83-Article Text-126-2-10-20220721
83-Article Text-126-2-10-20220721
p-ISSN 2541-0148
ABSTRAK
Jaringan Irigasi Wawotobi adalah irigasi teknik yang mengambil air dari daerah aliran
sungai Konaweha. Kondisi jaringan irigasi Wawotobi mulai menurun fungsinya dan
kapasitas aliran sehingga air tidak dapat terdistribusi secara merata sampai ke bagian hilir.
Persamaan Manning merupakan rumus yang banyak digunakan untuk menghitung
kapasitas aliran saluran terbuka dengan mengukur kecepatan aliran dan menghitung
koefisien kekasaran Manning. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh kecepatan
aliran, menghitung nilai koefisien kekasaran Manning (n) saluran pasangan batu dan beton
pada saluran Induk dan sekunder. Variabel yang diamati dan diukur yaitu lebar saluran,
lebar puncak/atas saluran, lebar dasar saluran, kedalaman air saluran, bentuk profil
melintang saluran, kecepatan aliran, kemiringan saluran, dan deskripsi saluran. Metode
yang digunakan adalah metode survei dan penentuan titik pengukuran dan pengamatan
dengan purposive sampling yang dianalisis dengan persamaan Manning. Nilai koefisien
kekasaran saluran Induk dan Sekunder Wawotobi pada bagian penampang saluran pasangan
batu adalah 0,021 dan penampang saluran pasangan beton adalah 0,019.
ABSTRACT
The Wawotobi Irrigation Network is an irrigation technique that takes water from the
Konaweha watershed. The condition of the Wawotobi irrigation network begins to decline
in function and flow capacity so that water cannot be distributed evenly downstream.
Manning's equation is a formula that is widely used to calculate open channel flow capacity
by measuring flow velocity and calculating the Manning roughness coefficient. The purpose
of this study was to determine the effect of flow velocity, calculate the value of the
roughness coefficient of Manning (n) channel masonry and concrete in the main and
secondary channels. Variables observed and measured were channel width, channel peak /
top width, channel base width, channel water depth, channel cross profile profile, flow
velocity, channel slope, and channel description. The method used is the survey method and
the determination of measurement and observation points by purposive sampling which is
analyzed by the Manning equation. The roughness coefficient of the Main and Secondary
channels of Wawotobi in the cross section of the stone pair channel is 0.021 and the cross
section of the concrete pair channel is 0.019.
1. Pendahuluan
Latar belakang jumlah kebutuhan tanaman. Hal inilah yang
Kecepatan aliran air yang mengalir melalui harus diperhatikan dalam pengelolaan
saluran primer, sekunder dipengaruhi oleh sumber daya air sehingga tidak terjadi
kekasaran, kemiringan dan ukuran saluran kelebihan dan kekurangan jumlah air dan
yang dibuat. Pengaruh kekasaran saluran ini seluruh masyarakat pengguna air dapat
dinyatakan dalam satuan nilai yang disebut memanfaatkan air dalam kondisi apapun.
koefisien kekasaran atau konstanta
Rumusan Masalah
kekasaran. Koefisien kekasaran atau
1. Bagaimana pengaruh kecepatan pada
konstanta kekasaran bergantung kepada
saluran pasangan batu, dan beton
faktor-faktor, ketidakteraturan permukaan
berdasarkan kuantifikasi kekasaran
saluran, trase, vegetasi (tetumbuhan) dan
hidrolis.
sedimen.
2. Berapa besar koefisien kekasaran
Faktor penghambat (koefisien kekasaran), Manning pada kondisi saluran pasangan
sangat mempengaruhi kecepatan rata-rata batu dan beton pada jaringan irigasi
aliran air dalam saluran dan juga secara Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi
langsung mempengaruhi debit air di dalam Sulawesi Tenggara.
saluran. Semakin kasar permukaan suatu
saluran maka akan semakin kecil kecepatan
Tujuan Penelitian
di saluran, untuk itu perlu diketahui nilai 1. Untuk mengetahui pengaruh kecepatan
aliran pada saluran pasangan batu dan
koefisien kekasaran, kecepatan maupun
beton berdasarkan analisa kekasaran
faktor penghambat saluran, sehingga dapat
diatur debit air yang mengalir sesuai hidrolis.
kebutuhan air oleh tanaman. 2. Untuk mengetahui besarnya nilai
koefisien kekasaran Manning (n) pada
Penentuan koefisien kekasaran merupakan kondisi saluran pasangan batu dan beton
hal yang sangat penting dalam menentukan berdasarkan data hasil pengukuran
pendistribusian debit aliran yang telah kecepatan aliran pada saluran Induk dan
direncanakan pada saluran terbuka, karena saluran Sekunder jaringan irigasi D.I
kekasaran memberi efek hambatan terhadap Wawotobi.
laju aliran air, hal itu juga akan berpengaruh
terhadap debit dan efisiensi penyaluran 2. Metode Penelitian
airnya. Cara untuk menentukan koefisien 2.1 Lokasi Penelitian
kekasaran saluran telah diperkenalkan oleh Lokasi penelitian dapat ditempuh selama 1,5
Manning dan Chezy melalui nilai jam perjalanan dari Kendari kearah barat
kekasaran Manning dan konstanta Chezy sejauh ± 70 km sebagaimana ditunjukkan
(Bazak, 1999). pada Gambar 1.1. Wilayah areal studi
Untuk meningkatkan fungsi kinerja Jaringan tersebar pada tujuh (7) kecamatan yaitu
irigasi Wawotobi dan pemanfaatan sumber Kecamatan Unaaha, Kecamatan Wawotobi,
daya air secara optimal, salah satu faktor Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan
penting adalah menentukan koefisien Pondidaha, Kecamatan Tongauna,
kekasaran saluran berdasarkan kuantifikasi Kecamatan Uepai dan Kecamatan
kekasaran hidrolis, dalam mengevaluasi Lambuya.
kembali dimensi penampang saluran Penelitian ini peneliti mengambil lokasi
existing Induk dan saluran existing penelitian pada Saluran Induk dan Saluran
Sekunder daerah Irigasi D.I Wawotobi pada
Sekunder, sehingga kebutuhan dimana
konstruksi pasangan batu dan beton yang
besarnya debit yang mengalir dalam saluran sumber airnya berasal dari Bendug
disesuaikan luas areal rencana dengan Wawotobi.
2.2 Jenis Dan Sumber Data h. Alat Tulis, Untuk Mencatat Setiap
Bahan-bahan yang digunakan adalah Kegiatan Survey/Penelitian yang
deskripsi jaringan irigasi diperoleh dari dinas berlangsung.
PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air),
2.3 Metode Penelitian
Data sekunder adalah data yang diperoleh
Metode yang digunakan adalah metode
melalui studi pustaka juga melalui
survei dan penentuan titik pengukuran dan
perpustakaan, peta Situasi dan skema
pengamatan berdasarkan pertimbangan
jaringan irigasi, gambar long-cross section
tertentu. Variabel yang diamati dan diukur
dimensi saluran Induk dan Sekunder D.I
pada setiap titik pengamatan dalam
Wawotobi serta data dokumen laporan
penelitian ini adalah lebar dasar saluran,
pelaksanaan jaringan irigasi D.I Wawotobi.
lebar atas/muka air saluran, kedalaman air
Data primer dalam penelitian ini adalah data
saluran, keliling basah, jari-jari hidrolis,
yang diperoleh dengan observasi langsung
kemiringan saluran, kecepatan aliran dan
ke lapangan. Adapun alat yang digunakan
koefisien kekasaran Manning dengan
dalam penelitian sebagai berikut :
kondisi saluran yang berbeda yaitu pada
a. Flow meter/Current meter, alat ukur arus saluran pasangan batu dan saluran pasangan
tipe baling-baling dengan Rotor berporos beton. Selain itu diamati juga secara visual
Horizontal, Digunakan untuk bahan penyusun saluran. Saluran yang
menghitung kecepatan aliran saluran. diteliti merupakan saluran Induk dan
b. Stopwatch, Untuk menghitung waktu Sekunder Wawotobi.
pada saat memulai dan mengahiri Ditetapkan lokasi pengukuran saluran irigasi
pengukuran yan g berlangsung. pada bagian lurus saluran. Diukur lebar dan
c. Meteran, Digunakan untuk mengukur panjang saluran, dihitung luas penampang
Lebar saluran, Panjang pias, dan panjang basah saluran, pengukuran kecepatan aliran
segmen, dan bak ukur survey untuk dengan menggunakan alat Current meter
pengukuran kedalaman air disaluran. atau metode pengukuran dengan pelampung
d. Tali, Digunakan untuk menentukan titik yang biasa digunakan pada saat banjir
pengukuran persegmen, juga digunakan dimana pengukuran dengan cara
untuk batas memulai dan akhir konvensional tidak mungkin dilaksanakan
pengukuran dengan pelampung. karena faktor peralatan dan keselamatan tim
e. Kayu atau bahan lain yang terapung, pengukur. Dihitung kecepatan rata-rata dan
Digunakan untuk mengukur kecepatan kecepatan maximum aliran pada saluran.
aliran permukaan. Besarnya nilai kecepatan aliran kritis akan
f. Camera, Digunakan untuk pengambilan menentukan terjadi atau tidaknya
gambar Dokumentasi. pengendapan atau penggerusan pada
g. Formulir survey, Digunakan untuk saluran.
pencatatan hasil perhitungan kecepatan
2.4 Pengukuran Kecepatan Aliran
aliran. Formulir yang digunakan dibuat
Pengukuran kecepatan aliran dapat
sesuai kebutuhan. menggunakan metode-metode di bawah ini :
h d
h1 + h2
2.5 Luas Penampang Aliran A2 = ( ) * a.................(7)
Ada dua cara untuk menghitung luas 2
penampang melintang yaitu: Dimana :
a. Mean Section Method h1 = kedalaman saluran pada titik 1
Luas penampang basah segmen 1-2 : h2 = kedalaman saluran pada titik 2
a = lebar segmen antara titik 1 ke titik 2
0,6d
0,6h
h
0,2h V0,2
0,
0,8h
0,6
h
0, d V0,8
0,2h V0,2
h
h 0,6h V0,6
h
0,8h
h V0,8
+38.30
+37.70
+36.62
39.43
39.57
38.42
36.26
36.27
36.25
36.52
37.49
38.00
38.29
39.58
39.74
39.77
0.30
1.20
1.30
Vi = 0,898
k= = 1 − 0,116( 1 − − 0,1) Kecepatan rata-rata aliran,
Vpi
Vi = k * Vpi ; Persamaan (4)
Dimana : α = (d)/(h)
= 0,898 * 0,704
= 0,30/2,30 = 0,130
= 0,632 m/det.
k = 1 – 0,116*(√1 - 0,130 – 0,1)
Tabel 5. Perbandingan kecepatan aliran rerata pada Pasangan Beton dan Batu
Kecepatan Penampang Pasangan Beton (m/det.)
Kedalaman Rerata
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5 Segmen 6
0,2 * h 0,815 0,859 0,890 0,893 0,840 0,798 0,849
0,6 * h 0,749 0,814 0,839 0,837 0,797 0,743 0,797
0,8 * h 0,716 0,792 0,814 0,809 0,776 0,716 0,771
Rerata 0,760 0,822 0,848 0,847 0,804 0,752 0,805
Perbandingan kecepatan rerata dengan kecepatan kritis : 0,805/0,849 = 0,949
+38.60 3 3
+38.42
3 3 3 2 1,9
2
1,33 1,27
2,3 2,3 2,3
2,3
+36.62 2,3
14.0
Tabel 6. Nilai koefisien kekasaran Manning (n) hasil pengukuran dengan Current meter
Data hasil pengukuran dan analisa
Panjang Kecepatan Jari-jari Kemiringan Koefisien kekasaran
No. Ruas Saluran Keterangan
(m) rerata hidrolis dasar saluran Manning
V (m/det.) R (m) I n
1 Saluran Induk Wawotobi - BW.1A – BW.1 2.827,53 0,841 1,802 0,000237 0,027 Pas. Beton
2 Saluran Sekunder Bungguosu - BW.1 – Bg.1 1.275,51 0,822 1,252 0,000113 0,015 Pas. Beton
4 Saluran Sekunder Lalohao - BLa.1 – BLa.2 1.125,00 0,687 0,481 0,000107 0,009 Pas. Beton
5 Saluran Sekunder Panomeda - BW.1 – BPa.1 1.766,79 0,672 0,693 0,000170 0,015 Pas. Beton
6 Saluran Sekunder Bungguosu - BBg.6 – Bg.7 1.696,12 0,755 1,090 0,000424 0,029 Pas. Batu
7 Saluran Sekunder Pudai - BBg.8 – BPu.1 561,40 0,427 0,325 0,000517 0,025 Pas. Batu
8 Saluran Sekunder Wawoone - BWa.3 – BWa.4 1.053,95 0,594 0,553 0,000266 0,019 Pas. Batu
9 Saluran Sekunder Unaaha - BU.1 – BU.2 2.328,61 0,845 0,528 0,000202 0,011 Pas. Batu tegak
Pas.Beton Pas.Batu
2,50 1,50
2,00
1,00
1,50
1,00
0,50
0,50
0,00 0,00
0,00 0,50 1,00 0,00 0,50 1,00
Gambar 14. Distribusi Kecepatan rata-rata perpenampang Pas. Beton dan Pas.
Batu secara vertical.
Pas.Beton Pas.Batu
20,00 12,00
0,811
0,814 10,00 0,726
15,00
0,864
8,00 0,767
0,904
10,00 6,00 0,779
0,882
4,00 0,773
5,00 0,811
2,00 0,729
0,801
0,00 0,00
0,70 0,80 0,90 1,00 0,70 0,75 0,80
Gambar 15. Distribusi Kecepatan rata-rata perpenampang Pas. Beton dan Pas.
Batu secara transversal.
mendekati tepi dan dasar saluran maka
Dari grafik distribusi kecepatan pada
seemakin kecil nilai kecepatan yang
penampang melintang ini menunjukkan
diperoleh hal ini terjadi karena
semakin mendekati tengah saluran maka
dipengaruhi oleh gaya gesek pada
semakin besar nilai kecepatan yang
dinding dan dasar saluran.
diperoleh. Sebaliknya, semakin
3) Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan
1,4
1,2
Kedalaman (m)
0,8 y = 11,014x - 8,045
R² = 0,8622
0,6
0,4
0,2
0
0,75 0,80 0,85 0,90
Kecepatan (m/dt)