Diktat Kelas Kata Nomina
Diktat Kelas Kata Nomina
Disusun oleh:
ERNANDA
NIDN 0023038308
FKIP
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karuniaNYA bagi semesta alam. Atas izinNYAlah penulis dapat menyelesaikan Diktat Mata
Kuliah Sintaksis yang berjudul “Kelas Kata Nomina”
Untuk terlaksananya penulisan Diktat ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Kepada pihak-pihak yang telah berkonstribusi dalam proses penulisan
Diktat ini, penulis mengucapkan terima kasih.
Diktat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa wawasan mengenai kelas kata
nomina dan dapat menjadi sumber bahan ajar untuk Mata Kuliah Sintaksis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… iii
Daftar Table …………………………………………………………………………… v
Daftar Figure ………………………………………………………………………….. iv
iii
6.3 Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva …………………………………... 43
6.4 Prefiks pe- dengan akar kata verba ………………………………………… 44
6.5 Prefiks pe- yang mengekspresikan kegiatan olahraga ……………………... 45
6.6 Sufiks -an dengan akar kata verba ………………………………………… 46
6.7 Sufiks -an dengan akar verba dengan makna ‘alat’ ……………………….. 47
6.8 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina ……………………………... 48
6.9 Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna diminutive ……… 49
6.10 Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial ……………………………… 49
6.11 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva ……………………………….. 50
6.12 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive ………………………. 52
6.13 Sirkumfiks ke-…-an dengan akar nomina …………………………………. 53
6.14 Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba ……………………………. 54
6.15 Sirkumfiks per-…-an ……………………………………………………… 56
6.16 Sirkumfiks per-…-an dengan akar nomina ………………………………... 60
6.17 Sirkumfiks pe-…-an ……………………………………………………….. 63
6.18 Sufiks -wan, -wati …………………………………………………………. 64
6.19 Sufiks -anda dan -nda ……………………………………………………... 65
6.20 Prefiks ke- ………………………………………………………………...... 66
6.21 Prefiks ter- …………………………………………………………………. 66
6.22 Prefiks pra- ………………………………………………………………… 67
Terminologi ……………………………………………………………………….. 69
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 70
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR FIGURE
vi
1. Kelas Kata Nomina
Kata adalah unit yang fundamental dalam kalimat. Kata-kata dalam tata bahasa
masuk ke dalam beberapa kelas kata. Salah satu kelas kata adalah nomina.
Nomina adalah kelas kata yang digunakan untuk menunjukkan orang, tempat, dan
benda (Tallerman, 2015).
Sub kelas kata nomina berdasarkan tata bahasa tradisional dapat dibagi
menjadi lima kelompok (Miller, 2002):
1. Nomina konkrit dan nomina abstrak
2. Nomina umum dan nomina khusus
3. Nomina yang dapat dihitung dan nomina yang tidak dapat dihitung
4. Nomina hidup dan nomina mati
5. Nomina manusia dan nomina non-manusia
1
2. Peran Semantis Frase Nomina
Peran semantis adalah hubungan participant dengan verba dalam sebuah klausa
(SIL, 2003). Frase nomina secara umum berfungsi sebagai argument dari verba
(Tallerman, 2015). Verba menentukan peran semantis dari sebuah argument.
Tidak ada korelasi antara beberapa argument dan fungsi semantis masing-masing
argument. SIL (2003) menguraikan beberapa peran semantis dari frase nomina
sebagai berikut:
2.1. Agent
Agent adalah orang atau benda yang melakukan suatu kegiatan. Secara prototipe,
agent adalah nomina hidup yang secara sengaja melakukan kegiatan fisik dengan
efek yang dapat lihat. Agent biasanya adalah subjek dari verba dalam klausa aktif,
walaupun tidak selalu begitu. Pada contoh (1), ‘Rino’ adalah agent yang
melakukan tindakan fisik yaitu ‘melompat’. Selain sebagai subjek dari verba
dalam klausa aktif, agent juga dapat menjadi oblique argument dalam klausa
pasif. Pada contoh (2), ‘anjing’ adalah agent yang melakukan kegiatan fisik, yaitu
‘mengejar Rino’ dan dalam klausa ini ‘anjing’ adalah oblique argument untuk
klausa pasif.
2.2. Patient
Patient adalah entitas yang terdampak dari tindakan verba. Pada contoh (3),
‘Rino’ adalah patient yang terdampak secara fisik dari verba ‘mengejar’ yang
dilakukan oleh anjing. Patient dapat juga berfungsi sebagai subjek seperti pada
2
contoh (2) di atas. ‘Rino’ adalah entitas yang terdampak secara fisik dari tindakan
verba.
2.3. Beneficiary
Beneficiary adalah seseorang atau sesuatu yang pada dasarnya adalah entitas
hidup yang diuntungkan dari sebuah aktifitas. Beneficiary terkadang juga disebut
recipient. Pada contoh (4), ‘adik’ adalah beneficiary atau pihak yang diuntungkan
dari tindakan ibu yang memberi uang.
3
(6). Dia mencium aroma makanan
Experiencer Stimulus
2.5. Force
Force adalah entitas yang menyebabkan tindakan namun tanpa disadari atau tanpa
sengaja. Pada contoh (8), ‘angin’ adalah force yang menyebabkan jemuran
terbang. Dalam hal ini, angin bukanlah agent yang dengan sengaja melakukan hal
tersebut.
2.6. Goal
Goal adalah tempat kemana sesuatu berpindah atau mengarah. Goal tidak
mendapatkan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh verba. Pada contoh
(9), ‘anjing’ adalah goal dimana adik melemparkan batu. Sementara itu, pada
contoh (10), ‘halaman’ adalah goal kemana Lusi berjalan.
4
2.7. Measure
Measure adalah peran semantis yang mencatat kuantifikasi sebuah peristiwa atau
kegiatan. Pada contoh (11), ‘400.000 rupiah’ adalah kuantifikasi dari harga
sepatu.
2.8. Result
Result adalah peran semantis yang dihasilkan dari sebuah peristiwa. Pada contoh
(12), ‘kue’ adalah hasil dari peristiwa memanggang yang dilakukan oleh ayah.
2.9. Instrument
Instrument adalah suatu entitas yang digunakan yang menyebabkan tindakan yang
dilakukan oleh verba. Pada contoh (13), ‘batu’ adalah instrument yang digunakan
untuk menghantam kaca jendela.
5
Figure 1. Hirarki Fitur Semantis Nomina
a. Nomina Kongkrit
Fitur kongkrit ini dapat dianalisis kembali dengan lebih spesifik menjadi dua
hirarki, yaitu temporal dan spatial (Givón, 2001). Entitas abstrak seperti
kesedihan, pikiran, keselamatan, kebahagiaan, dan lain sebagainya tidak memiliki
dimensi waktu maupun ruang. Entitas temporal seperti hari ini, bulan oktober,
selasa, tahun lalu, dan lain sebagainya memiliki dimensi waktu namun tidak
memiliki dimensi ruang. Sebaliknya, entitas kongkrit seperti rumah, meja, kursi,
penghapus, pantai, dan lain sebagainya memiliki dimensi waktu dan ruang.
Hirarki pemarkahan ini adalah bukti bahwa entitas yang memiliki dimensi ruang
juga memiliki dimensi waktu. Dimensi waktu lebih umum sifatnya daripada
dimensi ruang.
6
b. Nomina animate (hidup), humanitas, dan gender
Animate (hidup), humanitas, dan gender merupakan spesifikasi dari fitur kongkrit
(Givón, 2001). Artinya, nomina kongkrit dapat merupakan nomina hidup ataupun
nomina tidak hidup. Klasifikasi fitur animate (hidup) ini memiliki batasan yang
memiliki konsekuensi secara gramatikal. Pertama, untuk predikat (verba,
adjektiva) yang dapat muncul bersama nomina subjek maupun nomina objek.
Perhatikan contoh berikut ini. Pada contoh (14), orang sukses adalah konstruksi
frase yang berterima, namun pada contoh (15) batu sukses secara semantis tidak
dapat diterima. Pada contoh (16), konstruksi klausa mahasiswa menulis skripsi
dapat berterima, namun pada contoh (17), itik menulis skripsi secara semantis
tidak dapat diterima walaupun itik adalah nomina hidup yang kongkrit. Pada
contoh (18), klausa dia menanam bunga dapat berterima, namun pada konstruksi
(19) dia menanam suara tidak berterima secara semantis karena suara adalah
nomina abstrak yang tidak dapat ditanam.
7
d. Nomina yang dapat dihitung
Nomina dapat diklasifikasikan menjadi nomina yang dapat dihitung dan nomina
yang tidak dapat dihitung seperti pada contoh di bawah ini.
Nomina umum tidak merujuk ke entitas secara individu tapi merujuk kepada suatu
kelas entitas tertentu secara spesifik. Berikut ini adalah contoh kedua entitas
tersebut. Yang pertama adalah nomina secara umum dan yang kedua adalah
nomina berupa nama.
Nomina umum:
Hari, bulan, meja, kucing, hipotesis
Nama:
Sabtu, Januari, Universitas Jambi, Dora
8
g. Nomina berdasarkan klasifikasi budaya
9
3. Fungsi sintaksis
Fungsi sintaksis dari nomina dapat dilihat dari relasi gramatikal dari frase nomina
dengan verba dimana nomina menjadi argument dalam sebuah konstruksi.
Terdapat dua relasi gramatikal nomina yaitu sebagai subjek dan objek. Menurut
Tallerman (2015) ada beberapa karakteristik subjek, yaitu:
• Subjek digunakan untuk mengekspresikan agent, jika ada agent di dalam
konstruksi.
• Subjek cenderung muncul di awal konstruksi.
• Subjek tidak muncul dalam konstruksi imperative. Misalnya dalam
konstruksi, ‘Tuliskan!’. Subjek sudah dimengerti sebagai pronominal
orang ke dua ‘anda, kamu’, sehingga subjek tidak perlu muncul dalam
konstruksi tersebut.
• Subjek mengontrol frase nomina reflexive yang merujuk pada ‘diri
sendiri’. Dalam konstruksi ‘Dia mencintai dirinya’, frase nomina ‘dirinya’
merujuk kembali kepada subjek ‘dia’.
• Subjek dapat mengontrol properti referensial dari frase nomina pada
klausa tambahan. Sebagai contoh, ‘Ray membeli ikan dan memasaknya’.
Dua klausa ini berhubungan satu sama lain. Subjek pada klausa kedua
tidak dimunculkan karena co-referential dengan subjek klausa pertama.
Selain itu, terdapat juga objek dalam relasi gramatikal. Contoh untuk objek
lebih terbatas dibandingkan dengan subjek. Objek dapat dipasivasi. Pada contoh
(1), ‘nasi’ adalah objek dari klausa tersebut. Objek ini kemudian dapat dapat
berada di posisi subjek, seperti terlihat pada contoh (2).
10
Untuk konstruksi dengan verba seperti ‘beri’, ‘kirim’, yang mengharuskan
hadirnya dua objek, maka objek pertama disebut sebagai ‘objek langsung’ dan
objek kedua disebut sebagai ‘objek tak langsung’. Pada contoh (3) berikut, dapat
dilihat posisi kedua objek tersebut. Objek pertama ‘uang’ adalah objek langsung
yang secara semantis berperan sebagai patient yang mendapatkan dampak
langsung dari tindakan yang dilakukan oleh verba. Sementara itu, objek tidak
langsung adalah ‘adiknya’ yang memiliki peran semantis sebagai recipient.
11
4. Pewatas (modifier) Nomina
Nomina inti atau yang disebut juga head adalah unsur paling penting dalam
sebuah frase karena kata tersebut memberikan informasi semantis pokok dan
memberikan makna pada keseluruhan konstruksi frase. Perhatikan contoh berikut.
Paku kecil yang tajam adalah tentang entitas paku, bukan tentang adjektiva kecil
ataupun tajam. Kelas kata yang menjadi head adalah kelas kata yang menentukan
keseluruhan frase. Paku adalah kelas kata nomina yang menjadi head dari
konstruksi frase tersebut. Maka, frase tersebut adalah frase nomina.
Head adalah kata yang menjadi induk dari sebuah frase. Walaupun tanpa
pewatas (modifier), head dapat berdiri sendiri. Perhatikan contoh (2) dan (3) di
bawah ini. Head nomina paku dapat berdiri sendiri walaupun tanpa pewatas. Head
sendiri tidak dapat dihilangkan seperti pada contoh (3).
Numeral yang digunakan sebagai pewatas nomina dapat berupa numeral cardinal
(numeral pokok) dan numeral distributif. Posisi numeral sebagai pewatas adalah
12
mendahului nomina head. Berikut adalah contoh dari nomina beserta pewatas
numeral:
Classifier
Classifier adalah kata atau afiks yang mendeskripsikan klasifikasi dari sebuah
nomina (SIL, 2003). Adapun beberapa jenis classifier yang umum digunakan
seperti buah, biji, batang, ekor, orang. Posisi classifier adalah setelah numeral
dan sebelum nomina head seperti pada contoh berikut.
13
4.2. Adjektiva
4.3. Possessor
Possessor atau kata ganti kepemilikan termasuk elemen pewatas (modifier) yang
dapat memberikan informasi tentang head nomina. Table 1 berikut ini adalah
bentuk possessor dalam bahasa melayu. Untuk pronominal orang pertama tunggal
dan orang kedua tunggal, digunakan bentuk singkat ku dan mu yang penulisannya
disatukan dengan head nomina ataupun elemen yang mendahuluinya.
14
Subjek Possessor
Orang pertama tunggal aku ku
Orang pertama jamak kami/kita kami/kita
Orang kedua tunggal kamu mu
Orang kedua jamak kalian kalian
Orang ketiga tunggal dia nya
Orang ketiga jamak mereka mereka
Table 1. Subjek dan Possessor
15
adjektiva. Dalam hal ini, possessor tetap berfungsi sebagai pewatas (modifier)
yang memberikan keterangan tentang head nomina yang mendahuluinya. Berikut
ini adalah contoh penggunaannya.
Selain menjadi head, nomina dapat pula menjadi pewatas (modifier) head nomina
lainnya. Biasanya nomina yang berfungsi sebagai pewatas ini menerangkan bahan
baku dari head nomina. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.
16
(27). Baju baja
Head nomina Pewatas nomina
Adjective clause adalah konstruksi yang diawali dengan relative marker ‘yang’
dan diikuti oleh adjektiva yang memiliki fungsi sebagai pewatas untuk head
nomina. Perhatikan contoh berikut ini. Adjective clause ‘yang besar’, ‘yang baru’,
‘yang baik’, ‘yang tebal’, ‘yang ungu’, dan ‘yang kempes’ adalah pewatas yang
memberikan keterangan tambahan mengenai head nomina yang mendahuluinya.
17
(35). Ban yang kempes
Head nomina REL ADJ
Frase preposisi adalah frase yang headnya ditempati oleh preposisi (misalnya di,
pada, dengan, dalam, kepada, terhadap, oleh, dan lain sebagainya). Sebagai head,
posisi preposisi mendahului elemen komplemennya. Frase preposisi ini dapat
berfungsi sebagai pewatas (modifier) dari sebuah head noun.
18
4.7. Demonstrativa
19
(44). Pisau tajam itu
Head nomina ADJ DEM
Frase nomina
Frase nomina dapat disusun oleh banyak pewatas (modifier). Berikut ini
adalah contoh konstruksi frase nomina dengan beberapa pewatas (modifier).
(48). Rumah
Head nomina
Frase nomina
20
(51). Rumah barunya yang mahal
Head nomina ADJ-POSS REL ADJ
Frase nomina
21
5. Kata Majemuk Nomina
Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menghasilkan kata baru dengan
makna baru. Kata majemuk terbentuk sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan oleh elemen apapun. Oleh karena itu, kata majemuk berbeda dari frase
yang dapat disisipi elemen-elemen lain. Pembahasan mengenai kata majemuk
akan dibatasi pada kata majemuk yang mengandung unsur nomina saja.
Kata majemuk yang merupakan hasil gabungan dari dua nomina yang membentuk
satu kesatuan makna baru seperti contoh-contoh berikut. Pada contoh (1), nomina
kereta yang menurut KBBI (2020) berarti ‘kendaraan yang beroda dua atau
empat (biasanya ditarik oleh kuda)’ dan nomina api yang berarti ‘panas dan
cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar’. Kedua nomina ini membentuk
kata majemuk yang memiliki arti baru, yaitu ‘kereta yang terdiri atas rangkaian
gerbong yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan dengan tenaga uap atau listrik,
berjalan di atas rel, digunakan untuk kendaraan umum. Kata majemuk kereta api
tidak dapat disisipi oleh elemen lainnya seperti yang terdapat pada contoh (2).
22
terjadi penyisipan elemen dari ke dalam konstruksi kata majemuk anak kunci.
Penyisipan elemen ini membuat konstruksi kata majemuk ini menjadi tidak
gramatikal.
23
antara orang yang berhutang dan orang yang mengutangi’. Kedua nomina ini
membentuk kata majemuk induk semang yang menghasilkan makna yang baru,
yaitu ‘orang yang memberi pekerjaan atau majikan’ seperti pada contoh (7). Kata
majemuk ini tidak dapat dipisahkan oleh elemen lain. Pada contoh (8), terdapat
penyisipan kata dari pada kata majemuk induk semang. Penyisipan kata ini
menyebabkan kata majemuk tersebut menjadi tidak gramatikal.
Kata majemuk dapat pula dibentuk dengan penggabungan unsur kelas kata
nomina dan kelas kata verba untuk membentuk suatu konstruksi kata majemuk
yang menghasilkan makna yang baru. Berikut ini adalah proses penggabungan
kelas kata nomina dan kelas kata verba dalam pembentukan kata majemuk.
Pada contoh (9), terdapat proses pembentukan kata majemuk yang
merupakan penggabungan kelas kata nomina anak yang berarti ‘manusia yang
masih kecil’ dan kelas kata verba angkat yang berarti ‘menaikkan, meninggikan’
yang kemudian membentuk kata majemuk anak angkat. Kedua unsur nomina dan
verba tersebut menghasilkan makna baru, yaitu ‘anak orang lain yang dipelihara
serta disahkan secara hukum sebagai anak sendiri’. Namun, saat ini kata majemuk
anak angkat telah mengalami perluasan makna. Seseorang yang dirasa dekat
dengan suatu keluarga dapat disebut anak angkat walaupun tidak ada pengesahan
secara hukum. Penyisipan unsur lain dalam kata majemuk ini akan
menyebabkannya menjadi konstruksi yang tidak gramatikal seperti pada contoh
(10).
24
(9). Anak angkat = Anak angkat
N V Kata majemuk
25
‘aliran air melewati jeram hingga air jatuh bebas ke dasar sungai’ seperti pada
contoh (13). Penyisipan kata lain ke dalam kata majemuk ini menyebabkan
konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti ditunjukkan oleh contoh (14).
26
5.3. Komposisi Nomina +Adjektiva
Kelas kata nomina dapat membentuk kata majemuk dengan kelas kata adjektiva
sehingga terbentuk makna baru. Berikut ini adalah contoh penggabungan kelas
kata nomina dan kelas kata adjektiva untuk membentuk kata majemuk. Pada
contoh (17), kelas kata nomina rumah memiliki arti ‘bangunan tempat tinggal’
dan kelas kata adjektiva sakit yang berarti ‘berasa tidak nyaman di tubuh karena
menderita sesuatu, demam, sakit perut, dan sebagainya’ membentuk kata
majemuk rumah sakit. Kata majemuk rumah sakit memiliki arti baru, yaitu
‘gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi
berbagai masalah kesehatan’. Penyisipan elemen lain dalam konstruksi kata
majemuk ini membuat konstruksi tersebut menjadi tidak gramatikal, seperti pada
contoh (18).
27
menjadi konstruksi kata majemuk, tapi konstruksi ini memiliki makna yang
sebenarnya, yaitu ‘seekor kambing yang berwarna hitam’.
28
dari kecil’. Proses pembentukan kata majemuk ini menghasilkan hari besar yang
memiliki makna baru, yaitu ‘hari yang dirayakan untuk memperingati suatu
peristiwa penting’ seperti pada contoh (23). Penyisipan relative marker ‘yang’
membuat kalimat ini tidak berterima secara semantis seperti pada contoh (24).
29
adjektiva ompong yang artinya ‘tidak bergigi karena giginya sudah ada yang
tanggal, dicabut, tidak tumbuh, atau tidak terbentuk’. Hasil penggabungan kedua
kata ini adalah macan ompong yang artinya ‘sesuatu yang tampak kuat dan galak
tetapi sebenarnya tidak bertenaga dan jinak’ seperti pada contoh (27). Penyisipan
elemen relative marker ‘yang’ ke dalam kata majemuk ini menghasilkan
konstruksi macan yang ompong yang secara semantis bermakna ‘seekor macan
yang tidak memiliki gigi’ seperti pada contoh (28). Konstruksi ini dapat berterima
secara semantis, namun menghasilkan makna yang berbeda dan bukan lagi
berstatus sebagai kata majemuk.
Kata majemuk dapat dibentuk dengan komposisi kelas kata nomina yang
digabungkan dengan kelas kata numeralia. Berikut ini adalah beberapa contoh
kata majemuk hasil penggabungan kelas kata nomina dan kelas kata numeralia.
Pada contoh (29), terdapat penggabungan kelas kata nomina langkah yang berarti
‘gerakan kaki ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan, waktu berjalan’ dan kelas
kata numeralia seribu yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka
1000 (Arab) atau M (Romawi)’. Penggabungan kedua kata ini menghasilkan kata
majemuk langkah seribu yang berarti ‘lari cepat karena takut dan sebagainya’.
Penyisipan elemen seperti kata tugas dari membuat konstruksi ini menjadi tidak
gramatikal seperti pada contoh (30).
30
(29). Langkah seribu = Langkah seribu
N NUM Kata majemuk
Pada contoh (33), terdapat penggabungan kelas kata nomina kaki yang
berarti ‘anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan’ dan
numeralia seribu yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 1000
(Arab) atau M (Romawi)’. Kedua kata ini menghasilkan kata majemuk kaki seribu
dengan makna yang baru yaitu ‘luing’. Penyisipan elemen seperti relative marker
31
dapat membentuk sebuah konstruksi yang berterima secara semantis, yaitu kaki
yang seribu seperti pada contoh (34). Namun, makna dari konstruksi berbeda dari
makna kata majemuk. Konstruksi ini memiliki makna yang sebenarnya, yaitu
terdapat kaki dengan jumlah seribu buah.
Pada contoh (35), terdapat penggabungan kelas kata nomina kaki yang
berarti ‘anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan’ dan
numeralia lima yang berarti ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 5 (Arab)
atau V (Romawi)’. Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata
majemuk kaki lima yang memiliki makna baru, yaitu ‘serambi muka toko di
pinggir jalan, biasanya berukuran lima kaki, biasanya dipakai sebagai tempat
berjualan’. Unsur lain seperti relative marker dapat disisipkan ke dalam
konstruksi ini, namun akan menghasilkan makna yang berbeda, yaitu ‘terdapat
kaki yang jumlahnya lima’ seperti pada contoh (36). Konstruksi ini dapat
berterima secara semantis, namun konstruksi ini bukan merupakan kalimat
majemuk.
32
Contoh selanjutnya adalah penggabungan kelas kata nomina muka yang
berarti ‘bagian depan kepala, dari dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga
yang satu dengan telinga yang lain dengan kelas kata numeralia dua yang berarti
‘bilangan yang dilambangkan dengan angka 2 (Arab) atau II (Romawi)’.
Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata majemuk muka dua yang
berarti ‘tidak jujur, tidak satu pendirian’ seperti pada contoh (37). Penyisipan
unsur lain, seperti relative marker ‘yang’ membuat konstruksi ini menjadi tidak
berterima secara gramatikal seperti pada contoh (38).
Kelas kata nomina dapat digabungkan dengan kelas kata verba untuk membentuk
kata majemuk dan dalam proses ini, nomina menjadi unsur ke dua dalam
konstruksi tersebut. Berikut ini adalah contoh penggabungan kelas kata verba dan
kelas kata nomina dalam pembentukan kata majemuk. Pada contoh (39), terdapat
penggabungan kelas kata verba tolak yang berarti ‘dorong’ dan kelas kata nomina
peluru yang berarti ‘barang tajam dari timah, besi pengisi patrun atau yang
dilepaskan dengan senjata api’. Proses pembentukan kata majemuk ini
menghasilkan konstruksi tolak peluru yang memiliki arti baru, yaitu ‘olahraga
dengan menolakkan peluru, alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi
atau kuningan beratnya untuk putri 4kg, untuk putra 7 ¼ kg’. Penambahan elemen
lain diantara kedua kata ini membuat konstruksi ini menjadi tidak gramatikal
seperti pada contoh (40).
33
(39). Tolak peluru = Tolak peluru
V N Kata majemuk
34
pada contoh (43). Adapun penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini
menyebabkan konstruksi ini menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (44).
Selanjutnya adalah penggabungan kelas kata verba ikat yang berarti ‘tali,
benang, kain, dan sebagainya untuk mengebat, menyatukan, menggabungkan’ dan
kelas kata nomina pinggang yang berarti ‘bagian tubuh antara perut dan dada di
sebelah belakang atau di sisi’. Penggabungan kedua kata ini menghasilkan kata
majemuk ikat pinggang yang memiliki arti baru, yaitu ‘kain, kulit dan sebagainya
untuk mengebat pinggang, mengencangkan celana, dan sebagainya’ seperti pada
contoh (45). Adapun penyisipan unsur lain seperti kata dari membuat konstruksi
ini menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (46).
Kata majemuk dapat dibentuk dengan penggabungan kelas kata numeralia dan
kelas kata nomina. Dalam konstruksi ini, kelas kata nomina tidak menjadi unsur
yang muncul di awal konstruksi kata majemuk. Kata majemuk yang dihasilkan
35
dari proses penggabungan kedua kelas kata ini berfungsi sebagai adverbial atau
keterangan di dalam konstruksi klausa atau kalimat. Berikut ini adalah beberapa
contoh pembentukan kata majemuk dengan penggabungan kelas kata numeralia
dan kelas kata nomina. Pada contoh (47), terdapat penggabungan kelas kata
numeralia setengah yang berarti ‘separuh, sebagian’ dan kelas kata nomina hati
yang memiliki beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang berwarna kemerah-
merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu yang ada di dalam
tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat
menyimpan pengertian’. Kedua kata ini bergabung dan menjadi kata majemuk
yang menghasilkan makna baru, yaitu ‘segan, malu-malu, acuh tak acuh, tidak
menaruh perhatian’. Jika konstruksi ini disisipi dengan kata dari, konstruksi ini
dapat diterima, namun ia mengandung makna yang sebenarnya, yaitu ‘jumlah dari
hati (misalnya hati ayam yang biasa dimasak dan dikonsumsi manusia, dan
sebagainya) yaitu setengah kilogram’. Konstruksi dengan sisipan unsur lain
seperti ini bukan konstruksi kata majemuk seperti pada contoh (48).
36
yang berarti ‘dengan sungguh-sungguh’ seperti pada contoh (49). Sementara itu,
penyisipan elemen lain seperti kata dari menjadikan konstruksi ini tidak
gramatikal seperti pada contoh (50).
Kata majemuk dapat dibentuk dari penggabungan kelas kata adjektiva dan kelas
kata nomina. Dalam konstruksi ini, kelas kata nomina menjadi elemen kedua.
Fungsi dari kata majemuk ini di dalam sebuah konstruksi adalah sebagai
adjektival. Berikut ini adalah beberapa contoh pembentukan kata majemuk yang
merupakan penggabungan kelas kata adjektiva dan kelas kata nomina. Pada
contoh (51), kelas kata adjektiva panjang yang berarti ‘berjarak jauh dari ujung ke
ujung’ dan kelas kata nomina tangan yang berarti ‘anggota badan dari siku sampai
ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung kaki’ digabungkan untuk
membentuk kata majemuk panjang tangan yang memiliki arti baru, yaitu ‘suka
mencuri atau mencopet’. Kata majemuk ini dapat disisipi oleh elemen lain
misalnya kata dari, seperti pada contoh (52). Namun konstruksi ini memiliki
makna yang sebenarnya, yaitu ‘ukuran dari tangan’ dan konstruksi ini bukan
konstruksi kata majemuk.
37
Contoh penggunaan kata majemuk dalam kalimat:
Dia panjang tangan.
38
(55). Keras kepala = Keras kepala
ADJ N Kata majemuk
Contoh (57) di bawah ini adalah pembentukan kata majemuk dari kelas
kata adjektiva tinggi yang berarti ‘jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah’ dan
kelas kata nomina hati yang memiliki beberapa makna, yaitu ‘organ badan yang
berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk
mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Sesuatu
yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan
batin dan tempat menyimpan pengertian’. Kedua kata ini bergabung dan
membentuk kata majemuk tinggi hati yang memiliki makna baru, yaitu ‘sombong,
angkuh’. Penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini menghasilkan konstruksi
yang tidak gramatikal seperti pada contoh (58).
Kata majemuk selanjutnya dapat juga dihasilkan dari proses penggabungan kelas
kata adverbia dan kelas kata nomina sehingga menghasilkan makna baru. Kelas
kata nomina pada konstruksi ini berada di posisi kedua. Berikut ini adalah contoh
pembentukan kata majemuk dengan penggabungan kelas kata adverbia dan kelas
39
kata nomina. Pada contoh (59), terjadi penggabungan kelas kata adverbia sekejap
yang berarti ‘sebentar saja, sesaat’ dan kelas kata nomina mata yang berarti ‘indra
untuk melihat’. Penggabungan kedua kelas kata ini menghasilkan kata majemuk
sekejap mata yang memiliki makna baru, yaitu ‘sangat sebentar’. Adanya
penyisipan elemen lain di antara kedua kata ini menjadikannya tidak gramatikal
seperti pada contoh (60).
Contoh lain adalah penggabungan kelas kata adverbia atas yang berarti
‘bagian atau tempat yang lebih tinggi’ dan kelas kata nomina angin yang berarti
40
‘gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah’. Hasil penggabungan kedua kata ini adalah kata majemuk atas angin yang
memiliki makna baru, yaitu ‘suatu hal yang bersifat sedang terkenal atau
termasyur karena mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak’ seperti pada
contoh (63). Penambahan leksikal di antara kedua kata ini menghasilkan
konstruksi yang tidak gramatikal seperti pada contoh (64).
41
6. Morfologi Derivasi Nomina
Kelas kata nomina dapat dibentuk dari proses morfologi derivasi. Morfologi
derivasi ini dilakukan dengan proses afiksasi atau penambahan afiks. Proses
afiksasi ini dapat mengubah kelas kata lain menjadi kelas kata nomina. Berikut ini
adalah penjabaran proses morfologi derivasi kelas kata nomina yang diadopsi dari
Sneddon et. al. (2010).
Prefiks peN- dapat digabungkan dengan akar verba untuk membentuk kelas kata
nomina yang bermakna ‘orang yang melakukan tindakan yang diekspresikan oleh
akar kata’. Berikut ini adalah contoh-contohnya.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Pengarang buku itu mendapatkan loyalty yang tiada habis-habisnya.
• Penyelam itu menemukan harta karun di dasar lautan.
42
6.2. Prefiks peN- merujuk pada inanimate object
Proses derivasi prefiks peN- yang merujuk pada inanimate object menjelaskan alat
atau instrument yang digunakan untuk melakukan tindakan. Bentuk seperti ini
dapat memodifikasi nomina yang mengikutinya. Berikut ini adalah beberapa
contoh.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Makanan beku itu dimasukkan ke dalam pemanas.
• Rumput di halaman sudah tinggi karena pemotongnya rusak.
Prefiks PeN- dapat melalui suatu proses derivasi morfologi dengan akar kata
adjektiva untuk membentuk kelas kata nomina. Makna yang dihasilkan dari proses
derivasi ini adalah ‘nomina yang diasosiasikan dengan adjektiva yang menjadi
akar kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.
43
Adjektiva Derivasi Makna nomina
nomina
Berani Pemberani Orang yang berani
Panjang Pemanjang Alat untuk memanjangkan sesuatu
Bulat Pembulat Alat untuk membulatkan sesuatu
Dendam Pendendam Orang yang suka menyimpan dendam
Dengki Pendengki Orang yang dengki
Dingin Pendingin Alat untuk mendinginkan sesuatu
Encer Pengencer Alat untuk mengencerkan sesuatu
Halus Penghalus Alat untuk menghaluskan sesuatu
Harum Pengharum Alat untuk mengharumkan sesuatu (misalnya,
untuk ruangan)
Kagum Pengagum Orang yang mengagumi sesuatu atau seseorang
Keras Pengeras Alat untuk mengeraskan sesuatu
Kering Pengering Alat untuk mengeringkan sesuatu
Rekat Perekat Alat untuk merekatkan sesuatu
Malas Pemalas Orang yang malas
Table 4. Prefiks peN- dengan akar kata adjektiva
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Para pendengki tak dapat menerima kenyataan bahwa ia sering
mendapatkan penghargaan.
• Sebagai pengagum Rasul, mereka mengikuti sunnahnya.
Proses derivasi prefiks pe- dengan akar kata verba menghasilkan kelas kata
nomina yang memiliki makna ‘seseorang yang melakukan kegiatan seperti yang
diekspresikan oleh akar kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi
kelas kata nomina tersebut.
44
Verba Derivasi nomina Makna nomina
Bekerja Pekerja Orang yang bekerja
Belajar Pelajar Orang yang belajar
Berdagang Pedagang Orang yang berdagang
Berjalan Pejalan Orang yang berjalan kaki
Table 5. Prefiks pe- dengan akar kata verba
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Banyak pekerja terpaksa diPHK karena pabrik berhenti beroperasi.
• Menjadi pedagang sukses adalah impiannya sedari dulu.
Kombinasi prefiks pe- dengan cabang olah raga tertentu dapat menghasilkan kelas
kata nomina yang bermakna ‘atlit cabang olah raga yang diekspresikan oleh akar
kata’. Berikut ini adalah beberapa contoh kombinasi tersebut.
45
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Pegulat itu memutuskan untuk berpindah kewarga negaraan karena ia
tidak dihargai di negaranya.
• Ia memutuskan untuk berkarir sebagai petenis.
Proses derivasi suffiks -an dengan akar kata verba dapat menghasilkan nomina
yang menjadi objek dari kegiatan yang diekspresikan verba. Verba yang dapat
digunakan dalam proses derivasi adalah verba transitif yang mensyaratkan
kehadiran objek dalam konstruksinya. Hasil derivasi nomina ini mengandung
makna ‘apa yang di-verba’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi
tersebut.
46
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Posisinya sebagai direktur membuatnya mendapat bayaran yang mahal.
• Ramuan tradisional itu setiap hari dikonsumsinya.
Akar verba dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan sufiks -an untuk
menghasilkan kelas kata nomina yang memiliki makna ‘alat yang digunakan
untuk melakukan verba atau tempat dimana kegiatan yang diekspresikan oleh
verba berlangsung’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Sebaiknya kita tidak lagi menggunakan sedotan plastik karena akan
menambah limbah plastik.
• Hal ini menjadi catatan bagi BUMN tersebut agar dapat memperbaiki
layanannya.
47
6.8. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina
Derivasi morfologi kelas kata nomina dengan proses reduplikasi akar kata nomina
dan penambahan sufiks -an dapat menghasilkan nomina baru dengan makna
‘variasi nomina’. Berikut ini adalah beberapa contoh proses derivasi tersebut.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Petani menanam umbi-umbian di belakang rumah.
• Mereka meneliti jamur-jamuran dan hubungannya dengan budaya
setempat.
48
6.9. Sufiks -an dengan proses reduplikasi nomina bermakna
diminutive
Proses reduplikasi akar kata nomina dengan penambahan sufiks -an dapat
menghasilkan nomina yang bermakna diminutive atau menyerupai nomina dasar.
Berikut ini diberikan beberapa contoh proses morfologi tersebut.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Orang-orangan kertas itu berserakan di lantai.
• Membeli pistol-pistolan itu adalah keputusan yang salah karena walaupun
hanya mainan, pistol-pistolan ini dapat menyakiti orang lain.
Akar kata nomina dapat melalui proses reduplikasi parsial disertai dengan
penambahan sufiks -an. Makna yang dihasilkan dari proses morfologi ini adalah
‘variasi nomina’. Berikut adalah beberapa contoh proses morfologi tersebut.
49
Akar kata Derivasi nomina Makna nomina
Batu Bebatuan Bermacam-macam batu
Rumput Rerumputan Bermacam-macam rumput
Pohon Pepohonan Bermacam-macam pohon
Rumah Perumahan Sejumlah rumah
Table 11. Sufiks -an dengan proses reduplikasi parsial
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Bebatuan di daerah sini dikumpulkan untuk menjadi sampel.
• Rerumputan di sekitar pekarangan menambah asri perumahan itu.
50
Adjektiva Derivasi nomina
Jengkel Kejengkelan
Lucu Kelucuan
Lugu Keluguan
Palsu Kepalsuan
Pandai Kepandaian
Table 12. Sirkumfiks ke-…-an dengan akar adjektiva
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Rakyat akan damai dan tidak berdemo jika keadilan telah ditegakkan.
• Ucapan yang penuh kontroversi tersebut menimbulkan kegaduhan di
tengah masyarakat.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kita tidak mendapatkan jaringan yang baik di ketinggian.
• Ia mengaku salah dan meminta keringanan hukuman.
Elemen negasi tidak dapat disisipkan dalam sirkumfiks ke-…-an yang terbentuk
dari kata dasar adjektiva seperti contoh berikut ini.
51
Adjektiva Derivasi nomina
Pasti Ketidak pastian
Peka Ketidak pekaan
Paham Ketidak pahaman
Nyaman Ketidak nyamanan
Jujur Ketidak jujuran
Aman Ketidak amanan
Teliti Ketidak telitian
Harmonis Ketidak harmonisan
Becus Ketidak becusan
Tentu Ketidak tentuan
Tahu Ketidak tahuan
Sopan Ketidak sopanan
Serius Ketidak seriusan
Table 14. Penyisipan negasi tidak dalam sirkumfiks ke-…-an
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Ketidak becusan karyawan dibiarkan saja oleh HRD.
• Ketidak seriusan penguasa dalam menyikapi hal tersebut tercermin dari
kebijakan yang diambil.
52
Verba intransitive Derivasi nomina
Pergi Kepergian
Datang Kedatangan
Bablas Kebablasan
Mati Kematian
Bangkit Kebangkitan
Perlu Keperluan
Pindah Kepindahan
Table 15. Sirkumfiks ke-…-an dengan akar verba intransitive
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kenaikan harga BBM di tengah masa pandemi ini bukanlah kebijakan
yang populis.
• Kepindahan beliau adalah suatu keputusan yang bijaksana.
Proses derivasi morfologi sirkumfiks ke-…-an dengan akar kata nomina dapat
dilakukan dan menghasilkan makna yang umum ‘berkenaan dengan kata dasar’.
53
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kepemimpinannya akan dicatat dalam sejarah.
• Isu kedaerahan menjadi sangat laku dalam momen pilkada.
Selain itu, sirkumfiks ke-…-an ini dapat juga digabungkan dengan nomina
untuk menghasilkan nomina baru yang bermakna ‘wilayah yang dipimpin secara
administrasi oleh akar kata nomina’. Berikut ini adalah beberapa contoh.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Semua kementerian diharapkan dapat berkoordinasi agar aturan yang
dihasilkan tidak tumpang tindih.
• Pihak kelurahan memberikan izin untuk pelaksanaan acara sunatan
tersebut.
Proses derivasi sirkumfiks peN-…-an dengan akar kata verba dapat menghasilkan
nomina dengan makna ‘kegiatan yang dilakukan’. Berikut ini adalah beberapa
contoh proses derivasi tersebut.
54
Verba Derivasi nomina Makna
Balas Pembalasan Kegiatan membalas
Runding Perundingan Kegiatan merundingkan sesuatu
Tata Penataan Kegiatan menata sesuatu
Kirim Pengiriman Kegiatan mengirimkan sesuatu
Rampas Perampasan Kegiatan merampas sesuatu
Lari Pelarian Kegiatan berlari dari sesuatu
Bunuh Pembunuhan Kegiatan membunuh orang atau binatang
Kemas Pengemasan Kegiatan mengemas sesuatu
Rangkum Perangkuman Kegiatan merangkum sesuatu
Gabung Penggabungan Kegiatan menggabungkan sesuatu
Buka Pembukaan Kegiatan membuka (biasanya acara)
Tutup Penutupan Kegiatan menutup (biasanya acara)
Terima Penerimaan Kegiatan menerima sesuatu atau seseorang
Tolak Penolakan Kegiatan menolak sesuatu atau seseorang
Table 18. Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang baik untuk semua pihak.
• Proses pengemasan dilakukan secara teliti dan mengikuti prosedur yang
baik.
55
Akar kata verba Derivasi nomina
Buang Pembuangan
Karang Pekarangan
Henti Perhentian
Himpun Perhimpunan
Rembes Perembesan
Cetak Percetakan
Table 19. Sirkumfiks peN- …-an dengar akar kata verba dengan makna ‘tempat’
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Tim SAR langsung menuju ke tempat pengungsian.
• Bukti kejahatan itu ditemukan di tempat pembuangan.
6.15.Sirkumfiks per-…-an
56
Akar kata Derivasi nomina
Baik Perbaikan
Cepat Percepatan
Ganti Pergantian
Silat Persilatan
Singgung Persinggungan
Undang Perundangan
Table 20. Sirkumfiks per-…-an
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Gubernur berinisiatif melakukan peremajaan alat-alat transportasi yang
tersedia.
• Pergantian ketua dilakukan dengan cepat mengingat banyak tugas yang
harus diselesaikan.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Mereka mengambil kasus ini hanya sebagai perbandingan.
• Perlawanan tidak akan terjadi jika pasukan bersenjata itu tidak memaksa
masuk.
57
Sirkumfiks per-…-an dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan
akar kata nomina untuk membentuk nomina yang mengacu pada tempat dimana
suatu kegiatan dilakukan. Berikut ini beberapa contoh.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kegiatan itu dilakukan di area persawahan di desa kami.
• Wilayah pergudangan dijaga ketat oleh aparat.
58
Beberapa nomina di bawah ini mengandung sirkumfiks per-…-an. Kata-
kata tersebut memiliki dasar verba dengan prefiks per-. Kemudian dalam proses
derivasi morfologinya terjadi penambahan sufiks -an. Berikut ini beberapa contoh
proses derivasi ini.
59
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Ini adalah pertarungan ideologis.
• Kedua negara itu menyetujui kesepakatan di bidang perdagangan.
60
Kata dasar Derivasi nomina
Gantung Pergantungan
Gula Pergulaan
Iklan Periklanan
Ipar Periparan
Table 24. Sirkumfiks per-…-an dengan akar nomina
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Proses peragian dilakukan di rumah masing-masing.
• Jika dilihat lebih jauh, dunia percaloan juga terjadi pada tes-tes
kemampuan sejenis.
Sirkumfiks per-…-an dapat melalui proses derivasi morfologi dengan akar kata
nomina untuk menghasilkan nomina dengan makna ‘koleksi dari nomina atau
tempat dimana banyak nomina ditemukan’. Berikut ini ditampilkan beberapa
contoh.
61
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Dinas Lingkungan Hidup mengurusi urusan pertamanan di kota kami.
• Komplek pertokoan itu ludes dibakar api.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Persyaratan itu seharusnya disampaikan di awal sebelum kontrak ditanda
tangani.
• Para tentara berjaga di wilayah perbatasan.
62
Numeralia Derivasi nomina
Dua Perduaan
Tiga Pertigaan
Empat Perempatan
Lima Perlimaan
Table 27.Sirkumfiks per-…-an dengan kelas kata numeralia
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Hati-hati melalui perempatan itu karena lampu lintasnya sedang rusak.
• Jika ke kantor, kami pasti melewati pertigaan itu.
6.17.Sirkumfiks pe-…-an
Nomina yang dapat dihasilkan dari proses derivasi morfologi dengan sirkumfiks
pe-…-an jumlahnya tidak terlalu banyak. Proses derivasi ini menghasilkan kelas
kata nomina yang bermakna ‘tempat’ dan ‘berhubungan dengan [kata dasar]’.
Berikut ini beberapa contoh.
63
Kata dasar Derivasi nomina
Laut Pelautan
Lintas Pelintasan
Sanggrah Pesanggrahan
Table 28. Sirkumfiks pe-…-an
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Dengan sangat terpaksa ia mampir juga ke pegadaian tersebut.
• Pelataran kampus itu kini sepi karena perkuliahan dilaksanakan secara
daring.
64
Kata dasar Derivasi nomina
Sejarah Sejawan
Wisuda Wisudawan/wisudawati
Table 29. Sufiks -wan, -wati
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Para cendikiawan telah bersepakat untuk membentuk sebuah
perkumpulan.
• Para relawan ke lapangan memberikan edukasi kepada masyarakat.
Sufiks -anda dan -nda dapat melalui proses derivasi morfologi dengan pronominal
atau kata yang menunjukkan kekerabatan untuk membentuk nomina. Hasil dari
proses derivasi ini adalah kata sapaan yang mengandung perhargaan. Sufiks -anda
digunakan untuk kata yang berakhiran dengan huruf konsonan, sementara sufiks -
nda digunakan dengan kata yang berakhiran dengan huruf 65okum. Pada beberapa
kasus, konsonan akhir -k mengalami penghilangan, lalu dilakukan penambahan
sufiks -nda. Berikut ini adalah beberapa contoh.
65
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Kunjungan kakanda sangat dinantikan di rumah kami.
• Ibunda selalu berpesan agar senantiasa menjaga diri.
6.20.Prefiks ke-
Prefiks ke- dapat mengalami proses derivasi morfologi dengan beragam kata dasar
untuk membentuk nomina. Berikut ini adalah beberapa contoh.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Apa yang terjadi bukan kehendak mereka.
• Semua diserahkan kepada ketua untuk mengambil keputusan.
6.21.Prefiks ter-
Proses derivasi morfologi dapat pula dihasilkan dari penggabungan prefiks ter-
dengan kata dasar verba dan nomina. Hasil dari proses derivasi morfologi ini
adalah nomina yang digunakan di bidang 66okum. Berikut beberapa contoh.
66
Kata dasar Derivasi nomina
Pidana Terpidana
Tuduh Tertuduh
Gugat Tergugat
Hukum Terhukum
Adu Teradu
Fitnah Terfitnah
Lapor Terlapor
Periksa Terperiksa
Santun Tersantun
Tanggung Tertanggung
Table 32. Prefiks ter-
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Walaupun belum dijadikan tersangka, ia telah ditangkap.
• Terpidana mati kasus kematian hakim tersebut menangis ketika
mendengar vonis yang diterimanya.
6.22.Prefiks pra-
Prefix pra- adalah prefiks yang berasal dari bahasa Sansekerta yang dapat
mengalami proses derivasi morfologi untuk membentuk kelas kata nomina.
Berikut ini adalah beberapa contoh.
67
Kata dasar Derivasi nomina
Pensiun Prapensiun
Peradilan Praperadilan
Promosi Prapromosi
Syarat Prasyarat
Table 33. Prefiks pra-
Berikut ini beberapa contoh penggunaan derivasi nomina di atas dalam kalimat.
• Azas praduga tak bersalah harus didahulukan sebelum menangkap orang.
• Para CPNS mengikuti prajabatan sebelum diangkat menjadi PNS.
68
TERMINOLOGI
Agent Biasanya adalah subjek gramatikal dari sebuah klausa aktif.
Agent secara prototipe melakukan tindakan secara fisik dan
secara sadar dan efek dari tindakannya dapat dilihat
Adjective clause Klausa adjektiva
Animate Kategori nomina yang referensinya adalah manusia atau
binatang.
Argument Konstituen seperti frase nomina
Beneficiary Peran semantis dimana suatu referen mendapatkan keuntungan
ataupun kerugian dari sebuah peristiwa
Cardinal Numeral yang meliputi numeral dasar, digunakan dalam
berhitung, digunakan dalam mengekspresikan berapa jumlah
objek
Classifier Kata atau afiks yang mengekspresikan klasifikasi nomina
Co-referential Referen dari suatu ekspresi yang sama dengan referen pada
ekspresi lainnya
Experiencer Peran semantis dari sebuah entitas yang menerima dan
mengalami efek dari suatu tindakan
Force Peran semantis dari suatu entitas yang memulai suatu tindakan
tanpa disadari ataupun tanpa disengaja
Goal Peran semantis dari tempat kemana sesuatu bergerak atau
kemana suatu tindakan diarahkan
Head Elemen yang menentukan fungsi sintaksis dari keseluruhan
frase
Imperative Konstruksi ditandai dengan perintah
Instrument Peran semantis dari benda mati yang digunakan oleh agent
dalam suatu peristiwa.
Measure Peran semantis yang digunakan untuk menghitung dalam suatu
peristiwa
Modifier Pewatas
Oblique argument Argument yang kehadirannya disertai dengan preposisi
Participant Seseorang atau sesuatu yang memiliki peran dalam suatu
peristiwa
Patient Peran semantis yang biasanya merupakan objek dari verba
Possessor Pronominal yang mengekspresikan kepemilikan
Prepositional phrase Frase yang headnya adalah preposisi
Recipient Argument yang menerima sesuatu
Reflexive Memiliki referen yang sama
relative clause Klausa yang mendeskripsikan referen dari head nomina
Relative marker Pemarkah yang
Result Peran semantis yang mengekspresikan hasil dari suatu peristiwa
Spatial Ruang
Temporal Waktu
69
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2020). KKBI V. n.p.
Sneddon, J. N., Adelaar, A., Djenar, D. N., & Ewing, M. C. (2010). Indonesian reference
grammar (2nd ed.).NSW: Allen & Unwin.
70