Anda di halaman 1dari 76

DIKTAT

MATA KULIAH SINTAKSIS

KELAS KATA NOMINA

Disusun oleh:

ERNANDA

NIDN 0023038308

FKIP
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karuniaNYA bagi semesta alam. Atas izinNYAlah penulis dapat menyelesaikan Diktat Mata
Kuliah Sintaksis yang berjudul “Kelas Kata Nomina”

Untuk terlaksananya penulisan Diktat ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Kepada pihak-pihak yang telah berkonstribusi dalam proses penulisan
Diktat ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Diktat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa wawasan mengenai kelas kata
nomina dan dapat menjadi sumber bahan ajar untuk Mata Kuliah Sintaksis.

Jambi, 27 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… iii
Daftar Table …………………………………………………………………………… v
Daftar Figure ………………………………………………………………………….. iv

1 Kelas Kata Nomina ……………………………………………………………….. 1

2 Peran Semantis Frase Nomina ……………………………………………………. 2


2.1. Agent ………………………………………………………………………. 2
2.2. Patient ……………………………………………………………………… 2
2.3. Beneficiary ………………………………………………………………… 3
2.4 Experiencer dan Stimulus …………………………………………………. 3
2.5 Force ……………………………………………………………………….. 4
2.6 Goal ………………………………………………………………………... 4
2.7 Measure ……………………………………………………………………. 5
2.8 Result ………………………………………………………………………. 5
2.9 Instrument ………………………………………………………………….. 5

3 Fungsi sintaksis …………………………………………………………………… 10

4 Pewatas (modifier) Nomina ………………………………………………………. 12


4.1 Numeral dan Classifier …………………………………………………….. 12
4.2 Adjektiva …………………………………………………………………... 14
4.3 Possessor …………………………………………………………………... 14
4.4 Pewatas (modifier) nomina ………………………………………………… 16
4.5 Adjective clause …………………………………………………………… 17
4.6 Frase preposisi …………………………………………………………….. 18
4.7 Demonstrativa ……………………………………………………………... 19

5 Kata majemuk nomina ……………………………………………………………. 22


5.1 Komposisi Nomina + Nomina ……………………………………………... 22
5.2 Komposisi Nomina + Verba ……………………………………………...... 24
5.3 Komposisi Nomina +Adjektiva ……………………………………………. 27
5.4 Komposisi Nomina + Numeralia …………………………………………... 30
5.5 Komposisi Verba + Nomina ……………………………………………...... 33
5.6 Komposisi Numeralia + Nomina …………………………………………... 35
5.7 Komposisi Adjektiva + Nomina …………………………………………… 37
5.8 Komposisi Adverbia + Nomina ……………………………………………. 39

6 Derivasi Morfologi Nomina ……………………………………………................. 42


6.1 Prefiks peN- dengan akar verba ………………………………………….. 42
6.2 Prefiks peN- merujuk pada inanimate object …………………………….. 43

iii
6.3 Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva …………………………………... 43
6.4 Prefiks pe- dengan akar kata verba ………………………………………… 44
6.5 Prefiks pe- yang mengekspresikan kegiatan olahraga ……………………... 45
6.6 Sufiks -an dengan akar kata verba ………………………………………… 46
6.7 Sufiks -an dengan akar verba dengan makna ‘alat’ ……………………….. 47
6.8 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina ……………………………... 48
6.9 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna diminutive ……… 49
6.10 Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial ……………………………… 49
6.11 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva ……………………………….. 50
6.12 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive ………………………. 52
6.13 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar nomina …………………………………. 53
6.14 Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba ……………………………. 54
6.15 Sirkumfiks per-…-an ……………………………………………………… 56
6.16 Sirkumfiks per-…-an dengan akar nomina ………………………………... 60
6.17 Sirkumfiks pe-…-an ……………………………………………………….. 63
6.18 Sufiks -wan, -wati …………………………………………………………. 64
6.19 Sufiks -anda dan -nda ……………………………………………………... 65
6.20 Prefiks ke- ………………………………………………………………...... 66
6.21 Prefiks ter- …………………………………………………………………. 66
6.22 Prefiks pra- ………………………………………………………………… 67

Terminologi ……………………………………………………………………….. 69
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 70

iv
DAFTAR TABEL

Table 1 Subjek dan Possessor ……………………………………………………….. 15


Table 2 Prefiks peN- dengan akar verba …………………………………………...... 42
Table 3 Prefiks peN- merujuk pada inanimate object ……………………………...... 43
Table 4 Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva …………………………………… 43
Table 5 Prefiks pe- dengan akar kata verba …………………………………………. 45
Table 6 Prefiks pe- yang mengekspresikan kegiatan olahraga ……………………… 45
Table 7 Sufiks -an dengan akar kata verba ………………………………………….. 46
Table 8 Sufiks -an dengan akar verba dengan makna ‘alat’ ………………………… 47
Table 9 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina ……………………………… 48
Table 10 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna diminutive ………. 49
Table 11 Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial ………………………………. 50
Table 12 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva ………………………………... 50
Table 13 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva yang tidak bisa diprediksi 51
maknanya ……………………………………………………………………
Table 14 Penyisipan negasi tidak dalam sirkumfiks ke-…-an ……………………….. 52
Table 15 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive ……………………….. 52
Table 16 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar nomina ………………………………….. 53
Table 17 Sirkumfiks ke-…-an dengan nomina ……………………………………….. 54
Table 18 Sirkumfiks peN-…-an dengar akar kata verba ……………………………... 55
Table 19 Sirkumfiks peN-…-an dengar akar kata verba dengan makna ‘tempat’ ……. 55
Table 20 Sirkumfiks per-…-an ……………………………………………………….. 56
Table 21 Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata verba transitif …………………….. 57
Table 22 Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina ……………………………. 58
Table 23 Nomina dengan sirkumfiks per-…-an ……………………………………… 59
Table 24 Sirkumfiks per-…-an dengan akar nomina ………………………………… 60
Table 25 Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina ……………………………. 61
Table 26 Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina dengan makna yang sama 62
dengan kata dasar …………………………………………………………...
Table 27 Sirkumfiks per-…-an dengan kelas kata numeralia ………………………... 63
Table 28 Sirkumfiks pe-…-an ………………………………………………………... 63
Table 29 Sufiks -wan, -wati …………………………………………………………... 64
Table 30 Sufiks -anda dan -nda ……………………………………………………… 65
Table 31 Prefiks ke- …………………………………………………………………... 66
Table 32 Prefiks ter- ………………………………………………………………….. 66
Table 33 Prefiks pra- …………………………………………………………………. 67

v
DAFTAR FIGURE

Figure 1 Hirarki Fitur Semantis Nomina ………………………………………………. 6

vi
1. Kelas Kata Nomina

Kata adalah unit yang fundamental dalam kalimat. Kata-kata dalam tata bahasa
masuk ke dalam beberapa kelas kata. Salah satu kelas kata adalah nomina.
Nomina adalah kelas kata yang digunakan untuk menunjukkan orang, tempat, dan
benda (Tallerman, 2015).

Sub kelas kata nomina berdasarkan tata bahasa tradisional dapat dibagi
menjadi lima kelompok (Miller, 2002):
1. Nomina konkrit dan nomina abstrak
2. Nomina umum dan nomina khusus
3. Nomina yang dapat dihitung dan nomina yang tidak dapat dihitung
4. Nomina hidup dan nomina mati
5. Nomina manusia dan nomina non-manusia

Pengklasifikasian nomina di atas berlaku untuk semua bahasa di dunia.


Susunan penyajian diktat ini adalah sebagai berikut. Bab 2 membahas tentang
peran semantis nomina. Bab 3 membahas fungsi sintaksis nomina. Pewatas
(modifier) nomina dijelaskan pada Bab 4. Kata majemuk yang proses
pembentukannya melibatkan nomina dijabarkan pada Bab 5. Pembahasan ditutup
dengan derivasi morfologi nomina pada Bab 6.

1
2. Peran Semantis Frase Nomina

Peran semantis adalah hubungan participant dengan verba dalam sebuah klausa
(SIL, 2003). Frase nomina secara umum berfungsi sebagai argument dari verba
(Tallerman, 2015). Verba menentukan peran semantis dari sebuah argument.
Tidak ada korelasi antara beberapa argument dan fungsi semantis masing-masing
argument. SIL (2003) menguraikan beberapa peran semantis dari frase nomina
sebagai berikut:

2.1. Agent

Agent adalah orang atau benda yang melakukan suatu kegiatan. Secara prototipe,
agent adalah nomina hidup yang secara sengaja melakukan kegiatan fisik dengan
efek yang dapat lihat. Agent biasanya adalah subjek dari verba dalam klausa aktif,
walaupun tidak selalu begitu. Pada contoh (1), ‘Rino’ adalah agent yang
melakukan tindakan fisik yaitu ‘melompat’. Selain sebagai subjek dari verba
dalam klausa aktif, agent juga dapat menjadi oblique argument dalam klausa
pasif. Pada contoh (2), ‘anjing’ adalah agent yang melakukan kegiatan fisik, yaitu
‘mengejar Rino’ dan dalam klausa ini ‘anjing’ adalah oblique argument untuk
klausa pasif.

(1). Rino melompat


Agent

(2). Rino dikejar anjing


Agent

2.2. Patient

Patient adalah entitas yang terdampak dari tindakan verba. Pada contoh (3),
‘Rino’ adalah patient yang terdampak secara fisik dari verba ‘mengejar’ yang
dilakukan oleh anjing. Patient dapat juga berfungsi sebagai subjek seperti pada

2
contoh (2) di atas. ‘Rino’ adalah entitas yang terdampak secara fisik dari tindakan
verba.

(3). Anjing mengejar Rino


Patient

2.3. Beneficiary

Beneficiary adalah seseorang atau sesuatu yang pada dasarnya adalah entitas
hidup yang diuntungkan dari sebuah aktifitas. Beneficiary terkadang juga disebut
recipient. Pada contoh (4), ‘adik’ adalah beneficiary atau pihak yang diuntungkan
dari tindakan ibu yang memberi uang.

(4). Ibu memberi uang kepada adik


Beneficiary

2.4. Experiencer dan Stimulus

Experiencer adalah nomina hidup yang menerima, mengalami, dan terkena


dampak dari suatu tindakan. Experiencer adalah entitas yang mengalami dampak
sensoris dari suatu tindakan. Stimulus adalah sesuatu yang menyebabkan
experiencer mengalami suatu peristiwa. Stimulus dapat berupa objek maupun
subjek. Pada contoh (5), ‘dia’ berfungsi sebagai experiencer yang mengalami
kondisi cemas. Pada contoh (6), ‘dia’ adalah experiencer yang mengalami proses
sensoris mencium aroma makanan, sedangkan ‘aroma makanan’ adalah stimulus
yang menyebabkan subjek mengalami kondisi yang dijelaskan oleh verba. Pada
contoh (7), ‘mereka’ ada entitas yang mengalami aktifitas mendengarkan
tembakan sedangkan ‘tembakan itu’ adalah stimulus yang menyebabkan
experiencer mengalami apa yang terjadi.

(5). Dia cemas


Experiencer

3
(6). Dia mencium aroma makanan
Experiencer Stimulus

(7). Tembakan itu terdengar oleh mereka


Stimulus Experiencer

2.5. Force

Force adalah entitas yang menyebabkan tindakan namun tanpa disadari atau tanpa
sengaja. Pada contoh (8), ‘angin’ adalah force yang menyebabkan jemuran
terbang. Dalam hal ini, angin bukanlah agent yang dengan sengaja melakukan hal
tersebut.

(8). Angin menerbangkan jemuran


Force

2.6. Goal

Goal adalah tempat kemana sesuatu berpindah atau mengarah. Goal tidak
mendapatkan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh verba. Pada contoh
(9), ‘anjing’ adalah goal dimana adik melemparkan batu. Sementara itu, pada
contoh (10), ‘halaman’ adalah goal kemana Lusi berjalan.

(9). Adik melempar batu ke anjing


Goal

(10). Lusi berjalan ke halaman


Goal

4
2.7. Measure

Measure adalah peran semantis yang mencatat kuantifikasi sebuah peristiwa atau
kegiatan. Pada contoh (11), ‘400.000 rupiah’ adalah kuantifikasi dari harga
sepatu.

(11). Sepatu itu harganya Rp. 400.000


Measure

2.8. Result

Result adalah peran semantis yang dihasilkan dari sebuah peristiwa. Pada contoh
(12), ‘kue’ adalah hasil dari peristiwa memanggang yang dilakukan oleh ayah.

(12). Ayah memanggang kue


Result

2.9. Instrument

Instrument adalah suatu entitas yang digunakan yang menyebabkan tindakan yang
dilakukan oleh verba. Pada contoh (13), ‘batu’ adalah instrument yang digunakan
untuk menghantam kaca jendela.

(13). Batu menghantam kaca jendela


Instrument

Fitur semantis di atas kemudian menghasilkan hirarki dalam pemarkahan.


Figure 1 berikut ini adalah hirarki dari fitur semantis nomina (Givón, 2001).

5
Figure 1. Hirarki Fitur Semantis Nomina

Hirarki di atas memberikan implikasi kondisional (‘jika … maka …’).


Sebagai contoh, jika suatu entitas itu female maka entitas tersebut haruslah
manusia. Jika manusia maka harus animate, jika animate maka harus spatial
(kongkrit).

Fitur semantis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nomina Kongkrit

Fitur kongkrit ini dapat dianalisis kembali dengan lebih spesifik menjadi dua
hirarki, yaitu temporal dan spatial (Givón, 2001). Entitas abstrak seperti
kesedihan, pikiran, keselamatan, kebahagiaan, dan lain sebagainya tidak memiliki
dimensi waktu maupun ruang. Entitas temporal seperti hari ini, bulan oktober,
selasa, tahun lalu, dan lain sebagainya memiliki dimensi waktu namun tidak
memiliki dimensi ruang. Sebaliknya, entitas kongkrit seperti rumah, meja, kursi,
penghapus, pantai, dan lain sebagainya memiliki dimensi waktu dan ruang.
Hirarki pemarkahan ini adalah bukti bahwa entitas yang memiliki dimensi ruang
juga memiliki dimensi waktu. Dimensi waktu lebih umum sifatnya daripada
dimensi ruang.

6
b. Nomina animate (hidup), humanitas, dan gender

Animate (hidup), humanitas, dan gender merupakan spesifikasi dari fitur kongkrit
(Givón, 2001). Artinya, nomina kongkrit dapat merupakan nomina hidup ataupun
nomina tidak hidup. Klasifikasi fitur animate (hidup) ini memiliki batasan yang
memiliki konsekuensi secara gramatikal. Pertama, untuk predikat (verba,
adjektiva) yang dapat muncul bersama nomina subjek maupun nomina objek.
Perhatikan contoh berikut ini. Pada contoh (14), orang sukses adalah konstruksi
frase yang berterima, namun pada contoh (15) batu sukses secara semantis tidak
dapat diterima. Pada contoh (16), konstruksi klausa mahasiswa menulis skripsi
dapat berterima, namun pada contoh (17), itik menulis skripsi secara semantis
tidak dapat diterima walaupun itik adalah nomina hidup yang kongkrit. Pada
contoh (18), klausa dia menanam bunga dapat berterima, namun pada konstruksi
(19) dia menanam suara tidak berterima secara semantis karena suara adalah
nomina abstrak yang tidak dapat ditanam.

(14). Orang sukses


(15). *batu sukses

(16). Mahasiswa menulis skripsi


(17). *Itik menulis skripsi

(18). Dia menanam bunga


(19). *Dia menanam suara

c. Nomina mati (inanimate)

Nomina mati (inanimate) dapat diklasifikasikan menjadi entitas natural (air,


sungai, tanaman, batu, dan lain sebagainya) dan entitas buatan (meja, kursi,
motor, buku, dan lain sebagainya).

7
d. Nomina yang dapat dihitung

Nomina dapat diklasifikasikan menjadi nomina yang dapat dihitung dan nomina
yang tidak dapat dihitung seperti pada contoh di bawah ini.

Nomina yang dapat dihitung:


Meja, kursi, orang, kucing, itik

Nomina yang tidak dapat dihitung:


Perasaan, cinta, kesedihan, kebahagiaan

e. Nomina umum dan rujukan

Nomina umum tidak merujuk ke entitas secara individu tapi merujuk kepada suatu
kelas entitas tertentu secara spesifik. Berikut ini adalah contoh kedua entitas
tersebut. Yang pertama adalah nomina secara umum dan yang kedua adalah
nomina berupa nama.

Nomina umum:
Hari, bulan, meja, kucing, hipotesis

Nama:
Sabtu, Januari, Universitas Jambi, Dora

f. Nomina dilihat dari ukuran, bentuk

Nomina kongkrit dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan bentuk. Sebuah


entitas dapat dilihat dari ukurannya, misalnya besar, kecil, tinggi, panjang, lebar.
Selain itu, dimensi bentuk juga dapat diklasifikasikan, misalnya bulat, persegi,
segitiga, dan lain sebagainya.

8
g. Nomina berdasarkan klasifikasi budaya

Nomina dapat diklasifikasikan berdasarkan budaya sepert: profesi, kekerabatan,


agama, status sosial, usia, dan lain sebagainya.

9
3. Fungsi sintaksis

Fungsi sintaksis dari nomina dapat dilihat dari relasi gramatikal dari frase nomina
dengan verba dimana nomina menjadi argument dalam sebuah konstruksi.
Terdapat dua relasi gramatikal nomina yaitu sebagai subjek dan objek. Menurut
Tallerman (2015) ada beberapa karakteristik subjek, yaitu:
• Subjek digunakan untuk mengekspresikan agent, jika ada agent di dalam
konstruksi.
• Subjek cenderung muncul di awal konstruksi.
• Subjek tidak muncul dalam konstruksi imperative. Misalnya dalam
konstruksi, ‘Tuliskan!’. Subjek sudah dimengerti sebagai pronominal
orang ke dua ‘anda, kamu’, sehingga subjek tidak perlu muncul dalam
konstruksi tersebut.
• Subjek mengontrol frase nomina reflexive yang merujuk pada ‘diri
sendiri’. Dalam konstruksi ‘Dia mencintai dirinya’, frase nomina ‘dirinya’
merujuk kembali kepada subjek ‘dia’.
• Subjek dapat mengontrol properti referensial dari frase nomina pada
klausa tambahan. Sebagai contoh, ‘Ray membeli ikan dan memasaknya’.
Dua klausa ini berhubungan satu sama lain. Subjek pada klausa kedua
tidak dimunculkan karena co-referential dengan subjek klausa pertama.

Selain itu, terdapat juga objek dalam relasi gramatikal. Contoh untuk objek
lebih terbatas dibandingkan dengan subjek. Objek dapat dipasivasi. Pada contoh
(1), ‘nasi’ adalah objek dari klausa tersebut. Objek ini kemudian dapat dapat
berada di posisi subjek, seperti terlihat pada contoh (2).

(1). Dia memasak nasi


Objek

(2). Nasi dimasaknya


Subjek

10
Untuk konstruksi dengan verba seperti ‘beri’, ‘kirim’, yang mengharuskan
hadirnya dua objek, maka objek pertama disebut sebagai ‘objek langsung’ dan
objek kedua disebut sebagai ‘objek tak langsung’. Pada contoh (3) berikut, dapat
dilihat posisi kedua objek tersebut. Objek pertama ‘uang’ adalah objek langsung
yang secara semantis berperan sebagai patient yang mendapatkan dampak
langsung dari tindakan yang dilakukan oleh verba. Sementara itu, objek tidak
langsung adalah ‘adiknya’ yang memiliki peran semantis sebagai recipient.

(3). Dia memberikan uang kepada adiknya


Objek langsung Objek tak langsung

11
4. Pewatas (modifier) Nomina

Nomina inti atau yang disebut juga head adalah unsur paling penting dalam
sebuah frase karena kata tersebut memberikan informasi semantis pokok dan
memberikan makna pada keseluruhan konstruksi frase. Perhatikan contoh berikut.
Paku kecil yang tajam adalah tentang entitas paku, bukan tentang adjektiva kecil
ataupun tajam. Kelas kata yang menjadi head adalah kelas kata yang menentukan
keseluruhan frase. Paku adalah kelas kata nomina yang menjadi head dari
konstruksi frase tersebut. Maka, frase tersebut adalah frase nomina.

(1). Paku kecil yang tajam


Head

Head adalah kata yang menjadi induk dari sebuah frase. Walaupun tanpa
pewatas (modifier), head dapat berdiri sendiri. Perhatikan contoh (2) dan (3) di
bawah ini. Head nomina paku dapat berdiri sendiri walaupun tanpa pewatas. Head
sendiri tidak dapat dihilangkan seperti pada contoh (3).

(2). Adik terinjak paku kecil yang tajam


Head Frase Nomina

(3). Adik terinjak paku


Head Frase Nomina

Nomina sebagai head dapat dikembangkan dengan beberapa pewatas


(modifier). Adapun pewatas nomina (modifier) yang secara umum digunakan
dalam Bahasa Melayu adalah sebagai berikut.

4.1. Numeral dan Classifier

Numeral yang digunakan sebagai pewatas nomina dapat berupa numeral cardinal
(numeral pokok) dan numeral distributif. Posisi numeral sebagai pewatas adalah

12
mendahului nomina head. Berikut adalah contoh dari nomina beserta pewatas
numeral:

Numeral cardinal dan Nomina


(4). Satu rumah
Numeral cardinal Nomina head

(5). Tiga buku


Numeral cardinal Nomina head

Numeral distributif dan Nomina


(6). Banyak rumah
Numeral distributif Nomina head

(7). Sedikit uang


Numeral distributif Nomina head

Classifier
Classifier adalah kata atau afiks yang mendeskripsikan klasifikasi dari sebuah
nomina (SIL, 2003). Adapun beberapa jenis classifier yang umum digunakan
seperti buah, biji, batang, ekor, orang. Posisi classifier adalah setelah numeral
dan sebelum nomina head seperti pada contoh berikut.

(8). Lima ekor itik


Numeral Classifier Nomina head

(9). Sepuluh batang pohon


Numeral Classifier Nomina head

13
4.2. Adjektiva

Adjektiva adalah pewatas (modifier) yang muncul setelah nomina. Adjektiva


mendeskripsikan kualitas dari nomina. Berikut ini adalah contoh adjektiva sebagai
pewatas (modifier). Pada contoh (10), pewatas adjektiva muncul setelah nomina
dan memberikan deskripsi tentang nomina buku yang mendahuluinya, yaitu buku
baru. Contoh (11) menunjukkan head nomina pisau yang diikuti oleh adjektiva
yang mendeskripsikan karakteristiknya, yaitu tajam.

(10). Buku baru


Head ADJ

(11). Pisau tajam


Head ADJ

Adjektiva dapat pula muncul dalam konstruksi relative clause dengan


perannya mendeskripsikan nomina seperti contoh berikut. Relative clause yang
memuat adjektiva memberikan keterangan mengenai head nomina buku pada
contoh (12) dan pisau pada contoh (13).

(12). Buku yang baru


Nomina REL ADJ

(13). Pisau yang tajam


Nomina REL ADJ

4.3. Possessor

Possessor atau kata ganti kepemilikan termasuk elemen pewatas (modifier) yang
dapat memberikan informasi tentang head nomina. Table 1 berikut ini adalah
bentuk possessor dalam bahasa melayu. Untuk pronominal orang pertama tunggal
dan orang kedua tunggal, digunakan bentuk singkat ku dan mu yang penulisannya
disatukan dengan head nomina ataupun elemen yang mendahuluinya.

14
Subjek Possessor
Orang pertama tunggal aku ku
Orang pertama jamak kami/kita kami/kita
Orang kedua tunggal kamu mu
Orang kedua jamak kalian kalian
Orang ketiga tunggal dia nya
Orang ketiga jamak mereka mereka
Table 1. Subjek dan Possessor

Berikut ini adalah contoh penggunaan possessor dalam frase nomina.

(14). Itu bajuku


DEM Head nomina-POSS

(15). Itu rumah kami


DEM Head nomina POSS

(16). Itu keinginanmu


DEM Head nomina-POSS

(17). Itu harta kalian


DEM Head nomina POSS

(18). Itu mejanya


DEM Head nomina-POSS

(19). Itu perhiasan mereka


DEM Head nomina POSS

Possessor tidak hanya dapat menjadi pewatas yang langsung muncul


setelah nomina. Possessor dapat juga muncul setelah elemen lain seperti

15
adjektiva. Dalam hal ini, possessor tetap berfungsi sebagai pewatas (modifier)
yang memberikan keterangan tentang head nomina yang mendahuluinya. Berikut
ini adalah contoh penggunaannya.

(20). Rumah besarku


Head nomina ADJ-POSS

(21). Baju baru kami


Head nomina ADJ POSS

(22). Teman baikmu


Head nomina ADJ-POSS

(23). Buku tebal kalian


Head nomina ADJ POSS

(24). Selendang ungunya


Head nomina ADJ-POSS

(25). Ban kempes mereka


Head nomina ADJ POSS

4.4. Pewatas (modifier) nomina

Selain menjadi head, nomina dapat pula menjadi pewatas (modifier) head nomina
lainnya. Biasanya nomina yang berfungsi sebagai pewatas ini menerangkan bahan
baku dari head nomina. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(26). Meja kayu


Head nomina Pewatas nomina

16
(27). Baju baja
Head nomina Pewatas nomina

(28). Peluru karet


Head nomina Pewatas nomina

(29). Atap seng


Head nomina Pewatas nomina

4.5. Adjective clause

Adjective clause adalah konstruksi yang diawali dengan relative marker ‘yang’
dan diikuti oleh adjektiva yang memiliki fungsi sebagai pewatas untuk head
nomina. Perhatikan contoh berikut ini. Adjective clause ‘yang besar’, ‘yang baru’,
‘yang baik’, ‘yang tebal’, ‘yang ungu’, dan ‘yang kempes’ adalah pewatas yang
memberikan keterangan tambahan mengenai head nomina yang mendahuluinya.

(30). Rumah yang besar


Head nomina REL ADJ

(31). Baju yang baru


Head nomina REL ADJ

(32). Teman yang baik


Head nomina REL ADJ

(33). Buku yang tebal


Head nomina REL ADJ

(34). Selendang yang ungu


Head nomina REL ADJ

17
(35). Ban yang kempes
Head nomina REL ADJ

4.6. Frase preposisi

Frase preposisi adalah frase yang headnya ditempati oleh preposisi (misalnya di,
pada, dengan, dalam, kepada, terhadap, oleh, dan lain sebagainya). Sebagai head,
posisi preposisi mendahului elemen komplemennya. Frase preposisi ini dapat
berfungsi sebagai pewatas (modifier) dari sebuah head noun.

(36). Ide dalam kepalanya


Head nomina PREP Nomina-POSS
Prepositional phrase
Pewatas/modifier

(37). Tanaman di halaman


Head nomina PREP nomina
Prepositional phrase
Pewatas/modifier

(38). Perhatian terhadap ibunya


Head nomina PREP nomina
Prepositional phrase
Pewatas/modifier

(39). Hormat pada mereka


Head nomina PREP nomina
Prepositional phrase
Pewatas/modifier

18
4.7. Demonstrativa

Demonstrativa adalah kata penunjuk yang membentuk konstruksi bersama dengan


nomina ataupun frase nomina. Demonstrativa juga berfungsi sebagai pewatas
(modifier) memberikan keterangan tambahan terhadap head nomina.
Demonstrativa selalu menempati posisi di akhir konstruksi. Perhatikan contoh-
contoh berikut.

(40). [Meja Itu] dari kayu


Head nomina DEM
Frase nomina

(41). Orang itu datang ke rumah


Head nomina DEM
Frase nomina

(42). Buku itu baru


Head nomina DEM
Frase nomina

Demonstrativa dapat muncul dengan kombinasi pewatas (modifier)


lainnya. Dengan pewatas (modifier) lainnya, demonstrativa tetap menjadi elemen
yang muncul di akhir sebuah konstruksi. Berikut ini adalah contoh-contoh
penggunaan demonstrativa sebagai pewatas (modifier) yang muncul di akhir frase
bersama elemen-elemen pewatas (modifier) lainnya.

(43). Pisau itu


Head nomina DEM
Frase nomina

19
(44). Pisau tajam itu
Head nomina ADJ DEM
Frase nomina

(45). Pisau tajamnya itu


Head nomina ADJ-POSS DEM
Frase nomina

(46). Pisau tajamnya yang mengkilat itu


Head nomina ADJ-POSS REL ADJ DEM
Frase nomina

(47). Pisau tajamnya yang mengkilat di sarung itu


Head nomina ADJ-POSS REL ADJ PREP N DEM
Frase nomina

Frase nomina dapat disusun oleh banyak pewatas (modifier). Berikut ini
adalah contoh konstruksi frase nomina dengan beberapa pewatas (modifier).

(48). Rumah
Head nomina
Frase nomina

(49). Rumah baru


Head nomina ADJ
Frase nomina

(50). Rumah barunya


Head nomina ADJ-POSS
Frase nomina

20
(51). Rumah barunya yang mahal
Head nomina ADJ-POSS REL ADJ
Frase nomina

(52). Rumah barunya yang mahal di puncak


Head nomina ADJ-POSS REL ADJ PREP N
Frase nomina

(53). Rumah barunya yang mahal di puncak itu


Head nomina ADJ-POSS REL ADJ PREP N DEM
Frase nomina

21
5. Kata Majemuk Nomina

Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menghasilkan kata baru dengan
makna baru. Kata majemuk terbentuk sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan oleh elemen apapun. Oleh karena itu, kata majemuk berbeda dari frase
yang dapat disisipi elemen-elemen lain. Pembahasan mengenai kata majemuk
akan dibatasi pada kata majemuk yang mengandung unsur nomina saja.

5.1. Komposisi Nomina + Nomina

Kata majemuk yang merupakan hasil gabungan dari dua nomina yang membentuk
satu kesatuan makna baru seperti contoh-contoh berikut. Pada contoh (1), nomina
kereta yang menurut KBBI (2020) berarti ‘kendaraan yang beroda dua atau
empat (biasanya ditarik oleh kuda)’ dan nomina api yang berarti ‘panas dan
cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar’. Kedua nomina ini membentuk
kata majemuk yang memiliki arti baru, yaitu ‘kereta yang terdiri atas rangkaian
gerbong yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan dengan tenaga uap atau listrik,
berjalan di atas rel, digunakan untuk kendaraan umum. Kata majemuk kereta api
tidak dapat disisipi oleh elemen lainnya seperti yang terdapat pada contoh (2).

(1). Kereta + api = Kereta api


N N Kata majemuk

(2). *Kereta dari api

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Kami menuju Leipzig dengan kereta api

Contoh selanjutnya adalah kata majemuk yang dibentuk dari gabungan


nomina anak yang berarti ‘manusia yang masih kecil’ dan nomina kunci yang
berarti ‘alat untuk mengunci pintu’. Kedua nomina ini membentuk kata majemuk
anak kunci yang berarti ‘alat untuk membuka kunci’ seperti pada contoh (3). Kata
majemuk anak kunci ini tidak dapat disisipi elemen lainnya. Pada contoh (4),

22
terjadi penyisipan elemen dari ke dalam konstruksi kata majemuk anak kunci.
Penyisipan elemen ini membuat konstruksi kata majemuk ini menjadi tidak
gramatikal.

(3). Anak + kunci = Anak kunci


N N Kata majemuk

(4). *Anak dari kunci

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Anak kuncinya ketinggalan di dalam rumah.

Contoh pembentukan kata majemuk selanjutnya adalah penggabungan


nomina kipas yang berarti ‘alat untuk mengibas-ibas’ dan nomina angin yang
berarti ‘gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah’. Kedua nomina ini membentuk kata majemuk kipas angin
yang memiliki makna baru, yaitu ‘kipas yang dijalankan dengan listrik atau batu
baterai untuk menyejukkan ruangan dan sebagainya’ seperti pada contoh (5). Kata
majemuk ini tidak dapat disisipi oleh elemen lain. Pada contoh (6), penyisipan
kata dari pada kata majemuk kipas angin menyebabkan konstruksi tersebut
menjadi kehilangan makna.

(5). Kipas + angin = Kipas angin


N N Kata majemuk

(6). *Kipas dari angin

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Ketika gerah, ia memakai kipas angin.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan nomina induk yang berarti ‘ibu


(terutama tentang binatang’ dan nomina semang yang berarti ‘hubungan khusus

23
antara orang yang berhutang dan orang yang mengutangi’. Kedua nomina ini
membentuk kata majemuk induk semang yang menghasilkan makna yang baru,
yaitu ‘orang yang memberi pekerjaan atau majikan’ seperti pada contoh (7). Kata
majemuk ini tidak dapat dipisahkan oleh elemen lain. Pada contoh (8), terdapat
penyisipan kata dari pada kata majemuk induk semang. Penyisipan kata ini
menyebabkan kata majemuk tersebut menjadi tidak gramatikal.

(7). Induk + semang = Induk semang


N N Kata majemuk

(8). *Induk dari semang

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Induk semangnya sangat dermawan dan suka membantu.

5.2. Komposisi Nomina + Verba

Kata majemuk dapat pula dibentuk dengan penggabungan unsur kelas kata
nomina dan kelas kata verba untuk membentuk suatu konstruksi kata majemuk
yang menghasilkan makna yang baru. Berikut ini adalah proses penggabungan
kelas kata nomina dan kelas kata verba dalam pembentukan kata majemuk.
Pada contoh (9), terdapat proses pembentukan kata majemuk yang
merupakan penggabungan kelas kata nomina anak yang berarti ‘manusia yang
masih kecil’ dan kelas kata verba angkat yang berarti ‘menaikkan, meninggikan’
yang kemudian membentuk kata majemuk anak angkat. Kedua unsur nomina dan
verba tersebut menghasilkan makna baru, yaitu ‘anak orang lain yang dipelihara
serta disahkan secara hukum sebagai anak sendiri’. Namun, saat ini kata majemuk
anak angkat telah mengalami perluasan makna. Seseorang yang dirasa dekat
dengan suatu keluarga dapat disebut anak angkat walaupun tidak ada pengesahan
secara hukum. Penyisipan unsur lain dalam kata majemuk ini akan
menyebabkannya menjadi konstruksi yang tidak gramatikal seperti pada contoh
(10).

24
(9). Anak angkat = Anak angkat
N V Kata majemuk

(10). *Anak dari angkat

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Aku diakui sebagai anak angkat oleh mereka.

Selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina sandal yang berarti


‘alas kaki yang dibuat dari kulit, karet, dan sebagainya’ dan kelas kata verba jepit
yang berarti ‘apit tekan’ yang membentuk sebuah kata majemuk sandal jepit
seperti pada contoh (11). Kedua unsur kelas kata nomina dan kelas kata verba ini
menghasilkan konstruksi kata majemuk dengan makna yang baru, yaitu ‘sandal
dengan pautan untuk ibu jari kaki dan jari kaki yang lain’. Penyisipan unsur lain
dalam kata majemuk ini membuat konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti
pada contoh (12).

(11). Sandal jepit = Sandal jepit


N V Kata majemuk

(12). *Sandal dari jepit

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia ke sekolah memakai sandal jepit.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina air yang


berarti ‘cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang
diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi
mengandung hidrogen dan oksigen’ dan kelas kata verba terjun yang berarti
‘melompat turun’ yang membentuk kata majemuk air terjun. Kedua elemen kelas
kata nomina air dan kelas kata verba terjun ini menghasilkan makna baru, yaitu

25
‘aliran air melewati jeram hingga air jatuh bebas ke dasar sungai’ seperti pada
contoh (13). Penyisipan kata lain ke dalam kata majemuk ini menyebabkan
konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti ditunjukkan oleh contoh (14).

(13). Air terjun = Air terjun


N V Kata majemuk

(14). *Air dari terjun

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Air terjun itu tidak lagi dikunjungi orang setelah peristiwa itu.

Selanjutnya adalah proses penggabungan kelas kata nomina kamar yang


berarti ‘ruang yang bersekat (tertutup) dinding yang menjadi bagian rumah atau
bangunan, biasanya disekat atau dibatasi empat dinding’ dan kelas kata verba
mandi yang berarti ‘membersihkan tubuh dengan air dan sabun dengan cara
menyiramkan, merendam diri dalam air, dan sebagainya’ yang membentuk kata
majemuk kamar mandi seperti pada contoh (15). Kata majemuk kamar mandi ini
memiliki makna baru, yaitu ‘bilik tempat mandi’. Penyisipan unsur lain dalam
konstruksi kata majemuk ini menyebabkan konstruksi ini menjadi tidak
gramatikal seperti pada contoh (16).

(15). Kamar mandi = Kamar mandi


N V Kata majemuk

(16). *Kamar dari mandi

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Ia merenovasi kamar mandinya.

26
5.3. Komposisi Nomina +Adjektiva

Kelas kata nomina dapat membentuk kata majemuk dengan kelas kata adjektiva
sehingga terbentuk makna baru. Berikut ini adalah contoh penggabungan kelas
kata nomina dan kelas kata adjektiva untuk membentuk kata majemuk. Pada
contoh (17), kelas kata nomina rumah memiliki arti ‘bangunan tempat tinggal’
dan kelas kata adjektiva sakit yang berarti ‘berasa tidak nyaman di tubuh karena
menderita sesuatu, demam, sakit perut, dan sebagainya’ membentuk kata
majemuk rumah sakit. Kata majemuk rumah sakit memiliki arti baru, yaitu
‘gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi
berbagai masalah kesehatan’. Penyisipan elemen lain dalam konstruksi kata
majemuk ini membuat konstruksi tersebut menjadi tidak gramatikal, seperti pada
contoh (18).

(17). Rumah sakit = Rumah sakit


N ADJ Kata majemuk

(18). *Rumah yang sakit

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Karyawan rumah sakit juga diberikan APD oleh para sukarelawan.

Contoh kata majemuk selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina


kambing yang berarti ‘binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daun-
daunan), berkuku genap, tanduknya bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai
hewan ternak untuk diambil daging, susu, kadang-kadang bulunya’ dan kelas kata
adjektiva hitam yang berarti ‘warna dasar yang serupa dengan warna arang’.
Penggabungan kedua kelas kata nomina dan kelas kata adjektiva ini menghasilkan
kata majemuk kambing hitam yang memiliki makna baru, yaitu ‘orang yang
dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau
dijadikan tumpuan kesalahan’ seperti pada contoh (19). Jika disisipi unsur lain,
misalnya relative marker ‘yang’ pada contoh (20), konstruksi ini tidak lagi

27
menjadi konstruksi kata majemuk, tapi konstruksi ini memiliki makna yang
sebenarnya, yaitu ‘seekor kambing yang berwarna hitam’.

(19). Kambing hitam = Kambing hitam


N ADJ Kata majemuk

(20). Kambing yang hitam

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Aku dijadikan kambing hitam dalam peristiwa itu.

Contoh selanjutnya adalah pembentukan kata majemuk dari kelas kata


nomina meja yang berarti ‘perkakas atau perabot rumah tangga yang mempunyai
bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya’ dan kelas
kata adjektiva hijau yang berarti ‘warna yang serupa warna daun pada umumnya’.
Kedua kata ini membentuk kata majemuk meja hijau yang memiliki arti yang
sangat berbeda, yaitu ‘pengadilan’ seperti pada contoh (21). Jika konstruksi kata
majemuk ini disisipi oleh relative marker ‘yang’, maka konstruksi ini secara
gramatikal dapat diterima seperti pada contoh (22), namun makna yang
dimilikinya adalah makna sebenarnya, yaitu ‘meja yang berwarna hijau’.

(21). Meja hijau = Meja hijau


N ADJ Kata majemuk

(22). Meja yang hijau

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Nasib pebunuh hakim di Medan berakhir di meja hijau.

Selanjutnya adalah proses penggabungan kelas kata nomina hari yang


berarti ‘waktu dari pagi sampai pagi lagi yaitu satu edaran bumi pada sumbunya’
dan kelas kata adjektiva besar yang berarti ‘lebih dari ukuran sedang atau lawan

28
dari kecil’. Proses pembentukan kata majemuk ini menghasilkan hari besar yang
memiliki makna baru, yaitu ‘hari yang dirayakan untuk memperingati suatu
peristiwa penting’ seperti pada contoh (23). Penyisipan relative marker ‘yang’
membuat kalimat ini tidak berterima secara semantis seperti pada contoh (24).

(23). Hari besar + Hari besar


N ADJ Kata majemuk

(24). *Hari yang besar

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia pulang kampung di saat libur hari besar.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina kursi yang


memiliki arti ‘tempat duduk yang memiliki kaki dan bersandaran’ dan kelas kata
adjektiva malas yang berarti ‘tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu’.
Penggabungan kedua kata ini membentuk kata majemuk kursi malas yang
memiliki makna baru, yaitu ‘kursi panjang untuk istirahat dan tidur-tiduran yang
sandarannya landai’ seperti pada contoh (25). Penambahan relative marker ‘yang’
di antara kedua kata ini dapat menyebabkan konstruksi kata majemuk ini menjadi
tidak gramatikal seperti pada contoh (26).

(25). Kursi malas = Kursi malas


N ADJ Kata majemuk

(26). *Kursi yang malas

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Kursi malas ini sangat empuk dan nyaman.

Contoh berikutnya adalah pembentukan kata majemuk dengan


penggabungan kelas kata nomina macan yang artinya ‘harimau’ dan kelas kata

29
adjektiva ompong yang artinya ‘tidak bergigi karena giginya sudah ada yang
tanggal, dicabut, tidak tumbuh, atau tidak terbentuk’. Hasil penggabungan kedua
kata ini adalah macan ompong yang artinya ‘sesuatu yang tampak kuat dan galak
tetapi sebenarnya tidak bertenaga dan jinak’ seperti pada contoh (27). Penyisipan
elemen relative marker ‘yang’ ke dalam kata majemuk ini menghasilkan
konstruksi macan yang ompong yang secara semantis bermakna ‘seekor macan
yang tidak memiliki gigi’ seperti pada contoh (28). Konstruksi ini dapat berterima
secara semantis, namun menghasilkan makna yang berbeda dan bukan lagi
berstatus sebagai kata majemuk.

(27). Macan ompong = Macan ompong


N ADJ Kata majemuk

(28). Macan yang ompong

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Jenderal yang dulunya gagah sekarang seperti macan ompong.

5.4. Komposisi Nomina + Numeralia

Kata majemuk dapat dibentuk dengan komposisi kelas kata nomina yang
digabungkan dengan kelas kata numeralia. Berikut ini adalah beberapa contoh
kata majemuk hasil penggabungan kelas kata nomina dan kelas kata numeralia.
Pada contoh (29), terdapat penggabungan kelas kata nomina langkah yang berarti
‘gerakan kaki ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan, waktu berjalan’ dan kelas
kata numeralia seribu yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka
1000 (Arab) atau M (Romawi)’. Penggabungan kedua kata ini menghasilkan kata
majemuk langkah seribu yang berarti ‘lari cepat karena takut dan sebagainya’.
Penyisipan elemen seperti kata tugas dari membuat konstruksi ini menjadi tidak
gramatikal seperti pada contoh (30).

30
(29). Langkah seribu = Langkah seribu
N NUM Kata majemuk

(30). *Langkah dari seribu

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Ketika ketahuan, maling itu mengambil langkah seribu.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina roda yang


berarti ‘barang bundar berlingkar dan biasanya berjeruji’ dan kelas kata numeralia
dua yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 2 (Arab) atau II
(Romawi)’. Penggabungan kedua kata ini menghasilkan kata majemuk roda dua
yang memiliki makna baru, yaitu ‘kendaraan yang memiliki dua roda, seperti
sepeda atau sepeda motor’ seperti pada contoh (31). Jika konstruksi kata majemuk
ini disisipi oleh elemen seperti relative marker ‘yang’, konstruksi pada contoh
(32) ini secara semantis dapat diterima, namun mengekspresikan makna yang
berbeda, yaitu menyatakan bahwa terdapat dua buah roda. Makna yang dihasilkan
bukan lagi makna baru seperti halnya makna yang dimiliki oleh kata majemuk.

(31). Roda dua = Roda dua


N NUM Kata majemuk

(32). Roda yang dua

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Biarlah aku memakai roda dua daripada menumpuk hutang hanya untuk gaya.

Pada contoh (33), terdapat penggabungan kelas kata nomina kaki yang
berarti ‘anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan’ dan
numeralia seribu yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 1000
(Arab) atau M (Romawi)’. Kedua kata ini menghasilkan kata majemuk kaki seribu
dengan makna yang baru yaitu ‘luing’. Penyisipan elemen seperti relative marker

31
dapat membentuk sebuah konstruksi yang berterima secara semantis, yaitu kaki
yang seribu seperti pada contoh (34). Namun, makna dari konstruksi berbeda dari
makna kata majemuk. Konstruksi ini memiliki makna yang sebenarnya, yaitu
terdapat kaki dengan jumlah seribu buah.

(33). Kaki seribu = Kaki seribu


N NUM Kata majemuk

(34). Kaki yang seribu

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia melompat begitu melihat kaki seribu.

Pada contoh (35), terdapat penggabungan kelas kata nomina kaki yang
berarti ‘anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan’ dan
numeralia lima yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 5 (Arab)
atau V (Romawi)’. Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata
majemuk kaki lima yang memiliki makna baru, yaitu ‘serambi muka toko di
pinggir jalan, biasanya berukuran lima kaki, biasanya dipakai sebagai tempat
berjualan’. Unsur lain seperti relative marker dapat disisipkan ke dalam
konstruksi ini, namun akan menghasilkan makna yang berbeda, yaitu ‘terdapat
kaki yang jumlahnya lima’ seperti pada contoh (36). Konstruksi ini dapat
berterima secara semantis, namun konstruksi ini bukan merupakan kalimat
majemuk.

(35). Kaki lima = Kaki lima


N NUM Kata majemuk

(36). Kaki yang lima

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Makanan kaki lima ini rasanya bintang lima.

32
Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina muka yang
berarti ‘bagian depan kepala, dari dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga
yang satu dengan telinga yang lain dengan kelas kata numeralia dua yang berarti
‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 2 (Arab) atau II (Romawi)’.
Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata majemuk muka dua yang
berarti ‘tidak jujur, tidak satu pendirian’ seperti pada contoh (37). Penyisipan
unsur lain, seperti relative marker ‘yang’ membuat konstruksi ini menjadi tidak
berterima secara gramatikal seperti pada contoh (38).

(37). Muka dua = Muka dua


N NUM Kata majemuk

(38). *Muka yang dua

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Aku tidak percaya lagi dengan orang bermuka dua.

5.5. Komposisi Verba + Nomina

Kelas kata nomina dapat digabungkan dengan kelas kata verba untuk membentuk
kata majemuk dan dalam proses ini, nomina menjadi unsur ke dua dalam
konstruksi tersebut. Berikut ini adalah contoh penggabungan kelas kata verba dan
kelas kata nomina dalam pembentukan kata majemuk. Pada contoh (39), terdapat
penggabungan kelas kata verba tolak yang berarti ‘dorong’ dan kelas kata nomina
peluru yang berarti ‘barang tajam dari timah, besi pengisi patrun atau yang
dilepaskan dengan senjata api’. Proses pembentukan kata majemuk ini
menghasilkan konstruksi tolak peluru yang memiliki arti baru, yaitu ‘olahraga
dengan menolakkan peluru, alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi
atau kuningan beratnya untuk putri 4kg, untuk putra 7 ¼ kg’. Penambahan elemen
lain diantara kedua kata ini membuat konstruksi ini menjadi tidak gramatikal
seperti pada contoh (40).

33
(39). Tolak peluru = Tolak peluru
V N Kata majemuk

(40). *Tolak yang peluru

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Mychelle adalah atlet tolak peluru.

Di bawah ini adalah proses pembentukan kata majemuk dengan


penggabungan kelas kata verba masuk yang berarti ‘datang ke dalam ruangan,
kamar, lingkungan, dan sebagainya’ dan kelas kata nomina angin yang berarti
‘gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah’. Penggabungan kedua kata ini menjadi kata majemuk masuk angin yang
memiliki arti baru, yaitu ‘sakit meriang’ seperti pada contoh (41). Penyisipan
unsur lain di antara kedua kata ini menyebabkan konstruksi ini menjadi tidak
gramatikal seperti pada contoh (42).

(41). Masuk angin = Masuk angin


V N Kata majemuk

(42). *Masuk untuk angin

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia keluar malam hingga masuk angin.

Contoh di bawah ini adalah proses pembentukan kata majemuk dengan


penggabungan kelas kata verba adu yang berarti ‘pertemukan, sentuh, benturkan,
sabung, hasut, tandingkan, sampaikan, timbang’ dengan kelas kata nomina domba
yang berarti ‘kambing yang berbulu tebal, bulunya dipakai bahan membuat wol’.
Konstruksi kata majemuk adu domba ini memiliki arti baru, yaitu ‘menjadikan
berselisih di antara pihak yang sepaham, menarungkan kita sama kita’ seperti

34
pada contoh (43). Adapun penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini
menyebabkan konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (44).

(43). Adu domba = Adu domba


V N Kata majemuk

(44). *adu untuk domba

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


PKI senang mengadu domba.

Selanjutnya adalah penggabungan kelas kata verba ikat yang berarti ‘tali,
benang, kain, dan sebagainya untuk mengebat, menyatukan, menggabungkan’ dan
kelas kata nomina pinggang yang berarti ‘bagian tubuh antara perut dan dada di
sebelah belakang atau di sisi’. Penggabungan kedua kata ini menghasilkan kata
majemuk ikat pinggang yang memiliki arti baru, yaitu ‘kain, kulit dan sebagainya
untuk mengebat pinggang, mengencangkan celana, dan sebagainya’ seperti pada
contoh (45). Adapun penyisipan unsur lain seperti kata dari membuat konstruksi
ini menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (46).

(45). Ikat pinggang = Ikat pinggang


V N Kata majemuk

(46). *ikat dari pinggang

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Ibu menghadiahiku sebuah ikat pinggang.

5.6. Komposisi Numeralia + Nomina

Kata majemuk dapat dibentuk dengan penggabungan kelas kata numeralia dan
kelas kata nomina. Dalam konstruksi ini, kelas kata nomina tidak menjadi unsur
yang muncul di awal konstruksi kata majemuk. Kata majemuk yang dihasilkan

35
dari proses penggabungan kedua kelas kata ini berfungsi sebagai adverbial atau
keterangan di dalam konstruksi klausa atau kalimat. Berikut ini adalah beberapa
contoh pembentukan kata majemuk dengan penggabungan kelas kata numeralia
dan kelas kata nomina. Pada contoh (47), terdapat penggabungan kelas kata
numeralia setengah yang berarti ‘separuh, sebagian’ dan kelas kata nomina hati
yang memiliki beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang berwarna kemerah-
merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu yang ada di dalam
tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat
menyimpan pengertian’. Kedua kata ini bergabung dan menjadi kata majemuk
yang menghasilkan makna baru, yaitu ‘segan, malu-malu, acuh tak acuh, tidak
menaruh perhatian’. Jika konstruksi ini disisipi dengan kata dari, konstruksi ini
dapat diterima, namun ia mengandung makna yang sebenarnya, yaitu ‘jumlah dari
hati (misalnya hati ayam yang biasa dimasak dan dikonsumsi manusia, dan
sebagainya) yaitu setengah kilogram’. Konstruksi dengan sisipan unsur lain
seperti ini bukan konstruksi kata majemuk seperti pada contoh (48).

(47). Setengah hati = Setengah hati


NUM N Kata majemuk

(48). Setengah dari hati

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Kau mengurusinya setengah hati.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata numeralia sepenuh


yang artinya ‘seluruh isi, semuanya’ dan kelas kata nomina yang memiliki
beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian
kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam
darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang
dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan
pengertian’. Penggabungan kedua kata ini membentuk kata majemuk sepenuh hati

36
yang berarti ‘dengan sungguh-sungguh’ seperti pada contoh (49). Sementara itu,
penyisipan elemen lain seperti kata dari menjadikan konstruksi ini tidak
gramatikal seperti pada contoh (50).

(49). Sepenuh hati = Sepenuh hati


NUM N Kata majemuk

(50). *Sepenuh dari hati

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Aku melaksanakan tugasku sepenuh hati.

5.7. Komposisi Adjektiva + Nomina

Kata majemuk dapat dibentuk dari penggabungan kelas kata adjektiva dan kelas
kata nomina. Dalam konstruksi ini, kelas kata nomina menjadi elemen kedua.
Fungsi dari kata majemuk ini di dalam sebuah konstruksi adalah sebagai
adjektival. Berikut ini adalah beberapa contoh pembentukan kata majemuk yang
merupakan penggabungan kelas kata adjektiva dan kelas kata nomina. Pada
contoh (51), kelas kata adjektiva panjang yang berarti ‘berjarak jauh dari ujung ke
ujung’ dan kelas kata nomina tangan yang berarti ‘anggota badan dari siku sampai
ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung kaki’ digabungkan untuk
membentuk kata majemuk panjang tangan yang memiliki arti baru, yaitu ‘suka
mencuri atau mencopet’. Kata majemuk ini dapat disisipi oleh elemen lain
misalnya kata dari, seperti pada contoh (52). Namun konstruksi ini memiliki
makna yang sebenarnya, yaitu ‘ukuran dari tangan’ dan konstruksi ini bukan
konstruksi kata majemuk.

(51). Panjang tangan = Panjang tangan


ADJ N Kata majemuk

(52). Panjang dari tangan

37
Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:
Dia panjang tangan.

Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata adjektiva baik yang


berarti ‘elok, patut, teratur, apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya’ dan
kelas kata nomina hati yang memiliki beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang
berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk
mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu
yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan
batin dan tempat menyimpan pengertian’. Penggabungan kedua kelas kata ini
menghasilkan kata majemuk baik hati yang memiliki makna baru, yaitu ‘berbudi
baik’ seperti pada contoh (53). Adapun penyisipan elemen lain seperti kata untuk
menyebabkan konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (54).

(53). Baik hati = Baik hati


ADJ N Kata majemuk

(54). *Baik untuk hati

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Pak Sunu sangat baik hati.

Selanjutnya adalah penggabungan kelas kata adjektiva keras yang berarti


‘pada kuat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak mudah pecah’ dan kelas
kata nomina kepala yang berarti ‘bagian tubuh yang di atas leher pada manusia
dan beberapa jenis hewan merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan
beberapa pusat indra’. Proses gramatikalisasi ini menghasilkan kata majemuk
keras kepala yang memiliki arti baru, yaitu ‘tidak mau menurut nasihat orang,
tegar tengkuk, kepala batu’ seperti pada contoh (55). Penambahan unsur kata lain
di antara kedua kelas kata ini menghasilkan konstruksi yang tidak berterima
secara semantis seperti pada contoh (56).

38
(55). Keras kepala = Keras kepala
ADJ N Kata majemuk

(56). *Keras dari kepala

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia terkenal keras kepala.

Contoh (57) di bawah ini adalah pembentukan kata majemuk dari kelas
kata adjektiva tinggi yang berarti ‘jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah’ dan
kelas kata nomina hati yang memiliki beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang
berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk
mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu
yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan
batin dan tempat menyimpan pengertian’. Kedua kata ini bergabung dan
membentuk kata majemuk tinggi hati yang memiliki makna baru, yaitu ‘sombong,
angkuh’. Penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini menghasilkan konstruksi
yang tidak gramatikal seperti pada contoh (58).

(57). Tinggi hati = Tinggi hati


ADJ N Kata majemuk

(58). *Tinggi dari hati

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Amir adalah orang yang tinggi hati.

5.8. Komposisi Adverbia + Nomina

Kata majemuk selanjutnya dapat juga dihasilkan dari proses penggabungan kelas
kata adverbia dan kelas kata nomina sehingga menghasilkan makna baru. Kelas
kata nomina pada konstruksi ini berada di posisi kedua. Berikut ini adalah contoh
pembentukan kata majemuk dengan penggabungan kelas kata adverbia dan kelas

39
kata nomina. Pada contoh (59), terjadi penggabungan kelas kata adverbia sekejap
yang berarti ‘sebentar saja, sesaat’ dan kelas kata nomina mata yang berarti ‘indra
untuk melihat’. Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata majemuk
sekejap mata yang memiliki makna baru, yaitu ‘sangat sebentar’. Adanya
penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini menjadikannya tidak gramatikal
seperti pada contoh (60).

(59). Sekejap mata = Sekejap mata


ADV N Kata majemuk

(60). *Sekejap untuk mata

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Tanpa ia sadari, uangnya lenyap sekejap mata.

Contoh selanjutnya adalah pembentukan kata majemuk dengan


penggabungan kelas kata adverbia sebelah yang berarti ‘setengah, separuh, bagian
dari suatu pasangan’ dan kelas kata nomina mata yang berarti ‘indra untuk
melihat’. Kata majemuk sebelah mata ini memiliki arti baru, yaitu ‘memandang
rendah orang lain’ seperti pada contoh (61). Penyisipan unsur lain menghasilkan
konstruksi yang tidak berterima secara semantis seperti pada contoh (62).

(61). Sebelah mata = Sebelah mata


ADV N Kata majemuk

(62). *Sebelah untuk mata

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Dia memandangku sebelah mata.

Contoh lain adalah penggabungan kelas kata adverbia atas yang berarti
‘bagian atau tempat yang lebih tinggi’ dan kelas kata nomina angin yang berarti

40
‘gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah’. Hasil penggabungan kedua kata ini adalah kata majemuk atas angin yang
memiliki makna baru, yaitu ‘suatu hal yang bersifat sedang terkenal atau
termasyur karena mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak’ seperti pada
contoh (63). Penambahan leksikal di antara kedua kata ini menghasilkan
konstruksi yang tidak gramatikal seperti pada contoh (64).

(63). Atas angin = Atas angin


ADV N Kata majemuk

(64). *Atas dari angin = Atas angin

Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:


Memang mereka saat ini sedang di atas angin.

41
6. Morfologi Derivasi Nomina

Kelas kata nomina dapat dibentuk dari proses morfologi derivasi. Morfologi
derivasi ini dilakukan dengan proses afiksasi atau penambahan afiks. Proses
afiksasi ini dapat mengubah kelas kata lain menjadi kelas kata nomina. Berikut ini
adalah penjabaran proses morfologi derivasi kelas kata nomina yang diadopsi dari
Sneddon et. al. (2010).

6.1. Prefiks peN- dengan akar verba

Prefiks peN- dapat digabungkan dengan akar verba untuk membentuk kelas kata
nomina yang bermakna ‘orang yang melakukan tindakan yang diekspresikan oleh
akar kata’. Berikut ini adalah contoh-contohnya.

Verba Derivasi nomina Makna nomina


Mengarang Pengarang Orang yang mengarang
Mencuri Pencuri Orang yang mencuri
Menipu Penipu Orang yang menipu
Menduduki Penduduk Orang yang menduduki suatu daerah atau tempat
Menumpang Penumpang Orang yang yang menumpang (misalnya
kendaraan umum)
Membaca Pembaca Orang yang membaca
Menyelam Penyelam Orang yang menyelam
Menjahit Penjahit Orang yang menjahit
Merajut Perajut Orang yang merajut
Table 2. Prefiks peN- dengan akar verba

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Pengarang buku itu mendapatkan loyalty yang tiada habis-habisnya.
• Penyelam itu menemukan harta karun di dasar lautan.

42
6.2. Prefiks peN- merujuk pada inanimate object

Proses derivasi prefiks peN- yang merujuk pada inanimate object menjelaskan alat
atau instrument yang digunakan untuk melakukan tindakan. Bentuk seperti ini
dapat memodifikasi nomina yang mengikutinya. Berikut ini adalah beberapa
contoh.

Verba Derivasi nomina Makna nomina


Memantik Pemantik (api) Alat untuk memantik api
Memutar Pemutar (film) Alat untuk memutar film
Menghapus Penghapus (papan Alat untuk untuk menghapus papan
tulis) tulis
Memanaskan Pemanas (makanan) Alat untuk memanaskan makanan
Membersihkan Pembersih (lantai) Alat untuk membersihkan lantai
Menabuh Penabuh (beduk) Alat untuk menabuh beduk
Memotong Pemotong (rumput) Alat untuk memotong rumput
Table 3. Prefiks peN- merujuk pada inanimate object

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Makanan beku itu dimasukkan ke dalam pemanas.
• Rumput di halaman sudah tinggi karena pemotongnya rusak.

6.3. Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva

Prefiks PeN- dapat melalui suatu proses derivasi morfologi dengan akar kata
adjektiva untuk membentuk kelas kata nomina. Makna yang dihasilkan dari proses
derivasi ini adalah ‘nomina yang diasosiasikan dengan adjektiva yang menjadi
akar kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.

Adjektiva Derivasi Makna nomina


nomina
Bebas Pembebas Orang yang membebaskan sesuatu atau seseorang

43
Adjektiva Derivasi Makna nomina
nomina
Berani Pemberani Orang yang berani
Panjang Pemanjang Alat untuk memanjangkan sesuatu
Bulat Pembulat Alat untuk membulatkan sesuatu
Dendam Pendendam Orang yang suka menyimpan dendam
Dengki Pendengki Orang yang dengki
Dingin Pendingin Alat untuk mendinginkan sesuatu
Encer Pengencer Alat untuk mengencerkan sesuatu
Halus Penghalus Alat untuk menghaluskan sesuatu
Harum Pengharum Alat untuk mengharumkan sesuatu (misalnya,
untuk ruangan)
Kagum Pengagum Orang yang mengagumi sesuatu atau seseorang
Keras Pengeras Alat untuk mengeraskan sesuatu
Kering Pengering Alat untuk mengeringkan sesuatu
Rekat Perekat Alat untuk merekatkan sesuatu
Malas Pemalas Orang yang malas
Table 4. Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Para pendengki tak dapat menerima kenyataan bahwa ia sering
mendapatkan penghargaan.
• Sebagai pengagum Rasul, mereka mengikuti sunnahnya.

6.4. Prefiks pe- dengan akar kata verba

Proses derivasi prefiks pe- dengan akar kata verba menghasilkan kelas kata
nomina yang memiliki makna ‘seseorang yang melakukan kegiatan seperti yang
diekspresikan oleh akar kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi
kelas kata nomina tersebut.

44
Verba Derivasi nomina Makna nomina
Bekerja Pekerja Orang yang bekerja
Belajar Pelajar Orang yang belajar
Berdagang Pedagang Orang yang berdagang
Berjalan Pejalan Orang yang berjalan kaki
Table 5. Prefiks pe- dengan akar kata verba

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Banyak pekerja terpaksa diPHK karena pabrik berhenti beroperasi.
• Menjadi pedagang sukses adalah impiannya sedari dulu.

6.5. Prefiks pe- yang mengekspresikan kegiatan olahraga

Kombinasi prefiks pe- dengan cabang olah raga tertentu dapat menghasilkan kelas
kata nomina yang bermakna ‘atlit cabang olah raga yang diekspresikan oleh akar
kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh kombinasi tersebut.

Olahraga Derivasi nomina Makna nomina


Gulat Pegulat Atlit gulat
Tinju Petinju Atlit tinju
Silat Pesilat Atlit silat
Lari Pelari Atlit lari
Catur Pecatur Atlit catur
Renang Perenang Atlit renang
Tenis Petenis Atlit tenis
Sepak bola Pesepak bola Atlit sepak bola
Panahan Pemanah Atlit panahan
Table 6. Prefiks pe- yang mengekspresikan kegiatan olahraga

45
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Pegulat itu memutuskan untuk berpindah kewarga negaraan karena ia
tidak dihargai di negaranya.
• Ia memutuskan untuk berkarir sebagai petenis.

6.6. Sufiks -an dengan akar kata verba

Proses derivasi suffiks -an dengan akar kata verba dapat menghasilkan nomina
yang menjadi objek dari kegiatan yang diekspresikan verba. Verba yang dapat
digunakan dalam proses derivasi adalah verba transitif yang mensyaratkan
kehadiran objek dalam konstruksinya. Hasil derivasi nomina ini mengandung
makna ‘apa yang di-verba’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi
tersebut.

Verba Derivasi nomina


Antar Antaran
Antre Antrean
Masuk Masukan
Bayar Bayaran
Kumpul Kumpulan
Letus Letusan
Lipat Lipatan
Lompat Lompatan
Raih Raihan
Ramu Ramuan
Rangkum Rangkuman
Rembes Rembesan
Rintih Rintihan
Table 7. Sufiks -an dengan akar kata verba

46
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Posisinya sebagai direktur membuatnya mendapat bayaran yang mahal.
• Ramuan tradisional itu setiap hari dikonsumsinya.

6.7. Sufiks -an dengan akar verba dengan makna ‘alat’

Akar verba dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan sufiks -an untuk
menghasilkan kelas kata nomina yang memiliki makna ‘alat yang digunakan
untuk melakukan verba atau tempat dimana kegiatan yang diekspresikan oleh
verba berlangsung’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.

Verba Derivasi nomina


Sedot Sedotan
Angkut Angkutan
Bonceng Bocengan
Aduk Adukan
Cantel Cantelan
Catat Catatan
Dorong Dorongan
Gantung Gantungan
Injak Injakan
Jemput Jemputan
Jepit Jepitan
Colok Colokan
Table 8. Sufiks -an dengan akar verba dengan makna ‘alat’

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Sebaiknya kita tidak lagi menggunakan sedotan plastik karena akan
menambah limbah plastik.
• Hal ini menjadi catatan bagi BUMN tersebut agar dapat memperbaiki
layanannya.

47
6.8. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina

Derivasi morfologi kelas kata nomina dengan proses reduplikasi akar kata nomina
dan penambahan sufiks -an dapat menghasilkan nomina baru dengan makna
‘variasi nomina’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.

Akar kata Derivasi nomina Makna nomina


Batu Batu-batuan Bermacam-macam batu
Umbi Umbi-umbian Bermacam-macam umbi
Akar Akar-akaran Bermacam-macam akar
Kayu Kayu-kayuan Bermacam-macam kayu
Jamur Jamur-jamuran Bermacam-macam jamur
Serbuk Serbuk-serbukan Bermacam-macam serbuk
Tepung Tepung-tepungan Bermacam-macam tepung
Biji Biji-bijian Bermacam-macam biji
Butir Butir-butiran Bermacam-macam butir
Bedak Bedak-bedakan Bermacam-macam bedak
Pohon Pohon-pohonan Bermacam-macam pohon
Kaca Kaca-kacaan Bermacam-macam kaca
Botol Botol-botolan Bermacam-macam botol
Table 9. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Petani menanam umbi-umbian di belakang rumah.
• Mereka meneliti jamur-jamuran dan hubungannya dengan budaya
setempat.

48
6.9. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna
diminutive

Proses reduplikasi akar kata nomina dengan penambahan sufiks -an dapat
menghasilkan nomina yang bermakna diminutive atau menyerupai nomina dasar.
Berikut ini diberikan beberapa contoh proses morfologi tersebut.

Akar kata Derivasi nomina Makna nomina


Orang Orang-orangan Mainan yang menyerupai orang
Ikan Ikan-ikanan Mainan yang menyerupai ikan
Kursi Kursi-kursian Mainan yang menyerupai kursi
Pistol Pistol-pistolan Mainan yang menyerupai pistol
Dapur Dapur-dapuran Mainan yang menyerupai dapur
Kompor Kompor-komporan Mainan yang menyerupai kompor
Rumah Rumah-rumahan Mainan yang menyerupai rumah
Setrika Setrika-setrikaan Mainan yang menyerupai setrika
Tikar Tikar-tikaran Mainan yang menyerupai tikar
Motor Motor-motoran Mainan yang menyerupai motor
Sandal Sandal-sandalan Mainan yang menyerupai sandal
Table 10. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna diminutive

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Orang-orangan kertas itu berserakan di lantai.
• Membeli pistol-pistolan itu adalah keputusan yang salah karena walaupun
hanya mainan, pistol-pistolan ini dapat menyakiti orang lain.

6.10.Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial

Akar kata nomina dapat melalui proses reduplikasi parsial disertai dengan
penambahan sufiks -an. Makna yang dihasilkan dari proses morfologi ini adalah
‘variasi nomina’. Berikut adalah beberapa contoh proses morfologi tersebut.

49
Akar kata Derivasi nomina Makna nomina
Batu Bebatuan Bermacam-macam batu
Rumput Rerumputan Bermacam-macam rumput
Pohon Pepohonan Bermacam-macam pohon
Rumah Perumahan Sejumlah rumah
Table 11. Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Bebatuan di daerah sini dikumpulkan untuk menjadi sampel.
• Rerumputan di sekitar pekarangan menambah asri perumahan itu.

6.11.Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva

Proses derivasi morfologi sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva dapat


membentuk nomina yang abstrak yang sesuai dengan karakteristik akar adjektiva
yang melalui proses derivasi tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh dari
proses derivasi tersebut.

Adjektiva Derivasi nomina


Abadi Keabadian
Adil Keadilan
Aneh Keanehan
Arif Kearifan
Bengis Kebengisan
Berani Keberanian
Cantik Kecantikan
Fasih Kefasihan
Gaduh Kegaduhan
Galau Kegalauan
Hina Kehinaan
Indah Keindahan

50
Adjektiva Derivasi nomina
Jengkel Kejengkelan
Lucu Kelucuan
Lugu Keluguan
Palsu Kepalsuan
Pandai Kepandaian
Table 12. Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Rakyat akan damai dan tidak berdemo jika keadilan telah ditegakkan.
• Ucapan yang penuh kontroversi tersebut menimbulkan kegaduhan di
tengah masyarakat.

Beberapa derivasi sirkumfiks ke-…-an dengan kata dasar adjektiva tidak


dapat diprediksi maknanya hanya dengan melihat kata dasar adjektiva tersebut.
Berikut adalah contoh-contohnya.

Adjektiva Derivasi nomina


Tinggi Ketinggian
Berat Keberatan
Ringan Keringanan
Malu Kemaluan
Table 13.Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva yang tidak bisa diprediksi
maknanya

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kita tidak mendapatkan jaringan yang baik di ketinggian.
• Ia mengaku salah dan meminta keringanan hukuman.

Elemen negasi tidak dapat disisipkan dalam sirkumfiks ke-…-an yang terbentuk
dari kata dasar adjektiva seperti contoh berikut ini.

51
Adjektiva Derivasi nomina
Pasti Ketidak pastian
Peka Ketidak pekaan
Paham Ketidak pahaman
Nyaman Ketidak nyamanan
Jujur Ketidak jujuran
Aman Ketidak amanan
Teliti Ketidak telitian
Harmonis Ketidak harmonisan
Becus Ketidak becusan
Tentu Ketidak tentuan
Tahu Ketidak tahuan
Sopan Ketidak sopanan
Serius Ketidak seriusan
Table 14. Penyisipan negasi tidak dalam sirkumfiks ke-…-an

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Ketidak becusan karyawan dibiarkan saja oleh HRD.
• Ketidak seriusan penguasa dalam menyikapi hal tersebut tercermin dari
kebijakan yang diambil.

6.12.Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive

Proses derivasi morfologi dapat dilakukan dengan penggabungan sirkumfiks ke-


…-an dengan akar verba intransitive seperti contoh-contoh di bawah ini.

Verba intransitive Derivasi nomina


Mundur Kemunduran
Maju Kemajuan
Datang Kedatangan
Hidup Kehidupan
Naik Kenaikan

52
Verba intransitive Derivasi nomina
Pergi Kepergian
Datang Kedatangan
Bablas Kebablasan
Mati Kematian
Bangkit Kebangkitan
Perlu Keperluan
Pindah Kepindahan
Table 15. Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kenaikan harga BBM di tengah masa pandemi ini bukanlah kebijakan
yang populis.
• Kepindahan beliau adalah suatu keputusan yang bijaksana.

6.13.Sirkumfiks ke-…-an dengan akar nomina

Proses derivasi morfologi sirkumfiks ke-…-an dengan akar kata nomina dapat
dilakukan dan menghasilkan makna yang umum ‘berkenaan dengan kata dasar’.

Nomina Derivasi nomina


Wanita Kewanitaan
Militer Kemiliteran
Polisi Kepolisian
Bidan Kebidanan
Dokter Kedokteran
Pemimpin Kepemimpinan
Daerah Kedaerahan
Table 16. Sirkumfiks ke-…-an dengan akar nomina

53
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kepemimpinannya akan dicatat dalam sejarah.
• Isu kedaerahan menjadi sangat laku dalam momen pilkada.

Selain itu, sirkumfiks ke-…-an ini dapat juga digabungkan dengan nomina
untuk menghasilkan nomina baru yang bermakna ‘wilayah yang dipimpin secara
administrasi oleh akar kata nomina’. Berikut ini adalah beberapa contoh.

Akar kata nomina Deriva nomina


Menteri Kementerian
Duta Kedutaan
Sultan Kesultanan
Raja Kerajaan
Lurah Kelurahan
Kaisar Kekaisaran
Table 17. Sirkumfiks ke-…-an dengan nomina

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Semua kementerian diharapkan dapat berkoordinasi agar aturan yang
dihasilkan tidak tumpang tindih.
• Pihak kelurahan memberikan izin untuk pelaksanaan acara sunatan
tersebut.

6.14.Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba

Proses derivasi sirkumfiks peN-…-an dengan akar kata verba dapat menghasilkan
nomina dengan makna ‘kegiatan yang dilakukan’. Berikut ini adalah beberapa
contoh proses derivasi tersebut.

54
Verba Derivasi nomina Makna
Balas Pembalasan Kegiatan membalas
Runding Perundingan Kegiatan merundingkan sesuatu
Tata Penataan Kegiatan menata sesuatu
Kirim Pengiriman Kegiatan mengirimkan sesuatu
Rampas Perampasan Kegiatan merampas sesuatu
Lari Pelarian Kegiatan berlari dari sesuatu
Bunuh Pembunuhan Kegiatan membunuh orang atau binatang
Kemas Pengemasan Kegiatan mengemas sesuatu
Rangkum Perangkuman Kegiatan merangkum sesuatu
Gabung Penggabungan Kegiatan menggabungkan sesuatu
Buka Pembukaan Kegiatan membuka (biasanya acara)
Tutup Penutupan Kegiatan menutup (biasanya acara)
Terima Penerimaan Kegiatan menerima sesuatu atau seseorang
Tolak Penolakan Kegiatan menolak sesuatu atau seseorang
Table 18. Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang baik untuk semua pihak.
• Proses pengemasan dilakukan secara teliti dan mengikuti prosedur yang
baik.

Beberapa proses derivasi sirkumfiks peN-…-an dengan akar kata verba


dapat menghasilkan makna ‘tempat dimana kegiatan dilakukan’. Berikut ini
adalah beberapa contoh derivasi nomina tersebut.

Akar kata verba Derivasi nomina


Ungsi Pengungsian
Tangkar Penangkaran
Cuci Pencucian

55
Akar kata verba Derivasi nomina
Buang Pembuangan
Karang Pekarangan
Henti Perhentian
Himpun Perhimpunan
Rembes Perembesan
Cetak Percetakan
Table 19. Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba dengan makna ‘tempat’

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Tim SAR langsung menuju ke tempat pengungsian.
• Bukti kejahatan itu ditemukan di tempat pembuangan.

6.15.Sirkumfiks per-…-an

Proses derivasi morfologi untuk membentuk nomina dapat dilakukan dengan


menggunakan sirkumfiks per-…-an. Makna yang dihasilkan berhubungan dengan
proses atau hasil dari suatu kegiatan. Berikut ini beberapa contoh proses derivasi
tersebut.

Akar kata Derivasi nomina


Ubah Perubahan
Remaja Peremajaan
Lindung Perlindungan
Sengketa Persengketaan
Teman Pertemanan
Saudara Persaudaraan
Tali Pertalian
Sahabat Persahabatan
Musuh Permusuhan
Tikai Pertikaian
Satu Persatuan

56
Akar kata Derivasi nomina
Baik Perbaikan
Cepat Percepatan
Ganti Pergantian
Silat Persilatan
Singgung Persinggungan
Undang Perundangan
Table 20. Sirkumfiks per-…-an

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Gubernur berinisiatif melakukan peremajaan alat-alat transportasi yang
tersedia.
• Pergantian ketua dilakukan dengan cepat mengingat banyak tugas yang
harus diselesaikan.

Sirkumfiks per-…-an dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan


akar kata verba transitif. Proses morfologi ini menghasilkan nomina yang
bermakna kegiatan yang diindikasikan oleh akar kata verba tersebut. Berikut ini
adalah beberapa contoh.

Akar kata verba Derivasi nomina


Banding Perbandingan
Gempur Penggempuran
Tolong Pertolongan
Lawan Perlawanan
Atur Pengaturan
Table 21. Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata verba transitif

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Mereka mengambil kasus ini hanya sebagai perbandingan.
• Perlawanan tidak akan terjadi jika pasukan bersenjata itu tidak memaksa
masuk.

57
Sirkumfiks per-…-an dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan
akar kata nomina untuk membentuk nomina yang mengacu pada tempat dimana
suatu kegiatan dilakukan. Berikut ini beberapa contoh.

Akar kata nomina Derivasi nomina


Adab Peradaban
Air Perairan
Bukit Perbukitan
Sawah Persawahan
Industri Perindustrian
Cabang Percabangan
Kebun Perkebunan
Simpang Persimpangan
Ikan Perikanan
Ladang Perladangan
Rantau Perantauan
Bandar Perbandaran
Batas Perbatasan
Bengkel Perbengkelan
Gudang Pergudangan
Guru Perguruan
Candi Percandian
Hutan Perhutanan
Api Perapian
Table 22. Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kegiatan itu dilakukan di area persawahan di desa kami.
• Wilayah pergudangan dijaga ketat oleh aparat.

58
Beberapa nomina di bawah ini mengandung sirkumfiks per-…-an. Kata-
kata tersebut memiliki dasar verba dengan prefiks per-. Kemudian dalam proses
derivasi morfologinya terjadi penambahan sufiks -an. Berikut ini beberapa contoh
proses derivasi ini.

Kata dasar verba Derivasi nomina


Mempertahankan Pertahanan
Memperadabkan Peradaban
Mempertarungkan Pertarungan
Memperagakan Peragaan
Memperalatkan Peralatan
Memperapikan Perapian
Memperasakan Perasaaan
Memperbandingkan Perbandingan
Memperbanyakkan Perbanyakan
Memperbaurkan Perbauran
Memperbedakan Perbedaan
Memperbincangkan Perbincangan
Mempercabangkan Percabangan
Mempercakapkan Percakapan
Mempercekcokkan Percekcokan
Mempercontohkan Percontohan
Memperdagangkan Perdagangan
Memperdamaikan Perdamaian
Memperdebatkan Perdebatan
Memperedarkan Peredaran
Mempergulatkan Pergulatan
Table 23. Nomina dengan sirkumfiks per-…-an

59
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Ini adalah pertarungan ideologis.
• Kedua negara itu menyetujui kesepakatan di bidang perdagangan.

6.16.Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina

Sirkumfiks per-…-an dapat melalui proses derivasi morfologi dengan nomina.


Proses ini menghasilkan nomina yang bermakna ‘perihal (sesuai dengan akar
kata)’. Berikut ini adalah beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Racun Peracunan
Adab Peradaban
Radang Peradangan
Ragi Peragian
Air Perairan
Akar Perakaran
Rakyat Perakyatan
Asap Perasapan
Bahan Perbahanan
Benda Perbendaan
Benih Perbenihan
Besan Perbesanan
Bual Perbualan
Buku Perbukuan
Bulu tangkis Perbulu tangkisan
Buruh Perburuhan
Calo Percaloan
Cengkih Percengkihan
Cinta Percintaan
Gabung Pergabungan
Gaduh Pergaduhan

60
Kata dasar Derivasi nomina
Gantung Pergantungan
Gula Pergulaan
Iklan Periklanan
Ipar Periparan
Table 24. Sirkumfiks per-…-an dengan akar nomina

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Proses peragian dilakukan di rumah masing-masing.
• Jika dilihat lebih jauh, dunia percaloan juga terjadi pada tes-tes
kemampuan sejenis.

Sirkumfiks per-…-an dapat melalui proses derivasi morfologi dengan akar kata
nomina untuk menghasilkan nomina dengan makna ‘koleksi dari nomina atau
tempat dimana banyak nomina ditemukan’. Berikut ini ditampilkan beberapa
contoh.

Akar nomina Derivasi nomina


Taman Pertamanan
Kebun Perkebunan
Sawah Persawahan
Ladang Perladangan
Bukit Perbukitan
Air Perairan
Kota Perkotaan
Pustaka Perpustakaan
Toko Pertokoan
Rumah Perumahan
Kemah Perkemahan
Table 25. Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina

61
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Dinas Lingkungan Hidup mengurusi urusan pertamanan di kota kami.
• Komplek pertokoan itu ludes dibakar api.

Beberapa hasil derivasi morfologi sirkumfiks per-…-an dengan akar kata


nomina memiliki makna yang sama dengan kata dasarnya, seperti beberapa
contoh di bawah ini.

Akar kata nomina Derivasi nomina


Syarat Persyaratan
Janji Perjanjian
Surat Persuratan
Muka Permukaan
Cabang Percabangan
Debat Perdebatan
Saing Persaingan
Batas Perbatasan
Masalah Permasalahan
Table 26.Sirkumfiks per-…-an dengan akar kata nomina dengan makna yang
sama dengan kata dasar

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Persyaratan itu seharusnya disampaikan di awal sebelum kontrak ditanda
tangani.
• Para tentara berjaga di wilayah perbatasan.

Sirkumfiks per-…-an dapat juga mengalami proses derivasi morfologi


dengan kelas kata numeralia. Makna yang dihasilkan dari proses derivasi
morfologi ini adalah ‘persimpangan jalan’. Berikut ini adalah beberapa contoh.

62
Numeralia Derivasi nomina
Dua Perduaan
Tiga Pertigaan
Empat Perempatan
Lima Perlimaan
Table 27.Sirkumfiks per-…-an dengan kelas kata numeralia

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Hati-hati melalui perempatan itu karena lampu lintasnya sedang rusak.
• Jika ke kantor, kami pasti melewati pertigaan itu.

6.17.Sirkumfiks pe-…-an

Nomina yang dapat dihasilkan dari proses derivasi morfologi dengan sirkumfiks
pe-…-an jumlahnya tidak terlalu banyak. Proses derivasi ini menghasilkan kelas
kata nomina yang bermakna ‘tempat’ dan ‘berhubungan dengan [kata dasar]’.
Berikut ini beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Mukim Pemukiman
Dupa Pedupaan
Dusun Pedusunan
Gadai Pegadaian
Gangsa Pegangsaan
Gelar Pegelaran
Gunung Pegunungan
Guyub Peguyuban
Jagal Pejagalan
Karang Pekarangan
Kapur Pekapuran
Labuh Pelabuhan
Latar Pelataran

63
Kata dasar Derivasi nomina
Laut Pelautan
Lintas Pelintasan
Sanggrah Pesanggrahan
Table 28. Sirkumfiks pe-…-an

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Dengan sangat terpaksa ia mampir juga ke pegadaian tersebut.
• Pelataran kampus itu kini sepi karena perkuliahan dilaksanakan secara
daring.

6.18.Sufiks -wan, -wati

Beberapa nomina dapat dibentuk melalui proses derivasi morfologi dengan


penambahan sufiks wan- dan -wati. Proses ini menghasilkan nomina yang
bermakna ‘orang yang berhubungan dengan kata dasar’. Penggunaan sufiks ini
berdasarkan gender, sufiks -wan digunakan untuk maskulin dan sufiks -wati
digunakan untuk feminin. Berikut ini beberapa contoh derivasi nomina tersebut.

Kata dasar Derivasi nomina


Cendikia Cendikiawan/cendikiawati
Peraga Peragawan/peragawati
Karya Karyawan/karyawati
Warta Wartawan/wartawati
Sosia Sosiawan/sosiawati
Usaha Usahawan/usahawati
Rela Relawan
Binaraga Binaragawan/binaragawati
Pustaka Pustakawan/pustakawati
Budaya Budayawan
Ilmu Ilmuwan

64
Kata dasar Derivasi nomina
Sejarah Sejawan
Wisuda Wisudawan/wisudawati
Table 29. Sufiks -wan, -wati

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Para cendikiawan telah bersepakat untuk membentuk sebuah
perkumpulan.
• Para relawan ke lapangan memberikan edukasi kepada masyarakat.

6.19.Sufiks -anda dan -nda

Sufiks -anda dan -nda dapat melalui proses derivasi morfologi dengan pronominal
atau kata yang menunjukkan kekerabatan untuk membentuk nomina. Hasil dari
proses derivasi ini adalah kata sapaan yang mengandung perhargaan. Sufiks -anda
digunakan untuk kata yang berakhiran dengan huruf konsonan, sementara sufiks -
nda digunakan dengan kata yang berakhiran dengan huruf 65okum. Pada beberapa
kasus, konsonan akhir -k mengalami penghilangan, lalu dilakukan penambahan
sufiks -nda. Berikut ini adalah beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Ayah Ayahanda
Ibu Ibunda
Kakek Kakenda
Nenek Nenenda
Kakak Kakanda
Adik Adinda
Cucu Cucunda
Mama Mamanda
Papa Papanda
Anak Ananda
Table 30. Sufiks -anda dan -nda

65
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kunjungan kakanda sangat dinantikan di rumah kami.
• Ibunda selalu berpesan agar senantiasa menjaga diri.

6.20.Prefiks ke-

Prefiks ke- dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan beragam kata dasar
untuk membentuk nomina. Berikut ini adalah beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Cimpung Kecimpung
Hendak Kehendak
Kanak Kekanak
Kasih Kekasih
Lelep Kelelep
Tua Ketua
Rangka Kerangka
Table 31. Prefiks ke-

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Apa yang terjadi bukan kehendak mereka.
• Semua diserahkan kepada ketua untuk mengambil keputusan.

6.21.Prefiks ter-

Proses derivasi morfologi dapat pula dihasilkan dari penggabungan prefiks ter-
dengan kata dasar verba dan nomina. Hasil dari proses derivasi morfologi ini
adalah nomina yang digunakan di bidang 66okum. Berikut beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Sangka Tersangka
Dakwa Terdakwa

66
Kata dasar Derivasi nomina
Pidana Terpidana
Tuduh Tertuduh
Gugat Tergugat
Hukum Terhukum
Adu Teradu
Fitnah Terfitnah
Lapor Terlapor
Periksa Terperiksa
Santun Tersantun
Tanggung Tertanggung
Table 32. Prefiks ter-

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Walaupun belum dijadikan tersangka, ia telah ditangkap.
• Terpidana mati kasus kematian hakim tersebut menangis ketika
mendengar vonis yang diterimanya.

6.22.Prefiks pra-

Prefix pra- adalah prefiks yang berasal dari bahasa Sansekerta yang dapat
mengalami proses derivasi morfologi untuk membentuk kelas kata nomina.
Berikut ini adalah beberapa contoh.

Kata dasar Derivasi nomina


Sejarah Prasejarah
Anggapan Praanggapan
Bayar Prabayar
Desa Pradesa
Duga Praduga
Jabatan Prajabatan
Konsepsi Prakonsepsi

67
Kata dasar Derivasi nomina
Pensiun Prapensiun
Peradilan Praperadilan
Promosi Prapromosi
Syarat Prasyarat
Table 33. Prefiks pra-

Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Azas praduga tak bersalah harus didahulukan sebelum menangkap orang.
• Para CPNS mengikuti prajabatan sebelum diangkat menjadi PNS.

68
TERMINOLOGI
Agent Biasanya adalah subjek gramatikal dari sebuah klausa aktif.
Agent secara prototipe melakukan tindakan secara fisik dan
secara sadar dan efek dari tindakannya dapat dilihat
Adjective clause Klausa adjektiva
Animate Kategori nomina yang referensinya adalah manusia atau
binatang.
Argument Konstituen seperti frase nomina
Beneficiary Peran semantis dimana suatu referen mendapatkan keuntungan
ataupun kerugian dari sebuah peristiwa
Cardinal Numeral yang meliputi numeral dasar, digunakan dalam
berhitung, digunakan dalam mengekspresikan berapa jumlah
objek
Classifier Kata atau afiks yang mengekspresikan klasifikasi nomina
Co-referential Referen dari suatu ekspresi yang sama dengan referen pada
ekspresi lainnya
Experiencer Peran semantis dari sebuah entitas yang menerima dan
mengalami efek dari suatu tindakan
Force Peran semantis dari suatu entitas yang memulai suatu tindakan
tanpa disadari ataupun tanpa disengaja
Goal Peran semantis dari tempat kemana sesuatu bergerak atau
kemana suatu tindakan diarahkan
Head Elemen yang menentukan fungsi sintaksis dari keseluruhan
frase
Imperative Konstruksi ditandai dengan perintah
Instrument Peran semantis dari benda mati yang digunakan oleh agent
dalam suatu peristiwa.
Measure Peran semantis yang digunakan untuk menghitung dalam suatu
peristiwa
Modifier Pewatas
Oblique argument Argument yang kehadirannya disertai dengan preposisi
Participant Seseorang atau sesuatu yang memiliki peran dalam suatu
peristiwa
Patient Peran semantis yang biasanya merupakan objek dari verba
Possessor Pronominal yang mengekspresikan kepemilikan
Prepositional phrase Frase yang headnya adalah preposisi
Recipient Argument yang menerima sesuatu
Reflexive Memiliki referen yang sama
relative clause Klausa yang mendeskripsikan referen dari head nomina
Relative marker Pemarkah yang
Result Peran semantis yang mengekspresikan hasil dari suatu peristiwa
Spatial Ruang
Temporal Waktu

69
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2020). KKBI V. n.p.

Givón, T. (2001). Syntax: An introduction. (Vol I). Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins


Publishing Company.

Miller, J. (2002). An introduction to English syntax. Edinburgh: Edinburgh University Press.

SIL. (2003). Glossary of linguistic terms. Retrieved from https://glossary.sil.org/term/semantic-


role

Sneddon, J. N., Adelaar, A., Djenar, D. N., & Ewing, M. C. (2010). Indonesian reference
grammar (2nd ed.).NSW: Allen & Unwin.

Tallerman, M. (2015). Understanding syntax. New York: Routledge.

70

Anda mungkin juga menyukai