Anda di halaman 1dari 3

REVIEW ARTIKEL

( Pendidikan Multikultural dan Anti Kekerasan Melalui Permainan Garis )

TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Nasionalisme Indonesia

yang dibina oleh Abd. Mu’id Aris Shofa, S.Pd., M.Sc.

Oleh:

PENI SEKARSARI

170711636099

OFF D

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

September 2019
JUDUL : Pendidikan Multikultural dan Anti Kekerasan Melalui

Permainan Garis

TEMA : Nasionalisme

DIMUAT DALAM : Jurnal MAARIF, Arus Pemikiran Islam dan Sosial,

Menghalau Radikalisasi Kaum Muda: Gaagasan dan Aksi,

Vol. 8 No. 1, ISSN: 1907-8161, Juli 2013

DITERBITKAN OLEH : MAARIF Institute for Culture and Humanity

PENULIS : Retno Listyarti

INTISARI

Permainan garis (games line) sebagaimana disampaikan oleh Retno Listyarti


merupakan salah satu media pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru untuk
menanamkan rasa toleransi peserta didik dalam menyikapi perbedaan. Kebebasan dalam
berpendapat sangat dijunjung tinggi ketika memainkan permainan tersebut di dalam kelas,
dimana hal tersebut terlihat pada sintaks dari permainan tersebut yang mengharuskan semua
siswanya untuk menyampaikan perasaannya dan menggali pikirannya tentang pengalaman
yang pernah dialami yang berkaitan dengan dinamika multikultural.

Pada dasarnya permainan tersebut bertujuan untuk menyikapi berbagai kasus


intoleran yang sedang marak terjadi di Indonesia saat ini dan sering berujung pada kekerasan
atau konflik dalam masyarakat. Melalui permainan tersebut peserta didik yang menjadi
pemainnya ditanamkan rasa menerima perbedaan bukan justru menyeragamkan perbedaan
sejak dini. Karena pada dasarnya perbedaan bukanlah sesuatu hal yang harus diperdebatkan
hingga menimbulkan ketegangan di berbagai pihak, akan tetapi seharusnya menjadi suatu
kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena dengan adanya perbedaan dapat menambah
wawasan masyarakat untuk lebih mengenal satu sama lain.

Sikap toleransi sudah sepantasnya ditanamkan sejak dini kepada para generasi muda
terutama melalui pendidikan, karena generasi muda akan menjadi calon penerus bangsa yang
akan menentukan mau dibawa kemana negara Indonesia di masa yang akan datang.
TEORI

Menurut Rini, pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat
masyarakat dapat mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta
memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Anak-anak belajar melalui permainan. Pengalaman bermain yang menyenangkan
dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak
berkembang secara optimal (Mutiah, 2010: 91).
Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan, pendirian
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang bertentangan
dengan pendiriannya sendiri.

Berasal dari kata multi (plural) dan kultural (tentang budaya), mengisyaratkan
pengakuan terhadap realitas keragaman kultural, yang berarti mencakup baik keberagaman
tradisional seperti keberagaman suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-
bentuk kehidupan (subkultur) yang terus bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan
masyarakat.

KESIMPULAN

Penguatan rasa toleransi melalui pendidikan sangat penting untuk dilakukan karena
pada hakikatnya pendidikan mampu membentuk kepribadian seseorang untuk menjadi yang
lebih baik dari sebelumnya. Terlebih dengan tambahan media pembelajaran melalui
permainan akan sangat membantu dalam penanaman serta penguatan rasa toleransi, karena
adanya permainan seseorang akan dapat belajar lebih optimal.

REFERENSI

Rini, Yuli Sectio. Pendidikan: Hakikat, Tujuan, dan Proses. (Online).


(https://staffnew.uny.ac.id). Diakses 25 September 2019.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai