Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI PADA TN. N


DI RUANG LAVENDER ATAS
RSUD KARDINAH TEGAL

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE 2

Oleh:

NAMA : AQUAR FEBRYANA

NIM : 210104014

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktifitas berbagai organ atau sel
(Aziz, 2012).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen. Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan aktivitas berbagai organ atau sel apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal
(Asmadi, 2008).

B. ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM KEBUTUHAN DASAR


OKSIGENASI
Anatomi Sistem pernafasan
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses
penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan
kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus
yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan
jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara
ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas.

Fisiologi pernapasan

1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni
ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan
karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru
yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi
atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan membran kapiler dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-
gas pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru.
-Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah
dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk
oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang
masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan
jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan
oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus
menerus produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel
darah merah dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dan dalam bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel
yang berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
C. FISIOLOGI SISTEM KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
Menurut Potter & Perry, (2006), ada tiga langkah dalam proses
oksigenasi yaitu:
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
throak yang elastic dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang
utama adalah diagfragma. Ventilasi adalah proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang
masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
a. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan
dan membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentukan oleh
tingkat kompliansi paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi
yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar,
interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau
congenital seperti kifosis atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi
jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema
trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara yang melalui jalan
nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal
yang bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan
sedikit kerja otot atau tidak sama sekali volume paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary. Spirometer mengukur volume paru yang memasuki
atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat
dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan
fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif. Jumlah
surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
b. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan
tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang dari
tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada permukaan laut. Supaya
udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus
lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli
2. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut
serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler
dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakomodasi variasi
volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-
waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih
rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar
dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan membrane.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN
DASAR OKSIGENASI
Menurut Potter & Perry, (2006), keadekuatan sirkulasi, ventilasi,
perfusi, dan transport gas-gas pernapasan ke jaringan dipengaruhi oleh
empat tipe factor, yaitu :
1. Faktor fisiologis
N
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
O
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa
1
oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa


2
oksigen

Obstruksi jalan Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi


3
nafas ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena


4
konsentrasi oksigen atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi metabolisme dan


5
kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan


pergerakan diameter anteroposterior thoraks pada saat
6 dinding dada inspirasi, menurunkan volume udara yang
(kerusakan diinspirasi.
muskulo)

 Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :


1. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan,
maka uterus maka uterus yanb berukuran besar akan
mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan
penurunan oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.
10. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane
hialin, yang diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
b. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain
dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu, selama proses
pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti
nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan
meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering
doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi
pernapasan dan factor-faktor resiko pernafasan, misalnya
asap rokok dan merokok.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar
pada banyak factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang
tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan.

e. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang
berhubungan dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang
rawan kosta. Otot – otot pernapasan melemah dan sirkulsi
pemubuluh darah pulmonar menurun.
2. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara.
Klien yang mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot
pernafasan. Kondisi ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja
pernapasan menurun.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan
kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan
meningkat, memampukan individu untuk mengatasi lebih banyak
oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
c. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan
menggganggu oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki
asupan nutrisi yang buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan
asupan makanan kaya gizi yang kemudian menyebabkan
penurunan prosuksi hemoglobin.
3. Faktor Lingkungan
a. Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat
kerja dan berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan
laju metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat

E. MACAM-MACAM GANGGUAN YANG MUNGKIN TERJADI


PADA PEMENUHAN OKSIGENASI
Menurut Aziz (2012), dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
terdapat beberapa masalah antara lain :
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas
yang diinspirasi ke jaringan. Hal ini berhubungan dengan 3 bagian /
proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh
darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi
pada proses tersebut
2. Hyperventilasi 
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh,
yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi
3. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas,
atau efek samping dari beberapa obat.
4. Cheyne Stokes 
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari pernafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal
jantung kongestif, PTIK, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan
dalam fisiologis maupun pathologis.
5. Kussmaul’s (hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20
kali per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri.
7. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas
8. Takipnea

Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi


demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.

9. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
10. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.

F.Pathway

Gagal jantung

Peningkatan tekanan hidrostaltik

Adanya transudate

Penumpukan volume cairan


Pada rongga pleura
Penurunan ekspansi paru

Penurunan suplai O2

Pola nafas tidak efektif kelemahan,kelelahan

Intoleransi aktivitas

G.PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) diantaranya:
a. Riwayat keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
2) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
3) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
4) Pernah mengalami nyeri dada.
5) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
di atas
c. Riwayat penyakit pernapasan
1) apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC,
dan lain-lain.
2) bagaimana frekuensi setiap kejadian.
3) Riwayat kardiovaskuler
4) pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal
ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah
5) Gaya hidup
6) merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan
perokok

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi
secret yang tertahan.

3. Intervensi Keperawatan (SLKI & SIKI)

No Dx SLKI SIKI
1 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
tidak keperawatan selama 3 x 24 jam ( I.01014)
efektif diharapkan pola napas efektif 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubung dengan kriteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
an dengan Pola nafas (L.01004) 2. Monitor pola nafas
gangguan No Indikator Awa Tujua 3. Monitor adanya produksi
neuromus l n sputum
kular. 1 Ventilasi 1 4 4. Monitor adanya sumbatan
semenit jalan nafas
2 Kapasita 1 4 5. Auskultasi bunyi napas
s Vital 6. Monitor saturasi oksigen
3 Tekanan 1 4 7. Monitor nilai AGD
ekspirasi 8. Monitor Hasil X-Raay
4 Tekanan 1 4 Thoraks
Inspirasi 9. Atur interval pemantauan
Ket: 1 = menurun, 2 = cukup respirasi sesuai kondisi
menurun, 3 =sedang, 4 = cukup pasien.
meningkat, 5 = meningkat. 10.Dokumentasikan hasil
No Indikator Awa Tujua pemantuan.
l n 11. Jelaskan prosedur dan tujuan
1 Dispnea 1 4 pemantauan.
2 Penggun 1 4
aan otot
bantu
napas
Ket: 1=meningkat, 2= cukup
meningkat, 3 = sedang, 4 =
cukup menurun, 5 = menurun.
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen (I.01026)
pertukaran keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor kecepatan aliran
gas diharapkan pertukaran gas tidak oksigen
berhubung terganggu dengan kriteria hasil : 2. Monitor posisi alat terapi
an dengan Status pernapasan: pertukaran oksigen
ketidaksei gas (L.01003) 3. Monitor aliran oksigen
mbangan No Indikator Awa Tujua secara periodik dan
ventilasi- l n pastikan fraksi yang
perfusi 1 Tingkat 1 4 diberikan cukup
Kesadara 4. Monitor tanda-tanda
n hypoventilasi
Ket: 1 = menurun, 2 = cukup 5. Monitor tanda dan gejala
menurun, 3 =sedang, 4 = cukup toksikasi oksigen dan
meningkat, 5 = meningkat. atelektasis
No Indikator Awa Tujua 6. Bersihkan sekret pada
l n mulut. Hidung, dan
1 Dispnea 1 4 trakea
7. Pertahankan kepatenan
2 Bunyi 1 4 jalan napas
napas 8. Kolaborasi penentuan
tambaha dosis oksigen.
n 9. Kolaborasi penggunaan
Ket: 1=meningkat, 2= cukup oksigen saat aktivitas
meningkat, 3 = sedang, 4 = dan tidur.
cukup menurun, 5 = menurun.
No Indikator Awa Tujua
l n
1 PCO2 2 4
2 PO2 2 4
3 Takikard 2 4
i
Ket: 1=memburuk, 2 = cukup
memburuk, 3 = sedang, 4=
cukup membaik, 5 = membaik.
3 Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
jalan keperawatan selama 3 x 24 jam (I.01011)
napas diharapkan bersihan jalan napas 1. Monitor pola napas
tidak efektif dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
efektif b.d Bersihan Jalan Napas tambahan
produksi ( L.01001) 3. Monitor sputum( jumlah,
secret No Indikator Awa Tujua warna,aroma)
yang l n 4. Pertahankan kepatenan
tertahan 1 Produksi 1 4 jalan napas
sputum 5. Posisikan semi flower
Ket: 1=meningkat, 2= cukup 6. Lakukan fisioterapi dada
meningkat, 3 = sedang, 4 = 7. Lakukan penghisapan
cukup menurun, 5 = menurun lendir ( sunction) kurang
No Indikator Awa Tujua dari 15 detik
l n 8. Berikan oksigen
1 Dispnea 2 4 9. Kolaborasi pemberian
2 Sulit 2 4 bronkodilator, ekspetoran,
bicara mukolitik, jika perlu
3 Frekuens 2 4
i napas Terapi Oksigen (I.01026)
4 Pola 2 4 1. Monitor kecepatan aliran
Napas oksigen
Ket: 1=memburuk, 2 = cukup 2. Monitor posisi alat terapi
memburuk, 3 = sedang, 4= oksigen
cukup membaik, 5 = membaik 3. Monitor aliran oksigen
secara periodik dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor tanda-tanda
hypoventilasi
5. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
6. Bersihkan sekret pada
mulut. Hidung, dan trakea
7. Pertahankan kepatenan
jalan napas
8. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen.
9. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bulecheck, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi


Keenam. Singapore: Elsevier.

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2018). NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classifications, 2018-2020. Oxford: Willey-
Blackwell

Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi


Kelima. Singapore: Elsevier.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan Praktik, Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawtan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai