Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU TAFSIR
TAFSIR DAN TAKWIL
Dosen Pengampu: Dahrul Muftadin, M.H.I

Disusun Oleh:

Munjait Mimbar
1119140
HKI D

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alkhamdulilah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, karena atas izin-Nyalah saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Dengan dibuatnya makalah ini saya berharap setiap
pembaca dapat mengambil ilmu tambahan dari yang saya peroleh pula.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi sauri tauladan bagi umat islam.
Meskipun demikian saya sebagai penyusun juga menyadari bahwa banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu saya selaku penyusun
mengharapkan saran-saran dari setiap pembaca agar saya dapat membuat makalah
yang lebih baik.

Pekalongan, Februari 2020

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam peta pemikiran islam, aktivitas yang menandai geliat intelektual
dan dinamika pemikiran islam adalah kata tafsir, bentuk masdar dari kata
fassara, yang berarti menguraikan dan menjelaskan segala sesuatu yang
dikandung al-Quran. Tidak ada istilah dalam istilah atau terma dalam islam
yang cukup bisa menjelaskan proses penalaran yang produktif dalam islam
selain kata tafsir. Tafsir, dalam pengertiannya yang lebih luas, adalah dialog
antara teks al-Quran yang memuat cakrawala makna di dalamnya, dengan
horizon pengetahuan manusia dan problematika kehidupannya yang terus
mengalami perubahan dan dinamika yang tidak pernah berhenti.Dengan
demikian, kekayaan dan signifikasi tekas al-Quran sangat tergantung pada
capaian-capaian pengetahuan sang penafsir. Semakin tinggi pengetahuan dan
keilmuan penafsir, semakin beragam dan signifikasi pula makna yang
dihasilkan. Oleh kareta itu kita sebagai umat islam hendaknya mengetahui dan
mengerti apa itu tafsir, dan apa saja tafsir dalam al-Quran yang seharusnya
kita ketahui, kerena kita sudah tau bahwasannya menjadi umat islam adalah
mengerti segala hal jenis isi dan makna al-Quran serta dapat mengamalkannya
di dalam kehidupan.
Dalam pembahasan makalah mengenai tafsir, ada beberapa hal yang
mendasari adanya tafsir, yaitu dilihat dari tiga segi pandang. Pertama, dilihat
dari fungsi tafsir sebagai penjelas dari maksud al-Quran. Kedua, yakni
konsekuensi logis dalam kenyataan sejarah. Ketiga, yang bertolak dari
kenyataan tafsir sebagai sunah yang merupakan modal perbuatan bagi
oranmg-orang yang beriman. Tafsir juga dibagi atas beberapa bagian, antara
lain: tafsir yang diketahui dari kalam orang-orang Arab, tafsir yang wajib
diketahui semua orang, tafsir yang hanya diketahui oleh ulama, dan tafsir yang
hanya diketaahui oleh Allah swt.
B. Rumusan Masalah

2
1. Apa yang dimaksud dengan tafsir?
2. Apa saja dasar tafsir?
3. Apa saja pembagian tafsir?
4. Bagaimana urgensi tafsir?
5. Apa kedudukan dan peran tafsir?
6. Apa itu pengertian takwil?
7. Apa perbedaan tafsir dengan takwil?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir.
2. Untuk mengetahui dasar tafsir
3. Untuk mengetahui pembagian tafsir
4. Untuk mengetahui urgensi tafsir
5. Untuk mengetahui kedudukan dan peran tafsir
6. Untuk mengetahui pengertian takwil
7. Untuk mengetahui perbedaan antara tafsir dan takwil

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tafsir
Secara etimologi kata tafsir dalam bahasa Arab berarti al-idlah
(penjelasan) atau at-tabyin (keterangan)1. Kata tafsir berasal dari akar kata al-
fasr kemudian diubah menjadi bentuk taf’il yaitu menjadi kata al-tafsir. Kata
tafsir berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata al-tafsir
berarti menyingkap sesuatu makna atau maksud lafal yang pelik.2
Sebagian ulama ada yang mengatakan, bahwa kata tafsir adalah kata kerja
terbalik dari kata safara yang juga dapat berarti menyingkap. Pembentukan
kata dari al-fasr menjadi bentuk al-tafsir adalah untuk menunjukan arti tafsir
(banyak, sering berbuat). Menurut al-Rghib al-Ashfahaniy, sebagaimana
dikutip Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, bahwa kata al-fasr dan al-safr
adalah dua kata yang berdekatan makna dan lafalnya. Yang pertama
menunjukan arti menzhahirkan (menampakan) makna yang abstrak (ma’qul),
sedangkanyang kedua untuk menunjukan arti secara riil yang langsung tampak
pada penglihatan.
Ahmad al-Syirbashi memaparkan ada dua makna tafsir di kalangan ulama,
yakni: (1) keterangan atau penjelasan sesuatu yang tidak jelas dalam al-Quran
yang dapat menyampaikan pengertian yang dikehendaki, (2) merupakan
bagian dari Ilmu Badi’, yaitu salah satu cabang ilmu sastra arab yang
mengutamakan keindahan makna dalam menyusun kalimat.
Sebagian ulama’ menurut al-Syirbashi lebih merinci lagi pengertian tafsir
dengan rumusan ilmu tentang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, sejarah dan
situasi pada saat itu diturunkan, juga sebab-sebab diturunkannya ayat, meliputi
sejarah tentang penyusunan ayat yang turun dimakkah (makkiyah) dan yang
dimadinah (madaniyah), ayat-ayat yang muhkamat dan yang mutasyabihat,
alah-alat nasikh-mansukh, ayat khas dan ‘am, ayat halal dan haram, ayat kabar
1
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi Ulum al-Quran, (Beirut:Dar al-Irsyad, 1970, h.73
2
Abd. Al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, j. Ii, (t.t.p:al-Babi al-Halabi,
t.th.), h. 5.

4
gembira dan ancaman, ayat perintah dan larangan, dan ayat-ayat yang
lainnya.3
Kata tafsir dalam al-Quran diungkapkan pada satu surah dan hanya
terdapat pada satu ayat, dimana kata tersebut dalam ayat itu berarti al-idlah
atau al-bayan (penjelasan). Ayat yang dimaksud adalah:
)33E:E‫ن‬E‫ا‬E‫ق‬E‫ر‬E‫ف‬E‫ل‬E‫ (ا‬E‫ ا‬EEً‫ر‬E‫ ي‬E‫س‬Eِ E‫ف‬EَE‫ت‬Eْ E‫ن‬Eَ E‫ َس‬E‫ح‬Eْ ‫ َأ‬E‫ َو‬EِّE‫ ق‬E‫ َح‬E‫ ْل‬E‫ ا‬Eِ‫ ب‬E‫ك‬ Eَ Eَ‫ن‬E‫ و‬Eُ‫ ْأ ت‬Eَ‫ اَل ي‬E‫َو‬
َ E‫ ا‬Eَ‫ ْئ ن‬E‫ ِإ اَّل ِج‬E‫ ٍل‬Eَ‫ ث‬E‫ َم‬Eِ‫ ب‬E‫ك‬
Tidaklah (orang-orang kafir itu) datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penjelasanny. (Q.S. al-Furqon (25):33)
2. Dasar Tafsir
Yang dimaksud dasar tafsir adalah fakta yang mendasari munculnya istilah
tafsir. Dr. Abd. Muin Salim melihatnya dari tiga segi, yaitu: (1) segi filosofis
yakni dilihat dari fungsi tafsir sebagai penjelas dari maksud al-Quran dan (2)
segi historis yakni konsekuensi logis dalam kenyataan sejarah, serta (3) segi
yuridis yang bertolak dari kenyataan tafsir sebagai sunah yang merupakan
modal perbuatan bagi oranmg-orang yang beriman.
1. Dari segi filosofis
Yang dimaksud dari segi filosofis apabila dasar tafsir dari fungsi tafsir
sebagai penjelasan maksud kandungan al-Quran dalam surat al-
Baqarah (2): 185 dan juga surah al-Qiyamah (75);19
2. Dari segi Historis
Selain ayat al-Qur’an berfungsi sebagai penjelas bagi ayat yang
lainnya, maka dalam kenyataan sejarah, Rasulullah juga diberi tugas
oleh Allah untuk menjelaskan dan merinci ketentuan-ketentuan yang
masih global dalam nash al-Qur’an. Dengan demikian, penjelasan
Rasulullah dalam hadits mengenai ayat-ayat yang memerlukan
penjelasan, juga berfungsi sebagai tafsir.
3. Dari segi Yuridis
Banyak ayat al-Qur’an yang menganjurkan perlunya pemikiran lebih
lanjut guna menyelami maksud ayat-ayat Allah antara lain dalam surat

3
Ahmad al-Syibashi, op. Cit., h. 5-6.

5
Shaadd (38); 29 yang menyuruh memperhatikan (tadabbur) dan
memikirkan (yazzakkaru) ayat-ayat Allah dan juga dalam surat az-
Zumar (39); 27 yang menerangkan bahwa tujuan Allah menampilkan
perumpamaan adalah agar dapat dijadikan bahan pelajaran (bahan
renungan).4
3. Pembagian Tafsir
Allah swt menurunkan al-Qur’an untuk direnungkan oleh umat manusia
agar mereka menemukan petunjuk yang terdapat di dalamnya. Sementara itu,
Allah mengecam mereka yang tidak mau merenungkannya.
Sehubungan dengan itu, tafsir dikelompokkan agar manusia lebih mudah
mempelajarinya karena disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
1. Pembagian menurut pengetahuan manusia
a. Tafsir yang diketahui dari kalam orang-orang Arab
Tafsir ini mencakup kosakata Al-qur’an dan uslub. Hal itu karena al-
qur’an diturunkan dengan menggunakan Bahasa dan dialek mereka.
b. Tafsir yang wajib diketaahui oleh semua orang
Tafsir ini menyangkut perintah, larangan, pokok-pokok etika, dan
akidah. QS.Al-Baqarah (2); 3, QS.Al-Baqarah (2); 1183, dan
QS.Ali’Imran (3); 97 merupakan ayat-ayat yang tidak seorangpun
dibeeri peluang untuk tidak mengetahuinya.
c. Tafsir yang hanya diketahui oleh ulama
Tafsir ini meliputi hal-hal yang samar dan sulit dibedakan oleh
kebanyakan manusia. Dari hal-hal samar itu dihassilkan sejumlah
manfaat hukum. Hukum mempelajari tafsir ini adalah fardhu kifayah.
d. Tafsir yang hanya diketahui oleh Allah
Tafsir ini mencakup hakikat ghaib dan waktu terjadinya. Tafsir jenis
ini tidak wajib bagi seorangpun, bahkan orang yang mengaku
mengetahuinya berarti telah berbuat dosa dan berdusta terhadap Allah
swt.5
4. Urgensi Tafsir
4
Salim abd.muin. 2010. Cet,III. Metodologi ilmu tafsir. Yogyakarta. Teras,hal;29.
5
Samsurrohman.2014. pengantar ilmu tafsir. Jakarta, AMZAAH bumi perkasa,hal;27.

6
Al-Qur’an yang dikomunikasikan Allah swt. Kepada hamba-Nya
meminjam Bahasa arab sebagai sssaarana untuk menerjemahkannya. Hal itu
karena saasaran pertamanya adalah masyarakat arab, untuk
mengomunikasikan pesan-pesan Allah agar dapat dipahami oleh sasaran.
Namun, al-qur’an tetap saja perlu ditafsirkan karena ada beberapa terminologi
pra-islam yang diubah.
Disisi lain, al-qur’an tidak dipahami sama dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, al-qur’an dipahami seiring dengan perubahan zaman. Oleh sebab
itu, tafsir berupaya menjelaskan pesan-pesan Allah yang tersimpan dalam al-
qur’an. Dengan kata lain, tafsir beerupaya agar pesan-Nya dapat dipahami
manusia. Disamping itu, tafsir juga beerupaya menjabarkan redaksi teks
kalam-Nya yang begitu singkat serta padat sehingga dipahami secara baik dan
benar. Sementara itu, beerkaitan dengan redaksi yang memiliki keserupaan,
tafsir berusaha menarjh makna yang lebih mendekati kebenaraan.6
Menurut M.Quraish Shihab ada tiga tujuan pokok diturunkannya aal-
qur’an, yaitu:
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dari adanya iman kepada Allah dan hari akhir.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni yang harus diikuti
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum, baik kaitannya dengan Allah
maupun dengan sesama manusia.7
5. Kedudukan dan Peran Tafsir
Para mufasir mengakui besarnya peranan tafsir antaraa lain:
a. Ibn Kaatsir mengatakan bahwa para ulama diharapkan peran sertanya
menyingkap pesan-pesan Allah dalam al-Qur’an. Sarana untuk itu
adalah tafsir Bersama perangkat-peerangkatnya.
b. Al-Zaarkasyi dalam muqaddimah kitab al-burhan fi ulum al-qur’an
menyebutkan bahwa perbuatan terbaik yang dilakukan oleh akal
manusia serta kemampuan berpikirnya tinggi adalah kegiatan
mengungkapkan rahasia yang teerkandung dalam wahyu ilahi dan
6
Samsurrohman. 20114. Pengantar ilmu tafsir. Jakartaa. AMZAH Bumi aksara,hal;17.
7
M. Quraish Shihab,op.cit.,hal;40.

7
menyingkapkan pentakwilannya yang benar berdasarkan pengertian-
pengertian yang kokoh dan tepat.
c. Ahmad Al-Syirbasi menegaskan bahwa kedudukan tafsir sangat
tergantung pada materi/masalah yang ditafsirkannya, karena materi
adalah kitab suci al-qur’an yang punya kedudukan mulia, maka
kedudukan tafsirpun amatlah mulia.
d. Al-Raghib aal-Isfahani seperti yang dikutip ahmad al-Syirbasi
mengatakan bahwa karya yang termulia adalah kesanggupan
menaafsirkan dan mentakwilkan al-qur’an.
e. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa pemahaman terhadap ayat-ayat
al-qur’an, melalui penafsiran-penafsirannya, mempunyai peranan yang
sangat besar bagi maju-mundurya umat. Sekaligus penafsiran-
penafsiran itu dapat menceerminkan perkembangan serta corak
pemikiraan mereka.
f. Sementara itu, Abd. Muin Salim menyebutkan ada dua fungsi tafsir
yaitu: pertama, fungsi epistemologis yakni sebagai metode
pengetahuan untuk mengeksplorasi kandungan ayat-ayat al-qur’an
yang beerisikan informasi, daaan kedua, pendayagunaan norma-norma
kandungan al-qur’an melalui tafsir.8
6. Pengertian Takwil
Secara etimologi, menurut sebagian ulama, kata ta’wil memiliki makna
yang sama dengaan tafsir, yakni “menerangkan” dan “menjelaskan”. Ta’wil
berasal dari kata “aul”. Kata teersebut dapat berarti al-ruju’ (kembali-
mengembalikan), yakni mengembalikan makna pada proporsi yang
sesungguhnya. Aal-shaarf (memalingkan) yakni memalingkan suatu lafal yang
mempunyai sifat khusus dari makna lahir kepada makna batin.9
Muhammad husayn al-Dzahabi, mengemukakan bahwa dalam pandangan
ulama salaf (klasik), takwil meemiliki duaa pengertian. Pertama, menafsirkan
suatu pembicaraan dan menerangkan maknanya, tanpa mempeersoalkan
apakah penafsiran dan keterangan itu sesuai dengan apa yang tersurat atau
8
Salim abd.muin. 2010. Metodologi ilmu tafsir. Yogyakarta. Teras,hal;108
9
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta. Teras. Hal;317

8
tidak. Dalam pengertian ini, takwil dan tafsir benar-benar sinonim (muradif).
Kedua, takwil adalah substansi yang dimaksud dari sebuaah pembicaraaan itu
sendiri. Kalua pembicaraan itu berupa tuntutan, maka takwilnya adalah
perbuatan yang dituntut itu sendiri. Dan jika pembicaraan itu beerita, maka
yang dimaksud adalah substansi dari sesuatu yang di informasikan.
Adapun yang dimaksud dengan takwil menurut pandangan kebanyakan
ulama kontenporer (khalaf) yang didukung kalangan fuqaha (ahli-ahli hukum
islam), mutakallimin (para teolog), muhadditsin (aaahli-ahli hadits dan
kelompok sufistik ialah “mengalihkan lafal dari makna (pengertiannya) yang
kuat (rajih) kepada makna lain yang dikuatkan/diaanggap kuat (marjuh)
karena ada dalil lain yang mendukung”.10
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa takwil ialah menemukan makna ayat
al-qur’an melalui ijtihad. Oleh sebab itu, untuk menerima atau menolak hasil
ijtihad tersebut perlu adanya syarat. Menurut Raudhah An-Nazhir wa Jannah
Al-Munazhir, takwil yang benar harus memenuhi syarat-syarat beerikut:
a. Makna yang digunakan sebagai takwil meerupakan makna yang mungkin
dimiliki oleh teks tersebut serta didukung dengan adanya dalil-dalil yang
memadai, baik dari segi manthuq (makna yang dibicarakan oleh teks)
maupun mafhum (makna yang dipahami oleh teks yang dikaji).
b. Takwil yang dipilih memiliki dalil yang shahih dan menjunjukan adanya
pengalihan kata dari bentuk dzahir menuju bentuk lain.
7. Perbedaan Tafsir dan Takwil
Sebagian mufasir ada yang menilai bahwa antara tafsir dan takwil adalaah
sama. Akan tetapi, sebaagian lain menyatakan keduannya berbeda. Mufasir
salaf Ath-Thabari, menggunakan kata takwil untuk tafsir ayat serta penjelasan
maknaanya, baik sesuai ddengan dzahir ayat maupun tidak. Sementara itu
menurut Abu Zaid, tafsir adalah upaya memahami teks dari sisi dzahir,
sedangkan takwil adalah upaya memahami teks dari sisi batin.
Berikut adalah perbedaan antara tafsir daan taakwil menurut ulama tafsir:
NO TAFSIR TAKWIL

10
Sam’ani sya’roni. Tafkirah ulum al-qur’an.hal;113

9
.
1. Menjelaskan objek kosakata, Menjelaskan dan
baaik hakiki maupun majas; menginformasikan hakikat yang
menjelaskan dan dimaksud; menjaga dan
menginformasikan dalil yang menghindarkan dari penghinaan
dimaksud. terhadap perintah Allah.
2. Menjelaskan makna yang Menjelaskan makna yang
dihasilkan dari ungkapan dihasilkan melalui isyarat.
3. Hal-hal yang berhubungan Hal-hal yang beerhubungan
dengan riwayat. dengaan dirayah (kepandaian)
yang kemudian dikenaal dengan
medan ijtihad.
4. Menerangkan maksud Allah Melihat dan menarjih makna
dengan berpegang pada kosakata dengan berpegang pada
perkataan Nabi saw. ijtihad.
5. Beersifat khusus karena hanya Bersifat umum karena berlaku
berlaku untuk kalam Allah. untuk semua kalam
6. Menjelaskan objek dan topik Menjelaskan makna yang
suatu kosakata dikehendaki kosakata.

Sementara itu, perbedaan antara tafsir dan takwil menurut ulama ushul
fiqh adalah sebagai berikut:
NO. TAFSIR TAKWIL
1. Berdasarkan pada dalil yang Berdasaarkan pada dalil yang
qath’i dzanni
2. Makna kata jelas dan tidak ada Apabila suatu makna didasarkan
celah untuk menakwilkan pada dalil dzanni, maka yang
dimaksud adalah takwil11

11
Samsurrohman.2014. Pengantar ilmu tafsir. Jakarta. AMZAH Bumi Aksara,hal;34

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir menurut pendapat para ulama berasal dari kata al-fasru, yang
sepadan dengan kata al-idhar (melahirkan), al-bayan (menerangkan), al-kasfu
(mengungkapkan), al-ibanah (menjelaskan), dan at-tafshil (memerinci). Pada
dassarnya pengertian tafsir tidak terlepaas dari kandungan makna menjelaskan
suatu kata yang masih dianggap sulit. Sedangkan takwil ialah memilih makna
kata atau kalimat dengan menggunakan ijtihad. Peerbedaan tafsir dengan
takwil menurut ulama ushul fiqh, tafsir beerdasaaarkan paada dalil qathi’,
sedangkan takwil beerdasarkan dalil yang zanni. Sebagian mufasir ada yang
menilai bahwa antara tafsir dan takwil adalah sama. Akan tetaapi sebagian
yang lain menyatakan keduanya beerbedaa.
B. Saran
Sebagai umat muslim, selain mempelajari dan mengerti kajian mengenai
tafsir dan takwil al-qur’an, juga perbedaan antara keduanya. Melalui makalah
ilmu tafsir ini, diharapkan supaya kita semua memahami dengan jelas tafsir
dan takwil al-qur’an. Kandungan yang ada dalam al-qur’an, serta menelaah isi
dari waahyu Allah dengan baik dan logis.

11
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi Ulum al-Quran, (Beirut:Dar al-Irsyad,
1970, h.73
Abd. Al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, j. Ii, (t.t.p:al-Babi
al-Halabi, t.th.), h. 5.
Ahmad al-Syibashi, op. Cit., h. 5-6.
Salim abd.muin. 2010. Cet,III. Metodologi ilmu tafsir. Yogyakarta. Teras,hal;29.
Samsurrohman.2014. pengantar ilmu tafsir. Jakarta, AMZAAH bumi
perkasa,hal;27.
Samsurrohman. 20114. Pengantar ilmu tafsir. Jakartaa. AMZAH Bumi
aksara,hal;17.
M. Quraish Shihab,op.cit.,hal;40.
Salim abd.muin. 2010. Metodologi ilmu tafsir. Yogyakarta. Teras,hal;108
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta. Teras. Hal;317
Sam’ani sya’roni. Tafkirah ulum al-qur’an.hal;113
Samsurrohman.2014. Pengantar ilmu tafsir. Jakarta. AMZAH Bumi
Aksara,hal;34

12

Anda mungkin juga menyukai