Anda di halaman 1dari 7

1

AKHLAK KEPADA ORANG TUA


QS. LUQMAN/31: 14-15
       
         
            
           
       
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

Pengantar
Anak-anak, sayangkah kamu kepada orangtuamu? Lalu bagaimanakah
bentuk kasih sayangmu terhadap mereka? Apakah sikapmu itu membuat mereka
bangga, atau malah kecewa?
Setiap kita pasti memiliki orangtua. Keberadaan mereka sangat berarti
dalam hidup kita. Sebab, merekalah yang membesarkan dan mendidik kita
sehingga bisa berdiri, kuat, mampu berpikir, bahkan bisa sekolah seperti saat ini.
Tetesan teringat bahkan darah menghiasi perjuangan dan pengorbanan mereka
dalam membesarkan dan mendidik kita. Lalu apa yang sudah kita perbuat untuk
mereka?
Islam sebagai ajaran yang sarat dengan moral juga mengajarkan kita agar
berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain). Bagaimanakah bentuk akhlak
dan batasan-batasannya yang perlu kita ketahui dan terapkan? Pada pelajaran ini
kita akan memahami surat Luqman ayat 12-15 dan an-Nur ayat 58 tentang akhlak
kepada orang tua. Baca dan pahamilah maknya, lalu berupayalah
mengamalkannya!

A. Akhlak kepada Allah dan Orang Tua


Untuk memahami akhlak kepada orang tua, kita mesti memahami pula
akhlak kepada Allah. Sebab, meskipun kita dilahirkan, dibesarkan dan dididik oleh
orangtua, semua itu tidak terlepas dari izin dan karunia dari Allah SWT. Surat
Luqman ayat 14-15 salah satu rangkaian ayat yang mengajarkan kepada kita agar
berakhlak mulia kepada kepada orang tua.

1. Membaca surat Luqman/30: 14-15


       
         
            
           
       
2. Menerjemahkan QS. Luqman/30: 14-15
2

a. Arti Kata-kata:

Ibunya melihat Telah mengandungnya Kepada orang tuanya Manusia dan Kami
perintahkan

Dalam Dan menyapihnya Bertambah lemah Atas Lemah

Hanya kepada-Ku Dan kepada dua orangtuamu Bersyukurlah padaku Bahwasanya Dua tahun

Menyekutukan-Ku Untuk Keduanya memaksamu Dan jika Tempat kembali

Dan pergauilah keduanya Maka jangan mentaatinya Ilmu Bagimu dengannya Sesuatu yang bukan

Jalan Dan ikutilah Secara baik dunia Dalam

Kepada-Ku Kemudian Kepada-Ku Kembali Orang

b. Arti lengkap
15. dan jika keduanya
Kerjakanmemaksamu untuk
Apa yang kamu mempersekutukan
Maka kuberitakan padamudengan aku
Kembalimu
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

3. Memahami isi Qs. Luqman/31: 14-15 tentang Pengabdian kepada Allah dan Berbakti
kepada Kedua Orang Tua
Ayat 14; berbuat baik kepada orang tua
3

Ayat ini memang tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan pada jasa
ibu. Menurut M. Quraish Shihab, hal ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk
tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di sisi
lain, “peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding dengan
peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian
oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan
penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang ayat pun bertanggung jawab
menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat,
tetapi ini tidak langsung menyentuh anak, berbeda dengan peranan ibu.
Betapapun peranan ayat tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran
anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa kepada
keduanya; ayah dan ibunya. Perhatikanlah doa yang diajarkan al-Qur’an:
      ....
..."Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil". (Qs. Al-Isra’/17: 24)
Kemudian dijelaskan pula bahwa kondisi ibu ketika hamil itu dalam keadaan
wahnan ala wahnin, lemah di atas kelemahan, atau kelemahan yang kian
bertambah. Semakin bertambah usia janin dalam rahimnya, maka semakin
bertambahlah kesusahan yang dialami oleh sang ibu. Kondisi ini seharusnya
memberi peringatan keras kepada setiap anak agar tidak durhaka kepada orang
tuanya. Kebaikan apa pun yang kita lakukan, sesungguhnya tidak sebanding
dengan jasa ibu ketika mengandung, apalagi jasa lainnya, termasuk menyusui
hingga dua tahun.
Oleh karena itu, Allah menegaskan “bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua ibu bapakmu”. Sebab Allah-lah yang menciptakan kita, namun penciptaan itu
Allah libatkan kedua orang tua kita. Kedua orang tua tersebut dijadikan Allah
sebagai penyebab keberadaan kita, keduanya telah merawat dengan baik,
meskipun mengalami berbagai macam kesulitan sehingga kita dapat tegak dan
kuat. Dan semua perbuatan kita kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah, sebab semuanya akan kembali kepada-Nya.
Lalu, bagaimanakah cara bersyukur kepada orang tua? Salah satu bentuk
syukur itu adalah berbuat baik kepada mereka. Dalam hal ini, perlu pula dipahami
firman Allah dalam surat al-Isra’/17 ayat 23:
        
         
       
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

Menurut al-Maraghi, setidaknya ada lima hal yang menjadi akhlak mulia
kepada orang tua yaitu:
1) Janganlah kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lihat dilakukan oleh salah
satu dari orangtua atau oleh kedua-duanya yang mungkin dapat menyakitkan
hati orang lain, tetapi bersabarlah menghadapi semua itu, sebagaimana kedua
orang itu pernah bersikap sabar terhadapmu ketika kamu kecil.
4

2) Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan suatu perkataan yang


membuat mereka berdua merasa tersinggung. Hal ini merupakan larangan
untuk menampakkan rasa tidak senang, rasa jemu atau pun perkataan dusta
kepada mereka.
3) Berkomunikasilah dengan ucapan yang baik kepada mereka, perkataan yang
manis, penuh hormat dan mengagungkan. Jangan kamu memanggil nama
mereka, jangan pula meninggikan suara di hadapan mereka, apalagi
memelototkan/membelalakkan mata kepadanya.
4) Bersikap tawadhu’/rendah hatilah kepada mereka, taatilah segala apa yang
diperintahkannya selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah.
5) Hendaklah kamu berdoa kepada Allah agar Dia merahmati kedua orangtuamu
dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih-sayang mereka berdua
terhadap dirimu ketika kamu kecil dan belas kasih mereka yang baik terhadap
dirimu.

Ayat 15; akhlak kepada orang tua yang kafir


Seorang anak mesti patuh kepada orang tuanya, lalu bagaimana jika orang
tua tersebut memerintahkan kepada anaknya untuk mempersekutukan Allah? Atau
menyuruhnya melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama? Mestikah kita tetap
patuh?
Jika ditemukan suatu kasus dimana kedua orangtuanya kafir lalu mengajak,
bahkan memaksa anaknya untuk mempersekutukan Allah, maka si anak tidak boleh
mentaati ajakan itu. Dengan demikian, kepatuhan kepada orang tua dibatasi oleh
kepatuhan kepada Allah. Seorang anak mesti patuh kepada orang tua selama
kepatuhan itu tidak bertentangan dengan kepatuhan kepada Allah SWT.
Namun ayat ini mengajarkan agar si anak tetap berbuat ma’ruf dalam urusan

duniawi kepada orang tuanya yang telah kafir tersebut. Kata ma’rufan (‫معروفا‬ )
mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik, selama tidak bertentangan
dengan akidah Islamiyah. Dalam konteks ini, diriwayatkan bahwa Asma’ binti Abu
Bakr Shiddiq pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah. Asma’
bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya bersikap. Maka Rasulullah SAW
memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya
hadiah serta mengunjungi dan menyambut kunjungannya.
Akhir ayat ini juga mengingatkan bahwa semua kita akan kembali kepada
Allah untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang kita lakukan di dunia ini.
Maka sebesar apapun kasih sayang dan cinta kita kepada kedua orang tua tidak
boleh mengalahkan cinta kita kepada Allah SWT; maka pilihlah jalan Allah agar
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki.

Kisah
Pada umumnya, orang-orang yang masuk Islam itu kebanyakan miskin, para
mustadh’afin, yang berasal dari keluarga sengsara, kecuali Mash’ab bin Umair. Mash’ab
adalah anak seorang keluarga elite. Orang tuanya kaya raya. Ibunya sangat sayang
kepadanya sehingga dia selalu diber pakaian yang bagus-bagus dan indah-indah.
Ketika dia masuk Islam, ibunya marah-marah dan tidak mau menerimanya lagi.
Mash’ab diusir dari rumahnya. Ibunya pun pernah mogok makan dan hanya mau makan
bila Mash’ab kembali lagi memelik agamnya semula. Tetapi ia bertahan dan akhirnya
ibunya menghentikan mogok makannya. Mash’ab bin Umair sangat mencintai ibunya tetapi
dia lebih mencintai Allah. Dia mendahulukan kesetiaan kepada Allah daripada kesetiaan
kepada keluarganya.
5

3. Membiasakan pengamalan surat Luqman/31 ayat 14-15 dalam kehidupan


sehari-hari
Setelah kita memahami maksud surat Luqman ayat 14-15 di atas,
maka kita perlu berupaya untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Ada beberapa hal yang patut kita biasakan terkait dengan ayat di atas,
yaitu:
1. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua. Jika mereka masih hidup bersama kita
di dunia ini, maka berikanlah hal terbaik (tidak bertentangan dengan ajaran
agama) yang dapat menyenangkan hati mereka, dan dapat membanggakan hati
mereka. Jangan sekali-kali membuat mereka kecewa atau malu memiliki anak
yang berakhlak buruk.
2. Ingatlah perjuangan kedua orangtua dalam membesarkan dan mendidik kita.
Carilah informasi tentang perjuangan mereka dan kesulitan yang mereka hadapi
dalam mendidik kita, informasi itu bisa dari mereka, keluarga terdekat atau
orang lain yang mengetahui perjuangan tersebut. Dengan mengetahui dan
menyadari peran mereka, akan memotivasi diri kita untuk memberikan hal
terbaik kepada mereka.
3. Patuhilah perintah atau nasehat kedua orangtua, selama tidak bertentangan
dengan perintah Allah. Jika kita menemukan perintah atau nasehat orang tua
yang bertentangan dengan perintah Allah, maka tolaklah nasehat itu. Meskipun
demikian, kita tetap berbuat baik dan berbakti kepadanya dalam urusan duniawi.
4. Rajinlah mendirikan shalat sebagai salah satu bentuk syukur kepada Allah.
Setiap selesai shalat doakanlah kedua orangtua sebagai salah satu bentuk bakti
kita kepada keduanya.

‫صغِْيًرا‬ ‫يِن‬ ‫ا‬‫ي‬‫ب‬


َّ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ‫ا‬‫م‬‫ه‬ ‫مَح‬ ‫ار‬‫و‬ ‫ي‬
َّ ‫د‬ ِ‫اَللَّه َّم ا ْغ ِفريِل ذُنُوىِب ولِوال‬
َ ْ َ َ َ َُ ْ َ ْ َ ََ ْ ْ ْ ُ
Artinya: Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu
kecil.

B. Adab Berhubungan dengan Orang Tua


Imam al-Ghazali dalam Kitab Bidayah al-Hidayah menyebutkan bahwa adab
seorang anak kepada orang tuanya yang masih hidup adalah sebagai berikut:
1. Seorang anak mesti mau mendengarkan ucapan mereka dengan baik,
2. ikut berdiri ketika mereka berdiri (untuk memperlihatkan rasa hormat),
3. turuti perintah mereka
4. tidak berjalan mendahului mereka
5. tidak bersuara lebih keras daripada suara keduanya
6. menjawab panggilan mereka
7. selalu berusaha untuk menyenangkan hati mereka
8. bersikaplah sopan kepada mereka
9. berbuat baik dan menghormat mereka tanpa harus disuruh terlebih dahulu oleh
mereka
10. tidak memandang mereka dengan melirik
11. tidak bermuka cemberut (masam) di depan mereka
12. tidak boleh bepergian tanpa seizin mereka
Adapun adab kepada orang tua yang telah meninggal, dijelaskan dalam
hadis Rasulullah SAW berikut ini.
6

‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ ِ


َ ‫ َبْينَ ا حَنْ ُن عْن َد َر ُس ول اللَّه‬:‫ قَ َال‬،‫ي‬ ِّ ‫اع ِد‬
ِ ‫الس‬ ِ ‫َعن َأيِب ُأس ي ٍد م‬
َّ َ‫الِك بْ ِن َربِ َيع ة‬ َ َْ ْ
ٌ‫ي َش ْيء‬ َّ ‫ َه ْل بَِق َي ِم ْن ِّبِر ََأب َو‬،‫ول اللَّ ِه‬ َ ‫ يَ ا َر ُس‬:‫ال‬ َ ‫ َف َق‬،َ‫ ِإ ْذ َج اءَهُ َر ُج ٌل ِم ْن بَيِن َس لَ َمة‬:‫َو َس لَّ َم‬
‫ َوِإ ْن َف اذُ َع ْه ِدمِه َا ِم ْن‬،‫ َوااِل ْس تِ ْغ َف ُار هَلَُم ا‬،‫الص اَل ةُ َعلَْي ِه َم ا‬
َّ ‫ « َن َع ْم‬:‫بِه َب ْع َد َم ْوهِتِ َم ا؟ قَ َال‬
ِ ‫َأبُّرمُه ا‬
َ َ
»‫ص ِد ِيق ِه َما‬ ِ‫هِب‬ ِ َّ ُ‫و ِصلَة‬ ،‫بع ِدمِه ا‬
َ ‫ َوِإ ْكَر ُام‬،‫وص ُل ِإاَّل َما‬ َ ُ‫الرح ِم الَّيِت اَل ت‬ َ َ َْ
Diriwayatkan dari Malik bin Rabi'ah as-Saidi, ia berkata: "Ketika kami duduk
di dekat Rasulullah Saw, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dan
dia bertanya kepada Rasulullah: "Masih adakah kewajiban berbakti kepada orang
tua saya yang sudah wafat?". Rasululah menjawab: "Ya, ada, yaitu dengan
mendoakan mereka dan memohon ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka
setelah mereka tiada, menyambung tali silaturrahmi yang tidak tersambung kecuali
dengan mereka dan memluliakan teman mereka.” (HR. Abu Dawud (5144), Ibnu
Majah (3664), Ahmad (16103), dan al-Hakim (7260), al-Hakim mengatakan bahwa
hadis ini sanadnya sahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi)
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak kepada orang tua yang
telah meninggal adalah:
1. Mendokan kedua orang tua dan memintakan ampunan untuk mereka. Dalam
hadis-hadis sahih yang sudah populer disebutkan bahwa salah satu amal yang
tidak pernah terputus adalah 'anak soleh yang mendoakan orang tuanya'.
‫ َْأو َولَ ٍد‬,‫ َْأو ِع ْل ٍم يُْنَت َف ُع بِه‬,‫ص َدقٍَة َجا ِريَ ٍة‬ ٍ ِ
َ :‫آد َم ِإ ْن َقطَ َع َع َملُ هُ ِإاَّل م ْن ثَالَث‬
َ ‫ات ِإبْ ُن‬َ ‫ِإ َذا َم‬
ِ
ُ‫صال ٍح يَ ْدعُ ْو لَه‬
َ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari
tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang
mendo’akannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis ini dijelaskan bahwa doa anak shaleh akan mengalir pahalanya
kepada kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Jadi, jika sayang pada
orang tua, jadilah anak shaleh, lalu doakan mereka.

2. Melaksanakan janji orang tua. Selama orang tua masih hidup terkadang
memiliki sebuah janji, wasiat, keinginan tertentu dan sebagainya, maka bagi
para putra diharuskan memenuhi janji tersebut khususnya yang berkaitan
dengan wasiat, semisal berwasiat infak ke masjid, pendidikan Islam dan lainnya.
3. Memuliakan teman dekat kedua orang tua. Semasa hidup orang tua biasanya
memiliki teman dan sahabat dekat, baik di tempat kerja, jamaah masjid, majlis
dzikir dan sebagainya. Maka, sepeninggal orang tua, para putra dianjurkan
melanjutkan hubungan dan relasi dengan sahabat-sahabat orang tuanya.
4. Melanjutkan hubungan keluarga kedua orang tua. Kerabat yang dimiliki oleh
kedua orang tua harus dilanjutkan jalinan silaturrahmi kepada mereka. Dan
hendaknya para orang tua memperkenalkan kerabat-kerabatnya kepada para
putranya. Sebab dengan mengenal kerabat dapat mempermudah jalinan
silaturrahmi.
7

Anda mungkin juga menyukai