Anda di halaman 1dari 3

2.

Dampak perubahan jumlah uang beredar: jalur suku bunga, jalur harga aset, jalur kredit, kredit
rationing dan jalur nilai tukar

Transaksi non tunai kini semakin banyak digunakan dalam bertransaksi. Selain lebih praktis, mudah
dan cepat, transaksi non tunai memiliki pengaruh terhadap kebijakan moneter di Indonesia. Dalam
kebijakan moneter, transaksi non tunai mempengaruhi tingkat jumlah uang beredar di masyarakat.
Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar yaitu inflasi.
Transaksi non tunai pada penelitian ini menggunakan ATM debet, ATM kredit dan uang elektronik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti pengaruh transaksi non tunai terhadap
jumlah uang beredar di Indonesia dengan inflasi sebagai variabel moderasi selama tahun 2015-
2018. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dan teknik analisis yang digunakan adalah uji
Moderating Regression Analysis (MRA). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah
transaksi non tunai memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar dan
inflasi mampu memperkuat hubungan transaksi non tunai terhadap jumlah uang beredar. (Meilinda
Nur Rasyida Fatmawati, Indah Yuliana, 2017)

strategi kebijakan moneter berbasis pengendalian uang beredar (quantity targeting) telah semakin
sulit diandalkan karena merenggangnya hubungan antara besaran-besaran moneter (uang beredar)
dengan variabel-variabel ekonomi riil. Perenggangan hubungan itu dipicu terutama oleh inovasi
instrumen-instrumen keuangan dan pergerakan modal antarnegara yang sangat cepat. Kenyataan
tersebut mendorong munculnya pemikiran untuk mengembangkan strategi kebijakan moneter
berbasis pengendalian suku bunga (interest rate targeting). (Doddy Zulverdi, Erwin Haryono, Wahyu
Pratomo, Wahyu Agung Nugroho, 2014)

efek perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika oleh tiga faktor ekonomi: tingkat inflasi,
tingkat bunga dan jumlah uang beredar, dan juga untuk mengetahui hubungan kausalitasnya.
Evaluasi dilakukan oleh beberapa data tingkat inflasi, tingkat bunga dan jumlah uang beredar dari
dua negara. Regresi berganda dilakukan untuk menentukan seberapa jauh pengaruh dari variabel-
variabel di atas. Beberapa uji statistik, yang berhubungan dengan regresi, dilakukan juga. Uji
kausalitas Granger juga itu dilakukan untuk mengetahui link kausalitas. Berdasarkan data yang
dianalisis dalam penelitian ini, ada beberapa kesimpulan sebagai berikut:(1) jika tingkat inflasi,
tingkat bunga dan jumlah uang beredar digunakan sebagian, tidak ada pengaruh signifikan atau efek
pada perubahan nilai tukar.(2) dengan cara lain, jika dipergunakan faktor yang terintegrasi maka
menghasilkan hasil yang cukup signifikan.(3) dan untuk tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar
memiliki hubungan kausalitas dengan perubahan nilai tukar, tetapi tingkat inflasi. (Zulki Zulkifli Noor,
2011)

3. Perbandingan pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap stabilitas harga

Berdasarkan hasil IRF menunjukkan instrumen moneter konvensional yang diwakili oleh Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) secara signifikan berpengaruh positif terhadap kredit UMKM dan instrumen
moneter syariah yang diwakili oleh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara signifikan
berpengaruh positif terhadap pembiayaan UMKM. Berdasarkan hasil FEVD menunjukkan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki pengaruh yang besar pada jalur pembiayaan perbankan
syariah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang kecil pada jalur kredit perbankan
konvensional. Hal ini mengindikasikan peran SBI yang semakin tidak efektif dalam transmisi moneter
melalui jalur kredit dan peran SBIS yang semakin signifikan dalam transmisi moneter melalui jalur
pembiayaan. (Yoghi Citra Pratama, 2017)
Pada Bulan September 2015, Indonesia mengalami depresiasi rupiah dan kontraksi perekonomian.
Depresiasi rupiah membuat nilai rupiah dari 13.400 menjadi 13.600 membuat semakin mahalnya
impor modal, bahan baku, dan utang luar negeri. Kebijakan Bank Indonesia adalah meningkatkan BI
Rate sebesar 5, 2% untuk meningkatkan nilai SBI di pasar uang sehingga investasi asing banyak yang
masuk dan menghimpun dana untuk kegiatan pembangunan. Intervensi tidak steril pemerintah
dengan menjual rupiah di pasar valas membuat rupiah mengalami apresiasi. Dampaknya di pasar
uang adalah volume transaksi mengalami peningkatan tetapi terjadi perlambatan kredit di sektor riil.
Akibatnya ekspor Indonesia melemah dan pertumbuhan ekonomi mencapai 4, 7%. Permasalahan
ekonomi diatas di sebabkan oleh perdagangan uang dan suku bunga yang menimbulkan perbedaan
tinggi antara pasar uang dan pasar barang. Instrumen moneter syariah dapat menyeimbangkan
sektor riil dan uang. Instrumen moneter islam adalah JIL BOR dan Repo syariah sehingga bank
syariah mendapatkan imbalan hasil tinggi pada SBSN dan mendapatkan likuiditas dana dalam
transaksi di PUAS. Instrumen moneter konvensional lebih unggul dari syariah karena fundamental
ekonomi sudah kuat walaupun secara dampak normatif lebih baik syariah. Kelebihan Inklusi
keuangan PUAS adalah kecukupan dana di GWM, pendanaan jangka pendek di SWBI, dan simpanan
di Fesbi untuk meningkatkan market share. Solusinya adalah BI melembagakan zakat dengan
menerapkan 7 prinsip, integrasi BMT dengan Bank syariah, bank waqaf, dan asuransi UMKM mampu
meningkatkan sektor produktif. (Sandy Raharja, 2017)

Mekanisme moneter konvensional dan moneter syariah memiliki perbedaan instrumen. Tapi
perbedaan tersebut tidak mempengaruhi hasil penelitian dimana hasil dari penelitian ini ialah
transmisi kebijakan monter konvensional dan transmisi kebijakan moneter syariah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) di Indonesia. Hanya saja dilihat dari
andilnya transmisi kebijakan moneter model syariah terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) lebih
kecil dibanding dengan transmisi kebijakan moneter konvensional. (Kasmir, 2008)

Sumber

Meilinda Nur Rasyida Fatmawati, Indah Yuliana, 2017 "Bagaimana dampak transaksi non tunai dan
inflasi terhadap jumlah uang yang beredar" Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) 11 (1),
130-148, 2020

Doddy Zulverdi, Erwin Haryono, Wahyu Pratomo, Wahyu Agung Nugroho, 2014. "Operasi
Pengendalian Moneter yang Berbasis Suku Bunga dalam Mencapai Sasaran Inflasi" Bulletin of
Monetary Economics and Banking 3 (3), 1-80, 2014

Zulki Zulkifli Noor, 2011. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai
Tukar". Jurnal Trikonomika 10 (2), 139-147.

Yoghi Citra Pratama 2017, "Analisis perbandingan pengaruh instrumen moneter syariah dan
konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (umkm) di
indonesia"

Jurnal Asy-Syarikah: Jurnal Lembaga Keuangan, Ekonomi dan Bisnis Islam 2 (2), 1-10, 2016

Sandy Raharja, 2017. "Perbandingan Efektifitas Kebijakan Moneter Konvensional dan Syariah dalam
Menghadapi Depresiasi Rupiah dan Kontraksi Ekonomi Pada Bulan September 2015", Ir Ascarya
Tazkia Islamic Finance and Business Review 5 (1), 2017
Kasmir, 2008. Manajemen Perbankan Jakarta : PT Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai