Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG GELATIK RS ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

NAMA : NADYA ARMANUR ISLAMY DZULHIJJANIA


NIM : 1910035007
RUANG : BELIBIS

PRODI D-3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
A. Masalah Utama
Perilaku kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi
(aggressive behavior) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang
lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara agresi
sebagai bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi sebagai bentuk
perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan,
perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah (Keliat, 2012).

2. Tanda dan gejala


Menurut (Damaiyanti 2012) tanda dan gejala yang ditemui pada klien
melalui observasi atau wawancara tentang perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
a) Muka merah dan tegang
b) Pandangan tajam
c) Mengatupkan rahang dengan kuat
d) Mengepalkan tangan
e) Jalan mondar-mandir
f) Bicara kasar
g) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h) Mengancam secara verbal atau fisik
i) Melempar atau memukul benda/orang lain
j) Merusak benda atau barang
k) Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku
kekerasan.

3. Rentang respon
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut
merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
indivuidu. Rentang respons kemarahan individu dimulai dari respons normal
(asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif) . Berikut
rentang respon marah menurut (Damayanti, 2012).
Keterangan :
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
atau menyakiti orang lain,hal ini dapat menimbulkan kelegaan
individu.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif.
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan marah yang
sekarang dialami,dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan
nyata.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkonrol.agresif memperlihatkan permusuhan,keras dan
ngamuk,mendekati orang lain dengan ancaman,umumnya klien dapat
mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol. ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan,memberi kata-kata ancaman,melukai pada tingkat ringan
sampai berat.

4. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu adalah:
A) Faktor Biologis
Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator atau
pengatur perilaku. Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat
mengurangi dan meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada
sistem neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional
dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat menstimulasi
perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormon testosteron
atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur
jumlah metabolisme biogenik amino- norepinefrin (Dalami, dkk,
2014).
Berdasarkan faktor biologis, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut (Damayanti, 2012) :
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin, norepineprin,
dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.Peningkatan hormone
androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA (6
dan 7) pada ciran serebrospinal merupakan penyebab timbulnya
perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitanya dengan penghuni penjara tindak criminal (narapidana).
d) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan gangguan
serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus temporal),
trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif atau kekerasan.

B) Faktor Psikologis
Psychoanalitytical Theory, Teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Berpendapat
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting
hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua,insting
kematian yang diekspresikan dengan agresivitas. Frustation-agression
theory,teori yang dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari
asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai
orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang
yang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh pengalaman tersebut :
a) Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu
untuk menyelesaikan secara efektif.
b) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanak-kanak.
c) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga. Kemudian
perilaku juga termasuk dalam faktor psikologi perilaku reinforcment
yang diterima pada saat melakukan kekerasan dan sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Muhith,
2015)
C) Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai dengan
teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-
respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Kontrol
masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat
5. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab yang lain. Interaksi yang proaktif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
Menurut Dalami,dkk tahun 2014 stressor presipitasi yang muncul pada
pasien perilaku kekerasan yaitu :
a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
b. Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
c. Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda berarti
d. Ancaman internal : Kegagalan,kehilangan perhatian.

6. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan steress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman.Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain (Afnuhazi, 2015):
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran
secara normal.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang
tidak baik.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar.
d. Reaksi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya.

C. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, _ _ _ _ _ _ _ _ Akibat(Effect)
orang lain, lingkungan.

_ _ _ _ _ _ _ _ Masalah
Perilaku kekerasan (Core Problem)
Harga diri rendah _ _ _ _ _ _ _ _ Penyebab
(Causa)

Pohon Masalah Perilaku kekerasan (Yosep, 2011).


D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan,yaitu :
a. Perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah
e. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif.

E. Data Yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


1. Perilaku kekerasan Data subjektif :
a) Benci atau kesal pada seseorang
b) Suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang
marah
c) Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya

Data objektif :
a) Mata pada perilaku kekerasan biasanya
merah, wajah agak merah
b) Nada suara tinggi dan keras,bicara
menguasai
c) Merusak dan melempar barang-barang
d) Menyerang orang lain
e) Melukai diri sendiri
2. Harga diri rendah Data subjektif :
a) Klien mengatakan saya tidak
mampu,tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri

Data objektif :
a) Klien tampak lebih suka sendiri,
bingung bila di suruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau
mengakhiri hidup
F. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah kronis

G. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


. keperawatan
1. Perilaku
kekerasan Kontrol diri Manajemen Keselamatan
( D.00132) (L.09076) Lingkungan (1.14513)

Definisi : Kemampuan untuk 1.1 Identifikasi kebutuhan


Kemarahan yang mengendalikan atau keselamatan (mis.kondisi
diekpresikan secara mengatur fisik,fungsi kognitif dan
berlebihan dan emosi,pikiran dan riwayat perilaku kekerasan)
tidak terkendali perilaku dalam 1.2 Monitor perubahan status
secara verbal menghadapi masalah keselamatan lingkungan
sampai dengan dengan kriteria hasil : 1.3 Hilangkan bahaya
mencederai orang keselamatan lingkungan
lain dan/atau 1. Perilaku (mis.fisik,biologi dan kimia)
merusak menyerang menurun jika memungkinkan
lingkungan. 5 1.4 Modifikasi lingkungan untuk
2. Perilaku melukai meminimalkan bahaya risiko
diri sendiri atau orang 1.5 Sediakan alat bantu
lain menurun 5 keamanan lingkungan (mis.
3. Perilaku merusak Commode chair dan
lingkungan menurun pegangan tangan)
5 1.6 Gunakan perangkat
4. Perilaku pelindung (mis. Pengekangan
agresif/amuk fisik, rel samping, pintu
menurun5 terkunci,pagar)
5. Suara keras 1.7 Fasilitasi relokasi ke
menurun 5 lingkungan yang aman
1.8 Ajarkan individu,keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
2. Harga diri rendah Harga diri (L.09069) Manajemen perilaku (1.12463)
kronis (D.0086)
Perasaan positif 2.1 Identifikasi harapan untuk
Definsi : terhadap diri sendiri mengendalikan perilaku
Evaluasi atau dengan kriteria hasil : 2.2 Diskuasikan tanggung jawab
perasaan negatif terhadap perilaku
terhadap diri 1. Penilaiaan diri 2.3 Jadwalkan kegiatan
sendiri atau sendiri positif 5 terstruktur
kemampuan klien 2. Perasaan memiliki 2.4 Bicara dengan nada rendah
seperti tidak berarti kelebihan atau dan tenang
kemampuan positif 5 2.5 Ciptakan dan pertahankan
3. Penerimaan lingkungan
penilaiaan positif
terhadap diri sendiri 2.6 Berikan penguatan positif
4. Minat mencoba hal terhadap keberhasilan
baru mengendalikan perilaku
2.7 Hindari bersikap
menyudutkan dan menghentikan
pembicaraan
2.8 Hindari sikap mengancam
dan berdebat
2.9 Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif

H. Daftar Pustaka

Iyus, (2010). Keperawatan Jiwa. Edisi. Bandung:Revika Aditama.


Keliat, (2012). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta:EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi . Jakarta: DPP PPNI
Yosep, (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2016.
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai