Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna antara
sebelum titrasi dan sesudah titrasi pada sampel kecap. Sampel kecap berwarna
kuning sebelum dilakukan titrasi dan menjadi merah bata setelah dilakukan titrasi.
Terdapat endapan perak klorida setelah mencapai titik akhir. Terdapat endapan
perak klorida setelah mencapai titik akhir. Analisa yang digunakan pada
percobaan ini berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualiatif
terjadi pada saat mengamati perubahan warna dari kuning menjadi merah bata,
sedangkan analisa kuantitatif diamati pada saat menghitung volume perak nitrat
yang digunakan. Data hasil pengamatan diperoleh volume perak nitrat sebesar
delapan koma lima mililiter dan pada standarisasi perak nitrat didapatkan
normalitas perak nitrat sebesar 0,0137 N, penentuan kadar Cl- pada faktor
pengenceran didapatkan sebesar seratus, ppm Cl- didapatkan sebesar 82679,5 ppm
dan persen Cl- didapatkan sebesar 8,26795 persen.
4.2. Pembahasan
Percobaan ini membahas tentang titrasi argentometri dengan cara Mohr.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar natrium klorida dalam kecap.
Titrasi argentometri dinyatakan sebagai titrasi pengendapan, dimana dalam titrasi
ini menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana akan terbentuk garam perak
yang sukar larut. Titrasi argentometri termasuk titrasi volumetri, dimana metode
ini berdasarkan volume titran yang sudah diketahui konsentrasinya dan bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi titran yang belum diketahui. Metode titrasi
argentometri terdapat tiga jenis, meliputi metode Mohr, metode Volhard, dan
metode Fajans. Metode mohr mirip dengan suatu sistem asam-basa yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan.
Keadaan tersebut disebut sebagai titrasi mohr dari klorida dengan ion perak yang
dalam hal ini ion kromat digunakan sebagai indikator. Metode ini terbatas untuk
Ph tujuh sampai sepuluh. Metode volhard digunakan dalam penentuan ion
klorida, bromin, dan iodin dengan penambahan larutan standar perak nitrat.
Indikator yang dipakai adalah besi tiga dengan titran amonium tiosianat, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan
standar berlebih. Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada
cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan.
Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine
atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh ion perak. Pada
titrasi ini, titran yang digunakan berupa perak nitrat dan titrat yang digunakan
berupa natrium klorida. Adapun indikator yang digunakan berupa kalium kromat.
Saat telah mencapai titik akhir ditandai dengan perubahan warna, dari kuning
menjadi merah bata. Hasil reaksi ini berupa endapan putih yang berasal dari
perak klorida.
Larutan standar terdiri atas dua macam, larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer dinyatakan sebagai larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya secara pasti, sedangkan larutan standar sekunder
dinyatakan sebagai larutan yang belum diketahui konsentasinya secara pasti atau
teliti. Ciri-ciri larutan standar primer, antara lain kemurnian yang tinggi, rumus
molekul pasti, stabil dalam penyimpanan dan tidak higroskopis. Sebaliknya,
ciriciri dari larutan standar sekunder, meliputi kemurnian yang rendah, rumus
molekul tidak pasti, tidak stabil dalam penyimpanan, dan bersifat higroskopis.
Kelarutan berdasarkan tingkat kejenuhannya dibagi menjadi tiga, antara lain
kelarutan tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh. Kelarutan tak jenuh, hasil kali
ion-ionnya lebih kecil daripada hasil kali kelarutannya. Kelarutan tepat jenuh,
hasil kali ion-ionnya sama dengan hasil kali kelarutannya. Kelarutan lewat jenuh,
hasil kali ion-ionnya lebih besar daripada hasil kali kelarutannya. Hasil kali
kelarutan dinyatakan sebagai hasil konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya
yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometri di dalam
persamaan setimbang. Titik ekivalen dinyatakan sebagai mol titran tepat habis
bereaksi dengan mol titrat, ditandai dengan perubahan warna yang belum
konstan. Sedangkan tiik akhir dinyatakan sebagai mol titran berlebih bereaksi
dengan indikator, ditandai dengan perubahan warna yang konstan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Saat titik akhir titrasi, pada sampel kecap mengalami perubahan warna dari
warna kuning cerah menjadi warna merah bata. Terdapat endapan putih setelah
mencapai titik akhir dan endapan putih ini berasal dari perak klorida. Analisa yang
digunakan pada percobaan ini berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.
Analisa kualiatif terjadi pada saat mengamati perubahan warna dari kuning
menjadi merah bata, sedangkan analisa kuantitatif diamati pada saat menghitung
volume perak nitrat yang digunakan. Data hasil pengamatan diperoleh volume
perak nitrat sebesar delapan koma lima mililiter dan pada standarisasi perak nitrat
didapatkan normalitas perak nitrat sebesar 0,0137 N, penentuan kadar Cl- pada
hfaktor pengenceran didapatkan sebesar seratus, ppm Cl- didapatkan sebesar
82679,5 ppm dan persen Cl- didapatkan sebesar 8,26795 persen.
5.2. Saran
Adapun saran pada percobaan ini berupa penggunaan erlenmeyer yang masih
terdapat bekas perak seharusnya digunakan erlenmeyer yang sudah benar-benar
bersih agar tidak mengganggu ketika mengamati perubahan warna. Larutan
natrium klorida 0,0141 N yang terkadang masih belum tersedia seharusnya sudah
disiapkan terlebih dahulu sebelum praktikum agar dapat menghemat waktu.

Anda mungkin juga menyukai