Anda di halaman 1dari 3

1.

Keuntungan otonomi daerah

-Pemerintah provinsi dan kabupaten serta kota dapat melihat secara skala prioritas daerah
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di daerah kekuasaannya untuk melakukan
pembangunan

- Pelaksanaan otonomi daerah akan memajukan daerahnya yang dengan keberhasilannya dalam
pembangunan di daerah yang lebih maju, dan lebih cepat berkembang, peningkatan
pembangunan yang lebih tetap sasaran mengakibatkan pelayanan dan kesejahteraan. Sebagai
contoh kebijakan pembangunan akan lebih diutamakan bagian perairan dan perikanan, dengan
begitu peningkatan kesejahteraan meningkat.

- Daerah akan dapat mengatur tata kelola pemerintahan daerahnya sendiri, dengan adanya
otonomi daerah ini akan memungkinkan jika suatu daerah dapat mengelola dan memanfaatkan
sumber daya sendiri akan tetapi tetap harus sejalan dengan peratusan yang di buat oleh
pemerintah pusat.

- Pemegang kekuasan daerah akan menciptakan kerja sama antar pemerintah dan rakyat untuk
saling bekerja demi mencapai kemajuan daerah yang lebih baik

2. masalah yang dihadapi oleh pemerintah dlam meningkatkan pembangunan manusia Indonesia
salah satunya adalah terkait pendidikan dan kesehatan

Masalah dan dampak jika pemerintah kurang memprioritaskan kebijakan dalam bidang
pendidikan dan kesehatan

Anggaran pendidikan yang rendah tentu saja memengaruhi kualitas pendidikan. Pendidikan yang
rendah tersebut akan berdampak pada kemampuan dan kreativitas peserta didik. Akibatnya
angkatan kerja kerja tidak memenuhi kualifikasi yang diinginkan dunia kerja dan tidak memiliki
kemampuan membuka peluang usaha. Padahal disisi lain kurikulum di Indonesia juga mendapat
banyak kritik karena tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan menciptakan pola piker
sebagai pekerja bukan sebagai inisiator. Akibatnya penduduk yang telah mendapatkan
pendidikan menengah dan tinggi sekalipun tidak dapat siap bekerja di berbagai sector pekerjaan.
Ketidaksesuaian antara kebutuhan dan kualifikasi angkatan kerja yang ada membuat dunia kerja
seringkali mendatangkan tenaga kerja asing yang tentu saja merugikan bangsa Indonesia.

Persoalan pendidikan yang buruk tersebut mengakibatkan persoalan kependudukan

yang baru yaitu pengangguran. Berdasarkan data BPS terdapat 10 % angkatan kerja di Indonesia
menganggur. Dari jumlah itu sebagian besar penganggur lebih dari 75 %nya

tinggal di perkotaan. Hal ini terjadi karena sebagian besar orang melihat kota adalah
pusat pertumbuhan ekonomi.

Kemudian masalah kesehatan, sebagaimana persoalan pendidikan tidak jauh beda

dengan permasalahan kesehatan, sector kesehatan juga hanya mendapatkan porsi yang

minim dlaam anggara pembangunan pusat dan daerah. Berdasarkan HDI tahun 1999,

kondisi kesehatan masyarakat Indonesia sangat buruk. Penduduk Indonesia yang tidak

memiliki akses terhadap air bersih mencapai 51,9 %, sedangkan penduduk Indonesia

yang tidak memiliki akses terhadap jasa kesehatan mencapai 21,6 %. Akses tersebut

meliputi ketersediaan dokter, obat-obatan dan sarana kesehatan yang lain. Fakta yang

lebih memilukan adalah sebanyak 30 % balita berada dalam gizi buruk. Padahal gizi

masa balita ini sangat penting bagi pertumbuhan di kemudian hari, karena pada masamasa

itu terjadi puncak perkembangan otak dan tubuh yang pesat.

Saat ini pemerintah sepertinya bertujuan meliberalisasi pelayanan pendidikan dan

kesehatan. Liberalisasi tersebut dilakukan dengan melakukan pengurangan subsidi

besar-besaran pada sector pendidikan seperti penerapan BHMN dan BHP pada

perguruan tinggi negeri di Indonesia dan pembentukan dewan sekolah pada sekolah

dasar dan menengah. Cara seperti ini seolah-olah bertujuan memberikan kesempatan

pada masing-masing instansi pendidikan untuk meningkatkan kulalitas pendidikan

secara mandiri. Tetapi kenyataannya hal itu hanyalah upaya pemerintah untuk

melepaskan diri dari tanggungjawab sebagai penyedia pelayanan pendidikan. Di sisi

lain, pemerintah memperbolehkan pendirian sekolah-sekolah swasta yang berbiaya

mahal untuk penduduk kaya. Akibatnya, hanya penduduk kaya saja yang dapat

mengenyam pendidikan sedangkan penduduk miskin akan kembali terjebak dalam

lingkaran setan kemiskinan karena tidak mendapatkan kesempatan memperbaiki

keadaan mereka.

Liberalisasi pelayanan kesehatan juga dilakukan untuk mendapatkan keuntungan


maksimal. Penderita dibebani beragam prosedur yang dengan aksplisit menyatakan

bahwa uang di atas nyaawa manusia. Maka jika penduduk miskin tidak memiliki uang

maka dapat dipastikan ia tidak akan mendapatkan pelayanan yang memadai bahkan dari

institusi kesehatan milik pemerintah sekalipun.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan
kesehatan 2005- 2025 adalah: 1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; 2)
pemberdayaan masyarakat dan daerah; 3)pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan;4)
pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan 5) penanggulangan
keadaan darurat kesehatan.

Sumber :

ESPA4314/MODUL 8. KB 2. H. 8.29- 8.31

Anda mungkin juga menyukai