Anda di halaman 1dari 10

ILMU GIZI INDONESIA ISSN 2580-491X (Print) Vol. 05, No.

02, 123-132
ilgi.respati.ac.id ISSN 2598-7844 (Online) Februari 2022

Hubungan pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pola asuh, dan jumlah anggota
keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang

Correlation between father's occupation, maternal education, parenting pattern, and


family size with stunting among childrens at Kupang Tengah District,
Kupang Regency
Vinsensius Belawa Lemaking1*, Marinda Manimalai2, Herliana Monika Azi Djogo2
1*
Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Citra Bangsa Kupang;
2
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Citra Bangsa Kupang;
Diterima: 23/03/2021 Ditelaah: 19/12/2021 Dimuat: 28/02/2022

Abstrak
Latar Belakang: Balita merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi salah satunya adalah
stunting. Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut
usia di bawah standar deviasi (<-2 SD). Setiap daerah memiliki penyebab spesifik terjadinya stunting.
Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang angka stunting cukup besar bagi
Provinsi NTT. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner. Populasi
target adalah semua orang tua yang mempunyai balita usia 12–60 bulan di Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2020 dengan populasi sebesar 1002 orang
dan sampel sebanyak 286 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Analisis data mengunakan uji Chi Square dan Fisher Exact. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat
dengan uji regresi logistik. Hasil: Dari hasil uji didapatkan ada hubungan antara pekerjaan ayah (p=0,003),
pendidikan ibu (p=0,040), pola asuh orang tua (p=0,000), jumlah anggota keluarga (p=0,000) dengan
kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Kesimpulan: Ada
hubungan antara pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pola asuh orang tua, jumlah anggota keluarga dengan
kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Kata kunci: stunting; pekerjaan ayah; pendidikan ibu; pola asuh; jumlah keluarga

Abstract
Background: Infancy is a group that is vulnerable to nutritional problems, one of which is stunting. Stunting
is a form of nutritional deficiency characterized by height for age below the standard deviation (<-2SD).
Each region has a specific cause of stunting. Kupang Regency is one of the regencies that contributes a
large enough stunting rate to NTT Province. Objective: The purpose of this study was to determine the
factors associated with the incidence of stunting in children under five in Kupang Tengah District, Kupang
Regency. Methods: The type of research used is an analytical survey observational with a cross sectional
approach. Data obtained from questionnaires. The target population was all parents who have toddlers
aged 12–60 months at Kupang Tengah District, Kupang Regency. This research was conducted during July
2020 with a population of 1002 and a sample of 286 with a purposive sampling technique. Data analysis
was used Chi Square and Fisher Exact test. Furthermore, multivariate analysis was performed with
logistic regression test. Results: From the test results, it was found that there was a relationship between
father’s occupation (p=0.003), maternal education (p=0.040), parenting patterns (p=0.000), family size
(p=0.000) and the incidence of stunting in children under five at Kupang Tengah District, Kupang Regency.
Conclusion: There are relationships between father’s occupation, maternal education, parenting patterns,
and family size with incidence of stunting in toddlers at Kupang Tengah District, Kupang Regency.

Keywords: stunting; father’s job; maternal education; parenting patterns; family size

* Korespondensi: Vinsensius B. Lemaking, Universitas Citra Bangsa, Jln Manafe No.17 Kayu
Putih Kupang; Email: vinsenmaking123@gmail.com 123
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 02, Februari 2022 : 123-132

PENDAHULUAN Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan


Balita merupakan kelompok yang rentan proporsi status gizi sangat pendek dan pendek
mengalami masalah gizi, salah satunya pada balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah stunting. Stunting atau terhambatnya (NTT) sebanyak 42,6% (4). Persentase
pertumbuhan tubuh merupakan salah satu stunting pada balita di NTT berada di atas
bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan ambang batas standar yang ditetapkan WHO,
tinggi badan menurut usia di bawah nilai yaitu sebesar 20%. Laporan hasil rekapitulasi
-2SD berdasarkan indikator tinggi badan data dari Puskesmas Tarus pada bulan
berdasarkan usia (TB/U) atau panjang badan Januari–Agustus 2019 menyatakan bahwa
berdasarkan usia (PB/U) dengan referensi prevalensi stunting tertinggi terdapat di Desa
dari WHO (1). Penyebab stunting bisa terjadi Penfui Timur (sebanyak 72 balita mengalami
sejak masa prakonsepsi ketika seorang remaja stunting dari 1002 balita) (3). Hal ini menjadi
mengalami kekurangan gizi dan anemia. dasar peneliti dalam pengambilan data balita
Masalah gizi akan terjadi jika ibu hamil tidak stunting dalam penelitian ini.
mencukupi kebutuhan asupan makan serta Beberapa hasil penelitian menyatakan
tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang bahwa faktor yang berhubungan dengan
kurang memadai. Namun, kejadian stunting kejadian stunting pada balita antara lain
baru terlihat setelah bayi berusia dua tahun. jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat
Masalah stunting merupakan masalah yang penyakit infeksi, pola asuh, jarak kelahiran,
berdampak buruk terhadap permasalahan gizi pendidikan ibu rendah, dan pekerjaan ayah
di Indonesia karena memengaruhi kondisi (5,6,7). Namun, hasil tersebut berbanding
fisik dan fungsional dari tubuh anak (2). terbalik dengan penelitian yang dilakukan
Menurut berita dari Pos Kupang tahun oleh beberapa peneliti lainnya bahwa jenis
2019, kejadian stunting pada balita di Nusa kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, dan
Tenggara Timur khususnya Kabupaten Kupang pola asuh tidak berhubungan dengan kejadian
cukup banyak dan menjadi persoalan serius (3). stunting (8,9,10). Berdasarkan faktor penyebab
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi
stunting rentan terjadi jika tidak diatasi pada titik fokus peneliti yaitu pekerjaan ayah,
1.000 hari pertama kelahiran. Upaya untuk pendidikan ibu, pola asuh, dan jumlah anggota
menangani masalah stunting antara lain keluarga karena sesuai dengan karakteristik
pemerintah memperbanyak sosialisasi untuk masyarakat di Kecamatan Kupang Tengah,
meningkatkan pemahaman orang tua dan Kabupaten Kupang. Kondisi masyarakat di
keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan gizi Kecamatan Kupang Tengah umumnya setiap
dan pola pengasuhan gizi yang baik karena kepala keluarga memiliki pekerjaan yang
anak-anak stunting akibat dari kekurangan gizi tidak tetap, ibu rumah tangga berpendidikan
kronis (3). Berdasar data Pusdatin tahun 2018, rendah, pola asuh yang kurang baik, serta
pada tahun 2017 prevalensi balita stunting di banyaknya jumlah anggota keluarga yang
Indonesia menempati peringkat ketiga di Asia menjadi tanggungan kepala keluarga.
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR)
(2). Menurut profil kesehatan Indonesia METODE
tahun 2018, persentase balita usia 0–59 bulan Jenis penelitian ini merupakan penelitian
dengan kategori sangat pendek dan pendek kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan
(berdasarkan indeks TB/U) di Indonesia adalah observasional survey analitik dengan
sebesar 30,8% dan sebesar 42,7% di Provinsi pendekatan cross sectional. Penelitian ini
Nusa Tenggara Timur (NTT) (4). Hasil Riset dilakukan selama bulan Juli tahun 2020.

124
Vinsensius Belawa Lemaking, dkk. : Hubungan Pekerjaan Ayah, Pendidikan Ibu

Populasi dalam penelitian ini adalah semua dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
ibu yang mempunyai balita usia 12–60 bulan diadopsi dari penelitian sebelumnya tentang
di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten hubungan pola asuh dengan kejadian stunting
Kupang sejumlah 1002 orang. Jumlah sampel yang dilakukan di Madiun (12,13).
dihitung menggunakan rumus Slovin dan Variabel terikat pada penelitian ini adalah
sampel minimal yang diperoleh sebanyak 286 kejadian stunting pada balita. Penentuan
orang balita. Teknik sampling yang dipakai stunting dilakukan dengan mengukur tinggi
dalam penelitian ini adalah non-probability badan yang dibandingkan dengan usia anak
sampling dengan teknik purposive sampling (14). Pengukuran ini dilakukan setelah
(11). mendapatkan persetujuan dari responden.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengukuran dilakukan oleh peneliti
jumlah anggota keluarga, pekerjaan ayah, pola didampingi petugas gizi dari puskesmas
asuh orang tua. Sedangkan variabel terikat pembantu dengan tujuan untuk memastikan
adalah kejadian stunting pada balita. Jumlah kembali status gizi yang telah tertera pada
anggota keluarga didefinisikan menjadi KMS (Kartu Menuju Sehat). Hasil pengkajian
banyaknya anggota keluarga yang tinggal data kemudian dilakukan analisis statistik
dalam satu rumah yang menjadi tanggungan dengan uji Chi Square dan Fisher Exact
kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga (alpha 5%) kemudian dilanjutkan dengan uji
dibedakan dua kelompok, keluarga besar jika regresi logistik untuk mengetahui variabel
jumlah anggota keluarga lebih besar sama yang paling memberikan pengaruh terhadap
dengan empat orang dan keluarga kecil jika kejadian stunting pada balita.
jumlah anggota keluarga kurang dari empat
orang. Pekerjaan ayah menggambarkan jenis HASIL
pekerjaan yang memberikan penghasilan. Berdasarkan hasil pengumpulan data
Variabel ini dibedakan menjadi dua kelompok, diperoleh hasil bahwa terdapat 73 orang anak
yaitu tidak bekerja jika tidak mendapatkan balita atau sebesar 25,5% balita mengalami
penghasilan dan bekerja jika mendapatkan stunting di Kecamatan Kupang Tengah,
penghasilan. Pendidikan ibu dibedakan Kabupaten Kupang (Tabel 1).
menjadi dua, yaitu rendah (tamat SD hingga
tamat SMP atau sederajat) dan tinggi (tamat Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
SMA hingga lulus Perguruan Tinggi). berdasarkan kategori kejadian stunting di
Variabel pola asuh orang tua merupakan Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
gambaran asuh (sikap dan perilaku ibu atau Kupang
pengasuh yang lain dalam kedekatannya Stunting n Persentase (%)
dengan anak, memberi makan, merawat
Stunting 73 25,5
kebersihan, memberi kasih sayang, dan
Normal 213 74,5
lainnya), asih (rasa aman dengan kontak
Total 286 100
fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu
Data Primer: Juli 2020
serta kebutuhan anak akan kasih sayang,
diperhatikan, dihargai, untuk kemandirian), Proporsi balita yang mengalami stunting
dan asah (mengembangkan perkembangan pada keluarga dengan jumlah anggota
moral, etika, dan perilaku). Kriteria penilaian keluarga besar sebanyak 55 orang (39,0%).
pola asuh dalam keluarga dibedakan menjadi Proporsi balita yang mengalami stunting pada
baik (≥80%), cukup (79–61%), dan kurang keluarga dengan jumlah anggota keluarga kecil
(≤60%). Instrumen untuk mengukur pola asuh (sebanyak 18 orang atau 12,4%) (Tabel 2).

125
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 02, Februari 2022 : 123-132

Hasil uji Chi Square antara hubungan jumlah analisis menunjukkan nilai prevalence ratio
anggota keluarga dengan kejadian stunting (PR) sebesar 4,512 yang berarti bahwa balita
menunjukkan nilai signifikan (p=0,000) yang berasal dari keluarga besar berpeluang
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan 4,512 kali lebih besar mengalami stunting
antara jumlah anggota keluarga dengan dibandingkan balita yang tinggal di keluarga
kejadian stunting pada balita di Kecamatan kecil.
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Hasil

Tabel 2. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita
di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting PR
Jumlah Anggota
Stunting Normal Total p (prevalence ratio)
Keluarga
n % n % n % 95% CI
Keluarga Besar 55 39,0 86 61,0 141 100 4,512
0,000
Keluarga Kecil 18 12,4 172 87,6 145 100 (2,480–8,209)
Data Primer: Juli 2020

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa ada hubungan signifikan antara pekerjaan


proporsi balita yang mengalami stunting ayah dengan kejadian stunting pada balita
terdapat pada kelompok ayah tidak bekerja di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
(sebanyak 3 orang atau 100%) atau semua Kupang. Hasil analisis juga diperoleh nilai
ayah yang tidak bekerja anaknya mengalami prevalence ratio sebesar 4,043 yang berarti
stunting. Sedangkan kelompok ayah yang balita yang ayahnya tidak bekerja berpeluang
bekerja memiliki anak stunting sebanyak 70 4,043 kali lebih besar mengalami stunting
orang (24,7%). Hasil analisis disimpulkan dibandingkan balita yang ayahnya bekerja.

Tabel 3. Hubungan pekerjaan ayah dengan kejadian stunting pada balita di Kupang
Tengah Kecamatan Kabupaten Kupang
Pekerjaan
Kejadian Stunting PR
Ayah
p (prevalence ratio)
Stunting Normal Total
95% CI
n % n % n %
Tidak Bekerja 3 100 0 0 3 100 4,043
0,003
Bekerja 70 24,7 213 75,3 283 100 (3,299–4,945)
Data Primer: Juli 2020

Hasil analisis bivariat menunjukkan di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten


proporsi balita yang mengalami stunting Kupang. Hasil analisis diperoleh nilai
pada ibu dengan pendidikan rendah sebesar prevalence ratio sebesar 1,919 (Tabel 4).
36,4%. Sementara itu, proporsi balita yang Hal ini berarti bahwa anak yang memiliki ibu
mengalami stunting pada kelompok ibu yang berpendidikan rendah berpeluang 1,91 kali
berpendidikan tinggi sebanyak 53 orang mengalami stunting dibandingkan balita yang
(22,9%). Hasil uji Chi Square menunjukkan memiliki ibu berpendidikan tinggi.
ada hubungan signifikan antara pendidikan
ibu dengan kejadian stunting pada balita

126
Vinsensius Belawa Lemaking, dkk. : Hubungan Pekerjaan Ayah, Pendidikan Ibu

Tabel 4. Hubungan pendidikan ibu balita dengan kejadian stunting pada balita di
Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting PR
Pendidikan (prevalence
Stunting Normal Total p
Ibu ratio)
n % n % n %
95% CI
Rendah 20 36,4 35 61,0 55 100 1,919
Tinggi 0,040 (1,023–
53 22,9 178 87,6 231 100
3,601)
Data Primer: Juli 2020

Berdasarkan Tabel 5 diketahui proporsi kategori baik memiliki kecenderungan lebih


balita yang mengalami stunting pada kelompok kecil dengan kejadian stunting pada balita
balita dengan pola asuh orang tua yang cukup dibandingkan dengan kelompok orang tua
sebanyak 49 orang (18,7%) sedangkan pada dengan pengasuhan dalam kategori cukup.
balita dengan pola asuh orang tua yang baik Jadi, kecenderungan orang tua dengan pola
sebanyak 24 orang (100%). Sedangkan hasil asuh kategori cukup berisiko 5,3 kali lebih
prevalence ratio sebesar 0,187 yang berarti besar menyebabkan stunting dibandingkan
orang tua dengan perilaku pengasuhan dalam balita dengan pola asuh orang tua yang baik.

Tabel 5. Hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada balita di
Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting PR
Pola Asuh
Stunting Normal Total p (prevalence ratio)
Orang Tua
n % n % n % 95% CI
Baik 24 100 0 0 24 100 0,187
0,000
Cukup 49 18,7 213 82,4 262 100 (0,145–0,241)
Data Primer: Juli 2020

Setelah melakukan uji bivariat kemudian Kupang. Berdasarkan Tabel 6 diketahui


dilanjutkan dengan uji regresi logistik untuk bahwa faktor dominan yang berpengaruh
mengetahui faktor dominan yang berpengaruh terhadap kejadian stunting di Kecamatan
terhadap kejadian stunting pada balita di Kupang Tengah, Kabupaten Kupang adalah
Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten jumlah anggota keluarga.

Tabel 6. Analisis model dengan analisis regresi logistik


No Variabel Koefisien p OR 95% CI
1 Jumlah Anggota Keluarga 3,178 0,000 24,215 4,282–136,932
2 Pendidikan Ibu Balita -0,496 0,541 0,609 0,125–2,981
3 Pekerjaan Ayah 21,171 0,999 1,5649 0,000
4 Pola Asuh Orang Tua 21,080 0,998 1,4299 0,000
Data Primer: Juli 2020

127
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 02, Februari 2022 : 123-132

PEMBAHASAN Hubungan Pekerjaan Ayah dengan


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Kejadian Stunting
hasil bahwa pekerjaan ayah, pendidikan ibu, Pekerjaan orang tua mempunyai andil
pola asuh orang tua, dan jumlah anggota yang besar dalam masalah gizi. Pekerjaan
keluarga mempunyai hubungan signifikan orang tua berkaitan erat dengan penghasilan
dengan kejadian stunting pada balita di keluarga yang memengaruhi daya beli
Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang
Kupang. Penelitian ini sejalan dengan terbatas memiliki kemungkinan lebih besar
penelitian yang dilakukan di Madiun bahwa untuk kurang dapat memenuhi kebutuhan
ada hubungan antara pekerjaan ayah, makanan keluarga dari segi kualitas dan
pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga kuantitas. Peningkatan pendapatan keluarga
dengan kejadian stunting pada balita di UPT dapat berpengaruh pada susunan makanan.
Puskesmas Klecorejo Kabupaten Madiun (12). Pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan
tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga
pangan seseorang. Pendapatan keluarga yang
dengan Kejadian Stunting
memadai akan menunjang tumbuh kembang
Hasil analisis menunjukkan jumlah
anak karena orang tua dapat menyediakan
anggota keluarga berhubungan dengan
semua kebutuhan anak, baik kebutuhan primer
kejadian stunting pada balita di Kecamatan
maupun sekunder (18). Penelitian ini sejalan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
dengan penelitian sebelumnya bahwa sebagian
Keluarga dengan anggota lebih dari empat
besar ayah di NTB mempunyai pekerjaan
orang dikategorikan sebagai keluarga besar.
(97,03%). Namun, sebagian besar ayah yang
Kesejahteraan anak yang tinggal pada keluarga
mempunyai pekerjaan memiliki balita yang
kecil relatif lebih terjamin dibandingkan
mengalami stunting (16).
keluarga besar. Sebaliknya semakin banyak
Pekerjaan berkaitan dengan penghasilan
jumlah anggota keluarga maka pemenuhan
dan kebutuhan dalam rumah tangga. Hampir
kebutuhan anggota keluarga cenderung lebih
sebagian besar ayah dari balita stunting di
sulit, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan
Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
pangan dan gizi keluarga (15).
Kupang bekerja. Namun, mampu atau tidak
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
memenuhi kebutuhan hidup tergantung dari
yang dilakukan di NTB yang mengatakan
penghasilan yang diperoleh karena sebagian
bahwa sebagian besar balita stunting berasal
besar ayah yang bekerja tidak semuanya PNS
dari keluarga besar (>4 orang) (16). Ada
atau memiliki pekerjaan tetap. Sebagian besar
pula hasil penelitian lain yang menunjukkan
ayah di Kecamatan Kupang Tengah bekerja
bahwa jumlah anggota keluarga ada hubungan
sebagai petani, buruh bangunan, ojek, penjahit,
yang bermakna dengan stunting (17). Jumlah
sopir, atau pekerjaan lain yang penghasilannya
anggota keluarga yang lebih dari empat orang
belum tentu setiap bulan untuk bisa memenuhi
dapat memengaruhi kejadian stunting jika
kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan gizi
ekonomi keluarga tergolong kurang mampu
bagi balita.
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi
dalam keluarga. Hal ini akan berbeda dengan Hubungan Pendidikan Ibu dengan
keluarga yang anggota keluarganya banyak, Kejadian Stunting
tetapi secara ekonomi mampu mengatasi Hasil analisis antara pendidikan ibu dengan
kebutuhan semua anggota keluarga. kejadian stunting di Kecamatan Kupang
Tengah, Kabupaten Kupang menunjukkan

128
Vinsensius Belawa Lemaking, dkk. : Hubungan Pekerjaan Ayah, Pendidikan Ibu

ada hubungan yang signifikan. Menurut Semakin tinggi pendidikan maka seorang ibu
penelitian sebelumnya, pendidikan pengasuh lebih banyak dibekali dengan pengetahuan dan
yang rendah, khususnya pendidikan ibu sangat keterampilan dalam mengatur rumah tangga
berhubungan dengan kejadian stunting pada termasuk cara mengasuh anak dengan baik.
anak. Pendidikan ibu memengaruhi status
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
gizi anak karena semakin tinggi pendidikan
Kejadian Stunting
ibu maka semakin baik juga status gizi anak
Pola asuh yang memadai pada bayi
(19). Tingkat pendidikan memengaruhi pola
ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan
konsumsi makan melalui cara pemilihan
fisik dan biomedis anak secara optimal
bahan makanan, dalam hal kualitas dan
(13). Pola Asuh ini meliputi asuh (sikap dan
kuantitas. Tingkat pendidikan juga berkaitan
perilaku ibu atau pengasuh yang lain dalam
dengan pengetahuan gizi yang dimiliki karena
kedekatannya dengan anak, memberi makan,
semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin
merawat kebersihan, memberi kasih sayang,
baik pemahaman dalam memilih bahan makan
dan lainnya), asih (rasa aman dengan kontak
(18). Pendidikan orang tua merupakan salah
fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu
satu faktor penting dalam tumbuh kembang
serta kebutuhan anak akan kasih sayang,
anak karena pendidikan yang baik maka
diperhatikan, dihargai, untuk kemandirian),
orang tua dapat menerima segala informasi
dan asah (mengembangkan perkembangan
dari luar tentang cara pengasuhan yang baik
moral, etika, dan perilaku). Semua hal ini
serta cara menjaga kesehatan dan pendidikan
dapat dilihat melalui pemberian gizi yang baik
anak. Pendidikan ibu merupakan kebutuhan
seperti pemberian ASI, pemberian makanan
dasar manusia yang sangat diperlukan untuk
pendamping air susu ibu (MP-ASI) tepat
mengembangkan diri (20).
waktu dan bentuknya, menyusui anak sampai
Hasil penelitian ini sejalan dengan
anak berumur dua tahun. Selain itu, ibu
penelitian sebelumnya yang menyatakan
memiliki cukup waktu untuk merawat bayi,
bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
memberikan imunisasi, serta memantau status
dan kejadian stunting. Balita yang lahir dari ibu
gizi melalui kegiatan penimbangan. Pola
dengan tingkat pendidikan rendah berpeluang
asih atau kebutuhan emosi dan kasih sayang
2,7 kali lebih besar mengalami stunting
sangat penting diberikan kepada anak karena
jika dibandingkan balita yang lahir dari ibu
menimbulkan rasa aman melalui kontak fisik
dengan pendidikan tinggi (21). Penelitian
dan psikis dengan ibu sejak dini. Kebutuhan
di Sukorejo, Kota Blitar juga mengatakan
anak akan kasih sayang, diperhatikan dan
bahwa pendidikan ibu yang rendah dapat
dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung
memengaruhi kejadian stunting (22).
jawab, dan kemandirian sangat penting
Penelitian di UPT Puskesmas Gadingrejo
diberikan. Asah atau kebutuhan akan stimulasi
Kabupaten Pringsewu menunjukkan
mental adalah mengembangkan perkembangan
pendidikan ibu yang tinggi juga mempunyai
moral, etika, dan perilaku. Ciri bakal proses
hubungan dengan kejadian stunting pada balita
pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan yang
(23). Menurut peneliti, tingkat pendidikan
diberikan sedini dan sesuai mungkin (24).
ibu balita di Kecamatan Kupang Tengah,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kabupaten Kupang memengaruhi kejadian
yang dilakukan di Lampung tahun 2017 yang
stunting. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi
menyatakan bahwa pola asuh yang tidak
akan lebih memahami cara mengasuh anak
mendukung berhubungan dengan peningkatan
dengan benar dibandingkan dengan ibu yang
kejadian stunting pada balita (25). Penelitian
memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

129
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 02, Februari 2022 : 123-132

di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud Gianyar UCAPAN TERIMA KASIH


menyatakan ada hubungan antara pola asuh Peneliti menyampaikan terima kasih
dengan kejadian stunting pada balita (26). kepada Puskesmas Tarus, para kader posyandu,
Selain itu, penelitian lain juga menyatakan dan pemerintahan Kecamatan Kupang Tengah,
adanya hubungan pola asuh ibu (praktik Kabupaten Kupang yang telah membantu
pemberian makan, rangsangan psikososial, menyelesaikan penelitian ini.
praktik kebersihan, dan pelayanan kesehatan)
dengan kejadian stunting pada anak usia 24– DAFTAR PUSTAKA
59 bulan di Posyandu Asoka, Kota Makasar 1. Kusumawati E, Rahardjo S, & Sari HP.
(27). Menurut peneliti, pola asuh orang tua Model pengendalian faktor risiko stunting
juga berpengaruh terhadap kejadian stunting, pada anak bawah tiga tahun. Kesmas:
pola pengasuhan yang baik akan membantu Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
mengurangi angka kejadian stunting pada (National Public Health Journal), 2015;
balita. Meskipun pola pengasuhan pada 9(3):249–256.
masing-masing keluarga berbeda, seperti cara 2. Pusdatin. Topik utama situasi balita
memberikan makanan bergizi, memantau pendek (stunting) di Indonesia. 2018.
pertumbuhan balita dengan rutin ke posyandu, [cited 2021 Maret]. Available from:
atau mengajarkan anak hidup bersih dan sehat. http://www.depkes.go.id/folder/view/0 1/
structure-publikasi-pusdatin-info- datin.
KESIMPULAN DAN SARAN html/.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 3. Alfred D. Puskesmas Tarus identifikasi
ada hubungan signifikan antara jumlah ratusan anak penderita stunting di Kupang
anggota keluarga, pekerjaan ayah, pendidikan Tengah. Harian Pos Kupang 24 Juli 2019
ibu, pola asuh orang tua dengan kejadian hal. 6.
stunting pada balita di Kecamatan Kupang 4. Kemenkes RI. Hasil utama Riskesdas
Tengah, Kabupaten Kupang. Faktor dominan Tahun 2018. 2018. Jakarta: Kementerian
yang berpengaruh terhadap kejadian stunting Kesehatan Badan Penelitian dan
di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Pengembangan Kesehatan.
Kupang adalah jumlah anggota keluarga. 5. Koro S, Hadju V, As’ ad S, & Bahar B.
Berdasarkan hasil penelitian ini Determinan stunting anak 6-24 bulan
diharapkan pemerintah lebih menggiatkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan
program Keluarga Berencana. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Health
Kabupaten Kupang agar membuka lapangan Information, 2018;10(1): 1–10.
pekerjaan bagi setiap kepala keluarga, khusus 6. Boimau. Hubungan pola asuh orang tua
pemerintah desa agar memanfaatkan setiap dengan kejadian stunting pada balita di
dana desa lebih baik lagi untuk menyerap wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kota
pekerja dari kalangan orang tua guna Kupang [disertasi]. Universitas Citra
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Bangsa Kupang; 2018.
Bagi kelompok ibu agar mengikuti berbagai 7. Verdial A. Studi kasus karakteristik anak
pelatihan di posyandu supaya dapat menambah baduta stunting Di Kelurahan Oenesu
pengetahuan dan keterampilan khususnya Kecamatan Kupang Barat Kabupaten
tentang pola asuh anak. Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur [disertasi]. Poltekkes Kemenkes
Kupang; 2019.

130
Vinsensius Belawa Lemaking, dkk. : Hubungan Pekerjaan Ayah, Pendidikan Ibu

8. Lalo E. Faktor-faktor yang berhubungan usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa


dengan stunting pada balita di wilayah Tenggara Barat tahun 2010 [tesis]. UIN
kerja unit pelayanan terpadu (UPT) Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Puskesmas Oebobo [disertasi]. Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan; 2015.
(Universitas Citra Bangsa Kupang; 2017. 17. Lestari ED, Hasanah F, Nugroho NA.
9. Ranboki B. Gambaran karakteristik Correlation between non-exclusive
keluarga anak stunting di Puskesmas breastfeeding and low birth weight
Oekabiti, Kecamatan Amarasi, Kabupaten to stunting in children. Paediatrica
Kupang [disertasi]. Poltekkes Kemenkes Indonesiana, 2018; 58(3):123–127.
Kupang; 2019. 18. Yuliana W & Hakim BN. Darurat stunting
10. Murtini M dan Jamaluddin J. Faktor- dengan melibatkan keluarga. Sulawesi
faktor yang berhubungan dengan Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia
kejadian stunting pada anak usia 0–36 Indonesia; 2019.
bulan. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan 19. Kiik dan Nuwa. Stunting dengan
PENCERAH, 2018; 7(2):98–104. pendekatan framework WHO.
11. Swarjana IK. Metodologi penelitian Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara;
kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2020.
2012. 20. Hutagalung NT. Faktor-faktor yang
12. Nurjanah O dan Lutfiana. Faktor-faktor memengaruhi kejadian gizi kurang
yang berhubungan dengan kejadian pada anak balita di wilayah kerja
stunting di wilayah kerja UPT Puskesmas Puskesmas Glugur Kecamatan Medan
Klecorejo Kabupaten Madiun [disertasi]. Timur [tesis]. Universitas Sumatera
Dissertation STIKES Bhakti Husada Utara; 2016. http://repositori.usu.ac.id/
Mulia Madiu; 2018. http://repository. handle/123456789/2173/.
stikes-bhm.ac.id/pdf/. 21. Larasati NN dan Wahyuningsih HP.
13. Yogi BK. Hubungan pola asuh ibu dengan Faktor-faktor yang berhubungan dengan
status gizi balita di RW VI Kelurahan kejadian stunting pada balita usia 25–59
Manisrejo Kecamatan Taman Kota bulan di posyandu wilayah Puskesmas
Madiun Tahun 2017 [disertasi]. STIKES Wonosari II Tahun 2017 [disertasi].
Bhakti Husada Mulia; 2017. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2018.
14. Kemenkes RI. Permenkes No.1995/ 22. Mugianti S, Mulyadi A, Anam AK, dan
SK/Menkes/XII/2010 tentang Standar Najah ZL. Faktor penyebab anak stunting
Antropometri Penilaian Status Gizi usia 25–60 bulan di Kecamatan Sukorejo
Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kota Blitar. Jurnal Ners dan Kebidanan
Diakses dari /http://gizi.depkes.go.id/ (Journal of Ners and Midwifery), 2018;
wpcontent/uploads/2012/07/buku-sk- 5(3):268–278.
antropometri-2010.pdf/. 2011. 23. Dewi AP, Ariski TN, Kumalasari D.
15. Rahayu RM, Pamungkasari EP, Faktor–Faktor yang berhubungan
dan Wekadigunawan CSP. The dengan kejadian stunting pada balita
biopsychosocial determinants of stunting 24–36 bulan di Wilayah Kerja UPT
and wasting in children aged 12-48 Puskesmas Gadingrejo Kabupaten
months. Journal of Maternal and Child Pringsewu. Wellness And Healthy
Health, 2018; 3(2):105–118. Magazine, 2019; 1(2): 231–237.
16. Dalimunthe SM. Gambaran faktor- 24. Fatimah L. 2012. Hubungan pola asuh
faktor kejadian stunting pada balita orang tua dengan perkembangan anak

131
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 02, Februari 2022 : 123-132

di RA Darussalam Desa Sumber Mulyo, 26. Suardianti NPSD. Hubungan pola asuh
Jogoroto, Jombang. Judul Prosiding: orang tua dengan kejadian stunting
Seminar Nasional Competitive Advantage pada balita usia 24–59 bulan di Desa
“Menciptakan Generasi Yang Berdaya Singakerta Kecamatan Ubud Gianyar
Saing”. Jombang: Universitas Pesantren Tahun 2019 [disertasi]. Politeknik
Tinggi Darul 'Ulum; 2012.1(1) [diakses Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
dari https://journal.unipdu.ac.id/index. Keperawatan; 2019.
php/seminas] 27. Rahmayana R. Hubungan pola asuh ibu
25. Sari R & Sulistianingsih A. Faktor dengan kejadian stunting anak usia 24–
determinan yang berhubungan dengan 59 bulan di Posyandu Asoka II wilayah
kejadian stunting pada balita di Kabupaten Pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan
Pesawaran Lampung. Jurnal Wacana Tamalate Kota Makassar Tahun 2014
Kesehatan, 2017; 2(2): 208–218. [disertasi]. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar; 2014.

132

Anda mungkin juga menyukai