. Kata hubung
Dalam teks legenda, kata hubung yang sering ditemukan adalah:
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai
penghubung antarkalimat dan intrakalimat.
Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri
informasi dalam paragraf atau dalam teks.
Contoh:
a. Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian
22
berlari, lalu berteriak sambil menangis.
b. Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu
telah menyelamatkan nyawanya.
c. Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan
Langkah-langkah Kegiatan dan Tugas
KEGIATAN 1
Tugas Kelompok
a. Saksikanlah tayangan video legenda Sura dan Baya!
b. Setelah mencermati tayangan, ambillah potongan-potongan paragraf dari teks
legenda Banyu Wangi, Sura dan Baya, serta Tangkuban Perahu.
c. Identifikasilah struktur teks legenda Banyu Wangi, Sura dan Baya, serta Tangkuban
Perahu dan tempelkan pada bagan struktur!
Tugas Individu
a. Bacalah teks legenda Banyu Wangi di bawah ini!
Legenda Banyuwangi
23
KEGIATAN 1
Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar. Kerajaan itu
diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja memiliki seorang putera bernama
Raden Banterang. Raden Banterang adalah seorang pemuda yang gagah berani.
Sayangnya, sang pangeran muda itu sering bertindak gegabah. Ia sering bertindak tanpa
memikirkan lebih dahulu akibat perbuatannya.
Pada suatu hari, Raden Banterang pergi ke hutan untuk berburu. Ia mengejar
seekor rusa jauh ke tengah hutan. Kemudian, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis.
Raden Banterang keheranan mengapa si gadis cantik itu berjalan sendirian di tengah
hutan?
“Siapa kamu? Mengapa kamu ada di hutan ini?” Kata Raden Banterang.
“Namaku Surati. Ayahku raja kerajaan Klungkung. Ayahanda terbunuh dalam
peperangan. Lalu, musuh mengejarku, untung aku berhasil lari dan bersembunyi di
hutan ini,” kata gadis itu.
Raut muka Surati menjadi sedih dan air matanya mengalir. “Entah bagaimana
nasib ibu dan kakakku. Kami terpisah.” Jawabnya.
Raden Banterang iba mendengar cerita Surati. Ia kemudian mengajak gadis itu
pulang ke istana. Beberapa hari kemudian mereka menikah.
Pada suatu hari, seperti biasa Raden Banterang pergi berburu. Isterinya
mengantarkannya ke gerbang istana. Di tepi hutan, Raden Banterang bertemu dengan
pengemis berpakaian robek-robek. Raden Banterang memberikan sedekah kepada
pengemis itu.
“Tuanku,” kata pengemis, “aku akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu.”
“Rahasia?” sahut Raden Banterang, “coba ceritakan kepadaku.”
“Tuan,” kata pengemis, “berhati-hatilah pada isteri tuan. Ia minta bantuan seorang
laki-laki untuk membunuh tuanku.”
Raden Banterang tertawa geli. “Wah, pengemis ini pasti kurang waras. Bagaimana
mungkin Surati yang begitu lemah lembut tega melakukan itu? Lagi pula pengemis ini
kan tidak kenal aku dan isteriku?” Katanya.
Pengemis itu berkata, “ Tuan akan percaya kepadaku bila melihat bukti
kejahatannya. Isteri tuanku menyimpan barang milik laki-laki itu di bawah bantalnya.”
Kemudian ia pergi.
Raden Banterang pulang ke istana. Ia merasa gelisah. Ia tidak percaya kepada si
pengemis, namun kata-kata pengemis itu terus mengganggu pikirannya. Ia kemudian
menuju tempat tidurnya dan mengangkat bantal isterinya. Betapa terperanjatnya ketika
ia menemukan sebuah ikat kepala laki-laki di bawah bantal itu.
Raden Banterang sangat marah. Pikir Raden Banterang, beraninya Surati yang
dulu hidup sebatang kara di hutan, yang ditolong dan kemudian dinikahinya sekarang
berbuat keji kepadanya. “Sebelum ia mencelakaiku, lebih baik aku berjaga-jaga.”
Diajaknya isterinya berjalan-jalan di tepi sungai. Ia kemudian menceritakan
pertemuannya dengan pengemis di hutan.
“Kanda,” kata Surati, “Jangan percaya cerita pengemis itu, saya tidak pernah
memiliki niat jahat kepada kanda.”
“Ini apa?” kata Raden Bentareng sambil menunjukkan ikat kepala yang
ditemukannya.
Surati kemudian menuturkan bahwa setelah suaminya berangkat berburu, ia
bertemu dengan seorang pengemis berpakaian robek-robek di gerbang istana. Ternyata
pengemis itu adalah kakak kandungnya, Rupaksa. Surati sangat gembira karena selama
ini ia mengira kakaknya itu sudah meninggal.
24
Tak disangkanya Rupaksa menyimpan dendam kepada keluarga suaminya.
Rupaksa menyuruhnya membunuh suaminya sendiri untuk membalas dendam. Surati
tidak mau. Kakaknya sangat marah. Walaupun Surati mengatakan bahwa keluarga
suaminya tidak pernah terlibat perang dengan kerajaan Klungkung, kakaknya tetap
ingin membunuh Raden Banterang. Akhirnya Rupaksa memberikan ikat kepalanya
kepada Surati dan menyuruhnya meletakkannya di bawah bantal.
“Aku tak percaya kepadamu,” kata Raden Banterang kepada isterinya.
“Rencanamu kali ini gagal. Namun suatu saat nanti pasti kau mencobanya lagi.”
Raden Banterang menghunus kerisnya dan berjalan mendekati isterinya.
“Kanda,” kata Surati, “Aku tidak berdusta. Aku akan membuktikannya. Bila aku
bersalah, air sungai ini akan menjadi keruh dan berbau busuk. Namun sebaliknya, bila
aku tidak bersalah, air akan jernih dan berbau wangi”.
Ia kemudian melompat ke dalam sungai sebelum suaminya sempat mencegah.
Raden Banterang merasa sedih karena isterinya tenggelam sekaligus lega karena ia tak
perlu membunuh isterinya sendiri.
Raden Banterang beranjak pulang. Tiba-tiba angin bertiup dari arah sungai
membawa bau harum semerbak. Air sungai berubah menjadi jernih bekilauan. Raden
Banterang sangat menyesal. Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun,
semuanya telah terlambat. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang
artinya air yang harum.
Sumber: http://bacadongengsedunia.blogspot.co.id/2013/03/legenda-banyuwangi.html
d. Orientasi, koda
2) Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar. Kerajaan itu
diperintah oleh seorang raja yang bijaksana.
Penggalan teks di atas termasuk dalam bagian struktur … .
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Koda
25
3) Bagian komplikasi pada teks legenda Banyu Wangi ditunjukkan oleh penggalan
….
a. Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar.
Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja
memiliki seorang putera bernama Raden Banterang.
4) Bagian resolusi pada teks legenda Banyu Wangi ditunjukkan oleh penggalan … .
c. Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar.
Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja
memiliki seorang putera bernama Raden Banterang.
5) Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun, semuanya telah terlambat. Sejak itu
tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang artinya air yang harum.
Penggalan teks di atas termasuk dalam bagian struktur … .
a. Orientasi
b. Komplikasi
26
c. Resolusi
d. Koda
27
KEGIATAN 2
L Q W D F G H J T K X F E W Z X I
K E V Y B L H G E A W M A J N S F
F T G S R K Y A M G D K R A A Y I
V Y F E G Y T K P N T G G T T R T
G H B K N T F H A U G A N D E D I
N K V J T D E I T R H E U X G S S
U L D H Y E A R V E I S I N H Z N
S P A R J Q D N B R J C A G M A A
G O Q E K W F Y O T U S T K J D R
N K E W L G H A H I Y H R P E F T
A S O A O F K B V U T G E E R G N
L D T M Y E I N T O R F W N Y C G
K C G Z P Q L T U L K D A U U K S
A Z H R A L S H I M S A D T J I G
D V N Y X W I E Y S D S L U G T R
28
I B K L Z J Q K L W N J G P F E E
T H J I C T W B A D F A H H D P A
F J S K G A E R K S T R R G J N D
S Q A J B K D E U R I E K T K F A
A E Q R R J F S B T J W H E N D S
H T E B G F G D F G R Q R W I I D
T V Y D E D G N U S G N A L L F T
29
Tugas Individu
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai jawabannya pada word
square!
1. Teks yang berisi tentang cerita terjadinya suatu tempat disebut …. .
2. Struktur pengenalan dalam teks legenda disebut …. .
3. Tahap kemunculan masalah dalam struktur teks legenda disebut …. .
4. Struktur koda dalam teks legenda disebut …. .
5. Kata kerja disebut juga … .
6. Kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat disebut …. .
7. Kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam kalimat disebut …. .
8. Kalimat langsung di dalam tulisan ditandai dengan tanda …. .
9. Kalimat asli yang keluar dari mulut si penutur secara langsung disebut kalimat
….
10. Kalimat yang mengutip, melaporkan, atau menginformasikan kembali apa yang
telah diucapkan oleh orang lain disebut kalimat … .
11. Kata sandang yang digunakan untuk menyebut tokoh dalam teks legenda adalah
….
12. Kata depan di digunakan untuk menunjukkan keterangan … .
13. Kata depan pada digunakan untuk menunjukkan keterangan … .
14. Kata hubung yang biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri
informasi dalam paragraf atau dalam teks disebut … .
15. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam bermain peran adalah ... .
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
…………………………………… ……………………………………
2) Rincilah 5 kalimat langsung dan 3 kata kalimat tidak langsung pada teks legenda
Banyu Wangi!
KEGIATAN 3
Tugas Individu
a. Lengkapilah paragraf rumpang dalam teks legenda Situ Bagendit di bawah ini
dengan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan unsur kebahasaan dalam teks
legenda!
(meliputi: kata kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan
sang, kata keterangan tempat dan waktu, kata hubung)!
Di sebuah desa, tepatnya berada di Kota Garut tinggallah seorang janda yang
bernama Nyi Endit, janda itu merupakan janda yang sangat kaya. Dengan kekayaannya
itu, ia bisa ………….. apa pun yang ia sukai, ia pun sangat ditakuti di desa tersebut.
Banyak penduduk di sana yang ………… uang padanya, meskipun harus membayar
bunga dengan sangat tinggi. Nyi Endit selalu menagih uang kepada peminjamnnya
sembari membawa pengawal (tukang pukul). Jadi, kalau ada yang ditagih dan tidak
membayar, tukang pukul itu sudah siap untuk melakukan kekerasan.
……………, Nyi Endit selalu ……………. panen yang sangat melimpah, dan
ketika musim paceklik tiba banyak petani yang kesulitan bahkan ada yang sampai
busung lapar. Keadaan warga di sana sangatlah berbeda dengan Nyi Endit janda yang
kaya raya itu. Ia selalu berpesta pora di rumahnya, sedangkan petani banyak yang
kelaparan.
Ketika pesta sedang dimulai, tiba-tiba salah satu pengawalnya datang menghampiri
Nyi Endit itu dan berkata, “Nyi maaf sepertinya di luar ada seorang pengemis yang
ingin masuk dan membuat kerusuhan. Sepertinya ia ingin meminta-minta.”
…….……., Nyi Endit pun berkata dengan lantangnya,“usir dia!”
Namun, pengemis itu masuk ke dalam rumah Nyi Endit secara tak terduga dan
berkata, “Kau benar-benar serakah dan kejam Nyi Endit, kami kelaparan, berilah kami
sedikit makanan!”
Nyi Endit pun marah dengan seketika dan berkata, “Berani kau ya berkata seperti itu
padaku, dasar kurang ajar! Cepat usir dia dari rumahku!”
Pengawal Nyi Endit pun langsung …………. pengemis itu. Namun, secara tak
disangka pengemis itu sangat kuat dan bisa melawan para pengawal Nyi Endit dengan
satu gebrakan saja. Para tamu takjub melihat kesaktian pengemis tersebut.
Setelah melawan para pengawal Nyi Endit, pengemis itu pun berkata lagi kepada
Nyi Endit, “Jika kau tidak mau berbagi dengan orang yang kesulitan, akan kutunjukkan
sesuatu padamu.”
……….. pengemis itu mengambil satu ranting pohon, dan menancapkannya ke
tanah. Kemudian, ia berkata lagi pada Nyi Endit, “Jika ranting ini dapat kau cabut,
maka kau termasuk orang yang mulia di dunia. Jika kau tak bisa melakukannya, kau
bisa menyuruh kepada pengawalmu!”
Nyi Endit pun langsung memerintahkan kepada para pengawalnya untuk ………….
ranting pohon yang kecil itu. Ternyata pengawalnya itu tak bisa mencabut ranting
tersebut yang kelihatannya sangat mudah untuk dicabut.
Sang pengemis pun berkata lagi, “Ternyata pengawalmu tak sanggup mencabutnya.
Sekarang kau bisa lihat aku melakukannya.”
Sang pengemis itu dengan mudahnya mencabut ranting tersebut dan setelah dicabut
ternyata keluarlah air yang begitu deras dari lubang ranting tersebut. Secara tiba-tiba
sang pengemis pun …………… seketika. Seketika itu, guncangan gempa bumi datang
dan hujan yang begitu lebat. …………., dengan sekejap desa Nyi Endit pun lenyap
terendam oleh air dan berubahlah desa itu menjadi sebuah danau yang sekarang populer
disebut dengan Situ Bagendit. Di dalam danau tersebut dipercaya terdapat lintah yang
amat besar sebagai jelmaan Nyi Endit yang disebut dengan lintah darat.
Sumber: https://tilulas.com/2014/11/15/cerita-menarik-tentang-legenda-situ-bagendit-
di-jawa-barat/
Indikator
Tujuan
1. Setelah memerinci unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah, siswa
dapat menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi fabel/ legenda
daerah (vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh) dengan tepat.
2. Setelah menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi fabel/
legenda daerah, siswa dapat menampilkan isi fabel/ legenda daerah sesuai
dengan vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh yang tepat.
KEGIATAN 4
Sosiodrama
1. Cermatilah teks legenda Roro Jonggrang di bawah ini dengan seksama!
Roro Jonggrang
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama
Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian?
Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh Negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan
Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan
Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging dan dipimpin oleh
Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun
yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung
Bondowoso pada rakyatnya.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin.
Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro
Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “Cantik nian putri itu. Aku ingin
dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali,
maukah kau menjadi permaisuriku?”, tanya Bandung Bondowoso kepada Roro
Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini
lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi
permaisurinya”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan?”. Roro
Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka
Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat
Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Roro Jonggrang
memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso.
“Bagaimana, Roro Jonggrang?” desak Bondowoso.
Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan,
tetapi ada syaratnya,” katanya.
“Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”.
“Bukan itu, Tuanku”, kata Roro Jonggrang. “Saya minta dibuatkan candi,
jumlahnya harus seribu buah”.
“Seribu buah?” teriak Bondowoso.
“Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.”
Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan
amarah.
Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000
candi.
Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya tuanku bias membuat
candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat.
“Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!”
Setelah perlengkapan disiapkan, Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu.
Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya
dengan suara menggelegar.
Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat
kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.
“Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin.
“Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso.
Para jin segera bergerak kesana-kemari, melaksanakan tugas masing-masing.
Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas,
mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin.
“Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para
dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami.
“Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang.
Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung!
Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga
mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing.
“Wah, matahari akan terbit!” seru jin.
“Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung
jin yang lain.
Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung
Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi.
“Candi yang kau minta sudah berdiri!” Roro Jonggrang segera menghitung
jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!
“Jumlahnya kurang satu!” seru Roro Jonggrang.
“Berarti Tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”.
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat
murka.
“Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro
Jonggrang.
“Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan
jarinya pada Roro Jonggrang.
Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini
candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan
disebut Candi Roro Jonggrang.
Sumber: https://dongengkakrico.wordpress.com/cerita/cerita-rakyat-roro-jonggrang/
2. Diskusikanlah bersama teman satu kelompokmu alur yang terdapat pada legenda
Roro Jonggrang, kemudian tulislah pokok-pokok alurnya!
………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………...
3. Diskusikanlah bersama teman satu kelompokmu tokoh dan penokohan yang
terdapat pada legenda Roro Jonggrang, kemudian tuliskan di bawah ini!
Tokoh Watak
……………………………………… ………………………………………
… …
……………………………………… ………………………………………
… …
……………………………………… ………………………………………
… …
……………………………………… ………………………………………
… …
……………………………………… ………………………………………
… …
……………………………………… ………………………………………
… …
Tanggapan Pengajar
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
EVALUASI
LATIHAN
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup
sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan
tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia
bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail,
umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sampai di sungai,
petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan
ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”.
Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-
goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang karena ikan yang
didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat
terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan
dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu.
Tanpa banyak bertanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam
air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena
tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan.
“Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?” Tanya petani itu.
“Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”,
jawab wanita itu.
“Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai
imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu.
Petani itu pun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami-istri. Namun, ada satu
janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul
Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh
menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran
semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang.
Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk
mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja.
Tetapi, tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya
dilahap habis dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu
kedatangan anaknya sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar,
maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat
anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey,
bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana
makanan buat ayah?”, tanya petani.
“Sudah habis kumakan”, jawab si anak.
Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau
diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah
mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya
hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya
dikenal dengan nama Danau Toba.
Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-danau-toba.html
Tugas
1. Analisislah struktur legenda Danau Toba!
2. Analisislah kata kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang Si dan
Sang, kata keterangan tempat dan waktu, kata hubung yang terdapat dalam teks
legenda di atas!
3. Perankan kembali teks legenda Danau Toba dengan bahasamu sendiri!
Jawab
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
LAMPIRAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Video ini berisi gambaran singkat tentang legenda Banyu Wangi. Penayangan video
untuk membangun konsep siswa terhadap materi seputar legenda.Video ini diunduh
dari https://www.youtube.com/watch?v=gabGUaHyPHE pada 13 April 2016, pukul
09.00 WIB.
3. Pemodelan Teks
Teks legenda untuk dianalisis struktur dan ciri bahasa dalam setiap
strukturnya oleh siswa dalam kelompok.
5. Word Square
Digunakan untuk membangun konsep unsur kebahasaan yang digunakan
dalam teks legenda, meliputi: kata kerja, kalimat langsung dan tidak langsung,
kata sandang si dan sang, kata keterangan tempat dan waktu, kata hubung.
6. Kuis
7. Kartu kata
Emoji benar, salah, dan bintang digunakan untuk memberikan respons atas
jawaban yang diberikan siswa selama proses pembelajaran.
9. Pembagian Kelompok
Dalam pembagian kelompok dapat digunakan media kertas warna, stick
warna, dan lain-lain.
10. Buku Ajar
Buku ajar digunakan untuk melengkapi materi dan ciri kebahasaan dalam
teks cerita rakyat (hikayat).
LAMPIRAN
KUNCI JAWABAN
Pilihan ganda
1. C
2. A
3. B
4. B
5. D
Esai
1. Transitif:
Memiliki, mengejar, mendengar, mengajak, mengantarkan, memberikan,
memberitahukan, menyimpan, menuju, mengangkat, menemukan, menceritakan,
menunjukkan, menuturkan, membalas, membunuh, menghunus, melompat,
membawa.
Intransitif:
Berburu, menikah, pergi, pulang, berjaga-jaga, berjalan-jalan.
2. Kalimat langsung:
a. “Siapa kamu? Mengapa kamu ada di hutan ini?” Kata Raden Banterang.
b. “Namaku Surati. Ayahku raja kerajaan Klungkung. Ayahanda terbunuh dalam
peperangan. Lalu, musuh mengejarku, untung aku berhasil lari dan bersembunyi
di hutan ini,” kata gadis itu.
c. “Entah bagaimana nasib ibu dan kakakku. Kami terpisah.” Jawabnya.
d. “Tuanku,” kata pengemis, “aku akan memberitahukan sebuah rahasia
kepadamu.”
e. “Rahasia?” sahut Raden Banterang, “coba ceritakan kepadaku.”
Kalimat tidak langsung:
a. Ia kemudian menceritakan pertemuannya dengan pengemis di hutan.
b. Surati kemudian menuturkan bahwa setelah suaminya berangkat berburu, ia
bertemu dengan seorang pengemis berpakaian robek-robek di gerbang istana.
c. Walaupun Surati mengatakan bahwa keluarga suaminya tidak pernah terlibat
perang dengan kerajaan Klungkung, kakaknya tetap ingin membunuh Raden
Banterang.
3. Sang raja, sang pangeran, si gadis cantik, si pengemis
4. Dahulu kala, di tengah hutan, pada suatu hari, di tepi hutan, setelah suaminya
berangkat berburu, sebelum suaminya sempat mencegah.
5. Kata hubung:
a. Kemudian, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis.
b. Lalu, musuh mengejarku, untung aku berhasil lari dan bersembunyi di hutan ini.
c. Ia kemudian mengajak gadis itu pulang ke istana.
d. Akhirnya Rupaksa memberikan ikat kepalanya kepada Surati dan menyuruhnya
meletakkannya di bawah bantal.
Jawaban Evaluasi
1. Orientasi
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan.
Komplikasi
“Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah dan harus selesai dalam
waktu semalam.”
Resolusi
“Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya
pada Roro Jonggrang.
Koda
Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini
candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah
dan disebut Candi Roro Jonggrang.
2. Transitif:
Mempunyai, mendengar, menatap, mengamati, mengumpulkan, menumbuk,
memenuhi.
Intransitif:
Memerintah, berputar-putar, bergetar, menyingsing, murka
Kalimat langsung:
a. “Bagaimana, Roro Jonggrang?”
b. “Apa yang harus aku lakukan?”
c. “Seribu buah?”.
Kata hubung: akhirnya
3. Memerankan legenda membuat naskah dialog, memerankan di depan kelas.
LAMPIRAN PENILAIAN
Kompetensi Dasar
3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/ legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar
Indikator
1. Menganalisis struktur teks fabel/ legenda daerah (orientasi, komplikasi,
resolusi, koda).
2. Memerinci unsur-unsur kebahasaan dalam teks fabel/ legenda daerah (kata
kerja, kalimat langsung dan tidak langsung, kata sandang si dan sang, kata
keterangan tempat dan waktu, kata hubung).
Materi: Teks legenda
Soal 1:
Cermati teks berikut!
Legenda Banyuwangi
Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar. Kerajaan itu
diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja memiliki seorang putera bernama
Raden Banterang. Raden Banterang adalah seorang pemuda yang gagah berani.
Sayangnya, sang pangeran muda itu sering bertindak gegabah. Ia sering bertindak tanpa
memikirkan lebih dahulu akibat perbuatannya.
Pada suatu hari, Raden Banterang pergi ke hutan untuk berburu. Ia mengejar
seekor rusa jauh ke tengah hutan. Kemudian, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis.
Raden Banterang keheranan mengapa si gadis cantik itu berjalan sendirian di tengah
hutan?
“Siapa kamu? Mengapa kamu ada di hutan ini?” Kata Raden Banterang.
“Namaku Surati. Ayahku raja kerajaan Klungkung. Ayahanda terbunuh dalam
peperangan. Lalu, musuh mengejarku, untung aku berhasil lari dan bersembunyi di
hutan ini,” kata gadis itu.
Raut muka Surati menjadi sedih dan air matanya mengalir. “Entah bagaimana
nasib ibu dan kakakku. Kami terpisah.” Jawabnya.
Raden Banterang iba mendengar cerita Surati. Ia kemudian mengajak gadis itu
pulang ke istana. Beberapa hari kemudian mereka menikah.
Pada suatu hari, seperti biasa Raden Banterang pergi berburu. Isterinya
mengantarkannya ke gerbang istana. Di tepi hutan, Raden Banterang bertemu dengan
pengemis berpakaian robek-robek. Raden Banterang memberikan sedekah kepada
pengemis itu.
“Tuanku,” kata pengemis, “aku akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu.”
“Rahasia?” sahut Raden Banterang, “coba ceritakan kepadaku.”
“Tuan,” kata pengemis, “berhati-hatilah pada isteri tuan. Ia minta bantuan seorang
laki-laki untuk membunuh tuanku.”
Raden Banterang tertawa geli. “Wah, pengemis ini pasti kurang waras. Bagaimana
mungkin Surati yang begitu lemah lembut tega melakukan itu? Lagi pula pengemis ini
kan tidak kenal aku dan isteriku?” Katanya.
Pengemis itu berkata, “ Tuan akan percaya kepadaku bila melihat bukti
kejahatannya. Isteri tuanku menyimpan barang milik laki-laki itu di bawah bantalnya.”
Kemudian ia pergi.
Raden Banterang pulang ke istana. Ia merasa gelisah. Ia tidak percaya kepada si
pengemis, namun kata-kata pengemis itu terus mengganggu pikirannya. Ia kemudian
menuju tempat tidurnya dan mengangkat bantal isterinya. Betapa terperanjatnya ketika
ia menemukan sebuah ikat kepala laki-laki di bawah bantal itu.
Raden Banterang sangat marah. Pikir Raden Banterang, beraninya Surati yang
dulu hidup sebatang kara di hutan, yang ditolong dan kemudian dinikahinya sekarang
berbuat keji kepadanya. “Sebelum ia mencelakaiku, lebih baik aku berjaga-jaga.”
Diajaknya isterinya berjalan-jalan di tepi sungai. Ia kemudian menceritakan
pertemuannya dengan pengemis di hutan.
“Kanda,” kata Surati, “Jangan percaya cerita pengemis itu, saya tidak pernah
memiliki niat jahat kepada kanda.”
“Ini apa?” kata Raden Bentareng sambil menunjukkan ikat kepala yang
ditemukannya.
Surati kemudian menuturkan bahwa setelah suaminya berangkat berburu, ia
bertemu dengan seorang pengemis berpakaian robek-robek di gerbang istana. Ternyata
pengemis itu adalah kakak kandungnya, Rupaksa. Surati sangat gembira karena selama
ini ia mengira kakaknya itu sudah meninggal.
Tak disangkanya Rupaksa menyimpan dendam kepada keluarga suaminya.
Rupaksa menyuruhnya membunuh suaminya sendiri untuk membalas dendam. Surati
tidak mau. Kakaknya sangat marah. Walaupun Surati mengatakan bahwa keluarga
suaminya tidak pernah terlibat perang dengan kerajaan Klungkung, kakaknya tetap
ingin membunuh Raden Banterang. Akhirnya Rupaksa memberikan ikat kepalanya
kepada Surati dan menyuruhnya meletakkannya di bawah bantal.
“Aku tak percaya kepadamu,” kata Raden Banterang kepada isterinya.
“Rencanamu kali ini gagal. Namun suatu saat nanti pasti kau mencobanya lagi.”
Raden Banterang menghunus kerisnya dan berjalan mendekati isterinya.
“Kanda,” kata Surati, “Aku tidak berdusta. Aku akan membuktikannya. Bila aku
bersalah, air sungai ini akan menjadi keruh dan berbau busuk. Namun sebaliknya, bila
aku tidak bersalah, air akan jernih dan berbau wangi”.
Ia kemudian melompat ke dalam sungai sebelum suaminya sempat mencegah.
Raden Banterang merasa sedih karena isterinya tenggelam sekaligus lega karena ia tak
perlu membunuh isterinya sendiri.
Raden Banterang beranjak pulang. Tiba-tiba angin bertiup dari arah sungai
membawa bau harum semerbak. Air sungai berubah menjadi jernih bekilauan. Raden
Banterang sangat menyesal. Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun,
semuanya telah terlambat. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang
artinya air yang harum.
Sumber: http://bacadongengsedunia.blogspot.co.id/2013/03/legenda-banyuwangi.html
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1) Struktur yang terdapat dalam legenda Banyu Wangi adalah …. .
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Koda
3) Bagian komplikasi pada teks legenda Banyu Wangi ditunjukkan oleh penggalan
….
a. Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar.
Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja
memiliki seorang putera bernama Raden Banterang.
b. “Tuanku,” kata pengemis, “aku akan memberitahukan sebuah rahasia
kepadamu.”
“Rahasia?” sahut Raden Banterang, “coba ceritakan kepadaku.”
“Tuan,” kata pengemis, “berhati-hatilah pada isteri tuan. Ia minta bantuan
seorang laki-laki untuk membunuh tuanku.”
c. Raden Banterang beranjak pulang. Tiba-tiba angin bertiup dari arah
sungai membawa bau harum semerbak. Air sungai berubah menjadi
jernih bekilauan. Raden Banterang sangat menyesal.
d. Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun, semuanya telah
terlambat. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang artinya
air yang harum.
4) Bagian resolusi pada teks legenda Banyu Wangi ditunjukkan oleh penggalan … .
a. Raden Banterang adalah seorang pemuda yang gagah berani. Sayangnya,
sang pangeran muda itu sering bertindak gegabah. Ia sering bertindak
tanpa memikirkan lebih dahulu akibat perbuatannya.
b. “Kanda,” kata Surati, “Aku tidak berdusta. Aku akan membuktikannya.
Bila aku bersalah, air sungai ini akan menjadi keruh dan berbau busuk.
Namun sebaliknya, bila aku tidak bersalah, air akan jernih dan berbau
wangi”.
c. Dahulu kala, di ujung timur pulau Jawa berdiri sebuah kerajaan besar.
Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja
memiliki seorang putera bernama Raden Banterang.
d. Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun, semuanya telah
terlambat. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang artinya
air yang harum.
5) Tahulah ia bahwa isterinya tidak bersalah. Namun, semuanya telah terlambat. Sejak itu
tempat itu dikenal sebagai Banyuwangi yang artinya air yang harum.
Penggalan teks di atas termasuk dalam bagian struktur … .
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Koda
Rubrik Penilaian
2. Penilaian Pengetahuan
a. Tes Objektif
1) Teknik : Tes Tertulis
2) Bentuk : Tes Objektif
3) Instrumen :
PENILAIAN PENGETAHUAN
Nama Siswa : ………… Tanggal : ………………..
Kelas : …………
b. Tes esai
1) Teknik : Tes Tertulis
2) Bentuk : Uraian
3) Instrumen :
PENILAIAN PENGETAHUAN
Kompetensi Dasar
4.12 Memerankan isi fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar
Indikator
1. Menampilkan hal-hal yang diperhatikan dalam memerankan isi fabel/
legenda daerah (vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan gerak tubuh).
2. Memerankan isi fabel/ legenda daerah sesuai dengan vokal, intonasi,
pelafalan, mimik, dan gerak tubuh
Roro Jonggrang
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama
Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian?
Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh Negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan
Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan
Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging dan dipimpin oleh
Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun
yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung
Bondowoso pada rakyatnya.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin.
Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro
Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “Cantik nian putri itu. Aku ingin
dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali,
maukah kau menjadi permaisuriku?”, tanya Bandung Bondowoso kepada Roro
Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini
lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi
permaisurinya”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan?”. Roro
Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka
Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat
Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Roro Jonggrang
memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso.
“Bagaimana, Roro Jonggrang?” desak Bondowoso.
Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan,
tetapi ada syaratnya,” katanya.
“Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”.
“Bukan itu, Tuanku”, kata Roro Jonggrang. “Saya minta dibuatkan candi,
jumlahnya harus seribu buah”.
“Seribu buah?” teriak Bondowoso.
“Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.”
Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan
amarah.
Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000
candi.
Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya tuanku bias membuat
candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat.
“Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!”
Setelah perlengkapan disiapkan, Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu.
Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya
dengan suara menggelegar.
Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat
kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.
“Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin.
“Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso.
Para jin segera bergerak kesana-kemari, melaksanakan tugas masing-masing.
Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas,
mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin.
“Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para
dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami.
“Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang.
Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung!
Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga
mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing.
“Wah, matahari akan terbit!” seru jin.
“Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung
jin yang lain.
Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung
Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi.
“Candi yang kau minta sudah berdiri!” Roro Jonggrang segera menghitung
jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!
“Jumlahnya kurang satu!” seru Roro Jonggrang.
“Berarti Tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”.
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat
murka.
“Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro
Jonggrang.
“Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan
jarinya pada Roro Jonggrang.
Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini
candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan
disebut Candi Roro Jonggrang.
Sumber: https://dongengkakrico.wordpress.com/cerita/cerita-rakyat-roro-jonggrang/
2. Diskusikanlah bersama teman satu kelompokmu alur yang terdapat pada legenda
Roro Jonggrang, kemudian tulislah pokok-pokok alurnya!
3. Diskusikanlah bersama teman satu kelompokmu tokoh dan penokohan yang
terdapat pada legenda Roro Jonggrang, kemudian tuliskan di bawah ini!
4. Tuliskan semua dialog sesuai isi legenda Roro Jonggrang!
5. Bekerjalah dalam kelompok untuk menyiapkan kostum dan atribut dalam
memerankan kembali isi legenda Roro Jonggrang!
6. Bagilah peran sebagai tokoh dalam legenda Roro Jonggrang!
7. Perankan isi teks legenda Roro Jonggrang dengan metode sosiodrama!
8. Kelompok lain mengomentari penampilan di depan kelas sesuai dengan hal-hal
yang diperhatikan dalam bermain peran (vokal, intonasi, pelafalan, mimik, dan
gerak tubuh)!
Penilaian Keterampilan
b. Tes esai
1) Teknik : Tes Tertulis
2) Bentuk : Uraian
3) Instrumen :
PENILAIAN KETERAMPILAN
Skor Skor
No. Aspek Pertanyaan Pemandu
1 2 3 4 5 Siswa
1. Kesesuaian dengan Apakah permainan
naskah dilakukan sesuai naskah
yang ditulis?
Apakah dialog-dialog
yang diucapkan pemain
mengacu pada naskah?
2. Mimik Apakah mimik sesuai
dengan karakter pelaku
yang diperankan?
3. Pelafalan Apakah ucapannya
sangat jelas dan dapat
dipahami?
4. Intonasi Apakah intonasinya
sangat tepat?
5. Gerak tubuh Apakah gerak tubuh
mendukung karakter
pelaku yang diperankan?
Skor Maksimal 25
Keterangan:
1: Sangat kurang
2: Kurang
3: Cukup
4: Baik
5: Sangat baik
Skor maksimum