Anda di halaman 1dari 26

EVALUASI DAYA HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.

) HIBRIDA
PERSILANGAN DUA VARIETAS MENTIMUN

PAPER

OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI-1

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
EVALUASI DAYA HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) HIBRIDA
PERSILANGAN DUA VARIETAS MENTIMUN

PAPER

OLEH :

ALGHI FAHRY LESMANA


210301059
AGROTEKNOLOGI -1

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Judul : Evaluasi Daya Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.)
Hibrida Persilangan Dua Varietas Mentimun
Nama : ALGHI FAHRY LESMANA
NIM : 210301059
Program studi : Agroteknologi-1

Diketahui Oleh :
Asisten Koordinator

(Bobby Michael Waruwu)


NIM. 180301151

Diperiksa Oleh : Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Dwi Yasa Irwana Damanik) (Richard Yoswan)


NIM. 190301206 NIM. 200301184
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat pada

waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Evaluasi Daya Hasil Mentimun (Cucumis

sativus L.) Hibrida Persilangan Dua Varietas Mentimun” yang dimana

merupakan salah satu komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan

Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Penulis juga berterima kasih kepada Ir. Hot Setiado MS.; Dr.

Diana Sofia Hanafiah SP.,MP.; Dolly Sojuangan Siregar S.P.,M.P.; Dr.

Novalina S.P.,M.Si.; Dr. Khairunnisa Lubis SP.,MP.;Dr.

Ir. Emmy Harso Kardhinata M.Sc.;Hafnes Wahyuni SP., MP. Selaku dosen mata

kuliah dasar pemuliaan tanaman. Serta abang dan kakak asisten laboratorium dasar

pemuliaan tanaman yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh lebih dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun

kesempurnaan paper ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga paper ini dapat bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
Kegunaan Penulisan ............................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) ..................................................... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) .................................5
Iklim ............................................................................................................ 5
Tanah ........................................................................................................... 5

Evaluasi Daya Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) Hibrida Persilangan Dua
Varietas Mentimun
Hibridisasi ........................................................................................................... 8
Hibrida .................................................................................................................. 8
Seleksi Tetua Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)................................... 10
Analisis Genotipe Dengan RHS Color Chart ..................................................... 11
Evaluasi Daya Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) Hibrida Persilangan Dua
Varietas Mentimun ............................................................................................. 13

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ........................................................................................................ 15
Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman yang berasal dari

keluarga labu labuan (Cucurbitaceae). Mentimun merupakan tanaman sayuran ke

empat yang terpenting bagi masyarakat dunia setelah tomat, kubis, dan bawang

putih. Bagian tanaman mentimun yang dikonsumsi ialah pada bagian buahnya

sebagai sayuran. Mentimun dipercaya mengandung zat zat saponin (mengeluarkan

lendir), protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, magnesium, vitamin A, B1,

dan C (Nurkholis, 2014).

Umumnya di Indonesia buah mentimun dikonsumsi sebagai lalaban, acar,

asinan, salad, bahan campuran kosmetik, dan pengobatan. Mentimun yang tersebar

dipasaran Indonesia banyak jenisnya, ada mentimun biasa atau lokal dengan ciri

warna buah hijau muda sampai hijau tua, memiliki biji, dan kandungan air banyak,

daging buah tipis yang cocok dijadikan acar, rujak, dan lalaban. Kemudian

mentimun jepang atau biasa disebut ’’Kiuri’’ dengan ciri warna buah hijau tua, rasa

agak manis, daging buah tebal, tekstur renyah, serta kandungan air yang sedikit

yang cocok dijadikan asinan, salad, dan acar (Muttaqiin, 2015).

Konsumen di Indonesia mempunyai karakteristik mutu yang telah dikenal

dan khas serta diharapkan ada dalam setiap produk bahan pangan, salah satunya

pada mentimun. Mentimun yang memiliki tekstur renyah dan rasa buah manis

merupakan karakteristik mutu yang telah dikenal dan diinginkan oleh konsumen

yang ada di Indonesia (Adrian et al., 2016).

Konsumsi mentimun di Indonesia berdasarkan data yang dirilis oleh

Kementan tahun 2012 berturut turut dari tahun 2009 hingga 2012 adalah 582.000,
2

548.000, 522.000, dan 512.000 ton/tahun. Sementara untuk produksi mentimun di

Indonesia berturut turut dari tahun 2009 hingga 2012 adalah 583.139, 547.141,

521.535, dan 511. 525 ton/tahun. Berdasarkan data tersebut produksi mentimun tiap

tahunnya mengalami penurunan, sedangkan konsumsi tiap tahunnya mengalami

peningkatan. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang tinggi akan konsumsi

mentimun dan kualitas mutu hasil dengan tekstur renyah dan rasa manis, salah satu

upaya yang dapat dilakukan melalui program pemuliaan tanaman. Program

pemuliaan tanaman secara rinci bertujuan untuk merakit varietas baru yang berdaya

hasil tinggi, kualitas hasil baik, perbaikan karakter agronomi dan sifat lainnya. Hal

tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sesuai dengan kriteria yang

diinginkan oleh produsen, konsumen, serta pemulia tanaman sendiri. Kegiatan

pemuliaan tanaman untuk membentuk varietas dengan sifat daya hasil tinggi,

kualitas hasil baik yang memenuhi kriteria komersil salah satunya ialah dengan

mengembangkan varietas hibrida (Kementan, 2012)

Perbaikan karakter buah mentimun dapat dilakukan dengan berbagai cara,

salah satunya adalah hibridisasi atau persilangan. Teknik persilangan pada

mentimun dipilih karena umumnya karakter hasil dan kualitas buah dimiliki oleh

plasma nutfah mentimun yang tersebar dalam berbagai kultivar yang ada. Teknik

persilangan menjadi pilihan yang menguntungkan dilakukan karena kondisi

penyinaran siang dan malam di Indonesia yang sama-sama 12 jam, menyebabkan

persentase bunga betina dan bunga jantan dalam satu tanaman hampir sama banyak.

Persilangan pada mentimun juga relatif mudah dan jumlah biji yang dihasilkan

relatif banyak (Dewi et al., 2017).


3

Salah satu syarat untuk dapat melakukan persilangan adalah adanya

populasi dasar dengan keragaman karakter yang tinggi sebagai tetua. Populasi dasar

bisa berasal dari populasi galur murni, bersari bebas ataupun varietas hibrida.

Evaluasi terhadap berbagai populasi dasar mentimun juga dapat dilakukan untuk

yang bertujuan untuk mendapatkan calon tetua potensial dalam rangka perbaikan

mentimun Padang maupun untuk pengembangan varietas (Rahmadani, 2016).

Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui tentang

daya hasil mentimun hibrida (Cucumis sativus L.) persilangan dua varietas

mentimun.

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan penulisan pada paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada prakikum di Laboratorium Dasar

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agrotekhnologi Faklutas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Mentimun berasal dari bagian utara India masuk ke wilayah Cina. Pada

tahun 1882, de Condolle memasukkan ke dalam daftar tanaman asli India. Hingga

menyebar keseluruh dunia terutama daerah tropika. Menurut ilmu botani, tanaman

mentimun diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisi :

Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas : Dicotylodenae; Ordo :

Cucurbitales; Famili : Cucurbitaceae; Genus : Cucumis;

Spesies : Cucumis sativus L. (Hermawan, 2015).

Mentimun (Cucumis sativus L.) memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar

tetapi daya tembusnya relatif dangkal, sekitar kedalaman 30-60 cm. Oleh karena

itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air

(Rukmana, 2012). Batang mentimun berupa batang lunak dan berair, berbentuk

pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan berwarna hijau segar. Batang utama

dapat menumbuhkan cabang anakan. Ruas batang atau buku-buku batang

berukuran 7―10 cm dan berdiameter 10―15 mm. Diameter cabang anakan lebih

kecil dari batang utama. Pucuk batang aktif memanjang

(Imdad dan Nawangsih, 2013).

Daun mentimun terdiri atas helaian daun (lamina), tangkai daun, dan ibu

tulang daun. Helaian daun mempunyai bangun dasar bulat atau bangun ginjal,

bagian ujung daun runcing berganda. Pangkal daun berlekuk, tepi daun bergerigi

ganda. Daun mentimun dewasa mempunyai ukuran panjang dan lebar yang dapat

mencapai 20 cm, berwarna hijau tua hingga hijau muda, permukaan daun berbulu

halus dan berkerut (Imdad dan Nawangsih, 2013).


5

Bunga mentimun berbentuk terompet dan berwarna kuning bila sudah

mekar. Mentimun termasuk tanaman berumah satu, artinya bunga jantan dan betina

letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman. Bunga betina mempunyai bakal

buah yang membengkak, terletak di bawah mahkota bunga, sedangkan pada bunga

jantan tidak mempunyai bagian bakal buah yang membengkak (Sumpena, 2018).

Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal, terjadi dari satu bunga yang

terdiri satu bakal buah saja (Imdad dan Nawangsih, 2013). Buah berkedudukan

menggantung dan dapat berbentuk bulat, kotak, lonjong atau memanjang dengan

ukuran yang beragam. Jumlah dan ukuran duri atau kutil yang terserak pada ukuran

buah beragam, biasanya lebih jelas terlihat pada buah muda. Warna kulit buah juga

beragam dari hijau pucat hingga hijau sangat gelap, daging bagian dalam berwarna

putih hingga putih kekuningan. Biji matang berbentuk pipih dan berwarna putih

(Rubatzky dan Yamaguchi, 2017).

Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Iklim

Adaptasi tanamaan mentimun ini yang cukup luas terhadap lingkungan

tumbuhnya dan tidak perlu dilakukannya perawatan yang khusus. Di Indonesia

yang memiliki iklim tropis, tanaman ini masih 8 dapat ditanam di dataran rendah

hingga dataran tinggi ± 1.000m dpl. Selain itu pertumbuhannya, tanaman ini juga

membutuhkan iklim yang kering, dengan sinar matahari yang berkisar 21,10 - 26,70

C. Beberapa mentimun hibrida, umumnya juga di tanam di dataran yang tinggi

berkisar antara 1.000 sampai 1.200 m dpl (Amin, 2015).

Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara

berkisar antara 20°C- 32°C, dengan suhu udara optimal 27°C. Di daerah tropis
6

seperti di Indonesia, keadaan suhu udara ditentukan oleh tinggi permukaan laut.

Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman

mentimun, karena penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika

pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2013).

Kelembaban relatif udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun

untuk pertumbuhannya antara 50-85%. Sementara curah hujan optimal yang

diinginkan tanaman sayuran ini antara 200-400 mm/ bulan. Curah hujan yang

terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat

mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga

(Sumpena, 2012).

Tanah

Pada dasarnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan

pertanian, cocok ditanami mentimun, untuk mendapatkan produksi tinggi dan

kualitas baik tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak

mengandung humus, tidak tergenang dan pH berkisar antara 6-7. Namun mentimun

masih toleran pada pH tanah sampai 5,5 sebagai batasan minimal dan 7,5 sebagai

batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan

zat hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu, sedangkan pada

tanah yang terlalu masam tanaman mentimun akan menderita penyakit klorosis.

Tanah yang kaya akan bahan organik sangat baik untuk pertumbuhan tanaman

mentimun, karena tanah yang kaya bahan organik memiliki tingkat kesuburan tanah

yang tinggi (Rukmana, 2014).

Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,5―6,5.

Tanah yang banyak mengandung air, terutama pada waktu berbunga merupakan
7

jenis tanah yang baik untuk penanaman mentimun. Tanaman mentimun dapat

tumbuh baik di ketinggian 0―1.000 m di atas permukaan air laut. Pada ketinggian

lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (dpl), penanaman mentimun harus

menggunakan mulsa plastik perak hitam karena pada ketinggian tersebut suhu tanah

kurang dari 18° C dan suhu udara kurang dari 25° C. Dengan menggunakan mulsa

tersebut dapat meningkatkan suhu tanah dan suhu di sekitar tanaman

(Sumpena, 2008).

Untuk meningkatkan produksi pada tanaman mentimun, unsur yang paling

banyak diperlukan oleh tanaman yaitu nitrogen, nitrogen berfungsi untuk

menambah ukuran panjang dan lebar pada daun, merangsang pertumbuhan batang

, cabang dan daun, serta berperan pada pembentukan klorofil yang sangat berguna

dalam fotosisntesis. Pemberian nitrogen pada tanah dapat mempengaruhi

pertumbuhan yang cepat terutama pertunbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

Ketepatan waktu pemberian jenis pupuk juga perlu diperhatikan oleh petani.

Misalnya pupuk urea atau ZA diberikan pada saat mulai tanam sampai padi berusia

satu bulan. Unsur ini terdapat dalam jumlah yang besar dalam jaringan yang muda,

terutama berperan pada pembentukan biji 10 dan daun. Nitrogen terdapat pada

seluruh bagian tanaman. Apabila tanaman kelebihan unsur nitrogen, daun-daun

menjadi hangus seperti terbakar (Abizar, 2012).


8

EVALUASI DAYA HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) HIBRIDA


PERSILANGAN DUA VARIETAS MENTIMUN
Hibridisasi

Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang antara

tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal pada

program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya

pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri.

Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji

potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida (Lubis, 2015).

Kegiatan hibridisasi bertujuan untuk menyilangkan atau menggabungkan

semua sifat baik atau yang diinginkan ke dalam satu genotipe baru, memperluas

keragaman genetik, dan menguji potensi tetua atau memanfaatkan vigor hibrida.

Sebagaimana diketahui bahwa dasar pemuliaan tanaman adalah menyeleksi

berbagai sumber tanaman dalam 2 satu populasi yang memiliki karakter unggul

untuk dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul

(Carsono, 2012).

Hibridisasi merupakan cara lain untuk menghasilkan rekombinasi gen.

Beberapa tahapan dari kegiatan ini adalah penentuan parental atau tetua, persiapan

alat, identifikasi bunga betina, penentuan waktu pelaksanaan persilangan, isolasi

polinasi, pembungkusan, dan pemberian label. Dalam bab ini tidak semua tahapan

tersebut dibahas hanya bagian pemilihan tetua saja (Mangoendidjojo, 2013).

Hibrida

Hibrida merupakan cara produksi jagung yang belum meluas di Indonesia,

meskipun telah banyak mengubah cara produksi jagung di berbagai negara seperti

di Amerika Serikat, negara perintis jagung hibrida, serta India, Muangthai, dan
9

Taiwan. Semula, penanaman hibrida secara besar-besaran di negara-negara tersebut

dianggap tidak praktis; banyak faktor-faktor yang sudah klasik yang selalu

dikemukakan dapat menghambat perluasannya. Banyak yang berpendapat bahwa

pembuatan hibrida merupakan pekerjaan yang penuh risiko kegagalan, memerlukan

banyak waktu, tenaga, fasilitas, dan perbendaharaan berupa koleksi galur-galur

(inbrida) yang sangat besar. Meskipun pembuatan hibrida tidak sulit, untuk

memperoleh hibrida unggul diperlukan banyak tenaga dan biaya

(Balitbangtan, 2015).

Teknik produksi benih hibrida berbeda dengan teknik produksi benih

varietas bersari bebas, setiap kali harus membuat persilangan antara kedua

induknya, dan mempergunakan biji generasi pertama(F1) sebagai benih. Biji

generasi kedua (F2) tidak lagi memberikan hasil setinggi generasi pertama. Untuk

itu diperlukan latihan khusus bagi penangkar benih, dan biaya yang lebih besar

daripada biaya produksi benih varietas bersari, bebas. Hal ini menyebabkan harga

benih hibrida menjadi relatif lebih mahal daripada harga benih varietas bersari

bebas. Umumnya produksi benih paling efisien untuk hibrida-hibrida silang tiga,

silang ganda, dan silang puncak ganda, asalkan silang tunggal induk dipakai sebagai

induk betina. Keuntungan menanam hibrida, sekalipun beragam dari daerah ke

daerah, sudah sering dikemukakan (Lesilolo et al., 2013).

Di samping itu masih banyak petani yang belum mendapat penyuluhan

secara luas tentang hibrida sehingga industri benih swasta ikut memainkan peran

penting dalam memperkenalkan teknologi hibrida kepada petani. Keuntungan

penanaman hibrida menjadi sangat besar bila daya hasilnya semakin tinggi.

Misalnya, kenaikan hasil 20% di atas daya hasil 5 t/ha nilainya 5 kali kenaikan 20%
10

di atas daya hasil 1,5 t/ha. Penanaman hibrida dapat menaikkan produksi tanpa

menambah dosis pupuk dan masukan lainnya; tetapi daya hasil akan menjadi lebih

tinggi lagi bila pemupukan ditingkatkan (Sutopo, 2012).

Penanaman hibrida mungkin dapat menunjang program pemerintah

meningkatkan dan menganekaragamkan ekspor non-migas. Produksi jagung

nasional masih kurang efisien, di samping itu kualitasnya belum dapat bersaing

dengan jagung dari negara lain, terutama jagung dari Argentina, yang dalam

pasaran internasional terkenal mempunyai mutu biji sangat tinggi, dengan warna,

tipe, dan ukuran biji yang seragam. Argentina, di samping telah menerapkan

teknologi hibrida, juga membatasi produksinya pada tipe biji semi gigi kuda, tipe

biji gigi kuda dianggap kurang tahan bantingan, walaupun hasilnya tinggi

(Endang et al., 2014).

Seleksi Tetua Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Dalam pemuliaan tanaman, pendugaan daya gabung diperlukan untuk

menentukan metode pemuliaan yang tepat serta untuk meningkatkan efektivitas dan

efesiensi proses seleksi tetua yang akan digunakan dalam suatu persilangan.

Pendugaan daya gabung perlu dilakukan karena tidak semua kombinasi galur murni

akan menghasilkan hibrida superior (Sujipriharti et al., 2017).

Menyeleksi tetua dan memperoleh hibrida mentimun melalui pendugaan

daya gabung. menggunakan pendugaan daya gabung untuk menghasilkan hibrida

mentimun yang mampu berproduksi tinggi pada suhu rendah, sedang. Melakukan

hibridisasi untuk menghasilkan mentimun yang memiliki kandungan karotin tinggi

(Wadid et al., 2013)


11

Seleksi tetua dilakukan pada beberapa varietas mentimun, seperti varietas

terpilih sebagai tetua adalah Mercy dan Toska yang disilangkan secara resiprokal

dalam usaha merakit varietas hibrida mentimun yang memiliki karakter unggul

dengan ciri khusus yaitu buah manis, daging buah renyah yang cocok dimakan

mentah, dan hasil buah/ha tinggi. Tujuannya untuk evaluasi daya hasil kerenyahan

buah dan tingkat kemanisan buah serta produksi buah (hasil buah/ha) dari

mentimun persilangan dua varietas yaitu antara Mercy dan Toska secara resiprokal

dibandingkan dengan tetuanya serta varietas sejenis lainnya sebagai pembanding.

(Riadi, 2015).

Varietas Mercy merupakan jenis mentimun biasa atau mentimun lokal

kelompok rujak dengan ciri khusus yang khas warna buah hijau tua dengan ujung

buah berwarna hijau muda, buah agak manis dengan kadar brix yang cukup, dari

segi ukuran jenis mentimun ini memiliki diameter buah relatif besar dan panjang

buah 20-25 cm, dan hasil buah per hektar ± 70 ton/ha. Varietas Toska yang

merupakan jenis mentimun jepang dengan ciri khusus yang khas yaitu warna buah

hijau gelap sepenuhnya dan agak mengkilap, buah yang agak manis dengan kadar

brix yang sedang, dari segi ukuran jenis mentimun ini memiliki diameter buah

relatif kecil dan panjang buah dapat mencapai ± 30 cm, buah renyah, dan hasil buah

per hektar ± 60 ton/ha (Adrian et al., 2016).

Analisis Genotipe Dengan RHS Color Chart

Berdasarkan analisis dengan RHS Color Chart warna daun dari semua

genotipe yang ada yaitu hijau gelap dengan kode 141A dan 141B dan bentuk daun

rata rata menyerupai jantung kecuali tetua Toska yang bulat. Warna batang dari

semua genotipe yaitu hijau dengan kode RHSCC140A. Bentuk penampang batang
12

dari semua genotipe setelah diamati, mempunyai bentuk seperti segilima. Warna

kelopak bunga, mahkota bunga, kepala putik, benang sari, buah, dan garis buah

dianalisis warna menggunakan RHS Color Chart. Bentuk daun dan warna daun

tetua, zuriat hibridanya, dan varietas pembanding. A (Tetua Mercy) = daun

berbentuk jantung dan berwarna hijau gelap (141B), B (Tetua Toska) = daun

berbentuk bulat dan berwarna hijau gelap (141A), C (Hibrida UL 14-256) = daun

berbentuk jantung dan berwarna hijau gelap (141B), D (Hibrida UL 14-265) = daun

berbentuk jantung dan berwarna hijau gelap (141A), E (Harmony) = daun

berbentuk jantung dan berwarna hijau gelap (141B), F (Roman) = daun berbentuk

jantung dan berwarna hijau gelap (141B) seluruh genotipe berwana hijau kode

RHSCC 140B. Warna mahkota bunga seluruh genotipe berwarna kuning kehijauan

kode RHSCC 154 A dan bentuk bunga dari semua genotipe yang diamati

menyerupai terompet seluruhnya. Warna kepala putik seluruh genotipe berwarna

kuning kehijauan kode RHSCC 154D. Warna benang sari dari genotipe seluruhnya

berwarna kuning kehijauan kode RHSCC2C (Adrian et al., 2016).

Untuk warna buah tetua Mercy, Harmony, dan Roman yaitu warna hijau

terang kode RHSCC 142C dan 142A dari ujung buah, mendekati pangkal buah

berwarna hijau gelap kode RHSCC141A. Untuk hibrida UL 14-256 dan hibrida UL

14-265 warna buahnya yaitu hijau kode RHSCC140B dan 142 A bagian ujung buah

mendekati bagian pangkal buah berwarna hijau gelap kode RHSCC141A. Tetua

Toska memiliki warna buah hijau gelap menyeluruh kode RHSCC141A. Warna

garis buah untuk tetua F1Mercy, hibrida UL 14-265, Harmony, dan Roman yaitu

hijau terang kode RHSCC142D. Sementara untuk tetua Toska dan hibrida UL 14-

256 memiliki warna garis buah hijau kode RHSCC 142A (Adrian et al., 2016).
13

Secara umum morfologi dan warna daun, batang dan bunga relatif mirip,

kecuali bentuk daun dan penampang melintang batang kedua hibrida lebih dominan

dipengaruhi oleh tetua Mercy. Sementara untuk rasa pangkal buah berdasarkan uji

organoleptik dari semua genotipe memiliki rasa pangkal buah tidak pahit.

Pengembangan varietas hibrida umumnya menginginkan karakter tertentu melebihi

kedua tetuanya (Sobir dan Syukur, 2015).

Namun dalam pengembangan varietas hibrida salah satu keputusan untuk

mengembangkannya ialah hibrida tersebut harus unggul dari varietas unggul

lainnya. Secara umum hibrida UL 14-265 unggul pada karakter kerenyahan dan

kemanisan buah dari tetua Mercy dan kedua varietas pembanding (Satoto dan

Suprihatno, 2018).

Evaluasi Daya Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) Hibrida Persilangan Dua

Varietas Mentimun

Evaluasi daya hasil tanaman yang akan dikembangkan menjadi varietas

hibrida merupakan tahapan yang penting untuk melihat keunggulan tanaman

tersebut sebelum dilepas menjadi varietas hibrida, bertujuan untuk melakukan

evaluasi daya hasil pada kualitas kerenyahan dan tingkat kemanisan buah serta

produksi buah (hasil buah/ha) dari mentimun persilangan dua varietas yaitu antara

Mercy dan Toska secara resiprokal dibandingkan dengan tetuanya serta varietas

sejenis lainnya sebagai pembanding (Adrian et al., 2016).

Produktivitas mentimun di Indonesia dapat ditingkatkan melalui

penggunaan varietas hibrida. Untuk mendapatkan hibrida unggul, informasi tentang

daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) sangat diperlukan

sebagai pedoman dalam memilih tetua dan kombinasi persilangan unggul secara
14

efektif dan efisien. Penelitian bertujuan menduga nilai daya gabung lima galur

mentimun hasil persilangan dialel berdasarkan metode 2 model 1 Griffing. Galur

mentimun yang digunakan merupakan koleksi plasma nutfah Balai Penelitian

Tanaman Sayuran yang memiliki umur genjah, produktivitas tinggi, dan warna

buah bervariasi (Wiguna et al., 2013)

Pada karakter hasil dan komponen hasil, persilangan yang

direkomendasikan sebagai kandidat hibrida terbaik ialah yang memiliki nilai DGU

dan DGK positif (tinggi). Persilangan dengan nilai DGK positif (tinggi)

menunjukkan bahwa galur pembentuknya memiliki kemampuan bergabung yang

baik dan memberi peluang penampilan terbaik. Nilai DGK negatif berarti

persilangan tersebut memiliki DGK rendah untuk karakter tersebut Berdasarkan

Tabel 6 diketahui bahwa persilangan LV 2908×LV 2904 memiliki nilai DGK

positif dan tinggi untuk beberapa karakter yaitu jumlah cabang (1,40), jumlah buah

per tanaman (2,38) dan berat buah per tanaman (321,15). Berdasarkan hasil ini,

persilangan LV 2908×LV 2904 dapat direkomendasikan sebagai calon hibrida

potensial dalam program pemuliaan tanaman mentimun selanjutnya

(Zare et al., 2021).

Hibrida merupakan generasi F1 dari suatu hasil persilangan sepasang atau

lebih tetua galur murni yang mempunyai karakter yang unggul Komposisi genetik

heterozigot yang dimiliki oleh varietas hibrida membuat varietas ini memiliki sifat

yang superior dibandingkan varietas non hibrida yang memiliki komposisi genetik

homozigot. Perakitan varietas hibrida yang mempunyai karakter agronomi yang

unggul dalam program pemuliaan tanaman adalah dengan menyilangkan dua

tanaman atau lebih yang memiliki karakter unggul (Syukur et al., 2015).
15

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal, terjadi dari satu bunga yang

terdiri satu bakal buah saja.

2. Adaptasi tanamaan mentimun ini yang cukup luas terhadap lingkungan

tumbuhnya dan tidak perlu dilakukannya perawatan yang khusus.

3. Pada dasarnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian,

cocok ditanami mentimun.

4. Kegiatan hibridisasi bertujuan untuk menyilangkan atau menggabungkan

semua sifat baik atau yang diinginkan ke dalam satu genotipe baru, memperluas

keragaman genetik, dan menguji potensi tetua atau memanfaatkan vigor hibrida.

5. Teknik produksi benih hibrida berbeda dengan teknik produksi benih varietas

bersari bebas, setiap kali harus membuat persilangan antara kedua induknya,

dan mempergunakan biji generasi pertama(F1) sebagai benih.

Saran

Dengan adanya penulisan paper ini diharapkan para pembaca dapat

bertambah wawasannya mengenai hal hibridisasi Mentimun (Cucumis sativus L.)

hibrida serta persilangan dua varietas. Selain itu diharapkan penulis juga dapat

mengembangkan ide penulisan dalam hal tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).
16

DAFTAR PUSTAKA

Abizar. 2012. Genetika. UGM Press. Yogyakarta.


Adrian, B. Suprayogi & P. Benyamin Timotiwu. 2016. EVALUASI DAYA HASIL
MENTIMUN HIBRIDA PERSILANGAN DUA VARIETAS
MENTIMUN. J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Vol. 4, No. 3: 186 –
192.
Anggit D. R. & Tatiek K.S. 2015. Pengamatan Uji Daya Berkecambah dan
Optimalisasi Substrat Perkecambahan Benih Kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus L. (DC)). Bul. Agrohorti 3 (1): 18-27.
Balitbangtan. 2015. Pengertian umum varietas, galur, Inbrida, dan Hibrida.
(http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/). Diakses pada 29 Maret 2018 pukul
15.18
Cahyono. 2013. Principles of Plant Breeding. JohnWilley & Sons Inc. New York,
London, Sydney. Anonim. 2015. Aneka Timun dan Pengolahannya.
Carsono, N. (2012). Peran pemuliaan tanaman dalam meningkatkan produksi
pertanian di Indonesia. In Makalah disampaikan dalam Seminar on
Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan dalam kajian terbatas bidang Produksi Tanaman
Pangan.
Endang Sri W, Sri Hartatik, & I. Hartana. 2014. Studi Genetik Sifat Manis Jagung
(Zea mays L.). Bioshell 3 (1): 133-145.
Imdad & Nawangningsih. 2013. Potential Seed Yield Of Sterile F1 and Three Way
Crosses On Forage SorghumSudan Hybrid In Egypt. IV-III International
Grassland Congress. 476 (25): 11-12.
Kementan. 2012. Pusat Data dan Informasi Neraca Bahan Pangan dan Produksi
Mentimun.
Lesilolo, M.K., J. Riry, & E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Jurnal Agrologia 2 (1): 1-9.
Lubis, K. 2015. Peran Pemuliaan Tanaman Dalam Produksi Benih. Program Studi
Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian.
Mangoendidjojo, W. 2013. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Kanisius.
Nurkholish. 2014. Bebas Hipertensi Seumur Hidup dengan Terapi Herbal. Penerbit
Real book. Yogyakarta. Kallo dan Bergh. 19.
Riadi, A. 2015. Evaluasi Karakter Agronomi Beberapa Galur Mentimun (Cucumis
sativus L.). Skripsi. Jurusan Agroteknologi FP Unila. Lampung. Satoto dan
17

Suprihatno, B. 2008. Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia. Iptek


Tanaman Pangan. 3(1): 27-29.
Rubatzky & Yamaguchi. 2017. Pewarisan Sifat Agronomi Tanaman Cabai. Jurnal
Online Mahasiswa FP Universitas Riau. 1(1): 1-10.
Sobir, M. dan M. Syukur. 2015. Genetika Tanaman. IPB Press. Bogor.
Sukartini, T. Budiyanti, dan A. Susanto. 2009. Efek Heterosis dan Heterobeltiosis
pada Komponen Ukuran Buah Pepaya F1 . J. Hort. 19(3): 249- 254.
Sumpena. 2018. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa secara Tumpang Gilir.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilo, A.W., dan I.A. Sari. 2013. Respon Ketahanan Beberapa Hibrida Kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap Serangan Penyakit Pembuluh Kayu. Pelita
Perkebunan. 27(2): 77-87.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yuniati. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Edisi
Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Windi, W., Afif, B., Duryat. Pengaruh ukuran berat benih terhadap perkecambahan
benih merbau darat (Instia palembanica). 2015. Jurnal Sylva Lestari 3(2):
79-88.
18

LAMPIRAN

=
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai