Anda di halaman 1dari 12

HARTA BENDA WAKAF (MAUQUF BIH)

DALAM PERSPEKTIF FUQAHA DAN UNDANG-UNDANG

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perwakafan di Indonesia

Dosen Pengampu : H. Mubarok, M.S.I

Disusun Oleh:

M. Zulfani Bahtiar (1119139)

Kelas : D

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

IAIN PEKALONGAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “HARTA BENDA WAKAF (MAUQUF BIH)
DALAM PERSPEKTIF FUQAHA DAN UNDANG-UNDANG” sebagai tugas
dari Mata Kuliah Hukum Perwakafan di Indonesia yang diampu oleh Bapak H.
Mubarok, M.S.I.
Makalah ini berisikan informasi tentang konsep harta benda wakaf
mengenai dalam perspektif fuqaha dan undang-undang.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun menyampaikan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Pekalongan, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Syarat Harta Benda Wakaf........................................................................3

B. Macam Harta Benda Wakaf......................................................................4

C. Perlakuan Terhadap Benda Wakaf............................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................8

A. Simpulan....................................................................................................8

B. Saran..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hukum Islam, benda yang diwakafkan terbagi dua: benda
wakaf bergerak dan tidak bergerak. Problematika obyek wakaf tersebut
mempengaruhi pada keabsahan tindakan wakaf atas dua kategorisasi benda
wakaf tersebut. Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004
tentang Wakaf Bagian Keenam Harta Benda Wakaf Pasal 16 ayat (3)
menyatakan bahwa benda bergerak yang bisa diwakafkan adalah harta benda
yang tidak bisa habis karena dikonsumsi.
Tidak ada yang menyangkal sedikitpun bahwa, sebelum sesuatu
barang diwakafkan, ia adalah milik orang yang mewakafkan. Sebab, wakaf
tidak bisa dipandang sah kecuali terhadap barang yang dimiliki secara
sempurna. Kemudian kalau wakaf sudah dilaksanakan, apakah esensi
pemilikan atas barang tersebut masih tetap berada ditangan pemiliknya
semua hanya saja bila dinisbatkan kepadanya pemanfaatan atas barang
tersebut kini “terampas” darinya, ataukah pemilikan barang itu berpindah
kepada pihak yang diberi wakaf, atau sudah bukan punya pemilik sama
sekali.1
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai barang seperti apa yang
dibolehkan untuk diwakafkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat harta benda wakaf menurut fuqaha dan undang-undang?
2. Bagaimana macam harta benda wakaf menurut fuqaha dan undang-
undang?
3. Bagaimana perlakuan terhadap benda wakaf?

1
Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Wakaf, 2007), hlm. 6-7.

1
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi syarat harta benda wakaf menurut fuqaha dan
undang-undang.
2. Untuk mengidentifikasi macam harta benda wakaf menurut fuqaha dan
undang-undang.
3. Untuk mengidentifikasi perlakuan terhadap harta benda wakaf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syarat Harta Benda Wakaf


Fiqh UU No 41 th 2004 KHI PP 28 th 1977

Harus Memiliki daya Memiliki daya Tanah hak milik


tahan lama
mutaqawwam tahan yang tidak atau tanah milik
dan/atau manfaat
(sesuatu yang dapat hanya sekali pakai yang bebas dari
jangka panjang
disimpan dan halal dan bernilai (Pasal segala
(Pasal 1 (5))
digunakan dalam 215 (4)) pembebanan,
keadaan normal) ikatan, sitaan, dan
dan kekal perkara (Pasal 4)
manfaatnya.2
Diketahui dengan Mempunyai nilai Harus merupakan
yakin ketika ekonomi (Pasal 1 benda milik yang
diwakafkan (5))3 bebas dari segala
pembebanan,
ikatan, sitaan, dan
sengketa (Pasal 217
(3))4
Milik wakif secara Dimiliki dan
penuh dikuasai oleh wakif
secara sah (Pasal
15)
Terpisah, bukan
milik bersama

2
Departemen Agama RI, Fiqh Wakaf: Edisi Revisi Cetakan kelima, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2007), hlm. 27-32.
3
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 180.
4
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2013), hlm.
71.

3
B. Macam Harta Benda Wakaf
1. Benda tidak bergerak (waqf al-‘iqar)
Adalah benda yang tidak bisa dipindahkan dari tempatnya semula,
seperti rumah dan tanah atau sesuatu yang tetap.
2. Benda bergerak (al-manqul)
Adalah benda yang bisa dipindahkan dari tempat satu ketempat
yang lain, seperti mata uang, binatang, timbangan dan sebagainya.

Beberapa pernyataaan ulama atas keabsahan wakaf benda tidak


bergerak dan benda bergerak sebagai berikut:
1. Imam Abu Hanifah dan berdasarkan periwayatan Imam Ahmad
menyatakan bahwa wakaf benda bergerak tidak sah, kecuali memenuhi
beberapa hal: Pertama, keadaan harta bergerak itu mengikuti benda tidak
bergerak, ini ada dua macam: (1) barang tersebut mempunyai hubungan
dengan sikap diam di tempat dan tetap, misalnya bangunan dan pohon.
Menurut ulama hanafiyah, bangunan dan pohon termasuk benda bergerak
yang bergantung pada benda tidak bergerak, (2) benda bergerak yang
dipergunakan untuk membantu benda tidak bergerak, seperti alat untuk
membajak, kerbau, yang dipergunakan bekerja dan lain-lain. Kedua,
kebolehan wakaf benda bergerak itu berdasarkan atsar yang
membolehkan wakaf senjata dan binatang-binatang yang dipergunakan
untuk bergerak. Ketiga, wakaf benda itu mendatangkan pengetahuan
seperti wakaf kitab-kitab dan mushaf.5
2. Madzhab Maliki, Syafi’i dan yang masyhur di kalangan ulama madzhab
Hanbali, menyatakan tidak ada perbedaan antara benda bergerak dan
tidak bergerak, semuanya sah.
3. Abu Yusuf dari madzhab Hanafi menyatakan bahwa benda bergerak
dalam wakaf yang sah hanya mencakup persenjataan dan hewan (kuda
dan keledai).

5
Departemen Agama RI, Fiqh Wakaf: Edisi Revisi Cetakan kelima, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2007), hlm. 31-32.

4
4. Muhammad Ibn al-Hasan al-Syaybani dari madzhab Hanafi menyatakan
sahnya wakaf benda bergerak berdasarkan adat kebiasaan disuatu tempat.6

Dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang


Wakaf menyatakan:
(1) Harta Benda wakaf terdiri dari:
a. Benda tidak bergerak; dan
b. Benda bergerak
(2) Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar;
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdri di atas tanah
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangna yang berlaku;
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah harta
benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi:
a. Uang;
b. Logam mulia;
c. Surat berharga;
d. Kendaraan;
e. Hak atas kekayaan intelektual;
f. Hak sewa; dan
g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan

6
Yusep Rafiqi, “Wakaf Benda Bergerak dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-undangan
di Indonesia”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol 06 No 2, Oktober 2018, Fakultas
Agama Islam Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, hlm. 194-196.

5
perundang-undangan yang berlaku.7

C. Perlakuan Terhadap Benda Wakaf


Pengelolaan dan pengembangan wakaf yang ada di Indonesia
diperlukan komitmen bersama antara pemerintah, ulama, dan masyarakat.
Selain itu, juga harus dirumuskan kembali terkait hal yang berkenaan dengan
wakaf, termasuk harta yang diwakafkan, peruntukkan wakaf dan nadzir serta
pengelolaan wakaf secara professional. Wakaf seharusnya diserahkan kepada
orang maupun badan yang memang ahlinya dan punya kompetensi dalam hal
itu sehingga nantinya bisa pengelolaan harta benda wakaf bisa amanah dan
profesional. Ini tentu penting diimplementasikan mengingat dalam
perkembangannya, pengelolaan wakaf menemukan momentumnya dengan
melakukan beberapa perubahan kebijakan.

1. Wakaf Tunai
Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 8 Wakaf
tunai merupakan bentuk wakaf produktif dengan mekanisme investasi
dana wakaf dan menyalurkan hasil dari pokok modal yang diinvestasikan.
Dari segi kemanfaatannya, menurut Antonio, wakaf uang punya
empat manfaat utama, pertama, wakaf uang jumlah bisa bervariasi
sehingga oarng yang mempunyai dana terbatas harus menunggu menjadi
tuan tanah terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf uang, asset berupa
tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau
diolah untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai bisa membantu
lembaga pendidikan Islam yang cash flow-nya kadang kembang kempis
dan menggaji civitas akademika alakadarnya. Keempat, Umat Islam dapat

7
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 184-185.
8
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Wakaf, 2007), hlm. 3.

6
lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus
bergantung pada anggaran pendidikan Negara.9
2. Wakaf Produktif
Kesadaran masyarakat untuk mengamalkan tingkat religiusnya
dengan cara wakaf memang bisa dikatakan tinggi. Namun sayangnya,
banyak aset wakaf yang tingkat pendayahgunaannya stagnan, dan tidak
sedikit yang tidak berkembang sama sekali. Penyebabnya adalah umat
Islam umumnya mewakafkan tanah namun kurang memikirkan biaya
operasional sekolah, sehingga yang harus dilakukan adalah
pengembangan wakaf produktif untuk mengatasi hak tersebut.
Keterkaitan dengan pemahaman yang diyakini dan kualits nadzir yang
tidak futuristik dalam mengelola asset wakaf menyebabkan potensi harta
wakaf tidak berkembang semestinya.
Dua hal yang dilakukan adalah (1) manajemen kenadziran. Hal
yang harus diperhatikan pula adalah profesionalitas nadzir, baik
mengenai (1) kredibilitas terkait kejujuran, (2) profesionalitas terkait
dengan kapabilitas, ataupun (3) kompensasi terkait dengan upah
pendayahgunaan sebagai implikasi profesionalitasnya, (2) peruntukkan
aset wakaf.10
Tujuan utama wakaf produktif yaitu meningkatkan kelayakan
produksi dengan memperbesar hasil wakaf dan menekan pengeluaran
administrasi dan investasi, melindungi pokok harta dan mengurangi
kerusakan dalam administrasi dan distribusi hasil-hasilnya.
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan
secara produktif bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti: investasi,
kemitraan, perdagangan, pengembangan teknologi, pembangunan
gedung, rumah susun, swalayan, sarana pendidikan dan usaha-usaha yang
tidak bertentangan dengan syariat.

9
Ali Amin Isfandiar’, “Tinjauan Fiqh Muamalat dan Hukum Nasional tentang Wakaf di
Indonesia” Jurnal Ekonomi Islam, Vol II No 1, Juli 2018, IAIN Pekalongan, hlm. 67-68.
10
Ali Amin Isfandiar’, “Tinjauan Fiqh Muamalat dan Hukum Nasional tentang Wakaf di
Indonesia” Jurnal Ekonomi Islam, Vol II No 1, Juli 2018, IAIN Pekalongan, hlm. 71.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Syarat harta benda wakaf itu harus manfaat dan tahan lama, milik
wakif secara sempurna, bukan termasuk benda sengketa ataupun sitaan.
Untuk macam harta benda, terbagi menjadi dua: (1) benda bergerak; dan (2)
benda tidak bergerak. Antara fiqh dengan Undang- Undang sama macamnya.
Lalu perlakuan terhadap harta benda wakaf sendiri itu terkait dengan
bagaimana harta itu diperlakukan atau digunakan. Dalam makalah ini
menyebutkan yaitu dengan wakaf tunai dan wakaf produktif.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran
bagi pembahasan materi tersebut. Selanjutnya kami berharap makalah yang
kami buat dapat membantu pembaca agar dapat memahami.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen RI. 2007. Fiqh Wakaf: Edisi Revisi Cetakan kelima. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Agama, Departemen RI. 2007. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta:


Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Agama, Departemen RI. 2007. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta:


Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Isfandiar’, Ali Amin. “Tinjauan Fiqh Muamalat dan Hukum Nasional tentang
Wakaf di Indonesia” Jurnal Ekonomi Islam, Vol II No 1, Juli 2018, IAIN
Pekalongan.

Rafiqi, Yusep. “Wakaf Benda Bergerak dalam Perspektif Hukum Islam dan
Perundang- undangan di Indonesia”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Islam, Vol 06 No 2, Oktober 2018, Fakultas Agama Islam Universitas
Siliwangi, Tasikmalaya.

Redaksi, Tim Nuansa Aulia. 2013. Kompilasi Hukum Islam. Bandung: CV


Nuansa Aulia.

Wadjdy, Farid & Mursyid. 2007. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai