Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PTK

PENGGUNAAN METODE BERPASANGAN DAN ALAT PERAGA BOLA KARET

DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI

SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI 1 TOBOALI

Oleh:

Titin Aprina

NIP. 198404292011012001

SMP NEGERI 1 TOBOALI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANGKA SELATAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
BAB II Kajian Teori
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar siswa.............................................................. 5
2. Pendekatan scientific dalam Pembelajaran.......................... 9
3. Passing Bawah Bola Voli...................................................10
4. Metode Berpasangan dan Alat Peraga Bola Karet………….....14
5. Materi Penjasorkes Kelas VII SMP…………….………………………..17
B. Hasil Penelitian yang Relevan................................................... 18
BAB III Metode Penelitian
A. Tempat, Waktu dan Subjek penelitian……………......................... 20
B. Prosedur Penelitian.................................................................... 20
C. Metode Pengumpulan Data...................................................... 30
D. Metode Analisis Data............................................................... 32
E. Indikator Keberhasilan……………………………………………………………..34

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru dapat menciptakan interaksi yang baik dalam proses pembelajaran
antara dirinya dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa secara maksimal, hal ini
sangat penting untuk menghidupkan suasana dalam belajar.
Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak selaku
fasilitator sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Untuk menjadikan
bahan belajar yang siap saji, masih membutuhkan sentuhan professional guru
sehingga materi yang disajikan menarik minat dan hasrat siswa.
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani guru harus
mampu menjabarkan tujuan, dan materi pelajaran. Kemampuan professional seorang
guru meliputi kemampuan merencanakan, pengembangan tujuan materi, penggunaan
metode, alat-alat bantu dan penilaian serta alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi
pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar
dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar
tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar
kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata
pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut. Pada kurikulum 2013 penilaian hasil
belajar mengacu pada penilaian autentik. Menurut Permen 104 tahun 2014 bahwa
penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melaksanakan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Salah satu mata pelajaran yang ada di Kurikulum 2013 adalah Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes). Penjasorkes merupakan mata pelajaran yang
membekali siswa dengan pengetahuan tentang gerak jasmani dalam berolahraga serta
faktor kesehatan yang dapat mempengaruhinya, keterampilan dalam melakukan gerak
jasmani dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap perilaku yang

3
dituntut dalam berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai suatu kesatuan yang
utuh. Sehingga terbentuk peserta didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga,
dan sadar kesehatan. Kaitannya erat antara penilaian autentik dan pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan Penjasorkes dalam menampilkan sikap kerjasama,
berpengetahuan dan keterampilan peserta didik.
Di kelas VII. A kurikulum 2013 pada mata pelajaran Penjasorkes terdapat materi
permainan bola besar. Permainan bola besar ada beberapa macam yaitu permainan
bola besar menggunakan permainan sepak bola, permainan bola voli, dan permainan
bola basket. Permainan bola besar dengan menggunakan permainan bola voli
merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum yang wajib diajarkan dan
diberikan di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Permainan bola voli merupakan
permainan beregu bola besar yang memerlukan pengetahuan, mketerampilan dan
kerjasama yang baik. Kerjasama yang terjalin akan menghasilkan sebuah prestasi yang
baik pula. Selain itu seorang pemain harus menguasai teknik dasar permainan bola voli
antara lain : passing bawah, passing atas, smash dan spike, servis, dan bendungan.
Untuk dapat memunculkan sikap kerjasama, pengetahuan dan keterampilan
dalam permainan bola voli terutama teknik dasar passing bawah tersebut tidak
terlepas dari bagaimana guru bisa menerapkan metode belajar yang tepat. Passing
bawah adalah salah satu gerak dasar pertama dikenalkan kepada pemula, karena
teknik dasar ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam permainan bola
voli.
Selama ini dalam pembelajaran passing bawah bola voli di SMP Negeri 1 Toboali
masih banyak siswa yang belum bisa secara sempurna melakukan passing bawah dan
kurang minatnya siswa dalam pembelajaran permainan bola voli menyebabkan
kesulitan bagi guru untuk mengajarkannya. Selain itu bola voli yang terbuat dari kulit
terkadang membuat tangan siswa menjadi sakit. Hal ini juga menyebabkan banyak
siswa tidak bisa melakukan passing bawah dan bekerjasama dengan baik saat
permainan bola voli. Keadaan yang terjadi dapat mempengaruhi ketercapaian kriteria
ketuntasan minimal (KKM) siswa pada pelajaran ini.
Untuk mengatasi permasalahan itu, guru harus memilih metode yang tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah pada
permainan bola voli. Metode merupakan suatu bentuk usaha mencapai sasaran yang

4
telah ditentukan, yang dapat diwujudkan berupa rencana, program, dan tahapan-
tahapan dalam jangka waktu tertentu. Metode yang dipilih peneliti yaitu metode
berpasangan. Metode berpasangan merupakan metode dimana peserta didik di dalam
lapangan menggerakkan passing bawah diarahkan kesasaran yang berada dilapangan,
yang diperjelas dengan pasangan atau teman, dan pasangannya juga melakukan hal
yang sama. Metode passing bawah berpasangan menggunakan 1 orang teman sebagai
media untuk memberikan bola secara bergantian dalam bentuk lemparan bola,
ataupun passing bawah bergantian.
Selain perbaikan pada metode mengajar, peneliti menggunakan alat peraga lain
yang bisa membantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan alat peraga yang
tepat sangat membantu guru dalam mengajarkan materi di lapangan. Selama ini guru
dalam permainan bola voli hanya menggunakan bola besar yang terbuat dari kulit
sehingga membuat tangan siswa terasa sakit karena tidak terbiasa. Untuk mengatasi
ini peneliti memilih bola yang terbuat dari karet yang sangat ringan. Bola yang
ukurannya lebih kecil yang biasa dimainkan anak – anak.
Berlatar belakang permasalahan yang ada penulis ingin meneliti dengan judul
“Penggunaan Metode Berpasangan dan Alat Peraga Bola Karet dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa Kelas VII.A SMP Negeri 1
Toboali”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas “Apakah penggunaan
metode berpasangan dan alat peraga bola karet dapat meningkatkan hasil belajar
passing bawah bola voli siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Toboali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana penggunaan metode
berpasangan dan alat peraga bola karet dapat meningkatkan hasil belajar passing
bawah bola voli siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Toboali.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang penggunaan
metode berpasangan dan alat peraga bola karet dalam upaya meningkatkan hasil
belajar passing bawah bola voli siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Toboali. Secara umum
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

5
1. Siswa
Dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli
pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk mencapai
ketuntasan belajar secara optimal.
2. Guru
Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam memilih metode dan alat peraga
yang tepat dalam pembelajaran permainan bola voli.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan, pengembangan strategi pembelajaran dan dapat menjadi
alternative dalam mengatasi pembelajaran terutama mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) materi passing bawah pada
permainan bola voli siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Toboali.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Hasil belajar siswa
a. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk apa yang dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang
guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar dapat dilakukan siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dalam proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh
bagaimana proses pembelajaran yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Menurut Skinner (1973) dalam M. Sobry Sutikno (2013:3), mengartikan
belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Sedangkan menurut Chatarina Tri Anni (2004)
dalam M. Sobry Sutikno (2013:3), belajar merupakan proses perolehan
kemampuan yang berasal dari pengalaman. Selain itu belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan yang
baru, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (M.
Sobry Sutikno, 2013:3-4).
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku berdasarkan
pengalaman yang dialaminya. Perubahan yang dimaksud disini adalah
perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk memperoleh yang lebih
baik dari sebelumnya.
Hasil dari belajar adalah ditandai dengan adanya “perubahan”, yaitu
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktifitas tertentu (M. Sobry Sutikno, 2013:4). Menurut Leo Sutrisno (2008)

7
memberikan pengertian hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan
siswa terhadap sasaran belajar pada topic bahasan yang dieksperimenkan, yang
diukur berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai
dengan sasaran belajar.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar setelah
berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Hasil belajar dapat digunakan untuk
menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.
Menurut Suke Silverius (1991:53), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu guru dan siswa. Dilihat dari faktor guru, keberhasilan siswa
paling tidak dipengaruhi oleh:
1. Kesiapan guru dalam mengajar.
2. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran.
3. Kemampuan bawaan guru.
4. Kemampuan guru dalam berkomunikasi.
Dalam hal ini, seorang guru membutuhkan informasi dari hasil tes
diagnostik untuk mengontrol dan memperbaiki cara mengajar yang
dipergunakannya. Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari suatu pokok bahasan, guru dapat melakukan tes diagnostik belajar
dan menganalisis hasilnya, sehingga ia dapat mengusahakan perbaikan atau
penyesuaian cara mengajar yang dipergunakannya dengan materi yang
diberikan.
Sementara, dilihat dari factor siswa, keberhasilan belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh:
1. Kesiapan belajar siswa.
2. Kebiasaan belajar siswa.
3. Sikap belajar siswa.
4. Ada atau tidaknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada umumnya.
5. Ada atau tidaknya kesulitan belajar siswa dalam mempelajari suatu mata
pelajaran tertentu.

8
Dalam hal ini, siswa harus mampu mengetahui hal-hal apa yang belum
dikuasainya dalam belajar, sehingga ia dapat mencari jalan pemecahan masalah
kesulitan belajar yang dialaminya. Kesulitan belajar yang timbul ini harus segera
diketahui sedini mungkin agar dapat segera ditangani.
b. Prinsip – prinsip Belajar
Menurut Sumiati & Asra (2008:41), ada 2 (dua) prinsip – prinsip belajar
yang perlu diketahui, sebagai berikut :
1. Prinsip Umum Belajar
Belajar menurut Wingo (1970:194) dalam Sumiati & Asra (2008:41)
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Hasil Belajar sepatutnya menjangkau banyak segi.
Dalam suatu proses belajar banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai
hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang
konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan
dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep,
menyenangi dan member respons yang positif terhadap sesuatu yang
dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.
b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui
pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khazanah peristilahan
pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing- yaitu belajar
dengan jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu sendiri bersifat
abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan
melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang
yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntut pada
pemahaman yang bersifat abstrak.
c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Mempertemukan tujuan guru (tujuan pembelajaran) dengan tujuan
belajar siswa dengan cara mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada
siswa sehingga proses belajar berjalan kea rah upaya pencapaian tujuan
tadi.

9
2. Prinsip Belajar pada Aktivitas Siswa
Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa menurut Sumiati &
Asra (2008:43), antara lain:
a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami
Hanya belajar yang berhubungan dengan kegiatan dan pengalaman
dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku. Siswa dapat
belajar dengan baik jika dia dihadapkan dengan masalah actual, sehingga
dapat menemukan kebutuhan real atau minatnya.
b. Belajar merupakan transaksi aktif.
Untuk belajar berpikir logis, seseorang tidak hanya menggunakan
argumentasi logis, atau menguasai suatu materi pembelajaran yang
disusun secara logis, melainkan perlu melakukan kegiatan yang bersifat
aktif.
c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga
dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga
mencapai pemecahan atau tujuan.
e. Hanya dengan melalui penyodoram masalah memungkinkan
diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman
dengan kegiatan yang bertujuan.
3. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Menurut permen 104 tahun 2014 mengenai pedoman penilaian hasil belajar
antara lain :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
b. Pendekatan penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.

10
c. Bentuk penilaian adalah cara yang dilakukan dalam capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian
projek, dan penilaian tertulis.
d. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap.
e. Ketuntasan belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan
subtansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
f. Penilaian auntentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya.
Menurut permen 104 tahun 2014 tentang Kurikulum SMP berisi pedoman
penilaian hasil belajar, berdasarkan pasal 7 bahwa :
1. Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik untuk kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menggunakan skala penilaian.
2. Skala penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kompetensi
sikap menggunakan rentang predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang (K).
3. Skala penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan menggunakan rentang angka
dan huruf 4,00 (A) – 1,00 (D) dengan rincian sebagai berikut :
a. 3,85 – 4,00 dengan huruf A;
b. 3,51 – 3,84 dengan huruf A-;
c. 3,18 – 3,50 dengan huruf B+;
d. 2,85 – 3,17 dengan huruf B;
e. 2,51 – 2,84 dengan huruf B-;
f. 2,18 – 2,50 dengan huruf C+;
g. 1,85 – 2,17 dengan huruf C;
h. 1,51 – 1,84 dengan huruf C-;
i. 1,18 – 1,50 dengan huruf D+;
j. 1,00 – 1,17 dengan huruf D.

11
2. Pendekatan Saintifik
Dalam Permen 58 tentang Kurikulum SMP tahun 2014 Lampiran III, penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan dapat disajikan seperti berikut ini :

a. Mengamati
Mengamati adalah proses mengenal objek melalui penggunaan indra yang
dimiliki, misalnya dengan melihat/menonton, mendengarkan, dan membaca.
Sehingga peserta didik akan memperoleh konsep awal dan menemukan
permasalahan-permasalahan dalam materi yang akan dipelajari. Proses ini akan
berdampak pada peserta didik memahami obyek secara nyata, senang,
tertantang, dan memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya.
b. Menanya
Pada proses ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling
bertanya untuk mengungkapkan berbagai masalah yang ditemukan pada saat
proses pengamatan dengan berbagai bentuk pertanyaan baik yang berkaitan
dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang
akan diraihnya.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi ini merupakan bagian dari kegiatan
eksplorasi yaitu untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan terkait dengan
pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Menalar / Mengasosiasi
Menalar adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah
menalar dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan beragam peristiwa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar
pembuatan keputusan.
e. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan adalah proses penyajian berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dalam bentuk penyampaian informasi, peragaan keterampilan,
dan sikap dalam pembelajaran atau kehidupan.

12
3. Passing Bawah Bola Voli
a. Pengertian Permainan Bola Voli
Permainan bola voli adalah suatu cabang olahraga yang dilakukan dengan
mem-volley bola di udara hilir mudik di atas jarring atau net, dengan maksud
dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari
kemenangan dalam bermain. (Kemendibud RI, 2013 :16)
b. Lapangan Permainan Bola Voli
Lapangan permainan bola voli menurut Sumber lapangan : Ensiklopedi
Olahraga, 2003 dalam Kemendibud RI (2013 : 17) adalah 18 m x 9 m.
c. Bola Voli
Bola voli menurut Ensiklopedi Olahraga,2003 dalam Kemendikbud RI (2013:17)
bahwa:
Bahan : kulit
Keliling :65 – 67 cm
Berat : 200 – 280 gram
Tekanan : 294,3 – 318,82 hpa

Gambar 2.1 Bola Voli Kulit


d. Pembelajaran Passing Bawah
Passing adalah mengoperkan bola kepada teman seregunya dengan teknik
– teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada
regu lawan. Kemendikbu RI (2013: 19 – 22)
Passing bawah merupakan salah satu teknik pertahanan dengan
penerimaan bola dengan gaya meraup. Barbara ( 1996 : 20) Passing bawah telah
berkembang dengan pesat sekali, dipergunakan untuk menyerang dan
memegang inisiatif pertandingan. Penerimaan passing harus mengimbangi

13
passing lawan tersebut, sehingga penerimaan passing akan menentukan
jalannyua pertandingan. Bila penerimaan itu salah, maka kemungkinan angka
akan diraih oleh lawan.
Menurut Barbara (1996 : 20) tahapan – tahapan proses terbentuknya
passing bawah, sebagai berikut :
a. Posisi awal ;
1. Kaki dalam posisi merenggang dengan santai, bahu terbuka lebar;
2. Gengam jemari tangan;
3. Ibu jari sejajar;
4. Siku dikunci;
5. Tekuk lutut, tahan tubuh dalam posisi rendah;
6. Lengan sejajar dengan paha;
7. Mata mengikuti bola;
8. Punggung lurus;
9. Bentuk landasan dengan lengan.
Adapun teknik passing bawah, seperti digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Gerakan passing bawah bola voli Posisi Awal


b. Pelaksanaan :
1. Menerima bola di depan badan
2. Sedikit mengulurkan kaki
3. Tidak mengayunkan lengan
4. Berat badan dialihkan ke depan
5. Pukulah bola jauh dari badan

14
6. Gerakkan landasan ke sasaran
7. Pinggul bergerak ke depan
8. Perhatikan saat bola menyentuh lengan
Adapun pelaksanaan, seperti digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Gerakan Passing Bawah Bola Voli Pelaksanaan


c. Gerakan Lanjutan
1. Jari tangan tetap digenggam
2. Siku tetap terkunci
3. Landasan mengikuti bola kesasaran
4. Lengan harus sejajar di bawah bahu
5. Pindahkan berat badan kearah sasaran
6. Perhatikan bola bergerak ke sasaran

Adapun gerakan lanjutan, seperti digambarkan sebagai berikut:

15
Gambar 2.4 Gerakan passing bawah Lanjutan

Pada dasarnya passing bawah merupakan langkah awal yang dikuasai oleh
seorang pemain dalam permainan bola voli. Untuk itu seorang pemain harus
memperhatikan langkah – langkah atau cara – cara yang telah ditetapkan.
Melakukan passing bawah agar tidak terjadi kesalahan. Dengan demikian akan
menghasilkan passing bawah yang baik dan memudahkan melakukan serangan
lawan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa passing bawah adalah
suatu rangkaian gerakan didalam permainan bola voli dengan cara mengoper
bola kepada teman seregunya dengan kedua tangan untuk melakukan strategi
serangan lawan.
4. Metode Berpasangan dan Alat Peraga Bola Karet
a. Pengertian Metode
Metode merupakan suatu bentuk usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan, yang dapat diwujudkan berupa rencana, program, dan tahapan –
tahapan dalam jangka waktu tertentu. Dan belajar itu sendiri diartikan suatu
usaha yang dilakukan seseorang atau beberapa orang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru sesuai pengalamannya sendiri.

16
Metode bisa dikatakan bentuk usaha dan langkah – langkah yang telah
direncanakan untuk menempuh proses belajar itu sendiri sesuai tujuan, dan
sasaran belajar yang telah ditentukan.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:5) mengatakan bahwa jika
dihubungkan dengan belajar mengajar, bahwa metode bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 5), ada empat
metode dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal – hal berikut :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan
suatu bentuk langkah – langkah yang telah direncanakan dan ditempuh oleh
guru dan diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan
awal dari proses belajar mengajar.
b. Metode Berpasangan
Melihat tahapan – tahapan dan sikap passing bawah, terdapat bermacam
– macam cara belajar dan metode belajar untuk dapat memahami dan
menguasai langkah – langkah yang dilakukan pada saat sebelum, saat
pelaksanaan dan sikap akhir passing bawah tersebut. Salah satu cara yang
ditempuh yaitu melalui target yang ditentukan atau sasaran, dan arah
datangnya bola tidak bisa diprediksi atau selalu tetap.

17
Menurut Amung Ma’mun (2000 : 64), Perlakuan passing bawah dengan
berpasangan didalam lapangan adalah suatu bentuk perlakuan passing yang
didalam pelaksanaannya gerakkan passing bawah tersebut diarahkan ke sasaran
yang berada di lapangan, yang diperjelas dengan pasangan atau teman, dan
pasangannya juga melakukan hal yang sama. Namun, hasil bola hasil passing
dari kedua anak yang berpasangan tersebut tentu cenderung akan selalu
berbeda. Keberadaan sasaran yang dimaksud adalah posisi teman saat
melakukan passing bawah berpasangan. Walaupun tujuan dari passing bawah
berpasangan ini adalah 1 titik, yaitu kearah pasangannya, namun belum tentu
selalu berhasil sesuai tujuan, sehingga masing – masing pasangan diharuskan
siap untuk kondisi datangnya bola dalam bentuk apapun. Contohnya cepat atau
lambatnya bola. Ini sesuai dengan teori antara keterampilan terbuka dan
tertutup.
Dengan diberikannya rangsangan atau stimulus oleh guru diharapkan
siswa terbiasa melakukan passing bawah kearah yang tepat dan langkah –
langkah atau tahapan melakukan passing bawah tetapi butuhkan reaksi atas
pengembalian bola kearahnya sendiri. Kelebihan pembelajaran dengan
berpasangan yaitu telah terjadi tahapan penguasaan gerakan yang menuju ke
tahap otomatisasi untuk selalu mengarahkan bola kepada sasaran atau
pasangannya tersebut, walaupun tekniknya harus dipelajari secara berulang.
Berdasarkan uraian dan teori tentang metode berpasangan diatas dapat
disimpulkan bahwa metode berpasangan pada passing bawah bola voli
merupakan suatu bentuk pembelajaran dengan cara menggunakan 1 orang
teman sebagai media untuk memberikan bola secara bergantian dalam bentuk
lemparan bola, ataupun passing bawah bergantian.
c. Alat Peraga Bola Karet
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga menurut Sudjana (2002) dalam modul B.2 PLPG Rayon 04
UNSRI (2011 : 57) merupakan alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru proses belajar mengajar siswa lebih efektif
dan efisien. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini bola kecil karet.

18
Alas an memilih alat peraga ini karena bola ini ringan dan tidak membuat
tangan siswa sakit.
2. Bola Karet
Bola karet yang digunakan bola yang terbuat dari bahan karet dengan
ukuran keliling 66 cm.

Gambar 2.5 Bola Karet


5. Materi Penjasorkes Kelas VII SMP
Materi Penjasorkes kelas VII SMP menurut Kemendikbud (2014 : v) antara lain :
1. Permainan Bola Besar
1.1 Permainan Bola Besar Menggunakan Permainan Sepak Bola
1.2 Permainan Bola Besar Menggunakan Permainan Bola Voli
1.3 Permainan Bola Besar Menggunakan Permainan Bola Basket
2. Permainan Bola Kecil
2.1 Permainan Bola Kecil Menggunakan Permainan Kasti
2.2 Permainan Bola Kecil Menggunakan Permainan Bulu Tangkis
2.3 Permainan Bola Kecil Menggunakan Permainan Tenis Meja
3. Atletik
3.1 Pengertian dan Asal Usul Atletik
3.2 Aktivitas Pembelajaran Atletik dengan Jalan Cepat
3.3 Aktivitas Pembelajaran Atletik Lari Jarak Pendek

19
4. Beladiri
4.1 Hakikat Pencak Silat
4.2 Aktivitas Pembelajaran Beladiri Pencak Silat
5. Senam Lantai
5.1 Hakikat Senam Lantai
5.2 Aktivitas Pembelajaran Senam Lantai
6. Aktivitas Gerak Berirama
6.1 Pengertian dan Asal Usul Aktivitas Gerak Berirama
6.2 Aktivitas Pembelajaran Gerak Langkah Kaki Berirama
6.3 Aktivitas Pembelajaran Gerak Ayunan Lengan Berirama
7. Aktivitas Kebugaran Jasmani
7.1 Hakikat Kebugaran Jasmani
7.2 Bentuk-Bentuk Aktivitas Pembelajaran Latihan Kebugaran Jasmani
8. Aktivitas Air
8.1 Pengertian dan Asal Usul Renang
8.2 Aktivitas Pembelajaran Renang Gaya Dada
9. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
9.1 Hakikat dan Prinsip-Prinsip P3K
9.2 Peralatan P3K dan Cara Penggunaannya
9.3 Kecelakaan yang Sering Terjadi dan Cara
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran diantaranya menggunakan model atau metode pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan untuk menarik perhatian siswa sehingga kegiatan belajar
mengajar berlangsung secara efektif.
Secara umum metode –metode pembelajaran harus menitik beratkan pada
kegiatan siswa, dimana siswa secara aktif mengelola pengetahuannya sendiri serta
memperhatikan perkembangan sesuai usianya. Siswa – siswa perlu mendapatkan
pembelajaran pada segi emosional, moral, keterampilan dan kreatifitas. Tujuan
pembelajaran tidak hanya siswa yang pandai melainkan siswa tersebut mampu
memecahkan persoalan yang dihadapinya, mempunyai budi pekerti yang tinggi,
membuat keputusan, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep yang

20
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menghargai
ciptaan Tuhan akan lingkungan hidup.

Menurut Drs Edy Mulyono (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
meningkatkan Gerakan Lay Up Shoot Bola Basket dengan Metode Tutorial Teman
Sebaya Pada Kelas 9E Semester 1 di SMP Negeri 2 Pamotan Kabupaten Rembang
Tahun Pelajaran 2013/2014” menyimpulkan bahwa melalui penerapan metode tutorial
teman sebaya dapat meningkatkan gerakan lay up shoot siswa pembelajaran
Permainan bola basket.
Selain itu, menurut Zulkifli (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “
Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Melalui Metode Latihan Berpasangan Pada
Permainan Bola Voli Siswa SMP Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo disimpulkan
bahwa melalui metode berpasangan kemampuan siswa dalam melakukan passing
bawah pada permainan bola voli pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Limboto dapat
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil penelitian – penelitian di atas, maka penulis berminat untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Berpasangan dan Alat Peraga
Bola Karet dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa
Kelas VII.A SMP Negeri 1 Toboali”.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Toboali, Jl. Jenderal Sudirman No. 08
Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Jumlah seluruh siswa SMP Negeri 1 toboali 696
orang yang terdiri dari 21 rombel. 7 rombel kelas VII berjumlah 242 orang, 7 rombel
kelas VIII berjumlah 235 orang, dan 7 rombel kelas IX berjumlah 219 orang.Penelitian
tindakan kelas (PTK) dimulai pada bulan Januari 2021 s.d Maret 2021
Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan dua minggu. Dimulai pada
minggu pertama bulan Januari 2021 sampai dengan minggu dua bulan maret 2021.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.A sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 18
laki-laki dan 16 perempuan. Pemilihan kelas VII.A SMP Negeri 1 sebagai lokasi dan
subyek penelitian ini didasarkan nilai hasil belajar Penjasorkes siswa/i dikelas itu
sebagian besar nilainya masih rendah, sehingga di kelas VII.A terbuka terhadap usaha-
usaha peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli pada mata pelajaran
Penjasorkes, dan memungkinkan digunakan metode berpasangan dan alat peraga bola
karet.
B. Prosedur Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode penelitian
Tindakan Kelas (PTK)/Class Room Research (CAR) karena masalah yang dipecahkan
dari praktik pembelajaran di kelas, yaitu mata pelajaran Penjasorkes pada
pembelajaran passing bawah permainan bola voli, sebagai upaya tindakan perbaikan
proses pembelajaran di kelas. Paizaluddin dan Ermalinda (2013:25), mengemukakan
5 alasan mengapa penelitian dengan metode PTK menjadi kebutuhan seorang guru:
a. PTK sangat kondusif untuk membantu guru untuk peka dan tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya.
b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.

22
c. Dengan melaksanakan tahap-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di
kelasnya.
d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggutugas pokok seorang guru karena dia tidak
perlu meninggalkan kelasnya.
e. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk
melaksanakan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi sebagai
teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap
kegiatan guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan menncari berbagai
upaya sebagai pemecahan.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini diawali dengan identifikasi gagasan
umum yang disesuaikan dengan tema penelitian. Spesifikasi gagasan tersebut lebih
lanjut digarap menjadi empat tahap secara daur ulang, yaitu perencanaan
(Planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (obseving), dan refleksi
(reflecting) perenungan, pemikiran dan evaluasi.
a. Planning, dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penyusunan
rancangan peneliti menemukan titik atau fokus peristiwa yang perlu diamati,
kemudian membuat instrumen pengamatan yang membantu peneliti merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b. Acting, dalam tahap ini dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan
di kelas.
c. Observing, dalam tahap ini kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
secara bersamaan dengan tindakan.
d. Reflecting, dalam tahap ini mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan.
Kegiatan refleksi ini sangat tepat, diskusi antar guru dengan siswa apakah
rancangan penelitian sudah tepat dilaksanakan. Perenungan mencari apa saja
yang sudah dilakukan atau yang masih kekurangan perlu dilakukan evaluasi untuk
perbaikan pada siklus yang berikutnya.

23
2. Refleksi Awal
a. Ide Awal
Adapun identifikasi masalah yang ada dalam pembelajaran passing bawah
pada permainan bola voli dijadikan ide awal bagi peneliti untuk melakukan
penelitian tindakan kelas. Hasil refleksi awal peneliti pada pembelajaran passing
bawah bola voli antara lain :
1. Kurang minat dan kerjasama siswa pada permainan bola voli
2. Nilai pengetahuan dan keterampilan pada Teknik dasar passing bawah pada
permainan bola voli hasil refleksi pembelajaran siswa sebelumnya masih
rendah
3. Penggunaan bola voli yang terbuat dari kulit terkadang membuat tangan
siswa sakit bagi yang pemula
b. Rencana Tindakan
Untuk memperbaiki proses pembelajaran passing bawah bola voli, peneliti
perlu mengambil tindakan mengatasi permasalahan yang ada.
Tindakan yang akan diambil oleh peneliti antara lain :
1. Penggunaan Metode berpasangan
Metode berpasangan pada passing bawah bola voli merupakan suatu
bentuk pembelajaran dengan cara menggunakan 1 orang teman sebagai
media untuk memberikan bola secara bergantian dalam bentuk lemparan
bola, ataupun passing bawah bergantian. Setiap siswa berpasangan dengan
teman berjenis kelamin sama dan diberi nomor punggung agar
memudahkan guru untuk mengamati dan menilai siswa dalam melakukan
passing bawah berpasangan sehingga guru bisa menentukan pasangan yang
sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2. Penggunaan Bola Karet


Selain itu juga untuk mengatasi agar tangan siswa tidak sakit digunakan
bola karet dengan tujuan untuk menarik minat siswa pada permainan bola
voli.

24
3. Siklus
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus
kedua. Adapaun tahapan – tahapan dalam siklus – siklus :
a. Siklus 1
Tahapan siklus 1:
1. Perencanaan
a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah
b. Jadwal penelitian
Jadwal untuk pelaksanaan siklus 1 direncanakan untuk pelaksanaan
siklus 1 direncanakan hari senin tanggal 02 Februari 2021.
c. Menganalisis kompetensi inti, kompetensi dasar dan materi
Kompetensi dasar yang akan diperbaiki :
2.4 Menunjukkan kemauan kerjasama dalam melakukan berbagai
aktivitas fisik.
3.1 Memahami konsep keterampilan gerak fundamental permainan
bola besar.
4.1 Mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan
menekankan gerak dasar fundamental.
Materi yang diambil sesuai KI-3 dan KI-4 yaitu passing bawah pada
permainan bola voli
d. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
e. Menggunakan media bola karet dalam siklus 1
f. Membentuk pasangan siswa dalam passing bawah
Pasangan siswa diberi nomor punggung yang diambil dari nomor absen
siswa dengan memperhatkan jenis kelamin. Siswa pria berpasangan
dengan pria dan siswa perempuan dengan perempuan seperti pada
tabel 3.1 berikut :

25
Tabel 3.1
Pasangan Siswa Pada Passing Bawah Bola Voli
No Nomor Nomor
Nama siswa Nama siswa
. punggung punggung
1. AGUNG FIORY 1 ANTHONY FERDI 4

2. 5 CATUR RESTU 7
ARISANDIOFIK
PAMUNGKAS
3. CHRISTIO SUSANTO 8 EDDY KURNIAWAN 11
4. ERIK RINANDA 12 FAKHRI LUTHFI 13
5. GERY SUJONO 17 HARI GUNAWAN 18
6. ILHAM APRIWALDI 19 LEO VIRNANDO 21
7. M RAHMAT 22 M RIZKI PAHLEVI 23

8. NAUFAL AZIQHAN 25 26
PEBDY SUTADI
IHSAN
9. 29 YOGI RAYA 34
RIO YULENDRA
NUSANTARA P
10. ANGGITA CAHYANI 2 ANISA MAHARANI 3
11. ARMA SANURI 6 DHEA YULIANA 9
12. DWI ANNISA PUTRI 10 FELLA MALINDA 14
13 FIRSTA ULFIYAH 15 FRISKA WIDYATAMI 16

14. 20 NAILAA NAJ'LAA 24


LATIFAH
INDALLAH PUTRI
15. 27 RHENNY 28
PUTRI PUSPITA N
TIARAKANIA
16. SINTARA 30 UMMI HANI 31
17 WIDURI 32 YESSI ILMANDRA 33

f. Menyiapkan instrumen penilaian pada siklus 1


1. Instrumen Penilaian sikap sosial berkaitan dengan sikap kerjasama
a. Berupa lembar observasi
b. Format penilaian diri
2. Instrumen penilaian pengetahuan yaitu tes
3. Instrumen penilaian keterampilan yaitu praktik

2 Pelaksanaan

26
Adapun langkah – langkah dalam siklus 1 :
a. Kegiatan Pendahuluan (25 menit )
1. Guru memimpin siswa untuk berdoa
2. Guru mengabsensi kehadiran siswa
3. Siswa melakukan pemanasan dengan permainan
4. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
5. Guru memotivasi dan mengingatkan kembali materi sebelumnya
6. Guru mengkondisikan siswa dalam pasangan latihan passing bawah
b. Kegiatan Inti (60 menit)
1. Mengamati
 Siswa mengamati peragaan gerak yang dilakukan oleh guru
tentang urutan gerakan passing bawah bola voli.
2. Menanya
Memotivasi siswa untuk membuat pertanyaan yang berhubungan
dengan
 Afektif :
Bagaimana jalannya latihan passing bawah jika tidak didukung
sikap kerjasama.
 Keterampilan :
Bagaimana jalannya latihan passing bawah tanpa adanya teknik
dasar yang bagus.
 Kognitif :
Apa manfaat mempelajari passing bawah pada permainan bola
voli bagi kesehatan.
3. Mengumpulkan Informasi
 Siswa mengumpulkan informasi untuk mencari jawaban
pertanyaan yang ada
4. Menalar / Mengasosiasi
 Siswa mencari hubungan latihan passing bawah dengan sikap
kerjasama.

27
 Siswa mencari tentang teknik dasar passing bawah
berpasangan
 Mencari hubungan antara latihan passing bawah dengan
kesehatan
5. Mengkomunikasikan
 Siswa Menerapkan gerak passing bawah secara berpasangan
yang telah dipelajari dengan menunjukkan sikap kerjasama.
 Guru menilai keterampilan dan sikap (observasi)
c. Kegiatan Penutup (35 menit)
1. Guru bersama siswa melakukan refleksi
2. Guru memberikan tes nilai pengetahuan dan penilaian diri
(pelaksanaan pada pertemuan berikutnya tanggal 09 Februari
2021).
3. Guru menutup pelajaran dengan salam
3. Observasi / Pengamatan
Selama penelitian adapun hal – hal yang dilakukan peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung antara lain :
a. Membuat catatan harian untuk mencatat jalannya proses pembelajaran
dengan menggunakan metode berpasangan dan bola karet pada
pembelajaran passing bawah bola voli
b. Mencatat kemajuan yang dicapai oleh siswa melalui lembar instrumen
ketrampilan, pengetahuan dan sikap.
c. Mencatat kendala yang dialami siswa selama proses pembelajaran
dengan bantuan teman sejawat
d. Mencatat hal – hal yang menarik selama pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti melakukan kegiatan akhir dari
siklus 1 yaitu refleksi. Untuk merefleksi, peneliti dibantu oleh teman sejawat
untuk melakukan tindakan selanjutnya. Adapun refleksi yang akan dilakukan
antara lain :

28
a. Menganalisis perilaku siswa yang ditampilkan selama proses
pembelajaran melalui hasil observasi, penilaian diri dan penilaian
antarteman sejawat.
b. Menganalisis kemajuan – kemajuan yang telah dicapai siswa melalui hasil
analisis nilai ketrampilan dengan menggunakan instrumen proyek dan
nilai pengetahuan dengan instrumen tes serta mempertahankan
kemajuan tersebut.
c. Mengkaji penyebab terjadinya hambatan – hambatan yang muncul saat
tindakan dilakukan dengan menganalisis korelasi dari nilai sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
d. Merencanakan perbaikan dalam pelaksanaan berikutnya.

b. Siklus 2
Tahapan Siklus 2:
1. Perencanaan
Pada siklus 2 perencanaan yang akan dilakukan peneliti yaitu memperbaiki
proses pembelajaran pada siklus 1 antara lain :
a. Menentukan jadwal siklus 2
Adapun jadwal penelitian siklus 2 yaitu hari senin tanggal 23 Februari
2021.
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar masih sama pada siklus 1 dan materi
passing bawah bola voli dengan menggunakan net
c. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan materi yang
baru.
d. Menggunakan bola kulit tidak memakai bola karet.
e. Mengubah pasangan passing bawah berdasarkan nilai ketrampilan.
Pasangan dengan nilai ketrampilan, sikap dan pengetahuan yang sudah
mencapai KKM di pecah dan dipasangkan dengan siswa yang belum
mencapai nilai KKM. Sehingga pasangan yang baru terbentuk dari 1
orang yang sudah mencapai nilai KKM dan 1 orang yang belum mencapai
nilai KKM khususnya nilai ketrampilan, pengetahuan dan sikap.

29
f. Menyusun kembali instrumen penilaian antara lain :
c. Penilaian sikap yaitu observasi dan penilaian diri menyangkut sikap
sosial kerjasama.
d. Penilaian pengetahuan yaitu tes.
e. Penilaian ketrampilan yaitu praktik
2. Pelaksanaan
Adapun langkah – langkah dalam siklus 1 :
a. Kegiatan Pendahuluan (25 menit )
1. Guru memimpin siswa untuk berdoa
2. Siswa melakukan pemanasan dengan permainan kupu – kupu
hinggap.
3. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi dan mengingatkan kembali materi sebelumnya
5. Guru mengkondisikan siswa dalam pasangan yang baru pada latihan
passing bawah melalui net berdasarkan hasil nilai pada siklus 1
b. Kegiatan Inti (60 menit)
1. Mengamati
 Siswa mengamati peragaan gerak yang didemonstrasikan oleh
guru tentang urutan gerakan passing bawah bola voli.
 Siswa mengamati peragaan gerak yang didemonstrasikan oleh
guru melalui net
2. Menanya
Memotivasi siswa untuk membuat pertanyaan yang berhubungan
dengan
 Afektif :
Bagaimana jalannya latihan passing bawah jika tidak didukung
sikap kerjasama.
 Keterampilan :
Bagaimana jalannya latihan passing bawah tanpa adanya net
 Kognitif :
Apa manfaat mempelajari passing bawah pada permainan bola
voli bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.
30
3. Mengumpulkan Informasi
 Siswa mengumpulkan informasi untuk mencari jawaban
pertanyaan yang ada
4. Menalar / Mengasosiasi
 Siswa mencari hubungan latihan passing bawah dengan sikap
kerjasama.
 Siswa mencari tentang teknik dasar passing bawah
berpasangan dengan menggunakan net.
 Mencari hubungan antara latihan passing bawah dengan
kesehatan dan kebugaran tubuh.
5. Mengkomunikasikan
 Siswa Menerapkan gerak passing bawah secara berpasangan
yang telah dipelajari dengan menggunakan net dan
menunjukkan sikap kerjasama.
 Guru menilai keterampilan dan sikap
c. Kegiatan Penutup (35 menit)
1. Guru bersama siswa melakukan refleksi
2. Guru memberikan tes untuk nilai pengetahuan dan penilaian diri
(pelaksanaan pada pertemuan berikutnya tanggal 02 Maret 2015)
3. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3. Observasi / Pengamatan
Selama penelitian adapun hal – hal yang dilakukan peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung antara lain :
a. Membuat catatan harian untuk mencatat jalannya proses pembelajaran
dengan menggunakan metode berpasangan dan bola karet pada
pembelajaran passing bawah bola voli menggunakan net
b. Mencatat kemajuan yang dicapai oleh siswa melalui lembar instrumen
ketrampilan, pengetahuan dan sikap.
c. Mencatat kendala yang dialami siswa selama proses pembelajaran
dengan bantuan teman sejawat
d. Mencatat hal – hal yang menarik selama pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
31
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti melakukan kegiatan akhir dari
siklus 1 yaitu refleksi. Untuk merefleksi, peneliti dibantu oleh teman sejawat
untuk melakukan tindakan selanjutnya. Adapun refleksi yang akan dilakukan
antara lain :
a. Menganalisis perilaku siswa yang ditampilkan selama proses
pembelajaran melalui hasil observasi dan penilaian diri.
b. Menganalisis kemajuan – kemajuan yang telah dicapai siswa melalui
hasil analisis nilai ketrampilan dengan menggunakan instrumen praktik
dan nilai pengetahuan dengan instrumen tes serta mempertahankan
kemajuan tersebut.
c. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dengan menganalisis korelasi
dari nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
d. Menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada penilaian
Autentik. Pada Penilaian Autentik peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pembelajaran. Menurut
permen No 104 tahun 2014. Untuk mengumpulkan data penelitian ini, peneliti
menggunakan lembar observasi untuk mengamati sikap sosial siswa yang dibantu
oleh rekan sejawat, lembar penilaian diri, lembar penilaian pengetahuan yang
merupakan lembar penilaian hasil belajar siswa berupa hasil tes pada pertemuan
berikutnya, dan penilaian keterampilan yang merupakan lembar penilaian hasil
praktik siswa berupa hasil praktik passing bawah bola voli.
1. Observasi
Menurut permen 58 tentang kurikulum SMP tahun 2014 lampiran III
bahwa penilaian sikap dengan observasi Merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat
pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Dalam penelitian ini observasi
digunakan untuk memperoleh informasi kerjasama siswa belajar passing bawah

32
pada permainan bola voli dengan menggunakan metode berpasangan dan bola
karet.
2. Penilaian Diri
Menurut permen 58 tentang kurikulum SMP tahun 2014 lampiran III bahwa
penilaian Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Dalam
penelitian ini penilaian diri digunakan untuk memperoleh informasi kerjasama
siswa belajar passing bawah pada permainan bola voli mendukung hasil
pengamatan/observasi dengan menggunakan metode berpasangan dan bola
karet.
3. Tes
Menurut permen 58 tentang kurikulum SMP tahun 2014 lampiran III
bahwa tes tertulis digunakan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Berdasarkan jenisnya tes tertulis dapat dilakukan dengan tes yang soal dan
jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, Benar-salah, menjodohkan, dan
uraian, sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam
situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat
juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk
kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau
menyerap materi pelajaran. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk
memperoleh informasi hasil belajar siswa pada nilai pengetahuan.
4. Praktik
Menurut Permen No 58 tentang Kurikulum SMP lampiran III PJOK bahwa
Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian berupa melakukan suatu aktivitas
keterampilan gerak (skill test). Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta
mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan
berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

33
Penilaian kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
dapat berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan
keterampilan dasar bermain sepakbola, keterampilan dasar bermain bolabasket,
keterampilan dasar bermain bola voli, dan sebagainya ke dalam permainan yang
sesungguhnya.
Penilaian domain keterampilan dalam penilaian kinerja yang diterapkan
pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan akan sangat
tergantung dari jenis keterampilan yang akan dinilai. Dalam penelitian ini praktik
digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa pada nilai
keterampilan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu kegiatan menyeleksi dan mengolah data
mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna dari observasi, penilaian diri,
tes dan praktik yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui hasil
belajar dan ketuntasan belajar, baik secara individu maupun klasikal.
Untuk mencari persentase siswa yang telah tuntas secara individu setiap
siklus, maka digunakan rumus sebagai berikut :
a. Observasi dan Penilaian diri
pd i x 1+o i x 2
Ns=
3
Keterangan :
Ns = Nilai akhir sikap perorangan
Pdi = penilaian diri yang diperoleh siswa
Oi = observasi yang diperoleh siswa

b. Tes

34
si
Nt =
4
Keterangan :
Nt = nilai daya serap perorangan
Si = Skor yang diperoleh siswa
c. Praktik
pi
Np =
3
Keterangan :
Np = nilai praktik perorangan
Pi = nilai praktik siswa
Seorang dikatakan tuntas dalam nilai sikap, jika telah mencapai atau lebih
dari 2,51 atau dengan predikat baik (B). Tuntas dalam nilai pengetahuan, jika
telah mencapai atau lebih dari 2,85 dan tuntas dalam nilai keterampilan, jika
telah mencapai atau lebih dari 2,85. Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar
secara individu ditentukan dari nilai sikap, nilai pengetahuan dan nilai
keterampilan, jika ketiganya sudah mencapai KKM. Secara klasikal menentukan
ketuntasan dan Penilaian hasil belajar kelas dengan rumus :
x
D= x 100 %
N
D = persentase kelas yang sudah tuntas belajar
X = jumlah siswa yang telah tuntas belajar
N = jumlah siswa
y
P= x 100 %
M
P = persentase kelas Penilaian Hasil belajar
Y = jumlah nilai
N = jumlah nilai maksimum
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan analisis data berupa penyusunan atau
penggabungan dari sekelompok informasi yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan. Dimana setelah data diolah, maka data disajikan
dalam bentuk paparan naratif.

35
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data disajikan dan dianalisis, maka ditarik kesimpulan dari sajian
data tersebut berupa keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan.
E. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dianggap berhasil apabila minimal 85% siswa kelas VII.A SMP
Negeri 1 Toboali mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM).

36
DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud
Barbara L Viera. 1996. Bola Voli Mini Tingkat Pemula. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Edy Mulyono . 2013. Upaya Meningkatkan Gerakan Lay Up Shoot Bola Basket dengan
Metode Tutorial Teman Sebaya pada Kelas 9E Semester 1 di SMP Negeri
2 Pamotan Tahun Pelajaran 2013/2014.Kabupaten Rembang
Kemendikbud RI. 2013.Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jakarta:
Kemendikbud RI
Modul B.2. 2011. Model Pembelajaran, Penilaian, Media, dan RPP SMP/Mts/SMA/SMK/MA.
Palembang: PLPG Rayon 04 UNSRI
M. Sobry Sutikno. 2013. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil. Lombok: Holistica
Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action Research)
Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta
Peraturam Menteri No. 58. 2014. Kurikulum SMP. Jakarta: Kemendikbud RI

Peraturan Menteri No. 104. 2014. Kurikulum SMP. Jakarta: Kemendikbud RI

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suke Silverius. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Zulkifl. 2013 Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Melalui Metode Latihan Berpasangan
Pada Permainan Bola Voli Siswa Kelas VII SMP N 2 Limboto.Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo

37
38

Anda mungkin juga menyukai